Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Dikenal dengan nama ketela rambat, huwi boled (Sunda), tela rambat
(Jawa), sweetpotato (Inggris), dan shoyo (Jepang) merupakan sumber karbohidrat
yang cukup penting dalam sistem ketahanan pangan kita. Selain karbohidrat
sebagai kandungan utamanya, ubi jalar juga mengandung vitamin, mineral,
fitokimia (antioksidan) dan serat (pektin, selulosa, hemiselulosa).

Ada beberapa varietas ubi jalar yang ada di Indonesia yaitu Daya,
Borobudur, Prambanan, Mendut, Kalasan, Muara Takus, Cangkuang, Sewu.
Sedangkan varietas-varietas yang baru dilepas tahun 2001 antara lain: Cilembu
yang berasal dari Sumedang. Masing-masing varietas memiliki rasa khas yang
berbeda-beda.

Ubi Cilembu merupakan salah satu produk pertanian unggulan bagi


Pemerintah Kabupaten Sumedang. Daerah penghasil ubi cilembu adalah Cilembu,
Cadas, Pangeran, Sumedang. Ubi cilembu berkulit gading, berurat, dan panjang,
sedangkan getahnya akan meleleh seperti madu ketika dipanggang. Ubi ini sangat
manis dan pulen, berbeda dengan ubi kebanyakan. Rasa manis dari ubi Cilembu
akan lebih terasa apabila ubi dibakar dalam open, terutama apabila ubi mentah
telah disimpan lebih dari satu minggu.

1
BAB II
BUDIDAYA UBI JALAR

A. PENGOLAHAN LAHAN
Agar tanaman ubi jalur tumbuh baik dan produksi tinggi, ada beberapa
persyaratan tumbuh yang harus dipenuhi. Persyaratan itu antara lain tanah
yang sehat, unsur hara, dan air tersedia cukup, serta gangguan hama dan
penyakit tidak berlebihan. Tanaman ubi jalar tidak tahan genangan air. Ubi
Jalar bisa tumbuh optimal pada keasaman tanah (PH) 5,5-7,0. Sewaktu
berumur muda, tanaman membutuhkan kelembaban yang cukup. Hasil panen
terbaik akan diperoleh jika ubi jalar ditanam dipasir berlempung yang kaya
bahan organik.
Lahan yang terolah dengan baik sangat mendukung ubi jalar
untuk ,menghasilkan umbi yang maksimal, bentuk dan penampilan yang baik,
serta permukaan kulit yang rata.
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara manual atau mekanisasi tergantung
dari kondisilahan, modal dan keterampilan petani. Adapun cara mengolah
tanah adalah sebagai berikut :
1. Bersihkan gulma dan rumput serta kerikil dilahan sekitar
2. Cangkul tanah sedalam 20-30 cm sambil dibalik-balikan, kemudian
dkeringanginkan selama 1-2 minggu.
3. Olah tanah untuk kedua kalinya sambil membuat guludan dengan
ukuran lebih lebar 60 cm, tinggi 30-40 cm dan jaraj antar guludan 75-
100 cm
4. Ratakan permukaan guludan hingga akhirnya lahan siap ditanami.
Budidaya ubi jalar dapat dilakukan ditegalan atau sawah yang telah kering.
Tanaman ini dapat tumbuh baik diberbagai jenis tanah.
1. Pengolahan lahan disawah
Penanaman ubi jalar disawah dilakukan setelah panen padi.
Penanaman dilakukan dengan pemanfaatan jerami sisa panen untuk
kompos dan dan sumber hara. Adapun caranya sebagai berikut :

2
 Babat jerami, lalu tumpuk berbentuk guludan dengan jarak
lebar dasar 50-60 cm, tinggi 30-40 cm. Jarak antar pusar
guludan 75-100 cm.
 Biarkan tumpukan jerami selama 7-10 hari hingga kering.
 Cangkul sekitar tumpukan jerami, lalu letakkan tanah
cangkulan diatas tumpukan jerami sehingga terbentuk guludan
setinggi 30-40 cm, lebar dasar guludan 60 cm. Jarak antar
guludan 75-100 cm
 Biarkan tanah pada guludan mengering 1-2 minggu kemudian.
Penggunaan jerami dapat meningkatkan produksi sekitar 12%.
Dengan adanya pelapukan jerami struktur tanah akan menjadi.
2. Pengolahan lahan dihamparan
Tanah dibajak atau dicangkul 1-2 kali, kemudian diratakan.
Penanaman seperti ini dapat dilakukan didaerah beriklum kering, tetapi
memiliki pengairan yang baik, Cara penanaman ini jarang dilakukan
petani.
3. Pengolahan lahan ditegalan
Pada lahan ditegalan, keadaan tanah yang lembab dan gembur dapat
diperoleh dari pembuatnan bedengan dan pengolahan tanah yang
cukup dalam. Penambahan pupuk Kandang sebanyak 2-4 ton/ha pada
tanah yang kurang gembur dapat memperbaiki tekstur tanah hingga
menjadi gembur.
B. Pemilihan Bibit
Perbanyakan ubi jalar umumnya dilakukan dengan mengunakan bibit stek
batang. Stek diambil dari tanaman yang telah berumur 205 bulan atau bisa
dari umbi yang telah bertunas.
1. Kelebihan dan kekurangan bibit stek batang
Kelebihan :
 Dapat diperoleh dari tanaman sebelumnya/dari petani lain.
 Dapat langsung ditanam dilapangan
 Kebutuhan varietas dengan ciri-ciri yang diinginkan lebih
mudah dipertahankan dan diperbanyak.

3
Kelemahan :
 Penyakit mudah terbawa dan akan menular ke lahan
 Kemungkinan mengandung bibit hama serangga
 Tidak bisa disimpan lama karena mudah kering.
Bibit stek ubi jalar yang baik panjangnya 20-25 cm dan memiliki
6-8 buku. Stek yang baik terletak pada batang yang belum berakar
dan masih muda.Stek yang tuA dari pangkal sulur sebaiknya tidak
digunakan, karena waktu bertunasnya lambat. Selain itu stek
pangkal rawan sebagai pembawa hama penggerek sulur atau
penyakir busuk umbi. Penggunaan bibit stek secara terus menerus
sampai beberapa turunan bisa mengakibatkan mutu dan hasil umbi
mengalami penurunan.
2. Waktu tanam yang tepat
Waktu tanam berpengaruh terhadap produksi, hasil ubi jalar terbaik
akan diperoleh jika ditanam menjelang akhir musim hujan untuk
tegalan dan lahan tadah hujan. Penanaman ubi jalar pada musim
penghujan dengan suhu harian yang relatif sana antara siang dan
malam akan merangsang pertumbuhan daun yang sangat lebat
sehingga menimbulkan efek naungan antar daun. Dampaknya efisiensi
forosintesis menurun, kelembaban antar tanaman meningkat dan
gangguan penyakit cendawan tinggi.
3. Jarak tanam
Jarak tanam ubi jalar berbeda-beda sesuai dengan iklim setempat.
Faktor yang mempengaruhi jarak tanam adalh kesuburan tanah, ukuran
umbi yang diinginkan, panjang pertumbuhan. Pada umumnya jarak
tanam yang yang lazim digunakan pada pertanaman monokultur adalah
30 x 100 cm.
4. Posisi tanam
Posisi tanam ubi jalar dapat mempengaruhi benruk umbi yang
dihasilkan. Penanaman stek dengan cara mendatar biasanya
mengasilkan umbi dengan ukuran sedang dan beragam. Penanaman
stek dengan posisi miring biasanya biasanya menghasilkan umbi

4
berukuran besar. Penanaman stek dengan posisi datar biasanya
mengahsilkan umbi lebih banyak dari penanaman umbi dengan poisisi
miring.

C. PERAWATAN
1. Penyulaman
Bibit yang mati sebelum 4 minggu sebaiknya disulam, penyulaman
lebih dari 4 minggu akan menghasilkan umbi renah karena tidak
mampu bersaing dengan tanaman disekitarnya. Persaingan terjadi
dalam memperebutkan ruang, cahaya dan unsur hara serta air. Oleh
karena itu tanaman sulaman sebaiknya diperlakukan lebih yaitu
ditambahkan pupuk, air serta penggemburan tanah pada petak yang
disulam. Penyulaman yang baik dilakukan pada sore hari, agar stek
tidak layu dan langsung hidup.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakuan ketika gulma sudah tumbuh. Penyiangan pertama
dilakukan ketika tanaman berumur 3 minggu dan dapat dilakukan
bersamaan dengan penyulaman dan penggemburan. Apabila
pertumbuhan gulma masih banyak, dapat dilakukan penyiangan sekali
lagi pada saat tanaman berumur 6 minggu.
3. Penggemburan
Penggemburan dilakukan pada saar guladan telah memadat agar
pertumbuhan umbi maksimal dan bentuknya sempurna. Penggemburan
juga dapat dilakukan bersamaan dengan dengan penyiangan gulma,
atau pemberian pupuk.
4. Pengairan
Pada hakekatnya ubi jalar tidak memerlukan banyak air, tetapi untuk
mencapai hasil yang maksimal diperluka air yang cukup. Ubi jalar
yang ditanam dimusim kemarau memerlukan pengairan minimal setiap
2-3 minggu, atau paling tidak tiga kali selama masa pertumbuhannya.
Pengairan pertama dilakukan etelah pemupukan dasar (umur 1
minggu), pengairan kedua pada umur 1,5 bulan, setelaha

5
pembumbunan dan pemupukan dan pengairan ketiga pada umur 2,5
bulan. Pengairan tanaman ubi jalar adalah pengairan cepat dimana air
dialirkan pada lahan tanpa penggenangan.
5. Pengangkatan batang
Ciri khas pertumbuhan ubi jalar adalah menjalar dipermukaan tanah,
jka tanah lembat dan batang menempel ditnah makan akan terbentuk
perakaran baru pada ruas batang, nantinya akar tersebut akan
membentuk umbi yang ukurannya keil-kcil dn tidak dapat dijual.
Pembentukan umbi tersebut dapat diatasi dengan pengangkatan batang
sehingga akar yang tumbuh tersebut tidak dapat tumbuh lagi dan zat
hara dari tanaman pun dapat tersalurkan ke umbi.
6. Pemupukan
Ubi jalar termasuk tanaman yang respon terhadap pemupukan
khsusnya ditanah yang kurang subur dan ditanamai terus menerus.
Pupuk organik dari pupuk hijau, pukan, dan sia tanaman yang telah
menjadi kompos sangat baik ditambahkan untuk memperbaiki struktur
tanah. Pupuk organik biasanya diberikan bersamaan dengan
pembuatan guludan. Umumnya pemupukan diberikan dua kali, yaitu
pada awal sejumlah 1/3 bagian, dan kedua pada umur 1,5-2 bulan
sebanyak 2/3 bagian. Pemupukan awal bertujuan untuk memacu
pertumbuhan tajuk dan pemupukan kedua untuk mempercepat proses
pembesaran dan pengisian umbi. Dosis pupuk yang diberikan antara
lain 200 kg Urea (N), 100 kg SP36, 150 kg Kcl/ha, serta mulsa jerami
10 t/ha dan pupuk kandang 10 ton/ha. Pemupukan yang berlebihan
akan menimbulkan pertumbuhan tajuk yang maksimal sehingga hasil
umbi berkurang.

6
BAB III
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

A. HAMA

1. Hama Boleng (Cylas formicarius)

Biologi :
Kumbang betina meletakkan telur satu per satu kedalam rongga kecil pada
bagian pangka; batang dan umbi. Larva yang berkembang membuat lobang
gerekan pada bagian tersebut. Stadia pupa terjadi didalam umbi. Kumbang
dewasa muncul dari kepompong dan tetap bertempat didalam jaringan umbi
selama beberap hari sampai kulitnya mengeras.
Gejala :
Kumbang dewasa memakan epidermis pangkal batang da daun serta
memakan bagian permukaan luat umbi sehingga menyebabkan terbentuknya
lubang pada umbi. Didalam umbi ulat boleng sambil makan membuat
terowongan yang berisi dengan kotorannya. Umbi bereaksi terhadap
kerusakan itu dengan cara mengeluarkan suatu zat beracun berbau khas. Zat
beracun tersebut berbahaya bagi paru-paru dn hati manusia maupun ternak.
Kumbang betina mengeluarkan suatu senyawa yang disebut feromons sex.
Kumbang betina yang sudah dibuahi mencari umbi baru untuk bertelur.
Stelah menetas ulatnya akan hidup dijaringan batang.
Pengendalian :
 Secara kultur teknis
 Penggunaan stek yang bebas dari infeksi kumbang cylus
 Melakukan rotasi tanaman
 Membersihkan sisa panen yang ada dilapangan

7
 Melakukan penggenangan selama 24 jam setelah panen
 Melakukan penanman tepat waktu
 Membersihkan dn menyingkirkan inang alternatif
 Pengairan yang cukup untuk mengurangi retak
 Perlakuan bahan tanam
Melakukan perendaman pada bibit kedalam larutas beauveria atau
insektisida karbofuran selama 30 menit sebelum tanam
 Menggunakan varietas tahan
 Menggunakan agens hayati sepeti beauveria bassiana
 Predatr seperti semut, laba-laba dan kumbang.

2. Penggerek Batang
Omphisia anastomaslis

Biologi :
Sebagian besar telur diletakkan dipermukaan daun bagian bawah secara
individu, ada juga yang dibatang. Larva yang baru muncul memiliki kepala
berwarna coklat sedangkan bagian tubuh berwana merah muda. Pada tanaman
yang terserang biasanya terdapat tumpukan serbuk halus berwana kecoklatan
disekitar pangkal batang.
Gejala :
larva menggerek bagian dalam batang tanaman ubi jalar dan kadang-kadang
menembus leher pangkal umbi. Akibat aktifitas makan larva menyebabkan
terjadinya permbesaran yang signifikan pada pangkal batang dan terbentuk
rongga dimana rongga tersebut diisi dengan serbuk halus bekas gerekan.
Tanamn menjadi layu dan mati, dan serangannya juga dapat menghambat
pertumbuhan umbi.

8
Pengendalian :
Melakukan pergiliran tanaman.

3. Kepik Ubi Jalar


Physomerus grossipes

Biologi :
kepik ubi jalar meletakkan kelompok telur pada permukaan bawah daun atau
pada batang. Stadia telur berlangsung selama 15 hari. Waktu yang
dibutuhkankan kepik jantan untuk satu siklus hidupnya 85 hari dan untuk
kepik betina 88 hari. Ukuran kepik dewasa sekitar 20 mm.
Gejala :
Nimfa dan imago kepik ubi jalar menusuk batang dan tangkai ubi jalar untuk
menghisap cairan tanaman sehingga menyebabkan tanaman layu dan kerdil.
Pengendalian :
Kepik ubi jalar biasanya ditemukan pada saat aktivitas makan, sehingga
pengendalian dapat dilakukan dengan cara menangkap kepik dan membuang
tanaman yang terserang.

4. Kumbang Penyu
Aspidomorpha spp

9
Biologi :
Telur diletakkan secara berkelompok pada bagian bawah daun ubi jalar.
Kelompok telur dari beberap spsies dilindungi oleh selaput, ciri-cirinya
adalah larva bentuknya pipih dan berduri. Serangga dewasa berbentuk oval
melebar, mempunyai warna yang cerah/terang dan bermotif. Perkembangan
dari telur hingga serangga dewasa membutuhkan waktu 3-6 minggu.
Gejala :
Serangga memakan bagian daun sehingga menyebabkan terbentuknya
lubang-lubang besar pada daun. Pada kondisi serangan berat dapat
menyebabkan daun menjadi gundul dn menyisakan tulngnya sajaserta dapat
menyebabkan batang menjadi patah.
Pengendalian :
Melakukan sanitasi terhadap gulma yang terdapat disekitar pertanaman ubi,
menggunakan musuh alami (tetrastichs sp) dan predator (Stalilia sp).

5. Ulat Grayak
Spodoptera litura

Biologi :
Larva memiliki ciri khusus yaitu memiliki dua buah sabit hitam pada bagian
dorsal dan segmen perut keempat dan kesepuluh yang dibatasi oleh garis

10
ateral berwarna kuning. Larva menyukai tempat yang lembab. Larva merusak
tanaman pada malam hari. Stadia pupa berlangsung dalam tanah.
Gejala :
Larva instar awal memakan epidermis daun dan pada instar ketiga memakan
jaringan daun parenkim, dan hanya menyisakan tulang daun.
Pengendalian :
membersihkan gulma yang merupakan inang altenatif, mengumpulkan
kelompok telur yang menyerang daun.

6. Ulat penggulung daun


Convolvuli Brachmia

Biologi :
Ulat ini memakan bagian dalam daun yang sudah digulung dan meninggalkan
epidermis permukaan daun bawah dalam keadaan utuh. Larva ditemukan
hanya 1 pada satu gulungan daun. Ulat ini berwarna hitam, meletakkan
telurnya secara tunggal pada daun. Telur menetas 3-5 hari. Larva mengalami
penggantian instar sebanyak 5 kali.
Gejala ;
Ulat ini mennyebabkan pinggiran daun ubi jalar menggulung dan
menghasilkan beberapa anyaman. Daun menjadi seperti berenda, dengan urat
daun utama yang dibiarkan utuh.
Pengendalian :
Menggunakan bahan tanam yang terbebas dari infeksi hama penggulung
daun, Menggunakan parasitoid Braconidae dan musuh alami (cocopet).
7. Aphids /Kutu daun
Aphis gossypii

11
Biologi :
Serangga bertubuh lunak, berukuran 1-2 mm, berwarna hijau kekuningan
sampai hitam, dengan atau tanpa sayap. Pertambahan populasinya bisa terjadi
secara cepat.
Gejala :
Menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan dari tunas yang baru
tumbuh sehingga membuaat daun tanaman menjadi berkerut, keriting, daun
muda menggulung kebawah dan tanaman menjadi keril. Pada kondisi
serangan berat, ketahanan tanaman menjadi sangat berkurang. Selain itu aphis
juda menularkan virus belang dan virus kerdil.
Pengendalian :
Menggunakan predator seperti kumbang koksi. Apabila terjadi kerusakan
melebihi ambang kendali gunakan insektisida yang efektif.

12
8. Kutu Kebul
Bemisia tabaci

Biologi :
Imago betina bertelur dibawah daun berwarna putih kehijauan, berbentuk
ovale, seperti sisik dan agak berduri. Serangga dewasa berukuran keil sekali
dan sayap berwarna putih ditutupi lapisan lilin yang bertepung.
Gejala :
Hama ini menghisap cairan sel daun sehingga daun nampak kaku dan sedikit
berkerut, daun menguning dan nekrosis. Jika tanaman gigoyang hama ini akan
beterbangan seperti debu. Hama ini juga berperan sebagai penular virus
terutama Virus Sweet Potato Mild Mottle virus (SMMV)
Pengendalian :
Langkah pengendalian biasanya jarang dilakuan dan tidak diperlukan.

9. Tungau
Eriophyes gastrotricus

Gejala :
Serangan hama tungau menyebabkan gejala puru pada daun, tangkai dan
batang tanaan ubi jalar, awalnya puru berwarna hijau muda, tetapi setelah itu

13
berubah menjadi warna cokelat. Pada serangan berat, daun ubi jalar menjadi
keriting sehingga penampilan seolah-olah sudah tidak berbetuk lagi.
Pengendalian :
Penggunaan bibit tanaman yang bebas tungau harus dikombinasikan bersama-
sama dengan tindakan sanitasi lapangan serta pemusnakah gulma yang
menjadi inang alternatif

B. PENYAKIT
1. Penyakit Kudis
Penyebab : Elsinea batatas

Gejala :
Bagian tanaman yang dirusak adalah batang, tangkai daun, daun dan pucuk
tanaman.. tanaman yang sakit menunjukkan gejala benjolan pad jaringan
epidermis, daun berkerut seperti kerupuk sehingga fotosintesis terhambat
dan akumilasi karbohidrat untuk disimpan dalam umbi berkurang sehingga
hasil umbi merosot. Serangan berat dimulai pada umur 45 hari sebelum
panen dan berakibat dapat menurunkan panen 50-100%.
Pengendalian :
 Menanam varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit kudis.
 Melakukan perbanyakan bibit dengan umbi dan pergiliran tanaman.
  Menanam ubi jalar dari klon campuran yang mempunyai daya hasil
tinggi.
 Menyempurnakan drainase dapa musim penghujan. 
 Memberikan mulsa jerami pada bedeng-bedeng tanaman ubi jalar.

14
 Menggunakan bibit ubi jalar yang berasal dari stek bebas penyakit.
 Membersihkan sisa-sisa tanaman (sanitasi kebun).
 Memangkas bagian tanaman yang sakit dan membakarnya.

2. Penyakit Busuk Umbi (java black Rot)


Penyebab : Lasiodiplodia theobromae

Gejala :
Pada awalnya tekstur umbi yang busuk masih terasa keras dan lembab, tapi
tidak lama sesdah itu umbi jadi menhitan dan termumifikasi. Busuk bermula
pada salah satu atau kedua ujung umbi, dan awalnya berwarna cokelat
sebelum berubah menjadi hitam. Gumpalan sporan hitam keluar dan
menghasilkan piknidia yang merupakan ciri dan tanda dari penyakit
Pengendalian :
Pemanenan tepat waktu dapa mengurangi kehilangan hasil, sanitasi dan
penanganan yang baik unruk mengurangi terjadinya perlukaan atau kerusakan
pada umbi mempunyai peranan yang sangat penting.

3. Busuk hitam
Penyebab : Ceratocystis fimbriata

15
Gejala :
gejala paling khas danya busuk hitam berbentuk seperti cekungan pada bgian
bawah batang. Pada infeksi berat menyebabkan tanaman menguning, layu dan
bahkan mati. Umbi yang terinfeksi mengalami busuk hitam. Umbi yang
terinfeksi seringkali mengeluarkan aroma menyerupai bau alkohol, hal ini
disebabkan karena terjadi fermentasi gula pada umbi.
Pengendalian :
Stek yang digunakansebagai bibit tanaman harus berasal dari dari bibit yang
bebas patogen. Rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang,
melakukan sanitasi yang baik.

4. Layu Fusaruim
Penyebab : Fusarium oxysporum

Gejala :
Gejala awal dari penyakit ini yaitu warna menjadi pucat dan menguning,
disusul dengan terjadinya kelayun dan kematian pada batang . Tanaman yang
terserang penyakit ini menunjukkan perubahan warna yang khas pada
vaskular.
Pengendalian :
Melakukan sanitasi yang baik, menggunakan varietas tahan.

16
5. Busuk Lunak
Penyebab : Rhizopus stolonifer
Gejala :
Penyakit busuk lunak timbul setelah panen. Umbi menjadi lunak, basah, serta
berserat dan biasanya gejala awal muncul dari salah satu ujung umbi. Umbi
yang terkena busuk lunak mengeluarkan aroma seperti alkohol.
Pengendalian :
Melakukan penanganan yang baik dan tepat dapat mengurangi penyakit ini.

6. Nematoda puru Akar


Penyebab : Meloidogyne spp

Gejala :
Tanaman akan menjadi kerdil, daun menguning dan layu, serta produksi tidak
normal. Pada akar terdapat benjolan dimana pada bagian permukaan puru
ditemukan massa telur. Sebagian besar sistem akar mengalami nekrosis.
Reaksi beberapa varietas terhadap serangan nematoda ini yaitu muncul
retakan memanjang pada umbi.
Pengendalian :
Menggunakan varietas resisten, rotasi tanaman dan pemilihan stek yang bebas
nematoda.

17
BAB IV
PANEN DAN PASCA PANEN

A. PANEN
Hasil panen ubi jalar yang optimal ditentukan oleh umur tanaman dan
kemampuan varietas untuk memberikan daya hasil yang tinggi. Panen yang
terlalu cepat akan berakibat buruk terhadap umbi yang dihasilkan.
1. Umur Panen
Umur panen ubi jalar sangat tergantung pada lokasi tanam, ada yang
berumur pendek (3-4 bulan) dan ada yang berumur panjang (6-9 bulan).
Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan. Penundaan panen
paling lambat sampai umur 4 bulan. Penen yang dilakukan diatas umur
optimal akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Panen yang
terlambat akan menurunkan kadar pati dan gula pada ubi.
2. Cara Panen
Penen dapat dilakukan secara manual atau mekanis. Beberapa tahapan
proses panen ubi jalar dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Potong batang tanaman sekitar 5 cm dari permukaan tanah, angkat
keluar petakan lahan dan dikumpulkan.
b. Gali guludan dengan cangkul, sekop atau bajak sampai umbi terkuak.
c. Ambil dan kumpulkan umbi disuatu tempat.
d. Bersihkan umbi dari akar dan kotoran yang menempel
e. Sortasi umbi berdasarkan bentuk,ukuran, warna dan varietas.
f. Pisakhan umbi yang sehat dengan umbi yang sakit atau cacat.
g. Kmas umbi dalam kotak kayu atau wadah khusus penyimpanan.

B. PASCA PANEN
Daya simpan ubi jalar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain mutu
pada awal simpan, caa penyimpanan, varietas dan lingkungan. Tingkat kerusakan
dipengaruhi oleh umur panen setiap varietas, kerusakan saat panen dan
pengangakuran berupa goresan, memar, busuk dan bertunas.

18
1. Kerusakan umbi
Setelah panen, hindarkan umbi dari sengatan sinar matahari dan kekeringan.
Umbi tidak perli dicuci sebelum disimpan untuk menhindari luka atau lecet.
Mutu umbi ditentukan oleh serajad masak dan kerusakan pada saat panen.
Kerusakan umbi pada saat panen dan pengangkutan dapat berupa lecet,
memar, goresa, busuk dan tumbuh tunas. Umbi yang luka sebaiknya
dipisahkan. Tingkat kerusakan juga dipengaruhi oleh umur panen, sedangkan
kerusakan umbi pada saat penyimpanan disebabkan oleh serangan cendawan.
2. Penyimpanan
Pada kondisi optimal ubi jalar dapat disimpan selama 5-6 bulan. Cara yang
digunakan sebagai berikut :
a. Seteleh panen, umbi disimpan pada tempat yang teduh 270 dan sirkulasi
udara yang baik, misalnya gudang.
b. Penyimpanan ubi jalar diatas para-para dekat dapur, agar terkena asap
tungku dapur sehingga ubi jalar segar dan tahan disimpan.
c. Ubi jalar diangin-anginkan selama 2-3 hari setelah dipanen, kemudian
ditimbun ditempat yang sejuk. Dasar timbunan diberi alas pasir kering atau
abu setelabl 5-10 cm.
3. Kegunaan
Adapun beberapak kegunaan ubi jalar adalah sebagaiberikut :
a. Pakan ternak
Sisa panen ubi jalar berupa batang dan daun bisa digunakan untuk pakan
hijauan kambing, kerbau, sapi.
b. Sumber sayuran
Daun pucuk batang ubi jalar dapat digunakan sebagia sayuran. Daun
muda dan pucuknya yang telah direbus dapat dijadikan lalapan.
c. Produk olahan ubi jalar
Ubi jalar dapat diproses menjadi bahan baku industri stengah jadi
misalnya gaplek, tepung, pati, gla cair, alkohol dan bahan baku keripik,
dll.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono. B, Cara Budi Daya yang tepat, efisien dan ekonomis Ubi Jalar. Jakarta.
Oktober 2005.
Widodo Yudi, Rahayu Ningsih, Teknologi Budidaya Praktis Ubi Jalar Mndukung
Ketahanan pangan dan Usaha Agro Industri, Buletin plawija No. 17,
2009.
Anomim, Buku Hasil terjemahan, hama dan Penyakit Ubi Utama Ubi Jalar, 1997.

20

Anda mungkin juga menyukai