Anda di halaman 1dari 8

SAINTIS, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN : 2443-2369

OPTIMALISASI PEMBUATAN TISU DARI BATANG PISANG KEPOK DENGAN METODE


ORGANOSOLV MENGGUNAKAN PEMANAS MICROWAVE

Widi Aprilia Ta’bi1, Hamsina2, Al Gazali3


1,2,3
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa
email : widiapriliatabi@gmail.com

Abstract
Batang pisang kepok merupakan salah satu limbah pertanian yang dapat dimanfatkan sebagai
bahan baku pembuatan pulp, karena mengandung selulosa, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
baku untuk pembuatan tisu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
pelarut etanol dan waktu pemasakan terhadap kadar pulp, uji penampakan tisu, uji mudah hancur dan
daya serap air. Proses yang digunakan pada penelitian ini adalah proses organosolv dengan menggukan
pemanas microwave. Ada pun variable yang diteliti adalah konsentrasi etanol yang digunakan pada
penelitian ini yaitu 5%, 10%, 15% dan 20% dan waktu pemasakan 15, 30, 45, dan 60 menit. Hasil yang
didapatkan menunjukkan bahwa kondisi optimum yang di peroleh yaitu pada konsentrasi etanol 10%
dengan waktu pemasakan selama 30 menit, yaitu: kadar pulp 81,86%, penampakan permukan agak
bersih, agak lembut, tidak berlubang dan tidak mudah luntur, daya hancur 82 detik dan daya serap 40
mm.

Kata Kunci : Tisu, Batang Pisang Kepok, Organosolv, Konsentrasi Etanol, Waktu Pemasakan.

1. PENDAHULUAN cek uang, dan dokumen penting lainnya


Peningkatan kebutuhan pulp sebagai bahan (Zulferiyeni 2009).
baku pembuatan tisu memberikan dampak yang Pada penelitian ini digunakan metode
kurang baik terhadap lingkungan karena sampai organosolv pada pembuatan pulp dengan
saat ini bahan baku utama pulp yang banyak memanfatkan gelombang mikro untuk
digunakan adalah kayu. Meningkatnya pemisahan serat dengan menggunakan pelarut
kebutuhan bahan baku mengakibatkan organik yaitu etanol. Kelebihan yang dihasilkan
ketersediaan bahan baku semakin lama semakin dari proses organosolv yaitu berupa rendemen
terbatas. Selain itu proses pulping yang pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi
dilakukan menggunakan bahan kimia yang sukar hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak ada
untuk didegradasi secara alami yang dapat unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap
merusak lingkungan. Penggunaan bahan baku lingkungan, dan juga dapat menghasilkan hasil
alternatif dalam industri pulp diyakini dapat samping berupa lignin dan hemiselulosa dengan
menjamin keberlangsungan industri pulp tingkat kemurnian tinggi (A.Mardhiah &
nasional dan mengantisipasi kerusakan hutan J.Misbahul, 2016). Proses ini sudah banyak
alam (Bahri,2015) terbukti dan dapat memberikan dampak yang
Batang pisang kepok (Musa Paradisiaca) baik bagi lingkungan sekitar dan sangat efisien
merupakan limbah pertanian yang berpotensi dalam pemanfaatan sumber daya hutan.
digunakan sebagai bahan baku pembuatan tisu, Penggunaan pelarut organik memiliki kelebihan
karena ketersediaan bahan baku yang berlimpah, yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur
mudah dibudidayakan dalam waktu relatif ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan
singkat dibandingkan kayu. Selain itu batang mudah, tidak ada unsur sulfur sehingga lebih
pisang kepok memiliki karakteristik serat yang aman terhadap lingkungan. Selain itu proses
baik sehingga cocok sebagai bahan baku pemasakan dengan menggunakan microwave
pembuatan pulp untuk pembuatan tisu. Serat lebih menguntungkan karena proses
batang pisang memiliki ketahanan yang tinggi memerlukan waktu yang singkat dan pada suhu
terhadap kelembaban dan awet disimpan dalam yang rendah serta pemanasan dengan gelombang
jangka yang lama. Serat batang pisang dapat mikro dapat meningkatkan pero\lehan kadar α-
dibuat kertas seperti kertas gambar, peta koran, selulosa dalam pulp pada pembuatan tisu.

57
SAINTIS, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN : 2443-2369

2. TINJAUAN PUSTAKA batang pisang dapat dibuat kertas seperti kertas


2.1. Batang Pisang gambar, peta koran, cek uang, dan dokumen
Pisang adalah nama umum yang diberikan penting lainnya (Zulferiyeni 2009).
pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar Kadar lignin dalam batang pisang kepok
memanjang dari suku Musaceae. Beberapa adalah 5-10%. Kadar lignin yang rendah dari
jenisnya (Musaacuminata, M. balbisiana, dan batang pisang kepok merupakan keuntungan lain
M. paradisiaca) merupakan tanaman karena proses pembuatan pulp relatif
perkebunan yang banyak dibudidayakan di membutuhkan bahan pemasak yang relatif
negara tropis seperti Indonesia. Pisang Kepok sedikit dan waktu yang relatif singkat sehingga
(Musa paradisiaca) adalah tanaman buah berupa memberikan keuntungan secara ekonomis.
herbal yang berasal dari kawasan di Asia Selain itu batang pisang lebih mudah
Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang dapat delignifikasi dan memerlukan kondisi memasak
tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan lebih ringan dan lebih cepat dibandingkan
panas dengan curah hujan optimal adalah 1.520- dengan sumber serat kayu (Nurani, 2011).
3.800 mm/tahun dengan dua bulan kering 2.2. Proses Organosolv
(Rismunandar,1990). Proses organosolv adalah proses pemisahan
Batang pisang merupakan salah satu limbah serat dengan menggunakan bahan kimia organik
(buangan) dari perkebunan pisang dapat juga seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan asetat, dan lain-lain. Proses ini telah terbukti
pulp, karena mengandung selulosa. Selulosa memberikan dampak yang baik bagi lingkungan
terdapat pada semua tumbuhan,dari pohon dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber
bertingkat tinggi hingga organisme primitive daya hutan. Dengan menggunakan proses
seperti lumut dan ganggang. Hampir semua organosolv diharapkan permasalahan lingkungan
tumbuhan yang mengandung selulosa dapat yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp dapat diatasi. Hal ini karena proses organosolv
(Fengel D. 1995). Menurut Building Material memberikan beberapa keuntungan, antara lain
and Technology Promotion Council, komposisi yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur
kimia serat batang pisang ditunjukkan pada ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan
Tabel dibawah ini. mudah, tidak menggunakan unsur sulfur
Tabel 1. Komposisi Kimia Serat Batang Pisang sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat
Kepok menghasilkan by-products (hasil sampingan)
Komposisi Kandungan (%) berupa lignin dan hemiselulosa dengan tingkat
Kimia kemurnian tinggi (Artati, Efendi & Haryanto,
Lignin 5-10 2009).
Selulosa 60-65 2.3. Microwave
Hemiselosa 6-8 Microwave oven merupakan ekstraksi
Air 10-15 menggunakan gelombang mikro pada proses
Sumber : Builing Material and Technology ektraksi. Selain itu microwave juga dapat
Promotion Council digunakan untuk diterapkan untuk proses
Selain itu batang pisang kepok memiliki delignifikasi. Menurut Chen (2007), microwave
karakteristik serat yang baik sehingga cocok dapat menggunakan pelarut tunggal atau
sebagai bahan baku pembuatan pulp untuk campuran dari berbagai macam pelarut. Setiap
pembuatan tisu. Serat batang pisang memiliki jenis pelarut mempunyai daya absorpsi terhadap
ketahanan yang tinggi terhadap kelembaban dan gelombang mikro dapat dilihat pada Tabel 2.
awet disimpan dalam jangka yang lama. Serat

58
SAINTIS, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN : 2443-2369

Tabel 2. Kemampuan absopsi berbagai 3.3. Penetapan Variabel


pelarut terhadap gelombang mikro A. Variabel tetap :
Rendah Sedang Tinggi • Berat batang pisang : 12 gram
• Larutan etanol : 1:50
CCL4 Aseton Diklorobenzena • Suhu pemasakan : 70ºC
Benzena Etil asetat 1-Butanol
B. Variabel bebas :
• Konsentrasi larutan etanol : 5; 10; 15; 20%
n-Heksan Asetonitril Metanol • Waktu pemasakan : 15; 30; 45; 60
menit
Toluena Klorofom Propandiol
3.4 . Prosedur Kerja
Diklorometana Air Etanol Tahap pengerjaan pada penelitian dibagi
menjadi lima tahap yaitu persiapan bahan baku,
Tetrahidrofuran DMF Etilenglikol pengujian awal kadar pulp dan kadar air
Menurut Ethaib (2015) menyatakan bahwa terhadap bahan baku, pembuatan pulp, proses
perlakuan awal gabungan antara microwave dan pemucatan (bleaching), pembentukan tisu
kimia yang diaplikasikan pada berbagai jenis (forming), dan uji kualitas tisu.
bahan baku yang berbeda menghasilkan selulosa 3.4.1 Persiapan Bahan Baku
yang tinggi dan menghilangkan lignin lebih Batang pisang kepok dibersihkan dengan air
banyak. Gelombang mikro memliki kemampuan kemudian dipotong kecil-kecil dengan ukuran 2-
dalam memecahkan struktur polimer dari 3 cm. Bahan baku yang telah dipotong dijemur
lignoselulosa. Berdasarkan hasil penelitian dibawah sinar matahari hingga kering. Batang
Kurniawan (2017) tentang pengaruh preteratmen pisang kepok siap digunakan.
buah kulit matoa dengan bantuan pemanasan 3.4.2 Pengujian Awal Bahan Baku
gelombang mikro menunjukkan bahwa a. Kadar Pulp
pemanasan dengan gelombang mikro dapat Menimbang 12 g batang pisang yang telah
meningkatkan perolehan kadar α-selulosa pada dikeringkan. Melarutkan batang pisang dengan
kulit buah matoa. Kadar α-selulosa yang pelarut etanol, kemudian memanaskan larutan
diperoleh melalui pemanasan dengan bantuan selama 30 menit. Menyaring larutan untuk
gelombang mikro adalah sebesar 77,16%. memisahkan pulp dengan larutan black liquor.
Mencuci pulp dengan aquadest, kemudian pulp
3. METODE PENELITIAN di keringkan di dalam oven pada suhu 105ºC
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian hingga berat konstan. Pulp yang telah
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dikeringkan di timbang, lalu dihitung %
dua bulan, yaitu pada bulan November sampai pulpnya.
dengan Desember 2019 di Laboratorium Jurusan b. Kadar Air
Teknik Kimia Universitas Bosowa Makassar. Panaskan botol timbang dalam oven pada
3.2 Alat dan Bahan Penelitian suhu 105ºC ± 3ºC selama 1 jam. Kemudian
a. Alat Penelitian botol timbang dipindahkan ke dalam desikator
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dan diamkan selama ± 10 menit, kemudian
yaitu gelas kimia, gelas ukur, Erlenmeyer, timbang. Ulangi pemanasan dan penimbangan
pengaduk, hot plate, oven, microwave, neraca sampai diperoleh berat tetap. Masukkan contoh
analitik, desikator, saringan, baskom, blender, ke dalam botol timbang yang telah diketahui
cetakan fiber 50 mesh. beratnya. Kemudian timbang contoh sebanyak 2
b. Bahan Penelitian : g ± 0,1 g (W1). Masukkan dalam botol timbang.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Memanaskan contoh selama 3 jam pada suhu
yaitu batang pisang kepok, larutan etanol 5, 10, 105ºC ± 3ºC. Dinginkan dalam desikator selama
5 dan 20%, larutan (H2O2) 2%, kitosan, tepung ± 10 menit. Kemudian timbang kembali hingga
tapioca, virgin coconut oil (VCO) dan aquadest. di peroleh bobot tetap (W2).

59
SAINTIS, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN : 2443-2369

3.4.3 Pembuatan Pulp Konsentrasi pelarut etanol yang digunakan pada


Bahan baku kemudian diuji kadar pulp dan penelitian ini yaitu 5, 10,15,20 %, sedangkan
kadar airnya terlebih dahulu dengan waktu pemasakan yang digunakan selama 15,
menggunakan oven. Kemudian bahan baku 30, 45, 60 menit.
sebanyak 12 g dan larutan etanol dengan variasi Pengujian kualitas tisu dihasilkan diuji
konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20% di dengan SNI 0103:2008 untuk mengetahui
masukkan dalam gelas piala dengan pengaruh konsentrasi pelarut dan waktu
perbandingan 1:50. Gelas piala ditutup dengan pemasakan. Pengujian kualitas tisu mencakup
aluminium foil kemudian dimakuskkan ke dalam uji kedaan lembaran yaitu mencakup uji
microwave paa suhu 70ºC. Microwave penampakan, uji mudah hancur dan uji warna.
dioperasikan pada variasi waktu pemasakan 15; Selain itu juga dilakukan uji daya serap air dan
30; 45 dan 60 menit. Hasil pemasakan disaring kadar pulp untuk mendaptakan kondisi optipum
untuk memisahkan larutan pemasak (black pada pembuatan tisu dari pisang kepok.
liquor) dari pulp Pulp yang telah bersih Berdasarkan hasil analisis kualitas tisu diperoleh
kemudian dicetak pada cetakan berbentuk data pada Tabel 4.1
persegi. Kemudian dikeringankan dalam oven NO Kualitas Tisu
Konsntrasi
pada suhu 100-1050C hingga berat konstan.
Pelarut (%)
Sehingga dihasilkan pulp kering berbentuk
lembaran. Uji Uji
3.6.4 Proses pemucatan (bleaching) Waktu Mudah Daya
Pulp
Pemasakan Hancur Serap
Memasukkan lembaran pulp ke dalam gelas (%)
(menit) (detik) (mm)
beker dan menambahkan H2O2 sebanyak 500
ml. Kemudian memasak larutan selama 1 jam
pada suhu 60ºC. Setelah itu mencuci dan 15 78,52 43 15
menyaring pulp dengan aquadest menggunakan 1 5 30 77,40 58 16
penyaring. Pulp yang sudah bersih dimasukkan 45 75,64 106 23
ke dalam blender kemudian ditambahkan kitosan 60 68,25 112 32
sebanyak 0,3 g (sebagai zat adiktif supaya tisu 15 78,34 66 17
lebih lembut). Kemudian menambahkan tepung 30 81,86 82 40
tapioka sebanyak 0,3 g (sebagai zat adiktif 2 10
45 76,78 123 26
supaya tisu lebih rekat) serta aquadest sebanyak 60 73,14 135 31
200 ml. Selanjutnya ditambahkan Virgin 15 77,99 85 19
Coconut Oil (VCO) sebanyak 4 ml (untuk 30 73,52 111 24
3 15
memperlembut atau sebagai soft tissue) lalu 45 68,47 139 32
semua campuran diblender sampai halus. 60 66,60 142 35
3.6.5 Proses pembentukan tisu (forming) 15 74,47 90 25
Pulp halus kemudian dicetak. Pulp tersebut 30 72,16 128 28
4 20
dicetak pada cetakan yang terbuat dari fiber 45 64.49 142 34
dengan ukuran 50 mesh dengan luas 20 x 30 cm. 60 58,84 152 39
Pulp yang telah dicetak selanjutnya dikeringkan
sehingga diperoleh produk tisu. 4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Awal Kadar Pulp terhadap
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan Baku
4.1 Hasil Penelitian Sebelum melakukan pembuatan pulp,
Pada penelitian ini dilakukan untuk membuat dilakukan pengujian awal kadar pulp pada bahan
tisu dari limbah batang pisang kepok dengan baku. Setelah melakukan pengujian didapatkan
metode organosolv, menggunakan larutan kadar pulp pada bahan baku awal adalah sebesar
pelarut yaitu larutan etanol dengan 60,62%. Kemudian dilakukan analisa kadar air
menggunakan pemanas microwave. Penelitian pada batang pisang yang telah dikeringkan.
ini dilakukan dua variasi yaitu konsentrasi Analisa kadar air merupakan rasio kandungan
pelarut etanol dan waktu pemasakan. air dalam bahan yang hilang selama proses

60
SAINTIS, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN : 2443-2369

pengeringan dibanding dengan bobot bahan dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi pelarut
awal. Pengujian kadar air bertujuan untuk etanol yang digunakan maka kadar pulp yang
mengetahui kadar pulp awal yang terkandung didapatkan semakin rendah. Penurunan kadar
dalam batang pisang . Berdasarkan pengujian pulp disebabkan karena penambahan konsentrasi
yang telah dilakukan kadar air sebesar 1,88% etanol mengakibatkan semakin besarnya
,sehingga kadar pulp awal pada batang pisang konsentrasi ion OH- yang ada pada larutan
adalah 58,74%. Menurut Rosmaniar (2017) yang pelarut sehingga kemampuan delignifikasi
melakuan penelitian tentang analisis bahan semakin baik. Selain itu berdasarkan Gambar
alternatif pada pembuatan kertas. Kadar pulp 4.1 juga menunjukkan semakin lama waktu
pada batang pisang berkisar antara 35,18 % - pemasakan menujukkan kadar pulp yang
61,43%. dihasilkan pula akan ikut menurun. Penurunan
Berdasarkan data analisa awal kadar pulp kadar pulp menunjukkan bahwa semakin
yang telah dilakukan pada bahan baku awal meningkatnya degradasi polisakarida dari
yaitu sebesar 58,74%. Dari data tersebut sebagian selulosa, hemiselulosa yang ikut telarut
menunjukkan bahwa potensi batang pisang dengan meningkatnya waktu pemasakan. Kadar
kepok untuk dijadikan bahan baku pembuatan pulp terbesar diperoleh pada variasi konsentrasi
pulp cukup besar memenuhi syarat bahan baku etanol 10% dengan waktu pemasakan selama 30
yang dapat digunakan dalam pulp yaitu lebih menit yaitu sebesar 81,86%. Sedangkan kadar
dari 40% (Stephenson, 1950). pulp terendah terdapat pada variasi konsentrasi
etanol 20% dengan waktu pemasakan selama 60
4.2.2 Analisis Kadar Pulp menit yaitu sebesar 58,84%.
Pengujian kadar pulp bertujuan untuk
mengetahui kualitas tisu yang akan dihasilkan. 4.2.3 Analisis Keadaan Lembaran Tisu
Semakin tinggi perolehan pulp maka semakin Uji keadaan lembaran tisu terdiri dari
bagus kualitas produk yang akan dihasilkan. beberapa pegujian yaitu pengujian penampakan,
Pada hasil analisis kadar pulp yang telah uji warna dan uji mudah hancur. Pengujian
dilakukan pada berbagai variasi konsentrasi penampakan tisu dilakukan dengan
etanol 5, 10, 15, dan 20% dan waktu pemasakan menggunakan panca indra yaitu dengan melihat,
15, 30, 45 dan 60 menit menunjukkan adanya meraba dan menerawang tisu.
penurunan kadar pulp yang dihasilkan. Hasil
perolehan kadar pulp pada berbagai operasi
dilihat pada Gambar 4.1
100

90
Kdar Pulp (%)

80
15 menit
30 menit
70
45 menit
60 60 menit
Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi etanol dan Gambar 4.2 Uji Keadaan Lembaran
waktu pemasakan terhadap kadar pulp (Penampakan dan Uji Warna Tisu).
50
0 10 20 30 Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Konsentrasi Etanol (%) dilakukan rata-rata tisu yang diperoleh memiliki
warna yang kurang bersih yaitu berwarna putih
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kekuning-kuningan. Selain itu tekstur tisu agak
konsentrasi etanol dan waktu pemasakan lembut hal ini dikarenakan proses blending
berpengaruh terhadap kadar pulp yang belum optimal sehingga menghasilkan tisu yang

61
SAINTIS, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN : 2443-2369

teksturnya berserat dan kasar. Selain itu Untuk pengujian warna pada lembaran tisu,
dikarenakan pada penelitian ini penambahan zat tisu direndam dalam air selama kurang lebih 60
adikitf yaitu tepung tapioca, kitosan dan VCO detik, bila air rendaman tidak berwarna
yang belum optimum sehingga warna yang menunjukkan bahwa tisu tidak luntur.
diperoleh tidak sama dengan tisu yang komersial
yang beredar di pasaran yang berwarna putih Tabel 4.4 Hasil Uji Warna Tisu Pada
bersih. Hasil pengujian penampakan tisu dengan Berbagai Variasi Kondisi Operasi.
variasi konsentrasi etanol 5, 10, 15 dan 20 %
dengan waktu pemasakn 15, 30, 45 dan 45 menit Waktu Uji Warna
dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Penampakan Tisu Pada Konsntri 15 30 45 60
Berbagai Variasi Kondisi Operasi. Etanol menit menit menit menit
Uji Penampakan Tisu 5% Tidak Tidak Tidak Tidak
luntur luntur luntur luntur
15 30 45 60 10% Tidak Tidak Tidak Tidak
menit menit menit menit luntur luntur luntur luntur
5 % Kurang Kurang Kurang Kurang 15% Tidak Tidak Tidak Tidak
bersih bersih bersih bersih luntur luntur luntur luntur
Tdk Agak Agak Agak 20% Tidak Tidak Tidak Tidak
lembut lembut lembut lembut luntur luntur luntur luntur
Tdk Tdk Tdk Lembut
berluba- berluba- berluba- Tdk Berdasarkan tabel diatas menujukkan bahwa
ng ng ng berlubang uji warna pada tisu dengan variasi konsentrasi
10 Kurang Kurang Kurang Kurang pelarut 5, 10, 15 dan 20% dan variasi waktu
% bersih bersih bersih bersih pemasakan 15, 30, 45 dan 60 menit menujukkan
Tdk Agak Agak Agak hasil yang sama yakni tidak luntur. Hal ini
lembut Lembut Lembut Lembut menunjukkan bahwa tisu dari pisang kepok
Tdk Tdk Tdk Tdk memiliki kualitas warna yang baik, karena tidak
berluba- berluba- berluba berlubang ada perubahan warna atau warna pada tisu tidak
ng ng ng luntur. Hal juga ini dikarenakan pada penelitian
15 Kurang Kurang Kurang Kurang ini tidak menggukana zat pewarna sehingga
% bersih bersih bersih bersih warna tisu tidak luntur.
Tdk Agak Agak Agak
Lembut lembut lembut lembut 4.2.4 Uji Mudah Hancur
Agak Tdk Tdk Tdk Hasil pengujian mudah hancur dalam air
berluba- berluba- berluba- berlubang pada tisu yang dihasilkan menunjukkan adanya
ng ng ng pengaruh variasi konsentrasi etanol dan waktu
20 Kurang Kurang Kurang Kurang pemasakan terhadap nilai mudah hancur pada
% bersih bersih bersih bersih tisu. Hal ini dapat dibuktikan pada Gambar 4.2
Tdk Agak Agak Agak
lembut lembut lembut Lembut
Agak Tdk Tdk Tdk
berluba- berluba- berluba- berlubang
ng ng ng

62
SAINTIS, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN : 2443-2369

160 45
140 40

Daya Serap Air (mm)


120 35
Waktu (detik)

30
100
15 menit 25 15 menit
80
30 menit 20 30 menit
60
45 menit 15 45 menit
40 10
60 menit 60 menit
20 5
0 0
0 10 20 30 0 10 20 30
Konsentrasi Etanol (%) Konsentrasi Etanol (%)

Gambar 4.3 Grafik Grafik Pengaruh Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Konsentrasi
Konsentrasi Etanol dan Waktu Pemasakan Etanol Terhadap Daya Serap Air Pada
Terhadap Uji Mudah Hancur Berbagai Waktu Pemasakan.

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan Dari grafik diatas menunjukkan adanya


adanya kenaikan waktu untuk uji mudah hancur kenaikan nilai daya serap. Semakin tinggi
pada tisu. Semakin tinggi konsentrasi pelarut konsentrasi pelarut maka semakin meningkat
maka semakin lama waktu yang diperlukan tisu daya serap air. Sedangkan untuk waktu
untuk terurai atau hancur. Sedangkan semakin pemasakan dimana semakin lama waktu
lama waktu pemasakan maka semakin lama tisu pemasakan maka semakin nilai daya serap
akan mudah hancur. Hal ini disebabkan karena airnya akan cenderung meningkat. Kenaikan
pada saat proses pulping berlangsung semakin nilai daya serap disebabkan karena semakin
tinggi konsentrasi dan semakin lama waktu tinggi konsntrasi pelarut dan semakin lama
pemasakan menyebabkan tisu akan semakin waktu pemasakan serat-serat yang terdapat pada
hancur kerena proses pulping sehingga tisu batang pisang akan semakin lembut dan hancur
menjadi lebih kuat karena seratnya semakin pada proses pulping sehingga membuat tisu
lembut dan merekat kuat. Berdasarkan data yang semakin lembut dan mempermudah penyerapan
telah diperoleh uji mudah hancur bekisar antara air dikarenakan permukaan tisu yang semakin
43- 152 detik. Menurut SNI 0103:2008 uji rata dan halus. Nilai daya serap air pada
mudah hancur maksimal 60 detik. Berdasarkan penelitian ini berkisar antara 15-40 mm.
hal tersebut nilai mudah daya hacur pada setiap Berdasarkan data yang telah diperoleh nilai daya
variasi memenuhi standar mutu kualitas tisu. serap air yang terbesar diperoleh pada variasi
Nilai uji mudah hancur yang tertinggi diperoleh konsentrasi etanol 10 % dengan waktu
pada variasi konsnsentrasi etanol 20% dengan pemasakan selama 30 menit yaitu sebesar 40
waktu pemasakan selama 60 menit yaitu sebesar mm. Sedangkan nilai daya serap air terkecil
152 detik . Sedangkan nilai uji mudah hancur yaitu 15 mm diperoleh pada variasi konsentrasi
terkecil yaitu 43 detik diperoleh pada variasi etanol 5% dengan waktu pemasakan 15 menit .
konsntrasi etanol 5% dengan waktu pemasakan Untuk standar kualitas mutu menurut SNI
15 menit . 0103:2008 untuk uji daya serap air minimal 30
mm.
4.2.5 Uji Daya Serap Air
Hasil uji daya serap air pada tisu pada 5. KESIMPULAN
berberbagai kondisi operasi dapat dilihat pada Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
Gambar 4.3 disimpulkan bahwa konsentrasi etanol dan
waktu pemasakan yang optimum, sesuai dengan
SNI 0103:2008 adalah pada konsentrasi pelarut
etanol 10% dengan waktu pemasakan 30 menit

63
SAINTIS, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN : 2443-2369

dengan hasil uji parameter masing-masing Rismunandar.1990. “Bertanam Pisang”. C.V.


sebagai berikut: Sinar Baru. Bandung.
• Kadar pulp 81,86 %
• Penampakan lembaran tisu agak bersih, Standarisasi Nasional Indonesia (SNI). 2008.
kurang lembut, tidak berlubang dan tidak SNI 0103:2008 Kertas Tisu Toilet. Jakarta:
mudah luntur. Badan Standarisasi Nasional (BSN).
• Daya hacur 82 detik
Mahmud, H., & Kasim, H. (2020, November).
• Daya serap air 40 mm
Program Kemitraan Masyarakat
Pengolahan Keripik Pisang Di Kecamatan
6. REFERENSI
Tidore Kota Tidore Kepulauan. In Seminar
Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian
Arita,Susila.2005. Proses dan Perancangan Kepada Masyarakat (SNP2M) (pp. 272-
Pembuatan Pulp Biomassa (Tandan 277).
Kosong Kelapa Sawit) dengan Pelarut
Mardhiah, A., J, Misbahul. 2016. “Pembuatan
Organik. Laporan Riset Unggulan Terpadu.
Ketas Kraft Dari Ampas Tebu”. Jurnal
Kementrian Riset dan Teknologi RI.
Edukasi Kimia. Vol.1, No.1, Hal 1-5.
Bahri, S., 2010, Pembuatan Pulp dari Batang
Nurani, Lis. 2011. “Pemanfaatan Batang Pisang
Pisang. Jurnal Teknik Kimia 4:2.
sebagai Bahan Baku Papan Serat dengan
Universitas Malikussaleh.
Perlakuan Termo Mekanis”. Balai
Chen, Y., Xie, M.Y., Gong, X.F., Penelitian Kehutanan Manado.
2007,”Microwave Assisted Extraction Used
Randa, A., Hermawati, H., & Tang, M. (2021).
for the Isotation of Total Triterpenoid
EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT
saponis from Ganoderma Atrum”. Jurnal
PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L)
Food Engineering, Vol.1, No.81, Hal 170-
DAN DIAPLIKASIKAN PADA SELAI
172.
TOMAT (Solanum lycopersicum). Jurnal
Ethaib, S., R. Omar, S., M. M. Kamal & R. A. Saintis, 2(1), 34-41.
Biak. 2015. “Microwave-Assisted
Zulferiyenni, Z., O, Nawansih., dan S,
Perlakuan awal Of Lignocellulosic
Hidayanti. 2009. “Proses Pembuatan Pulp
Biomass: A Review”. Journal of
Berbasis Ampas Tebu: Batang Pisang
Engineering Science and Technology. 97-
Dengan Metode Acetosolve”. Jurnal
109.
Teknologi Industri dan Hasil Pertanian
Fengel,D. dan G.Wegener. 1995 .“Kayu, kimia Volume 14. Lampung : Universitas
ultrastruktur reaksi-reaksi”. UGM Press: Lampung
Yogyakarta.
Gupta, T.N, 1998. “Building Material &
Technology Promotion Council”. Building
Material in India: Government of India.

Kurniawan, H., C.H, Garchia., A, Ayucitra., dan


Antaresti. 2017. “Pemanfaatan Kulit Buah
Matoa Sebagai Kertas Serat Campuran
Melalui Proses Pretreatment dengan
Bantuan Gelombang Mikro dan
Ulrasonik”. Jurnal Ilmiah Widya Teknik:
Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya.

64

Anda mungkin juga menyukai