Proposal Skripsi Up Revisi
Proposal Skripsi Up Revisi
PROPOSAL SKRIPSI
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
karunia-Nya, sholawat beserta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat yang ta’at kepadanya. Berkat
iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi yang berjudul
“Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Berat Badan Lahir Rendah Dan Pola Asuh
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Buniwangi
Kabupaten Sukabumi”. Tujuan dari penulisan Proposal Skripsi ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat guna mendapat gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) di
Program Studi Sarjana Kebidanan, Fakultas Kebidanan, Institut Kesehatan
Rajawali Bandung.
Proses penyusunan proposal penelitian ini tidak lepas dari berbagai
kesulitan dan kendala yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, namun diantara kesulitan itu ada orang-
orang yang selalu memberikan jalan kemudahan bagi penulis dan sehingga
penulis banyak sekali mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan maupun
dukungan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya sehingga
proposal penelitian ini tersusun dengan bantuan banyak pihak, untuk itu izinkan
penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima
kasih kepada ;
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes., selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb., selaku Dekan Fakultas Sarjana
Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
3. Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb., selaku Penanggung Jawab Program Studi
Institut Kesehatan Rajawali Bandung
4. Intan Karlina, S.S.T., Bd., M.Keb., selaku pembimbing Utama yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
5. Euis Nurhayati, S.S.T., M.Kes. Selaku pembimbing pendamping yang telah
iii
memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Sarjana Kebidanan yang telah
memberikan banyak ilmu selama penulis menempuh studi di Institut
Kesehatan Rajawali Bandung;
7. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Sarjana Kebidanan Alih Jenjang
Institut Kesehatan Rajawali yang senantiasa selalu memberikan doa dan
dukungan.
8. Keluarga yang senantiasa memberikan doa dan memberikan dukungan
selama penulisan ini;
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari semua pihak
sebagai pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi.
Dan akhirnya atas segala bantuan, penulis tidak dapat berbuat apapun
sebagai imbalan kecuali ucapan terimakasih dan memohon kepada Allah SWT
semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
3.7 Pengolahan dan Analisis Data........................................................... 65
3.8 Tempat Penelitian.............................................................................. 68
3.9 Waktu Penelitian .............................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 69
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR BAGAN
vii
i
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
adekuat. Kecukupan zat gizi pada masa ini akan mempengaruhi proses
tumbuh kembang anak pada periode selanjutnya. Penelitian lain menyatakan
bahwa gangguan keterlambatan perkembangan antara lain ditandai dengan
lambatnya kematangan sel-sel syaraf, lambatnya gerakan motorik, kurangnya
kecerdasan, dan lambatnya respon sosial. Berbagai stimulasi melalui panca
indra seperti mendengar, melihat, merasa, mencium, dan meraba, yang
diberikan selama awal kehidupan mempunyai pengaruh besar pada
pertumbuhan dan maturasi otak (Pantaleon. dkk, 2015).
Berdasar atas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes
RI) periode 1.000 hari pertama kehidupan merupakan periode kritis untuk
menentukan kualitas kehidupan. Bila kekurangan gizi tidak ditangani selama
1.000 hari pertama kehidupan mengakibatkan stunting dan dampak krusial
jangka pendek dapat terjadi salah satunya perkembangan motorik yang tidak
optimal. Dua tahun pertama sangat penting untuk proses perkembangan dan
arborisasi apikal dendrit korteks otak. Beberapa studi menunjukkan anak
yang kekurangan gizi selama periode perkembangan otak mengalami
beberapa perubahan struktural pada saraf seperti pemendekan dendrit apikal,
jumlah akson berkurang, serta mengganggu proses mielinisasi yang
ada sebesar 54%. Sedangkan tahun 2021, bayi mendapat ASI eksklusif sesuai
umurnya sebesar 46,7%.
Pemeberian ASI Eksklusif yang tidak sesuai merupakam salah satu
faktor utama penyebab terjadinya stunting, hal ini diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan oleh Nuzurul Rahmi (2021) yang dilakukan pada balita usia
23-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Padang Tiji didapatkan hasil adanya
hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian
stunting.
Pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya memberikan
pengaruh cukup besar dalam kehidupan anak di masa mendatang. Pola asuh
terkait dengan pemahaman dan pengetahuan ibu tentang pola asuh yang
benar. Ibu dengan pemahaman dan pengetahuan yang baik, maka pola asuh
yang diterapkan dengan baik pada anak dan keluarganya, karena dengan pola
asuh yang baik ibu akan lebih faham dan mengerti tentang kebutuhan gizi
untuk anak dan keluarganya. Hal ini diperkuat oleh penelitan yang dilakukan
oleh Ilya Krisnana (2020) menunjukkan pola asuh dengan kejadian stunting
baik demokratis, otoritatif dan permisif dapat disimpulkan bahwa pola asuh
yang baik berpengaruh dalam hal pemahaman seorang ibu dalam mengurus
anaknya baik dari kebutuhan, dan status gizinya. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Evy Noorhasanah dan Nor Isna Tauhidah (2021) menunjukan
sebanyak 55,7% responden dengan pola asuh buruk memiliki anak pendek
dan sangat pendek dan terdapat hubungan pola asuh ibu dengan kejadian
stunting anak usia 12-59 bulan.
Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru
nampak saat anak berusia dua tahun, biasanya anak terlahir dengan BBLR
sehingga dalam tahap pertumbuhan dan perkemabanganya kuran optimal
menyebabkan terjadinya stunting, pendapat ini diperkuat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Erna Eka Wijayanti (2019) Hasil penelitian menunjukan
balita yang BBLR seluruhnya mengalami stunting sebanyak 28 responden
(100%) dan balita yang tidak mendapatkan ASI Esklusif hampir seluruhnya
mengalami stunting sebanyak 44 responden (94%). Stunting masih menjadi
6
permasalahan kehidupan balita saat ini, stunting yang dialami oleh balita
dapat berdampak buruk saat balita besar dan dewasa kelak. Dampak balita
stunting dapat menurunkan kecerdasan sehingga dapat menurunkan kualitas
sumber daya manusia di masa depan. BBLR diduga sebagai faktor resiko
terjadinya stunting pada balita(Candra Murti, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Evy Noorhasanah dan Nor Isna
Tauhidah (2021) dengan judul Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kejadian
Stunting Anak Usia 12-59 Bulan, menunjukan sebanyak 55,7% responden
dengan pola asuh buruk memiliki anak pendek dan sangat pendek dan
terdapat hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting anak usia 12-59
bulan.
Penelitian yang dilakukan oleh I Dewa Nyoman Supariasa1 dan Heni
Purwaningsih (2019) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
stunting pada balitan di Kabupaten Malang didapatkan bahwa Pola asuh
balita stunting yang kurang tepat. Ketersediaan dan ketahanan pangan dalam
keluarga balita stunting sebesar 76% tergolong kurang dan rawan pangan.
Pelayanan kesehatan ibu balita stunting selama kehamilan meliputi pemberian
tablet tambah darah sebesar 98% tetapi berdasarkan hasil wawancara
sebagian besar tidak dikonsumsi. Akses sumber air bersih keluarga balita
stunting sebanyak 98% berasal dari PDAM dan sebanyak 2% berasal dari
sumur tertutup. Tingkat ekonomi keluarga balita stunting sebesar 96% berada
dibawah UMR Kabupaten Malang
Berdasarkan hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Kabupaten
Sukabumi, Puskesmas Buniwangi masih banyak ditemukan balita yang
stunting. Prevalensi stunting pada tahun 2021 di Puskesmas Buniwangi
sebesar 14,5% atau 425 balita stunting dari total 2970 balita dan wasting
sebanyak 186 balita, angka tersebut masih bawah target dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Sukabumi yaitu 24,6 % (Dinkes Kabupaten Sukabumi, 2021).
sedangkan kasus BBLR di Puskemas Buniwangi sebesar 3,6 % dan capaian
ASI eksklusif masih rendah dari target Dinas Kesehatan yaitu sebesar 50,6%.
7
1.6.2 Praktis
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
media untuk mendapatkan informasi dan pertimbangan tentang
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Berat Badan Lahir Rendah dan
Pola Asuh dengan Kejadian Stunting pada Balita.
2. Bagi Bidan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bahan informasi bagi
bidan sehingga dapat digunakan untuk menyusun asuhan kebidanan
secara tepat dalam upaya menurunkan serta mencegah Kejadian
Stunting pada Balita.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
9
4. Bagi Responden
Hasil penelitian diharapkan penelitian ini memberikan
masukan bagi masyarakat sebagai informasi dan menambah
pengetahuan bagi masyarakat tentang stunting agar dapat melakukan
upaya pencegahan stunting pada balita.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Balita
2.1.1 Pengertian
Balita adalah anak berusia 1-5 tahun. Balita merukan masa
transisi anata bayi da anak-anak kecil, dan merupakan masa
pertumbuhan yang cepat dan pentingdaam perkembangan fisik, mental
dan emosiona anak. Balita memerlukan perhatian khusus dan nutrisi
yng tepatuntuk tumbuh dan berkembang (Nelson, 2015)
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang
jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita
termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan
gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan
memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan
anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status
gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak
(Ariani, 2017).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018) menjelaskan
balita merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Proses pertumbuhan dan perkembangan
setiap individu berbeda-beda, bisa cepat maupun lambat tergantung dari
beberapa faktor, yaitu nutrisi, lingkungan dan sosial ekonomi keluarga.
10
11
lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia pra
sekolah (Proverawati & Wati, 2013).
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra
sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola
makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi
sering karena perut balita masih kecil sehingga tidak mampu menerima
jumlah makanan dalam sekali makan (Proverawati & Wati, 2010).
Amigo et al, dalam Narsikhah (2012) salah satu atau kedua orang tua
yang pendek akibat kondisi patologi ( seperti defisiensi hormon
pertumbuhan ) memiliki gen dalam kromosom yang membawa sifat
pendek sehingga memperbesar peluang anak mewarisi gen tersebut dan
tumbuh menjadi stunting. Akan tetapi, bila orang tua pendek akibat
kekurangan zat gizi atau penyakit, kemungkinan anak dapat tumbuh
dengan tinggi badan normal selama anak tersebut tidak terpapar faktor
resiko yang lain.
c. Asupan Makanan
Kualitas makanan yang buruk meliputi kualitas micronutrien yang
buruk, kurangnya keragaman dan asupan pangan yang bersumber dari
pangan hewani, kandungan tidak bergizi, dan rendahnya kandungan
energi pada complementary foods. Praktik pemberian makanan yang
tidak memadai, meliputi pemberian makanan yang jarang, pemberian
makanan yang tidak adekuat selama dan setelah sakit, konsistensi
pangan yang terlalu ringan, kuantitas pangan yang tidak mencukupi,
pemberian makan yang tidak berespon. Bukti menunjukan keragaman
diet yang lebih bervariasi dan konsumsi makanan dari sumber hewani
terkait dengan pertumbuhan linier. Analisa terbaru menunjukan bahwa
rumah tangga yang menerapkan diet yang beragam, termasuk diet yang
diperkaya nutrisi pelengkap, akan meningkatkan asupan gizi dan
mengurangi resiko stunting ( Sandra fikawati dkk, 2017 ).
d. Pemberian ASI Eksklusif
Masalah-masalah tekait praktik pemberian ASI meliputi delayed
Initiation, tidak menerapkan ASI Eksklusif, dan penghentian dini
konsumsi ASI. Sebuah penelitian membuktikan bahwa menunda
inisiasi menyusu ( delayed initiation ) akan meningkatkan kematian
bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa suplementasi makanan
maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu selain
ASI. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan
pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama untuk mencapai
14
2.2 Stunting
2.2.1 Definisi Stunting
16
Tabel 2.3 Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak Laki-
Laki Umur 24-60 Bulan
Umur Panjang Badan (cm)
(bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
24 * 78.0 81.0 84.1 87.1 90.2 93.2 96.3
25 78.6 81.7 84.9 88.0 91.1 94.2 97.3
26 79.3 82.5 85.6 88.8 92.0 95.2 98.3
27 79.9 83.1 86.4 89.6 92.9 96.1 99.3
28 80.5 83.8 87.1 90.4 93.7 97.0 100.3
29 81.1 84.5 87.8 91.2 94.5 97.9 101.2
30 81.7 85.1 88.5 91.9 95.3 98.7 102.1
31 82.3 85.7 89.2 92.7 96.1 99.6 103.0
32 82.8 86.4 89.9 93.4 96.9 100.4 103.9
33 83.4 86.9 90.5 94.1 97.6 101.2 104.8
34 83.9 87.5 91.1 94.8 98.4 102.0 105.6
35 84.4 88.1 91.8 95.4 99.1 102.7 106.4
36 85.0 88.7 92.4 96.1 99.8 103.5 107.2
37 85.5 89.2 93.0 96.7 100.5 104.2 108.0
38 86.0 89.8 93.6 97.4 101.2 105.0 108.8
39 86.5 90.3 94.2 98.0 101.8 105.7 109.5
40 87.0 90.9 94.7 98.6 102.5 106.4 110.3
41 87.5 91.4 95.3 99.2 103.2 107.1 111.0
42 88.0 91.9 95.9 99.9 103.8 107.8 111.7
43 88.4 92.4 96.4 100.4 104.5 108.5 112.5
24
tua/pengasuh.
m. Periksa kembali panjang badan yang diukur atau di plot agar
lebih akurat.
3. Mengukur tinggi badan menggunakan stadiometer (gambar 2.3).
Prosedur penggunaannya adalah:
hanya dimulai saat 1.000 HPK, melainkan dimulai saat remaja dengan
memperbaiki gizi saat remaja. Pencegahan yang dilakukan pada ibu
hamil dapat dilakukan dengan memperbaiki gizi ibu hamil. Perbaikan
gizi yang dapat dilakukan saat kehamilan yaitu dengan memberikan
tablet tambah darah minimal 90 tablet saat kehamilan. Selain itu pada
ibu yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) perlu mendapatkan
makanan tambahan untuk meningkatkan gizi ibu hamil tersebut.
Meningkatkan praktek menyusui juga merupakan salah satu tindakan
untuk mencegah terjadinya stunting. Inisiasi menyusui dini dan
pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat memberikan
perlindungan terhadap infeksi gastrointestial. Pernyataan tersebut di
dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tiwari yang menyatakan
bahwa anak yang diberi ASI eksklusif kemungkinan menderita stunting
lebih rendah jika dibandingkan anak yang tidak diberi ASI eksklusif.
bayi. Selain menyediakan nutrisi lengkap untuk seorang anak, ASI juga
memberikan perlindungan pada bayi atas infeksi dan sakit penyakit
bayi. (Wahyuningsih, 2018).
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja, tanpa
tambahan cairan lainnya seperti susu formula, air putih, madu, air teh,
maupun makanan lainnya (Roesli, 2013). Menurut World Health
Organization / WHO (2017) ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja
tanpa memberikan makanan dan minuman lainnya kepada bayi sampai
berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.
terdapat di dalam kolostrum dan air susu ibu. Faktor bifilus tidak
terdapat dalam susu sapi (Astutik, 2014).
2. Air Susu Masa Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum menjadi ASI yang matang/matur (Astutik, 2014).
Ciri dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut:
a. Peralihan ASI dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.
b. Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Teori
lain, mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3
sampai dengan minggu ke-5.
c. Kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi, dan kadar
protein mineral lebih rendah serta mengandung lebih banyak
kalori daripada kolostrum (Hesti Widuri, 2013).
d. Volume ASI juga akan makin meningkat dari hari ke hari
(Marmi, 2012) sehingga pada waktu bayi berumur tiga bulan
dapat diproduksi kurang lebih 800 ml/hr.
3. Air Susu Matang (Matur)
Merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan,
mengandung semua nutrisi. Terjadi pda hari ke 10 sampai seterusnya
(Haryono, Setianingsih, 2014). Ciri dari susu matur adalah sebagai
berikut :
a. ASI yang disekresikan pada hari ke 10 dan seterusnya. Komposisi
relatif konstan (Haryono, Setianingsih, 2014). Tetapi, ada juga
yang 21 mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai 5 ASI
komposisinya baru konstan (Marmi, 2012).
b. Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi. Hal
ini dikarenakan ASI merupakan makanan satu-satunya yang
paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia enam bulan
(Astutik, 2014).
41
2.4 BBLR
2.4.1 Pengertian
44
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang 2500 gram atau sama
dengan 2500 gram disebut premature. Pembagian menurut berat badan
ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun
diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak
hanya bergantung pada berat badan lahir saja, tetapi juga pada tingkat
maturitas bayi itu sendiri (WHO, 2014).
2.4.2 Klasifikasi
Klasifikasi BBLR menurut (Tando, 2016) ada beberapa cara
dalam mengelompokkannya yaitu:
1. Klasifikasi BBLR menurut harapan hidupnya:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gr
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berat lahir 1000-
1500 gr
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLR) berat lahir 1000 gr
2. Menurut masa gestasinya:
a. Prematuritas murni: Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
b. Dismaturitas: Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya (Proverawati & Ismawati, 2012).
3. Panjang badan kurang dari 46 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Rambut lanugo (rambut halus dan tipis yang muncul pada kulit janin
dan menghilang dalam beberapa waktu setelah kelahiran) masih
banyak.
5. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
6. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
7. Genitalia belum sempurna seperti pada bayi perempuan labio minora
belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol, pada bayi laki –
laki testis belum turun ke dalam skrotum
8. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakkannya
lemah dan tangisnya lemah.
9. Verniks kaseosa (sejenis lemak yang menyerupai keju dan
membantu untuk melindungi janin) tidak ada atau sedikit
(Proverawati dan Ismawati, 2012).
kepala bayi dalam batas normal, namun ukuran panjang dan berat badan
bayi terganggu. IUGR asimetris adalah tipe yang paling sering
ditemukan. Tipe ini memiliki persentase kasus sebesar 70 – 80%.
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan Bayi
Berat Lahir Rendah secara umum yaitu:
1. Faktor obstetrik
a. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik hidup
maupun mati. Resiko terjadinya BBLR pada ibu yang pernah
melahirkan anak empat kali atau lebih akan meningkat.
b. Riwayat obstetrik buruk
Riwayat obstetrik buruk yaitu riwayat abortus, riwayat
persalinan prematur, riwayat BBLR, bayi lahir mati, riwayat
persalinan dengan tindakan (ekstaksi vacuum dan ekstrasi
forsep), pre-eklamsia/eklamsia juga berpengaruh terhadap
BBLR.(Manuaba, 2012).
c. Hipertensi gestasional Hipertensi gestasional adalah keadaan
dimana diperoleh tekanan darah > 140/90 mmHg pada usia
kehamilan > 20 minggu, tanpa disertai adanya proteinuria.
Kendati demikian,apabila didapatkan tekanan darah yang
signifikan maka diperlukan pengawasan yang lebih ketat karena
kejadian eklampsia dapat mendahului proteinuria. Tekanan
darah pada kasus hipertensi gestasional akan berangsur normal
dalam 12 minggu setelah persalinan (Cuningham, 2014)
2. Sosial demografi
a. Usia ibu
Usia ibu adalah waktu hidup ibu bersalin sejak lahir sampai
hamil. Saat terbaik untuk seorang wanita hamil adalah saat
usia 20-35 tahun, karena pada usia itu seorang wanita sudah
mengalami kematangan organ-organ reproduksi dan secara
psikologi sudah dewasa (Manuaba, 2012)
48
b. Gizi hamil
Status gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting
dalam menentukan pertumbuhan janin. Status gizi ibu hamil
akan berdampak pada berat badan lahir, angka kematian
perinatal, keadaan kesehatan perinatal, dan pertumbuhan bayi
setelah kelahiran. Situasi status gizi ibu hamil sering
digambarkan melalui prevalensi anemia dan Kurang Energi
Kronis (KEK) pada ibu hamil.
c. Status sosial ekonomi
Keluarga bayi dengan status ekonomi rendah dan tinggal di
pedesaan cenderung mengalami kejadian BBLR lebih tinggi
dibandingkan dengan keluarga status ekonomi tinggi dan
tinggal di perkotaan. Keluarga bayi dengan status ekonomi
rendah mempunyai risiko BBLR sebesar 1,33 kali
dibandingkan keluarga dengan status ekonomi tinggi karena
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi ibu dan
pemantauan kehamilan. (Cunningham, 2014).
d. Status pernikahan
Remaja yang hamil di luar nikah menghadapi berbagai
masalah psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan
rendah diri terhadap kehamilan sehingga terjadi usaha untuk
menghilangkan dengan menggugurkan kandungannya atau 13
tidak mengurusi kehamilannya sehingga dapat kekurangan
nutrisi dan menyebabkan BBLR. Ibu dengan kehamilan di
luar nikah berpeluang 1,8 kali berisiko memiliki bayi berat
lahir rendah (BBLR) (Damelash, 2015).
e. Pendidikan Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi seseorang berperilaku. Tingkat pendidikan
merupakan faktor yang mendasari dalam pengambilan
keputusan. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin
mampu mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan
selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi
ibu dan janinnya termasuk mencegah kejadian BBLR.Tingkat
49
semua sikap yang dilakukan itu sudah benar sehingga tidak perlu
minta pertimbangan anak atas semua keputusan yang mengangkat
permasalahan anak-anaknya. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga
ditandai dengan hukuman hukuman yang dilakukan dengan keras,
anak juga diatur dengan berbagai macam aturan yang membatasi
perlakuannya. Perlakuan seperti ini sangat ketat dan bahkan masih
tetap diberlakukan sampai anak tersebut menginjak dewasa.
3. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah bentuk pengasuhan dimana orang
tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk
mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan
tidak banyak kontrol oleh orang tua. Pola asuh ini memberikan
pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan kepada
anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup
darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan
anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orang tua tipe ini
bersifat hangat sehingga sering kali disukai oleh anak. Pola asuh
permisif ini yaitu sikap pola asuh orang tua yang cenderung
membiarkan dan memberikan kebebasan kepada anak untuk
melakukan berbagai hal.
Pola Permisif adalah membiarkan anak bertindak sesuai
dengan keinginannya, orang tua tidak memberikan hukuman dan
pengendalian. Pola asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa
batas pada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya
sendiri, orang tua tidak pernah memberikan aturan dan pengarahan
kepada anak, sehingga anak akan berperilaku sesuai dengan
keinginannya sendiri walaupun terkadang bertentangan dengan
norma sosial (Wati, 2021).
4. Pola Asuh Lalai
Pola asuh lalai (neglectful parenting) merupakan gaya ketika
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang artinya subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel
subjek dilakukan pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012).
No Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil ukur Skala
Operasional
memberikan satu jawaban
makanan tambahan ibu tidak
lainnya selain ASI. tepat
2. ASI
Eksklusif
jika jawaban
ibu tepat
semua
3 BBLR Berat badan bayi Kuisioner 1. Tidak Ordinal
yang ditimbang BBLR:
saat lahir (BBL 2500-
4000 gram)
2. BBLR
< 2.500 gram)
4 Pola asuh Pola perilaku ibu Kuisioner 1. Kurang baik , Ordinal
yang diterapkan jika < Mean
kepada balita usia 2. Baik, jika ≥
1-59 bulan dalam Mean
memberikan
makan untuk
menentukan pola
asuh baik dan
kurang baik
3.5.2 Sampel
Berdasarkan populasi diatas, maka untuk mempermudah
melakukan penelitian diperlukan suatu sampel penelitian dikarenakan
populasi yang diteliti berjumlah besar dan sampel tersebut harus
representatif atau mewakili dari populasi tersebut. Sampel penelitian
adalah faktor dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. (Sugiyono, 2017). Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ibu yang mempunya balita stunting yaitu sebanyak
76 di Wilayah Kerja Puskesmas Buniwangi Kecamatan Surade.
Penelitian ini menggunakan teknik proporsional Stratified random
sampling.
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk penarikan dalam sampel
penelitian ini menggunakan sampel acak (Random sampling) karena
jumlah populasi lebih dari 100 orang. Penelitian ini menggunakan
toleransi kesalah 10% berarti memiliki tingkat akurasi 90%. Sedangkan
teknik untuk pengambilan sampel menggunakan Rumus Slovin
(Riduwan , 2013) sebagai berikut:
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah seluruh populasi
E = toleransi error 10%
61
¿= ¿ xn
N
dimana :
ni = anggota sampel pada prosorsi ke-I
Ni = populasi ke-I
n = sampel yang di ambil dalam penelitian
109
1. Desa Pasiripis x 76 = 26,29 = 26 orang
315
110
2. Desa Buniwangi x 76 = 25,53 = 26 orang
315
37
3. Desa Gunungsungsing x 76 = 8,92 = 9 orang
315
31
4. Desa Cipeundey x 76 = 7,49 = 8 orang
315
28
5. Desa Sukatani x 76 = 6,75 = 7 orang
315
Sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 76 balita stunting Wilayah Kerja Puskesmas Buniwangi
Kecamatan Surade
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari laporan gizi puskesmas,
buku, artikel, jurnal dan informasi lainnya yang mempunyai hubungan dan
relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
oleh kader melalui data balita yang berusia 25-59 bulan. Dari
hasil uji validitas angket dinyatakan valid karena berdsarkan uji
validitas didapatkan nilai hitung > r tabel (0,344).
b. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2018) menyatakan bahwa uji reliabilitas
adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Variabel
dinyatakan reliabel dengan kriteria berikut :
1) Jika r-alpha positif dan lebih besar dari r-tabel maka
pernyataan tersebut reliabel.
2) Jika r-alpha negatif dan lebih kecil dari r-tabel maka
pernyataan tersebut tidak reliabel.
(1) Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka reliable
(2) Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,6 maka tidak reliable
Variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s
Alpha > dari 0,6 (Priyatno, 2013)
Uji reliabilitas angket dalam penelitian ini dinyatakan reabiltas
Nilai Cronbach’s Alpha (0,9) > konstanta (0,6) maka pernyataan
tersebut reliable.
3. Processing
Setelah semua isian angket terisi penuh dan benar, dan sudah
melewati coding, maka langkah selanjutnya memproses data agar
dapat dianalisis.
4. Tabulating (Pentabulasian)
Tabulation merupakan proses pembuatan tabel-tabel sesuai
dengan tujuan penelitian, kemudian memasukan data yang telah
diperoleh ke dalam master table.
5. Cleaning (pembersihan data)
merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-
entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat meng-entry data.
68
bermakna dan jika nilai p > 0.05 maka hasil perhitungan disebut
tidak bermakna (Sastroasmoro, 2014).
Rumus Chi Square :
(0 - E) 2
X
2
=
E
Keterangan :
X2 : Chi Square
0 : Frekuensi yyang
E : Frekuensi yang diharapkan
Setelah didapatkan nilai chi square maka hasilnya
disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Apabila nilai p value < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada
hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
b. Apabila nilai p value ≥ 0,05 maka Ha ditolak, artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
3.8 Lokasi
Lokasi Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Buniwangi Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L.H dan Gillespie, S.R. What Works? A Review of The Efficacy and.
Effectiveness of Nutrition Intervensions. Manila: ABD; 2011.
Anggryni, M., Mardiah, W., Hermayanti, Y., Rakhmawati, W., Ramdhanie, G. G.,
& Mediani, H. S. Faktor Pemberian Nutrisi Masa Golden Age dengan
Kejadian Stunting pada Balita di Negara Berkembang; 2021. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1764–1776. Available at:
URL: https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.967
Anwar, F., Khomsan, A., & Mauludyani, A. Masalah dan Solusi Stunting Akibat
Kurang Gizi di Wilayah Pedesaan, Bogor : PT Penerbit IPB Press; 2014.
Ariani, Putri. AM. Keb. Yogyakarta: Ilmu Gizi. Nuha Medika; 2017.
Arifin. Panduan Ibu Cerdas ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. MedPress Jakarta;
2012.
Astuti, E.P. Status Gizi Balita di posyandu Melati Desa Sendangadi Mlati Sleman
Yogyakarta. Jurnal Permata Indonesia. Vol. 8, No. 1. Mei 2017.
Erna Eka Wijayanti. Hubungan Antara BBLR, ASI Esklusif dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 2-5 Tahun. 2019. Available at: URL:
http://journal.stikesdrsoebandi.ac.id/index.php/jkds/article/view/138
Evy Noorhasanah dan Nor Isna Tauhidah. Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan
Kejadian Stunting Anak Usia 12-59 Bulan. 2021. Available at: URL:
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jika/article/view/959
Fatimah Chandra Murti dkk. Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 2-5 Tahun Di Desa Umbulrejo,
Ponjong, Gunung Kidul. JKK. Vol. 11 No. 2. 2020. Available at: URL:
https://jurnal.stikmuhptk.ac.id/index.php/JK2/article/view/120
Fikawati S, Syafiq A, Karima K. Gizi Ibu dan Bayi. PT Raja Grafindo. Persada:
71
Jakarta; 2017.
Haryono, R., & Setianingsih, S. Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publishing; 2014.
Izzati, I.S. 2016. Hubungan Jenis Kelamin, Usia dan Riwayat Penyakit Infeksi
dengan Kejadian Stunting Anak di RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. Available at: URL:
http://repository.unimus.ac.id
Mugianti, S. dkk. 2018. Faktor penyebab anak Stunting usia 25-60 bulan di
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Jurnal Ners dan Kebidanan. Vol. 5. No. 3.
Desember 2018. Hlm. 268–278. Available at: URL:
http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/download/374/pdf
Proverawati, A dan Wati, E K. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika; 2010.
Proverawati. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika; 2013
Sentolo I Kulon Progo Tahun 2016. Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani.
Setyawati, V.A.V. 2018. Kajian Stunting Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Di Kota Semarang. Jurnal University Research Colloqium. Available at:
URL: http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/273
Sulistyoningsih. Gizi untuk Kesehatan ibu dan anak. Edisi Pertama. Jakarta:
Graha Ilmu; 2011
Supariasa, I Dewa Nyoman., Bakri, Bachyar dan Fajar, Ibnu. Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC; 2012.
Wong, Donna L, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong (6 ed.). Jakarta: EGC;
2012
73
LAMPIRAN
74
Kepada Yth.
Calon responden penelitian
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali :
Nama : Senja Novalia Hastuti
NPM : 6221499
Akan melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif, Berat Badan Lahir Rendah Dan Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Buniwangi Kabupaten Sukabumi Tahun
2022. Untuk itu saya meminta kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam
penelitian ini.
Dalam penelitian tersebut saya mengharapkan kesediaan saudara untuk
memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang ada dalam kuisioner sesuai
dengan pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi oleh pihak lain sesuai dengan
petunjuk. Saya menjamin kerahasiaan pendapat saudara. Identitas dan informasi
yang saudara berikan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak
untuk maksud lain.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas dan tanpa paksaaan.
saudara bebas ikut atau tidak tanpa dikenai sanksi apapun. Atas perhatian dan
kesediaan saudara, saya ucapkan terimakasih.
Sukabumi, Desember 2022
Peneliti
INFORMED CONSENT
(PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN)
Nama :
Alamat :
No Telp :
Bandung , 2022
LEMBAR KUESIONER
(Parental Style)
Petunjuk :
Bacalah dengan teliti pertanyaan di bawah ini. Berilah tanda ceklist (X) pada
jawaban yang paling sesuai. Berikan jawaban dengan sejujurnya !
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Ibu memberikan makanan tabahan lain selain
ASI kepada anak sampai usia 6 bulan?
2 Apakah Ibu memberikan susu formula kepada anak
sebelum usia 6 bulan?
3 Apakah Ibu pernah memberikan madu untuk di minum
pada bayi ibu sebelum usia 6 bulan?
4 Apakah Ibu memberikan makanan seperti bubur bayi
sebelum usia 6 bulan?
5 Apakah Ibu memberikan air putih kepada bayi ibu
sebelum usia 6 bulan?
6 Apakah Ibu memberikan makanan buah seperti pisang
kepada anak ibu sebelum usia 6 bulan?
Keterangan :
Jika benar nilai 1 dengan jawaban “Tidak”
Jika salah nilai 0 dengan jawaban “ya”
78
jadwal pemberian
makanan anak sehari-
hari
16. Saya membatasi anak
makan makanan
ringan terlalu banyak
sebelum makan
B Responsivenes
17. Ibu membantu anak
untuk makan
(memotong makanan
menjadi bagian yang
lebih kecil)
18. Ibu mengatakan
sesuatu yang positif
tentang makanan
yang dimakan anak
selama anak makan
19. Ibu meminta
(memohon) pada anak
untuk makan ("Ayo
makan, nanti nasinya
keburu dingin")
20. Ibu mengatakan
kepada anak untuk
segera makan ("Ayo
cepat dimakan
nasinya")
21. S Saya mengarahkan
kepada anak untuk
memilih makanan
yang tidak
berpengawet karena
dapat menimbulkan
penyakit
22. Ibu menjelaskan
(Menasehati) kepada
anak kenapa harus
makan ("susu baik
untuk kesehatanmu
karena dapat
membuat tulangmu
kuat")
23. Saya mengajarkan
kebiasaan makan
yang baik kepada
81
anak melalui
pendidika gizi
dirumah
24. Saya menjanjikan
sesuatu (selain
makanan) jika anak
bersedia makan ("
jika kamu mau
makan, nanti ibu
perbolehkan bermain
bersama temanmu")
25. Saya mengenalkan
kepada anak untuk
memilih makanan
yang bergizi
26. Saya
memperbolehkan
anak makan lebih dari
3x sehari
27. Ibu mendorong anak
untuk coba makanan
baru yang bergizi
28. Saya menyiapkan
sarapan pagi dengan
makanan yang
mengandung
karbohidrat seperti
nasi, protein seperti
ikan dan lemak
seperti daging
29. Saya
memperkenalkan
makanan pada anak,
sebaiknya diberi
makanan dengan
porsi sedikit terlebih
dahulu, agar dia
mampu mengenal
makanan tersebut
82
Kunci Jawaban
Pemberian ASI Eksklusif
1 2 3 4 5 6
tidak tidak tidak tidak tidak tidak
Setiap butir soal pada kuisioner parental feeding style memiliki 5 kemungkinan
jawaban, yaitu:
Tidak pernah 0
Jarang 1
Kadang-kadang 2
Sering 3
Selalu 4
83
84
85