PENDAHULUAN
Ilmuwan dan tenaga kesehatan profesional seperti farmasis menggunakan
istilah khusus dalam menunjukkan struktur dan fungsi tubuh. Bahasa anatomi yang
digunakan ini memberikan definisi atau arti yang tepat agar ilmuwan maupun tenaga
kesehatan profesional dapat berkomunikasi dengan jelas dan tepat dengan
sesamanya. Terminologi anatomi dasar merupakan hal yang esensial dalam
menganalisa problem medis seperti menentukan suatu penyakit berdasarkan lokasi
nyeri yang dialami oleh pasien.
Kegiatan praktikum ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan
melatih keterampilan dasar Anda dalam mendeskripsikan istilah anatomi dasar
berdasarkan posisi tubuh, arah tubuh, bidang/seksio tubuh dan rongga tubuh, serta
regia dan kuadran abdominopelvis.
Kegiatan praktikum ini bersifat eksploratif dan dapat dilaksanakan selama 2 x 60
menit, dan dilakukan secara individu atau kelompok (satu kelompok terdiri dari 4-5
mahasiswa). Untuk menjamin kesiapan Anda dalam melaksanakan praktikum ini,
sebaiknya Anda terlebih dahulu mempelajari gambaran mengenai definisi anatomi
dan fisiologi manusia beserta sistem yang terdapat pada tubuh manusia.
Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, Anda diharapkan dapat memilih
terminologi yang tepat dan mengaplikasikan terminologi ini terhadap tubuh.
Posisi anatomi adalah deskripsi mengenai regia atau bagian tubuh manusia yang
memiliki cara berdiri spesifik.
Terdapat tiga posisi anatomi tubuh yaitu :
1. Standar
Pada posisi ini, tubuh berdiri tegak lurus dengan mata melihat ke depan, kaki
dirapatkan, lengan di sisi tubuh, telapak tangan membuka ke depan dengan
ibu jari mengarah ke luar tubuh dan kelingking mengarah ke tubuh.
2. Pronasi
Pada posisi ini, tubuh merebah dengan muka menghadap ke bawah.
3. Supinasi
Pada posisi ini, tubuh merebah dengan muka menghadap ke atas.
Tubuh manusia dibagi menjadi beberapa regia yang dapat diidentifikasi secara
eksternal.
Regia tubuh yang utama meliputi:
1. Kepala yang terdiri dari tengkorak (menutupi dan melindungi otak); dan muka
(bagian depan kepala yang terdiri dari mata, hidung, mulut, pipi, dan dagu).
2. Leher yang menyokong kepala dan melekat pada bagian trunk.
3. Trunkus yang meliputi abdomen, dada dan pelvis.
4. Ekstremitas atas (Upper limb) yang melekat pada bagian trunk dan terdiri dari
pundak, ketiak, lengan atas (pundak-siku), lengan bawah (siku-pergelangan
tangan) dan tangan.
5. Ekstremitas bawah (Lower limb) yang melekat pada bagian trunkus dan terdiri
dari pantat, paha (pantat-lutut), lutut-pergelangan kaki dan kaki bagian bawah
(feet).
Directional terms atau terminologi arah menunjukkan arah lokasi bagian tubuh
tertentu terhadap lainnya. Berikut ini dapat dilihat gambar terminologi arah (Gambar
2) dan tabel mengenai terminologi arah, definisi, dan contoh-contohnya (Tabel1).
Bidang/Seksio Tubuh
Kegiatan Praktikum 4
Rongga Tubuh
PENDAHULUAN
Praktikum histologi jaringan merupakan salah satu bagian dari praktikum
anatomi dan fisiologi manusia. Dalam praktikum kali ini Anda akan mempelajari
beberapa tipe jaringan dasar, namun sebelum itu kita akan mengulas terlebih
dahulu tentang alat penunjang yang nantinya akan digunakan untuk mempelajari
jaringan tersebut, yaitu mikroskop. Dengan kita mempelajari mikroskop maka
kita bisa mengoptimalkan penggunaan alat tersebut untuk mencapai tujuan
praktikum ini.
Belajar tentang struktur dan fungsi jaringan dasar merupakan hal yang
penting untuk dilakukan karena dari jaringan dasar inilah struktur yang lebih
kompleks terwujud. Ini berkaitan juga dengan fakta bahwa kerusakan pada
jaringan ini dapat mengganggu homeostasis, yaitu kondisi stabilitas relatif dari
lingkungan internal badan, tubuh manusia.
Setelah mengikuti praktikum ini, Anda diharapkan dapat menyebutkan
tipe-tipe jaringan dasar, menjelaskan karakteristik dan fungsi-fungsi jaringan
tersebut, serta menggambarkan preparat yang diamati. Untuk menjamin
kesiapan Anda dalam melaksanakan praktikum, sebaiknya Anda mempelajari
terlebih dahulu tentang pengetahuan dasar yang diperlukan, misalnya
pengertian jaringan, jenis-jenis jaringan, ciri-ciri sel penyusun jaringan, serta
fungsi masing-masing.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka Modul 2 ini dibagi menjadi
2 (dua) kegiatan praktikum, yaitu:
Kegiatan Praktikum 1 : Alat Penunjang
Kegiatan Praktikum 2 : Identifikasi Jaringan
Histologi
Menggambarkan
Menjelaskan/mendeskripsikan
Menunjukkan
Menyebutkan
Kegiatan Kegiatan
Praktikum I Praktikum II
Lensa okuler
Tubus
Makrometer
Mikrometer
Revolver
Lensa obyektif
Penegak
Meja saji
Penggeser dan penjepit
Kondensor, diafragma dan filter
Cermin
Penyangga
PROSEDUR
1. Lihat melalui lensa obyektif. Jika terlihat gelap, cari cahaya dengan
memutar cermin hingga terlihat terang pada lensa obyektif.
2. Letakkan preparat di meja saji, jepit dengan penjepit. Pilih perbesaran
lensa yang paling kecil.
3. Lihat melalui lensa obyektif, cari obyek dengan memutar pemfokus kasar
dan penggeser.
4. Jika telah didapat obyek, gunakan pemfokus halus untuk memfokuskan
gambar.
5. Gambar obyek yang terlihat.
Tahukah Anda apa satuan terkecil penyusun tubuh kita? Ya, itu adalah
sel. Sel merupakan kumpulan kompartemen atau ruangan kompleks, di mana
tiap ruangan tersebut melaksanakan reaksi biokimianya sendiri sehingga
membuat hidup itu mungkin. Meskipun tubuh manusia terdiri dari trilyunan sel,
namun diferensiasi menghasilkan hanya sekitar 200 tipe sel. Seperti halnya
huruf-huruf yang bersatu menyusun kata-kata, sel-sel ini juga bergabung supaya
bisa bekerja secara efisien, sehingga sejumlah tipe sel yang berbeda dapat
mengkoordinasikan kerjanya. Sel-sel biasanya bekerja sama dalam suatu
kelompok yang disebut jaringan.
Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang biasanya memiliki kesamaan asal
embrionik (yang berkenaan dengan janin) dan fungsi umum yang bergabung
bersama-sama melaksanakan aktivitas khusus. Nantinya akan Anda pelajari,
struktur dan sifat-sifat jaringan spesifik dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sifat
bahan ekstraseluler yang mengelilingi sel jaringan dan sambungan di antara sel-
sel yang menyusun jaringan. Jaringan dapat bersifat keras (misalnya tulang),
semipadat (lemak), atau bahkan cair (darah). Jadi jaringan sangat bervariasi
tergantung pada tipe sel yang ada, pengaturan, dan kandungannya.
Ilmu yang mempelajari tentang jaringan adalah histologi (histo= jaringan,
-logi = ilmu tentang). Berikut ini akan Anda pelajari lebih jauh lagi mengenai
bagaimanakah jaringan itu.
Macam-Macam Jaringan dan Asalnya
Jaringan yang menyusun tubuh manusia dibedakan menjadi 4 jaringan
dasar, yaitu
1. Jaringan epitel, sel yang menyelimuti permukaan tubuh dan rongga tubuh,
duktus (saluran) dan kelenjar
2. Jaringan ikat (penyambung/konektif), melindungi dan memberi kekuatan
struktur serta menyatukan organ-organ
3. Jaringan otot, bertanggung jawab pada pergerakan organ
4. Jaringan saraf, mentransmisikan impuls
1. JARINGAN EPITEL
Epitel pipih satu lapis
Epitel transisional
2. JARINGAN KONEKTIF
Jaringan lemak
Jaringan fibrokartilage
PENDAHULUAN
Tulang rangka orang dewasa umumnya terdiri dari 206 tulang yang
terbagi menjadi tulang rangka aksial (80 tulang) dan tulang rangka apendikular
(126 tulang). Salah satu alasan kenapa tenaga kesehatan mempelajari anatomi
sistem rangka adalah untuk mendapatkan informasi mengenai individu dan
populasi dari jejak tulang sehingga dapat diketahui kondisi suatu penyakit, nutrisi
seseorang, maupun perubahan sosial ekonominya.
Pada praktikum ini Anda akan melakukan pengenalan terhadap nama,
bentuk, dan posisi dari tulang-tulang yang akan membantu Anda dalam
memahami sistem organ lainnya. Lokasi struktur dari berbagai sistem dapat
diketahui apabila Anda terlebih dahulu mengidentifikasi tulang-tulang yang
terdapat pada struktur tersebut. Selain itu Anda akan mengeksplorasi berbagai
tulang yang terdapat dalam tubuh dan bagaimana tulang-tulang tersebut bekerja
sama untuk memberi bentuk, menyokong, dan menggerakkan tubuh, melindungi
jaringan dan organ, dan memproduksi sel darah merah.
Kegiatan praktikum ini bersifat eksplorasi dan dapat dilaksanakan selama
2 x 60 menit, dan dilakukan secara individu atau kelompok (satu kelompok terdiri
dari 4-5 mahasiswa). Untuk menjamin kesiapan Anda dalam melaksanakan
praktikum ini, Anda diharapkan mempelajari mengenai fisiologi sistem rangka.
Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, Anda diharapkan dapat terampil
dalam menyebutkan, menunjukkan, mengidentifikasi, dan menjelaskan tulang-
tulang yang terdapat pada tulang rangka aksial (meliputi tengkorak, hyoid,
kolumna vertebralis, dan toraks) maupun tulang rangka apendikular (girdle
pektoralis, ekstremitas atas, girdle pelvis, dan ekstremitas bawah).
Modul ini dibagi menjadi 2 Kegiatan Praktikum yaitu :
Kegiatan Praktikum 1: Anatomi Tulang Rangka Aksial
Kegiatan Praktikum 2: Anatomi Tulang Rangka Apendikular
SISTEM RANGKA 31
Dalam Modul ini, Anda diharapkan untuk membaca setiap topik/subtopik yang
tersedia, mamahami isinya, melaksanakan percobaan, melakukan latihan dan
menjawab tes formatif yang tersedia.
Menunjukkan
Menyebutkan
Kegiatan Kegiatan
Praktikum I Praktikum II
SISTEM RANGKA 32
Kegiatan Praktikum 1
SISTEM RANGKA 33
Gambar 8.1
Tengkorak:
Gambaran Anterior
SISTEM RANGKA 34
Gambar 8.2
Tengkorak: Gambaran Lateral
SISTEM RANGKA 35
Gambar 8.3
Tengkorak: Gambaran Anterior
SISTEM RANGKA 36
Gambar 8.4
Tengkorak: Dasar Kranial,
Gambaran Anterior
SISTEM RANGKA 37
Gambar 8.5
Tengkorak :
Gambaran Inferior
SISTEM RANGKA 38
Gambar 8.6
Tulang Frontalis dan Spenoidalis: Gambaran Internal, Struktur Sutura Frontospenoidalis
SISTEM RANGKA 39
Gambar 8.7
Spenoidalis: Gambaran Anterior
Gambar 8.8
Tulang Frontalis dan Zigomatikus:
Gambaran Anterior
SISTEM RANGKA 40
Gambar 8.9
Tulang Temporal dan Parietal
Kanan: Gambaran Lateral,
Sutura Skuamosa Terpisah
Gambar 8.10
Tulang Temporal dan Parietal Kiri:
Gambaran Internal, Sutura
Skuamosa Terpisah
SISTEM RANGKA 41
Gambar 8.11
Tulang Oksipital:
Gambaran Interior
Gambar 8.12
Tulang Palatina:
(A) Gambaran Anteriomedial.
(B) Gambaran Anteriosuperior
SISTEM RANGKA 42
Gambar 8.13
Maksila : (A) Gambaran Lateral Kiri
(B) Gambaran Medial Kanan
SISTEM RANGKA 43
Gambar 8.14
Mandible: Gambaran Lateral Kiri
SISTEM RANGKA 44
Gambar 8.15
Tulang Etmoid : (A) Gambaran dari
Atas, Kanan dan Belakang
(B) Gambaran dari Bawah, kanan dan
Belakang
SISTEM RANGKA 45
Gambar 8.16a Gambar 8.16b
Kolumna Vertebralis: Gambaran dari Kiri dan Belakang Kolumna Vertebralis: Gambaran Anterior dan Posterior
SISTEM RANGKA 46
Gambar 8.17
Vertebra
SISTEM RANGKA 47
Gambar 8.18
(A) Atlas dan (B) Aksis yang Terartikulasi
Gambar 8.19
Sakrum (A) Gambaran Anterior, (B) Gambaran Posterior
SISTEM RANGKA 48
Gambar 8.20
Sternum dan Tulang Iga
Gambar 8.21
Tulang Iga: (A) Ke-1, (B) Ke-2, Sisi
Kanan, Gambaran Superior, (C) Ke-7,
Sisi Kanan, Gambaran Inferior
SISTEM RANGKA 49
Kegiatan Praktikum 2
SISTEM RANGKA 50
Gambar 8.22
Sternum dan Klavikula: Sternum
Bagian Depan, (D) Klavikula Kanan,
Gambaran Superior, (E) Klavikula
Kiri, Gambaran Inferior
Gambar 8.23
Skapula: (A) Skapula Kanan,
Gambaran Anterior, (B) Skapula
Kiri, Gambaran Posterior
SISTEM RANGKA 51
Gambar 8.24
Humerus dengan Skapula: (A) Humerus
Kanan, Gambaran Anterior, (B) Humerus
Kiri, Gambaran Posterior
Gambar 8.25
Ulna dan Radius: (A, B) Gambaran
Anterior, (C,D) Gambaran Posterior
SISTEM RANGKA 52
Gambar 8.26
Tangan Kiri, Gambaran Dorsal
Gambar 8.27
Tulang Pelvis dengan Sakrum, Gambaran Anterior
SISTEM RANGKA 53
Gambar 8.28
Tulang Pelvik :
(A) Bagian Kanan, Gambaran Lateral
(B) Bagian Kiri, Gambaran Medial
Gambar 8.29
Femur: (A) Femur Kanan, Gambaran
Anterior, (B) Femur Kiri, Gambaran
Posterior
SISTEM RANGKA 54
Gambar 8.30
Patela: (A) Patela Kanan, Permukaan Anterior,
(B) Patela Kiri, Permukaan Posterior
Gambar 8.31
Tibia dan Fibula:
(A,B) Tibia dan Fibula Kanan, Gambaran Anterior,
(C,D) Tibia dan Fibula Kiri, Gambaran Posterior
SISTEM RANGKA 55
Gambar 8.32
Kaki Kanan : Gambaran Dorsal (Superior)
Gambar 8.33
Struktur Tulang Panjang
SISTEM RANGKA 56
Modul 4
Sistem Pancaindera
PENDAHULUAN
Saat jari Anda tertusuk duri, secara refleks Anda akan menarik tangan
Anda bukan? Tentu ini karena tertusuk menimbulkan rasa sakit di jari. Atau
ketika kita melihat sinar terang menyilaukan, kita akan memicingkan mata,
bahkan menutupnya jika terlalu silau. Mengapa bisa demikian?
Ya, ini adalah salah satu contoh timbulnya reaksi tubuh akibat
perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, suatu tingkat kesadaran dari
kondisi eksternal (maupun internal) dari tubuh yang disebut dengan sensasi.
Jendela dalam tubuh yang digunakan untuk mengenali perubahan baik dari
dalam maupun dari luar tubuh adalah fungsi dari sistem pancaindera. Sistem
indera ini meliputi indera umum dan khusus. Pada indera umum, reseptornya
(yaitu suatu sel khusus atau bagian distal dari sel saraf yang memberikan
respon terhadap modalitas sensorik spesifik, seperti sentuhan, tekanan, dingin,
cahaya, atau suara, kemudian mengubahnya menjadi sinyal elektrik) tersebar
di seluruh tubuh dan secara struktur relatif sederhana. Reseptor untuk indera
khusus, seperti penghidu (penciuman), pengecap, penglihatan, pendengaran,
dan ekuilibrium (keseimbangan), secara anatomi berbeda satu sama lain dan
terkonsentrasi di lokasi spesifik di dalam kepala. Biasanya reseptor ini tertanam
dalam jaringan epitel dalam suatu organ sensorik yang kompleks seperti mata
atau telinga.
Praktikum Sistem Pancaindera merupakan salah satu bagian dari
praktikum anatomi dan fisiologi manusia. Dalam praktikum ini Anda akan
mempelajari anatomi organ-organ yang terlibat dalam sistem indera beserta
fungsi dan histologinya. Agar dapat mengikuti praktikum dengan baik, Anda
diharapkan mengikuti kuliah dan membaca pustakanya terlebih dahulu.
Modul pancaindera dibagi menjadi 5 (lima) kegiatan praktikum, yaitu:
Kegiatan praktikum 1: Indera Peraba
Kegiatan praktikum 2: Indera Pengecap
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa diharapkan dapat lebih terampil dalam menujukkan dan
mengidentifikasi organ-organ sensorik
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi lapisan-lapisan epidermis dan dermis
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi struktur aksesoris pada kulit.
Organ-organ Sensorik:
Kulit, Hidung, Lidah, Mata, Telinga
Menjelaskan/mendeskripsikan
Menunjukkan
Menyebutkan
Indera Peraba
Reseptor untuk sensasi taktil, termal dan rasa sakit terdapat di kulit dan
membran mukosa mulut, vagina, dan anus. Reseptor untuk sentuhan adalah
(a) badan Meissner dan himpunan akar rambut, yang beradaptasi dengan
Stratum Stratum
Langerhans granulosum
spinosum
cell
Stratum
Merkel cell spinosum
Merkel disc
Sensory neuron Stratum
basale
Stratum Melanocytes
basale Dermis
Dermis
Deep
Berikut ini adalah gambar berbagai reseptor yang ada dalam kulit.
Kegiatan Praktikum 2
Indera Pengecap
Coba pejamkan mata Anda sejenak dan bayangkan, jika tanpa mata,
akankah sama dunia ini di hadapan Anda? Tanpa mata, akankah bisa Anda
berkegiatan seperti Anda melakukannya dengan mata? Renungkan sejenak
kemudian perlahan bukalah mata Anda. Syukurilah karunia itu, karena
mungkin di sebelah Anda duduk sekarang, ada yang tidak memilikinya.
Indera penglihatan sangatlah penting bagi manusia. Lebih dari separuh
reseptor sensorik dalam tubuh manusia terletak di mata, dan sebagian besar
korteks serebral berfungsi untuk memproses informasi visual. Pada Kegiatan
Praktikum 4 ini, Anda akan mempelajari tentang anatomi mata, sehingga bisa
menyebutkan bagian-bagiannya dan menjelaskan fungsinya masing-masing,
serta melakukan pemeriksaan mata.
Anatomi mata meliputi struktur aksesoris mata dan bola mata (lihat
gambar-gambar berikut ini).
Struktur aksesoris mata meliputi kelopak mata, bulu mata, alis, lacrimal
apparatus (memproduksi dan mengalirkan air mata), dan otot-otot mata
ekstrinsik.
Canal of Schlemm
Sclera
Anterior cavity
{ Anterior chamber
Posterior chamber
Choroid
Retina
Aqueous humour
Fovea
Lens
Macula
Iris
Optic nerve
Central retinal artery
Pupil
Cornea
Suspensory ligament of Central retinal vein
the lens (zonule of Zinn)
Optic disc
Ciliary body
Hyaloid canal
Conjunctiva
Posterior cavity (vitrous chamber)
Inferior rectus muscle
Dinding bola mata tersusun atas 3 lapisan : fibrous tunic (sklera dan kornea),
vascular tunic (koroid, badan siliaris, iris), dan retina.
(a) (b)
Gambar 4.13. Refraksi cahaya
Setelah ini, Anda akan melakukan praktek anatomi dan fungsi mata,
berikut berbagai pemeriksaannya.
Tujuan :
a. Mendeskripsikan dan menjelaskan anatomi organ sensorik pada indera
penglihatan
b. Menjelaskan fungsi organ tersebut dan bagian-bagiannya
c. Menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi selama praktikum
Alat :
1. Peraga mata
2. Lampu senter
3. Blindspot test paper
4. Buku Ishihara
5. Color blindness
6. Optotypi Snellen
Prosedur Kerja :
a. Anatomi
Tunjukkan bagian-bagian organ sensorik pada indera penglihatan dan
jelaskanlah fungsi bagian-bagian tersebut di depan teman-teman kelompok
Anda.
c. Pemeriksaan Visus
1. Suruhlah orang percobaan duduk pada jarak 6 meter (20 feet) dari
optotypi Snellen yang telah dipasang.
2. Pasanglah gagang kaca mata khusus pada orang percobaan dan
tutuplah salah satu matanya dengan penutup hitam khusus dari kotak
kaca mata.
Catatan :
- Visus dinyatakan dengan rumus :
V = d
D
Pada mana : V = visus
d = jarak dimana mata yang diperiksa berada.
D = jarak pada mana mata emetrop masih mengenal huruf-huruf yang
terkecil yang dikenal oleh orang percobaan (hal ini tertera pada tiap baris
huruf-huruf).
1. Perbandingan d/D sekali-kali tidak boleh disederhanakan sehingga
kelak dari hasilnya selalu dapat diketahui bagaimana pemeriksaan
itu dilakukan.
2. Pada pemeriksaan ini dan berikutnya hanya kelainan-kelainan daya
bias dari susunan optik mata yang dipelajari.
Struktur Fungsi
Telinga bagian Kokhlea: mengandung seri cairan, saluran dan membran yang
dalam menghantarkan vibrasi ke organ spiral (organ of corti), organ
pendengaran; sel-sel rambut dalam organ spiral menghasilkan
potensial reseptor, yang merangsang impuls saraf di dalam
cabang kokhlea dari saraf vestibulocochlear (VIII).
PENDAHULUAN
Respirasi adalah sutu proses keluar masuknya udara dari paru-paru. Melalui
respirasi tubuh akan mendapatkan oksigen yang kemudian akan digunakan oleh sel
untuk proses metabolisme sehingga menghasilkan ATP. ATP akan digunakan oleh
sel, jaringan, organ tubuh untuk melaksanakan fungsinya. Sebaliknya sisa
metabolisme yaitu karbondioksida akan dikelurakan dari sel menunju plasma secara
difusi dan kemudian dikeluarkan pada saat respirasi.
Dalam keadaan normal kita bernafas sebanyak 12-20 kali permenit dalam rangka
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Pada kondisi seseorang tidak mampu bernafas
secara adekuat (emergency kekurangan oksigen) dimana laju pernafasan <12 kali
permenit, maka bantuan pernapasan perlu diberikan baik menggunakan tangan
maupun alat (resuscitator).
Kegiatan praktikum yang bersifat observasi, eksplorasi, dan pembuktian ini
dilakukan secara berkelompok (mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok).
Mahasiswa sebelum praktikum diharapkan dapat mempelajari organ-organ dalam
sistem respirasi, prinsip proses inhalasi dan ekshalasi beserta mekanisme kerja otot-
otot yang terlibat dalam respirasi, karakteristik dan histologi organ pernafasan.
Modul ini dibagi menjadi 3 Kegiatan Praktikum yaitu :
Kegiatan Praktikum 1 : Anatomi Sistem Pernafasan
Kegiatan Praktikum 2 : Pengukuran Volume dan Kapasitas Respirasi
Kegiatan Praktikum 3 : Fungsi sistem pernapasan sebagai kontrol pH darah
Dalam Modul ini, mahasiswa diharapkan untuk membaca setiap topik/subtopik
yang tersedia, mamahami isinya, melaksanakan percobaan, mencatat data hasil
percobaan, melakukan analisis data, menjawab soal-soal pada latihan yang tersedia
pada setiap akhir kegiatan praktikum.
Mahasiswa/Praktika
n
Gambar 5.3. Seksio Sagital Kepala dan Leher Sebelah Kiri (Struktur Respirasi)
Anterior
Sistem respirasi mensuplai oksigen yang dibutuhkan oleh sel tubuh untuk
memproduksi ATP dan mengeluarkan karbondioksida sebagai hasil samping dari
metabolism sel. Respirasi melibatkan 3 tahap dan dengan bantuan sistem
kardiovaskuler untuk trasportasi oksigen dan karbondioksida.
A. Pulmonary ventilation
Selama proses ventilasi, udara berpindah dari area dengan tekanan tinggi ke area
dengan tekanan rendah. Perubahan tekanan udara pada paru-paru disebabkan oleh
perubahan volume paru-paru. Terdapat hubungan berbanding terbalik antara volume
paru-paru dengan tekanan udara seperti yang digambarkan oleh Boyle’s Law. Apabila
volume paru-paru meningkat, maka tekanan udara di dalamnya menjadi menurun
sehingga udara masuk ke paru-paru. Sebaliknya, apabila volume paru-paru menurun,
maka tekanan udara meningkat sehingga udara keluar dari paru-paru.
Selain itu, volume paru-paru juga ditentukan oleh diafragma dan otot pernafasan
(kontraksi atau relaksasi). Inhalasi normal terjadi pada saat otot diafragma
berkontraksi dimana diafragma berbentuk melengkung ketika relaksasi dan mendatar
ketika kontraksi. Ketika otot diafragma mendatar, maka rongga toraks menjadi lebih
lebar sehingga volume udar menigkat dan tekanan menurun. Hasilnya udara masuk
kedalam paru-paru. Sementara itu normal ekshalasi, otot diafragma berelaksasi
sehingg volume udara menurun dan tekana pada paru-paru tinggi sehingga udara
keluar dari paru-paru.
Volume Respirasi
• Volume Tidal (VT): volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu
kali bernafas. Nilai rata-rata pada keadaan istirahat = 500ml
• Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume/ VCI) : volume
tambahan yang dapat secara maksimal dihirup melebihi volume tidal istirahat.
Nilai rata-ratanya = 3100ml.
• Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume/ VCE) : volume
tambahan udara yang dapat secara aktif dikeluarkan oleh kontraksi maksimum
melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif pada akhir VT normal. Nilai rata-
ratanya = 1200ml.
• Volume Residual : volume minimum udara yang tersisa di paru bahkan setelah
ekspirasi maksimum. Nilai rata-ratanya = 1200ml. Volume ini tidak dapat diukur
langsung dengan spirometer karena udara ini tidak keluar masuk.
Kapasitas Respirasi
• Kapasitas Inspirasi (KI) : volume udara yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi
normal tenang (KI = VCI + VT). Nilai rata-ratanya = 3600ml.
• Kapasitas Residual Fungsional (KRF) : volume udara di paru pada akhir
ekspirasi pasir normal (KRF = VCE + VR). Nilai rata-ratanya = 2400ml.
• Kapasitas Vital (KV) : volume maksimal udara yang dapat dikeluarkan selama
satu kali bernafas setelah inspirasi maksimum (KV = VCI + VT + VCE). Nilai
rata-ratanya = 4800ml.
• Kapasitas Paru Total (KPT) : volume udara maksimum yang dapat ditampung
oleh paru (KPT = KV + VR). Nilai rata-ratanya = 6000ml.
Berikut ini dapat dilihat ontoh hasil rekaman spirometer yang menunjukkan volume
tidal, kapasitas inspirasi, volume cadangan ekspirasi, dan kapasitas vital.
- 3,250 ml (ekshalasi)
450 ml
495 ml
3,000 ml
3,300 ml
1,600 ml
1,760 ml
5,060 ml
Metode 2
6,650 ml (inhalasi maksimal)
4,600 ml
Karbondioksida pada aliran darah terdapat dalam bentuk terlarut yang berikatan
dengan hemoglobin atau sebagai ion bikarbonat
SISTEM DIGESTI
PENDAHULUAN
Pencernaan dimulai dengan proses pemecahan makanan baik secara mekanik maupun
kimia. Ketika kita makan apel, pertama kita mengunyah apel tersebut secara mekanik. Enzim
di dalam air liur kemudian bekerja memecah karbohidrat yang terkandung dalam apel secara
kimiawi. Apel yang telah dikunyah dan dicerna sebagian lalu menuju kerongkongan, lambung
dan usus kecil untuk proses pencernaan kimia lebih lanjut hingga proses absorpsi.
Karbohidrat yang terdiri dari gula kompleks dipecah menjadi gula sederhana seperti glukosa,
yang diabsorpsi di usus kecil. Usus kecil sebagai organ yang berfungsi dalam penyerapan
memiliki struktur dengan area permukaan yang luas dan gerakan peristaltik yang lambat.
Setelah diserap, glukosa mengikuti aliran darah dan perjalanannya berakhir di sel-sel yang
membutuhkannya sebagai (cadangan) energi. Zat-zat yang masih tersisa di saluran
pencernaan merupakan sampah yang akan diekskresikan sebagai feses.
Kegiatan praktikum yang dilakukan akan meng-eksplor struktur (gross dan microscopic
anatomy) dan fungsi berbagai organ yang berperan pada sistem digesti. Kegiatan dapat
dilaksanakan selama 2 x 60 menit, secara berkelompok (satu kelompok terdiri dari 4-5
mahasiswa). Agar proses pembelajaran berjalan lancar, praktikan diharapkan telah
membekali diri dengan terminologi anatomi dan fisiologi dari sistem pencernaan serta telah
mengamati gambar histologi organ sistem pencernaan sehingga dapat membandingkan
dengan pengamatan yang dilakukan secara mikroskopis.
Sistem Pencernaan
Anatomi Histologi
Membedakan Karakteristik
Sistem digesti terdiri dari gastrointestinal (GI) tract dan organ-organ aksesoris. GI tract atau
kanal alimentary merupakan saluran panjang mulai dari mulut hingga anus. Lumen dari GI
tract terbuka terhadap lingkungan luar pada kedua ujungnya sehingga apa pun yang terdapat
di dalam lumen, dianggap berada di luar tubuh.
Faring
• Saluran lewatnya makanan dan air
Kelenjar Ludah • Berperan dalam menelan makanan
• Melembabkan makanan (saliva)
• Menjaga pH (bikarbonat) Esofagus
• Mencerna karbohidrat (amilase) • Memindahkan makanan dari faring ke lambung
• Mencegah mamasuknya bakteri (lisozim)
Hati Lambung
• Menyimpan dan mencampur makanan
• Menghasilkan cairan empedu (bile)
• Tempat awal terjadi digesti kimiawi
• Mengemulsikan lemak
protein oleh enzim dan asam
Rektum
• Saluran lewatnya feses
Anus
• Mengeluarkan material yang tidak tercerna
Epiglottis
Phalatopharingeal
arch
Palatine tonsil
Lingual tonsil
Palatoglossal Circumvalla
arch te papilla
Sulcus
terminalis
Foliate
papillae
Dorsum of Filiform
tongue papillae
Fungiform
papilla
Divisi Subdivisi
Organ Utama (Alimentary Canal)
Gigi
- Incisors
- Canines atau cuspids
Mulut - Premolars atau bicuspids
- Molars
Lidah
Nasopharynx
Faring Oropharynx
Laryngopharynx
Esofagus
Cardiac sphincter
Cardiac
Greater and lesser curvatures
Lambung Fundus
Body
Pylorus
Pyloric sphincter
Duodenum
Usus Halus Jejunum
Ileum
Ileocecal valve (sphincter)
Cecum
Appendix
Ascending colon
Hepatic flexure
Transverse colon
Splenic flexure
Usus Besar/ Kolon Descending colon
Sigmoid colon
Rectum
Internal anal sphincter
Anus
External anal sphincter
Divisi Subdivisi
Organ Aksesoris
Salivary glands
Parotid (pa-ROT-id)
Submaxillary
Sublingual
Saluran pencernaan yang meliputi esofagus, perut, usus halus, dan usus besar memiliki
empat lapisan, yaitu :
1. Mukosa (membran mukosa) terdiri dari epitel yang tersebar luas menutupi jaringan ikat,
lamina propria, dan mukosa muskularis (berupa pita otot halus yang membatasi lamina
propria). Esofagus dan kanal anal memiliki epitel pipih berlapis banyak. Sedangkan perut,
usus halus, dan usus besar memiliki epitel silinder selapis. Lapisam ini berfungsi dalam
sekresi dan absorpsi.
2. Submukosa merupakan jaringan konektif dan memiliki ruangan ekstraseluler untuk
pembuluh darah, syaraf, dan kelenjar yang mensekresi mukus. Serat parasimpatetik dan
ganglia dapat dilihat sebagai submucosal (Meissner’s) plexus di dalam lapisan
submukosa. Lapisan ini berfungsi dalam absorpsi.
3. Muskularis Eksterna terdiri dari otot halus yang memiliki lapisan sirkuler di sebelah dalam
dan lapisan longitudinal di sebelah luar di sepanjang saluran pencernaan. Serat
parasimpatetik dan ganglia dapat dilihat sebagai myenteric (Auerbach’s) plexus pada
lapisan muskularis eksterna. Lapisan ini berfungsi dalam peristalsis.
4. Serosa terdiri dari epitel pipih selapis dan jaringan konektif, dan merupakan lapisan terluar
dari saluran pencernaan. Lapisan ini berfungsi dalam mengikat dan melindungi saluran
pencernaan.
Mulut
Gambar
Gambar 6.21 Histologi Usus Halus (Kelenjar Intestinal dan Tipe Sel)
Gambar 6.25 Perbandingan Histologi Usus Halus (Duodenum, Jejunum, dan Ileum)
Gambar 6.29 Perbandingan Histologi Lambung, Usus Halus, dan Usus Besar
Rektum
Donnersberger A.B., dan Lesak A.E., 1998, A Laboratory Textbook of Anatomy &
Physiology, 6th edition, Jones and Barlet Publishers, Massachusetts.
Fiore, Mariano S.H., di., 1981, Atlas of Human Histology, 5th edition, Lea & Febiger,
Philadelphia.
Mader S.S., 2004, Understanding Human Anatomy and Physiology, 5th edition,
McGraw-Hill, New York.
Martini, F., Fundamentals of Anatomy & Physiology, 5th Ed., Prentice Hall, New
Jersey.
Pack P.E., 2001, Cliff’s Quick Review Anatomy and Physiology, Hungry Minds, New
York.
Scanlon V.C., dan Sanders T., 2007, Essentials of Anatomy and Physiology, 5th
edition, F.A. Davis, Philadelphia.
Syaifuddin H., 2009, Soal Jawaban dan Pembahasan Anatomi Tubuh Manusia:
Latihan Praktek KBK untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2, Salemba Medika,
Jakarta.
Syaifuddin H., 2009, Soal Jawaban dan Pembahasan Fisiologi Tubuh Manusia:
Latihan Praktek KBK untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2, Salemba Medika,
Jakarta.
Tortora G.J., dan Derrickson B.H., 2009, Principles of Anatomy and Physiology,
volume 2, 12th edition, Jon Wiley & Sons.
Wood, M.G., 1998, Laboratory Textbook of Anatomy and Physiology, Freeman. Co.,
San Fransisco.
Tujuan praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan:
1. Mengidentifikasi struktur jantung pada model atau gambar
2. Jelaskan perbedaan struktur dan fungsi dari dua jenis katup jantung
3. Menelusuri aliran darah melalui sirkulasi sistemik dan pulmonari, menjelaskan
pembuluh darah, ruang dan katup jantung yang terlibat
4. Mengidentifikasi pembuluh darah utama yang terlibat dalam sirkulasi koroner
pada model atau gambar
5. Menjelaskan dua lapisan perikardium dan tiga lapisan dari dinding jantung
Jantung adalah organ yang memompa darah dari dan menuju sel-sel di seluruh
tubuh (kecuali paru-paru) melalui sirkulasi sistemik serta dari dan menuju paru-paru
melalui sirkulasi pulmonari. Pembuluh darah yang membawa darah dari jantung
disebut arteri dan pembuluh darah yang membawa darah ke jantung disebut vena.
Jantung memiliki ukuran sebesar kepalan tangan dan terletak di rongga dada dalam
mediastinum. Basis jantung merupakan bagian superior yang terdapat pembuluh
darah besar dan apeks jantung merupakan bagian inferior yang terletak di ruang
intercostal ke-5. Jantung manusia memiliki empat ruang dan dibagi menjadi sisi
kanan dan kiri. Masing-masing sisi memiliki ruang atas disebut atrium dan ruang
yang lebih rendah disebut ventrikel. Kedua atrium membentuk basis jantung,
sementara ujung ventrikel kiri membentuk apeks. Pembuluh darah koroner dan
jaringan adiposa ditemukan dalam sulkus atau alur yang secara eksternal menandai
batas antara keempat bilik jantung.
Pembuluh darah besar pada jantung berperan mengembalikan darah ke atrium dan
membawa darah dari ventrikel. Vena cava superior, vena cava inferior dan sinus
Miokardium dari anterior dinding atrium kanan memiliki bentuk seperti sarang lebah.
Area ini disebut otot pectinate. Dinding atrium kanan dan kiri dipisahkan oleh septum
interatrial yang tipis. Ventrikel memiliki area otot yang disebut trabeculae carneae.
Otot yang lebih besar dari otot ini adalah otot papiler yang memiliki chordae
tendineae. Bagian ujung dari chordae tendineae melekat pada katup antara atrium
dan ventrikel (katup atrioventricular). Septum interventrikular adalah dinding tebal
yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri.
Jantung memiliki empat katup yang mengontrol aliran darah satu arah dari dan
melalui jantung. Katup tersebut terdiri dari dua katup atrioventrikular (AV) katup dan
dua katup semilunaris. Darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan
melewati katup AV kanan, yaitu katup trikuspidalis. Katup AV kiri atau katup
bikuspidalis terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup ini secara klinis
disebut katup mitral. Dua katup AV secara struktural sangat mirip, kecuali katup
trikuspidalis memiliki tiga daun/lipatan dan katup bikuspidalis hanya memiliki dua
lipatan, yang mencegah darah mengalir kembali ke atrium ketika katup ditutup.
Darah di ventrikel kanan melewati katup pulmonal (semilunar) untuk masuk ke arteri
pulmonalis. Katup aorta (semilunar) terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua
katup semilunar identik di mana masing-masing katup memiliki tiga kantong yang
mencegah darah mengalir kembali ke dalam ventrikel ketika katup ditutup.
Atrium memiliki dinding yang lebih tipis, menerima darah kembali ke jantung dari
vena. Tekanan darah di atrium akan membuka katup AV sehingga sebagian besar
darah mengalir ke ventrikel. Kedua atrium kemudian berkontraksi secara simultan
untuk memompa darah yang tersisa ke ventrikel. Dinding ventrikel lebih besar dan
tebal, merupakan pompa ganda yang juga berkontraksi secara simultan. Ketika
ventrikel berkontraksi, otot papiler bekerja dan menutup katup AV. Chordae
tendineae mencegah terbukanya katup AV. Selama kontraksi ventrikular, tekanan
darah dalam ventrikel mendorong katup semilunar untuk terbuka. Setelah katup
semilunar terbuka, darah dari ventrikel kanan mengalir ke sirkulasi pulmonari
E. Sirkulasi Koroner
Jantung memiliki pasokan darah dan sirkulasi sendiri yang disebut dengan sirkulasi
koroner. Pembuluh darah koroner meliputi jantung. Endotelium yang melapisi ruang
jantung terlalu tebal untuk memasok nutrisi ke jaringan otot jantung dari darah yang
ada di ruang jantung. Dengan demikian, asupan untuk ke jaringan otot jantung
diberikan oleh darah dalam pembuluh darah koroner.
Pada permukaan anterior jantung, arteri koroner kanan dan kiri men-suplai darah
saat ventrikel relaksasi. Ketika ventrikel berkontraksi katup aorta terbuka untuk
melindungi arteri koroner sehingga mampu menahan tekanan darah yang tinggi.
Arteri koroner kiri lebih pendek dari arteri koroner kanan di mana arteri ini melewati
basis dari auricle kiri dan bercabang menjadi:
• cabang interventrikular anterior (left anterior descending branch atau LAD)
• cabang sirkumfleksa
LAD memasok darah kaya oksigen untuk kedua ventrikel dan terletak di dalam
sulkus interventrikular anterior. Sering terjadi sumbatan pada cabang interventrikular
anterior yang dapat mengakibatkan infark miokard dan kematian. Cabang
sirkumfleksa terdapat di sisi kiri jantung, terletak di dalam sulkus koroner (sulkus
atrioventrikular), memasok darah ke ventrikel kiri dan atrium kiri. Sirkumfleks bentuk
cabang anastomosis (jejaring) dengan cabang interventrikular posterior dekat sulkus
posterior interventrikular. Arteri koroner kanan yang terletak di sulkus koroner, terus
ke bagian inferior kanan dan bercabang menjadi:
• cabang marginal
• cabang interventrikular posterior
Arteri bercabang menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteriol, melakukan
penetrasi ke otot jantung dan terbagi menjadi pembuluh darah yang lebih kecil lagi
yaitu kapiler, yang memberikan oksigen ke otot jantung. Kapiler mengalir ke venula
yang keluar dari otot jantung dan terhubung ke vena yang menerima darah miskin
oksigen untuk dikembalikan ke jantung.
Vena jantung besar adalah vena utama dari sirkulasi koroner, mengalirkan bagian
anterior kiri jantung. Vena jantung kecil mengalirkan bagian anterior kanan jantung,
semantara vena jantung tengah, mengalirkan bagian posterior jantung. Kedua
pembuluh darah tersebut melebur menjadi sinus koroner yang terletak pada
permukaan posterior jantung. Sinus koroner mengalirkan darah miskin oksigen ke
atrium kanan.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar (epikardium), tengah
(miokardium) dan dalam (endocardium). Epikardium merupakan lapisan visceral dari
perikardium. Komponen utama jantung adalah miokardium atau jaringan otot
jantung. Endocardium merupakan lapisan tipis endothelium yang melapisi ruang
jantung dan katup.
Miokardium memiliki serat otot lurik, bercabang dengan satu atau dua inti. Ujung-
ujung serabut otot jantung yang berdekatan dihubungkan oleh intercalated discs
yang mengandung desmosomes untuk menyatukan serat jantung dengan gap
junction. Gap junction menyebarkan potensial aksi dengan cepat dari sel ke sel,
memungkinkan otot jantung berkontraksi.
Denyut jantung adalah jumlah detak jantung per menit. Setiap detak jantung
mewakili satu siklus jantung, yang terdiri dari kontraksi atrial dan ventrikular (sistol)
dan relaksasi atrial dan ventrikular (diastol). Denyut jantung dapat diukur dengan
Satu siklus jantung terdiri dari peristiwa jantung yang terjadi dari awal satu periode
sistol ke awal periode sistol berikutnya. Panjang satu siklus jantung dalam hitungan
detik dapat dihitung dengan membagi 60 detik dengan jumlah denyut jantung
(denyut jantung/menit). Meskipun panjang siklus jantung bervariasi, panjang sistol
selalu konstan (0,4 detik) sementara panjang diastol dapat berubah.
B. Katup Jantung
Katup AV terbuka ketika tekanan darah di atrium lebih besar daripada di ventrikel,
yaitu pada saat atrial dan ventrikular diastolik. Katup semilunar terbuka pada saat
ventrikular sistolik, yaitu ketika tekanan darah di ventrikel lebih besar daripada aorta
dan arteri pulmonalis. Katup AV tertutup karena aliran darah balik ke atrium yaitu
pada awal ventrikular sistolik. Tertutupnya katup semilunar karena aliran darah ke
ventrikel yaitu saat awal ventrikulalr diastolik.
Tujuan praktikum
Setelah melakukan kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Membandingkan dan membedakan anatomi arteri, kapiler dan vena
2. Mengidentifikasi lapisan pada potongan transversal arteri dan vena
3. Mengukur tekanan darah sistolik dan diastolik pada saat istirahat dan setelah
aktivitas fisik
1. Arteri
Dinding arteri memiliki tiga lapisan atau tunika, yaitu tunika eksterna, tunika media
dan tunika interna. Lapisan terluar yaitu tunika eksterna terutama terdiri dari serat
elastik dan kolagen (protein) untuk menyokong dan melindungi arteri. Tunika media
merupakan lapisan tengah yang paling tebal, mengandung serat elastik dan sel-sel
otot polos. Sistem saraf simpatetik meregulasi diameter pembuluh darah yang
meng-inervasi otot polos. Kontraksi otot polos (vasokonstriksi) menyebabkan
penyempitan diameter lumen dan sebaliknya, relaksasi (vasodilatasi) menyebabkan
peningkatan diameter lumen. Serat elastik pada tunika media menyebabkan
pembuluh darah dapat meregang dan bersifat elastis. Tunika interna (intima) terdiri
dari sel epitel pipih selapis (endotel), membran dasar dan jaringan elastik (internal
elastic lamina). Endotel melapisi lumen pembuluh darah dan memfasilitasi aliran
darah. Kerusakan endotel menyebabkan trombosit beradhesi ke dinding pembuluh
darah, membentuk gumpalan yang akan menyempitkan pembuluh darah dan
mengganggu aliran darah.
Komposisi dan ketebalan dari setiap tunika bervariasi tergantung jenis pembuluh
darahnya. Aorta yang berdiameter besar memiliki serat elastis yang lebih banyak
pada tunika media dibanding arteri lainnya. Serat elastis ini memberikan daya
regang yang tinggi ketika darah dipompa pada saat ventrikular sistolik sementara
pada saat diastol, re-coiling dari serat elastis mengikuti aliran darah. Arteri yang
terdapat pada jaringan otot memiliki diameter yang lebih kecil dan komposisi serat
elastik yang lebih sedikit. Otot polos pada tunika media arteri ini lebih banyak.
Cabang arteri yang lebih kecil membentuk arteriol dan akhirnya pembuluh darah
kapiler. Arteriol berperan penting dalam mengontrol tekanan darah.
2. Vena
Darah mengalir dari kapiler ke venula kemudian menuju vena. Dinding venula
memiliki tunika interna yang hanya terdiri dari endothelium dan tunika media dengan
sedikit serat otot polos. Dinding pembuluh darah vena terdiri dari tunika interna,
tunika media dan tunika eksterna. Dibandingkan dengan pembuluh arteri, tunika
interna dan tunika media pada vena lebih tipis dimana tunika media mengandung
lebih sedikit serat otot polos dan serat elastis. Vena tidak mengandung lamina
elastis internal dan eksternal. Tunika eksterna adalah lapisan paling tebal yang
Gradien tekanan darah pada vena sangat kecil dan tidak cukup kuat untuk
mengatasi gravitasi. Aktivitas otot mendorong darah ke arah jantung dan katup
banyak ditemukan pada vena untuk mencegah aliran balik, terutama pada tungkai.
Katup merupakan lipatan dari tunika interna di mana kerja katup yang tidak adekuat
menyebabkan aliran balik dan mengakibatkan pengumpulan darah di vena, suatu
kondisi yang disebut varises.
3. Kapiler
Kapiler memiliki diameter terkecil dengan dinding yang tipis, namun demikian
eritrosit masih dapat melewati lumen tersebut. Dinding kapiler terdiri dari satu
lapisan endotel (sel epitel pipih selapis) didukung oleh membran basal. Sel endotel
kapiler menunjukkan adanya tight junctions, intercellular clefts, fenestrasi dan
vesikel.
Hanya zat yang larut dalam lemak atau memiliki carrier membran yang dapat
melintas dinding kapiler melewati tight junctions antar sel. Untuk zat lain dapat
difasilitasi oleh fenestrasi, intercellular clefts, dan vesikel. Ukuran fenestrasi dan
intercellular clefts menentukan jenis molekul yang dapat melintas. Mekanisme lain
dapat melalui transcytosis.
B. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah terhadap dinding
pembuluh darah. Tekanan darah tertinggi di aorta dan arteri elastis besar, dan
berkurang di percabangan arteri dan pembuluh darah yang terletak jauh dari
jantung. Penurunan tekanan darah terjadi secara signifikan dalam arteriol dan terus
menurun pada kapiler, venula, dan vena hingga titik nol di dalam atrium kanan.
Perbedaan tekanan darah antara dua sistem sirkulasi merupakan gradien tekanan
darah. Adanya gradien tekanan darah antara aorta dan atrium kanan menyebabkan
darah mengalir melalui sirkulasi sistemik dan adanya gradien tekanan darah antara
arteri pulmonalis dengan atrium kiri menyebabkan darah mengalir melalui sirkulasi
pulmonari.
Setiap kontraksi ventrikel, tekanan darah mengalami fluktuasi dalam arteri besar
(aorta, arteri pulmonalis, dan pembuluh arteri besar lainnya). Tekanan darah selama
ventrikular sistolik disebut tekanan darah sistolik, lebih tinggi daripada tekanan darah
selama ventrikular diastolik atau tekanan darah diastolik. Fluktuasi ini berkurang
dalam arteriol, dan menjadi kecil sekali hingga nol di kapiler dan vena.
Pengukuran tekanan darah arteri dilaporkan dalam satuan milimeter air raksa (mm
Hg) dan dapat diukur secara langsung dengan memasukkan transduser ke dalam
Tubuh mempertahankan tekanan darah untuk memastikan aliran darah yang cukup
ke berbagai jaringan tubuh (perfusi jaringan). Jika tekanan darah terlalu rendah,
perfusi jaringan tidak cukup untuk menyediakan oksigen dan nutrisi untuk kebutuhan
sel-sel terutama neuron di otak, atau untuk membuang sampah metabolik. Tekanan
darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan kapiler dan lapisan endotel
pembuluh darah. Pemeriksaan mata sering mendeteksi adanya hipertensi dini
dengan terdeteksinya kerusakan pembuluh retina yang diamati menggunakan
oftalmoskop.
MAP meningkat ketika curah jantung meningkat dan saat resistensi terhadap aliran
darah meningkat. Viskositas darah, panjang total pembuluh darah, dan diameter
pembuluh darah mempengaruhi resistensi terhadap aliran darah. Namun, diameter
pembuluh darah merupakan satu-satunya variabel yang dapat diubah untuk
mengubah tekanan darah secara cepat. Meningkatkan diameter pembuluh darah
(vasodilatasi) menurunkan resistensi dan tekanan darah, sedangkan penyempitan
diameter pembuluh darah (vasokonstriksi) meningkatkan resistensi dan tekanan
darah.
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas cairan (=plasma) dan sel-sel darah.
Fungsi darah antara lain:
1. Sebagai media transportasi O2, nutrisi, sisa metabolisme, hormon dan panas
2. Sebagai pengatur pH, temperatur tubuh dan air
3. Memberikan perlindungan terhadap kehilangan darah, mikroba patogen dan
toksin
- Gama Antibodi
c. Fibrinogen Prekursor inaktif untuk jaringan fibrin pada bekuan darah
Golongan Darah
Membran sel darah merah mengandung bermacam-macam antigen
(=aglutinogen) golongan darah. Antibodi terhadap aglutinogen sel darah merah
disebut aglutinin. Antigen A dan B diturunkan secara dominan menurut Hukum
B B A Donor/Resipien à Gol B
AB A dan B Tidak Ada Resipien universal
O Tidak ada A dan B A dan B Donor Universal
PENDAHULUAN
Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Sistem
ini bekerja sama dengan sistem lain dari tubuh untuk membantu
mempertahankan homeostasis. Ginjal adalah organ utama homeostasis
karena mereka menjaga keseimbangan asam basa dan keseimbangan
garam air dari darah.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Menentukan lokasi dan mengidentifikasi organ-organ penyusun sistem
urinaria
2) Mendeskripsikan struktur dari organ-organ sistem urinaria, termasuk
nefron
3) Menelusuri jalur filtrasi dalam nefron dan eliminasi urin dari tubuh
4) Mendeskripsikan jalur suplai darah di ginjal
5) Mengidentifikasi bagian-bagian dari histologi sistem urinaria
Kegiatan Praktikum 1
GINJAL
Ginjal adalah struktur berbentuk kacang yang terletak di antara dinding perut
dan peritoneum (retroperitoneal). Mereka ditemukan di bagian pinggang antara
vertebra toraks 12 dan lumbar vertebra 3. Hilus ginjal (renal hilus) merupakan
permukaan cekung pada setiap ginjal yang berhadapan dengan kolom vertebral
dan berisi celah vertikal. Ureter, arteri dan vena renal, saraf, dan limfatik
melewati hilus ginjal.Ginjal melekat pada dinding perut melalui fasia ginjal (renal
fascia), yang merupakan lapisan luar dari jaringan ikat padat tidak teratur. Kapsul
ginjal (renal capsule) adalah selaput fibrosa tipis yang menutupi permukaan
luar ginjal. Antara fasia ginjaal dan kapsul ginjal terdapat jaringan adiposa yang
membentuk kapsul adiposa untuk perlindungan.
Dalam ginjal tiga regia utama: korteks, medula, dan sinus. Korteks ginjal
merupakan daerah halus, adalah wilayah yang paling dangkal, sedangkan
medulla ginjal berada di bagian yang lebih dalam. Medula berisi piramid ginjal
(renal pyramids) yang berbentuk kerucut dan memiliki perpanjangan dari
korteks (disebut kolom ginjal/ renal columns), yang terdapat di antara setiap
piramida. Dasar setiap piramida menghadap bagian korteks, dan papila ginjal
(renal papilla) adalah bagian apeks yang menunjuk ke arah sinus ginjal. Korteks
dan medula mengandung nefron, yang merupakan unit struktural dan fungsional
dari ginjal yang membentuk urin. Urine mengalir ke papiler ducts (papillary
ducts) yang keluar melalui bukaan di papilla ginjal.
Uretra berbentuk seperti tabung yang membawa urin dari internal urethral
Pada wanita, uretranya pendek (4 cm), sedangkan uretra pada laki-laki lebih
panjang (15-20 cm). Uretra laki-laki memiliki tiga regia: uretra prostatika
yang melewati kelenjar prostat, uretra membranosa yang melewati
diafragma urogenital, dan uretra spongiosa yang melewati penis.
NEFRON
Sebanyak 1 triliun nefron pada tiap ginjal menyaring darah dan membentuk
urin. Tiap nefron terdiri dari renal corpuscle yang menyaring darah, dan renal
tubule yang memodifikasi filtrat untuk menghasilkan urin. Renal corpuscle
terletak pada bagian korteks ginjal yang terdiri dari glomerulus (network
kapiler) dan glomerular (Bowman’s) capsule yang merupakan membran
epitel yang berbentuk seperti gelas dan membungkus glomerulus.
Tiap tubulus dibagi menjadi tiga struktur dan fungsi. Dimulai dari glomerular
capsule yang dibagi menjadi beberapa bagian seperti tubulus kontortus
proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus
proksimal terletak di korteks ginjal dan berhubungan dengan lengkung Henle
yang tercelup ke dalam medula ginjal.
Ada dua jenis nefron yaitu nefron kortikal dan nefron juxtamedullary. Nefron
kortikal memiliki lengkung Henle pendek yang turun sedikit ke medula,
sedangkan nefron juxtamedullary memiliki lengkung Henle panjang yang
membentang jauh ke dalam medula. Selain kapiler peritubular, lengkung
Henle dari nefron juxtamedullary disediakan oleh vasa recta (suatu lengkung
kapiler panjang yang membentang dari arteriol eferen).
Pada saat istirahat, arteri membawa 20-25% cardiac output ke ginjal, dan
vena ginjal mengembalikan darah ke vena cava inferior.
Kegiatan Praktikum 2
GINJAL
Kapsul Glomerular (Bowman) terdiri dari lapisan epitel visceral dan parietal.
Lapisan viseral, yang merupakan bagian dari membran filtrasi terletak
berdekatan dengan glomerulus, dan lapisan parietal membentuk struktur
seperti corong yang mengumpulkan filtrat dalam ruang kapsul (glomerular
cavity). Kedua lapisan tersebut terdiri dari epitel skuamosa sederhana; akan
tetapi sepitel pipih selapis dari lapisan viseral memiliki proyeksi seperti kaki
yang membungkus dinding kapiler glomerolus. Kaki ini disebut podocytes.
Epitel yang melapisi tubulus kontortus proksimal adalah epitel kubus
sederhana. Mikrovili membentuk sikat perbatasan (brush border) pada
permukaan apikal sel-sel epitel memberikan penampilan seperti sikat.
Bagian descending limb dari loop of Henle dilapisi oleh epitel pipih sederhana.
Bagian awal dari ascending limb atau bagian tipis dari ascending limb dari
Tubulus kontortus distal tersusun atas epitel kubus selapis. Sel-sel ini tidak
memiliki brush border dan tampil lebih pendek daripada sel epitel kubus
sederhana yang berada di sepanjang tubulus kontortus proksimal. Bagian
akhir dari tubulus kontortus distal dan duktus kolektivus tersusun atas epitel
kubus sederhana.
Ureter terdiri dari tiga lapisan: mukosa yang melapisi lumen, lapisan otot yang
disebut muskularis, dan sebuah adventisia lapisan luar. Mukosa mengandung
epitel transisional yang dapat mengembang untuk menampung urine, dan
lamina propria yang mendasari jaringan ikat areolar. Lapisan muskularis
mengandung otot polos.
Kandung kemih mengandung lapisan yang sama dengan ureter. Bagian epitel
dari mukosa adalah epitel transisional dan muskularis yang mengandung otot
polos. Kontraksi dari lapisan muskularis memaksa urin terdorong keluar dari
kandung kemih, dan bagian adventitia menjaga agar kandung kemih tetap di
tempat.
Uretra terdiri dari mukosa dikelilingi oleh lapisan muskularis dari otot polos
sirkular. Pada laki-laki dan perempuan, epitel dari mukosa berubah di
sepanjang uretra. Epitel yang berada di dekat kandung kemih adalah epitel
transisional, dan akan berubah menjadi epitel batang berlapis atau epitel
batang pseudostratified pada bagian distal, serta berubah menjadi epitel
pipih berlapis pada bagian dekat dengan external urethral orifice.
PENDAHULUAN
Sistem endokrin terdiri dari berbagai kelenjar yang mensekresikan hormon ke dalam
pembuluh darah untuk ditransportasi ke seluruh tubuh dan berikatan dengan reseptor yang
spesifik. Hormon menyebabkan perubahan aktivitas sel target dan secara langsung menjaga
homeostasis tubuh.
Praktikum anatomi dan fisiologi sistem endokrin dilakukan dalam waktu 2 x 60 menit secara
berkelompok (satu kelompok terdiri dari 4-5 mahasiswa). Mahasiswa diharapkan membaca &
memahami setiap topik/subtopik yang ditetapkan, melakukan percobaan & membuat
kesimpulan serta mengerjakan latihan yang telah disediakan.
Tujuan praktikum:
- Mengidentifikasi kelenjar/organ endokrin pada model atau gambar
- Menyebutkan hormon utama yang disekresikan oleh masing-masing kelenjar/organ
endokrin tersebut
- Mengidentifikasi jaringan endokrin pada preparat yang tersedia (histologi)
Alat dan bahan:
- Torso
- Gambar
- Preparat jaringan endokrin (kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal,
pankreas, dll)
Kegiatan Praktikum I - V
Terletak pada inferior thalamus, hipotalamus merupakan komponen penting dari sistem saraf
dan sistem endokrin. Meskipun kelenjar pituitari disebut sebagai "master gland", namun
diketahui bahwa hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus-lah yang mengatur sekresi hormon
dari kelenjar pituitari. Hormon hipotalamus dan beberapa hormon pituitari anterior disebut
hormon tropik karena hormon tersebut mengaktifkan kelenjar endokrin lainnya.
Hipofisis merupakan nama lain dari kelenjar pituitari, terbagi menjadi dua lobus yaitu pituitari
anterior atau adenohipofisis dan pituitari posterior atau neurohipofisis. Terdapat lobus
intermediate pada janin yang mengalami atropi saat perkembangan janin. Infundibulum
adalah ‘batang’ penghubung hipotalamus dengan kelenjar pituitari, mengandung pembuluh
yang memperdarahi hipofisis.
Pituitari anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang memproduksi dan melepaskan tujuh
macam hormon yaitu human growth hormone (hGH) atau somatotropin, tiroid stimulating
hormone (TSH), follicle-stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), prolaktin (PRL),
adrenocorticotropic hormone (ACTH), dan melanocyte stimulating hormone (MSH). Sekresi
atau inhibisi hormon tersebut diatur oleh regulating hormone yang disekresikan oleh
hipotalamus.
Pituitari posterior terdiri dari jaringan saraf yang menyimpan dan melepaskan dua macam
hormon ke dalam darah yaitu antidiuretic hormone (ADH) dan oksitosin (OT). Kedua hormon
tersebut disintesis di body sel neuron (di hipotalamus) yang dikemas dalam vesikel, untuk
didistribusikan ke akson (di kelenjar pituitari posterior) melalui infundibulum.
Kelenjar tiroid memiliki dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus, terletak di kedua sisi trakea
dekat kartilago tiroid (jakun) dari laring. Kelenjar tiroid memiliki struktur mikroskopis yang khas
yaitu folikel besar yang mengandung ‘koloid protein’ (molekul besar yang tidak larut). Sel epitel
kubus selapis yang disebut sel folikular menyusun dinding folikel. Sel folikular mensintesis
tiroglobulin, prekursor hormon tiroid yang disimpan dalam koloid. Dua hormon tiroid yaitu
tiroksin (T4) atau tetraiodotironin dan triiodotironin (T3), disintesis dari tiroglobulin. Di antara
sel folikular terdapat sel parafolikular atau sel C, yang mensintesis dan mensekresikan
kalsitonin.
D. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal juga dikenal sebagai kelenjar suprarenal karena lokasinya di bagian superior
dari ginjal. Kelenjar adrenal dibungkus oleh kapsul dan strukturnya terdiri dari korteks (bagian
luar) dan medula (bagian dalam). Korteks dan medula terbentuk dari berbagai jenis jaringan
yang berbeda, yang memproduksi dan melepaskan berbagai jenis hormon.
Korteks adrenal adalah kelenjar yang secara histologi dibagi menjadi tiga lapisan di mana
setiap lapisan mensekresi jenis hormon yang berbeda. Zona glomerulosa adalah lapisan
terluar yang mensekresi mineralokortikoid, hormon utamanya adalah aldosteron. Lapisan
tengah yaitu zona fasciculata menghasilkan glukokortikoid, dengan kortisol sebagai hormon
utama. Lapisan paling dalam yaitu zona retikularis menghasilkan gonadokortikoid seperti
testosteron.
Medula adrenal terdiri dari jaringan saraf yang distimulasi oleh sistem saraf simpatis untuk
mensekresikan dua hormon yaitu epinefrin dan norepinefrin (NE). Hormon tersebut dihasilkan
oleh sel chromaffin.
E. Pankreas
Struktur pankreas terdiri dari kepala, badan, dan ekor. Kepalanya melekuk pada duodenum
sementara badan dan ekornya terletak inferior dan posterior terhadap lambung, dekat limpa.
Pankreas memiliki fungsi endokrin dan eksokrin. Sel asinar sebagai sel eksokrin jumlahnya
lebih banyak daripada sel endokrin. Enzim yang dihasilkan sel asinar disekresikan ke dalam
duodenum melalui duktus pankreas yang berperan dalam proses pencernaan. Sel-sel
endokrin disebut juga pulau pankreas (pulau Langerhans), terletak di antara sel-sel eksokrin.
Sel alfa atau sel Al dalam pancreatic islet mensekresikan glukagon sementara sel-sel beta
atau sel B mensekresikan insulin.
Ovarium adalah gonad pada wanita yang tidak hanya memproduksi dan tempat
mematangkan ovum, namum memiliki peran sebagai organ endokrin. Organ ini memproduksi
dua hormon utama yaitu estrogen dan progesteron. Testis merupakan gonad pada laki-laki,
tempat produksi sperma dan hormon androgen, terutama testosteron. Anatomi dan fisiologi
ovarium dan testis serta hormon-hormon yang dihasilkannya dibahas pada Modul Sistem
Reproduksi.
Organ timus sangat berperan pada proses imunitas, terletak anterior dan superior terhadap
jantung. Timus mengalami atropi sejalan dengan usia, hormon utama yang dihasilkan adalah
timosin.
G. Fungsi Hormon
Hormon bekerja dengan mengubah aktivitas dari sel target. Perubahan aktivitas tersebut
antara lain: • Sintesis molekul di dalam sel (contoh: estrogen)
• Mengubah permeabilitas membran plasma (contoh: aldosteron)
• Mengubah metabolisme seluler (contoh: tiroksin)
• Kontraksi otot polos (contoh: okstosin)
• Kontraksi otot jantung (contoh: epinefrin)
Daftar Pustaka
Allen C and Harper V. 2009. Laboratory Manual for Anatomy and Physiology. 3rd Ed. John
Wiley & Sons, Inc. New Jersey.
http://www.nature.com/nrc/journal/v2/n11/fig_tab/nrc926_F1.html
Tortora G.J., dan Derrickson B.H., 2009, Principles of Anatomy and Physiology, volume 2,
12th edition, Jon Wiley & Sons.
Sistem Reproduksi
PENDAHULUAN
Menjelaskan/mendeskripsikan
Menunjukkan
Menyebutkan
Kegiatan Kegiatan
Praktikum I Praktikum II
Organ yang terlibat dalam sistem reproduksi pria meliputi testis, suatu
sistem saluran reproduksi (termasuk epididimis, saluran/vas deferen, saluran
ejakulatori, dan uretra), kelenjar kelamin aksesori (vesikel seminal, kelenjar
prostat dan bulbouretral), dan sejumlah struktur penyokong, meliputi skrotum
dan penis (lihat Gambar 10.1). Testis (kelamin pria) berfungsi untuk
memproduksi sperma dan mensekresikan hormon. Sistem saluran reproduksi
mentransportasikan dan menyimpan sperma, mematangkan, dan membawanya
ke organ tubuh bagian luar. Produksi semen dan sekresinya yang
mengandung sperma dilakukan oleh kelenjar kelamin aksesori. Struktur
penyokong seperti penis dan skrotum berfungsi untuk mengantarkan sperma ke
saluran reproduksi perempuan (penis) dan menyokong testis (skrotum).
Spermatogenesis
Sel sperma yang matang mengandung kepala dan ekor (lihat Gambar 10.4).
Pada bagian kepala terdapat nukleus, yang mengandung kromosom, serta
akrosom yang mengandung enzim, di antaranya hyaluronidase dan protease,
yang membantu sel sperma dalam penetrasinya terhadap oosit sekunder saat
fertilisasi. Bagian ekor sel sperma terbagi menjadi empat bagian, yaitu neck,
middle piece, principal piece dan end piece. Bagian neck mengandung sentriol
yang membentuk mikrotubulus yang membentuk sisa ekor. Bagian middle
piece mengandung mitokondria yang tersusun secara spiral, yang memberikan
energi pada pergerakan sperma hingga ke tempat fertilisasi, serta metabolisme
sperma. Bagian principal piece merupakan bagian yang terpanjang, dan
bagian end piece merupakan bagian ujung dari sel tersebut.
Skrotum merupakan suatu kantong yang terlekat pada akar penis dan
tersusun dari kulit longgar dan mendasari lapisan subkutan, organ ini
menyokong testis. Kontraksi otot dartos dan otot kremaster dalam skrotum
mengatur suhu testis, yang dapat menarik dan membawanya mendekati rongga
pelvis atau berelaksasi dan menjauhkannya dari rongga pelvis.
Ovarium
• Epitel germinal, suatu lapisan epitel satu lapis (kubus atau pipih) yang
melindungi permukaan ovarium
• Tunika albuginea, yaitu kapsul jaringan ikat padat iregular yang berwarna
putih, terdapat di dalam epitel germinal
• Folikel matang (graafian), yaitu folikel yang besar dan terisi cairan, yang
siap pecah dan mengeluarkan oosit sekundernya, suatu proses yang
dikenal dengan istilah ovulasi.
Untuk jelasnya, Anda dapat melihat histologi ovarium pada gambar berikut:
Tuba Uterus
Wanita memiliki dua buah tuba uterus (fallopian), atau oviduk, yang
terbentang secara lateral dari uterus (Gambar 9). Saluran ini berfungsi untuk
mentransportasikan oosit sekunder dari ovarium ke uterus dan merupakan
tempat yang normal untuk pembuahan (fertilisasi).
Secara histologi, tuba uterus tersusun oleh tiga lapisan, yaitu lapisan
mukosa, muskularis, dan serosa. Lapisan mukosa tersusun dari sel-sel epitel
(yaitu sel epitel silindris satu lapis bersilia yang berfungsi membantu
menggerakkan oosit sekunder atau ovum yang telah dibuahi ke uterus; dan sel
yang tidak bersilia yang disebut sel peg yang memiliki mikrovili dan
mensekresikan cairan yang memberi nutrisi untuk ovum) dan lamina propria
(jaringan ikat areolar). Lapisan tengah yakni lapisan muskularis, pada bagian
dalamnya tersusun dari lingkaran otot polos sirkular yang tebal, dan pada
bagian luarnya berupa otot polos longitudinal yang tipis. Kontraksi peristaltik
dari muskularis dan aksi sel-sel bersilia dari mukosa membantu menggerakkan
oosit sekunder atau ovum yang telah dibuahi ke uterus.
Uterus
Vagina
Vulva
Lactiferous sinus
Lung
Gland lobules
Jaringan adiposa
Berikut ini dapat Anda baca ringkasan dari struktur homolog (mempunyai
kesamaan asal embrionik) antara sistem reproduksi wanita dan pria.
Allen C and Harper V. 2009. Laboratory Manual for Anatomy and Physiology. 3
rd Ed. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.
http://faculty.une.edu/com/abell/histo/histolab3f.htm.
http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology/HistologyReference/HRFemaleRS.h
tm.
http://legacy.owensboro.kctcs.edu/GCaplan/anat2/notes/Notes2%20male%20re
productive%20anatomy.htm.
http://www.britannica.com/bps/image/275485/119198/Female-mammary-gland.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic-art/275485/48173/Organs-of-the-
male-reproductive-system.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic-art/498625/66106/Organs-of-the-
human-reproductive-system.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic-art/620603/48179/Organs-of-the-
female-reproductive-system.
http://www.clipart.dk.co.uk/376/subject/Biology/Reproductive_system.
http://www.tarleton.edu/Departments/anatomy/oogenesis.jpg.
http://www.web-
books.com/eLibrary/Medicine/Physiology/Reproductive/Male.htm.
http://www.web-
books.com/eLibrary/Medicine/Physiology/Reproductive/Female.htm.
https://courses.stu.qmul.ac.uk/smd/kb/microanatomy/humandev/index.htm.
Martini, F., Fundamentals of Anatomy & Physiology, 5th Ed., Prentice Hall, New
Jersey.
Syaifuddin H., 2009, Soal Jawaban dan Pembahasan Anatomi Tubuh Manusia:
Latihan Praktek KBK untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2, Salemba Medika,
Jakarta.
Tortora G.J., dan Derrickson B.H., 2009, Principles of Anatomy and Physiology,
volume 2, 12th edition, Jon Wiley & Sons.