Anda di halaman 1dari 43

' 4 m m m nM B K M

W ®ffl®KW '0!JKi[LD

• •
‘ • • PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
BAB V
DOKUMENTASI

1. Kepala Instalasi Sanitasi dan Penanggungjawa Pengelolaan Limbah


melaporkan pengelolaan limbah kepada Direktur tembusan Kepala Seksi dan
Kepala Bidang Penunjang Medik.
2. Rumah Sakit Umum Daerah Mokoynrli Kabupaten Buol menyusun dan
mengirimkan laporan setiap Tiga bulan kepada Kepala Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) Kabupaten Buol & tembusan kepada Kepala BLH Provinsi
Sulawesi Tengah.
3. Rumah Sakit Umum Daerah Mokoyurli Kabupaten Buol menyusun dan
mengirimkan laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL-UPL)
setiap 6 (enam) bulan kepada Kepala DLH Kab. Buol.

42
2. Higiene perorangan.
Higiene perorangan penting untuk mengurangi risiko dari penanganan
limbah B3, dan fasilitas mencuci tangan (dengan air mengalir, sabun, dan
alat pengering) atau cairan antiseptik yang diletakkan di tempat yang
mudah dijangkau harus tersedia bagi petugas.
3. Imunisasi.
Pemberian imunisasi pada petugas yang menangani limbah perlu
diberikan karena kemungkinan tertular bahan infeksius pasien cukup
tinggi. Adapun imunisasi yang diberikan adalah Hepatitis B dan Tetanus.
4. Praktik penanganan.
Praktik pengelolaan limbali turut berkontribusi dalam mengurangi risiko
yang dihadapi petugas yang menangani limbali B3.
5. Pemeriksaan medis kliusus (medical check-up) secara rutin bagi petugas
penanganan limbah minimal dua tahun sekali.
6. Pemberian makanan tambahan bagi petugas pengelola limbah.
G. Pengawasan Dan Pembinaan
1. Kepala Seksi Pemeliharaan Sarana dan Lingkungan melakukan monitor
dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan sampali.
2. Kepala Bagian Umum dan Administrasi berkoordinasi dengan Tim
Pencegahan Dan Pengendialian Infeksi (PPI) dan Tim Kesehatan Dan
Keselamatan Keija (K3) melakukan pembinaan atas pengelolaan limbah
B3.
3. Kepala Bagian Umum dan Administrasi berkoordinasi dengan Tim
Pencegahan Dan Pengendialian Infeksi (PPI) dan Tim Kesehatan Dan
Keselamatan Keija (K3) melakukan pembinaan atas pengelolaan limbali
B3.
4. Pembinaan meliputi:
a. Pemberian pedoman dan standar pengelolaan limbah;
b. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pengelolaan limbali;
c. Pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan limbah; dan
d. Perencanaan, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan
limbah.

41
Tabel 5.7 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
PLTD Rumah Sakit Umum Daerah Mokoyurli
No Kadar Maksimum
Parameter Minyall Gas
1 Total Partikulat - -
2 Karbon Monoksida (CO) - -
3 Nitrogen Okside (NOx)
sebagai N02
4 Sulfur Dioksida (S02) - -
5 Opasitas

F. Perlindungan Petugas Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan


Beracun
Perlindungan pekerja yang perlu dilakukan meliputi
1. Alat pelindung diri (APD).
Jenis pakaian pelindung/APD yang digunakan untuk semua petugas yang
melakukan pengelolaan limbah medis dari fasilitas pelayanan kesehatan
meliputi:
a. Helm, dengan atau tanpa kaca.
b. Masker wajah (tergantung pada jenis kegiatannya).
c. Pelindung mata (goggle)(tergantung pada jenis kegiatannya).
d. Apron/celemek yang sesuai.
e. Pelindung kaki dan/atau sepatu boot.
f. Sarung tangan sekali pakai atau sarung tangan untuk tugas berat

Gambar 5.9 Contoh Cara Berpakaian Petugas Pengelola Limbah Medis

40
Tabel 5.6 Baku Mutu Air Limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Parameter Konsentrasi Paling Tinggi


Nilai Satuan
Fisika
Suhu 38 °C
Zat padat terlarut 2.000 mg/L
Zat padat tersuspensi 200 mg/L
Kimia
pH 6 -9 mg/L
BOD 50 mg/L
COD 80 mg/L
TSS 30 mg/L
Minyak dan Lemak 10 mg/L
MBAS 10 mg/L
Ammonia Nitrogen 10 mg/L
(Total coliform) 5.000 (MPN/100 ml)

E. Pengelolaan Limbah Gas


Pembangkit tenaga listrik termal yang tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah
Mokoyurli Kabupaten Buol adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan
sebagai cadangan pengganti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) atau
generator set (genset). Pengelolaan limbah gas m eliputi:
1. Pemeliharaan filter genset wajib dilaksanakan secara berkala.
2. Setiap menaati 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dilakukan uji emisi
genset pada lembaga pengujian emisi genset yang terakreditasi.

39
D. Pengelolaan Limbah Cair
Pengelolaan limbah cair hams memenuhi ketentuan yang meliputi :
1. Limbah cair adalali semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
2. Saluran pembuangan limbah hams menggunakan sistem saluran tertutup,
kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan,
dan limbah hams mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran
air hujan.
3. Air limbah dari dapur hams dilengkapi penangkap lemak dan saluran air
limbah hams dilengkapi/ditutup dengan gril.
4. Air limbah yang berasal dari laboratorium hams diolah di (IPAL).
5. Pembuangan limbah cair dalam wastafel di mang spoel hoek, limbah
feces dan urine ke dalam kloset.
6. Saluran air limbah, bak kontrol, pre treatment, grase trap (penangkap
lemak) dan setiap bak yang berada pada Pengolahan Air Limbah, hams
dilakukan pembersihan harian guna memperlancar proses.
7. Setiap parameter fisik (wama, kekemhan, bau) dan kimia (ph) air limbah
baik inlet maupun outlet hams selalu dilakukan pemeriksaan mtin harian
untuk menjamin kualitas proses dan hasil akhir buangan air limbah.
8. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah pada inlet dan outlet
IPAL
9. Melakukan pencatatan debit harian inlet dan outlet IPAL, pH harian air
limbah outlet IPAL dan produksi rata-rata bulanan senyatanya.
10. Melakukan pengujian kualitas air limbah pada titik penataan (compliance
point) paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan yang dilaksanakan
oleh laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Gubemur
berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buol.
11. Titik koordinat outlet IPAL lintang selatan 07°90o,617” bujur timur
112°65’25”
12. Debit maksimum outlet IPAL 80 mThari
13. Memenuhi baku mutu air limbah

38
30 Tanggal Tanggal penerimaan Limbah B3.
Nomor 31 sampai dengan nomor 36 diisi setelah Limbah dianalisis oleh
Lembaga Pengolahan Dan Pemanfaatan Limbah B3 , bila Limbah B3 yang
disebutkan dalam manifes tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat, selanjutnya
akan dikembalikan kepada Rumah Sakit Umum Daerah Mokoyurli:
31 Keterangan jenis Limbah B3 seperti bentuk padat,
Jenis Limbah B3 cair, atau gas.
32 Jumlah total kemasan dalam satu manifes Limbah
Jumlah B3 yang tidak sesuai atau ditolak.

33 Nomor yang diberikan instansi lingkungan hidup


Nomor pendaftaran instansi kabupaten/kota atau provinsi kepada pengirim
lingkungan hidup Limbah B3 (penghasi limbah) ketika melakukan
kabupaten/kota atau provinsi Pelaporan
34 Alasan penolakan misalnya komposisi atau
karakteristik Limbah B3 yang diterima tidak
Alasan penolakan sesuai dengan contoh.
35 Tanggal pengembalian Tanggal pengembalian Limbah B3.
36 Tanda tangan penanggung jawab di pemsahaan
penerima Limbah B3 (pengolah, pengumpul,
Tanda tangan pemanfaat, atau penimbun) Limbah B3.

4. Waktu Penerimaan Kembali Manifes Limbah B3


Lembaga Pengolahan Dan Pemanfaatan Limbah B3 wajib menyampaikan
Manifes Limbah B3 kepada Rumah Sakit Umum Daerah Mokoyurli paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak limbah tersebut diangkut untuk dibawa ke
penerima limbah.

37
19 Tanda tangan Tanda tangan penanggung jawab dari perusahaan
20 Jabatan Jabatan di perusahaan pengangkut dari
penanggung jawab yang menandatangani Manifes
Limbah B3.
21 Tanggal pengangkutan Tanggal saat diangkutnya Limbah B3.
22 Tanggal tanda tangan Tanggal saat Manifes Limbah B3 ditandatangani.
Nomor 23 sampai dengan nomor 30 diisi oleh Lembaga Pengolahan Dan Pemanfaatan
Limbah B3
23 Naina dan alamat perusahaan Nama dan alamat lengkap penerima Limbah B3
penerima Limbah B3 (Pemegang Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Penyimpanan Limbah B3 yang tempat
penyimpanan Limbah B3 digunakan sebagai depo
pemindahan).
24 Nomor telepon lengkap dengan kode area
Nomor telepon perusahaan penerima Limbah B3.
25 Nomor faksimile lengkap dengan kode area
Nomor fax perusahaan penerima Limbah B3.
26 Nomor pendaftaran Nomor pendaftaran yang diberikan instansi
lingkungan hidup kabupaten/kota atau provinsi
saat perusahaan penerima limbah B3 mendaftar
sebagai depo pemindahan atau pengolah Limbah
B3.
27 Nama Nama penandatangan manifes Limbah B3 yaitu
petugas yang ditunjuk oleh penerima Limbah B3
(Pemegang Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Penyimpanan Limbah B3 yang tempat
penyimpanan Limbah B3 digunakan sebagai depo
pemindahan) yang menerima Limbah B3.
28 Tanda tangan dari petugas yang ditunjuk oleh
Tanda tangan penerima Limbah B3 yang menerima Limbah B3.
29 Jabatan penandatangan di perusahaan penerima
Jabatan Limbah B3 yang menerima Limbah B3.

36
penanganan kecelakaan.
7 Nomor telepon yang dapat Nomor telepon yang hams dihubungi bila terjadi
dihubungi dalain keadaan' keadaan darurat.
darurat
8 Tujuan pengangkutan Tujuan pengangkutan ke penerima Limbah B3
dalam hal ini ke Pemegang Izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah
B3 yang tempat penyimpanan Limbah B3nya
digunakan sebagai depo pemindahan.
9 Nama Nama penandatangan Manifes Limbah B3 yaitu
petugas yang ditunjuk oleh pengirim yang
mengirim Limbah B3.
10 Tanda tangan Tanda tangan dari petugas yang ditunjuk oleh
pengirim yang mengirim Limbah B3.
11 Jabatan Jabatan penandatangan di perusahaan pengirim
yang mengirim Limbah B3.
12 Tanggal Tanggal pengiriman Limbah B3.
Nomor 13 sampai dengan 22 untuk diisi oleh Lembaga Pengolahan Dan Pemanfaatan
Limbah B3
13 Nama dan alamat lengkap perusahaan pengangkut
Nama dan alamat perusahaan Limbah B3.
14 Nomor telepon lengkap dengan kode area
Nomor telepon perusahaan pengangkut Limbah B3.
15 Nomor faksimile beserta kode perusahaan
Nomor fax pengangkut Limbah B3.
16 Nomor yang diberikan instansi lingkungan hidup
Nomor pendaftaran instansi (kabupaten/kota atau provinsi) saat perusahaan
lingkungan hidup pengangkut meminta rekomendasi
17 Nomor polisi kendaraan yang mengangkut
Identitas kendaraan Limbah B3.
18 Nama Nama jelas penanggung jawab perusahaan
pengangkut menandatangani Manifes Limbah B3.

35
cair, atau gas
B. Nama teknik, bila ada Sebutkan bila terdapat nama teknik Limbah B3
yang diangkut.
C. Karakteristik limbah B3 Karakteristik Limbah B3 seperti: mudah meledak,
mudah terbakar, reaktif, beracun, infeksius,
korosif, campuran, atau bahaya lain.
D. Kode limbah B3 Kode Limbah B3 sebagaimana daftar Limbah B3
yang terdapat pada PP 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
E. Kelompok kemasan Kemasan yang digunakan. Nama kemasan dapat
dituliskan atau menggunakan kode berikut:
MC = R/O Container,
MD = drum logam,
WC = drum kayu,
FC = kemasan karton atau plastik,
FD = drum karton/plastik,
BA = karung kain, plastik, atau kertas.
F.Satuan ukuran Jumlah dan satuan ukuran per kemasan (ton, m3,
atau liter).
G. Jumlah total kemasan Jumlah total kemasan dal am satu manifes Limbah
B3
H. Peti kemas Nomor serta jenis kontainer yang digunakan.
5 Keterangan tambahan nntuk a. Waktu pertama kali Limbah B3 dihasilkan
Limbah B3 yang disebut di b. Keterangan lain bila Limbah B3 yang
atas diangkut tersebut mempunyai kode
Limbah B3 yang masih perlu diberi
penjelasan lebih spesifik.
c. Mengangkut lebih dari satu kode Limbah
B3
6 Instruksi penanganan khusus Instruksi penanganan khusus bila terjadi keadaan
dan keterangan tambahan darurat yang sesuai dengan nomor pedoman

34
C. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

1. Rumah Sakit Umum Daerah Mokoyurli Kabupaten Buol melakukan keija


sama pengangkutan, pengolahan, pemanfaatan dan pemusnahan limbah B3
dengan Lembaga Pengolahan Dan Pemanfaatan Limbah B3 yang memiliki
izin yang berlaku dari Menteri Lingkungan Hidup.
2. Pengangkutan limbah B3 oleh Lembaga Pengolahan Dan Pemanfaatan
Limbah B3 dilengkapi dengan lembar manifest.
3. Tata cara pengisian Manifes Limbah B3 dilakukan sebagai berikut:
a. Manifes Limbah B3 hams diisi dengan huruf cetak dan jelas;
b. Setiap tanda tangan wajib dilengkapi dengan cap instansi;
c. Nomor 1 sampai dengan nomor 12 pada bagian I diisi oleh Rumah
Sakit Marsudi Waluyo yang mengirimkan Limbah B3 nya ke
tujuan/penerima (pengelola limbah) dengan ketentuan dari penghasil ke
Pemegang Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan
Limbah B3 yang tempat Penyimpanan Limbah B3 digunakan sebagai
depo pemindahan

Tabel 5.5 Tata Cara Pengisian Limbah Manifes B3

No. Isian Manifes Keterangan


1 Nama dan alamat perusahaan Nama dan alamat jelas penghasil Limbah B3
pengirim Limbah B3
2 Lokasi pemuatan jika berbeda Alamat jelas lokasi pemuatan Limbah B3.
dari alamat perusahaan
3 Nomor Pengirim Nomor yang diberikan Instansi Lingkungan Hidup
kabupaten/kota atau provinsi kepada pengirim
(penghasil) ketika melakukan pelaporan.
4 A. Jenis Limbah B3 Keterangan jenis Limbah B3 seperti bentuk padat,

33
Gam bar 5.7 Troli Pengumpul Limbah B3

e) Pengumpulan dan pengangkutan limbah insitu hams dilakukan secara


efektif dan efisien dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1) Jadwal pengumpulan dapat dilakukan sesuai rute atau zona
2) Penimjukan petugas yang bertanggung jawab untuk setiap zona
atau area
3) Perencanaan rute yang logis, seperti menghindari area yang
dilalui banyak orang atau barang
4) Rute pengumpulan harus dimulai dari area yang paling jauh
sampai dengan yang paling dekat dengan lokasi pengumpulan
limbah

E G E O U N G R U M A H SAKIT

H [K

GEOUNG
RUANG j

Br i
RUMAH
SAKIT
K
*\
l * V)
R. T E R B U K A
*IT

LUAS AREA + 10.000 M-'


[k ! t itik PE N G U M PU L A N (W ADAH d e n g a n t r o l i)

S I T E M P A T P E N Y I M P A N A N L I M B A H - LOK ASI P E M I N D A H A N
L I M B A H (KE P E N G A N G K U T A N EKSITU)

Gambar 5.8 Contoh Tata Letak Rute Sistem Pengumpulan Limbah


Dari Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

32
a) Pengangkutan limbah dari unit/seksi/kelompok kerja penghasil limbah
ke TPS B3 menggunakan troli atau wadah beroda. Alat pengangkutan
limbah harus memenuhi spesifikasi :
1) Mudah dilakukan bongkar-muat limbah.
2) Troli atau wadah yang digunakan tahap goresan limbah beda tajam
3) Mudah dibersihkan
b) Alat pengangkutan limbah insitu harus dibersihkan dan dilakukan
desinfeksi setiap hari menggunakan desinfektan yang tepat seperti
senyawa klorin, formaldehida, fenolik, dan asam.
c) Petugas yang melakukan pengangkutan Limbah harus dilengkapi
dengan pakaian yang memenuhi standar keselamatan dan kesehatan
kerja.
d) Pengangkutan limbah B3 eksitu wajib dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai persyaratan
dan tata cara Pengangkutan Limbah B3.

Troli pengumpul dengan kapasitas Troli pengumpul dengan kapasitas


300 liter (6 wadah x 50 liter) 120-200 liter (bergantung ukuran
dengan wadah plastik dan penutup wadah)

Troli pengumpul dengan kapasitas Troli pengumpul dengan kapasitas


120-200 liter 120-200 liter
(bergantung ukuran wadah) (bergantung ukuran wadah)

31
pemasok (penyuplai) atau pihak pengelola Limbah B3 yang bekeija
sama dengan Rumah SakitUmum Daerah Mokoyurli Buol.
B. Pengumpulan Dan Pengangkutan Insitu Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun

1. Pengangkutan yang tepat merupakan bagian yang penting dal am


pengelolaan limbah Rumah Sakit Marsudi Waluyo. Dalam
pelaksanaannya dan untuk mengurangi risiko terhadap petugas pelaksana,
maka diperlukan pelibatan seluruh bagian yang terkait meliputi : Bagian
Keperawatan, Seksi Pemeliharaan Sarana Dan Lingkimgan, maupun
kerjasama antar petugas pelaksana.
2. pengumpulan limbah, yang merupakan bagian dari kegiatan penyimpanan,
yang dilakukan oleh penghasil limbah sebaiknya dilakukan dari ruangan
ke ruangan pada setiap hari atau setiap shift jaga. Waktu pengumpulan
untuk setiap kategori limbah harus dimulai pada setiap dimulainya tugas
jaga yang barn.
3. Pengumpulan Setempat {on-site). Limbah harus dihindari terakumulasi
pada tempat dihasilkannya. Kantong limbah harus ditutup atau diikat
secara kuat apabila telali terisi 3/4 (tiga per empat) dari volume
maksimalnya, beberapa hal yang harus dilakukan oleh petugas yang secara
langsung melakukan penangan limbah antara lain :
• Limbah yang harus dikumpulkan minimum setiap hari atau sesuai
kebutuhan dan diangkut ke lokasi pengumpulan
• Setiap kantong limbah harus dilengkapi dengan simbol dan label
sesuai kategori limbah, termasuk informasi mengenai sumber limbah
• Setiap pemindahan kantong atau wadah limbah harus segera diganti
dengan kantong atau wadah limbah barn yang sama jenisnya.
• Kantong atau wadah limbah barn harus selalu tersedia pada setiap
lokasi dihasilkannya limbah
• Pengumpulan limbah radioaktif harus dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan di bidang ketenaganukliran
4. Pengangkutan insitu

30
Keterangan :C = cocok,
X = tidak cocok,
T = terbatas.

16. Selain melakukan pemilahan dan penyimpanan limbah, hal-hal berikut


harus dilakukan:
a. Limbah dari kegiatan unit/seksi/kelompok kerja kesehatan hams
dilakukan pengelolaan sesuai karakteristiknya.
b. Limbah benda tajam hams dikumpulkan bersama, baik yang telah
terkontaminasi atau tidak. Wadali yang digunakan hams tahan
terhadap tusukan atau goresan, lazimnya terbuat dari logam atau
plastik padat, dilengkapi dengan penutup. Wadah hams kokoh dan
kedap untuk menampung benda tajam dan sisa-sisa cairan dari
penyuntik {syringe). Untuk menghindari penyalahgunaan, wadah
hams tidak mudah dibuka atau dirusak, dan jarum-jarum atau
penyuntik dibuat menjadi tidak dapat digunakan. Apabila wadali
logam atau plastik tidak tersedia, wadah dapat dibuat dari kotak
karton.
c. Kantong dan wadah limbah infeksius hams diberi tanda sesuai
dengan simbol infeksius.
d. Limbah sangat infeksius dan limbah B3 lainnya hams segera
dilakukan dan penanganan atau pengolahan sesuai metode yang
direkomendasikan dalam pedoman ini. Untuk itu, pewadahan hams
disesuaikan dengan metode/proses pengolahan yang akan dilakukan.
e. Limbah radioaktif hams dilakukan pemilahan sesuai dengan bentuk
fisiknya, padat dan cair, dan sesuai dengan waktu paruh {half-life)
atau potensinya, dan dilaksanakan sesuai peraturan pemndang-
undangan di bidang ketenaganukliran.
f. Limbah bahan kimia atau Limbah farmasi dalam jumlah sedikit
dapat dikumpulkan bersama dengan Limbah infeksius
g. Limbah farmasi kedaluwarsa/tidak digunakan dalam jumlah besar
yang tersimpan di unit pelayanan fannasi hams dikembalikan ke

29
diserahkan ke pihak pengelola Limbah B3 yang bekerja sama dengan
Rumah Sakit Marsudi Waluyo.
10. Wadah aerosol misal pengliarum ruangan, pembasmi serangga, dapat
dikumpulkan dengan limbah umumnya ketika telah kosong. Wadah
aerosol dilarang dibakar, dipanaskan atau diinsinerasi.
11. Wadah dan kantong yang tepat harus ditempatkan di seluruh lokasi
sesuai dengan sumber Limbah sesuai kategorinya.
12. Setiap orang berkewajiban untuk memastikan bahwa pemilahan limbah
dilakukan sesuai kategori limbah, antara lain memindahkan limbah
yang tidak sesuai peruntukannya dan suatu wadah ke dalam wadah lain
atau kantong sesuai kategori limbah, wama, simbol dan label limbah.
Dalam hal suatu limbah terkontaminasi Limbah B3, limbah tersebut
dikategorikan sebagai limbah B3.
13. Seluruh limbah medis harus disimpan dan dikumpulkan pada lokasi
penyimpanan sementara sampai diangkut ke lokasi pengolahan. Lokasi
penyimpanan diberikan tanda:
“BERBAHAYA: PENYIMPANAN LIMBAH MEDIS - HANYA
UNTUK PIHAK BERKEPENT1NGAN”
14. Lokasi penyimpanan harus tetap, berada jauh dari ruang pasien,
laboratorium, ruang operasi, atau area yang diakses masyarakat.
15. Penyimpanan limbah B3 harus memenuhi kaidah kompatibilitas yaitu
mengelompokkan penyimpanan sesuai dengan karakteristiknya
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 5.4 Kompatibilitas Penyimpanan Limbah B3

LIMBAH B3

CA1RAH
111 H I I If I 1! ! 1 1
MUDAM C c c X X c c T
TERRAKAR

PADATAN
MUDAH c c c c X T c T
TERDAKAR

REAKTIF c c c c X T c T

MUDAll
MEI.EDAK X c c c X T c T

BERACUN X X X X c X c T

CAIRAH
KOROSIF c T T T X c c T

INFEKSIUS c C C C c c c C
BERBAHAYA
TERHADAP T T T T T T c C
UNQKUHOAN

28
LIMBAH PATOLOGIS

Cambar 5.5 Penyimpanan Limbah Radioaktif Dan Limbab Bahan Kimia

8. Limbah bahan kimia dalam jumlah besar hams disimpan dalam wadah
yang tahan terhadap bahan kimia untuk diserahkan ke pihak Pengelola
Limbah B3 yang telah memiliki izin untuk pemusnahan. Penyimpanan
dan pengumpulan Limbah bahan kimia hams diperhatikan
kompatibilitas dan dilakukan sesuai dengan karakteristiknya. Hindari
penyimpanan Limbah balian kimia yang akan saling bereaksi atau
memicu reaksi yang tidak diinginkan.

Gambar 5.6 Contoh Wadah Dari Kotak Karton

9. Limbah dengan kadar logam berat yang tinggi misalnya kadmium atau
merkuri, hams dikumpulkan secara terpisah. Limbah seperti ini hams

27
26
25
Tabel 5.1 Tata Cara Penanganan Dan Pengikatan Limbah Medis Yang Benar

No Foto Keterangan
Hanya Limbah infeksius yang boleh
dimasukkan ke dalam wadah ini - Limbah
terkena darah atau cairan tubuh - Limbah
1 benda tajam ditempatkan pada wadah
Limbah benda tajam
Limbah hams ditempatkan dalam wadah
sesuai dengan jenis dan karakteristik
Limbah. Tarik plastik secara perlahan
2 sehingga udara dalam kantong berkurang.
Jangan mendorong kantong ke bawah atau
melobanginya untuk mengeluarkan udara.
Gunakan kepang plastik untuk
3 membentuk ikatan tunggal. Dilarang
mengikat dengan model “telinga kelinci”.
Letakkan penutup wadah dan tempat
4 padatempat penyimpanan sementara
(atau pada lokasi pengumpulan internal).

Ta bel 5.2 Tata Cara Penanganan Dan Pengikatan Limbah Medis Yang Salah.

No Foto Keterangan

1 Kantong Limbah tidak boleh dibiarkan


terbuka.
Kantong Limbah tidak boleh diikat
2 model “telinga kelinci”.

Kantong Limbah tidak boleh diikat


3 dengan selotipe atau sejenis.

24
d. Pemadatan atau penekanan limbah dalam wadah atau kantong
Limbah dengan tangan atau kaki hams dihindari secara mutlak.
e. Penanganan limbah secara manual hams dihindari. Apabila hal
tersebut hams dilakukan, bagian atas kantong limbah harus tertutup
dan penangannya sejauh mungkin dari tubuh.
f. Penggunaan wadah atau kantong Limbah ganda hams dilakukan,
apabila wadah atau kantong limbah bocor, robek atau tidak tertutup
sempuma.

Gam bar 5.2 Tata Cara Pengisian Limbah B3 Ke Wadah

it &
mm
Gambar 5.3 Contoh Wadah Untuk Limbah Infeksius

Gambar 5.4 Contoh Wadah Untuk Limbah Benda Tajam


a. Kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan pembangunan tempat
penyimpanan secara terpisah dari bangunan utama fasilitas pelayanan
kesehatan;
b. Akumulasi limbah yang dihasilkan dalam jumlah relatif kecil; dan
c. Limbah dilakukan pengolahan lebih lanjut dalam waktu kurang dari 48
(empat puluh delapan) jam sejak limbah dihasilkan.
d. Batas penyimpanan limbah
3. Limbah infeksius, benda tajam, dan/atau patologis tidak boleh disimpan
lebih dari 2 (dua) hari untuk menghindari pertumbuhan bakteri,
putrekasi, dan bau. Apabila disimpan lebih dari 2 (dua) hari, limbah
harus dilakukan desinfeksi kimiawi.
4. Rincian persyaratan lokasi dan fasilitas penyimpanan dilakukan sesuai
peraturan perundang-undangan mengenai Penyimpanan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
5. Limbah B3 harus disimpan dalam kemasan dengan simbol dan label
yang jelas. Terkecuali untuk limbah benda tajam dan limbah cairan.
Limbah B3 dari kegiatan unit/seksi/kelompok kerja umumnya disimpan
dalam kemasan plastik, wadah yang telali diberi plastik limbah, atau
kemasan dengan standar tertentu seperti antibocor.
6. Cara yang paling tepat untuk mengidentifikasi limbah sesuai dengan
kategorinya adalah pemilahan limbah sesuai wama kemasan dan label
dan simbolnya.
7. Prinsip dasar penanganan (handling) limbah medis antara lain:
a. Limbah harus diletakkan dalam wadah atau kantong sesuai kategori
limbah.
b. Volume paling tinggi limbah yang dimasukkan ke dalam wadah atau
kantong limbah adalah 3/4 (tiga per empat) limbah dari volume,
sebelum ditutup secara aman dan dilakukan pengelolaan selanjutnya.
c. Penanganan (handling) limbah harus dilakukan dengan hati-hati
untuk menghindari tertusuk benda tajam, apabila limbah benda tajam
tidak dibuang dalam wadah atau kantong limbah sesuai kelompok
limbah.

22
BAB V
RUANG PENYIMPANAN

A. Penyimpanan Limbah Bahan Perbahaya Dan Beracun


1. Persyaratan fasilitas Penyimpanan Limbah B3 meliputi:
a. Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan sistem
drainase yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan desinfeksi.
b. Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan.
c. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah.
d. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak
berkepentingan.
e. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau
mengangkut limbah.
f. Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan
faktor lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana
keija.
g. Tidak dapat diakses oleh hewan, serangga, dan bunuig.
h. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai.
i. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan.
j. Peralatan pembersihan, pakaian pelindung, dan wadah atau kantong
limbah harus diletakkan sedekat mungkin dengan lokasi fasilitas
penyimpanan.
k. Dinding, lantai, dan langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa
dalam keadaan bersih, termasuk pembersihan lantai setiap hari.
l. Titik penataan lintang selatan 07o9O’603°” bujur timur 112°65’25”
2. Penyimpanan limbah B3 yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan
oleh Penghasil Limbah B3 sebaiknya dilakukan pada bangunan terpisah
dari bangunan utama fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam hal tidak
tersedia bangunan terpisah, penyimpanan Limbah B3 dapat dilakukan pada
fasilitas atau mangan khusus yang berada di dalam bangunan fasilitas
pelayanan kesehatan, apabila:

21
Tabel 4.3 Simbol Limbah Balian Berbahaya Dan Beracun
KETERANGAN CONTOH
KELOMPOK SIMBOL
LIMBAH
Wama symbol merah
komposisi wama Red=

A
255, Green = 0, dan
Radioaktif Blue = 0, Wama dasar
kuning dengan
komposisi wama Red=
255, Green = 255, dan
Blue = 0
Wama sibol hitam

A
komposisi wama Red=
255, Green = 0, dan
Infeksius Blue = 0, Wama dasar
kuning dengan
komposisi wama Red=
255, Green = 255, dan
Blue = 0

15.Pengomposan merupakan salah satu cara penting untuk mengurangi


limbah seperti makanan buangan, limbah daptir, karton bekas, dan limbah
taman. Dalam hal pengomposan akan dilakukan, maka memerlukan lahan
yang jauh dari ruang perawatan. Teknik pengomposan dapat dilakukan
dari cara yang sederhana melalui penumpukan limbah tidak teraerasi
hingga dengan teknik pengomposan menggunakan cacing (vermi-
composting).

20
6 Lim bah b ahan kim ia Kanto ng P e ngolahan
ked alu w arsa, tu m p ah an , p lastik atau kim iaw i dan
atau sisa kem asan Lim bah co n tain e r d ib u a n g ke
bahan kim ia an tara lain sa iu ran untuk
bahan kim ia yang lim b ah cair dan
d igu n akan untuk C O K LA T - d itim b u n di
m en gh asilka n bahan fasilitas
bio lo gis, bahan kim ia yang p en im bu san
d igu n akan dalam akh\r(landfill)
d esin fe ksi, dan seb agai untuk lim bah
insektisida. padat.
7 Lim bah den gan kandungan K o n ta in e r Pengelolaan
logam berat ya n g tinggi, p lastik kuat lim bah B3
sebagai contoh: dan anti b ocor
a. T e rm o m e te r m erkuri C O K LA T -
pecah
b. S p h ygm o m an o m e ter
m erkuri pecah
8 Lim bah rad io aktif K an to n g boks D ilaku kan
tim b al (Pb) pen gelo laan
den gan sim bol se su ai peraturan
M ERAH rad io aktif perun d ang-
& und an gan di
b idang
ke ten ag an u klira n
l______

NO K E L O M P O K L IM B A H KODE S IM B O L K EM A SA N P IL IH A N
W ARNA PENGOLAHAN
9 Lim bah ta b u n g gas Kanto ng D ikem b alikan
(ko n tain e r b ertekanan) p lastic kepada p en gh asil
- - atau dikelola
sesuai
pen gelo laan
lim bah B3
10 Lim bah farm asi O bat p lastik atau In sin e rasi/d estru k
b uan gan yaitu lim b ah obat co n tain e r si d an obat-
kedaluw arsa, CO KLA T - o batan d itim b un
te rko n tam in asi, dan di fasilitas
buangan. p e n im bu san
akh\r(landfill)

19
14.Untuk efisiensi pemilahan limbah dan mengurangi penggunaan kemasan
yang tidak sesuai, penempatan dan pelabelan pada kemasan hams
dilakukan secara tepat. Penempatan kemasan secara bersisian untuk
limbah non-infeksius dan limbah infeksius akan menghasilkan pemilahan
limbah yang lebih baik. Pemilahan Limbah medis wajib dilakukan sesuai
dengan kelompok limbah dalam Tabel 2 dan 3.

Tabel 4.2 Kelompok, Kode Wama, Simbol, Wadah/Kemasan, Dan


Pengelolaan Limbah Medis.

NO K E L O M P O K L IM B A H KODE S IM B O L K EM A SA N P IL IH A N
W ARNA PEN G O LA H A N
1 Lim bah in feksius, m eliputi:
2 Lim bah padat yaitu Lim bah Kantong D esin fe ksi(kim ia w
plastik kuat i)/ au to klaf/

AK
ya n g d ih a silkan dari barang
d ap a t d ib u a n g -d isp o sa b le dan anti g e lo m b a n g m ikro
ite m s- se lain Lim bah benda KUNING bocor, atau dan
tajam antara lain pipa co n tain e r p e n gh an curan -
karet, kateter, dan set pen cacah an
intravena.
3 Lim bah pakaian ko to r yaitu Kantong In sin e rasi/au to kla
b arang te rko n tam in asi plastic f/ g elo m b an g
den gan cairan tu bu h m ikro

AK
te rm a su k kapas, pakaian,
p laster atau pem balu t KUNING
kotor, ta li-te m ali, sprei,
se lim u t, dan kain-kain
te m p a t tid u r dan b arang
lainnya ya n gte rko n tam in asi
den gan darah.
NO K E L O M P O K L IM B A H KODE S IM B O L K EM ASAN P IL IH A N
W ARNA PENGOLAHAN

A
4 Lim bah p atologis, m eliputi Kantong Insinerasi
Lim bah an ato m i m anusia p lastik kuat
yaitu jarin gan , organ, dan KUNING dan anti
bagian tubuh. bocor, atau
container
5 Lim bah benda tajam Kon tainer D esin feksi
Lim bah benda tajam antara p lastik kuat (kim iaw i)/
lain jaru m , sirin ge , skalpel, dan an ti b ocor au to klaf/
pisau, dan kaca, ya n g dapat KUNING g e lo m b a n g m ikro
m e n u su k atau /(3k Dan
m en im b u lka n luka, baik p e n gh an curan -
ya n g telah d igu n akan atau pencacahan
belum

18
SIMBOL JENIS PLASTIK CONTOH
P o lyp ro ph ylene K em asan seperti yo g h u rt dan
m argarin, p em b u n gku s cam ilan
dan p erm en, kem asan b arang
m edis, botol b ir d an susu, botol
L D P E
sam po
Polystyrene Piring dan kem asan m in um an

A panas atau d in gin ya n g dapat


d ibu an g, w adah m akan an ce p at
saji, w adah p ro d u k d ari susu

PP
Sem ua je n is resin R esin, ko m p le ks ko m posit, dan
A lainn ya d an m u lti­
m aterial y a n g tidak
pelapis lainnya

sp e sifik

PS

Sem ua je n is resin Resin, ko m p le ks kom posit, dan


lainnya dan m u lti­ pelapis lainnya
m aterial y a n g tidak
& m aterial y a n g tidak

O THER

11. Limbah terkontaminasi zat radioaktif seperti gelas plastik atau kertas,
sarung tangan sekali pakai, dan jarum suntik tidak dapat digunakan
kembali atau dilakukan daur ulang, kecuali tingkat radioaktifitasnya
berada di bawah tingkat klierens sesuai peraturan perundang-undangan di
bidang ketenaganukliran.
12. Daur ulang Limbah medis akan menghindari terbuangnya sumber daya
berharga ke fasilitas penimbusan akhir {landfill).
13. Pemilahan pada sumber (penghasil) limbah merupakan tanggung jawab
unit/seksi/kelompok kerja penghasil limbah. Pemilahan harus dilakukan
sedekat mungkin dengan sumber Limbah dan harus tetap dilakukan selama
penyimpanan, pengumpulan, dan pengangkutan.

17
digunakan, peralatan tersebut harus dikumpulkan secara terpisah dari
Limbah yang tidak dapat digunakan kembali, dicuci dan disterilisasi
menggunakan peralatan atau metode yang telah disetujui atau memiliki
izin seperti autoklaf.
8. Sebagai catatan, jarum suntik plastik dan kateter tidak dapat disterilisasi
secara tennal atau kimiawi, atau digunakan kembali, tetapi harus dibuang
sesuai peraturan perundang-imdangan

9. Daur ulang merupakan upaya pemanfaatan kembali komponen yang


bermanfaat melalui proses tambahan secara kimia, fisika, dan/atau biologi
yang menghasilkan produk yang sama ataupun produk yang berbeda.
10. Beberapa material yang dapat didaur ulang antara lain bahan organik,
plastik, kertas, kaca, dan logam. Daur ulang terhadap material berbahan
plastik umumnya dilakukan terhadap jenis plastik berbahan dasar
Polyethylene Terephthalate (PET/PETE) dan H igh Density Polyethylene
(HDPE).

Tabel 4.1 Simbol Dan Jenis Plastik Yang Dapat Didaur


Ulang
SIMBOL JENIS PLASTIK CONTOH
Polyethylene Botol m in um an y a n g je rn ih ,

/ \ Terephthalate{ PET) pen gep akan m akanan

PETE
High Density Botol (kh u su sn ya u n tu k produk
Polyethylene m akan an, dete rjen , dan
ko sm etik), p elapis dan film
in dustri, tas plastik

H DPE

Botol, film Botol, film pen gep akan, kartu


✓ Y pen gep akan, kartu
kredit, w adah air,
kredit, w adah air, pipa air

pipa air

16
b. mengganti termometer merkuri dengan termometer digital atau
elektronik;
c. bekerjasama dengan pemasok (supplier) untuk mengurangi kemasan
prodnk;
d. melakukan substitusi penggunaan bahan kimia berbahaya dengan bahan
yang tidak beracun untnk pembersih (cleaner); dan
e. penggunaan metode pembersihan yang lebih tidak berbahaya, seperti
menggunakan desinfeksi uap bertekanan daripada menggunakan
desinfeksi kimiawi.
5. Termasuk kegiatan pengurangan pada sumber yaitu:
a. melakukan sentralisasi pengadaan balian kimia berbahaya;
b. memantau aliran atau distribusi bahan kimia pada beberapa fasilitas
atau unit keija sampai dengan pembuangannya sebagai Limbah B3;
c. menerapkan sistem “pertama masuk pertama keluar” (FIFO, first in first
out) dalam penggunaan produk atau bahan kimia;
d. melakukan pengadaan produk atau bahan kimia dalam jumlah yang
kecil dibandingkan membeli sekaligus dalam jumlah besar, terutama
untuk produk atau balian kimia yang tidak stabil (mudah kedaluwarsa)
atau frekuensi penggunaannya tidak dapat ditentukan;
e. menggunakan produk atau bahan kimia sampai habis; dan
f. selalu memastikan tanggal kedaluwarsa seluruh produk pada saat
diantar oleh pemasok yang disesuaikan dengan kecepatan konsumsi
terhadap produk tersebut.
6. Salali satu hal penting yang harus dilakukan dalam pelaksanaan
pengurangan pada sumber yaitu melakukan penaatan prosedur keija
penanganan medis yang baik. Sebagai contoh, terhadap pasien yang akan
mendapatkan suntikan 3 ml (tiga mililiter) obat, maka peralatan suntik
yang digunakan harus memiliki volume tepat sebesar 3 ml (tiga mililiter).
Apabila digunakan peralatan suntik yang tidak tepat maka tidak dapat
digunakan dan akan menjadi Limbah yang harus dikelola lebih lanjut.
7. Peralatan medis atau peralatan lainnya yang dapat digunakan kembali
(reuse) antara lain: skalpel dan botol atau kemasan dari kaca. Setelah

15
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Pengurangan Dan Pemilahan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun


1. Pengurangan Limbah B3 dilakukan dengan cara antara lain:
a. menghindari penggunaan material yang mengandung Bahan Berbahaya
dan Beracun jika terdapat pilihan yang lain;
b. melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau material
yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau
pencemaran terhadap lingkungan;
c. melakukan tata kelola yang baik dal am pengadaan bahan kimia dan
bahan farmasi untuk menghindari terjadinya penumpukan dan
kedaluwarsa; dan
d. melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai
jadwal.
2. Pemilahan Limbah B3 dilakukan dengan cara antara lain:
a. memisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau
karakteristik Limbah B3; dan
b. mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3.
3. Pengurangan dan pemilahan Limbah dipusatkan terhadap eliminasi atau
pengurangan alur limbah medis (waste stream). Hal ini dapat dilakukan
melalui langkah berikut:
4. Pengurangan pada sumber.
Kegiatan pengurangan dapat dilakukan dengan eliminasi keseluruhan
material berbahaya atau material yang lebih sedikit menghasilkan Limbah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
a. perbaikan tata kelola lingkungan (good house keeping) melalui
eliminasi penggunaan penyegar udara kimiawi (yang tujuannya hanya
untuk menghilangkan bau tetapi melepaskan bahan berbahaya dan
beracun berupa formaldehida, distilat minyak bumi, p-diklorobenzena,
dll);

14
13. Untuk meraantau kualitas pelayanan maka dilakukan kegiatan supervisi
pelayanan secara rutin oleh Kepala Seksi Pemeliharaan sarana dan
lingkungan.

B. Kebijakan Khusus
1. Staf Pemeliharaan Sarana dan Lingkungan wajib melakukan identifikasi
dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
2. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) meliputi:
a. Inventarisasi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
b. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya dan
beracun
c. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan
insiden
d. Pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang benar;
e. Peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat
penggunaan, ada tumpahan (spill) atau paparan {exposure);
f. Pendokumentasian perizinan atau ketentuan persyaratan lainnya;
3. Limbah B3 harus diberi label/rambu-rambu sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan
4. Ada laporan dan analisis tumpahan, paparan/pajanan (exposure), dan
insiden lainnya.
5. Penyimpanan limbah B3 dapat dilakukan secara baik dan benar apabila
limbah B3 telah dilakukan pemilahan yang baik dan benar, termasuk
memasukkan limbah B3 ke dalam wadah atau kemasan yang sesuai serta
dilekati simbol dan label limbah B3.
6. Rumah Sakit Marsudi Waluyo melakukan pengolahan limbah pada B3
dengan pihak ketiga yang inempunyai izin sebagai transporter B-3 dan izin
pengolah B-3.
7. Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumali Sakit (K3RS)berkoordinasi
dengan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) bertanggung
jawab mengawasi pengelolaan limbab B3 berkoordinasi dengan Tim PPI

13
BAB III
KEBIJAKAN

A. Kebijakan Umum
1. Pelayanan pemeliharaan lingkungan selalu berorientasi kepada mutu dan
mengntamakan keselamatan pasien.
2. Pelayanan pemeliharaan lingkungan mengacu pada peraturan perundangan
yang berlaku.
3. Pelayanan pemeliharaan lingkungan dilaksanakan oleh Seksi Pemeliharaan
Sarana dan Lingkungan.
4. Setiap staf Seksi Pemeliharaan Sarana dan Lingkungan harus bekerja
sesuai dengan peraturan dan standar prosedur operasional yang berlaku
dan menghormati hak pasien.
5. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
6. Dalam melaksanakan tugasnya setiap staf wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
7. Untuk pencegahan Healthcare-associated infections (HA Is), setiap staf
diwajibkan melaksanakan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi.
8. Pelayanan pemeliharaan lingkungan dilaksanakan setiap hari keija oleh
staf Seksi Pemeliharaan Sarana dan Lingkungan, dan dalam keadaan
darurat bekerja sama dengan staf satuan pengaman (satpam) siaga 24 jam
sehari, 7 hari dalam seminggu.
9. Pengolahan Air Limbah dilaksanakan 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu.
10. Sebelum melakukan pelayanan setiap staf wajib menyiapkan bahan,
peralatan, sarana dan prasarana yang diperlukan.
11. Pada saat melaksanakan tugas, staf Seksi Pemeliharaan Sarana wajib
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
12. Setiap bulan Seksi Pemeliharaan Sarana dan Lingkungan wajib membuat
laporan kegiatan pelayanan.

12
8) cairan tubuli lainnya yang terkontaminasi darah.
4. Tidak termasuk dalam kelompok cairan tubuh yaitu:
a. urin, kecuali terdapat darah,
b. feses, kecuali terdapat darah, dan
c. muntah, kecuali terdapat darah.
5. Limbah benda tajam merupakan Limbah yang dapat menusuk dan/atau
menimbulkan luka dan telah mengalami kontak dengan agen penyebab
infeksi, antara lain
a. jarum hipodermis;
b. jarum intravena;
c. vial;
d. lanset (lancet);
e. siringe;
f. pipet pasteur;
g. kaca preparat;
h. skalpel;
i. pisau; dan
j. kaca.

Pengelolaan Limbah B3 yang timbul dari unit/seksi/kelompok kerja meliputi


tahapan :
1. Pengurangan dan pemilahan Limbah B3;
2. Penyimpanan Limbah B3;
3. Pengangkutan Limbali B3;
4. Pengolahan Limbah B3;

li
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup limbah bahan berbahaya dan beracun di Rumah Sakit Umnm
Daerah Mokoyurli Kabupaten Buol dibagi dalain lima bagian antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Limbah B3 dalam Pedoman Pengelolaan Limbah ini meliputi limbah :
a. dengan karakteristik infeksius;
b. benda tajam;
c. patologis;
d. bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan;
e. radioaktif;
f. farmasi;
g. sitotoksik;
h. peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi; dan
i. tabung gas atau kontainer bertekanan.
2. Ketentuan mengenai Limbah radioaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai
ketenaganukliran.
3. Limbali infeksius berupa darah dan cairan tubuh meliputi:
a. darah atau produk darah:
1) serum,
2) plasma, dan
3) komponen darah lainnya.
b. cairan tubuh:
1) semen,
2) sekresi vagina,
3) cairan serebrospinal,
4) cairan pleural,
5) cairan peritoneal,
6) cairan perikardial,
7) cairan amniotik, dan

10
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya
bagi kesehatan.
10. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rum ah sakit seperti insinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi,
11. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu
usaha dan/atau kegiatan.
12. Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau
menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun.
13. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari
suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara
ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai
unsur pencemar.
14. Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan
emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak
bergerak, maupun sumber tidak bergerak spesifik.
15. Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu
Tempat Baku mutu emisi pembangkit tenaga listrik termal adalah batas
kadar maksimum dan/atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan
masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien dari kegiatan
pembangkit tenaga listrik termal.
16. Kadar maksimum adalah kadar emisi gas buang tertinggi yang masih
diperbolehkan dibuang ke udara ambien.
17. LIpaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha
dan/atau Kegiatan

9
c. memberikan acuan mengenai baku mutu air limbah kepada penyusun
dokumen Amdal, UKL-UPL, atau dokumen kajian pembuangan air
limbah dalam menghasilkan baku mutu air limbah yang lebih spesifik
dan/atau ketat dan berdasarkan kondisi lingkungan setempat.

C. Pengertian
1. Limbah adalah sisa dari suatu usalia dan/atau kegiatan.
2. Bahan Berbahaya dan Beracun, yang selanjutnya disingkat B3, adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsimg, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain.
3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang selanjutnya disebut
Limbah B3, adalah sisa suatu usalia dan/atau kegiatan yang mengandung
B3.
4. Limbah B3 cair adalah Limbah cair yang mengandung B3 antara lain
Limbah larutan fixer, Limbah kimiawi cair, dan Limbah farmasi cair.
5. Limbah infeksius adalah Limbah yang terkontaminasi organisme
patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut
dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada
manusia rentan.
6. Limbah patologis adalah Limbah berupa buangan selama kegiatan
operasi, otopsi, dan/atau prosedur medis lainnya termasuk jaringan,
organ, bagian tubuh, cairan tubuh, dan/atau spesimen beserta
kemasannya.
7. Pengangkutan in situ adalah pengangkutan limbah di dalam area
Rumah Sakit Umum Daerah Mokoyurli
8. Lembaga Pengelola Limbah adalah pihak-pihak yang bertanggung
jawab dan melaksanakan pengelolaan limbah.
9. Air Limbah adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan yang kemungkinan mengandung

8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, institusi Rumah
Sakit (RS) secara langsung menghasilkan limbah. Sumber dari limbah
tersebut antara lain dari pelayanan medis (Rawat Inap, Rawat JaJan/
Poliklinik, Rawat Intensif, Rawat Darurat, Kamar Jenazah dan Bedah
Sentral). Dari penunjang medis (Dapur Pusar, Binatu, Laboratorinm Klinik,
Laboratorium Patologi Anatomi dan Radiologi.) dan dari perkantoran serta
fasilitas sosial (Perkantoran dan administrasi, asrama pegawai, Rumah Dinas
dan Kafetaria) dan lain-lain.

Limbah Rumah Sakit adalah buangan hasil proses yang berbentuk padat, cair,
dan gas dimana sebagian limbah tersebut mempakan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun yang mengandung mikroorganisme patogen, bersifat
infeksius dan radioaktif. Limbah tersebut sebagian dapat dimanfaaTkan ulang
dengan teknologi rerrenru dan sebagian lainnya sudah tidak dapar
dimanfaatkan kembali (PP No 18 tahun 1999). Dengan demikian yang
dimaksud dengan limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan
oleh seluruh kegiatan Rumah Sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mewujudkan visi dan misi rumah sakit melalui pemeliharaan
kesehatan di lingkungan Rumali Sakit Umum Daerah Mokoyurli
Kabupaten Buol

2. Tujuan Khusus
a. mengubah karakteristik biologis dan/atau kimia limbah sehingga
potensi bahayanya terhadap manusia berkurang atau tidak ada
b. memberikan panduan bagi sumber daya manusia (SDM) terkait
pengelolaan Limbah B3 di Rumah Sakit Umum Daerah Mokoyurli
Kabupaten Buol

7
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Contoh Fasilitas Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Dengan Pembatas Akses...................................................................................... 9
Gambar 5.2 Cara Pengisian Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracim Ke Wadah................. 10
Gambar 5.3 Contoh Wadah Untuk Limbah Infeksius.............................................................10
Gambar 5.4 Contoh Wadah Untuk Limbah Benda Tajam..................................................... 10

Gambar 5.5 Penyimpanan Limbah Radio Aktif Dan Limbah Bahan Kimia..........................14
Gambar 5.6 Contoh Wadah Dari Kotak Karton...................................................................... 14
Gambar 5.7 Troli Pengumpul Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun................................16
Gambar 5.8 Contoh Tata Letak Rute Sistem Pengumpulan Limbah Dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan........................................................................................... 17
Gambar 5.9 Contoh Cara Berpakaian Petugas Pengelola Limbah Medis..............................21

6
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Simbol Dan Jenis Plastik Yang Dapat Di Daur Ulang..............................6
Tabel 4.2 Kelompok, Kode Wama, Simbol, Wadah/Kemasan Dan Pengelolaan
Limbah Medis.............................................................................................................. 7
Tabel 4.3 Simbol Limbah Bahan Berbahaya Dan Bercun.........................................8
Tabel 5.1 Tata Cara Penanganan Dan Pengikatan Limbah Medis Yang Benar.11
Tabel 5.2 Tata Cara Penanganan Dan Pengikatan Limbah Medis Yang Salah.11

Tabel 5.3 Tata Cara Pengelolaan Limbah Medis....................................................... 12


Tabel 5.4 Kompatibilitas Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.... 15
Tabel 5.5 Tata Cara Pengisian Limbah Manifes Bahan Berbahaya Dan Beracun.... 17
Tabel 5.6 Baku Mutu Air Limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan..........................20
Tabel 5.7 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi PLTD Rumah Sakit
Mokoyurli....................................................................................................................20

5
DAFTAR LSI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................i
PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN
BAH AN BERBAHAYA DA BERACUN................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................. 1
1. Tujuan Umiim..................................................................................................1
2. Tujuan Khusus.................................................................................................1
C. Pengertian...........................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP......................................................................................3
BAB III KEBIJAKAN............................................................................................... 4
A. Kebijakan Umum................................................................................. .............4
B. Kebijakan Khusus............................................................................................... 4
BAB IV TATA LAKSANA....................................................................................... 5
A. Pengurangan Dan Pemilahan Bahan Berbahaya Dan Beracun........................ 5
BAB V RUANG PENYIMPANAN...........................................................................9
A. Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun....................................9
B. Pengumpulan Dan Pengangkutan Insitu Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun..................................................................................................................... 15
C. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun....................................... 17
D. Pengelolaan Limbah Cair................................................................................... 19
E. Pengelolaan Limbah gas.....................................................................................20
F. Perlindungan Petugas Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun...21
G. Pengawasan Dan Pembinaan..............................................................................21
BAB V DOKUMENTASI.......................................................................................... 22

4
KESATU Pedoman Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
sebagaimana tercantnm dalam lam pi ran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini;

KEDUA Pembinaan dan pengawasan pengelolaan limbah B3 dilaksanakan


oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian infeksi (PPI) dan Tim
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

KETIGA Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, apabila di


kemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
akan diadakan perbaikan/pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Buol
Tanggal : ........Oktober 2022

DIREKTUR UPT. RSUD MOKOYURLI

Nip. 19690325 200502 2 001

3
Mengingat 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah;
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun
2008 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha Dan/Atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal
8. Keputusan Bupati Buol Nomor 188.04/219.35/BLH/2016
Tentang Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan;
9. Berbahaya dan Beracun kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Mokoyurli Kabupaten Buol.
10. Keputusan Bupati Buol Nomor 188.04/159.22/DLH/2017
Tentang Izin Pembuangan Limbah Cair kepada Rumah Sakit
Umum Daerah Mokoyurli Kabupaten Buol.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH MOKOYURLI KABUPATEN BUOL

2
PEMERINTAH KABUPATEN BUOL
UPT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOKOYURLI
Jin. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 12 Kelurahan Leok. II Kec. Biau, Buol -94563

PERATURAN DIREKTUR
UPT. RSUD MOKOYURLI KABUPATEN BUOL
NOMOR : 800 / 206.31 / RSUD / 2022

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN


BERACUN

Dl RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOKOYURLI


KABUPATEN BUOL

Direktur UPT. RSUD Mokoyurli,

Menimbang : a. Bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatandapat


menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
teijadinya pencemaran
b. Bahwa imtuk mencegah penularan penyakit dan pencemaran
dari limbah perlu pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) agar aman bagi lingkungan maupun petugas
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Mokoyurli Kabupaten Buol tentang
Pedoman Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3)

Anda mungkin juga menyukai