Anda di halaman 1dari 160

MODUL 1

Terminologi Anatomi Dasar

Terminologi Anatomi Dasar

PENDAHULUAN
Ilmuwan dan tenaga kesehatan profesional seperti farmasis menggunakan
istilah khusus dalam menunjukkan struktur dan fungsi tubuh. Bahasa anatomi yang
digunakan ini memberikan definisi atau arti yang tepat agar ilmuwan maupun tenaga
kesehatan profesional dapat berkomunikasi dengan jelas dan tepat dengan
sesamanya. Terminologi anatomi dasar merupakan hal yang esensial dalam
menganalisa problem medis seperti menentukan suatu penyakit berdasarkan lokasi
nyeri yang dialami oleh pasien.
Kegiatan praktikum ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan
melatih keterampilan dasar Anda dalam mendeskripsikan istilah anatomi dasar
berdasarkan posisi tubuh, arah tubuh, bidang/seksio tubuh dan rongga tubuh, serta
regia dan kuadran abdominopelvis.
Kegiatan praktikum ini bersifat eksploratif dan dapat dilaksanakan selama 2 x 60
menit, dan dilakukan secara individu atau kelompok (satu kelompok terdiri dari 4-5
mahasiswa). Untuk menjamin kesiapan Anda dalam melaksanakan praktikum ini,
sebaiknya Anda terlebih dahulu mempelajari gambaran mengenai definisi anatomi
dan fisiologi manusia beserta sistem yang terdapat pada tubuh manusia.
Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, Anda diharapkan dapat memilih
terminologi yang tepat dan mengaplikasikan terminologi ini terhadap tubuh.

MODUL 1 TERMINOLOGI ANATOMI DASAR 1


Kegiatan Praktikum 1

Posisi Anatomis Tubuh

Posisi anatomi adalah deskripsi mengenai regia atau bagian tubuh manusia yang
memiliki cara berdiri spesifik.
Terdapat tiga posisi anatomi tubuh yaitu :
1. Standar
Pada posisi ini, tubuh berdiri tegak lurus dengan mata melihat ke depan, kaki
dirapatkan, lengan di sisi tubuh, telapak tangan membuka ke depan dengan
ibu jari mengarah ke luar tubuh dan kelingking mengarah ke tubuh.
2. Pronasi
Pada posisi ini, tubuh merebah dengan muka menghadap ke bawah.
3. Supinasi
Pada posisi ini, tubuh merebah dengan muka menghadap ke atas.
Tubuh manusia dibagi menjadi beberapa regia yang dapat diidentifikasi secara
eksternal.
Regia tubuh yang utama meliputi:
1. Kepala yang terdiri dari tengkorak (menutupi dan melindungi otak); dan muka
(bagian depan kepala yang terdiri dari mata, hidung, mulut, pipi, dan dagu).
2. Leher yang menyokong kepala dan melekat pada bagian trunk.
3. Trunkus yang meliputi abdomen, dada dan pelvis.
4. Ekstremitas atas (Upper limb) yang melekat pada bagian trunk dan terdiri dari
pundak, ketiak, lengan atas (pundak-siku), lengan bawah (siku-pergelangan
tangan) dan tangan.
5. Ekstremitas bawah (Lower limb) yang melekat pada bagian trunkus dan terdiri
dari pantat, paha (pantat-lutut), lutut-pergelangan kaki dan kaki bagian bawah
(feet).

MODUL 1 TERMINOLOGI ANATOMI DASAR 2


Untuk lebih memahami penjelasan di atas, maka dapat dilihat Gambar 1.1 di bawah
ini.

Gambar 1.1 Posisi Anatomis Tubuh dan Regia Tubuh

MODUL 1 TERMINOLOGI ANATOMI DASAR 3


Kegiatan Praktikum 2

Terminologi Arah Tubuh

Directional terms atau terminologi arah menunjukkan arah lokasi bagian tubuh
tertentu terhadap lainnya. Berikut ini dapat dilihat gambar terminologi arah (Gambar
2) dan tabel mengenai terminologi arah, definisi, dan contoh-contohnya (Tabel1).

Gambar 1.2. Terminologi Arah

MODUL 1 TERMINOLOGI ANATOMI DASAR 4


Tabel 1.1 Terminologi Arah, Definisi dan Contoh

Terminologi Definisi Contoh


Anterior Bagian depan tubuh atau bagian • Hidung merupakan bagian anterior
perut dari seluruh bagian wajah.
• Puser (navel) merupakan bagian
anterior dari tulang belakang.
Posterior Bagian belakang tubuh • Tulang belakang merupakan bagian
posterior dari Puser (navel).
• Bokong merupakan bagian posterior
dari abdomen.
Superior Mengarah ke kepala atau bagian • Kepala merupakan bagian superior dari
(Sefalik, paling atas leher.
Kranial, • Jantung merupakan bagian superior
Rostal) dari perut (stomach).
Inferior Menjauhi kepala atau mengarah • Dada merupakan bagian inferior dari
(Kauda) ke bagian bawah tubuh leher.
• Perut merupakan bagian inferior dari
jantung.
Medial Mendekati garis tengah imajiner • Hidung merupakan bagian medial dari
tubuh (midline) mata.
Lateral Menjauhi garis tengah imajiner / • Telinga merupakan bagian lateral dari
mengarah ke samping tubuh hidung.
Ipsilateral Terletak di sisi yang sama • Limpa merupakan bagian Ipsilateral
dari usus besar bagian bawah.
Kontralateral Terletak di sisi yang berlawanan • Usus besar bagian atas merupakan
bagian kontralateral dari usus besar
bagian bawah.
Intermediate Di antara dua struktur • Lutut merupakan bagian intermediate
dari paha dan kaki. .
Proksimal Bagian stuktur yang mendekati • Siku merupakan bagian proksimal dari
garis tengah tubuh atau pergelangan tangan.
mendekati titik asal/titik
perlekatan dari tungkai dan
lengan (limb)
Distal Bagian paling jauh dari garis • Pergelangan kaki merupakan bagian
tengah imajiner/menjauhi titik asal distal dari lutut.
atau titik perlekatan dari tungkai
dan lengan (limb)
Superfisial Mendekati permukaan tubuh • Kulit merupakan bagian superficial dari
otot.
Dalam Menjauhi permukaan tubuh/ • Tengkorak terletak di bagian dalam
terletak di bagian internal tubuh kulit.
• Usus halus terletak jauh lebih ke dalam
tubuh dari otot-otot dan kulit
abdominal.

MODUL 1 TERMINOLOGI ANATOMI DASAR 5


Kegiatan Praktikum 3

Bidang/Seksio Tubuh

Bidang datar imajiner yang menembus tubuh digunakan untuk membagi


tubuh menjadi dua bagian. Tubuh dapat dibagi menjadi beberapa bidang/seksio
antara lain (Gambar 3):
1. Bidang Sagital membagi tubuh atau organ secara vertikal menjadi dua bagian
yaitu bagian kiri dan kanan.
2. Midsagital membagi tubuh menjadi dua bagian yang sama besar/ seimbang.
3. Parasagital membagi tubuh menjadi dua bagian yang tidak seimbang.
4. Bidang Frontal (Coronal) membagi tubuh atau organ secara vertikal menjadi
bagian depan dan belakang.
5. Bidang Transversal membagi tubuh atau organ secara horizontal menjadi
bagian atas dan bawah.
6. Bidang Oblikus membagi tubuh atau organ pada sudut di antara bidang
transversal dan sagital, atau transversal dan frontal.

MODUL 1 TERMINOLOGI ANATOMI DASAR 6


Gambar 1.3. Bidang/Seksio Tubuh

Kegiatan Praktikum 4

Rongga Tubuh

Rongga tubuh merupakan ruangan di dalam tubuh yang membantu melindungi,


memisahkan, dan menyokong organ internal. Terdapat dua macam rongga tubuh
yaitu dorsal yang terdiri dari kranial dan vertebral; dan ventral yang terdiri dari toraks
dan abdominopelvis. Keterangan lebih jelas mengenai kedua macam rongga tubuh ini
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 1.2. Rongga Tubuh
Rongga Uraian
Kranial Dibentuk oleh tulang kranial dan mengandung otal
Dorsal

Dibentuk oleh kolumna vertebralis dan mengandung medula


Vertebral
spinalis dan merupakan permulaan syaraf spinalis.
Disebut rongga dada; mengandung rongga pleural dan
Toraks
perikardial, dan mediastinum.
Masing-masing rongga ini mengelilingi paru-paru; merupakan
Pleural membran serosa dari masing-masing rongga pleural disebut
pleura.
Mengelilingi jantung; membran serosa dari masing-masing
Perikardial
rongga perikardial disebut perikardium.
Merupakan regio anatomis di bagian sentral dari rongga torak
yg terdapat diantara dinding medial rongga pleural;
Ventral

membentang dari sternum ke kolom vertebral dan dari tulang


Mediastinum
rusuk pertama ke diafragma; berisi semua organ di dalam
rongga dada (jantung, esofagus, trakea, kelenjar timus, dan
pembuluh darah besar) kecuali paru-paru.
Abdominopelvis Dibagi menjadi rongga abdominal dan pelvis.
Mengandung perut, limpa, hati, kandung empedu, usus halus,
Abdomen (perut) dan sebagian besar usus besar; membran serosa di dalam
rongga abdominal disebut peritoneum.
Mengandung kandung kemih, beberapa bagian usus besar, dan
Pelvis
organ reproduksi internal.

MODUL 1 TERMINOLOGI ANATOMI DASAR 7


Berikut ini dapat dilihat gambar rongga tubuh secara keseluruhan (Gambar 1.4) dan
gambar rongga toraks (Gambar 1.5).

Gambar 1.4. Rongga Tubuh

Gambar 1.5. Rongga Toraks

MODUL 1 TERMINOLOGI ANATOMI DASAR 8


Kegiatan Praktikum 5

Regia dan Kuadran Abdominopelvis

Untuk mendeskripsikan lokasi dari organ-organ abdominal dan pelvis, para


anatomisi dan kinisi menggunakan dua metode, yaitu dengan membagi rongga
abdominopelvis menjadi area-area yang lebih kecil.
1. Metode pertama: Regia abdominopelvis
Dua garis vertikal dan dua garis horizontal membagi rongga abdominopelvis
menjadi bidang tengah yang lebih luas daripada bidang kanan-kirinya.
Terdapat 9 Regia Abdomen-pelvis (Gambar 1.6) yaitu :
§ Regia umbilikal terletak di pusat abdomen.
§ Regia epigastrum berada di bagian superior dari regia umbilikus.
§ Regia hipogastrum berada di bagian inferior regia umbilikus.
§ Regia hipokondrium kanan dan kiri berposisi lateral terhadap regia
epigastrum.
§ Regia lumbar kanan dan kiri terletak lateral terhadap regia umbilikus.
§ Regia inguinalis (iliaka) kanan dan kiri terletak lateral dari regia hipogastrium.

2. Metode kedua: Kuadran abdominopelvis


Metode ini lebih sederhana dan membagi rongga abdominopelvis menjadi empat
kuadran yaitu kuadran kanan atas, kuadran kiri atas, kuadran kanan bawah, dan
kuadran kiri bawah (Gambar 1.7).
\

Gambar 1.6. Regia Abdominopelvis

MODUL 1 TERMINOLOGI ANATOMI DASAR 9


Gambar 1.7. Kuadran Abdominopelvis

MODUL 1 TERMINOLOGI ANATOMI DASAR 10


Modul 2
Mikroskop dan Histologi Jaringan

PENDAHULUAN
Praktikum histologi jaringan merupakan salah satu bagian dari praktikum
anatomi dan fisiologi manusia. Dalam praktikum kali ini Anda akan mempelajari
beberapa tipe jaringan dasar, namun sebelum itu kita akan mengulas terlebih
dahulu tentang alat penunjang yang nantinya akan digunakan untuk mempelajari
jaringan tersebut, yaitu mikroskop. Dengan kita mempelajari mikroskop maka
kita bisa mengoptimalkan penggunaan alat tersebut untuk mencapai tujuan
praktikum ini.
Belajar tentang struktur dan fungsi jaringan dasar merupakan hal yang
penting untuk dilakukan karena dari jaringan dasar inilah struktur yang lebih
kompleks terwujud. Ini berkaitan juga dengan fakta bahwa kerusakan pada
jaringan ini dapat mengganggu homeostasis, yaitu kondisi stabilitas relatif dari
lingkungan internal badan, tubuh manusia.
Setelah mengikuti praktikum ini, Anda diharapkan dapat menyebutkan
tipe-tipe jaringan dasar, menjelaskan karakteristik dan fungsi-fungsi jaringan
tersebut, serta menggambarkan preparat yang diamati. Untuk menjamin
kesiapan Anda dalam melaksanakan praktikum, sebaiknya Anda mempelajari
terlebih dahulu tentang pengetahuan dasar yang diperlukan, misalnya
pengertian jaringan, jenis-jenis jaringan, ciri-ciri sel penyusun jaringan, serta
fungsi masing-masing.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka Modul 2 ini dibagi menjadi
2 (dua) kegiatan praktikum, yaitu:
Kegiatan Praktikum 1 : Alat Penunjang
Kegiatan Praktikum 2 : Identifikasi Jaringan

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 11


Dalam modul 2 ini Anda diharapkan untuk membaca setiap topik yang tersedia,
memahami isinya, membuat gambar preparat yang diamati, serta menjawab tes
formatif yang tersedia pada setiap akhir kegiatan praktikum.

PETA KOMPETENSI KHUSUS

Jaringan Epitel Jaringan Konektif Jaringan Otot Jaringan Saraf

Histologi

Menggambarkan

Menjelaskan/mendeskripsikan

Menunjukkan

Menyebutkan

Kegiatan Kegiatan
Praktikum I Praktikum II

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 12


Kegiatan Praktikum 1
Alat Penunjang

Mikroskop merupakan alat penunjang yang penting dalam mempelajari


sel. Sel mengandung sejumlah organel yaitu struktur permanen dalam sel
dengan karakteristik morfologi yang tiap bagian sel tersebut mempunyai fungsi
spesifik dalam aktivitas seluler. Untuk dapat melihat benda dalam sel kita
memerlukan alat bantu karena benda-benda tersebut tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Berikut ini dapat Anda pelajari bagian-bagian yang ada dalam
mikroskop.

Lensa okuler

Tubus

Makrometer
Mikrometer
Revolver
Lensa obyektif
Penegak

Meja saji
Penggeser dan penjepit
Kondensor, diafragma dan filter

Cermin

Penyangga

Gambar 2.1. Mikroskop dan bagian-bagiannya

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 13


Tabel 2.1. Bagian-bagian mikroskop
BAGIAN
NO KETERANGAN
MIKROSKOP
Penyangga / Kaki • Terbuat dari logam yang cukup berat agar kokoh
1
mikroskop menyangga seluruh alat di atasnya.

2 Penegak • Memegang bagian-bagian yang dilewati cahaya.

• Di dalamnya terdapat lensa-lensa pembentuk


3 Tubus
bayangan.
• Meja datar dari logam dengan lubang di tengahnya
4 Meja saji
tempat cahaya lewat untuk menembus sajian.
Penggeser dan • Menjepit kaca saji dan menggerakkan kaca saji
5
Penjepit untuk mendapatkan gambar yang diinginkan.
• Lensa pengarah dan pengatur cahaya yang
berada di bawah meja saji.
6 Kondensor • Perbesaran kuat memerlukan kedudukan
kondensor tinggi sedangkan perbesaran lemah
memerlukan kondensor rendah.
• Mengatur banyak sedikitnya cahaya yang akan
diteruskan ke lensa guna menghilangkan
bayangan samping (aberasi sferis) dan
mempertajam bayangan.
7 Diafragma / Rana
• Makin lebar diafragma, makin banyak cahaya yang
lewat samping dan makin banyak pula bayangan
samping sehingga dapat mengurangi ketajaman
bayangan yang diperoleh.
• Filter biru yang digunakan untuk menghilangkan
cahaya kuning yang berasal dari lampu sumber
cahaya mikroskop yang umumnya lampu jenis
8 Filter
“tungsten” (lampu filamen biasa, bukan halogen)
yang berwarna kekuningan.

• Mikroskop model lama, terdapat cermin yang


mempunyai dua muka. Muka satu berupa cermin
cekung (memantulkan berkas cahaya yg tdk
sejajar, mis yg berasal dr lampu) dan lainnya
cermin datar (memantulkan berkas cahaya yg
Cermin / Lampu sejajar, mis cahaya matahari).
9
sumber cahaya • Atur kemiringan cermin untuk memperoleh cahaya
sebanyak mungkin.
• Mikroskop model baru terdapat lampu dan
pengaturan cahaya dilakukan dengan mengatur
voltase lewat tombol putar di sisi kiri alas
mikroskop.
• Melekat pada ujung bawah tubus dan memiliki
10 Lensa objektif ukuran kekuatan pembesaran yaitu 5, 10, 45, dan
100 kali.

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 14


• Gunakan kekuatan terkecil pada awal
pemeriksaan. Setelah didapat bagian yang akan
dilihat lebih rinci, letakkan bagian itu di tengah
lapangan pemandangan, lalu gantilah dengan
kekuatan yang lebih besar.
• Untuk melihat sel darah (dipulas scr Giemsa /
Wright) digunakan lensa objektif 100 kali dan
minyak imersi untuk memperoleh bayangan yang
lebih tajam.
• Terletak pada bagian atas tubus dan digunakan
untuk melihat bayangan sajian yang diperiksa.
• Pada mikroskop jenis lama terdapat dua ukuran
11 Lensa okuler
dengan kekuatan pembesaran 5 dan 10 kali,
sedangkan pada mikroskop jenis baru hanya ada
satu ukuran lensa okuler.
Revolver / Dudukan • Tempat melekat satu seri lensa objektif.
12
lensa objektif
• Berupa tombol putar yang terletak terpisah pada
mikroskop model lama dan menyatu pada
mikroskop model baru.
• Tombol ini juga disebut mikrometer dan
Pem-fokus kasar makrometer sebagai sarana penajam bayangan
13
dan halus dengan cara menaik-turunkan lensa objektif atau
meja saji.
• Hati-hati menggunakannya karena kadang-kadang
lensa objektif dapat menerjang kaca saji sehingga
pecah.

PROSEDUR
1. Lihat melalui lensa obyektif. Jika terlihat gelap, cari cahaya dengan
memutar cermin hingga terlihat terang pada lensa obyektif.
2. Letakkan preparat di meja saji, jepit dengan penjepit. Pilih perbesaran
lensa yang paling kecil.
3. Lihat melalui lensa obyektif, cari obyek dengan memutar pemfokus kasar
dan penggeser.
4. Jika telah didapat obyek, gunakan pemfokus halus untuk memfokuskan
gambar.
5. Gambar obyek yang terlihat.

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 15


Kegiatan Praktikum 2
Identifikasi Jaringan

Tahukah Anda apa satuan terkecil penyusun tubuh kita? Ya, itu adalah
sel. Sel merupakan kumpulan kompartemen atau ruangan kompleks, di mana
tiap ruangan tersebut melaksanakan reaksi biokimianya sendiri sehingga
membuat hidup itu mungkin. Meskipun tubuh manusia terdiri dari trilyunan sel,
namun diferensiasi menghasilkan hanya sekitar 200 tipe sel. Seperti halnya
huruf-huruf yang bersatu menyusun kata-kata, sel-sel ini juga bergabung supaya
bisa bekerja secara efisien, sehingga sejumlah tipe sel yang berbeda dapat
mengkoordinasikan kerjanya. Sel-sel biasanya bekerja sama dalam suatu
kelompok yang disebut jaringan.
Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang biasanya memiliki kesamaan asal
embrionik (yang berkenaan dengan janin) dan fungsi umum yang bergabung
bersama-sama melaksanakan aktivitas khusus. Nantinya akan Anda pelajari,
struktur dan sifat-sifat jaringan spesifik dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sifat
bahan ekstraseluler yang mengelilingi sel jaringan dan sambungan di antara sel-
sel yang menyusun jaringan. Jaringan dapat bersifat keras (misalnya tulang),
semipadat (lemak), atau bahkan cair (darah). Jadi jaringan sangat bervariasi
tergantung pada tipe sel yang ada, pengaturan, dan kandungannya.
Ilmu yang mempelajari tentang jaringan adalah histologi (histo= jaringan,
-logi = ilmu tentang). Berikut ini akan Anda pelajari lebih jauh lagi mengenai
bagaimanakah jaringan itu.
Macam-Macam Jaringan dan Asalnya
Jaringan yang menyusun tubuh manusia dibedakan menjadi 4 jaringan
dasar, yaitu
1. Jaringan epitel, sel yang menyelimuti permukaan tubuh dan rongga tubuh,
duktus (saluran) dan kelenjar
2. Jaringan ikat (penyambung/konektif), melindungi dan memberi kekuatan
struktur serta menyatukan organ-organ
3. Jaringan otot, bertanggung jawab pada pergerakan organ
4. Jaringan saraf, mentransmisikan impuls

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 16


Tabel 2.2. karakteristik Utama dari Jaringan Dasar
Matriks
Jaringan Sel Fungsi utama
ekstraseluler
Melapisi permukaan
Epitel Kumpulan sel-sel polihedral Hanya sedikit atau rongga tubuh,
sekresi kelenjar
Beberapa jenis sel yang Sangat Penyokong dan
Konektif
menetap dan mengembara banyak pelindung
Berjumlah
Otot Sel kontraktil panjang Pergerakan
sedang
Juluran panjang yang Transmisi impuls
Saraf Tidak ada
berjalinan saraf

1. JARINGAN EPITEL
Epitel pipih satu lapis

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 17


Gambar 2.2 Epitel pipih satu lapis
Epitel kubus satu lapis

Gambar 2.3 Epitel kubus satu lapis

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 18


Epitel silindris satu lapis

Gambar 2.4 Epitel silindris satu lapis

Epitel silindris satu lapis bersilia

Gambar 2.5 Epitel silindris satu lapis bersilia

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 19


Epitel silindris banyak lapis semu

Gambar 2.6 Epitel silindris banyak lapis semu

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 20


Epitel pipih banyak lapis

Gambar 2.7 Epitel pipih banyak lapis

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 21


Epitel kubus banyak lapis

Gambar 2.8 Epitel kubus banyak lapis

Epitel silindris banyak lapis

Gambar 2.9 Epitel silindris banyak lapis

Epitel transisional

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 22


Gambar 2.10 Epitel transisional

Epitel kelenjar, kelenjar endokrin

Gambar 2.11 Epitel kelenjar, kelenjar endokrin

Epitel kelenjar, kelenjar eksokrin

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 23


Gambar 2.12 Epitel kelenjar, kelenjar eksokrin

2. JARINGAN KONEKTIF

Gambar 2.13 Jaringan konektif

Jaringan konektif embrionik, mesenkim

Gambar 2.14 Jaringan konektif embrionik, mesenkim

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 24


Jaringan konektif embrionik, jaringan konektif mukosa

Gambar 2.15 Jaringan konektif embrionik, jaringan konektif mukosa

Jaringan konektif areolar

Gambar 2.16 Jaringan konektif areolar

Jaringan lemak

Gambar 2.17 Jaringan lemak

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 25


Jaringan konektif retikuler

Gambar 2.18 Jaringan konektif retikuler

Jaringan konektif regular padat

Gambar 2.19 Jaringan konektif regular padat

Jaringan konektif ireguler padat

Gambar 2.20 Jaringan konektif iregular padat

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 26


Jaringan konektif elastik

Gambar 2.21 Jaringan konektif elastik

Jaringan tulang rawan hyalin

Gambar 2.22 Jaringan tulang rawan hyalin

Jaringan fibrokartilage

Gambar 2.23 Jaringan fibrokartilage

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 27


Jaringan tulang rawan elastik

Gambar 2.24 Jaringan tulang rawan elastik

Jaringan tulang sejati

Gambar 2.25 Jaringan tulang sejati

Jaringan konektif cair, darah

Gambar 2.26 Jaringan konektif cair, darah

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 28


3. JARINGAN OTOT

Jaringan otot rangka

Gambar 2.27 Jaringan otot rangka

Jaringan otot jantung

Gambar 2.28 Jaringan otot jantung

Jaringan otot polos

Gambar 2.29 Jaringan otot polos

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 29


4. JARINGAN SARAF

Gambar 2.30 Jaringan saraf

MIKROSKOP DAN HISTOLOGI JARINGAN 30


Modul 3

Anatomi Sistem Rangka

PENDAHULUAN
Tulang rangka orang dewasa umumnya terdiri dari 206 tulang yang
terbagi menjadi tulang rangka aksial (80 tulang) dan tulang rangka apendikular
(126 tulang). Salah satu alasan kenapa tenaga kesehatan mempelajari anatomi
sistem rangka adalah untuk mendapatkan informasi mengenai individu dan
populasi dari jejak tulang sehingga dapat diketahui kondisi suatu penyakit, nutrisi
seseorang, maupun perubahan sosial ekonominya.
Pada praktikum ini Anda akan melakukan pengenalan terhadap nama,
bentuk, dan posisi dari tulang-tulang yang akan membantu Anda dalam
memahami sistem organ lainnya. Lokasi struktur dari berbagai sistem dapat
diketahui apabila Anda terlebih dahulu mengidentifikasi tulang-tulang yang
terdapat pada struktur tersebut. Selain itu Anda akan mengeksplorasi berbagai
tulang yang terdapat dalam tubuh dan bagaimana tulang-tulang tersebut bekerja
sama untuk memberi bentuk, menyokong, dan menggerakkan tubuh, melindungi
jaringan dan organ, dan memproduksi sel darah merah.
Kegiatan praktikum ini bersifat eksplorasi dan dapat dilaksanakan selama
2 x 60 menit, dan dilakukan secara individu atau kelompok (satu kelompok terdiri
dari 4-5 mahasiswa). Untuk menjamin kesiapan Anda dalam melaksanakan
praktikum ini, Anda diharapkan mempelajari mengenai fisiologi sistem rangka.
Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, Anda diharapkan dapat terampil
dalam menyebutkan, menunjukkan, mengidentifikasi, dan menjelaskan tulang-
tulang yang terdapat pada tulang rangka aksial (meliputi tengkorak, hyoid,
kolumna vertebralis, dan toraks) maupun tulang rangka apendikular (girdle
pektoralis, ekstremitas atas, girdle pelvis, dan ekstremitas bawah).
Modul ini dibagi menjadi 2 Kegiatan Praktikum yaitu :
Kegiatan Praktikum 1: Anatomi Tulang Rangka Aksial
Kegiatan Praktikum 2: Anatomi Tulang Rangka Apendikular

SISTEM RANGKA 31
Dalam Modul ini, Anda diharapkan untuk membaca setiap topik/subtopik yang
tersedia, mamahami isinya, melaksanakan percobaan, melakukan latihan dan
menjawab tes formatif yang tersedia.

PETA KOMPETENSI KHUSUS

Anatomi Tulang Rangka Aksial Anatomi Tulang Rangka Apendikular

Menjelaskan / Menerangkan / Mengidentifikasi

Menunjukkan

Menyebutkan

Kegiatan Kegiatan
Praktikum I Praktikum II

SISTEM RANGKA 32
Kegiatan Praktikum 1

Anatomi Tulang Rangka Aksial


Tulang rangka (skeleton) aksial terdiri dari tulang yang terletak disekitar
sumbu longitudinal tubuh yang merupakan garis vertikal imajiner yang melalui
bagian tengah tubuh, dari kepala hingga ruang di antara kedua kaki. Berikut ini
dapat dilihat tabel yang berisi bagian-bagian dari struktur tulang rangka aksial
beserta dengan jumlah tulang yang dimilikinya.
Tabel 3. Divisi Skeletal, Nama dan Jumlah Tulang Aksial
Divisi Skeletal Nama Tulang Jumlah Tulang
Skull 28 (total)
Cranium 8 (total)
Frontal 1
Parietal 2
Temporal 2
Occipital 1
Sphenoid 1
Ethmoid 1
Face 14 (total)
Mandible 1
Nasal 2
Lacrimal 2
Vomer 1
Inferior concha/ turbinate 2
Zygomatic / malar 2
Palatine 2
maxilla 2
Ear ossicles 6 (total)
Malleus 2
Incus 2
Stapes 2
Hyoid 1
Vertebrae 26 (total)
Cervikal 7
Thoracic 12
Lumbar 5
Sacrum 1 (leburan dari 5)
Coccyx 1 (leburan dari 35)
Sternum 1 (leburan dari 3)
Manubrium 1
Gladiolus / body 1
Xiphoid process 1
Ribs 12 pasang
(7 pasang sejati, 5 semu)

SISTEM RANGKA 33
Gambar 8.1
Tengkorak:
Gambaran Anterior

SISTEM RANGKA 34
Gambar 8.2
Tengkorak: Gambaran Lateral

SISTEM RANGKA 35
Gambar 8.3
Tengkorak: Gambaran Anterior

SISTEM RANGKA 36
Gambar 8.4
Tengkorak: Dasar Kranial,
Gambaran Anterior

SISTEM RANGKA 37
Gambar 8.5
Tengkorak :
Gambaran Inferior

SISTEM RANGKA 38
Gambar 8.6
Tulang Frontalis dan Spenoidalis: Gambaran Internal, Struktur Sutura Frontospenoidalis

SISTEM RANGKA 39
Gambar 8.7
Spenoidalis: Gambaran Anterior

Gambar 8.8
Tulang Frontalis dan Zigomatikus:
Gambaran Anterior

SISTEM RANGKA 40
Gambar 8.9
Tulang Temporal dan Parietal
Kanan: Gambaran Lateral,
Sutura Skuamosa Terpisah

Gambar 8.10
Tulang Temporal dan Parietal Kiri:
Gambaran Internal, Sutura
Skuamosa Terpisah

SISTEM RANGKA 41
Gambar 8.11
Tulang Oksipital:
Gambaran Interior

Gambar 8.12
Tulang Palatina:
(A) Gambaran Anteriomedial.
(B) Gambaran Anteriosuperior

SISTEM RANGKA 42
Gambar 8.13
Maksila : (A) Gambaran Lateral Kiri
(B) Gambaran Medial Kanan

SISTEM RANGKA 43
Gambar 8.14
Mandible: Gambaran Lateral Kiri

SISTEM RANGKA 44
Gambar 8.15
Tulang Etmoid : (A) Gambaran dari
Atas, Kanan dan Belakang
(B) Gambaran dari Bawah, kanan dan
Belakang

SISTEM RANGKA 45
Gambar 8.16a Gambar 8.16b
Kolumna Vertebralis: Gambaran dari Kiri dan Belakang Kolumna Vertebralis: Gambaran Anterior dan Posterior

SISTEM RANGKA 46
Gambar 8.17
Vertebra

SISTEM RANGKA 47
Gambar 8.18
(A) Atlas dan (B) Aksis yang Terartikulasi

Gambar 8.19
Sakrum (A) Gambaran Anterior, (B) Gambaran Posterior

SISTEM RANGKA 48
Gambar 8.20
Sternum dan Tulang Iga

Gambar 8.21
Tulang Iga: (A) Ke-1, (B) Ke-2, Sisi
Kanan, Gambaran Superior, (C) Ke-7,
Sisi Kanan, Gambaran Inferior

SISTEM RANGKA 49
Kegiatan Praktikum 2

Anatomi Tulang Rangka Apendikular


Tulang rangka apendikular berperan dalam pergerakan karena terdiri dari
tulang yang berhubungan antara satu dengan lainnya dan juga dengan otot
rangka, sehingga memungkinkan manusia untuk melakukan aktifitas seperti
berjalan, menulis, menggunakan komputer, berdansa, dan bermain musik.
Berikut ini dapat dilihat tabel yang berisi bagian-bagian dari struktur tulang
rangka apendikular beserta dengan jumlah tulang yang dimilikinya
Tabel 4. Divisi, Nama dan Jumlah Tulang Apendikular
Divisi Skeletal Nama Tulang Jumlah Tulang
Divisi Atas 64 (total)
Clavicle 2
Scapula 2
Humerus 2
Ulna 2
Radius 2
Carpals 16 (8 per tangan)
Scaphoid 1
Lunate 1
Triquetrum 1
Pisiform 1
Trapezium 1
Trapezoid 1
Capitate 1
Hamate 1
Metacarpals 10 (5 per tangan)
Phalanges 28 (14 per tangan)
Divisi Bawah 62 (total)
Os coxa / innominate 2 (1=fusi 3 tulang)
Illium
Ischium
Pubis
Femur 2
Patella 2
Tibia 2
Fibula 2
Tarsals 14 (7 per kaki)
Calcaneus 1
Talus 1
Cuboid 1
Navicular 1
Cuneiforms 3
Metatarsals 10 (5 per kaki)
Phalanges 28 (14 per kaki)

SISTEM RANGKA 50
Gambar 8.22
Sternum dan Klavikula: Sternum
Bagian Depan, (D) Klavikula Kanan,
Gambaran Superior, (E) Klavikula
Kiri, Gambaran Inferior

Gambar 8.23
Skapula: (A) Skapula Kanan,
Gambaran Anterior, (B) Skapula
Kiri, Gambaran Posterior

SISTEM RANGKA 51
Gambar 8.24
Humerus dengan Skapula: (A) Humerus
Kanan, Gambaran Anterior, (B) Humerus
Kiri, Gambaran Posterior

Gambar 8.25
Ulna dan Radius: (A, B) Gambaran
Anterior, (C,D) Gambaran Posterior

SISTEM RANGKA 52
Gambar 8.26
Tangan Kiri, Gambaran Dorsal

Gambar 8.27
Tulang Pelvis dengan Sakrum, Gambaran Anterior

SISTEM RANGKA 53
Gambar 8.28
Tulang Pelvik :
(A) Bagian Kanan, Gambaran Lateral
(B) Bagian Kiri, Gambaran Medial

Gambar 8.29
Femur: (A) Femur Kanan, Gambaran
Anterior, (B) Femur Kiri, Gambaran
Posterior

SISTEM RANGKA 54
Gambar 8.30
Patela: (A) Patela Kanan, Permukaan Anterior,
(B) Patela Kiri, Permukaan Posterior

Gambar 8.31
Tibia dan Fibula:
(A,B) Tibia dan Fibula Kanan, Gambaran Anterior,
(C,D) Tibia dan Fibula Kiri, Gambaran Posterior

SISTEM RANGKA 55
Gambar 8.32
Kaki Kanan : Gambaran Dorsal (Superior)

Gambar 8.33
Struktur Tulang Panjang

SISTEM RANGKA 56
Modul 4
Sistem Pancaindera

PENDAHULUAN
Saat jari Anda tertusuk duri, secara refleks Anda akan menarik tangan
Anda bukan? Tentu ini karena tertusuk menimbulkan rasa sakit di jari. Atau
ketika kita melihat sinar terang menyilaukan, kita akan memicingkan mata,
bahkan menutupnya jika terlalu silau. Mengapa bisa demikian?
Ya, ini adalah salah satu contoh timbulnya reaksi tubuh akibat
perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, suatu tingkat kesadaran dari
kondisi eksternal (maupun internal) dari tubuh yang disebut dengan sensasi.
Jendela dalam tubuh yang digunakan untuk mengenali perubahan baik dari
dalam maupun dari luar tubuh adalah fungsi dari sistem pancaindera. Sistem
indera ini meliputi indera umum dan khusus. Pada indera umum, reseptornya
(yaitu suatu sel khusus atau bagian distal dari sel saraf yang memberikan
respon terhadap modalitas sensorik spesifik, seperti sentuhan, tekanan, dingin,
cahaya, atau suara, kemudian mengubahnya menjadi sinyal elektrik) tersebar
di seluruh tubuh dan secara struktur relatif sederhana. Reseptor untuk indera
khusus, seperti penghidu (penciuman), pengecap, penglihatan, pendengaran,
dan ekuilibrium (keseimbangan), secara anatomi berbeda satu sama lain dan
terkonsentrasi di lokasi spesifik di dalam kepala. Biasanya reseptor ini tertanam
dalam jaringan epitel dalam suatu organ sensorik yang kompleks seperti mata
atau telinga.
Praktikum Sistem Pancaindera merupakan salah satu bagian dari
praktikum anatomi dan fisiologi manusia. Dalam praktikum ini Anda akan
mempelajari anatomi organ-organ yang terlibat dalam sistem indera beserta
fungsi dan histologinya. Agar dapat mengikuti praktikum dengan baik, Anda
diharapkan mengikuti kuliah dan membaca pustakanya terlebih dahulu.
Modul pancaindera dibagi menjadi 5 (lima) kegiatan praktikum, yaitu:
Kegiatan praktikum 1: Indera Peraba
Kegiatan praktikum 2: Indera Pengecap

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 57


Kegiatan praktikum 3: Indera Penghidu
Kegiatan praktikum 4: Indera Penglihatan
Kegiatan praktikum 5: Indera Pendengaran

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa diharapkan dapat lebih terampil dalam menujukkan dan
mengidentifikasi organ-organ sensorik
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi lapisan-lapisan epidermis dan dermis
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi struktur aksesoris pada kulit.

PETA KOMPETENSI KHUSUS

Organ-organ Sensorik:
Kulit, Hidung, Lidah, Mata, Telinga

Anatomi (lokasi, struktur) & fungsi Menggambarkan Preparat

Menjelaskan/mendeskripsikan

Menunjukkan

Menyebutkan

Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan


Praktikum 1 Praktikum 2 Praktikum 3 Praktikum 4 Praktikum 5

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 58


Kegiatan Praktikum 1

Indera Peraba

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, indera umum mempunyai


reseptor yang tersebar luas di seluruh tubuh, dan terdiri dari indera somatik dan
viseral. Indera somatik, yang memberikan sensasi somatik, meliputi sensasi
taktil (sentuhan, tekanan, getaran, rasa gatal, dan geli), sensasi termal (panas
dan dingin), rasa sakit, dan propriosepsi (posisi dan pergerakan anggota
tubuh).

Gambar 4.1. Anatomi Kulit

Reseptor untuk sensasi taktil, termal dan rasa sakit terdapat di kulit dan
membran mukosa mulut, vagina, dan anus. Reseptor untuk sentuhan adalah
(a) badan Meissner dan himpunan akar rambut, yang beradaptasi dengan

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 59


cepat, dan (b) Merkel discs, badan Ruffini, yang lambat beradaptasi, sensitif
terhadap pelenturan. Reseptor untuk tekanan meliputi badan Meissner, Merkel
discs, dan badan pacini. Reseptor untuk getaran adalah badan Meissner dan
badan pacini. Baik untuk gatal maupun geli, reseptornya adalah ujung-ujung
saraf bebas. Termoreseptor adalah ujung-ujung saraf bebas. Reseptor untuk
rasa dingin terdapat di stratum basalis dari epidermis dan reseptor untuk rasa
panas terdapat di dermis. Reseptor untuk rasa sakit (atau lebih dikenal dengan
nosiseptor) adalah ujung-ujung saraf bebas yang terdapat di hampir seluruh
jaringan tubuh.
Stratum
Dead Superficial Epidermis :
corneum
keratinocytes
Stratum Stratum
lucidum corneum
Stratum Lamellar
granulosum granules
Stratum
Keratinocytes lucidum

Stratum Stratum
Langerhans granulosum
spinosum
cell
Stratum
Merkel cell spinosum
Merkel disc
Sensory neuron Stratum
basale
Stratum Melanocytes
basale Dermis
Dermis
Deep

Gambar 4.2. Lapisan-lapisan dalam Epidermis

Berikut ini adalah gambar berbagai reseptor yang ada dalam kulit.

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 60


Gambar 4.3. Struktur dan Lokasi Reseptor Sensorik dalam Kulit

Kegiatan Praktikum 2
Indera Pengecap

Pengecap, seperti halnya penghidu, merupakan indera kimia. Meskipun


demikian, indera ini lebih sederhana daripada indera penghidu karena hanya
dapat membedakan lima jenis rasa, yaitu asam, manis, pahit, asin, dan umami
(sedap, gurih). Reseptor untuk indera pengecap terletak pada taste buds.
Taste buds dapat ditemukan pada tonjolan lidah yang disebut papila, yang
memberikan tekstur kasar pada lidah. Papila yang mengandung taste buds
ada tiga macam, yaitu papila valata (sirkumvalata), papila fungiformis, dan
papila foliata, yang umumnya terdegenerasi pada masa kanak-kanak. Ada
satu lagi jenis papila, namun di dalamnya tidak terkandung taste buds, yaitu
papila filiformis. Pada gambar di bawah ini Anda bisa melihat hubungan antara
sel reseptor pengecap dalam taste buds dan papila lidah.

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 61


Gambar 4.4. Hubungan antara sel reseptor pengecap
dalam taste buds dan papila lidah.

Gambar 4.5 Papila filiformis

Gambar 4.6 Papila sirkumvalata

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 62


Gambar 4.7 Papila fungiformis

Gambar 4.8 Papila foliata (pada kelinci)


Kegiatan Praktikum 3
Indera Penglihatan

Coba pejamkan mata Anda sejenak dan bayangkan, jika tanpa mata,
akankah sama dunia ini di hadapan Anda? Tanpa mata, akankah bisa Anda
berkegiatan seperti Anda melakukannya dengan mata? Renungkan sejenak
kemudian perlahan bukalah mata Anda. Syukurilah karunia itu, karena
mungkin di sebelah Anda duduk sekarang, ada yang tidak memilikinya.
Indera penglihatan sangatlah penting bagi manusia. Lebih dari separuh
reseptor sensorik dalam tubuh manusia terletak di mata, dan sebagian besar
korteks serebral berfungsi untuk memproses informasi visual. Pada Kegiatan
Praktikum 4 ini, Anda akan mempelajari tentang anatomi mata, sehingga bisa
menyebutkan bagian-bagiannya dan menjelaskan fungsinya masing-masing,
serta melakukan pemeriksaan mata.
Anatomi mata meliputi struktur aksesoris mata dan bola mata (lihat
gambar-gambar berikut ini).

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 63


Gambar 4.9. Anatomi permukaan mata kanan.

Struktur aksesoris mata meliputi kelopak mata, bulu mata, alis, lacrimal
apparatus (memproduksi dan mengalirkan air mata), dan otot-otot mata
ekstrinsik.

Gambar 4.10. Struktur aksesoris mata.

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 64


Superior rectus muscle

Canal of Schlemm
Sclera
Anterior cavity
{ Anterior chamber
Posterior chamber
Choroid

Retina
Aqueous humour
Fovea
Lens
Macula
Iris
Optic nerve
Central retinal artery
Pupil
Cornea
Suspensory ligament of Central retinal vein
the lens (zonule of Zinn)
Optic disc
Ciliary body
Hyaloid canal
Conjunctiva
Posterior cavity (vitrous chamber)
Inferior rectus muscle

Gambar 4.11. Anatomi bola mata.

Dinding bola mata tersusun atas 3 lapisan : fibrous tunic (sklera dan kornea),
vascular tunic (koroid, badan siliaris, iris), dan retina.

Gambar 4.12. Struktur mikroskopik retina.

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 65


Pada retina, sinyal visual berjalan melalui fotoreseptor ke sel-sel bipolar
kemudian ke sel-sel ganglion.

Tabel 4.1 Struktur bola mata


Struktur Fungsi
Kornea Menerima dan membiaskan cahaya
Sklera Memberi bentuk dan melindungi bagian dalam
Iris Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam bola mata
Mensekresikan aqueous humor dan mengubah bentuk
Badan siliaris
lensa untuk penglihatan dekat atau jauh (akomodasi)
Menyediakan pasokan darah dan menyerap cahaya yang
Koroid
berpendar
Menerima cahaya dan mengubahnya menjadi potensial
Retina reseptor dan impuls saraf. Luaran ke otak yaitu melalui
akson sel ganglion, yang membentuk saraf optik (II).
Lensa Membiaskan cahaya
Mengandung aqueous humor yang membantu menjaga
Rongga anterior bentuk bola mata dan mensuplai oksigen dan nutrisi ke
lensa dan kornea.
Mengandung vitreous body yang membantu menjaga
Vitreous
bentuk bola mata dan menjaga retina terlekat pada
chamber
koroid.

Pembentukan bayangan dalam retina melibatkan refraksi cahaya dari kornea


dan lensa, yang memfokuskan bayangan terbalik pada fovea centralis di retina.
Saat melihat obyek dekat, maka lensa akan meningkatkan lengkungannya
(melakukan akomodasi) dan pupil berkonstriksi untuk mencegah sinar masuk
ke dalam mata melalui lensa.

(a) (b)
Gambar 4.13. Refraksi cahaya

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 66


(a). Refraksi adalah pembengkokan cahaya pada persimpangan dari 2
media transparan yang memiliki perbedaan kerapatan. Kornea dan
lensa merefraksi cahaya dari obyek yang jauh sehingga bayangan fokus
pada retina. (b). Pada akomodasi, lensa menjadi lebih sferis (bulat),
yang meningkatkan refraksi cahaya.

Mata normal (= mata emetrop) dapat merefraksikan cahaya dengan


cukup pada jarak 6 m (20 feet) sehingga fokus pada retina. Pada sejumlah
orang terjadi abnormalitas refraksi karena ketidakmampuannya merefraksi
cahaya dengan cukup. Kondisi ini bisa berupa miopi (rabun dekat),
hipermetropi (hiperopia, rabun jauh), atau astigmatisme, di mana terjadi
lengkungan yang tidak biasa pada kornea atau lensa matanya.

Gambar 4.14. Abnormalitas refraksi pada bola mata dan koreksinya.

Setelah ini, Anda akan melakukan praktek anatomi dan fungsi mata,
berikut berbagai pemeriksaannya.

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 67


Judul Percobaan : Indera Penglihatan

Tujuan :
a. Mendeskripsikan dan menjelaskan anatomi organ sensorik pada indera
penglihatan
b. Menjelaskan fungsi organ tersebut dan bagian-bagiannya
c. Menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi selama praktikum
Alat :
1. Peraga mata
2. Lampu senter
3. Blindspot test paper
4. Buku Ishihara
5. Color blindness
6. Optotypi Snellen
Prosedur Kerja :
a. Anatomi
Tunjukkan bagian-bagian organ sensorik pada indera penglihatan dan
jelaskanlah fungsi bagian-bagian tersebut di depan teman-teman kelompok
Anda.

b. Refleks Pupil pada Akomodasi


a. Sorotlah mata kanan orang percobaan dengan lampu senter dan
perhatikanlah perubahan pupil pada mata orang tersebut.
b. Sorotlah mata kanan orang percobaan dengan lampu senter dan
perhatikanlah perubahan pupil pada mata kirinya.
c. Suruhlah sekarang orang percobaan melihat kepada jari si pemeriksa
yang ditempatkan pada jarak ½ m didepannya. Sambil
memperhatikan pupilnya dekatkanlah jari itu sehingga orang percobaan
berakomodasi.
c. Pemeriksaan Bercak Buta
a. Perhatikanlah gambar palang dan titik bulat pada sehelai kertas.

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 68


b. Tutuplah mata kiri dengan tangan, arahkanlah pandangan mata kanan
pada gambar palang.
c. Gerakanlah kertas tersebut mendekati mata sehingga titik bulat itu
menghilang dari penglihatan.
d. Gerakanlah kertas tersebut menjauhi mata sehingga titik bulat itu
tampak kembali dari penglihatan.
b. Catatlah titik menghilang dan titik timbul dari titik bulat.
c. Ulangilah dari beberapa jurusan dan catat tiap kali titik menghilang dan
titik timbul, hubungkan semua titik-titik itu, maka ini merupakan bercak
buta dari mata kanan.
d. Lakukanlah juga pemeriksaan bercak mata dari mata kiri.
b. Pemeriksaan Buta Warna
Organik:
a. Suruhlah orang percobaan mengumpulkan benang-benang wol
Holmgren yang sewarna dalam kelompok-kelompok.
b. Suruhlah orang percoabaan membaca gambaran-gambaran yang
terdapat di dalam buku pesudoisokromatik Ishihara.
Catatlah kesalahan-kesalahan yang dibuatnya menurut cara itu.
Fungsional:
1. Suruhlah orang percobaan melihat melalui kaca merah atau hijau untuk
beberapa waktu ke awan putih.
2. Segera setelah itu, periksalah kebutaan warnanya dengan benang-
benang wol Holmgren dan buku pesudoisochromatik Ishihara.

c. Pemeriksaan Visus
1. Suruhlah orang percobaan duduk pada jarak 6 meter (20 feet) dari
optotypi Snellen yang telah dipasang.
2. Pasanglah gagang kaca mata khusus pada orang percobaan dan
tutuplah salah satu matanya dengan penutup hitam khusus dari kotak
kaca mata.

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 69


3. Periksalah visus dari mata yang lain dengan menyuruh orang percobaan
membaca baris huruf-huruf dari yang besar sampai sampai baris huruf-
huruf yang terkecil yang seluruhnya masih dapat dibacanya dengan
lancar tanpa kesalahan.
4. Ulangilah pemeriksaan ini untuk mata yang lain.
5. Ulangilah pemeriksaan ini untuk kedua mata bersama.

Catatan :
- Visus dinyatakan dengan rumus :
V = d
D
Pada mana : V = visus
d = jarak dimana mata yang diperiksa berada.
D = jarak pada mana mata emetrop masih mengenal huruf-huruf yang
terkecil yang dikenal oleh orang percobaan (hal ini tertera pada tiap baris
huruf-huruf).
1. Perbandingan d/D sekali-kali tidak boleh disederhanakan sehingga
kelak dari hasilnya selalu dapat diketahui bagaimana pemeriksaan
itu dilakukan.
2. Pada pemeriksaan ini dan berikutnya hanya kelainan-kelainan daya
bias dari susunan optik mata yang dipelajari.

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 70


Kegiatan Praktikum 4
Indera Pendengaran
Dengan apakah Anda mendengar suara-suara merdu, bisikan sayang
dari ibu, atau cicit burung kala pagi? Ya, tentu dengan telinga. Lalu,
bagaimanakah jalannya suara hingga kita bisa mendengar sesuatu? Mari kita
lihat.
Manusia memiliki telinga yang dengan adanya organ tersebut, getaran
suara yang masuk ke dalam lubang telinga akan diubah menjadi sinyal elektrik
yang 1000 kali lebih cepat dibanding fotoreseptor yang merespon cahaya
(masih ingat dengan kegiatan praktikum yang lalu?). Sinyal tersebut kemudian
akan diinterpretasikan menjadi suatu jenis suara oleh otak kita. Di samping
reseptor untuk gelombang suara, telinga juga mengandung reseptor untuk
keseimbangan (ekuilibrium). Anatomi telinga dan wilayah-wilayahnya dapat
Anda lihat pada gambar-gambar berikut. Kemudian pada tabel di bawah ini
terdapat uraian singkat mengenai struktur telinga.

Gambar 4.15. Anatomi telinga

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 71


Telinga memiliki tiga wilayah pokok yaitu telinga bagian luar, telinga bagian
tengah dan telinga dalam.

Tabel 4.2. Struktur telinga

Struktur Fungsi

Telinga bagian Aurikel (pinna): mengumpulkan gelombang suara. Kanal


luar auditori eksternal: mengarahkan gelombang suara ke
gendang telinga.

Membran timpani (gendang telinga): digetarkan oleh


gelombang suara, yang menyebabkan maleus bergetar.
Telinga bagian Auditory ossicles: menghantarkan dan memperbesar
tengah vibrasi (getaran) dari membran timpani ke oval window.

Auditory (eustachian) tube: menyeimbangkan tekanan


udara pada kedua sisi membran timpani.

Telinga bagian Kokhlea: mengandung seri cairan, saluran dan membran yang
dalam menghantarkan vibrasi ke organ spiral (organ of corti), organ
pendengaran; sel-sel rambut dalam organ spiral menghasilkan
potensial reseptor, yang merangsang impuls saraf di dalam
cabang kokhlea dari saraf vestibulocochlear (VIII).

Vestibular apparatus: meliputi saluran semisirkular, utrikulus,


dan sakulus, yang membangkitkan impuls saraf di sepanjang
cabang vestibular dari saraf vestibulocochlear (VIII).

Saluran semisirkular: mengandung krista, tempat sel-sel


rambut untuk keseimbangan dinamik (menjaga posisi tubuh,
terutama kepala, untuk merespon akselerasi dan deselerasi
perputaran).

Utrikulus: mengandung makula, tempat sel-sel rambut untuk


keseimbangan statis (menjaga posisi tubuh, terutama kepala,
relatif terhadap gaya berat).

Sakulus: mengandung makula, tempat sel-sel rambut


untuk keseimbangan statis (menjaga posisi tubuh,
terutama kepala, relatif terhadap gaya berat).

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 72


Pada gambar-gambar di bawah ini Anda bisa mempelajari bagian-bagian
telinga secara lebih rinci serta perjalanan suara dalam merangsang reseptor
auditori dalam telinga.

Gambar 4.16. Telinga bagian tengah

Gambar 4.17. Telinga bagian dalam

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 73


Pada bagian luar, area yang berwarna biru merupakan bagian dari bony
labyrinth (yang mengandung perilymph), sementara yang dalam, bagian yang
berwarna merah muda, merupakan membranous labyrinth (yang mengandung
endolymph).
Seperti telah diutarakan di awal, pada telinga juga terdapat reseptor
untuk keseimbangan selain reseptor untuk gelombang suara. Secara kolektif,
organ reseptor untuk ekuilibrium (keseimbangan) disebut dengan vestibular
apparatus, ini meliputi saccule, utricule (keduanya merupakan organ otolitik),
dan saluran semisirkular (lihat Gambar 4.18).

Gambar 4.18. Kanal semisirkular, vestibula dan kokhlea.

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 74


Saluran-saluran yang terdapat dalam kokhlea adalah skala vestibuli, skala
timpani dan saluran kokhlear. Sel-sel rambut dalam organ spiral (organ Corti)
mengubah getaran mekanik (stimulus) menjadi sinyal elektrik (potensial
reseptor).
Berikut ini merupakan jalannya suara hingga kita dengar.
1. Sesuatu bergetar dan membuat gelombang suara.
2. Gelombang suara merambat ke telinga, dikumpulkan oleh telinga bagian
luar.
3. Kemudian gelombang suara bergerak ke saluran telinga.
4. Ketika gelombang tersebut mencapai ujung saluran telinga, gelombang
suara membentur gendang telinga.
5. Gendang telinga bergetar dengan adanya gelombang suara tersebut.
6. Getaran menggerakkan tulang-tulang kecil di dalam telinga bagian tengah.
7. Tulang-tulang ini membawa getaran ke telinga bagian dalam hingga ke
saluran yang terisi cairan yang disebut kokhlea.
8. Cairan di dalam kokhlea menggetarkan serangkaian rambut-rambut kecil
yang disebut silia, yang menempel pada saraf auditori.
9. Pergerakan silia-silia ini merangsang sel saraf, dan saraf ini mengirim
sinyal ke otak melalui saraf auditori.
10. Otak memroses sinyal tersebut menjadi suara yang kita dengar.

Gambar 4.19. Peristiwa saat stimulasi reseptor auditori di dalam telinga.

MODUL 4 SISTEM PANCAINDERA 75


Modul 5
Sistem Respirasi

PENDAHULUAN

Respirasi adalah sutu proses keluar masuknya udara dari paru-paru. Melalui
respirasi tubuh akan mendapatkan oksigen yang kemudian akan digunakan oleh sel
untuk proses metabolisme sehingga menghasilkan ATP. ATP akan digunakan oleh
sel, jaringan, organ tubuh untuk melaksanakan fungsinya. Sebaliknya sisa
metabolisme yaitu karbondioksida akan dikelurakan dari sel menunju plasma secara
difusi dan kemudian dikeluarkan pada saat respirasi.
Dalam keadaan normal kita bernafas sebanyak 12-20 kali permenit dalam rangka
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Pada kondisi seseorang tidak mampu bernafas
secara adekuat (emergency kekurangan oksigen) dimana laju pernafasan <12 kali
permenit, maka bantuan pernapasan perlu diberikan baik menggunakan tangan
maupun alat (resuscitator).
Kegiatan praktikum yang bersifat observasi, eksplorasi, dan pembuktian ini
dilakukan secara berkelompok (mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok).
Mahasiswa sebelum praktikum diharapkan dapat mempelajari organ-organ dalam
sistem respirasi, prinsip proses inhalasi dan ekshalasi beserta mekanisme kerja otot-
otot yang terlibat dalam respirasi, karakteristik dan histologi organ pernafasan.
Modul ini dibagi menjadi 3 Kegiatan Praktikum yaitu :
Kegiatan Praktikum 1 : Anatomi Sistem Pernafasan
Kegiatan Praktikum 2 : Pengukuran Volume dan Kapasitas Respirasi
Kegiatan Praktikum 3 : Fungsi sistem pernapasan sebagai kontrol pH darah
Dalam Modul ini, mahasiswa diharapkan untuk membaca setiap topik/subtopik
yang tersedia, mamahami isinya, melaksanakan percobaan, mencatat data hasil
percobaan, melakukan analisis data, menjawab soal-soal pada latihan yang tersedia
pada setiap akhir kegiatan praktikum.

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 76


TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu :

1. Memahami organ-organ yang terlibat dalam sistem respirasi


2. Menjelaskan fungsi masing-masing organ pada sistem respirasi
3. Menjelaskan karakteristik dan histologi dari organ respirasi (trakea dan paru-
paru) dan mampu membedakan preparat histologi paru-paru normal dengan
pneumonia, dan emfisema.
4. Menghitung volume residual menggunakan rumus
5. Memahami fungsi respirasi sebagai kontrol pH darah

PETA KOMPETENSI KHUSUS

Mahasiswa/Praktika
n

Kegiatan Praktikum 1 Kegiatan Praktikum II Kegitan Praktikum III

Menunjukkan/ Mengidentifikasi hasil Menjelaskan perbedaan


mengidentifikasi anatomi rontgen pada saat laju respirasi pda saat
sistem respirasi inhalasi dan ekshalasi istirahat dan beraktivitas

Mengidentifikasi histologi Menghitung volume dan Menjelaskan fungsi


organ respirasi dan mampu kapasitas respirasi respirasi sebagai control
membedakannya dengan pH darah
kondisi patologis

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 77


Kegiatan Praktikum 1

Anatomi Sistem Respirasi

Untuk melaksanakan fungsi respirasi, terdapat banyak organ yang terlibat


sehingga disebut dengan organ-organ respirasi yaitu hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, alveolus, dan membran respirasi. Setiap organ memiliki karakteristik struktur
dan fungsi sehigga jika salah satu organ mengalami patologis seperti amfisema,
pneumonia maka proses respirasi tidak berjalan secara tepat.
Aliran udara secara klinis dapat dibagi menjadi tiga area berdasarkan ukuran
yaitu:
• Aliran udara besar meliputi trakea dan bronkus
• Aliran udara medium meliputi bronkeolus dan bronkeolus terminal
• Aliran udara kecil meliputi bronkeolus respiratori, saluran alveolus, kantong
alveolus.
Obat-obat untuk penyakit yang berkaitan dengan pernapasan menggunakan
istilah diatas untuk mengidentifikasi lokasi penyakit. Sebagai contoh bronkitis adalah
penyakit pada aliran udara besar, asma merupakan penyakit respirasi pada daerah
aliran udara medium, dan emfisema adalah kondisi patologis pada daerah aliran udara
kecil.
Anatomi Sistem Pernafasan

Gambar 5.1. Gambaran Anterior Organ Respirasi

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 78


Gambar 5.2 Gambaran Anterolateral Hidung Eksternal

Gambar 5.3. Seksio Sagital Kepala dan Leher Sebelah Kiri (Struktur Respirasi)

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 79


(a) Anterior (b) Posterior
Gambar 5.4. Laring

Anterior

Gambar 5.5. Percabangan Trakea

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 80


Gambar 5.6. Gambaran Posterior Paru-Paru Kiri dan Kanan

Gambar 5.7. Gambaran Medial Paru-Paru Kiri dan Kanan

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 81


Gambar 5.8. Lobulus Paru-Paru

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 82


Kegiatan Praktikum 2

Pengukuran Volume dan Kapasitas Respirasi

Sistem respirasi mensuplai oksigen yang dibutuhkan oleh sel tubuh untuk
memproduksi ATP dan mengeluarkan karbondioksida sebagai hasil samping dari
metabolism sel. Respirasi melibatkan 3 tahap dan dengan bantuan sistem
kardiovaskuler untuk trasportasi oksigen dan karbondioksida.

1. Pulmonary ventilation atau bernafas adalah perpindahan udara antara


atmosfer dan paru-paru selama inhalasi dan ekshalasi.
2. External respiration adalah perpindahan oksigen dari alveolus ke pembuluh
kapiler pulmonary dan karbondioksida dari pembuluh kapiler ke alveolus.
3. Internal respiration perpindahan oksigen dari pembuluh kapiler ke sel tubuh
dan karbondioksida dari sel tubuh ke pembuluh kapiler.

A. Pulmonary ventilation
Selama proses ventilasi, udara berpindah dari area dengan tekanan tinggi ke area
dengan tekanan rendah. Perubahan tekanan udara pada paru-paru disebabkan oleh
perubahan volume paru-paru. Terdapat hubungan berbanding terbalik antara volume
paru-paru dengan tekanan udara seperti yang digambarkan oleh Boyle’s Law. Apabila
volume paru-paru meningkat, maka tekanan udara di dalamnya menjadi menurun
sehingga udara masuk ke paru-paru. Sebaliknya, apabila volume paru-paru menurun,
maka tekanan udara meningkat sehingga udara keluar dari paru-paru.
Selain itu, volume paru-paru juga ditentukan oleh diafragma dan otot pernafasan
(kontraksi atau relaksasi). Inhalasi normal terjadi pada saat otot diafragma
berkontraksi dimana diafragma berbentuk melengkung ketika relaksasi dan mendatar
ketika kontraksi. Ketika otot diafragma mendatar, maka rongga toraks menjadi lebih
lebar sehingga volume udar menigkat dan tekanan menurun. Hasilnya udara masuk
kedalam paru-paru. Sementara itu normal ekshalasi, otot diafragma berelaksasi
sehingg volume udara menurun dan tekana pada paru-paru tinggi sehingga udara
keluar dari paru-paru.

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 83


B. Volume dan Kapasitas paru-paru
Volume dan kapasitas paru ditentukan oleh jenis kelamin, usia, dan tinggi. Selain
itu volume paru juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik namun tidak berpengaruh
terhadap kapasitas paru.
Spirometer adalah alat ynag digunakan untuk mengukur volume dan kapasitas
paru. Terdapat beberap jenis spirometer tergantung metode yang digunakan.
Beberapa spirometer diantaranya hanya mengukur kapasitas dan volume ekspirasi
dan spirometer lainnya dapat mengukur tidak hanya ekspirasi tetapi juga inspirasi.
Spirometer jenis ini harus dibersihkan dan filter diganti untuk mencegah penyebaran
infeksi dari satu orang kepada yang lain.

Volume Respirasi
• Volume Tidal (VT): volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu
kali bernafas. Nilai rata-rata pada keadaan istirahat = 500ml
• Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume/ VCI) : volume
tambahan yang dapat secara maksimal dihirup melebihi volume tidal istirahat.
Nilai rata-ratanya = 3100ml.
• Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume/ VCE) : volume
tambahan udara yang dapat secara aktif dikeluarkan oleh kontraksi maksimum
melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif pada akhir VT normal. Nilai rata-
ratanya = 1200ml.
• Volume Residual : volume minimum udara yang tersisa di paru bahkan setelah
ekspirasi maksimum. Nilai rata-ratanya = 1200ml. Volume ini tidak dapat diukur
langsung dengan spirometer karena udara ini tidak keluar masuk.
Kapasitas Respirasi
• Kapasitas Inspirasi (KI) : volume udara yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi
normal tenang (KI = VCI + VT). Nilai rata-ratanya = 3600ml.
• Kapasitas Residual Fungsional (KRF) : volume udara di paru pada akhir
ekspirasi pasir normal (KRF = VCE + VR). Nilai rata-ratanya = 2400ml.
• Kapasitas Vital (KV) : volume maksimal udara yang dapat dikeluarkan selama
satu kali bernafas setelah inspirasi maksimum (KV = VCI + VT + VCE). Nilai
rata-ratanya = 4800ml.
• Kapasitas Paru Total (KPT) : volume udara maksimum yang dapat ditampung
oleh paru (KPT = KV + VR). Nilai rata-ratanya = 6000ml.

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 84


Gambar 5.9 Spirogram Volume dan Kapasitas Respirasi

Berikut ini dapat dilihat ontoh hasil rekaman spirometer yang menunjukkan volume
tidal, kapasitas inspirasi, volume cadangan ekspirasi, dan kapasitas vital.

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 85


Gambar 5.10. Rekaman Spirometer.

Gambar 5.11. Perbesaran rekanan spirometer untuk mengukur volume tidal

Contoh Kalkulasi Volume Tidal (VT)


Step 1 3,700 ml (inhalasi)

- 3,250 ml (ekshalasi)

450 ml

Step 2 450 ml (volume tidal hasil pengukuran)

x 1.1 (faktor BTPS)

495 ml

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 86


Gambar 5.12. Perbesaran rekaman spirometer untuk mengukur kapasitas inspirasi

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 87


Contoh Kalkulasi Kapasitas Inspirasi (KI)
Step 1 6,650 ml (inhalasi maksimal)

- 3,650 ml (ekshalasi normal)

3,000 ml

Step 2 3,000 ml (kapasitas inspirasi hasil pengukuran)

x 1.1 (faktor BTPS)

3,300 ml

Gambar 5.13. Perbesaran rekaman spirometer untuk mengukur volume cadangan


ekspirasi

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 88


Contoh Kalkulasi Volume Cadangan Ekspirasi
Step 1 3,650 ml (ekshalasi normal)

- 2,050 ml (ekshalasi maksimal)

1,600 ml

Step 2 1,600 ml (cadangan ekspirasi hasil pengukuran)

x 1.1 (faktor BTPS)

1,760 ml

Contoh Kalkulasi Kqpasitas Vital (KV)


Metode 1
3,300 ml (kapasitas inspirasi terkoreksi)

+ 1,760 ml (volume cadangan ekspirasi terkoreksi)

5,060 ml

Metode 2
6,650 ml (inhalasi maksimal)

- 2,050 ml (ekshalasi meksimal)

4,600 ml

4,600 ml (kapasitas vital yang diukur)

x 1.1 (faktor BTPS)

5,060 ml (kapasitas vital terkoreksi)

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 89


Kegiatan Praktikum 3

Fungsi Respirasi sebagai kontrol pH darah

Pada saat respirasi, tubuh mengeluarkan karbondioksida dan mendapatkan


oksigen. Karbondioksida yang dikeluarkan berasal dari hasil metabolism glukosa,
asam lemak, asam amino. Karbondioksida kemudia secara difusi keluar dari sel
menuju cairan intersisial, dan sampai pada aliran darah. Darah membawa C02
sampai ke paru-paru dan dikeluarkan pada saat kita mengembuskan nafas.

Karbondioksida pada aliran darah terdapat dalam bentuk terlarut yang berikatan
dengan hemoglobin atau sebagai ion bikarbonat

Berdasarkan persamaan reaksi di atas maka rasio karbondioksida terhadap asam


karbonat dan ion bikarbonat adalah konstan. Jika karbondioksida meningkat misal
pada saat aktivitas fisik, maka jumlah asam karbonat, ion bikarbonat, dan hidrogen
juga akan meningkat. Sebaliknya jika kadar karbondioksida menurun maka ion
bikarbonat dan hidrogen akan digunakan untuk membentuk karbondioksida.

pH darah ditentukan oleh konsentrasi ion hidrogen. pH darah berbanding terbalik


dengan kadar karbondioksida. Apabila konsentrasi karbondioksida tinggi maka
konsentrasi ion hidrogen juga meningkat maka pH darah turun atau lebih asam.
Peningkatan konsentrasi ion hidrogen akan menstimulasi kemoreseptor di otak
sehingga laju ventilasi paru-paru meningkat dan terjadilah respirasi. Pada saat
respirasi karbondioksida dikeluarkan sehingga konsentrasi karbondioksida dalam
plasma menurun dan juga mengakibatkan ion hidrogen menurun sehingga pH darah
menjadi Normal.

MODUL 5 SISTEM RESPIRASI 90


MODUL 6

SISTEM DIGESTI

PENDAHULUAN

Sistem gastrointestinal atau sistem pencernaan sangat penting untuk memproses


zat/makanan yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. Sebagian besar
makanan yang dikonsumsi terlalu besar untuk digunakan oleh tubuh. Sistem pencernaan
berperan dalam menguraikan makanan sehingga dapat diabsorpsi ke dalam pembuluh darah
dan menjadi senyawa yang dapat digunakan oleh jaringan dan sel.

Pencernaan dimulai dengan proses pemecahan makanan baik secara mekanik maupun
kimia. Ketika kita makan apel, pertama kita mengunyah apel tersebut secara mekanik. Enzim
di dalam air liur kemudian bekerja memecah karbohidrat yang terkandung dalam apel secara
kimiawi. Apel yang telah dikunyah dan dicerna sebagian lalu menuju kerongkongan, lambung
dan usus kecil untuk proses pencernaan kimia lebih lanjut hingga proses absorpsi.
Karbohidrat yang terdiri dari gula kompleks dipecah menjadi gula sederhana seperti glukosa,
yang diabsorpsi di usus kecil. Usus kecil sebagai organ yang berfungsi dalam penyerapan
memiliki struktur dengan area permukaan yang luas dan gerakan peristaltik yang lambat.
Setelah diserap, glukosa mengikuti aliran darah dan perjalanannya berakhir di sel-sel yang
membutuhkannya sebagai (cadangan) energi. Zat-zat yang masih tersisa di saluran
pencernaan merupakan sampah yang akan diekskresikan sebagai feses.

Kegiatan praktikum yang dilakukan akan meng-eksplor struktur (gross dan microscopic
anatomy) dan fungsi berbagai organ yang berperan pada sistem digesti. Kegiatan dapat
dilaksanakan selama 2 x 60 menit, secara berkelompok (satu kelompok terdiri dari 4-5
mahasiswa). Agar proses pembelajaran berjalan lancar, praktikan diharapkan telah
membekali diri dengan terminologi anatomi dan fisiologi dari sistem pencernaan serta telah
mengamati gambar histologi organ sistem pencernaan sehingga dapat membandingkan
dengan pengamatan yang dilakukan secara mikroskopis.

Modul Sistem Digesti dibagi menjadi 2 kegiatan praktikum, yaitu:


Kegiatan Praktikum 1 : Anatomi Sistem Pencernaan
Kegiatan Praktikum 2 : Histologi Sistem Pencernaan

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 91


Praktikan diharapkan untuk membaca setiap topik yang tersedia, memahami isinya,
melaksanakan praktikum, melakukan latihan dan mengisi lembar kerja yang terdapat dalam
modul.
Setelah melakukan praktikum, praktikan diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi organ-organ sistem pencernaan (GI tract dan organ aksesoris) pada
torso atau gambar
2. Menjelaskan fungsi organ-organ sistem pencernaan
3. Mendeskripsikan lapisan dinding saluran pencernaan
4. Mengidentifikasi fitur utama organ digesti secara mikroskopis (histologi)
5. Membedakan histologi organ-organ digesti melalui karakteristik yang dimiliki oleh organ-
organ tersebut.
6. Melengkapi lembar kerja tepat waktu
Alat dan bahan:
§ Torso
§ Preparat histologi:
§ esofagus, lambung, usus kecil, usus besar, rektum
§ Glandula salivary, lidah (papila), hati, pankreas
§ Mikroskop
PETA KOMPETENSI KHUSUS

Sistem Pencernaan

Anatomi Histologi

Membedakan Karakteristik

Mengidentifikasi/ Mendeskripsikan/ Menjelaskan

Kegiatan Praktikum 1 Kegiatan Praktikum 2

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 92


Kegiatan Praktikum 1
Anatomi Sistem Pencernaan

Sistem digesti terdiri dari gastrointestinal (GI) tract dan organ-organ aksesoris. GI tract atau
kanal alimentary merupakan saluran panjang mulai dari mulut hingga anus. Lumen dari GI
tract terbuka terhadap lingkungan luar pada kedua ujungnya sehingga apa pun yang terdapat
di dalam lumen, dianggap berada di luar tubuh.

Organ-organ pencernaan terbagi ke dalam dua kelompok utama, yaitu :


1. Saluran Gastrointestinal (Alimentary Canal) yang meliputi mulut, faring, esofagus,
lambung, usus halus, usus besar, dan anus.
2. Organ Aksesoris yang meliputi gigi, lidah, hati (liver), kantung empedu (gallbladder),
dan pankreas.

Organ Aksesoris : Kanal Alimentari :


Mulut
• Mengunyah/memecah makanan
• Tempat awal terjadi digesti kimiawi karbohidrat

Faring
• Saluran lewatnya makanan dan air
Kelenjar Ludah • Berperan dalam menelan makanan
• Melembabkan makanan (saliva)
• Menjaga pH (bikarbonat) Esofagus
• Mencerna karbohidrat (amilase) • Memindahkan makanan dari faring ke lambung
• Mencegah mamasuknya bakteri (lisozim)
Hati Lambung
• Menyimpan dan mencampur makanan
• Menghasilkan cairan empedu (bile)
• Tempat awal terjadi digesti kimiawi
• Mengemulsikan lemak
protein oleh enzim dan asam

Kandung Empedu (Gallbladder)


• Menyimpan cairan empedu dan Usus Besar
membawanya menuju usus halus • Mengabsorpsi nutrisi
Pankreas • Menyimpan material sampah
• Mensekresi enzim pencernaan ke Usus Halus
dalam usus halus • Mencerna protein, lemak, dan
• Mensekresi bikarbonat ke dalam karbohidrat
usus halus untuk menetralisir asam • Mengabsorpsi sebagian besar nutrisi
lambung • Mensekresi hormon dan enzim digesti

Rektum
• Saluran lewatnya feses
Anus
• Mengeluarkan material yang tidak tercerna

Copyright © 2001 Benjamin Cummings, an imprint of Addison Wesley Longman, Inc.

Gambar 6.1 Struktur dan Fungsi Organ-Organ Sistem Pencernaan

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 93


Organ Utama/Kanal Alimentari

Gambar 6.2. Struktur Mulut

Epiglottis
Phalatopharingeal
arch

Palatine tonsil

Lingual tonsil
Palatoglossal Circumvalla
arch te papilla
Sulcus
terminalis
Foliate
papillae

Dorsum of Filiform
tongue papillae
Fungiform
papilla

Gambar 6.3 Struktur Lidah

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 94


Gambar 6.4 Struktur Faring dan Esofagus

Gambar 6.5 Struktur Esofagus dan Lambung

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 95


Gambar 6.6 Struktur Usus Halus

Gambar 6.7 Struktur Usus Besar, Rektum dan Anus

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 96


Organ Aksesoris

Gambar 6.8 Struktur Kelenjar Ludah

Gambar 6.9 Struktur Hati

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 97


Gambar 6.10 Struktur Pankreas

Judul Percobaan: Anatomi Sistem Pencernaan


Alat dan Bahan
Torso
Gambar-gambar organ pencernaan
Prosedur Kerja
1. Bentuk kelompok (4-5 orang / kelompok) dan carilah struktur-struktur yang
terdapat pada Tabel 1 di bawah ini pada torso/gambar yang ada.
2. Lakukan latihan dengan mempresentasikan bagian/organ tersebut kepada
anggota kelompok
3. Lengkapi lembar kerja yang tersedia

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 98


Tabel 6.1. Organ-Organ Utama Sistem Pencernaan Manusia

Divisi Subdivisi
Organ Utama (Alimentary Canal)
Gigi

- Incisors
- Canines atau cuspids
Mulut - Premolars atau bicuspids
- Molars

Lidah
Nasopharynx
Faring Oropharynx
Laryngopharynx

Esofagus
Cardiac sphincter
Cardiac
Greater and lesser curvatures
Lambung Fundus
Body
Pylorus
Pyloric sphincter
Duodenum
Usus Halus Jejunum
Ileum
Ileocecal valve (sphincter)
Cecum
Appendix
Ascending colon
Hepatic flexure
Transverse colon
Splenic flexure
Usus Besar/ Kolon Descending colon
Sigmoid colon
Rectum
Internal anal sphincter
Anus
External anal sphincter

Tabel 2. Organ-Organ Aksesoris Sistem Pencernaan Manusia

Divisi Subdivisi

Organ Aksesoris
Salivary glands

Parotid (pa-ROT-id)
Submaxillary
Sublingual

Pancreas & pancreatic duct


Liver & Gallbladder
Cystic duct, Hepatic duct & Common bile duct
Gastrohepatic ligament

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 99


Kegiatan Praktikum 2
Histologi Sistem Pencernaan

Saluran pencernaan yang meliputi esofagus, perut, usus halus, dan usus besar memiliki
empat lapisan, yaitu :
1. Mukosa (membran mukosa) terdiri dari epitel yang tersebar luas menutupi jaringan ikat,
lamina propria, dan mukosa muskularis (berupa pita otot halus yang membatasi lamina
propria). Esofagus dan kanal anal memiliki epitel pipih berlapis banyak. Sedangkan perut,
usus halus, dan usus besar memiliki epitel silinder selapis. Lapisam ini berfungsi dalam
sekresi dan absorpsi.
2. Submukosa merupakan jaringan konektif dan memiliki ruangan ekstraseluler untuk
pembuluh darah, syaraf, dan kelenjar yang mensekresi mukus. Serat parasimpatetik dan
ganglia dapat dilihat sebagai submucosal (Meissner’s) plexus di dalam lapisan
submukosa. Lapisan ini berfungsi dalam absorpsi.
3. Muskularis Eksterna terdiri dari otot halus yang memiliki lapisan sirkuler di sebelah dalam
dan lapisan longitudinal di sebelah luar di sepanjang saluran pencernaan. Serat
parasimpatetik dan ganglia dapat dilihat sebagai myenteric (Auerbach’s) plexus pada
lapisan muskularis eksterna. Lapisan ini berfungsi dalam peristalsis.
4. Serosa terdiri dari epitel pipih selapis dan jaringan konektif, dan merupakan lapisan terluar
dari saluran pencernaan. Lapisan ini berfungsi dalam mengikat dan melindungi saluran
pencernaan.

Gambar 6.11. Lapisan Kanal Alimentari (Saluran gastrointestinal)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 100


Gambar 6.12. Struktur Lapisan Lambung

Gambar 6.13. Struktur Lapisan Usus Halus

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 101


Gambar 6.14. Struktur Lapisan Usus Besar

Mulut

Gambar 6.15 Histologi Lidah (Longitudinal)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 102


Papila

Gambar 6.16 Histologi Papila Sirkumvalata (Vertikal)


Esofagus

Gambar

6.17. Histologi Dinding Esofagus Bagian Atas (Transversal)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 103


Lambung

Lea & Febiger

Gambar 6.18 Histologi Fundus Lambung

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 104


Gambar 6.19. Histologi Mukosa Lambung (Kelenjar Gastrik dan Tipe Sel)

Gambar 6.20. Histologi Lambung (Cardia, Pylorus, dan Body)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 105


Usus Halus

Gambar 6.21 Histologi Usus Halus (Kelenjar Intestinal dan Tipe Sel)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 106


Gambar 6.22 Histologi Duodenum (Longitudinal)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 107


Gambar 6.23 Histologi Ileum (Transversal)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 108


Gambar 6.24 Histologi Jejunum-Illeum (Transversal)

Gambar 6.25 Perbandingan Histologi Usus Halus (Duodenum, Jejunum, dan Ileum)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 109


Usus Besar

Gambar 6.26 Histologi Dinding Usus Besar

Gambar 6.27 Histologi Mukosa Usus Besar

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 110


Gambar 6.28 Histologi Usus Besar (Kelenjar Intestinal dan Tipe Sel)

Gambar 6.29 Perbandingan Histologi Lambung, Usus Halus, dan Usus Besar

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 111


Gambar 6.30 Perbandingan Histologi Usus Halus, dan Usus Besar

Rektum

Lea & Febiger

Gambar 6.31 Histologi Rektum (Transversal)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 112


Anus

Lea & Febiger

Gambar 6.32 Histologi Kanal Anal (Longitudinal)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 113


Kelenjar Ludah (Glandula salivaris)

Gambar 6.33 Histologi Kelenjar Ludah Parotid

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 114


Lea & Febiger

Gambar 6.34 Histologi Kelenjar Ludah Submandibular

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 115


Lea & Febiger

Gambar 6.35 Histologi Kelenjar Ludah Sublingual

Gambar 6.36 Perbandingan Histologi Kelenjar Ludah


(Parotid, Submandibular, dan Sublingual)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 116


Hati

Lea & Febiger

Gambar 6.37 Histologi Lobulus Hati (Stain : Hematoxylin-eosin, 285 X)

Gambar 6.38 Histologi Lobulus Hati (Diperjelas)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 117


Kandung Empedu

Lea & Febiger

Gambar 6.39 Histologi Kandung Empedu / Gallbladder (Vesiica felea)

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 118


Pankreas

Lea & Febiger


Gambar 6.40 Histologi Pankreas

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 119


Daftar Pustaka
Bertram J.W., Eder D.J., dan Kaminsky S.L., 2003, Laboratory Atlas of Anatomy and
Physiology, 4th edition, McGraw-Hill Companies.

Donnersberger A.B., dan Lesak A.E., 1998, A Laboratory Textbook of Anatomy &
Physiology, 6th edition, Jones and Barlet Publishers, Massachusetts.
Fiore, Mariano S.H., di., 1981, Atlas of Human Histology, 5th edition, Lea & Febiger,
Philadelphia.

Fox, 2002, Human Physiology Laboratory Manual : Concepts and Clinical


Applications, 9th edition, McGraw-Hill.

Mader S.S., 2004, Understanding Human Anatomy and Physiology, 5th edition,
McGraw-Hill, New York.

Martini, F., Fundamentals of Anatomy & Physiology, 5th Ed., Prentice Hall, New
Jersey.

Pack P.E., 2001, Cliff’s Quick Review Anatomy and Physiology, Hungry Minds, New
York.

Scanlon V.C., dan Sanders T., 2007, Essentials of Anatomy and Physiology, 5th
edition, F.A. Davis, Philadelphia.

Syaifuddin H., 2009, Soal Jawaban dan Pembahasan Anatomi Tubuh Manusia:
Latihan Praktek KBK untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2, Salemba Medika,
Jakarta.

Syaifuddin H., 2009, Soal Jawaban dan Pembahasan Fisiologi Tubuh Manusia:
Latihan Praktek KBK untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2, Salemba Medika,
Jakarta.

Tortora G.J., dan Derrickson B.H., 2009, Principles of Anatomy and Physiology,
volume 2, 12th edition, Jon Wiley & Sons.

Wood, M.G., 1998, Laboratory Textbook of Anatomy and Physiology, Freeman. Co.,
San Fransisco.

MODUL 6 SISTEM DIGESTI 120


MODUL 7
SISTEM KARDIOVASKULAR

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG

Tujuan praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan:
1. Mengidentifikasi struktur jantung pada model atau gambar
2. Jelaskan perbedaan struktur dan fungsi dari dua jenis katup jantung
3. Menelusuri aliran darah melalui sirkulasi sistemik dan pulmonari, menjelaskan
pembuluh darah, ruang dan katup jantung yang terlibat
4. Mengidentifikasi pembuluh darah utama yang terlibat dalam sirkulasi koroner
pada model atau gambar
5. Menjelaskan dua lapisan perikardium dan tiga lapisan dari dinding jantung

Alat dan bahan:


• Model atau gambar jantung manusia
• Torso atau bagan yang menunjukkan jantung/sirkulasi sistemik dan pulmonari
• Model atau grafik dari sirkulasi koroner
• Spidol berwarna merah, biru dan ungu

Jantung adalah organ yang memompa darah dari dan menuju sel-sel di seluruh
tubuh (kecuali paru-paru) melalui sirkulasi sistemik serta dari dan menuju paru-paru
melalui sirkulasi pulmonari. Pembuluh darah yang membawa darah dari jantung
disebut arteri dan pembuluh darah yang membawa darah ke jantung disebut vena.

A. Gambaran Permukaan Jantung

Jantung memiliki ukuran sebesar kepalan tangan dan terletak di rongga dada dalam
mediastinum. Basis jantung merupakan bagian superior yang terdapat pembuluh
darah besar dan apeks jantung merupakan bagian inferior yang terletak di ruang
intercostal ke-5. Jantung manusia memiliki empat ruang dan dibagi menjadi sisi
kanan dan kiri. Masing-masing sisi memiliki ruang atas disebut atrium dan ruang
yang lebih rendah disebut ventrikel. Kedua atrium membentuk basis jantung,
sementara ujung ventrikel kiri membentuk apeks. Pembuluh darah koroner dan
jaringan adiposa ditemukan dalam sulkus atau alur yang secara eksternal menandai
batas antara keempat bilik jantung.

B. Pembuluh Darah Besar pada Jantung

Pembuluh darah besar pada jantung berperan mengembalikan darah ke atrium dan
membawa darah dari ventrikel. Vena cava superior, vena cava inferior dan sinus

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 121


koroner mengembalikan darah miskin oksigen ke atrium kanan. Vena kava superior
mengembalikan darah yang berasal dari kepala, leher, dan lengan; vena cava
inferior mengembalikan darah dari bagian tubuh bawah; sinus koroner merupakan
vena mengembalikan darah dari sirkulasi koroner. Darah meninggalkan atrium
kanan untuk masuk ke ventrikel kanan. Melalui arteri pulmonalis (kanan dan kiri),
darah di bawa ke paru-paru untuk dioksigenasi. Darah yang kaya akan oksigen
kembali ke atrium kiri melalui vena pulmonalis (kanan dan kiri). Darah kemudian
melewati ventrikel kiri untuk dipompa ke aorta besar yang akan mendistribusikan
darah ke sirkulasi sistemik.

C. Gambaran Internal Jantung

Miokardium dari anterior dinding atrium kanan memiliki bentuk seperti sarang lebah.
Area ini disebut otot pectinate. Dinding atrium kanan dan kiri dipisahkan oleh septum
interatrial yang tipis. Ventrikel memiliki area otot yang disebut trabeculae carneae.
Otot yang lebih besar dari otot ini adalah otot papiler yang memiliki chordae
tendineae. Bagian ujung dari chordae tendineae melekat pada katup antara atrium
dan ventrikel (katup atrioventricular). Septum interventrikular adalah dinding tebal
yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri.

Jantung memiliki empat katup yang mengontrol aliran darah satu arah dari dan
melalui jantung. Katup tersebut terdiri dari dua katup atrioventrikular (AV) katup dan
dua katup semilunaris. Darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan
melewati katup AV kanan, yaitu katup trikuspidalis. Katup AV kiri atau katup
bikuspidalis terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup ini secara klinis
disebut katup mitral. Dua katup AV secara struktural sangat mirip, kecuali katup
trikuspidalis memiliki tiga daun/lipatan dan katup bikuspidalis hanya memiliki dua
lipatan, yang mencegah darah mengalir kembali ke atrium ketika katup ditutup.
Darah di ventrikel kanan melewati katup pulmonal (semilunar) untuk masuk ke arteri
pulmonalis. Katup aorta (semilunar) terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua
katup semilunar identik di mana masing-masing katup memiliki tiga kantong yang
mencegah darah mengalir kembali ke dalam ventrikel ketika katup ditutup.

Atrium memiliki dinding yang lebih tipis, menerima darah kembali ke jantung dari
vena. Tekanan darah di atrium akan membuka katup AV sehingga sebagian besar
darah mengalir ke ventrikel. Kedua atrium kemudian berkontraksi secara simultan
untuk memompa darah yang tersisa ke ventrikel. Dinding ventrikel lebih besar dan
tebal, merupakan pompa ganda yang juga berkontraksi secara simultan. Ketika
ventrikel berkontraksi, otot papiler bekerja dan menutup katup AV. Chordae
tendineae mencegah terbukanya katup AV. Selama kontraksi ventrikular, tekanan
darah dalam ventrikel mendorong katup semilunar untuk terbuka. Setelah katup
semilunar terbuka, darah dari ventrikel kanan mengalir ke sirkulasi pulmonari

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 122


simultan dengan mengalirnya darah dari ventrikel kiri ke sirkulasi sistemik. Ketika
ventrikel relaksasi, sebagian darah mengalir kembali ke ventrikel, menyebabkan
katup semilunar menutup. Dinding ventrikel kiri lebih tebal daripada dinding ventrikel
kanan karena sisi kiri membutuhkan kekuatan yang lebih besar untuk memompa
darah ke sirkulasi sistemik.

D. Sirkulasi Sistemik dan Pulmonari


Ketika Anda menelusuri aliran darah melalui jantung ke seluruh tubuh dan paru-
paru, Anda akan menilai sirkulasi sistemik dan pulmonari. Sirkulasi sistemik
mengalirkan darah dari ventrikel kiri ke seluruh jaringan tubuh (kecuali paru-paru)
dan kembali ke atrium kanan, sementara sirkulasi pulmonari mengalirkan darah dari
ventrikel kanan ke paru-paru dan kembali ke atrium kiri. Perhatikan bahwa setiap
sirkulasi dimulai dan berakhir di jantung, dan masing-masing sirkulasi terdiri dari
arteri, kapiler, dan vena.

E. Sirkulasi Koroner

Jantung memiliki pasokan darah dan sirkulasi sendiri yang disebut dengan sirkulasi
koroner. Pembuluh darah koroner meliputi jantung. Endotelium yang melapisi ruang
jantung terlalu tebal untuk memasok nutrisi ke jaringan otot jantung dari darah yang
ada di ruang jantung. Dengan demikian, asupan untuk ke jaringan otot jantung
diberikan oleh darah dalam pembuluh darah koroner.

Pada permukaan anterior jantung, arteri koroner kanan dan kiri men-suplai darah
saat ventrikel relaksasi. Ketika ventrikel berkontraksi katup aorta terbuka untuk
melindungi arteri koroner sehingga mampu menahan tekanan darah yang tinggi.
Arteri koroner kiri lebih pendek dari arteri koroner kanan di mana arteri ini melewati
basis dari auricle kiri dan bercabang menjadi:
• cabang interventrikular anterior (left anterior descending branch atau LAD)
• cabang sirkumfleksa

LAD memasok darah kaya oksigen untuk kedua ventrikel dan terletak di dalam
sulkus interventrikular anterior. Sering terjadi sumbatan pada cabang interventrikular
anterior yang dapat mengakibatkan infark miokard dan kematian. Cabang
sirkumfleksa terdapat di sisi kiri jantung, terletak di dalam sulkus koroner (sulkus
atrioventrikular), memasok darah ke ventrikel kiri dan atrium kiri. Sirkumfleks bentuk
cabang anastomosis (jejaring) dengan cabang interventrikular posterior dekat sulkus
posterior interventrikular. Arteri koroner kanan yang terletak di sulkus koroner, terus
ke bagian inferior kanan dan bercabang menjadi:
• cabang marginal
• cabang interventrikular posterior

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 123


Cabang marginal memasok sisi kanan anterior dari ventrikel kanan. Cabang
interventrikular posterior terletak pada sulkus posterior interventrikular pada
permukaan posterior jantung, memasok darah kaya oksigen ke kedua ventrikel.

Arteri bercabang menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteriol, melakukan
penetrasi ke otot jantung dan terbagi menjadi pembuluh darah yang lebih kecil lagi
yaitu kapiler, yang memberikan oksigen ke otot jantung. Kapiler mengalir ke venula
yang keluar dari otot jantung dan terhubung ke vena yang menerima darah miskin
oksigen untuk dikembalikan ke jantung.

Vena jantung besar adalah vena utama dari sirkulasi koroner, mengalirkan bagian
anterior kiri jantung. Vena jantung kecil mengalirkan bagian anterior kanan jantung,
semantara vena jantung tengah, mengalirkan bagian posterior jantung. Kedua
pembuluh darah tersebut melebur menjadi sinus koroner yang terletak pada
permukaan posterior jantung. Sinus koroner mengalirkan darah miskin oksigen ke
atrium kanan.

F. Perikardium dan Lapisan Dinding Jantung

Di dalam mediastinum, jantung dikelilingi dan dilindungi oleh perikardium, yang


terdiri dari bagian luar (kuat dan fibrous) dan bagian dalam (rapuh, serous).
Perikardium fibrosa melekat pada diafragma dan pembuluh darah besar jantung,
melindungi jantung di mediastinum. Perikardium serosa merupakan membran dua
lapis yang terdiri dari lapisan parietal luar dan lapisan visceral dalam. Di antara dua
lapisan tersebut terdapat rongga perikardial yang berisi cairan serosa untuk
mengurangi gesekan akibat denyutan jantung. Lapisan parietal melekat pada
perikardium fibrosa, dan lapisan visceral bekerja melindungi otot jantung.

Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar (epikardium), tengah
(miokardium) dan dalam (endocardium). Epikardium merupakan lapisan visceral dari
perikardium. Komponen utama jantung adalah miokardium atau jaringan otot
jantung. Endocardium merupakan lapisan tipis endothelium yang melapisi ruang
jantung dan katup.

Miokardium memiliki serat otot lurik, bercabang dengan satu atau dua inti. Ujung-
ujung serabut otot jantung yang berdekatan dihubungkan oleh intercalated discs
yang mengandung desmosomes untuk menyatukan serat jantung dengan gap
junction. Gap junction menyebarkan potensial aksi dengan cepat dari sel ke sel,
memungkinkan otot jantung berkontraksi.

Denyut jantung adalah jumlah detak jantung per menit. Setiap detak jantung
mewakili satu siklus jantung, yang terdiri dari kontraksi atrial dan ventrikular (sistol)
dan relaksasi atrial dan ventrikular (diastol). Denyut jantung dapat diukur dengan

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 124


menghitung jumlah detak jantung per menit atau jumlah denyut nadi (pulse) per
menit. Denyut nadi menggambarkan gelombang tekanan darah yang bergerak
melalui arteri ketika ventrikel berkontraksi, dapat dideteksi pada arteri radial dan
karotid. Meskipun tidak selalu sama, jumlah denyut nadi per menit mendekati jumlah
denyut jantung per menit.

Satu siklus jantung terdiri dari peristiwa jantung yang terjadi dari awal satu periode
sistol ke awal periode sistol berikutnya. Panjang satu siklus jantung dalam hitungan
detik dapat dihitung dengan membagi 60 detik dengan jumlah denyut jantung
(denyut jantung/menit). Meskipun panjang siklus jantung bervariasi, panjang sistol
selalu konstan (0,4 detik) sementara panjang diastol dapat berubah.

B. Katup Jantung

Katup AV terbuka ketika tekanan darah di atrium lebih besar daripada di ventrikel,
yaitu pada saat atrial dan ventrikular diastolik. Katup semilunar terbuka pada saat
ventrikular sistolik, yaitu ketika tekanan darah di ventrikel lebih besar daripada aorta
dan arteri pulmonalis. Katup AV tertutup karena aliran darah balik ke atrium yaitu
pada awal ventrikular sistolik. Tertutupnya katup semilunar karena aliran darah ke
ventrikel yaitu saat awal ventrikulalr diastolik.

Tertutupnya katup AV dan semilunar menyebabkan terdengarnya bunyi jantung


pada saat auskultasi. Dua bunyi khas jantung terdeteksi saat jantung berdenyut.
Bunyi ini terdengar akibat proses aliran darah melalui katup yang tertutup
menyebabkan turbulensi yang dapat didengar dengan menggunakan stetoskop.
Meskipun terdapat empat bunyi yang dihasilkan selama satu detak jantung, hanya
bunyi pertama dan kedua yang dapat dengan mudah didengar tanpa amplifikasi
tambahan. Bunyi pertama, lubb, sedikit lebih lama dan lebih keras daripada dupp
(atau dubb), bunyi kedua yang terjadi segera setelah bunyi pertama. Bunyi pertama
(S1) terjadi karena turbulensi darah akibat tertutupnya dua katup AV saat ventrikular
sistolik. Bunyi kedua (S2) terjadi saat ventrikular diastolik yaitu ketika dua katup
semilunar tertutup. Anda akan mendengar bunyi lubb-dupp, pause ... lubb-dupp,
pause. Perlu diingat bahwa dua bunyi jantung ini, lubb-dupp, adalah bunyi satu
detak jantung.

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI PEMBULUH DARAH

Tujuan praktikum
Setelah melakukan kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Membandingkan dan membedakan anatomi arteri, kapiler dan vena
2. Mengidentifikasi lapisan pada potongan transversal arteri dan vena
3. Mengukur tekanan darah sistolik dan diastolik pada saat istirahat dan setelah
aktivitas fisik

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 125


4. Mendiskusikan bagaimana aktivitas fisik dan posisi tubuh dapat mempengaruhi
tekanan darah

Alat dan Bahan


Mikroskop beserta preparat vena dan arteri, gambar pembuluh darah vena, arteri
dan kapiler, satu set alat untuk mengukur tekanan darah (sphygmomanometer,
stetoskope kapas alkohol), stopwatch.

A. Stuktur Pembuluh Darah

1. Arteri

Dinding arteri memiliki tiga lapisan atau tunika, yaitu tunika eksterna, tunika media
dan tunika interna. Lapisan terluar yaitu tunika eksterna terutama terdiri dari serat
elastik dan kolagen (protein) untuk menyokong dan melindungi arteri. Tunika media
merupakan lapisan tengah yang paling tebal, mengandung serat elastik dan sel-sel
otot polos. Sistem saraf simpatetik meregulasi diameter pembuluh darah yang
meng-inervasi otot polos. Kontraksi otot polos (vasokonstriksi) menyebabkan
penyempitan diameter lumen dan sebaliknya, relaksasi (vasodilatasi) menyebabkan
peningkatan diameter lumen. Serat elastik pada tunika media menyebabkan
pembuluh darah dapat meregang dan bersifat elastis. Tunika interna (intima) terdiri
dari sel epitel pipih selapis (endotel), membran dasar dan jaringan elastik (internal
elastic lamina). Endotel melapisi lumen pembuluh darah dan memfasilitasi aliran
darah. Kerusakan endotel menyebabkan trombosit beradhesi ke dinding pembuluh
darah, membentuk gumpalan yang akan menyempitkan pembuluh darah dan
mengganggu aliran darah.

Komposisi dan ketebalan dari setiap tunika bervariasi tergantung jenis pembuluh
darahnya. Aorta yang berdiameter besar memiliki serat elastis yang lebih banyak
pada tunika media dibanding arteri lainnya. Serat elastis ini memberikan daya
regang yang tinggi ketika darah dipompa pada saat ventrikular sistolik sementara
pada saat diastol, re-coiling dari serat elastis mengikuti aliran darah. Arteri yang
terdapat pada jaringan otot memiliki diameter yang lebih kecil dan komposisi serat
elastik yang lebih sedikit. Otot polos pada tunika media arteri ini lebih banyak.
Cabang arteri yang lebih kecil membentuk arteriol dan akhirnya pembuluh darah
kapiler. Arteriol berperan penting dalam mengontrol tekanan darah.

2. Vena

Darah mengalir dari kapiler ke venula kemudian menuju vena. Dinding venula
memiliki tunika interna yang hanya terdiri dari endothelium dan tunika media dengan
sedikit serat otot polos. Dinding pembuluh darah vena terdiri dari tunika interna,
tunika media dan tunika eksterna. Dibandingkan dengan pembuluh arteri, tunika
interna dan tunika media pada vena lebih tipis dimana tunika media mengandung
lebih sedikit serat otot polos dan serat elastis. Vena tidak mengandung lamina
elastis internal dan eksternal. Tunika eksterna adalah lapisan paling tebal yang

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 126


terdiri dari serat elastis dan kolagen. Lumen vena lebih besar daripada arteri namun
lebih rapuh.

Gradien tekanan darah pada vena sangat kecil dan tidak cukup kuat untuk
mengatasi gravitasi. Aktivitas otot mendorong darah ke arah jantung dan katup
banyak ditemukan pada vena untuk mencegah aliran balik, terutama pada tungkai.
Katup merupakan lipatan dari tunika interna di mana kerja katup yang tidak adekuat
menyebabkan aliran balik dan mengakibatkan pengumpulan darah di vena, suatu
kondisi yang disebut varises.

3. Kapiler

Kapiler memiliki diameter terkecil dengan dinding yang tipis, namun demikian
eritrosit masih dapat melewati lumen tersebut. Dinding kapiler terdiri dari satu
lapisan endotel (sel epitel pipih selapis) didukung oleh membran basal. Sel endotel
kapiler menunjukkan adanya tight junctions, intercellular clefts, fenestrasi dan
vesikel.

Hanya zat yang larut dalam lemak atau memiliki carrier membran yang dapat
melintas dinding kapiler melewati tight junctions antar sel. Untuk zat lain dapat
difasilitasi oleh fenestrasi, intercellular clefts, dan vesikel. Ukuran fenestrasi dan
intercellular clefts menentukan jenis molekul yang dapat melintas. Mekanisme lain
dapat melalui transcytosis.

B. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah terhadap dinding
pembuluh darah. Tekanan darah tertinggi di aorta dan arteri elastis besar, dan
berkurang di percabangan arteri dan pembuluh darah yang terletak jauh dari
jantung. Penurunan tekanan darah terjadi secara signifikan dalam arteriol dan terus
menurun pada kapiler, venula, dan vena hingga titik nol di dalam atrium kanan.
Perbedaan tekanan darah antara dua sistem sirkulasi merupakan gradien tekanan
darah. Adanya gradien tekanan darah antara aorta dan atrium kanan menyebabkan
darah mengalir melalui sirkulasi sistemik dan adanya gradien tekanan darah antara
arteri pulmonalis dengan atrium kiri menyebabkan darah mengalir melalui sirkulasi
pulmonari.

Setiap kontraksi ventrikel, tekanan darah mengalami fluktuasi dalam arteri besar
(aorta, arteri pulmonalis, dan pembuluh arteri besar lainnya). Tekanan darah selama
ventrikular sistolik disebut tekanan darah sistolik, lebih tinggi daripada tekanan darah
selama ventrikular diastolik atau tekanan darah diastolik. Fluktuasi ini berkurang
dalam arteriol, dan menjadi kecil sekali hingga nol di kapiler dan vena.

1. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah arteri dilaporkan dalam satuan milimeter air raksa (mm
Hg) dan dapat diukur secara langsung dengan memasukkan transduser ke dalam

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 127


arteri besar atau secara tidak langsung menggunakan sphygmomanometer.
Sphygmomanometer dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah sistolik dan
diastolik dalam arteri besar dan secara klinis, arteri brakialis yang paling sering
digunakan. Sphygmomanometer terdiri dari alat pengukur tekanan yang melekat
pada manset karet tiup yang terhubung dengan tabung karet untuk dipompa
menggunakan tangan atau pompa otomatis. Pompa digunakan untuk mengembang
manset karet untuk mendapatkan tekanan yang lebih besar dari sistolik. Tekanan
yang dihasilkan menghentikan aliran darah di arteri. Stetoskop ditempatkan di atas
arteri brakialis, area antecubital, dan tekanan dalam manset secara perlahan
dikurangi dengan membuka katup. Ketika tekanan darah arteri lebih besar dari
tekanan di manset, arteri terbuka dan darah kembali mengalir. Praktikan dapat
mendengarkan bunyi yang disebabkan aliran darah yang turbulen hingga mencapai
normal. Bunyi ini disebut bunyi Korotkoff. Rerata tekanan sistolik normal (bunyi
pertama) adalah 120 mmHg, dan tekanan diastolik normal (bunyi kedua) adalah 80
mmHg, biasanya ditulis sebagai 120/80. Tekanan darah vena juga dapat diukur
secara langsung dengan memasukkan transduser ke dalam pembuluh vena atau
secara tidak langsung. Rerata tekanan darah vena adalah 16 mm Hg.

2. Regulasi Tekanan Darah

Tubuh mempertahankan tekanan darah untuk memastikan aliran darah yang cukup
ke berbagai jaringan tubuh (perfusi jaringan). Jika tekanan darah terlalu rendah,
perfusi jaringan tidak cukup untuk menyediakan oksigen dan nutrisi untuk kebutuhan
sel-sel terutama neuron di otak, atau untuk membuang sampah metabolik. Tekanan
darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan kapiler dan lapisan endotel
pembuluh darah. Pemeriksaan mata sering mendeteksi adanya hipertensi dini
dengan terdeteksinya kerusakan pembuluh retina yang diamati menggunakan
oftalmoskop.

MAP meningkat ketika curah jantung meningkat dan saat resistensi terhadap aliran
darah meningkat. Viskositas darah, panjang total pembuluh darah, dan diameter
pembuluh darah mempengaruhi resistensi terhadap aliran darah. Namun, diameter
pembuluh darah merupakan satu-satunya variabel yang dapat diubah untuk
mengubah tekanan darah secara cepat. Meningkatkan diameter pembuluh darah
(vasodilatasi) menurunkan resistensi dan tekanan darah, sedangkan penyempitan
diameter pembuluh darah (vasokonstriksi) meningkatkan resistensi dan tekanan
darah.

IV. KOMPONEN DARAH

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas cairan (=plasma) dan sel-sel darah.
Fungsi darah antara lain:
1. Sebagai media transportasi O2, nutrisi, sisa metabolisme, hormon dan panas
2. Sebagai pengatur pH, temperatur tubuh dan air
3. Memberikan perlindungan terhadap kehilangan darah, mikroba patogen dan
toksin

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 128


Gambar 7.1. Darah yang sudah disentrifugasi

Tabel 7.1. Komponen dan fungsi plasma


No Komponen plasma Fungsi
darah
1 Air Media transportasi, mengangkut panas
2 Elektrolit Eksitabilitas membran, distribusi osmotik cairan antara
cairan: intrasel dan ekstrasel; menyangga perubahan pH
3 Nutrien, zat sisa, Diangkut dalam darah, gas CO2 darah berperan penting
gas, dalam keseimbangan asam basa
hormon
4 Protein plasma Secara umum menimbulkan efek osmotik yang penting
dalam distribusi cairan ekstrasel antara komponen
vaskular dan interstinium; menyangga perubahan pH
a. Albumin Mengangkut banyak zat, memberi kontribusi terbesar
pada tekanan osmotic koloid
b. Globulin
- Alfa dan beta Mengangkut banyak zat, faktor pembekuan; molekul
prekursor inaktif.

- Gama Antibodi
c. Fibrinogen Prekursor inaktif untuk jaringan fibrin pada bekuan darah

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 129


Tabel 7.2. Komponen sel darah
No Komponen sel Fungsi
darah
1 Eritrosit Mengangkut O2 dan CO2
2 Leukosit
a. Neutrofil Fagosit yang memakan bakteri dan debris
b. Eosinofil Menyerang cacing parasit; penting dalam reaksi alergi
c. Basofil Mengeluarkan histamin yang penting dalam reaksi alergi
dan heparin yang membantu membersihkan lemak dari
darah dan mungkin berfungsi sebagai antikoagulan
d. Monosit Dalam transit untuk menjadi makrofag jaringan
e. Limfosit B Pembentukkan antibodi
f. Limfosit T Respon imun seluler
3 Platelet = trombosit Hemostasis

Gambar 7.2 Komponen Sel Darah

Golongan Darah
Membran sel darah merah mengandung bermacam-macam antigen
(=aglutinogen) golongan darah. Antibodi terhadap aglutinogen sel darah merah
disebut aglutinin. Antigen A dan B diturunkan secara dominan menurut Hukum

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 130


Mendel. Penentuan golongan darah menurut sistem ABO (Landstreiner)
berdasarkan atas adanya aglutinin dalam darah.

Golongan Rhesus (Rh)


Nama Rh sesuai dengan nama monyet rhesus, karena antigen ini: yaitu
antigen C, D dan E pertama kali ditemukan pada darah monyet. Individu dengan “Rh
positif” berartu memiliki aglutinogen D. Individu dengan “Rh negatif” tidak memiliki
antigen D dan membentuk aglutinin anti-D kalau disuntuk dengan sel-D positif.
Serum yang digunakan untuk penggolongan rhesus pada penggolongan darah rutin
adalah serum anti-D. Antibodi anti-D tidak dapat timbul tanpa pemajanan individu D-
negatif terhadap sel darah merah D-positif melalui transfusi darah atau masuknya
darah janin ke sirkulasi ibu. Individu D-negatif yang pernah mendapatkan transfusi
darah D-positif walaupun sudah lama dapat memiliki titer anti-D yang cukup tinggi.

Tabel 7.3. Ringkasan sistem ABO


Golongan Antigen Aglutinin = Antibodi Keterangan
Darah = Anti-
A A B Donor/Resipien à Gol A

B B A Donor/Resipien à Gol B
AB A dan B Tidak Ada Resipien universal
O Tidak ada A dan B A dan B Donor Universal

Gambar 7.3. Golongan Darah – Antigen dan Antibodi

MODUL 7 SISTEM KARDIOVASKULAR 131


MODUL 8
SISTEM URINARIA

PENDAHULUAN

Sistem urinaria adalah sekelompok organ dalam tubuh yang bersangkutan


dengan penyaringan kelebihan cairan dan zat-zat lain dari darah. Zat-zat
yang disaring dari tubuh adalah dalam bentuk urin. Urin adalah cairan yang
diproduksi oleh ginjal, dikumpulkan dalam kandung kemih dan dikeluarkan
melalui uretra. Urine digunakan untuk menyaring kelebihan mineral atau
vitamin serta sel darah dari tubuh.

Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Sistem
ini bekerja sama dengan sistem lain dari tubuh untuk membantu
mempertahankan homeostasis. Ginjal adalah organ utama homeostasis
karena mereka menjaga keseimbangan asam basa dan keseimbangan
garam air dari darah.

Sistem urinaria memiliki beberapa fungsi utama yaitu sebagai berikut :


1. Meregulasi komposisi ionik plasma
2. Meregulasi osmolaritas plasma
3. Meregulasi volume plasma
4. Meregulasi konsentrasi ion hidrogen (pH)
5. Mengeluarkan produk sampah dan senyawa asing dari dalam plasma
6. Mensekresi beberapa hormon.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Menentukan lokasi dan mengidentifikasi organ-organ penyusun sistem
urinaria
2) Mendeskripsikan struktur dari organ-organ sistem urinaria, termasuk
nefron
3) Menelusuri jalur filtrasi dalam nefron dan eliminasi urin dari tubuh
4) Mendeskripsikan jalur suplai darah di ginjal
5) Mengidentifikasi bagian-bagian dari histologi sistem urinaria

MODUL 8 SISTEM URINARIA 132


Kegiatan praktikum ini bersifat eksplorasi dan dapat dilaksanakan selama 2
x 60 menit, dan dilakukan secara individu atau kelompok (satu kelompok
terdiri dari 4-5 mahasiswa). Untuk menjamin kesiapan Anda dalam
melaksanakan praktikum ini, Anda diharapkan mempelajari mengenai
anatomi dan fisiologi sistem urinaria terlebih dahulu.

Kegiatan Praktikum 1

Anatomi Sistem Urinaria

GINJAL

Ginjal adalah struktur berbentuk kacang yang terletak di antara dinding perut
dan peritoneum (retroperitoneal). Mereka ditemukan di bagian pinggang antara
vertebra toraks 12 dan lumbar vertebra 3. Hilus ginjal (renal hilus) merupakan
permukaan cekung pada setiap ginjal yang berhadapan dengan kolom vertebral
dan berisi celah vertikal. Ureter, arteri dan vena renal, saraf, dan limfatik
melewati hilus ginjal.Ginjal melekat pada dinding perut melalui fasia ginjal (renal
fascia), yang merupakan lapisan luar dari jaringan ikat padat tidak teratur. Kapsul
ginjal (renal capsule) adalah selaput fibrosa tipis yang menutupi permukaan
luar ginjal. Antara fasia ginjaal dan kapsul ginjal terdapat jaringan adiposa yang
membentuk kapsul adiposa untuk perlindungan.

Dalam ginjal tiga regia utama: korteks, medula, dan sinus. Korteks ginjal
merupakan daerah halus, adalah wilayah yang paling dangkal, sedangkan
medulla ginjal berada di bagian yang lebih dalam. Medula berisi piramid ginjal
(renal pyramids) yang berbentuk kerucut dan memiliki perpanjangan dari
korteks (disebut kolom ginjal/ renal columns), yang terdapat di antara setiap
piramida. Dasar setiap piramida menghadap bagian korteks, dan papila ginjal
(renal papilla) adalah bagian apeks yang menunjuk ke arah sinus ginjal. Korteks
dan medula mengandung nefron, yang merupakan unit struktural dan fungsional
dari ginjal yang membentuk urin. Urine mengalir ke papiler ducts (papillary
ducts) yang keluar melalui bukaan di papilla ginjal.

MODUL 8 SISTEM URINARIA 133


Sinus ginjal (renal sinus) adalah ruang atau rongga yang berbatasan dengan
medula dan meluas ke hilus ginjal. Dalam sinus ginjal terdapat minor dan
major calyces, serta pelvis ginjal yang mengumpulkan urin dari saluran papiler
(papillary ducts) dan mengirimkannya ke ureter. Calyces minor adalah struktur
seperti cangkir berdekatan dengan papila ginjal yang menerima urin dari
saluran papiler. Beberapa calyces minor mengalir ke dalam calyces mayor.
Setiap ginjal memiliki 8 sampai 18 calyces minor dan 2 sampai 3 calyces
mayor. Calyces mayor mengalir ke pelvis ginjal yang merupakan saluran
kontinyu dengan ureter. Pembuluh darah,pembulh limfatik, dan saraf juga
berjalan melalui sinus ginjal. jaringan adiposa mengisi ruang yang tersisa di
dalam sinus ginjal.

URETER, KANDUNG KEMIH & URETRA

Ureter merupakan saluran sempit yang berukuran 25 hingga 30 cm, terletak di


belakang peritoneum (retroperitoneal). Diameter ureter adalah 1-10 mm. Ureter
turun menuju kandung kemih, melengkung medial ketika mereka mendekati
bagian inferior kandung kemih dan masuk bagian posterior dari kandung kemih
pada sudut miring. Urine didorong melalui ureter oleh gerakan peristaltik,
tekanan hidrostatik, dan gravitasi.

Kandung kemih adalah organ hampa, berotot yang mengalami distensi


untuk menyimpan urin. Organ ini ditutupi oleh peritoneum viseral dan
posisinya tertanam pada dinding panggul oleh lipatan peritoneum parietal.
Otot polos dalam dinding kandung kemih disebut otot detrusor, dan lapisan
epitel dari kandung kemih membentuk lipatan atau rugae. Permukaan
inferior kandung kemih mengandung tiga bukaan yang membentuk segitiga
yang disebut trigonum (trigone). Dua bukaan posterior adalah bukaan ureter
(ureteral openings), sedangkan pada bagian anterior merupakan bukaan ke
dalam uretra yang disebut lubang uretra internal (internal urethral orifice).
Pada laki-laki, kandung kemih adalah anterior ke rektum dan posterior
terhadap simfisis pubis. Pada wanita, kandung kemih adalah anterior dari
vagina, inferior terhadap uterus, dan posterior tehadap simfisis pubis.

Uretra berbentuk seperti tabung yang membawa urin dari internal urethral

MODUL 8 SISTEM URINARIA 134


orifice ke external urethral orifice yang merupakan bukaan tempat keluarnya
urin dari tubuh. Internal sfingter uretra (internal urethral sphincter) adalah
lapisan sirkular otot polos yang bekerja secara involunter, mengatur
lewatnya urin ke dalam uretra dari kandung kemih. Otot skeletal volunter di
dalam diafragma urogenital (otot yang mendalam dari perineum)
membentuk sfingter uretra eksternal (external urethral sphincter) yang
memungkinkan berjalannya urin ke external urethral orifice. Selama
berkemih, otot detrusor berkontraksi dan mendorong urin keluar dari
kandung kemih, dan internal and external urethral sphincters berelaksasi
agar urin dapat lewat.

Pada wanita, uretranya pendek (4 cm), sedangkan uretra pada laki-laki lebih
panjang (15-20 cm). Uretra laki-laki memiliki tiga regia: uretra prostatika
yang melewati kelenjar prostat, uretra membranosa yang melewati
diafragma urogenital, dan uretra spongiosa yang melewati penis.

NEFRON

Sebanyak 1 triliun nefron pada tiap ginjal menyaring darah dan membentuk
urin. Tiap nefron terdiri dari renal corpuscle yang menyaring darah, dan renal
tubule yang memodifikasi filtrat untuk menghasilkan urin. Renal corpuscle
terletak pada bagian korteks ginjal yang terdiri dari glomerulus (network
kapiler) dan glomerular (Bowman’s) capsule yang merupakan membran
epitel yang berbentuk seperti gelas dan membungkus glomerulus.

Darah disaring melewati membran filtrasi yang dibentuk oleh dinding


glomerulus dan kapsul glomerulus ke dalam ruang kapsul (glomerular
cavity). Cairan tersebut sekarang disebut dengan filtrat dan mengalir ke
dalam tubulus ginjal.

Tiap tubulus dibagi menjadi tiga struktur dan fungsi. Dimulai dari glomerular
capsule yang dibagi menjadi beberapa bagian seperti tubulus kontortus
proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus
proksimal terletak di korteks ginjal dan berhubungan dengan lengkung Henle
yang tercelup ke dalam medula ginjal.

Bagian ketiga adalah tubulus kontortus distal, yang terletak di korteks.

MODUL 8 SISTEM URINARIA 135


Tubulus kontortus distal dari beberapa nefron menyaring cairan (sekarang
disebut urin) ke dalam saluran pengumpul (collecting duct) yang turun
melalui piramida ginjal(renal pyramids) dan bergabung untuk membentuk
saluran papiler (papillary duct) yang ukurannya lebih besar. Saluran ini
terhubung ke papila ginjal (renal papillae), yang segera mengalirkan urin ke
calyces minor, dan kemudian ke calyces besar, pelvis ginjal, ureter, dan
akhirnya ke dalam kandung kemih untuk penyimpanan.

Pembuluh darah nefron penting untuk pembentukan urin. Glomerulus


terletak di antara dua arteriol, yaitu arteriol aferen (diameter lebih besar)
yang mengantar darah sistemik untuk ke glomerulus, dan arteriol
eferen(diameter lebih kecil) yang menerima darah dari glomerulus. Eferen
arteriol kemudian membawa darah menuju kapiler kedua yang merupakan
jaringan kapiler peritubular yang membelit tubulus ginjal.

Ada dua jenis nefron yaitu nefron kortikal dan nefron juxtamedullary. Nefron
kortikal memiliki lengkung Henle pendek yang turun sedikit ke medula,
sedangkan nefron juxtamedullary memiliki lengkung Henle panjang yang
membentang jauh ke dalam medula. Selain kapiler peritubular, lengkung
Henle dari nefron juxtamedullary disediakan oleh vasa recta (suatu lengkung
kapiler panjang yang membentang dari arteriol eferen).

Pada saat istirahat, arteri membawa 20-25% cardiac output ke ginjal, dan
vena ginjal mengembalikan darah ke vena cava inferior.

MODUL 8 SISTEM URINARIA 136


Gambar 8.1. Jalur aliran darah di dalam ginjal

Kegiatan Praktikum 2

Histologi Sistem Urinaria

GINJAL

Kapsul Glomerular (Bowman) terdiri dari lapisan epitel visceral dan parietal.
Lapisan viseral, yang merupakan bagian dari membran filtrasi terletak
berdekatan dengan glomerulus, dan lapisan parietal membentuk struktur
seperti corong yang mengumpulkan filtrat dalam ruang kapsul (glomerular
cavity). Kedua lapisan tersebut terdiri dari epitel skuamosa sederhana; akan
tetapi sepitel pipih selapis dari lapisan viseral memiliki proyeksi seperti kaki
yang membungkus dinding kapiler glomerolus. Kaki ini disebut podocytes.
Epitel yang melapisi tubulus kontortus proksimal adalah epitel kubus
sederhana. Mikrovili membentuk sikat perbatasan (brush border) pada
permukaan apikal sel-sel epitel memberikan penampilan seperti sikat.

Bagian descending limb dari loop of Henle dilapisi oleh epitel pipih sederhana.
Bagian awal dari ascending limb atau bagian tipis dari ascending limb dari

MODUL 8 SISTEM URINARIA 137


lengkung Henle (Loop of Henle) tersusun atas epitel pipih sederhana hingga
sel batang.

Tubulus kontortus distal tersusun atas epitel kubus selapis. Sel-sel ini tidak
memiliki brush border dan tampil lebih pendek daripada sel epitel kubus
sederhana yang berada di sepanjang tubulus kontortus proksimal. Bagian
akhir dari tubulus kontortus distal dan duktus kolektivus tersusun atas epitel
kubus sederhana.

URETER, KANDUNG KEMIH & URETRA

Ureter terdiri dari tiga lapisan: mukosa yang melapisi lumen, lapisan otot yang
disebut muskularis, dan sebuah adventisia lapisan luar. Mukosa mengandung
epitel transisional yang dapat mengembang untuk menampung urine, dan
lamina propria yang mendasari jaringan ikat areolar. Lapisan muskularis
mengandung otot polos.

Peristaltik merupakan fungsi dari lapisan muskularis yang menggerakkan urin


dari pelvis ginjal ke kandung kemih. Adventitia mnjaga agar ureter tetap di
tempat.

Kandung kemih mengandung lapisan yang sama dengan ureter. Bagian epitel
dari mukosa adalah epitel transisional dan muskularis yang mengandung otot
polos. Kontraksi dari lapisan muskularis memaksa urin terdorong keluar dari
kandung kemih, dan bagian adventitia menjaga agar kandung kemih tetap di
tempat.

Uretra terdiri dari mukosa dikelilingi oleh lapisan muskularis dari otot polos
sirkular. Pada laki-laki dan perempuan, epitel dari mukosa berubah di
sepanjang uretra. Epitel yang berada di dekat kandung kemih adalah epitel
transisional, dan akan berubah menjadi epitel batang berlapis atau epitel
batang pseudostratified pada bagian distal, serta berubah menjadi epitel
pipih berlapis pada bagian dekat dengan external urethral orifice.

MODUL 8 SISTEM URINARIA 138


MODUL 9
SISTEM ENDOKRIN

PENDAHULUAN
Sistem endokrin terdiri dari berbagai kelenjar yang mensekresikan hormon ke dalam
pembuluh darah untuk ditransportasi ke seluruh tubuh dan berikatan dengan reseptor yang
spesifik. Hormon menyebabkan perubahan aktivitas sel target dan secara langsung menjaga
homeostasis tubuh.

Praktikum anatomi dan fisiologi sistem endokrin dilakukan dalam waktu 2 x 60 menit secara
berkelompok (satu kelompok terdiri dari 4-5 mahasiswa). Mahasiswa diharapkan membaca &
memahami setiap topik/subtopik yang ditetapkan, melakukan percobaan & membuat
kesimpulan serta mengerjakan latihan yang telah disediakan.

Tujuan praktikum:
- Mengidentifikasi kelenjar/organ endokrin pada model atau gambar
- Menyebutkan hormon utama yang disekresikan oleh masing-masing kelenjar/organ
endokrin tersebut
- Mengidentifikasi jaringan endokrin pada preparat yang tersedia (histologi)
Alat dan bahan:
- Torso
- Gambar
- Preparat jaringan endokrin (kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal,
pankreas, dll)

PETA KOMPETENSI KHUSUS

Kelanjar, organ dan jaringan


endokrin

Anatomi (makroskopis) dan fisiologi Histologi

Menyebutkan, menunjukkan dan menjelaskan

Kegiatan Praktikum I - V

MODUL 9 SISTEM ENDOKRIN 139


A. Kelenjar/Organ Endokrin
Kelenjar endokrin utama yang akan dipelajari dalam modul ini ditunjukkan pada Gambar 9.1.
Dari kepala, secara inferior kelenjar tersebut adalah: pineal, hipotalamus, pituitari, tiroid,
paratiroid, timus, adrenal, pankreas, ovarium, dan testis.

B. Hipotalamus dan Kelenjar Pituitari

Terletak pada inferior thalamus, hipotalamus merupakan komponen penting dari sistem saraf
dan sistem endokrin. Meskipun kelenjar pituitari disebut sebagai "master gland", namun
diketahui bahwa hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus-lah yang mengatur sekresi hormon
dari kelenjar pituitari. Hormon hipotalamus dan beberapa hormon pituitari anterior disebut
hormon tropik karena hormon tersebut mengaktifkan kelenjar endokrin lainnya.

Hipofisis merupakan nama lain dari kelenjar pituitari, terbagi menjadi dua lobus yaitu pituitari
anterior atau adenohipofisis dan pituitari posterior atau neurohipofisis. Terdapat lobus
intermediate pada janin yang mengalami atropi saat perkembangan janin. Infundibulum
adalah ‘batang’ penghubung hipotalamus dengan kelenjar pituitari, mengandung pembuluh
yang memperdarahi hipofisis.

Pituitari anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang memproduksi dan melepaskan tujuh
macam hormon yaitu human growth hormone (hGH) atau somatotropin, tiroid stimulating
hormone (TSH), follicle-stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), prolaktin (PRL),
adrenocorticotropic hormone (ACTH), dan melanocyte stimulating hormone (MSH). Sekresi
atau inhibisi hormon tersebut diatur oleh regulating hormone yang disekresikan oleh
hipotalamus.

Pituitari posterior terdiri dari jaringan saraf yang menyimpan dan melepaskan dua macam
hormon ke dalam darah yaitu antidiuretic hormone (ADH) dan oksitosin (OT). Kedua hormon
tersebut disintesis di body sel neuron (di hipotalamus) yang dikemas dalam vesikel, untuk
didistribusikan ke akson (di kelenjar pituitari posterior) melalui infundibulum.

C. Kelenjar Tiroid dan Paratiroid

Kelenjar tiroid memiliki dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus, terletak di kedua sisi trakea
dekat kartilago tiroid (jakun) dari laring. Kelenjar tiroid memiliki struktur mikroskopis yang khas
yaitu folikel besar yang mengandung ‘koloid protein’ (molekul besar yang tidak larut). Sel epitel
kubus selapis yang disebut sel folikular menyusun dinding folikel. Sel folikular mensintesis
tiroglobulin, prekursor hormon tiroid yang disimpan dalam koloid. Dua hormon tiroid yaitu
tiroksin (T4) atau tetraiodotironin dan triiodotironin (T3), disintesis dari tiroglobulin. Di antara
sel folikular terdapat sel parafolikular atau sel C, yang mensintesis dan mensekresikan
kalsitonin.

MODUL 9 SISTEM ENDOKRIN 140


Tertanam dalam permukaan posterior kelenjar tiroid, terdapat empat kelenjar paratiroid yang
berbentuk bulat kecil. Ada dua jenis sel epitel yang ditemukan di kelenjar paratiroid yaitu
principal/chief cell dan sel oxyphil. Chief cell yang menghasilkan hormon paratiroid (PTH)
jumlahnya lebih banyak dengan ukuran yang lebih kecil daripada sel oxyphil yang fungsinya
belum diketahui.

D. Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal juga dikenal sebagai kelenjar suprarenal karena lokasinya di bagian superior
dari ginjal. Kelenjar adrenal dibungkus oleh kapsul dan strukturnya terdiri dari korteks (bagian
luar) dan medula (bagian dalam). Korteks dan medula terbentuk dari berbagai jenis jaringan
yang berbeda, yang memproduksi dan melepaskan berbagai jenis hormon.

Korteks adrenal adalah kelenjar yang secara histologi dibagi menjadi tiga lapisan di mana
setiap lapisan mensekresi jenis hormon yang berbeda. Zona glomerulosa adalah lapisan
terluar yang mensekresi mineralokortikoid, hormon utamanya adalah aldosteron. Lapisan
tengah yaitu zona fasciculata menghasilkan glukokortikoid, dengan kortisol sebagai hormon
utama. Lapisan paling dalam yaitu zona retikularis menghasilkan gonadokortikoid seperti
testosteron.

Medula adrenal terdiri dari jaringan saraf yang distimulasi oleh sistem saraf simpatis untuk
mensekresikan dua hormon yaitu epinefrin dan norepinefrin (NE). Hormon tersebut dihasilkan
oleh sel chromaffin.

E. Pankreas

Struktur pankreas terdiri dari kepala, badan, dan ekor. Kepalanya melekuk pada duodenum
sementara badan dan ekornya terletak inferior dan posterior terhadap lambung, dekat limpa.
Pankreas memiliki fungsi endokrin dan eksokrin. Sel asinar sebagai sel eksokrin jumlahnya
lebih banyak daripada sel endokrin. Enzim yang dihasilkan sel asinar disekresikan ke dalam
duodenum melalui duktus pankreas yang berperan dalam proses pencernaan. Sel-sel
endokrin disebut juga pulau pankreas (pulau Langerhans), terletak di antara sel-sel eksokrin.
Sel alfa atau sel Al dalam pancreatic islet mensekresikan glukagon sementara sel-sel beta
atau sel B mensekresikan insulin.

F. Ovarium, Testis, Kelenjar Pineal dan Timus

Ovarium adalah gonad pada wanita yang tidak hanya memproduksi dan tempat
mematangkan ovum, namum memiliki peran sebagai organ endokrin. Organ ini memproduksi
dua hormon utama yaitu estrogen dan progesteron. Testis merupakan gonad pada laki-laki,
tempat produksi sperma dan hormon androgen, terutama testosteron. Anatomi dan fisiologi
ovarium dan testis serta hormon-hormon yang dihasilkannya dibahas pada Modul Sistem
Reproduksi.

MODUL 9 SISTEM ENDOKRIN 141


Kelenjar pineal terletak di posterior terhadap thalamus dan superior terhadap cerebellum.
kelenjar ini menghasilkan melatonin yang mengatur jam biologis tubuh. Produksi melatonin
jauh lebih banyak di malam hari daripada siang hari.

Organ timus sangat berperan pada proses imunitas, terletak anterior dan superior terhadap
jantung. Timus mengalami atropi sejalan dengan usia, hormon utama yang dihasilkan adalah
timosin.

G. Fungsi Hormon

Hormon bekerja dengan mengubah aktivitas dari sel target. Perubahan aktivitas tersebut
antara lain: • Sintesis molekul di dalam sel (contoh: estrogen)
• Mengubah permeabilitas membran plasma (contoh: aldosteron)
• Mengubah metabolisme seluler (contoh: tiroksin)
• Kontraksi otot polos (contoh: okstosin)
• Kontraksi otot jantung (contoh: epinefrin)

Daftar Pustaka

Allen C and Harper V. 2009. Laboratory Manual for Anatomy and Physiology. 3rd Ed. John
Wiley & Sons, Inc. New Jersey.

http://www.nature.com/nrc/journal/v2/n11/fig_tab/nrc926_F1.html

Tortora G.J., dan Derrickson B.H., 2009, Principles of Anatomy and Physiology, volume 2,
12th edition, Jon Wiley & Sons.

MODUL 9 SISTEM ENDOKRIN 142


Modul 10

Sistem Reproduksi

PENDAHULUAN

Reproduksi merupakan pembentukan sel-sel baru untuk pertumbuhan,


perbaikan, atau pergantian jaringan, atau merupakan suatu produksi individu
baru. Komponen dalam sistem reproduksi meliputi kelenjar kelamin atau gonad
(testis pada pria dan ovarium pada wanita) dan organ yang terkait dengannya
(tuba uterus, uterus dan vagina pada wanita, serta epididimis, saluran deferens,
dan penis pada pria). Gonad berfungsi menghasilkan gamet (sperma atau
oosit), yang dapat menyatu membentuk organisme baru, melepaskan hormon
yang mengatur reproduksi dan proses dalam tubuh yang lain; organ terkait
berfungsi mentranspor dan menyimpan gamet. Hal inilah yang akan Anda
pelajari pada praktikum kali ini.

Praktikum Sistem Reproduksi merupakan salah satu bagian dari


praktikum anatomi dan fisiologi manusia. Dalam praktikum ini Anda akan
mempelajari anatomi organ-organ yang terlibat dalam sistem reproduksi, pria
dan wanita, fungsi, serta histologi jaringannya. Agar dapat mengikuti praktikum
dengan baik, Anda diharapkan mengikuti kuliahnya terlebih dahulu.

Kegiatan praktikum ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan


Anda dalam menunjukkan dan mengidentifikasi organ-organ reproduksi agar
nantinya Anda dapat mengenali dan menjelaskan perubahan struktur pada
organ-organ tersebut. Setelah mengikuti praktikum ini Anda diharapkan dapat:
1. Menyebutkan, mendeskripsikan anatomi organ reproduksi
2. Menjelaskan fungsi organ reproduksi dan bagian-bagiannya
3. Menggambarkan preparat yang diamati
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka modul ini dibagi menjadi beberapa
kegiatan praktikum yaitu:
Kegiatan Praktikum 1 : Sistem Reproduksi Pria
Kegiatan Praktikum 2 : Sistem Reproduksi Wanita

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 143


Dalam modul ini, Anda diharapkan untuk membaca setiap topik/subtopik
yang tersedia, memahami isinya, melaksanakan percobaan, membuat gambar
bila diperlukan, mengerjakan latihan, serta menjawab tes formatif yang tersedia
pada setiap akhir kegiatan praktikum, dan membuat kesimpulan dari setiap
percobaan.

PETA KOMPETENSI KHUSUS

Sistem Reproduksi Pria Sistem Reproduksi Wanita

Anatomi (lokasi, struktur) & fungsi Menggambarkan Preparat

Menjelaskan/mendeskripsikan

Menunjukkan

Menyebutkan

Kegiatan Kegiatan
Praktikum I Praktikum II

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 144


Kegiatan Praktikum 1

Sistem Reproduksi Pria

Organ yang terlibat dalam sistem reproduksi pria meliputi testis, suatu
sistem saluran reproduksi (termasuk epididimis, saluran/vas deferen, saluran
ejakulatori, dan uretra), kelenjar kelamin aksesori (vesikel seminal, kelenjar
prostat dan bulbouretral), dan sejumlah struktur penyokong, meliputi skrotum
dan penis (lihat Gambar 10.1). Testis (kelamin pria) berfungsi untuk
memproduksi sperma dan mensekresikan hormon. Sistem saluran reproduksi
mentransportasikan dan menyimpan sperma, mematangkan, dan membawanya
ke organ tubuh bagian luar. Produksi semen dan sekresinya yang
mengandung sperma dilakukan oleh kelenjar kelamin aksesori. Struktur
penyokong seperti penis dan skrotum berfungsi untuk mengantarkan sperma ke
saluran reproduksi perempuan (penis) dan menyokong testis (skrotum).

Gambar 10.1. Potongan sagital organ reproduksi pria


dan struktur di sekelilingnya

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 145


Testis

Testis, atau testikel, merupakan sepasang kelenjar oval (alat


kelamin/gonad) di dalam skrotum yang mengandung tubulus seminiferus, di
mana sel sperma dibuat. Di dalam testis terdapat sel sertoli (sel sustentakuler)
yang berfungsi untuk memberi nutrisi sel sperma dan mensekresikan inhibin,
serta sel leydig (sel interstisial) yang memproduksi hormon kelamin pria,
testosteron. Testosteron mengontrol pertumbuhan, perkembangan, dan
perawatan organ seksual; merangsang pertumbuhan tulang, anabolisme
(penyusunan) protein, dan pematangan sperma; dan merangsang
perkembangan maskulinitas karakteristik seksual sekunder. Penghambatan
FSH (Follicle-Stimulating Hormone, suatu hormon yang dilepaskan oleh
kelenjar pituitari anterior yang dapat merangsang spermatogenesis) oleh inhibin
dapat membantu mengatur kecepatan spermatogenesis.

Gambar 10.2. Anatomi internal testis

Spermatogenesis

Spermatogenesis, yang terjadi di testis (dalam tubulus seminiferus),


merupakan proses di mana spermatogonia yang belum matang berkembang
menjadi sperma. Urutan spermatogenesis, yang meliputi meiosis I, meiosis II,
dan spermiogenesis, menghasilkan empat sperma haploid (spermatozoa) dari
masing-masing spermatosit primer (lihat Gambar 10.3).

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 146


Gambar 10.3. Anatomi tubulus seminiferus dan
tahap-tahap produksi sperma (spermatogenesis)
Sel sperma

Sel sperma yang matang mengandung kepala dan ekor (lihat Gambar 10.4).
Pada bagian kepala terdapat nukleus, yang mengandung kromosom, serta
akrosom yang mengandung enzim, di antaranya hyaluronidase dan protease,
yang membantu sel sperma dalam penetrasinya terhadap oosit sekunder saat
fertilisasi. Bagian ekor sel sperma terbagi menjadi empat bagian, yaitu neck,
middle piece, principal piece dan end piece. Bagian neck mengandung sentriol
yang membentuk mikrotubulus yang membentuk sisa ekor. Bagian middle
piece mengandung mitokondria yang tersusun secara spiral, yang memberikan
energi pada pergerakan sperma hingga ke tempat fertilisasi, serta metabolisme
sperma. Bagian principal piece merupakan bagian yang terpanjang, dan
bagian end piece merupakan bagian ujung dari sel tersebut.

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 147


Gambar 10.4. Bagian-bagian sel sperma

Saluran dalam Sistem Reproduksi Pria


Saluran-saluran dalam sistem reproduksi pria meliputi
1. Saluran-saluran dalam testis (lihat Gambar 10.2), yaitu tubulus
seminiferus, straight tubules, dan rete testis. Sperma mengalir keluar dari
testis melalui saluran eferen.
2. Epididimis, tersusun dari saluran epididimis yang tergulung padat,
terbagi menjadi kepala, badan, dan ekor. Dalam organ ini terjadi
pematangan dan penyimpanan sperma.

Gambar 10.5. Saluran epididimis

3. Dalam ekor epididimis, terdapat struktur yang lebih renggang lilitannya


dengan diameter lebih besar, dari sinilah terdapat saluran (vas)

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 148


deferens (lihat Gambar 10.2). Bagian ujung saluran deferens yang
melebar disebut ampula. Vas deferens merupakan tempat penyimpanan
sperma dan mendorongnya ke uretra saat ejakulasi.
4. Spermatic cord, suatu struktur penyokong dalam sistem reproduksi pria
yang sifatnya menaik dari skrotum (lihat Gambar 10.7), terdiri dari vas
deferens, arteri testikular, vena yang mengaliri testis dan membawa
testosteron ke dalam sirkulasi (pampiniform plexus), saraf otonom,
pembuluh limfa, dan otot kremaster.
5. Saluran ejakulatori, merupakan kesatuan saluran dari vesikel seminal
dan ampula vas deferens (lihat Gambar 10.6). Saluran ini berakhir di
prostatic urethra, di mana sperma dan hasil sekresi vesikel seminal
dikeluarkan sesaat sebelum pelepasan semen, dari uretra ke luar tubuh.
Semen yakni campuran dari sperma dan cairan seminal, yaitu cairan
yang disekresikan oleh tubulus seminiferus, vesikel seminal, kelenjar
prostat, dan kelenjar bulbouretra. Semen ini merupakan cairan di mana
sperma ditransportasikan, memberikan nutrisi, dan menetralkan asiditas
uretra pria dan vagina.
6. Uretra, merupakan jalur untuk keluarnya semen maupun urin dari dalam
tubuh. Terbagi menjadi tiga bagian, yaitu uretra prostatik, membranous,
dan spongy (penile).

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 149


Gambar 10.6. Penampang anterior organ reproduksi aksesori pria

Kelenjar Kelamin Aksesori

Saluran-saluran dalam sistem reproduksi pria berguna untuk menyimpan


dan mentransportasikan sel sperma, namun kelenjar kelamin aksesori
mensekresikan kebanyakan bagian cairan dalam semen. Termasuk ke dalam
kelenjar kelamin aksesori yang ada dalam sistem reproduksi pria yaitu vesikel
seminal (kelenjar seminal), kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretral (kelenjar
Cowper).

Vesikel seminal mensekresikan cairan alkalis (basa) yang kental untuk


membantu menetralisasi asam dalam saluran reproduksi perempuan,
menyediakan fruktosa untuk produksi ATP oleh sperma, berkontribusi dalam
pergerakan dan kelangsungan hidup sperma, dan membantu penggumpalan
semen setelah ejakulasi. Cairan seminal menyusun sekitar 60% volume

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 150


semen. Kelenjar prostat mensekresikan cairan yang sedikit asam yang
menyusun sekitar 25% volume semen dan berkontribusi dalam pergerakan
sperma. Kelenjar bulbouretra (kelenjar Cowper) mensekresikan mukus untuk
lubrikasi dan bersifat alkali yang menetralkan asam.

Struktur Penyokong : Skrotum dan Penis

Skrotum merupakan suatu kantong yang terlekat pada akar penis dan
tersusun dari kulit longgar dan mendasari lapisan subkutan, organ ini
menyokong testis. Kontraksi otot dartos dan otot kremaster dalam skrotum
mengatur suhu testis, yang dapat menarik dan membawanya mendekati rongga
pelvis atau berelaksasi dan menjauhkannya dari rongga pelvis.

Di dalam penis terdapat uretra yang merupakan jalur untuk ejakulasi


semen dan dan ekskresi urin. Organ ini berbentuk silindris dan terdiri dari
badan, glans penis, dan akar.

Gambar 10.7. Struktur penyokong

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 151


Kegiatan Praktikum 2

Sistem Reproduksi Wanita

Organ yang terlibat dalam sistem reproduksi wanita meliputi ovarium


(merupakan kelamin wanita); tuba uterus (fallopi), atau oviduk; uterus; vagina;
dan organ eksternal yang secara kolektif disebut vulva, atau pudendum.
Kelenjar susu (mammae) merupakan bagian dari sistem integumen dan sistem
reproduksi.

Gambar 10.8. Organ reproduksi wanita dan sekitarnya

Ovarium

Ovarium (tempat menyimpan telur) yang merupakan alat kelamin wanita,


adalah sepasang kelenjar yang memproduksi gamet, berupa oosit sekunder
yang berkembang menjadi ova (telur) matang setelah fertilisasi; dan hormon,
yaitu progesteron dan estrogen (hormon seks wanita), inhibin, dan relaksin.

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 152


Berikut ini dapat Anda lihat posisi ovarium terhadap organ-organ di sekitarnya
(Gambar 10.9).

Gambar 10.9. Posisi relatif ovarium, uterus, dan ligament penyokongnya

Pada masing-masing ovarium terdapat bagian-bagian sebagai berikut :

• Epitel germinal, suatu lapisan epitel satu lapis (kubus atau pipih) yang
melindungi permukaan ovarium

• Tunika albuginea, yaitu kapsul jaringan ikat padat iregular yang berwarna
putih, terdapat di dalam epitel germinal

• Korteks ovarium, suatu daerah yang terdapat di dalam tunika albuginea,


terdiri dari folikel ovarium yang dikelilingi oleh jaringan ikat padat iregular
yang mengandung serat kolagen dan sel-sel mirip fibroblas yang disebut sel
stroma (fibroblas yaitu suatu sel datar yang besar, yang mensekresikan
kebanyakan matriks ekstraselular dari jaringan ikat areolar dan padat)

• Medula ovarium, terletak di dalam korteks ovarium. Batas antara korteks


dan medula sukar dibedakan, namun pada bagian medula terbuat dari
jaringan ikat yang lebih longgar susunannya dan mengandung pembuluh
darah, pembuluh limfatik, dan saraf-saraf

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 153


• Folikel ovarium (folliculus = kantong kecil), terdapat di korteks dan terdiri
dari oosit dalam berbagai tahap perkembangan, sekaligus sel yang
mengelilinginya. Jika sel yang mengelilinginya membentuk satu lapis, maka
sel ini disebut sel folikular; pada tahap perkembangan berikutnya, sel akan
membentuk beberapa lapisan, maka sel tersebut disebut sel granulosa. Sel
yang ada di sekitar folikel memberi nutrisi oosit yang berkembang dan mulai
mensekresi estrogen saat folikel bertambah besar.

• Folikel matang (graafian), yaitu folikel yang besar dan terisi cairan, yang
siap pecah dan mengeluarkan oosit sekundernya, suatu proses yang
dikenal dengan istilah ovulasi.

• Korpus luteum (= badan kuning), mengandung sisa-sisa folikel matang


setelah ovulasi. Korpus luteum menghasilkan progesteron, estrogen,
relaksin, dan inhibin sampai badan tersebut terdegenerasi menjadi jaringan
parut fibrosa yang disebut korpus albikans (= badan putih).

Untuk jelasnya, Anda dapat melihat histologi ovarium pada gambar berikut:

Gambar 10.10 Histologi ovarium.

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 154


Pertanyaan selanjutnya yang timbul adalah bagaimanakah proses terjadinya
pembentukan oosit sekunder itu?

Oosit sekunder terbentuk melalui proses yang disebut oogenesis,


peristiwa ini terjadi di ovarium. Urutan oogenesis meliputi meiosis I dan
meiosis II, yang akan lengkap hanya jika oosit sekunder yang terovulasi dibuahi
oleh sel sperma. Pada Gambar 10.11 di bawah ini tersaji proses oogenesis
beserta perkembangan folikel.

Gambar 10.11. Oogenesis dan perkembangan folikel

Tuba Uterus

Wanita memiliki dua buah tuba uterus (fallopian), atau oviduk, yang
terbentang secara lateral dari uterus (Gambar 9). Saluran ini berfungsi untuk
mentransportasikan oosit sekunder dari ovarium ke uterus dan merupakan
tempat yang normal untuk pembuahan (fertilisasi).

Pada masing-masing tuba uterus terdapat bagian berbentuk seperti


corong yang disebut infundibulum, yang dekat dengan ovarium tetapi terbuka
terhadap rongga pelvis. Bagian ini berakhir di jumbai yang mempunyai
proyeksi mirip jari dan disebut dengan fimbrae (= jumbai), letaknya lateral

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 155


terhadap ovarium (ingat bahwa arah lateral adalah arah yang menjauhi garis
imajiner tengah di tubuh, sementara medial adalah arah yang mendekati).
Ampulla adalah bagian tuba uterus yang paling lebar dan paling panjang,
menyusun dua pertiga panjang lateral. Isthmus tuba uterus lebih medial,
pendek, sempit, bagian yang berdinding tebal yang menyatu dengan uterus.

Secara histologi, tuba uterus tersusun oleh tiga lapisan, yaitu lapisan
mukosa, muskularis, dan serosa. Lapisan mukosa tersusun dari sel-sel epitel
(yaitu sel epitel silindris satu lapis bersilia yang berfungsi membantu
menggerakkan oosit sekunder atau ovum yang telah dibuahi ke uterus; dan sel
yang tidak bersilia yang disebut sel peg yang memiliki mikrovili dan
mensekresikan cairan yang memberi nutrisi untuk ovum) dan lamina propria
(jaringan ikat areolar). Lapisan tengah yakni lapisan muskularis, pada bagian
dalamnya tersusun dari lingkaran otot polos sirkular yang tebal, dan pada
bagian luarnya berupa otot polos longitudinal yang tipis. Kontraksi peristaltik
dari muskularis dan aksi sel-sel bersilia dari mukosa membantu menggerakkan
oosit sekunder atau ovum yang telah dibuahi ke uterus.

Gambar 10.12. Histologi tuba uterus (fallopi)

Uterus

Uterus (rahim) merupakan organ yang berukuran dan berbentuk seperti


buah pir terbalik, yang berfungsi pada menstruasi, implantasi ovum yang sudah
dibuahi, tempat perkembangan janin selama kehamilan, dan proses
melahirkan. Organ ini juga merupakan jalur bagi sel sperma untuk mencapai
tuba uterus dan membuahi oosit sekunder. Pada uterus terdapat bagian-
bagian yaitu fundus (bagian atas), badan (bagian tengah), serviks (bagian

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 156


bawah yang sempit, terbuka ke arah vagina). Antara badan dan serviks uterus
terdapat isthmus, yang panjangnya 1 cm. bagian dalam dari badan uterus
disebut rongga uterus, dan bagian dalam dari serviks disebut kanal serviks.
Kanal ini terbuka ke arah rongga uterus pada internal os (os = bukaan seperti
mulut) dan ke arah vagina pada eksternal os. Secara normal, uterus disokong
oleh serangkaian ligament.

Secara histologi, uterus tersusun dari tiga lapisan jaringan: perimetrium,


miometrium, dan endometrium. Perimetrium (peri = sekitar, metrium = uterus)
merupakan lapisan serosa, bagian dari peritoneum viseral (peritoneum bagian
dalam), tersusun dari epitel pipih satu lapis dan jaringan ikat areolar. Lapisan
tengah uterus, miometrium (myo = otot), tersusun dari tiga lapisan serat otot
polos, di mana yang paling tebal di daerah fundus dan paling tipis di serviks.
Lapisan selanjutnya adalah endometrium (endo = dalam), merupakan lapisan
terdalam dari uterus dan sangat banyak pembuluh darahnya.

1 - tunika mukosa (endometrium)


2 - tunika muskularis (myometrium)
3 - tunika serosa (perimetrium)
4 - lapisan fungsional dari endometrium
5 - lapisan basal dari endometrium
6 - pembuluh darah
7 - kelenjar endometrial (dalam tunika propria dari
mukosa uterus)
8 - endometrial stroma (jaringan konektif dalam tunika
propria dari mukosa uterus)
9 - epitel dari endometrium

Gambar 10.13. Histologi uterus (gambar bawah saat fase proliferatif)

Vagina

Vagina merupakan jalur untuk aliran sperma dan menstruasi, sebagai


tempat penis saat hubungan seksual, dan merupakan bagian inferior dari jalan
kelahiran. Organ ini memiliki kemampuan tinggi untuk melentur.

Vulva

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 157


Gambar 10.14. Komponen vulva (pudendum)

Vulva merupakan istilah untuk sekumpulan organ genital eksternal wanita,


terdiri dari mons pubis, labia mayora (labia = bibir, majora = besar), labia
minora (minora = kecil), klitoris, vestibula (daerah di antara labia minora, jika
masih ada di dalamnya terdapat hymen/selaput dara), lubang vagina dan
lubang uretra, hymen, bulbus vestibula, dan tiga buah kelenjar, yaitu kelenjar
parauretral (kelenjar Skene), kelenjar greater vestibular (kelenjar Bartholin), dan
kelenjar lesser vestibular.

Kelenjar Susu (Mammae)

Kelenjar susu merupakan modifikasi dari kelenjar keringat, terdapat di


payudara wanita. Fungsi kelenjar ini adalah untuk mensintesis,
mensekresikan, dan mengeluarkan susu (laktasi). Perkembangan kelenjar
susu dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron, sementara produksi susu
distimulasi oleh hormon prolaktin, estrogen, dan progesteron; dan pengeluaran
susu distimulasi oleh hormon oksitosin (pelajari lagi Sistem Endokrin).

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 158


Pectoralis major muscle
Pectoral fascia
Intercostal muscle
Suspensory ligaments

Lactiferous sinus

Ribs Lactiferous duct

Lung

Gland lobules
Jaringan adiposa

Gambar 10.15. Kelenjar susu dalam payudara

Berikut ini dapat Anda baca ringkasan dari struktur homolog (mempunyai
kesamaan asal embrionik) antara sistem reproduksi wanita dan pria.

Tabel 1. Ringkasan Struktur Homolog Sistem Reproduksi Wanita dan Pria

Struktur Wanita Struktur Pria


Ovarium Testis
Ovum (sel telur) Sel sperma
Labia mayora Skrotum
Labia minora Spongy (penile) urethra
Vestibula Membranous urethra
Bulbus vestibula Korpus spongiosum
Klitoris Glans penis dan korpora kavernosa
Kelenjar parauretra Prostat
Kelenjar greater vestibular Kelenjar bulbouretra (Cowper)

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 159


Daftar Pustaka

Allen C and Harper V. 2009. Laboratory Manual for Anatomy and Physiology. 3
rd Ed. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.
http://faculty.une.edu/com/abell/histo/histolab3f.htm.
http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology/HistologyReference/HRFemaleRS.h
tm.
http://legacy.owensboro.kctcs.edu/GCaplan/anat2/notes/Notes2%20male%20re
productive%20anatomy.htm.
http://www.britannica.com/bps/image/275485/119198/Female-mammary-gland.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic-art/275485/48173/Organs-of-the-
male-reproductive-system.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic-art/498625/66106/Organs-of-the-
human-reproductive-system.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic-art/620603/48179/Organs-of-the-
female-reproductive-system.
http://www.clipart.dk.co.uk/376/subject/Biology/Reproductive_system.
http://www.tarleton.edu/Departments/anatomy/oogenesis.jpg.
http://www.web-
books.com/eLibrary/Medicine/Physiology/Reproductive/Male.htm.
http://www.web-
books.com/eLibrary/Medicine/Physiology/Reproductive/Female.htm.
https://courses.stu.qmul.ac.uk/smd/kb/microanatomy/humandev/index.htm.
Martini, F., Fundamentals of Anatomy & Physiology, 5th Ed., Prentice Hall, New
Jersey.
Syaifuddin H., 2009, Soal Jawaban dan Pembahasan Anatomi Tubuh Manusia:
Latihan Praktek KBK untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2, Salemba Medika,
Jakarta.
Tortora G.J., dan Derrickson B.H., 2009, Principles of Anatomy and Physiology,
volume 2, 12th edition, Jon Wiley & Sons.

MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 160

Anda mungkin juga menyukai