Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL TERAPI BERMAIN MEWARNAI

DIRUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG

Disusun Oleh:

1. Alya Sefia Salsabilla


2. Lailatul Izza
3. Apriliana Anastasya Sheila
4. Lailatul Mukarromah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan
suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain makanan, perawatan,
cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk
kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga
emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka
mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan
cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan
cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain.

B. Tujuan

1. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal


2. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap suatu
permainan
3. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat

C. Sasaran
Anak usia dini (0-6tahun)
BAB II

DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik sasaran
1. Anak usia prasekolah (0-6 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang Baitunnisa 1
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain.
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
5. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai
B. Analisis kasus

Penerapan terapi bermain mewarnai pada anak untuk menurunkan tingkat

kecemasan selama hospitalisasi anak usia 6 tahun dengan Susp thypoid

C. Prinsip bermain menurut teori bermain menurut para ahli

a. Herbert Spencer

Menurut Herbert Spencer (Catron & Allen, 1999) anak bermain karena mereka punya
energi berlebih. Energi ini mendorong mereka untuk melakukan aktivitas sehingga
mereka terbebas dari perasaan tertekan. Hal ini berarti, tanpa bermain, anak akan
mengalami masalah serius karena energi mereka tidak tersalurkan.

b. Moritz Lazarus

Menurut Moritz Lazarus, anak bermain karena mereka memerlukan penyegaran


kembali atau mengembalikan energi yang habis digunakan untuk kegiatan rutin
sehari-hari. Hal ini mengandung pengertian bahwa apabila tidak bermain anak akan
menderita kelesuan akibat ketiadaan penyegaran.

c. Erikson

Menurut Erikson (1963), bermain membantu anak mengembangkan rasa harga diri.
Alasannya adalah karena dengan bermain anak memperoleh kemampuan untuk
menguasai tubuh mereka, menguasai, dan memahami benda-benda, serta belajar
keterampilan sosial. Anak bermain karena mereka berinteraksi guna belajar
mengkreasikan pengetahuan. Bermain merupakan cara dan jalan anak berpikir dan
menyelesaikan masalah. Anak bermain karena mereka membutuhkan pengalaman
langsung dalam interaksi sosial agar mereka memperoleh dasar kehidupan sosial.

D. Karakteristik bermain

a. menyenangkan dan menggembirakan bagi anak

b. dorongan bermain muncul dari anak bukan paksaan orang lain

c. anak melakukan karena spontan dan sukarela

d. anak berlaku aktif


BAB III

METODOLOGI BERMAIN

A. DESKRIPSI PERMAINAN

Anak akan diberi 2 pilihan gambar pola karakter yang akan diwarnai, kemudian anak
mewarnai sesuai dengan kreasimya.

B. TUJUAN PERMAINAN
Mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah
sakit.

C. JENIS PERMAINAN
Mewarnai karakter yang disukai anak-anak

D. Alat yang diperlukan


1. Pensil warna
2. Gambar yang akan diwarnai

E. WAKTU PELAKSANAAN
1. Hari / Tanggal : Selasa, 9 Mei 2023
2. Waktu : 13:00 WIB
3. Tempat : Kamar 10.4 Ruang Baitunnisa RSI Sultan Agung Semarang

F. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI


1. Anak tidak menyukai tetapi
2. Anak bosan dengan terapi bermain
3. Anak tidak melakukan terapi bermain sesuai dengan apa yang telah direncanakan

G. ANTISIPASI UNTUK MEMINIMALKAN HAMBATAN


1. Waktu main jangan terlalu lama agar tidak bosan
2. Permainan bervariasi/tidak monoton
3. Libatkan keluarga selama proses bermain
4. Jadwal main disesuaikan
H. Pengorganisasian

Ketua : Alya Sefia Salsabilla

Sekretaris : Aprilliana Anastasya Sheila

Dokumentasi : Lailatul Mukarromah

I. Evaluasi (struktur, proses, hasil)

A. Struktur

1. Persiapan audience

a. Keluaraga bersedia megikutsertakan anak dalam bermain


b. Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan
c. Anak siap untuk melakukan kegiatan mewarnai

2. Lingkungan

a. Lingkungan bermain menunjang


b. Anak dapat terfokus perhatiannya pada fasilitator tanpa ada gangguan

B. Proses

1. Fasilitator memperkenalkan anak yang ikut bermain


2. Anak mamapu mewarnai gambar dengan baik
3. Anak dapat aktif dapat mengembangkan kreatifitasnya
4. Anak mampu bertahan dalam kegiatan tersebut sampai selesai

C. Hasil

1. Anak mampu mewarnai gambar


2. Anak mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam mewarnai gambar
3. Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan
4. Anak tidak ragu dalam melaksanakan permainan
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri,


dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak diorientasikan kepada hasil akhir,
fleksibel, aktif, dan positif. Bermain berbeda dengan eksplorasi dan bekerja. Eksplorasi
mengantarkan anak ke dalam “alam” bermain, sementara bekerja memiliki tujuan yang
pasti. Bermain terjadi karena anak-anak mempunyai energi berlebih sehingga mendorong
mereka untuk melakukan aktivitas agar mereka terbebas dari perasaan tertekan (Herbert
Spencer ) karena anak memerlukan penyegaran kembali atau mengembalikan energi yang
habis digunakan untuk kegiatan rutin sehari-hari (Moritz Lazarus) karena bermain
membantu anak mengembangkan rasa harga diri melalui kemampuan untuk menguasai
tubuh mereka, bendabenda, serta belajar keterampilan sosial (Erikson). Sementara itu,
Sigmund Freud melihat bermain sebagai sarana melepaskan kenangan dan perasaan yang
menyakitkan. Anak bermain karena mereka butuh melepaskan desakan emosi secara tepat.
Bagi Froebel, bermain adalah cara belajar bagi anak karena anak-anak belajar dengan
berbuat dari pengalaman nyata dan aktif secara fisik. Bermain, menurut Vygotsky,
merupakan sumber perkembangan anak, terutama untuk aspek berpikir karena melalui
bermain anak berinteraksi aktif dengan lingkungannya sebagai bahan untuk mengonstruksi
pengetahuan.

Bermain memiliki ciri (1) menyenangkan dan menggembirakan bagi anak; (2)
dorongan bermain muncul dari anak bukan paksaan orang lain; (3) anak melakukan karena
spontan dan sukarela, tidak diwajibkan; (4) semua anak ikut serta secara bersama-sama
sesuai peran masingmasing; (5) anak berlaku pura-pura, tidak sungguh-sungguh, atau
memerankan sesuatu; (6) anak menetapkan aturan main sendiri yang dipatuhi oleh semua
peserta bermain; (7) anak berlaku aktif; (8) bermain bersifat fleksibel.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, S. D. (2019) Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: PT BPK Media.

Hidayat, A. A. A. (2015). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta: Salemba


Medika

Soetjiningsih. (2016) Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta. Whaley and Wong, 1991
Lampiran 1

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai