Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang
masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang
banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia dibawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan
harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang
bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.
Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau di anggap sebagai
pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu
secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. Sehingga mungkin saja
diare akan membahayakan anak .
Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2014 , diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada
balita didunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF
memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggalkan dunia setiap tahunnya karena diare.
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria,dan cacar jika di
gabung. Sayang, dibeberapa negara berkmbang, hanya 39 persen penderita
mendapatkan penanganan serius.
Di indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira
460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah jawa barat merupakan salah satu yang
tertinggi, dimana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia dibawah
5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan oarang tua
memberikan perawatan utama saat anak terkena diare.
Diare di sebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim,
kondisi lingkungan kotor, dan kurang memperhatikan kebersihan makanan
merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly,
Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus
rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal juni 2013 , ditemukan salah satu
pemicu diare yaitu, bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi
mematikan disaluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh
lalat yang hinggap di makanan.
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar
460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3
pada bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami
episode diare sebanyak 1,6-2 kali pertahun.
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2014, angka kematian akibat diare 23
per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2016
sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian Luar Biasa) diare di
wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277
diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. Sedangkan di
Provinsi Riau pada 27 maret 2017 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan adanya
banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36
kecamatan, 164 desa, 29.950 kepala keluarga atau 60.950 jiwa.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Diare
b. Tujuam Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahuin Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

Anda mungkin juga menyukai