Makalah Kelompok 4 Evpm Materi 1
Makalah Kelompok 4 Evpm Materi 1
“ Konsep pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi, prinsip dan alat evaluasi,
serta pengukuran acuan norma dan acuan patokan ”
OLEH KELOMPOK 8
DOSEN PENGAMPU :
A. Tes
a) Pengertian
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis kuno; testum dengan arti; ”piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”, atau “percobaan”. Testing berarti saat
dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester adalah orang
yang melaksanakan tes atau pembuat tes. Testee adalah pihak yang dikenai tes (peserta tes).
Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur
yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat
betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku
individu.
Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur
dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-
perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya,
atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
Pada hakikatnya tes adalahsuatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan
atau soal-soal yang harusdijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku
tertentu. Beberapa pengertian tes menurut ahli, antara lain :
a. Tes merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat
ataumengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian. (Jacobs &
Chase,1992; Alwasilah, 1996).
b. Tes menurut Arkunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur
yangdigunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan
caraatat aturan yang telah ditentukan. Dalam hal ini harus dibedakan pengertian
antara tes, testing, testee, dan tester.Testing adalah saat pada waktu tes
tersebutdilaksanakan (saat pengambilan tes). Testee adalah responden yang
mengerjakantes. Mereka inilah yang akan dinilai atau diukur kemampuannya.
Sedangkan Tester adalah seorang yang diserahi tugas untuk melaksanakan
pengambilan teskepada responden.
c. Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan
atautugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasitentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu.
d. Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh
guruuntuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam
memperlihatkan prestasi mereka yg berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan
(Calongesi,1995).
b) Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
- Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsimengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh
pesertadidik setelah mereka menempuh proses belajarmengajar dalam jangka
waktutertentu.
- Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui
testersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang
telah ditentukan, telah dapat dicapai.
- Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2005:152) dalam bukunya Dasar
DasarEvaluasi Pendidikan, fungsi tes dapat ditinjau dari tiga hal:
a. Fungsi untuk kelas.
b. Fungsi untuk bimbingan.
c. Fungsi untuk administrasi.
B. Pengukuran
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata
“sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis, dan
sebagainya. Dalam pengukuran guru tentunya harus menggunakan alat ukur (tes atau nontes).
Alat ukur harus standar harus memiliki derajat validitas dan realibilitas yang tinggi.
Kegiatan pengukuran itu menjadi lebih kompleks lagi apabila digunakan dalam mengukur
aspek psikologis seseorang, seperti kecerdasan, keahlian dan latihan tertentu. Demikian juga
halnya pengukuran dalam bidang pendidikan, kita hanya mengukur atribut atau karakteristik
peserta didik tertentu. Misalnya, seorang guru dapat mengukur penguasaan peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu atau kemampuan dalam melakukan suatu keterampilan tertentu yang
telah dilatih.
Wand dan Brown mengatakan bahwa, measurement means the act of process of exestaining
the extent or quantity of something. Pengukuran adalag suatu tindakan proses untuk menentukan
luas atau kuantitas daripada sesuatu.
Dari beberapa pengertian tentang pengukuran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengukuran itu merupakan suatu tundakan atau proses yang dilakukan untuk memperoleh
informasi atau data secara kuantitatif.
C. Penilaian
a. Pengertian
Penialaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengumpulkan informasi tentang proses hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Keputusan yang dimaksud
adalah keputusan tentang peserta didik, seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan
tentang kenaikan kelas dan kelulusan.
Sementara itu, Anthony J. Nitko menjelaskan “assesment is a broad term defined as a
process for obtaining information that is used for making decision about students, curricula and
programs, and educational policy”. Penilaian adalah tindakan mengambil keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran-ukuran yang bersifat kualitatif (baik buruk, panjang pendek,
dan sebagainya).
Menurut Suharsimi Arikunto; menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
baik, penilaian yang bersifat kuantitatif. Menurut Mahrens; penilaian adalah suatu pertimbangan
profesional atau proses yang memungkinkan seseorang untuk membuat suatu pertimbangan
mengenai nilai sesuatu.
b. Fungsi
Ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, ada beberapa tujuan atau fungsi
penilaian yaitu sebagai berikut:
1. Penilaian berfungsi selektif
a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b. Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
d. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
2. Penilaian berfungsi diagnostic
Dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Jadi dengan
mengadakan penilaian, sebenarnya guru melakukan diagnosis kepada siswa tentang
kebaikan dan kelemahannya.
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Penempatan disini lebih bersifat pada pengajaran secara berkelompok. Jadi untuk dapat
menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan
suatu penilaian.
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan. Keberhasilan suatu program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor
guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan system administrasi.
c. Ciri-ciri nilai
Ciri ciri penilaian menurut Suharsimi Arikunto, antara lain sebagai berikut :
1. Ciri pertama, yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung.
Contoh kasusnya adalah mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan
Menyelesaikan soal-soal. Sehubungan dengan tanda-tanda anak yang pandaiatau
inteligen, seorang ahli Ilmu Jiwa Pendidikan bernama Carl Witherington
mengemukakan pendapatnya dan memberikan sumbangsih dalam
pembentukanmacam tingkatan inteligensi (IQ) pada manusia.
2. Ciri kedua, yaitu penggunaan ukuran kuantitatif.
Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol bilangan
sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diintrepretasikan ke bentuk
kualitatif.Contoh : Ani mempunyai IQ 125 dan Ana dengan IQ 105, maka Ani
termasukanak yang sangat pandai sedangkan Ana anak normal.
3. Ciri ketiga, yaitu bahwa penilaian pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-
satuan yang tetap, karena dari contoh diatas IQ 105 termasuk anaknormal maka IQ 80
termasuk anak yang dungu
4. Ciri keempat, yaitu bersifat relatif artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dariwaktu
ke waktu yang lain.
5. Ciri kelima, yaitu dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan.
Kesalahan-kesalahan tersebut bisa ditinjau karena banyak faktorantara lain terletak
pada alat ukurnya, pada orang yang melakukan penilaian, pada anak yang dinilai, atau
situasi saat penilaian berlangsung
D. Evaluasi
a. Pengertian
Evaluasi merupakan istilah serapan yang berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
yaitu “evaluation”. Evaluation sendiri berasal dari akar kata “value” yang berarti nilai.
Selanjutnya dari kata nilai terbentuklah kata “penilaian” yang dalam perbincangan sering
digunakan sebagai padanan dari istilah evaluasi, padahal secara kosepsional, penilaian bukan
merupakan alih bahasa dari istilah evaluasi.
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas
(nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
pembuatan keputusan. Berdasarkan pengertian ini ada yang harus dijelaskan lebih lanjut, yaitu:
1) Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk).
2) Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang berkenaan
dengan nilai dan arti.
3) Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement).
4) Pemberian pertimbangan harus berdasarkan kepada kriteria tertentu.
Menurut Sudijono (2001:31-33), evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksan dengan baik
apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar yaitu:
1. Prinsip keseluruhan
Prinsip keseluruhan dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Prinsip komprehensif
dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh
atau menyeluruh. Evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat
menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta
didik sebagai makhluk hidup.
2. Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas. Prinsip kontinuitas
dimaksudkan bahwa hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan
secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar
dilaksanakan secara berkesinambungan agar pihak evaluator dapat memperoleh kepastian
dan kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijaksanaan untuk
masa depan serta memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai
kemajuan atau perkembangan peserta didik.
3. Prinsip obyektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari factor-faktor yang sifatnya subyektif.
b. Alat Evaluasi
Secara garis besar, teknik atau alat Evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu: teknik tes dan teknik non-tes. Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi
yang bermacam- macam, seperti kuisioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Khusus
untuk evaluasi hasil pembelajaran alat evaluasi yang paling banyak digunakan adalah tes.
Pembahasan evaluasi hasil pembelajaran lebih menekankan pada pemberian nilai terhadap skor
hasil tes.
1. Tes
Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas
untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Dapat
dipastikan akan mampu memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang
hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya , sekaligus dapat membandingkan
antara seseorang dengan orang lain.
Tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga
menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut.
Sebagai alat evaluasi hasil belajar, tes mempunyai fungsi, yaitu:
a. Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat
pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.
b. Untuk menentukan kedudukan atau seperangkat siswa dalam kelompok, tentang
penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran
Tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan/kemajuan belajar peserta didik
yaitu:
a. Tes seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan tes saringan atau ujian masuk. Tes ini dilaksanakan
dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk
memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang
mengikuti tes. Tes seleksi merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program
pendidikan yang akan diikuti oleh calon. Sifatnya yaitu menyeleksi atau melakukan
penyaringan.
b. Tes awal
Tes awal dikenal pre-test. Tes awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai
oleh peserta didik. Isi atau materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan-
bahan penting yang sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik. Setelah tes awal
berakhir, sebagai tindak lanjutnya adalah (a) jika dalam tes awal itu semua materi
yang dinyatakan dalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi
yang telah dinyatakan dalam tes awal tidak akan diajarkan lagi, dan (b) jika materi
yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan
adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta didik tersebut .
c. Tes akhir
Tes akhir dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat
dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. Isi atau materi tes akhir adalah
bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta
didik. Jika hasil tes akhir itu lebih baik daripada tes awal maka dapat diartikan bahwa
program pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya.
d. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan
pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik juga digunakan untuk mengetahui
sebab kegagalan peserta didik dalam belajar, oleh karena itu dalam menyusun butir-
butir soal seharusnya menggunakan item yang memiliki tingkat kesukaran rendah.
e. Tes Formatif
Tes formatif adalah tes untuk mengetahui sejauhmana siswa telah terbentuk setelah
mengikuti suatu program tertentu. Tes formatif adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui atau melihat sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa
dalam suatu program pelajaran.
f. Tes Sumatif
Tes sumatif yaitu tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok
program atau sebuah program yang lebih besar. Tes sumatif ini dapat disamakan
dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akahir semester, catur
wulan atau akhir semester. Tes sumatif ini diarahkan kepada tercapai tidaknya tujuan-
tujuan intruksional umum.
2. Teknik Nontes
Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Teknik penilaian
nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes. Tehnik peniaian ini
umunya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat,
sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam
pendidkan baik individual maupun secara kelompok. Yang tergolong teknik non tes adalah
a. Ciri-ciri PAN
1) Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik
terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif
digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam
komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
2) Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya, selalu
berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
3) Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan
penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk
kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
4) Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan
tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa
sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
5) Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan
kelompok.
b. Kelebihan PAN
1. Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan referensi norma atau kelompok di
pendidikan tinggi;
2. Asumsi bahwa tingkat kinerja yang sama diharapkan terjadi pada setiap kelompok
siswa/mahasiswa;
3. Hasil kelompok tengah (mean group) cocok dengan persentase untuk setiap tahun;
4. Bermanfaat untuk membandingkan siswa/mahasiswa lintas mata pelajaran/kuliah dan
memberikan hadiah atau penghargaan utama untuk sejumlah siswa/mahasiswa tertentu;
5. Mendukung ide tradisional kekauan akademis dan menggunakan standar.
c. Kelemahan PAN
1. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa/mahasiswa: apa yang
mereka ketahui atau dapat mereka lakukan;
2. Sedikit menyebutkan kualitas pembelajaran;
3. Tidak fair karena peringkat siswa/mahasiswa tidak hanya tergantung pada tingkat prestasi,
tetapi juga atas prestasi siswa/mahasiswa lain;
4. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus pada
tahun berikutnya;
5. Tidak fair, khususnya pada kelompok kecil. Referensi ini dapat menyebarkan peringkat,
memperbesar-besarkan perbedaan dalam prestasi, dan menekan berbagai perbedaan;
6. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para mahasiswa.
d. Contoh PAN
Contoh Penilaian Acuan Norma dalam menetukan nilai siswa. Dalam kelas matematika,
peserta tes terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika
menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN), maka peserta tes yang mendapat skor
tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. sedangkan mereka yang mendapat skor
di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Nilai-nilai
tersebut diperoleh secara transpormasi sebagai berikut:
Skor 50 dikonversi menjadi nilai 10 sebagai nilai tertinggi yang dicapai peserta tes, yang
diperoleh dengan cara:
50
x 10 = 10
10
45
x10 = 9,5
10
45
10 = 8
50
35
x 10 = 7
50
35
x10 = 6
50
c. Kelemahan PAP
1) Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan standar.
2) Berisiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlianan.
3) Lebih menekankan hasil daripada proses.
4) Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif/negatif.
5) Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat penilaian professional.
6) Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai berdasarkan referensi
norma menjadi referensi kriteria.
7) Pikiran bahwa hanya persentase kecil yang memperoleh ranking rendah, dan sebaliknya, pasti
mereka yang di pendidikan tinggi yang memperoleh ranking tinggi.
8) Siswa/mahasiswa dapat mempertanyakan nilai mereka.
d. Contoh PAN
Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan
batas yang ditentukan tanpa terpengaruh oleh kinerja (skor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya.
Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah skor siswa bergantung pada tingkat
kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah maka para siswa akan
mendapat nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan maka
kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B akan sangat kecil. Sebagai contoh, seperti soal diatas jika
kita menggunakan PAP akan seperti ini:
Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan kriteria, misalnya sebagai berikut:
Rentang
Nilai
Skor
90 s.d 100 10
80 s.d 89 9
70 s.d 79 8
60 s.d 69 7
50 s.d 59 6
40 s.d 49 5
30 s.d 39 4
20 s.d 29 3
10 s.d 19 2
0 s.d 9 1
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Evaluasi adalah sutau proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan
kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
pembuatan keputusan.
Dan yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur dalam pengukuran dan
penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik
berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah oleh testee, sehingga
dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana dapat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai
standar tertentu.
Penialaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengumpulkan informasi tentang proses hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Pengukuran adalah proses
membandingkan sesuatu (bisa berupa fisik seperti tinggi, berat; atau non fisik seperti
kecerdasan,dll) dengan suatau ukuran yang bersifat kuantitatif, kemudian kalau penilaian adalah
suatu proses pemaknaan terhadap sesuatu dengan menggunakan tolak ukur tertentu yang bersifat
kualitatif, seperti baik buruk, panjang pendek, dsb.
PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil dalam
kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa adanya”,
sedangkan PAP berarti penilaian yang membandingkan hasil belajar mahasiswa terhadap suatu
patokan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2 Saran
Kiranya melalui maklah yang telah disusun penulis dapat membuat pembaca memahami
definisi serta prinsip juga fungsi dari evaluasi,tes,penilaian,pengukuran serta memahami lebih
mengenai PAN dan PAP yang telah dijelaskan rinci,kami penulis menyarankan pembaca untuk
bisa menggunakan konsep pada maklah ini dengan baik,agar tujuan penulisan ini tercapai dengan
baik.Serta disaran kan juga untuk dapat memberikan tanggapan serta kritik membangun terkait
hasil makalah yang telah kami rancang,agar kedepannya bisa menjadi pembelajaran untuk
mengurangi kesalahan yang terjadi sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA