Anda di halaman 1dari 11

PERAN GENERASI MUDA MEWUJUDKAN

KEADILAN DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA

Disusun Untuk Mengikuti Lomba Esai Yang Diselenggarakan Oleh


BEM FIS UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Disusun Oleh:

Andhani Putri Afriana

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

KOTA PADANG

2022

1
PENDAHULUAN

Keadilan merupakan komponen penting dari tingkat kesejahteraan


penduduk di dalam suatu negara. Maraknya demo hingga
menyebabkan bentrok merupakan contoh dari ketidakadilan yang
kerap terjadi di Indonesia. Rakyat kecil kerap menjadi tumbal
ketidakadilan bagi orang-orang yang memiliki jabatan dan kekuasaan.

Padahal, Negara Republik Indonesia didirikan untuk melindungi


segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Tetapi, saat ini keadilan di Indonesia diibaratkan bagaikan angin yang


lewat. Dapat bertiup ke kiri ataupun ke kanan asalkan ada uang. Hal
yang mungkin sering kita saksikan adalah banyaknya para pejabat
negara yang melakukan korupsi milyaran rupiah namun masih dapat
berkeliaran dengan bebas.

Oleh sebab itu, sudah seharusnya para generasi muda berperan


dalam menegakkan keadilan demi kebaikan seluruh rakyat Indonesia
terutama masyarakat kecil. Generasi muda memiliki peran penting
dalam menegakkan keadilan, karena memiliki jiwa juang, bijaksana,
semangat yang tinggi, serta kesadaran akan pentingnya sebuah
kejujuran hingga membawa pada keadilan. Para generasi muda
memegang kendali atas nasib bangsa ini, karena merekalah yang
akan menggantikan para pemimpin yang saat ini menduduki kursi
pemerintahan.

2
PEMBAHASAN

Di era globalisasi yang semakin maju, keadilan masih menjadi hal


yang sulit ditemukan. Hukum di Indonesia justru lebih tajam
menghukum kaum menengah ke bawah, tetapi tidak berdaya ketika
menghadapi kaum yang memiliki jabatan tinggi dan mempunyai
banyak uang. Padahal, sudah jelas bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum, seperti yang tertera pada Pasal 1 Ayat (3) UUD NRI
tahun 1954.

Ketidakadilan ini menimbulkan banyak permasalahan, rakyat


Indonesia dibuat menjerit akibat ketidakadilan yang diterima. Bahkan,
sampai-sampai ada istilah “hukum di Indonesia itu tajam ke bawah tapi
tumpul ke atas. Ini artinya, bahwa hukum di Indonesia lebih
menghukum kaum menengah ke bawah, tetapi justru tidak berdaya
ketika menghadapi kaum yang punya jabatan tinggi dan mempunyai
banyak uang. Hal ini tentu membuat rakyat Indonesia semakin
menderita akan ketidakadilan.

Menurut Aristoteles, keadilan merupakan kondisi pemberian hak


kepada setiap orang yang memang layak diterimanya. Aristoteles
mengemukakan pandangannya mengenai pemenuhun keadilan
dengan tuntutan pemenuhan hak masyarakat. Dalam pandangannya,
suatu masyarakat tidak hanya memikirkan tentang bentuk
pemerintahan yang terbaik, tetapi juga melibatkan pemikiran
mengenai bentuk pemerintahan yang termudah untuk memenuhi
keinginan masyarakat. Ia berpendapat bahwa keadilan merupakan
syarat untuk menetapkan hukum.

Menurut Nikodemus Thomas Martoredjo (2020) Negara Indonesia


telah menetapkan dirinya menjadi negara hukum, negara hukum
adalah konsep negara yang bersandar pada keyakinan bahwa
kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan
baik. Negara hukum memiliki syarat bahwa setiap tindakan dari
negara haruslah bertujuan untuk menegakkan kepastian hukum,

3
dilakukan secara setara, menjadi unsur yang mengesahkan
demokrasi, dan memenuhi tuntutan akal budi.

Namun, penegakan keadilan ini masih sulit ditemukan di negara yang


disebut sebagai negara hukum ini. Contohnya seperti pada kasus
yang sempat viral beberapa waktu lalu, yaitu kasus Jaksa Pinangki.
Menurut sumber kompas.com, nama Pinangki Sirna Malasari atau
lebih dikenal dengan Jaksa Pinangki mulai terdengar dalam satu
tahun terakhir setelah terlibat dalam kasus Djoko Tjandra.

Jaksa Pinangki ditetapkan menjadi tersangka tindak pidana suap,


pencucian uang, dan pemufakatan jahat dalam perkara terpidana
kasus Djoko Tjandra. Setelah semua proses persidangan, Majelis
Hakim Pengadilan memutuskan bahwa Pinangki terbukti bersalah dan
hakim menjatuhkan vonis hukuman 10 tahun penjara dan denda 600
juta kepada Pinangki.

Namun, Pinangki mengajukan banding dan Majelis Hakim


mengabulkan permohonan banding itu dan memangkas hukuman
Pinangki menjadi 4 tahun penjara dan denda 600 juta. Pertimbangan
hakim atas pemangkasan hukuman ini adalah karena Pinangki telah
mengaku bersalah serta ikhlas dipecat dari profesi sebagai jaksa,
Pinangki juga merupakan ibu dari anak yang masih balita sehingga
layak diberi kesempatan untuk mengasuh anaknya, dan yang terakhir
karena Pinangki sebagai wanita harus mendapat perhatian,
perlindungan, dan diperlakukan secara adil.

Meski telah dinyatakan bersalah sejak 5 Juli 2021, Pinangki tak


kunjung dieksekusi dan pada akhirnya Pinangki dijebloskan pada 3
Agustus 2021. Bahkan Pinangki tak kunjung dipecat dan masih
menerima gaji. Namun, pada 6 Agustus 2021 Pinangki diberhentikan
secara tidak terhormat.

Lain pula dengan kasus yang dialami Asyani, seorang perempuan


berusia 63 tahun di Situbondo, Jawa Timur. Menurut sumber

4
kompas.com, ia divonis satu tahun penjara dengan masa percobaan
15 bulan dan denda 500 juta karena bersalah mencuri kayu jati miliki
Perhutani. Di persidangan, Asyani mengaku kayu tersebut bukan
curian dan telah ia simpan sejak lama. Namun, Asyani tidak dapat
menunjukkan surat keterangan asal usul kayu tersebut. Bahkan
Achmad Sodikin, mantan Hakim Konstitusi yang pernah menjadi saksi
untuk Asyani meragukan bukti yang digunakan dalam pengadilan.

Dari kedua kasus diatas kita dapat melihat bahwa hukum di Indonesia
masih belum adil. Tindakan yang dilakuakan Pinangki tentu harus
mendapatkan hukuman yang setimpal. Sedangkan, tindakan
pencurian yang dilakukan Asyani juga tidak dapat dibenarkan karena
tidak terdapat bukti yang kuat. Namun, kita juga harus mengetahui
bahwa hukum memiliki prinsip kemanusiaan. Prinsip kemanusiaan ini
di dalam hukum humaniter adalah Asas Equality Before The Law yang
merupakan manifestasi dari Negara Hukum sehingga harus adanya
perlakuan sama bagi setiap orang di depan hukum.

Adanya fenomena ketidakadilan hukum ini terus terjadi seiring


berjalannya waktu. Kita tentu dapat menyaksikan sendiri. Diskriminasi
perlakuan hukum antara mereka yang memiliki uang dan yang tidak
memiliki uang, antara mereka yang berkuasa dan yang tidak memiki
kekuasaan. Realita hukum justru dibuat untuk menghancurkan
masyarakat miskin dan menanjung masyarakat elit.

Seperti yang dapat kita saksikan di televisi, para koruptor yang


memiliki jabatan dan menghabiskan uang negara sampai milyaran
rupiah masih dapat tersenyum dan melambaikan tangan ke arah
kamera setelah dijatuhkan hukuman, sedangkan masyarakat miskin
hanya dapat tertunduk lemah dan pasrah. Padahal di dalam Pasal 28
D ayat (1) UUD RI secara tegas disebutkan bahwa “Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”.

5
Maka sudah seharusnya perlu lebih banyak evaluasi-evaluasi yang
harus dilakukan dan harus ada tindakan lanjut yang jelas mengenai
ketidakadilan hukum yang semakin menjadi.

Sebagai generasi muda yang memiliki banyak peran di dalam


perubahan, kita harus mempersiapakan diri dengan sebaik-baiknya
dalam proses untuk kemajuan bangsa kita. Orentasi pembangunan
pembenahan sistem politik harus semakin ditingkatkan agar
masyarakat kecil tidak lagi merasakan ketidakadilan.

Meningkatkan kesadaran hukum sebagai generasi penegak hukum


juga sangat dibutuhkan. Generasi muda dapat berperan sebagai
kekuatan moral, kontrol sosial dalam segala aspek pembangunan
nasional yang akan berdampak besar bagi perkembangan dan
pertumbuhan hukum bangsa Indonesia.

Generasi muda akan menjadi tumpuan cemerlang agar terwujudnya


keadilan hukum di negara ini. Kemampuan dalam menganalisis
permasalah bangsa mulai dari pendidikan, ekonomi, teknologi, dan
pemerintahan akan membantu kemajuan negara. Oleh sebab itu
jadilah generasi muda yang cerdas agar dapat menciptakan
perubahan yang lebih baik untuk negara Indonesia dan agar dapat
tercipta negara yang menjunjung tinggi keadilan.

6
PENUTUP

Negara Republik Indonesia dibentuk untuk mewujudkan cita-cita


seperti yang tertera pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun
1945. Kita harus sama-sama saling merangkul untuk memberikan
perlindungan untuk diri kita sendiri dan orang-orang disekitar. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan keadilan.
Dengan terciptanya keadilan, maka masyarakat akan merasa damai.

Generasi muda harus menanamkan dan melakukan hal-hal seperti


menghormati dan menghargai sesama sejak dini sehingga apabila
suatu saat nanti kita menjadi pemimpin akan berpengaruh terhadap
negara serta sila ke-5 dari Pancasila dapat tercipta di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sirait I F K, D 2016, Tentang keadilan, Quereta, dilihat 08 Juli 2022,


<https://www.qureta.com/post/tentang-keadilan>.

Purwanto, ‘Perwujudan keadilan dan keadilan sosial dalam negara


hukum Indonesia perjuangan yang tidak mudah dioperasionalkan’.

Haliza W N, D 2021, Mencari keadilan bagi rakyat kecil, Kawan


hukum.id, dilihat 08 Juli 2022, <https://kawanhukum.id/mencari-
keadilan-bagi-rakyat-kecil/>.

Admintv, D 2015, Ketidakadilan hukum di Indonesia serasa


mencekikku, Artikel cerdas hukum, dilihat 09 Juli 2022
<https://lsc.bphn.go.id/artikel?id=330>.

Rizal J G, D 2021, Kilas balik kasus Jaksa Pinangki dari viral di


medsos hingga keengganan JPU ajukan asasi, Kompas.com, dilihat
10 Juli 2022,
<https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/07/200500965/kilas-
balik-kasus-jaksa-pinangki-dari-viral-di-medsos-hingga-keengganan-
jpu?page=all>

Harruma I, D 2022, Kasus-kasus ketidakadilan di Indonesia,


Kompas.com, dilihat 10 Juli 2022,
<https://nasional.kompas.com/read/2022/03/24/01300001/kasus-
kasus-ketidakadilan-di-indonesia?page=all>.

8
9

Anda mungkin juga menyukai