Anda di halaman 1dari 5

PUISI WAJIB PUISI PILIHAN

GURU
Guru KARYA : KH Musthofa Bisri
Karya : Lukman Hakim Saifuddin
Ketika aku kecil dan menjadi muridnya
Tanpa Guru tak kan ada yang kita tahu Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar
Tanpa Guru tak kan ada yang kita mampu Ketika aku besar dan menjadi pintar
Tanpa Guru kita hanyalah debu yang terbang tak berarah Ku lihat dia begitu kecil dan lugu
Ditiup angin tak tentu arah Aku menghargainya dulu
Guru Karena tak tahu harga guru
Ucapanmu adalah petunjuk kami Ataukah kini aku tak tahu
Tindakanmu adalah teladan kami Menghargai guru?
Ridlamu adalah kunci sukses kami
Dan doamu, doamu adalah berkah tak bertepi
Maka, jika ada yang bertanya pada diri ini GURU
Siapakah yang paling berjasa kepada diri ini? Karya : Kahlil Gibran
Maka namamu yang akan kusebut pertama kali
Karena ibu dan ayah adalah juga guru utama kami Barang siapa mau menjadi guru
Biarlah dia memulai mengajar dirinya sendiri
Sebelum mengajar orang lain
Dan biarkan pula dia mengajar dengan teladan
Sebelum mengajar dengan kata-kata
Sebab, mereka yang mengajar dirinya sendiri
Dengan membenarkan perbuatan-perbuatan sendiri
Lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
Daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
Dan membenarkan perbuatan-perbuatan orang lain
GURU ZAMAN NOW Untuk dia
Karya Gus Ipul Dia
Kenapa waktu masih kecil guru mengajarkan adalah Guruku.
"Ini Budi," bukan "Ini Ipul?" Semoga Jasamu Terbalaskan (Ramty)
Karena guru menyadari pentingnya landasan budi pekerti Guru…
sebelum semua ilmu terkumpul. Engkau bagaikan pelita di tengah kegelapan
Guru, Engkau bagaikan cahaya pagi
bukanlah singkatan gugling dan meniru Engkau berikan penerangan dalam hidupku
ada yang bilang digugu lan ditiru, Guru…
padahal guru bukan singkatan apa-apa Jasamu takkan kulupakan
karena kerja seorang guru itu tak bisa disingkat-singkat Sabarmu mengajariku tanpa henti
Karena mendidik tak bisa mendadak Hingga aku mengerti
Apalagi murid zaman now, gurunya pun harus guru zaman now Tanpamu aku buta…
Tidak keras, tapi tegas. Tidak kaku, tapi seru. Guruku…
Manuk menclok nang pohon waru Semoga jasamu terbalaskan
bernyanyi riang lagunya Cita Citata Suksesku adalah hadiahmu
tak semua orang bercita-cita jadi guru Kuraih mimpiku…
tapi guru adalah jembatan semua cita-cita Semua karenamu Guruku…
Ayo Kabeh sedulur, beri hormat kagem Bapak lan Ibu Guru (Ramty, Guruku)

UNTUK GURUKU
Karya : Ferry DP DENGAN PUISI, AKU....
Salam terhangat kuucap untuk sebuah kisah Karya : Taufiq Ismail
Tentang dia yang hadir sejak mentari menyapa
Lalui detik dengan semangat terindah Dengan puisi aku bernyanyi…
Isi kosong dengan pengetahuan aneka rupa Sampai senja umurku nanti..
Kami datang untuk tahu Dengan puisi aku bercinta…
Dia memberi kami ilmu Berbaur cakrawala…
Kami datang dengan angan Dengan puisi aku mengenang…
Dia memberi kami masa depan Keabadian Yang Akan Datang…
Dari saat ini dan seterusnya Dengan puisi aku menangis…
Doa tulus kami panjatkan Jarum waktu bila kejam mengiris..
Tuhan berikan segala kebaikan Dengan puisi aku mengutuk…
Napas jaman yang busuk…
Dengan puisi aku berdoa..
Perkenankanlah kiranya…
HUJAN BULAN JUNI
NASEHAT-NASEHAT KECIL ORANG TUA Karya : Sapardi Djoko Damono
Karya : Taufik Ismail
tak ada yang lebih tabah
Pada Anaknya Berangkat Dewasa dari hujan bulan Juni
Jika adalah yang harus kaulakukan dirahasiakannya rintik rindunya
Ialah menyampaikan kebenaran kepada pohon berbunga itu
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan tak ada yang lebih bijak
Ialah ang bernama keyakinan dari hujan bulan Juni
Jika adalah yang harus kau tumbangkan dihapusnya jejak-jejak kakinya
Ialah segala pohon-pohon kezaliman yang ragu-ragu di jalan itu
Jika adalah orang yang harus kauagungkan tak ada yang lebih arif
Ialah hanya Rasul Tuhan dari hujan bulan Juni
Jika adalah kesempatan memilih mati dibiarkannya yang tak terucapkan
Ialah syahid di jalan Ilahi. diserap akar pohon bunga itu

BINTANG BIRU BUKIT, BUKIT KELU


Karya : Chairil Anwar Karya : Taufiq Ismail

Aku mencintai kelasmu Adalah hujan dalam kabut yang ungu


Kamu membantuku ‘tuk melihat Turun sepanjang gunung dan bukit biru
Bahwa untuk hidup bahagia Ketika kota cahaya dan dimana bertemu
Belajar adalah kuncinya Awan putih yang menghinggapi cemaraku.
Kamu memahami muridmu Adalah kemarau dalam sengangar berdebu
Kamu perhatian dan pandai Turun sepanjang gunung dan bukit kelu
Kamu guru terbaik yang pernah ada Ketika kota tak bicara dan terpaku
Aku tahu itu dari awal kita bertemu Gunung api dan hama di ladang-ladangku.
Aku memperhatikan kata-katamu Lereng-lereng senja
Kata-kata dari seorang guru sejati Pernah menyinar merah kesumba
Kamu lebih dari teladan terbaik Padang ilalang dan bukit membatu
Sebagai guru, kamu adalah bintang Tanah airku.
SAJAK MATAHARI IBUKU DAHULU
Karya : W.S. Rendra Karya : Amir Hamzah

Matahari bangkit dari sanubariku. Ibuku dehulu marah padaku


Menyentuh permukaan samodra raya. diam ia tiada berkata
Matahari keluar dari mulutku, aku pun lalu merajuk pilu
menjadi pelangi di cakrawala. tiada peduli apa terjadi.
Wajahmu keluar dari jidatku, Matanya terus mengawas daku
wahai kamu, wanita miskin ! walaupun bibirnya tiada bergerak
kakimu terbenam di dalam lumpur. mukanya masam menahan sedan
Kamu harapkan beras seperempat gantang, hatinya pedih kerana lakuku.
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu ! Terus aku berkesal hati
Satu juta lelaki gundul menurutkan setan, mengkacau-balau
keluar dari hutan belantara, jurang celaka terpandang di muka
tubuh mereka terbalut lumpur kusongsong juga – biar cedera.
dan kepala mereka berkilatan Bangkit ibu dipegangnya aku
memantulkan cahaya matahari. dirangkumnya segera dikucupnya serta
Mata mereka menyala dahiku berapi pancaran neraka
tubuh mereka menjadi bara sejuk sentosa turun ke kalbu.
dan mereka membakar dunia. Demikian engkau;
Matahari adalah cakra jingga Ibu, bapa, kekasih pula
yang dilepas tangan Sang Krishna. berpadu satu dalam dirimu
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu, mengawas daku dalam dunia.
ya, umat manusia !

Kepada Bunda
Karya : Sanusi Pane

Terkenang di hati mengarang sari,


Yang kupetik dengan berahi
Dalam kebun jantung hatiku,
Buat perhiasan Ibunda-Ratu.
DI LUAR HENING LANGIT

Karya : Mustofa Bisri

Di luar hening langit meredam


ronta tangisku atas kehidupan penuh dendam
ketika nurani menagih janji
ketika kemerdekaan menuntut tanggung jawab
pada kekuasaan yang membantai kemanusiaan
pada kepemimpinan yang menyia-nyiakan kesetiaan
pada kekuatan yang memanfaatkan kesabaran
pada keserakahan yang menghina keadilan
ternyata angkara masih saja ikut bicara
o, hening langit
beri kami keindahan bulanmu
untuk menghias batin kami
beri kami cerah mentarimu
untuk mengusir awan gelap pikiran kami
beri kami hening bintang-bintangmu
untuk menerbitkan kearifan diri kami
o, hening langit
ajarilah kami meredam dendam
agar keadilan dan kebenaran sendiri tegak
bagai takdir yang tak tertolak
amin.

Anda mungkin juga menyukai