Aziz Rio Kausr
Aziz Rio Kausr
DOSEN PEMBIMBING :
Wenny Aulia Sari, M.Pd.
DI SUSUN OLEH :
Kelompok 7
1.Veta Eva Nengsi (1911290062)
2. Nuresa Ela Sari
3. Mifta Thoha
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmatnya kepada kita semua, sehingga kita masih dapat merasakan nikmat-Nya yang begitu
besar. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah
SAW, sebagai pemimpin yang patut kita teladani.
Kami dari penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Teori Pembelajaran
Behaviorisme”, khususnya pada Bapak dosen yang telah memberikan tugas tersebut,
sehingga kami dapat mengembangkan wawasan dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dari penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun kepada pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 4
..............................................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 4
..............................................................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................... 4
D. Manfaat................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kompetensi Komunikatif............................................................... 6
B. Pengertian Pendekatan Komunikatif............................................................... 6
C. Metode Komunikatif…………………………………………………..………. 7
D. Silabus Komunikatif ………………...………………………………………... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah komunikatif dalam Pengajaran Bahasa muncul pertama kali dalam makalah
Willkins (1972) dengan judul Grammatical, Situational and National Syllabus yang disampaikan
dengan konfrensi Linguistik Terapn di Copenhagen. Sejak itu kepopuleran Pengajaran Bahasa
secara Komunikatif (PBK) menyebar ke seluruh penjuru dunia dan mampu menggoyahkan
konsep pengajran bahasa yang dikembangkan oleh kaum struktural.
Munculnya PBK mendapat sambutan hangat ahli Pengajaran Bahasa karena dipandang
salah satunya bahwa: PBK mampu mengubah citra PB yang selalu berorientasi pada kaidah
ketatabahasaan yang dikembangkan kaum Struktural yang dianggap telah gagal mengajarkan
bahasa sesuai dengan fungsinya.
B. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian dari kompetensi komunikatif?
2) Apakah pengertian dari pendekatan komunikatif?
3) Bagaimana memahami metode komunikatif?
4) Bagaimana memahami silabus komunikatif?
C. Tujuan
4
1) Menjelaskan pengertian dari kompetensi komunikatif.
2) Menjelaskan pengertian dari pendekatan komunikatif.
3) Menjelaskan cara memahami metode komunikatif.
4) Menjelaskan cara memahami silabus komunikatif.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
b. Bahasa adalah kaidah tata bahasa yang menentukan bagaimana kalimat harus disusun dan
dapat mewadahi makna.
c. Pembelajaran harus memiliki sejumlah kata agar dapat menyusun berbagai variasi kalimat.
d. Jika pembelajar telah dapat menguasai kaidah kebahasaan, ia akan dapat menggunakan bahasa
dalam berbagai kegiatan komunikasi. Asumsi tersebut berkaitan dengan “what” of language
teaching dan sekaligus “what is learn” by the language learner? Asumsi berikutnya adalah yang
berkaitan dengan “how” of language learning?
e. Kaidah ketatabahasaan, baik secara sadar maupun ambang sadar dapat dipelajari secara
induktif maupun secara deduktif.
f. Berbagai pengetahuan mengenai kaidah ketatabahasaan baik secara sadar maupun ambang
sadar dapat diinternalisasikan sebelum pengetahuan kaidah tersebut digunakan untuk
berkomunikasi.
g. Kaidah ketatabahasaan dipelajari dan diinternalisasikan secara berurutan dalam satu waktu
pada waktu yang berbeda.
Dalam situasi demikian kaidah ketatabahasaan sadar atau tidak sadar, induktif atau deduktif
pasti bersifat alamiah. Kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan pembelajar adalah hal
yang wajar terjadi seperti halnya ketika pembelajar belajar menguasai bahasa pertamanya.
Konsekuensi belajar bahasa dalam berkomunikasi demikian, pembelajar akan sukses
berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajari meskipun ia masih memerlukan pertolongan untuk
menguasai kaidah bahasa.
C. Metode Komunikatif
Metode adalah rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara sistematis materi bahasa
sehingga tidak ada bagian-bagian yang saling bertentangan karena semua rancangan telah
didasarkan pada satu pendektan tertentu (Anthony, 1963). Richards dan Rodgers (1982)
menyatakan bahwa metode adalah butir-butir yang mengandung tiga level yaitu pendektan,
desain, dan prosedur.
Anthony tidak menyinggung masalah desain secara eksplisit sedangkan Richards secara
eksplisit memasukkan desain sebagai komponen metode. Desain didalamnya mengandung unsur:
a. Suatu pengertian isi bahasa, spesifikasi seleksi dan organisasi,
b. Spesifikasi peranan pembelajar,
c. Spesifikasi peranan guru, dan
7
d. Spesifikasi peranan materi.
Lepas dari setuju atau tidak setuju apakah komunikatif apat disebut sebagai metode,
kenyataannya PBK memberikan konstribusi mengenai (a) ways of handing structure covertly
insted of overtly (b) teaching through the target language (c) the possibility of using authentic
samples of language much more effectively, and (d) a large inventory of ‘communicative’
tehnique the simulations, games and role-play which formed the initial response to metodology
issue, as well as nevers tehnique and materials which faster problem solving inferencing abilites;
serta menentukan prinsip-prinsip pengaturan interaksi di dalam kelas yang ditandai dengan
bagaimanakah yang terbaik untuk membimbing pembelajar melalui kumpulan data bahasa yang
saling bertentangan (Yalden, 1983).
D. Silabus Komunikatif
Pada mulanya rancang bangun silabus selalu bergerak dalam kancah seleksi bahan,
pengurutan penyajian bahan beralih pada “penggunaan bahasa” (kompetensi komunikatif) yang
lebih bersifat “analitis” daripada pengetahuan tata bahasa (kompetensi gramatikal) yang lebih
bersifat “sintetis” (Wilkins, 1976).
Silabus yang berifat analitis tidak mementingkan analisis sistem bahasa dalam kepingan-
kepingan, tetapi lebih mementingkan tujuan seperti apa yang ingin dicapai oleh pembelajar serta
tindak bahasa yang bagaimana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
Karena silabus disusun berdasarkan tindak bahasa maka akan terjadi pencampuradukan
unsur-unsur tata bahasa sehingga silabus itu tidak terdapat pengurutan butir tata bahasa mana
yang mudah untuk didahulukan dan mana yang sukar untuk dikemudiankan. Pertimbangan
utama penyusunan silabus adalah kemampuan komunikatif yang bagaimana yang diperlukan
pembelajar. Hal ini membutuhkan keahlian penyederhanaan pelbagai fungsi komunikatif bahasa
yang dapat digunakan untuk penyusunan silabus.
a. Wilkins (1973, 196 dalam Kaswanti, 1987) mengklasifikasi fungsi komunikatif bahasa
sebagai berikut:
1) Modality
2) Moral discipline and evaluation
3) Rational inquiry and expotition
4) Suasion
8
5) Argument
6) Personal emotions, dan
7) Interpersonal relations
b. Finnochiaro (1977) mengklasifikasi fungsi komunikatif bahasa sebagai berikut:
1) Personal
2) Interpersonal
3) Directive
4) Referensial
5) Imaginative
c. Blundell, Higgens dan Middlemise (1987) mengklasifikasi fungsi komunikatif bahasa
sebagai berikut:
1) Informational, attitudinal dan active
2) Social formulas
3) Pelumas komunikasi
4) Informasi kebahasaan
Setelah fungsi komunikatif bahasa terdata baik dan telah menentukan pilihan fungsi mana
yang akan dimasukkan dalam silabus untuk mencapai tujuan yang diperlukan pembelajar, silabus
komunikatif harus mengandung komponen-komponen sebagai berikut:
1) Terdapat perumusan tujuan secara jelas (purposess)
2) Terdapat seting yang jelas baik berupa aspek fisik maupun seting sosial (setting)
3) Terdapat peranan pembelajar (the role of leraners)
4) Tergambar peristiwa komunikatif yang menunjukkan peranan pembelajar (communicative
events)
5) Tergambar fungsi bahasa yang diperlukan pembelajar dengan bahasa itu (language
functions)
6) Terdapat nosi atau apakah yang diperlukan pembelajar untuk dapat mengatakan sesuatu
(notions)
7) Keterampilan merajut wacana bersama (cutting together serta discourse dan rhetorical
skills)
8) Terdapat variasi bahasa sasaran yang diperlukan pembelajar (variety)
9) Isi ketatabahasaan yang diperlukan (grammatical content)
9
10) Isi kosakata yang diperlukan (lexical content)
Jabaran prinsip-prinsip desain materi komunikatif dapat dilihat pada jabaran Bistok A. Siahan
(1987) di bawah ini:
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Kompetensi komunikatif adalah kemampuan yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang sesuai dalam mengelola pertukaran pesan verbal dan non-verbal berdasarkan
patokan-patokan tertentu.
2) Pendekatan komunikatif dalam kaitannya dengan asumsi kedua (yang berhubungan
dengan bagaimana bahasa harus dipelajari) apakah belajar bahasa untuk berkomunikasi
ataukah belajar bahasa dalam berkomunikasi, kiranya masih merupakan persoalan praktis
yang akan dihadapi oleh perancang silabus, meskipun bukan lagi persoalan pendekatan.
3) Desain yang digunakan sebagai komponen metode yaitu mengandung unsur-unsur a)
suatu pengertian isi bahasa, spesifikasi seleksi dan organisasi, b) spesifikasi peranan guru, c)
spesifikasi peranan pembelajaran, d) spesifikasi peranan materi.
4) Silabus disusun berdasarkan tindak bahasa maka akan terjadi pencampuradukan untsur-
unsur tata bahasa sehingga silabus itu tidak terdapat pengurutan butir tata bahasa mana yang
mudah untuk didahulukan dan mana yang sukar untuk dikemudiankan. Pertimbangan utama
penyusunan silabus adalah kemampuan komunikatif yang bagaimana yang diperlakukan
pembelajar.
B. Saran
1) Bagi Pengajar
Para pengajar harus tahu dan mememahami pendekatan komunikatif. Supaya ketika saat
ada siswa yang bertanya ataupun kurang mengerti tentang pendekatan komunikatif para pengajar
bisa menjawab dengan tepat sesuai dengan pedoman yang berlaku.
2) Bagi Mahasiswa atau Calon Guru
Bagi calon pengajar atau mahasiswa sama halnya dengan para pengajar harus mengetahui
dan memahami pendekatan komunikatif. Yang mana dapat dilakukan dengan belajar di kampus
ataupun membaca beberapa literatur. Dikarenakan nantinya bisa digunakan sebagai suatu
pegangan atau pedoman yang mana digunakan sebagai mendidik peserta didik.
3) Bagi Peserta Didik
11
Bagi peserta didik harus mengetahui pendekatan komunikatif, agar saat pembelajaran
dilaksanakan maka peserta didik mudah untuk memahami. Dan mengetahui bgaimana
pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa dengan tepat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015. Teori Belajar Bahasa: untuk Guru Bahasa dan Mahasiswa Jurusan
Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
13