Anda di halaman 1dari 13

152

HUBUNGAN INDEKS MASSA.TUBUH (IMT) DENGAN RASIO.VOLUME


EKSPIRASI PAKSA SATU.DETIK.PERTAMA.PER.KAPASITAS
VITAL PAKSA (VEP1/KVP) PADA PASIEN ASMA STABIL
DI RSUD KOTA MATARAM 2019

Prasetya Angga Firmansyah*, Risky Irawan**, Dian Rahadianti***,


Fachrudi Hanafi****
Fakultas Kedokteran Universitas Islam.Al-Azhar
Jl. Unizar No. 20 Turida Mataram
Email: Prasetyaangga.pa@gmail.com

ABSTRAK
Saat ini, asma masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di negara maju dan non-
industri. Gold standart dalam pemeriksaan penyakit asma adalah spirometri. Parameter
yang dinilai dalam pemeriksaan spirometri untuk menilai derajat obstruksi pasien asma
adalah VEP1/KVP. Perubahan pada IMT baik overweight maupun underweight akan
menyebabkan perubahan mekanik dan kimiawi sistem pernapasan yang nantinya berperan
sebagai faktor yang berpengaruh dan memperberat nilai VE1/KVP pada penderita asma.
Alasan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui hubungannya antara indek massa tubuh
dengan rasio volume ekspirasi paksa satu detik pertama per kapasital vital paksa pada
pasien asma stabil di RSUD Kota Mataram 2019. Penelitian ini merupakan pemeriksaan
logis observasional, dengan rencana cross sectional. Sumber informasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah informasi opsional dari catatan klinis pasien asma rawat jalan
di RSUD Kota Mataram 2019 berupa data berat badan, dan tinggi badan serta nilai
VEP1/KVP. Sampel pada penelitian ini berjumlah 118 orang. Analisis data menggunakan
rank spearman dengan bantuan software SPSS versi 25. Konsekuensi dari pemeriksaan
didapatkan p-value sebesar 0,000 (p-value ≤0,05) yang berarti terdapat hubungan antara
BMI dan VEP1 / KVP pada pasien asma stabil di RSUD Kota Mataram 2019.
Kata.Kunci: Asma stabil, Indeks Massa.Tubuh, VEP1/KVP.

ABSTRACT
Right now, asthma is as yet one of the principle medical issues in both created and non-
industrial nations. The highest quality level in inspecting asthma is spirometry. The
boundary evaluated in the spirometry assessment to survey the level of impediment in
asthma patients was FEV1/FVC. Changes in BMI both overweight and underweight will

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
153

cause mechanical and synthetic changes in the respiratory framework which will later go
about as an impacting factor and bother the VE1/KVP esteem in asthma patients. The
reason for this examination to decide the connection between weight file and the proportion
of constrained expiratory volume of the first second per constrained fundamental limit in
stable asthma patients at Mataram City Clinic 2019. This examination was an
observational scientific contemplated, with a cross sectional plan. This examination
utilizing optional information from clinical records of asthma patients as weight and
tallness information just as VEP1/KVP esteems. The patients are going through outpatient
at the Mataram City Medical clinic in 2019. The example in this investigation added up to
118 individuals. Information examination utilized position spearman with the assistance of
SPSS form 25 programming The aftereffects of the investigation utilizing Rank Spearmen
acquired a p-value of 0.000 (p-value ≤0.05), which implies that there is a connection among
BMI and FEV1/FVC in stable asthma patients at Mataram City Clinic 2019.
Keywords: Asthma, body mass index, FEV1/FVC.

PENDAHULUAN
Saat ini asma adalah salah satu total pasien asma yang menjalani rawat
kondisi medis utama di negara-negara jalan selama tahun 2019 sebanyak 711
maju dan non-industri Sesuai informasi orang. Jumlah tersebut menunjukkan
dari laporan Global Initiatif for Asthma angka kejadian asma di RSUD kota
(GINA) 2017, dinyatakan bahwa tingkat Mataram masih cukup tinggi jika
asma secara keseluruhan mencapai 1- dibandingkan dengan kasus di RSUD
18% dan dinilai bahwa 300 juta orang di provinsi NTB yang secara akumulatif
dunia ini mengalami efek buruk. Asma relatif sama (GINA, 2017; Riskesdas,
yang didominasi asma di Indonesia 2018).
sendiri pada tahun 2018 mencapai 2,4% Asma adalah penyakit heterogen
dengan provinsi Daerah Istimewa dengan siklus penyebab berbeda yang
Yogyakarta (DIY) berada di peringkat mendasarinya. Pada asma terdapat suatu
pertama dengan angka kejadian pembagian kelompok yang didasari oleh
mencapai 4,5%, sementara provinsi Nusa segmen demografis, klinis dan / atau
Tenggara Barat (NTB) berada di atribut patofisiologis yang sering disebut
peringkat ke 7 dengan angka kejadian sebagai 'fenotip asma’. Salah satu
mencapai 2,5%. Data yang diperoleh fenotipe klinis asma yang telah
peneliti dari poli paru Rumah Sakit diidentifikasi dan disebutkan dalam
Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram Global Inititatif for Asthma yaitu asma

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
154

dengan kegemukan. Beberapa pasien parameter VEP1 (Otrowski et al, 2006;


gemuk dengan asma memiliki indikasi Andayani, 2017; Rahmawati, 2014; Liu
pernafasan yang mencolok dan sedikit et al, 2015).
inflamasi eosinofilik pada saluran napas. Seseorang dengan berat badan
Berdasarkan karakteristik tersebut, berlebih (gemuk-obesitas) dan
terlihat adanya suatu hubungan antara underweight (kurus) memiliki resiko
obesitas dengan asma. Hal ini juga yang tinggi untuk terkenanya asma, yang
diperkuat dengan hasil dari uji Liu Yong berpengaruh terhadap penurunan nilai
et al (2015) mengenai hubungan antara faal paru. Mekanisme yang menjelaskan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan efek diantaranya, seseorang dengan berat
samping pernafasan, asma dan Chronic badan gemuk-obesitas menunjukkan
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adanya perubahan pada proses mekanik
yang menunjukkan bahwa orang yang pernapasan dan respon inflamasi pada
berada pada batasan kelas IMT, saluran pernapasan. Perubahan pada
khususnya underweight, overweight atau sistem mekanik pernapasan disebabkan
gemuk, wajib melaporkan asma dan / karena adanya jaringan adiposa di sekitar
atau COPD dibandingkan orang dengan tulang rusuk, yang mengisi dinding dada
IMT biasa (Haitamy, 2017; Liu et al, mengakibatkan tekanan dan penetrasi
2015). jaringan lemak papa otot dada, yang
Gold standart dalam menyebabkan penurunan fungsi otot dan
pemeriksaan penyakit asma adalah tulang pernapasan sehingga compliance
spirometri. Parameter yang dinilai dalam dinding dada menurun. Hal ini akan
pemeriksaan spirometri adalah. VEP1, meningkatkan kerja pernapasan akibat
KVP atau VEP1/KVP. Faktor-faktor penurunan volume residu, kapasitas vital
yang berpengaruh terhadap nilai dan kapasitas total paru yang nantinya
spirometri baik VEP1, KVP maupun akan mempengaruhi nilai VEP1, KVP
VEP1/KVP diantaranya adalah usia, maupun VEP1/KVP. Teori lain tentang
jenis kelamin, perokok aktif maupun sitokin proinflamasi ialah jaringan
pasif, genetik, dan IMT. Beberapa adiposa mensekresi sitokin, leptin,
penelitian menunjukkan bahwa IMT Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α),
memiliki hubungan terhadap nilai Interleukin (IL)-6 yang memiliki efek
spirometri pada pasien asma. Rahmawati proinflamasi pada saluran pernafasan
(2014) menunjukkan pasien asma dengan yang dapat menyebabkan
kelompok IMT obesitas memiliki hiperresponsivitas pada saluran
hubungan terhadap nilai spirometri pada pernafasan dan menimbulkan obstruksi

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
155

serta penurunan nilai VEP1 (Nair et al, menunjukkan IMT berhubungan dengan
2009; Sutherland et al, 2008; Amanda, tingkat keparahan asma. Penelitian lain
2015; Haitamy, 2017). yang dilakukan oleh Rahmawati (2014)
Hubungan lain antara menunjukkan terdapat perbedaan nilai
underweight dan obstruksi saluran VEP1 pasien asma pada kategori IMT
pernapasan dapat dilihat dari efek negatif normoweight dengan pasien asma pada
malnutrisi terhadap struktur pernapasan. kategori IMT overweight. Dengan
Kekurangan makanan yang sehat adanya hubungan antara IMT dengan
berdampak negatif pada bentuk, penyakit asma serta belum adanya
fleksibilitas dan kapasitas paru-paru, penelitian yang menganalisa variabel
kekuatan dan halangan otot pernapasan, IMT dengan perbandingan VEP1/KVP
sistem perlindungan tubuh, dan regulasi pada pasien asma, penulis tertarik untuk
napas yang nantinya meningkatkan menyelidiki hubungan antara IMT
gangguan pernapasan termasuk asma dengan rasio VEP1/KVP pada pasien
(Fasitasari, 2013; Fujianti et al, 2015). asma stabil di RSUD kota Mataram
Beberapa penelitian yang telah Tahun 2019.
dilakukan belum ada yang melihat Adapun tujuan dalam penelitian
mengenai hubungan IMT dengan nilai ini yaitu mengetahui hubungan antara
rasio VEP1/KVP pada pasien asma. IMT dengan rasio VEP1/KVP pada
Akan tetapi, seperti yang telah pasien asma stabil di RSUD Kota
disebutkan oleh GINA (2019) bahwa Mataram 2019. Serta manfaat yang dapat
obesitas merupakan fenotipe dari diambil dalam penelitian ini berupa
penyakit asma dan penelitian Andayani meningkatkan pengetahuan pembaca,
et al (2017) dan Haitamy et al (2017) meningkatkan pengetahuan masyarakat
telah menunjukkan hubungan serius tentang hubungan IMT dengan rasio
antara berat badan dan kejadian asma. VEP1/KVP pada pasien asma stabil, serta
Eksplorasi ini juga didukung oleh sebagai referensi penelitian dimasa yang
penelitian Nasiri et al (2016) dengan hasil akan datang.

METODE PENELITIAN
Eksplorasi jenis ini merupakan Sumber informasi yang digunakan dalam
penelitian observasional kuantitatif pemeriksaan ini adalah informasi
dengan rencana eksplorasi cross- tambahan yang diperoleh dari catatan
sectional. Penyelidikan diarahkan pada klinis RSUD Kota Mataram berupa berat
29 September hingga 9 Oktober 2020. badan, tinggi badan dan VEP1/KVP.

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
156

Populasi keseluruhan pada penelitian ini HASIL PENELITIAN


adalah seluruh pasien asma stabil yang Penelitian ini ditujukan di RSUD
menjalani rawat jalan di poli Kota Mataram mulai tanggal 29
pulmonology RSUD Kota Mataram September 2020 sampai dengan 9
periode Oktober sampai dengan Oktober 2020 dengan metode
Desember 2019 sebanyak 164 kasus. pemeriksaan yang digunakan adalah
Sampel minimal yang harus didapatkan strategi purposif sampel dengan ukuran
dalam penelitian ini sebesar 115 orang sampel yang diperoleh dalam penelitian
dengan cara purposive sampling. ini sebanyak 118 orang. Setelah
Kreteria inklusi dalam penelitian ini yaitu dilakukan penelitian dan diperoleh data,
(1) Semua pasien asma stabil yang selanjutnya data tersebut dianalisis
menjalani rawat jalan di poli secara univariat dan bivariat untuk
pulmonology RSUD Kota Mataram kemudian dilihat karakteristik dari
periode Oktober sampai dengan masing-masing sampel dan menilai
Desember 2019. (2) Usia 18-60 tahun. hubungan antar variabel.
Syarat pengeluaran sampel dalam
penelitian ini ini adalah (1) Pasien Tabel 1. Karakteristik Pasien
dengan informasi rekam medis yang Berdasarkan Usia
tersedia (Berat badan, tinggi badan, dan Usia Frekuensi
nilai VEP1/KVP) (2) Pasien asma stabil Jumlah Persentase
dengan penyakit metabolik (DM, (n) (%)
hipertiroid). (3) Pasien memiliki penyakit 20-30 44 37.2
paru lain selain asma (PPOK, TB paru, Tahun
bronkiektasis, emfisema dan lain lain) (4) 31-40 33 28.0
Pasien asma dengan penyakit Tahun
immunocompromised (HIV, SLE) (5) 41-50 14 11.9
Pasien asma dengan keganasan (kanker Tahun
paru dan kanker luar paru). Pada 51-60 27 22.9
penelitian ini, analisis.data dilakukan Tahun
menggunakan komputer melalui SPSS
Total 118 100.0
for Windows versi 25. Dalam penelitian
ini, tes terukur yang digunakan adalah
Berdasarkan data yang
rank Spearman.
diperoleh, dari 118 sampel didapatkan
usia rata-rata responden adalah 38 tahun
dengan usia paling muda 20 tahun dan

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
157

yang paling mapan 60 tahun. Kasus 71-79 Kg 23 19.5


terbanyak ditemukan pada kelompok ≥ 80 Kg 1 0.8
umur 20-30 tahun di atas 44 orang Total 118 100.0
(37,2%) dan paling sedikit terjadi pada
kelompok umur 41-50 dengan 14 orang Berdasarkan informasi yang
(11,9%). Hasil tersebut dilihat pada tabel diperoleh, dari 118 orang, berat badan
1. rata-rata responden adalah 62 kg dengan
berat badan paling minimal 38 kg dan
Tabel 2. Karakteristik Pasien berat badan tertinggi adalah 80 kg. Hasil
Berdasarkan Jenis Kelamin. penelitian ini menemukan bahwa
Jenis Frekuensi sebagian besar pasien asma berada dalam
Kelamin Jumlah Persentase kelompok dengan berat 51-60 kg lebih
(n) (%) dari 39 orang (33,1%). Hasil ini terlihat
Laki-laki 81 68.6 di Tabel 3.
Perempuan 37 31.4
Total 118 100.0 Tabel 4. Karakteristik Pasien
Berdasarkan Tinggi Badan.

Berdasarkan informasi yang Tinggi Frekuensi

diperoleh, dari 118 kasus, peningkatan Badan Jumlah Persentase


jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki (n) (%)
sebanyak 81 orang (68,6%) dan kasus 150-154 18 15.3
asma dengan orientasi seksual cm
perempuan di atas 37 orang (31,4%). 155-159 29 24.6
Hasil ini terlihat di tabel 2. cm
160-164 38 32,2
Tabel 3. Karakteristik Pasien cm
Berdasarkan Berat Badan. 165-169 27 22.9
Berat Frekuensi cm
Badan Jumlah Persentase 170-174 6 5.1
(n) (%) cm

≤ 40 Kg 1 0.8 Total 118 100

41-50 Kg 18 15.3
51-60 Kg 39 33.1 Berdasarkan informasi yang
61-70 Kg 36 30.5 diperoleh, dari 118 data diketahui bahwa
tinggi badan rata-rata responden adalah

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
158

159,5 cm dengan tinggi badan paling Tabel 6. Karakteristik Pasien Derajat


minimal 150 cm dan paling tinggi 174 Obstruksi.
cm. Hasil pemeriksaan ini menemukan Frekuensi
bahwa sebagian besar penderita asma Jumlah Presentase
VEP1/KVP
berada pada kelompok tinggi 160-164 cm (n) (%)
di 38 orang (32,2%) dan untuk kasus Normal 44 37.3
paling sedikit ditemukan pada kelompok (˃75%)
tinggi 170-174 cm di atas enam orang Obstruksi 50 42.4
(5,1%). ). Hasil ini terlihat di tabel 4. ringan (60-75
%)
Tabel 5. Karakteristik Pasien Obstruksi 17 14.4
Berdasarkan IMT. sedang (40-
Indeks Frekuensi 59 %)
Massa Jumlah Presentase Obstruksi 7 5.9
Tubuh (n) (%) berat (˂ 40
Undeweight 13 11.0 %)
(kurus) Total 118 100.0
Normal 50 42.4
Overweight 55 46.6 Berdasarkan data yang
(gemuk- diperoleh, dari 118 sampel didapatkan
obesitas) Sebagian besar penderita asma stabil di
Total 118 100.0 RSUD Kota Mataram masuk dalam
kategori obstruksi ringan sebanyak 50
Berdasarkan data yang orang (42.4%). Hasil tersebut dilihat
diperoleh, dari 118 sampel didapatkan, pada tabel Tabel 6.
sebagian besar penderita asma stabil di
RSUD Kota Mataram masuk dalam
kategori IMT yang overweight sebanyak
55 orang (46.6%). Hasil tersebut dilihat
pada Tabel 5.

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
159

Tabel 7. Hubungan IMT dengan VEP1/KVP pasien asma.

Indeks Massa Tubuh P-


Jumlah Val rs
VEP1/KVP Underweig Overweigh
Normal ue
ht t

N % N % N % n %

Normal 7 15.9 37 84.1 0 0.0 44 100.0

Obstruksi 5 10.0 11 22.0 34 68.0 50 100.0


ringan
Obstruksi 0 0.0 1 5.9 16 94.1 17 100.0 0.000 0.638
sedang
Obstruksi
1 14.3 1 14.3 5 71.4 7 100.0
berat

Total 13 11.0 50 42.4 55 46.6 118 100.0

Berdasarkan analisis yang memiliki nilai VEP1/KVP obstruksi


dilakukan, dari 118 sampel didapatkan berat terbanyak jatuh pada responden
hasil responden yang memiliki nilai yang memiliki IMT dengan kategori
VEP1/KVP normal terbanyak jatuh pada overweight sebesar lima orang (71.4%),
kelompok IMT dengan kategori normal dan paling sedikit jatuh pada IMT dengan
sebesar 37 orang (84.1%). Responden kategori normal dan underweight dengan
yang memiliki nilai VEP1/KVP masing masing satu orang (14.3%).
obstruksi ringan terbanyak jatuh pada Berdasarkan hasil analisis yang
responden yang memiliki IMT dengan menggunakan rank Spearman
kategori overweight sebesar 34 orang didapatkan nilai.p-value.0,000..(P-value
(68.0%), dan paling sedikit jatuh pada ≤ 0,05) yang artinya...Ho..ditolak, hasil
IMT dengan kategori underweight tersebut menunjukkan terdapat hubungan
sebanyak lima orang (10.0%). yang signifikan...antara…IMT dengan
Responden yang memiliki nilai Rasio VEP1/KVP…pada pasien asma
VEP1/KVP obstruksi sedang terbanyak stabil di RSUD kota Mataram. Nilai
jatuh pada responden yang memiliki IMT koefisien korelasi Rank Spearman yang
dengan kategori overweight sebesar 16 didapatkan pada penelitian ini adalah
orang (94.1%). Dan responden yang sebesar..0.638 yang berarti kedua

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
160

variabel memiliki kekuatan hubungan sampel yang diteliti, diperoleh 14 orang


yang…kuat. Dan berdasarkan arah adalah laki-laki dan 33 orang adalah
hubungan, hasil analisis menunjukkan perempuan. Perbedaan antara hasil
arah hubungan kedua variabel adalah eksplorasi dengan penelitian masa lalu
positif. dapat terjadi karena jumlah pemeriksaan
dalam penelitian ini lebih banyak
PEMBAHASAN daripada pemeriksaan sebelumnya yang
Pada penelitian ini karakteristik memungkinkan sampel terambil acak,
usia responden dari 118 sampel, yang membuat orientasi seksual laki-laki
didapatkan kelompok tertinggi adalah menjadi dominan dalam pemeriksaan ini.
umur 20-30 tahun yang mana usia Hal ini juga didukung oleh eksplorasi
tersebut termasuk dalam kelompok usia yang diarahkan oleh Raji et al (2019) di
produkktif. Hasil ini sesuai dengan hasil Iran dengan peserta 5708 individu, yang
Anriyanti et al (2013) dan Rahmawati et menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
al (2014) menunjukan bahwa mayoritas yang besar pada kasus asma yang
usia responden yang mengalami bergantung pada orientasi seksual laki-
serangan asma berada pada usia laki (50,7%) dan jenis kelamin
produktif. Menurut Maulana et al (2020) perempuan (49,3%).
Tingkat asma pada usia produktif Dari hasil analisis berdasarkan
dikaitkan dengan paparan berturut-turut IMT, dari 118 sebagian besar penderita
terhadap alergen, merokok, variasi asma stabil di RSUD Kota Mataram
hormonal, peradangan, dan penyakit masuk dalam kategori IMT yang
pernapasan, dll. overweight sebanyak 55 orang (46.6%).
Korban asma stabil dalam Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
penelititan ini lebih dominan pada laki- diarahkan oleh Rahmawati et al (2014)
laki (68.6%) dibandingkan perempuan yang ditunjukkan pasien asma dengan
(31.4%). Hasil ini tidak sama dengan overweight lebih banyak (51,1%)
pemeriksaan yang dipimpin oleh daripada pasien asma dengan kategori
Haitamy et al (2015) dan Rahmawati et al normoweight (48,9%). Hasil tersebut
(2014) melaporkan dari 75 sampel yang juga didukung dengan penelitian
diteliti, sebanyak (62.3%) adalah Andriani et al (2019) yang memperoleh
perempuan dan (37.7%) adalah laki-laki. hasil Pasien asma dengan IMT kelebihan
Eksplorasi yang dipimpin oleh berat badan lebih banyak (49,2%),
Rahmawati et al (2014) juga memperoleh dibandingkan dengan asma dengan IMT
hasil yang serupa yaitu dari total 47 biasa (44,4%) maupun asma dengan

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
161

underweight sebesar (6,3%). Banyaknya dibandingkan dengan pasien asma tanpa


kasus asma dengan overweight ini obesitas. Berdasarkan arah hubungan,
dikarenakan, kondisi overweight akan hasil analisis menunjukkan arah
menyebabkan perubahan mekanik dan hubungan positif pada kedua variabel,
kimiawi sistem pernapasan, yang yang berarti bahwa kenaikan satu
menjadi mekanisme dasar dalam variabel berasosiasi dengan kenaikan
terjadinya asma (Rahmawati, 2014; variabel lain (berbanding lurus). Hal
Andriani, 2019). tersebut menunjukkan bahwa semakin
Hasil analisis berdasarkan nilai tinggi IMT pada pasien asma maka
VEP1/KVP dari 118 pasien asma di semakin besar derajat obstruksi pasien
RSUD Kota Mataram didapatkan tersebut (semakin memperkecil nilai
Sebagian besar penderita asma stabil di VEP1/KVP).
RSUD Kota Mataram masuk dalam Hasil dalam penelitian ini juga
kategori obstruksi ringan sebanyak 50 didapatkan bahwa jumlah pasien asma
orang (42.4%). Derajat obstruksi ringan yang mengalami obstruksi sedang
dapat terjadi karena beberapa hal seperti disertai IMT yang overweight lebih
keberhasilan terapi dan terkontrolnya banyak 17 orang (94.1%) jika
dari penyakit asma itu sendiri (GINA, dibandingkan dengan pasien asma yang
2019). mengalami obstruksi berat disertai IMT
Dalam analisis rank Spearman, overweight 7 orang (71.4%). Hal tersebut
terdapat hubungan yang sangat besar dapat dikarenakan beberapa faktor
antara IMT dengan proporsi VEP1 / KVP seperti teori yang disebutkan oleh GINA
pada pasien asma stabil di RSUD Kota (2019) bahwa, penyakit asma merupakan
Mataram 2019. Koefisiensi korelasi penyakit obstruksi saluran napas yang
Spearman (rs) pada penelitian ini sebesar sifatnya reversible. Hal ini menyebabkan
0,638, artinya kedua variabel memiliki pasien asma pasien asma yang
kekuatan korelasi yang kuat. Hal ini mengalami obstruksi berat masih
menunjukkan bahwa faktor IMT dapat memungkinkan untuk kembali ke
mempengaruhi sekitar 63.8% nilai obstruksi sedang, obstruksi ringan
VEP1/KVP pada pasien asma. Hasil maupun kembali ke keadaan normal jika
penelitian ini sesuai dengan eksplorasi mendapatkan pengobatan yang tepat.
Kasteleyn et al (2017) yang Faktor lain yang menyebabkan hal
menunjukkan bahwa pasien asma dengan tersebut adalah dalam penelitian ini,
berat badan berlebih memiliki nilai peneliti tidak dapat memastikan apakah
VEP1/KVP yang lebih rendah nilai VEP1/KVP yang diambil pada

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
162

rekam medik dilakukan pada awal mempengaruhi tekanan intra abdomen


perawatan atau setelah perawatan. Hal yang menyebabkan otot diafragma lebih
tersebut di dukung dengan hasil terangkat dibanding normal yang
penelitian Ananda (2020) yang nantinya mengakibatkan penurunan
menyatakan terdapat perbedaan nilai faal volume intra thorax dan berpengaruh
paru pasien asma pada awal perawatan terhadap kerja saluran napas perifer
dan setelah perawatan. sehingga menimbulkan keluhan subjektif
Sesuai dengan teori sebelumnya berupa dispnea dan akan memperberat
bahwa IMT adalah salah satu faktor keluhan sesak tersebut pada penderita
resiko yang menyebabkan atau asma. (Sudoyo, 2014; Berawi et al,
memperberat gejala dari penyakit asma. 2017).
Mekanisme yang mendasari korelasi Perubahan kedua yang terjadi
antara IMT dengan rasio VEP1 per KVP pada overweight adalah perubahan
pada penderita asma stabil ini adalah kimiawi. Jaringan adiposa pada obesitas
jumlah lemak tubuh yang berlebih dapat dipercaya memproduksi sejumlah
menjadi penyebab dari perubahan molekul pro-inflamasi seperti IL-6,
mekanik dan kimiawi pada sistem eotaxin, TNF-α, transforming growth
pernapasan (Baffi et al, 2015). Perubahan factor (TGF)-β1, leptin…serta beberapa
mekanik yang terjadi berupa mediator lipid. Produksi molekul pro-
peningkatan jaringan adiposa di dinding inflamasi tersebut meningkat pada
dada dan dinding perut. Peningkatan obesitas sehingga menimbulkan respons
jaringan adiposa ini menyebabkan inflamasi sistemik. Tubuh manusia
penekanan di dinding dada sehingga sendiri memiliki mekanisme pertahanan
mempengaruhi kerja otot dan tulang terhadap inflamasi sistemik dalam
pernapasan dan menyebabkan penurunan bentuk molekul adiponektin yang
daya complians paru, sehingga bersifat sebagai anti-inflamasi (Shore,
mengakibatkan penurunan functional 2008). Akan tetapi, keadaan obesitas
residual capacity (FRC). Menurut menyebabkan adiponektin mengalami
Sherwood (2014) FRC adalah volume penurunan sehingga efek inflamasi akan
cadangan ekspirasi dan volume residu semakin meningkat. Shore (2008)
paru yang mana terganggunya volume menyebutkan salah satu tempat
tersebut akan mempengaruhi dan mekanisme adiponektin bekerja adalah
memperberat nilai VEP1/KVP pada otot polos saluran napas. Beberapa
pasien asma. Jaringan adipose yang penelitian bahkan telah menyampaikan
berlebih di dinding perut juga akan bahwa penurunan adiponektin serum

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
163

dapat menyebabkan peningkatan dalam perawatan atau diakhir perawatan,


jumlah besar masa otot polos melalui intensitas paparan allergen, lama
remodeling pada asma. Mediator lain pengobatan dan lain sebagainya.
yang meningkan adalah leptin. Penyebab
obstruksi jalan napas pada asma yaitu DAFTAR PUSTAKA
hiperesponsif saluran napas dipercaya Andayani, N. 2017. Hubungan Obesitas
Terhadap Asma. Jurnal
sebagai akibat dari peningkatan leptin.
Kedokteran Syiah Kuala, 17(1),
Obstruksi jalan napas sendiri akan 54-59.
Andriani, F. P., Sabri, Y. S., &
menyebabkan hambatan udara saat
Anggrainy, F. 2019. Gambaran
ekspirasi, pemanjangan periode ekspirasi Karakteristik Tingkat Kontrol
Penderita Asma Berdasarkan
serta penurunan nilai VEP1 dan KVP
Indeks Massa Tubuh (IMT) di Poli
(Nair et al 2008; Sutherland et al 2008; Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang
pada Tahun 2016. Jurnal
Sabirini, 2011).
Kesehatan Andalas, 8(1), 89-95.
KESIMPULAN… Anriyanti, D., Jemadi, R. 2013.
Karakteristik penderita asma
Berdasarkan hasil pemeriksaan,
bronkial rawat inap di rumah sakit
hubungan antara IMT dan rasio umum daerah Langsa tahun 2009-
2012. Skripsi Universitas Sumatra
VEP1/KVP…pada…pasien asma stabil
Utara.
di RSUD Kota Mataram 2019 dapat Ananda, D., & Samosir, N. R. (2020).
Incentive Spirometry dan Chest
cenderung disimpulkan bahwa ada
Therapy Efektif Dalam
hubungan kuat antara.IMT dengan rasio Mengurangi Kekambuhan Pada
Kondisi Asma Bronkial. Jurnal
VEP1/KVP pada pasien asma stabil di
Ilmiah Fisioterapi, 3(2), 38-46.
RSUD Kota Mataram ditandai dengan p- Baffi, C. W., Winnica, D. E., & Holguin,
F. 2015. Asthma and obesity:
value 0,000 (p-value <0,050) dan senilai
mechanisms and clinical
koefisien korelasi 0,638 menandakan implications. Asthma research and
practice, 1(1), 1.
korelasi hubungan kedua variabel adalah
Berawi, K. N., & Ningrum, A. F. 2017.
kuat. Serta hasil analisis menunjukkan Faktor Risiko Obesitas dan
Kejadian Asma. Jurnal Majority,
arah hubungan kedua variabel adalah
6(2), 6-11.
positif. Fasitasari, M. 2013. Terapi Gizi pada
Lanjut Usia dengan Penyakit Paru
SARAN
Obstruktif Kronik (PPOK) Januari
Disarankan untuk peneliti - Juni 2013. Sains Medika. 5(1),
50-61.
selanjutnya yang tertarik melanjutkan
Fujianti, P., Hasyim, H., & Sunarsih, E.
penelitian ini agar dapat mengkaji faktor 2015. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Timbulnya
lain yang dapat menjadi faktor perancu
Keluhan Gangguan Pernapasan
dalam penelitian sebagai contoh, data pada Pekerja Mebel Jati Berkah
Kota Jambi. Jurnal Ilmu
yang diambil harus sejenis apakah diawal
Kesehatan Masyarakat, 6(3).

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890
164

GINA (Global Initiative for Astma). Ostrowski, S., & Barud, W. 2006. Factors
2019. Pocket Guide For Asthma Influencing Lung Function: Are
Management and Prevention. The Predicted. Journal of
Haitamy, N., & Kadarullah, O. 2017. physiology and pharmacology, 57.
Pengaruh Obesitas Terhadap Rahmawati, Galih Lidya, and
Terjadinya Penyakit Asma Di RS Muhammad Fachri. 2014.
Islam Fatimah Cilacap. Sainteks, Comparison of Various Degree of
12(2). Stable Asthmatic Patients With
Kasteleyn, M. J., Bonten, T. N., de Obesity and Normoweight at
Mutsert, R., Thijs, W., Hiemstra, P. Jakarta Islamic Hospital Sukapura.
S., le Cessie, S., Taube, C. 2017. JOURNAL OF THE INDONESIAN
Pulmonary function, exhaled nitric MEDICAL ASSOCIATION
oxide and symptoms in asthma Majalah Kedokteran Indonesia
patients with obesity: a cross- 64(2).
sectional study. Respiratory Raji, H., Idani, E., Madadizadeh, F.,
research, 18(1), 205. Cheraghian, B., Shoshtari, M. H.,
Kementerian RI tahun 2018. & Dastoorpoor, M. 2019.
http://www.depkes.go.id/resources Prevalence of asthma and other
/download/infoterkini/materi_rako allergic conditions in adults in
rpop_2018/Hasil%20Riskesdas%2 Khuzestan, southwest Iran, 2018.
02018.pdf – Diakses 26 Februari BMC public health, 19(1), 303.
2020. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Liu, Y., Pleasants, R. A., Croft, J. B., Badan Penelitian dan
Lugogo, N., Ohar, J., Heidari, K., Pengembangan Kesehatan.
& Kraft, M. 2015. Body mass Sutherland. T. J., Cowan, J. O., Young,
index, respiratory conditions, S., Goulding, A., Grant, A. M.,
asthma, and chronic obstructive Williamson, A., & Taylor, D. R.
pulmonary disease. Respiratory 2008. The association between
medicine, 109(7), 851-859. obesity and asthma: interactions
Maulana, Arief & Prihartono, Nurhayati between systemic and airway
& Yovsyah, Yovsyah. 2020. inflammation. American journal of
Hubungan Obesitas dengan Risiko respiratory and critical care
Kejadian Penyakit Asma pada medicine, 178(5), 469-475.
Perempuan Usia Produktif di Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia:
Indonesia. Jurnal Epidemiologi dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta:
Kesehatan Indonesia. 4(10). EGC.
Nair, P., Pizzichini, M. M., Kjarsgaard, Sabirina. N. A. 2011. Perbedaan Fungsi
M., Inman, M. D., Efthimiadis, A., Paru antara Penderita Asma
Pizzichini, E., & O'Byrne, P. M. Obesitas dan Normoweight rentan
2009. Mepolizumab for Usia 30-40 tahun di Poli Asma
prednisone-dependent asthma with RSUP Persahabatan periode
sputum eosinophilia. New England Agustus 2008-Agustus 2010.
Journal of Medicine, 360(10), 985- Skripsi Fakultas Kedokteran UPN
993. Veteran Jakarta, 1-47.
Nasiri, K, R., Hamedi, R., Nasirian, R., Shore, S, A. 2008. Obesity and asthma:
Farsani, M., Kashefi, H., Khalafi, Possible mechanisms. J Allergy
B., & Kooti, W. 2016. Association Clin Immunol. 121(5):1087-93.
of body mass index with asthma Sudoyo, A, W., Alwi, S, S., &
severity and pulmonary function Simadribata, K, M. 2014. Buku Ajar
among asthmatic children. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi
International Journal of VI. Departemen Ilmu Penyakit
Pediatrics, 4(9), 3551-3559. dalam FKUI. Jakarta.

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 06 No. 02 Juni 2021 e-ISSN 2620-5890

Anda mungkin juga menyukai