Laporan Kasus GEA
Laporan Kasus GEA
Vomiting Profuse
RACHMAH KHOERUNNISA
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
dr. Rachmah Khoerunnisa
Komisi Pembimbing
Pembimbing
DPJP
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
3
ABSTRAK
Pendahuluan : Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Diare yang berlangsung lebih dari 2
minggu dianggap diare kronis. Berdasarkan Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian
pada 42% bayi dan 25% pada anak usia 1-4 tahun. Mekanisme utama penularan patogen diare
adalah dari orang ke orang melalui rute fekal oral atau melalui konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi. Dua jenis dasar diare infeksi akut adalah noninflamasi dan inflamasi.
Enteropatogen menimbulkan diare noninflamasi melalui produksi enterotoksin oleh beberapa
bakteri, penghancuran sel vili (permukaan) oleh virus, perlekatan oleh parasit, dan perlekatan
dan/atau translokasi oleh bakteri. Sebaliknya, diare inflamasi biasanya disebabkan oleh bakteri
yang menyerang usus secara langsung atau menghasilkan sitotoksin. Diare akut atau diare dengan
durasi singkat dapat dikaitkan dengan salah satu penyebab enteritis bakteri, virus, atau parasite.
Lintas diare yaitu (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5) Edukasi.
Laporan Kasus : Seorang anak permpuan berusia 10 bulan datang dengan keluhan BAB Cair >
10 kali/hari, ampas (+), lendir (+), darah (-) sejak 1 hari sebelum masuk RS. Ibu pasien mengatakan
pasien muntah setiap makan minum, frekuensi +- > 10 kali sejak kemarin. Ibu pasien juga
mengatakan pasien mengalami demam sejak kemarin pagi (23/3/22). Nafsu makan menurun. BAK
(+) dalam batas normal. Keluhan batuk dan pilek disangkal. Riwayat imunisasi lengkap hingga
imunisasi campak usia 9 bulan. Pasien riwayat minum ASI (+) sampai saat ini. Keluhan sesak
disangkal. Keluhan mimisan/gusi berdarah/perdarahan spontan disangkal. Pasien lahir secara
normal dengan Berat Badan Lahir 3100 gr di bidan. Ibu pasien mengaku selalu menjaga kebersihan
setiap makanan yang disajikan untuk anaknya. Tanda vital didapatkan suhu 39.2 C. Pada
pemeriksaan statusi generalis didapatkan mata cowong. Pada pemeriksaan abdomen tampak perut
cembung, BU (+) meningkat serta turgor kembali agak lambat. Pada pemeriksaan laboratorium
darah lengkap didapatkan peningkatan leukosit yaitu 11.300 serta pada feses lengkap didapatkan
adanya lender (+), leukosit (+) serta sisa makanan (+). Pasien kemudian diberikan terapi Infus
KAEN 3B 500cc/6 jam selanjutnya 700 cc/24 jam, Inj Pamol 4 x 70 mg, jika masih demam berikan
Inj santagesik 70 mg, Inj Ondancentron 3x1 mg, Inj Omeprazole 1 x 5 mg, Inj Cefotaxime 3 x 250
4
mg skintest, Zinc 1 x 20 mg per oral. Pasien menunjukkan tanda klinis yang membaik setelah
menjalani rawat inap selama 3 hari dan akhirnya dipulangkan.
Kesimpulan : Laporan kasus yang sering terjadi ini menekankan perlunya promotif dan preventif
terhadap masyarakat mengenai gastroenteritis akut, yang mana perlunya pemahaman masyarakat
khususnya mengenai tanda dan gejala diare yang jika tidak ditangani segera dan tidak tepat dapat
berlanjut menyebabkan dehidrasi berat bahan kematian serta perlunya pengetahuan mengenai
penanganan segera terhadap dehidrasi tersebut. Pentng pula untuk mengetahui berbagai faktor
risiko diare akut khususnya pada anak yang lebih cepat untuk terjadinya dehidrasi dibanding diare
pada orang dewasa.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Diare pada anak-anak terjadi sekitar 5 juta kematian per tahun di negara berkembang.
Berdasarkan Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25% pada
anak usia 1-4 tahun. Mekanisme utama penularan patogen diare adalah dari orang ke orang melalui
rute fekal oral atau melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Enteropatogen yang
menular dalam inokulum kecil (Shigella, E. coli O157:H7, virus enterik, G. lamblia, C. parvum,
dan E. histolytica) dapat ditularkan melalui kontak orang ke orang. Faktor-faktor yang
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi enteropatogen termasuk usia muda, defisiensi imun,
campak, malnutrisi, perjalanan ke daerah endemik, kurangnya menyusui, paparan kondisi tidak
bersih, konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, tingkat pendidikan ibu, dan kehadiran di
pusat penitipan anak.
Dua jenis dasar diare infeksi akut adalah noninflamasi dan inflamasi. Enteropatogen
menimbulkan diare noninflamasi melalui produksi enterotoksin oleh beberapa bakteri,
penghancuran sel vili (permukaan) oleh virus, perlekatan oleh parasit, dan perlekatan dan/atau
translokasi oleh bakteri. Sebaliknya, diare inflamasi biasanya disebabkan oleh bakteri yang
6
menyerang usus secara langsung atau menghasilkan sitotoksin. Beberapa enteropatogen memiliki
lebih dari satu sifat virulensi. Diare akut atau diare dengan durasi singkat dapat dikaitkan dengan
salah satu penyebab enteritis bakteri, virus, atau parasit yang diketahui (Kotak 321-1). Diare kronis
atau persisten yang berlangsung selama 14 hari atau lebih dapat disebabkan oleh (1) agen infeksi
seperti Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, dan Escherichia coli enteroaggregatif atau
enteropatogenik; (2) setiap enteropatogen yang menginfeksi pejamu yang mengalami gangguan
sistem imun; atau (3) gejala sisa akibat kerusakan usus oleh enteropatogen setelah infeksi akut.
Durasi dan keparahan diare, konsistensi tinja, adanya lendir dan darah, dan gejala terkait
lainnya, seperti demam, muntah, dan kejang, harus ditentukan. Demam menunjukkan proses
inflamasi dan juga terjadi akibat dehidrasi. Mual dan muntah adalah gejala nonspesifik, tetapi
muntah menunjukkan organisme yang menginfeksi usus bagian atas, seperti virus enterik, bakteri
penghasil enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium. Demam sering terjadi pada pasien dengan
diare inflamasi, nyeri perut lebih parah, dan tenesmus dapat terjadi di perut bagian bawah dan
rektum, menunjukkan keterlibatan usus besar. Emesis sering terjadi pada diare noninflamasi;
demam biasanya tidak ada atau derajat rendah; nyeri kram, periumbilikal, dan tidak parah; dan
diare berair, menunjukkan keterlibatan saluran usus bagian atas.
Penatalaksanaan dehidrasi tetap menjadi landasan dalam pendekatan pada pasien dengan
diare. Anak-anak, terutama bayi, lebih rentan daripada orang dewasa terhadap dehidrasi karena
kebutuhan cairan dan elektrolit basal yang lebih besar per kilogram dan karena mereka bergantung
pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan ini. Pasien dengan diare dan kemungkinan dehidrasi
harus dievaluasi untuk menilai derajat dehidrasi yang terlihat dari tanda dan gejala klinis,
kehilangan yang berkelanjutan, dan kebutuhan sehari-hari.
Hidrasi oral biasanya merupakan pengobatan pilihan untuk semua kecuali pasien dehidrasi paling
parah yang pengasuhnya tidak dapat memberikan cairan. Rehidrasi cepat dengan penggantian
cairan yang hilang selama 4-6 jam pertama harus dilakukan dengan menggunakan larutan rehidrasi
oral yang sesuai. Setelah pasien direhidrasi, larutan pemeliharaan yang diberikan secara oral harus
digunakan. Makanan dengan karbohidrat kompleks (misalnya, nasi, gandum, kentang, roti, dan
sereal), daging tanpa lemak, yogurt, buah-buahan, dan sayuran dapat ditoleransi dengan lebih baik.
Makanan berlemak atau makanan tinggi gula sederhana (termasuk jus dan soda berkarbonasi)
harus dihindari.
7
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria yaitu tanpa dehidrasi
(kehilangan cairan <5% berat badan) dengan kriteria tidak ditemukan tanda utama dan tanda
tambahan, keadaan umum baik, sadar, ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata
ada, mukosa mulut dan bibir basah, turgor abdomen baik, bising usus normal, akral hangat.
Lintas diare yaitu (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5) Edukasi.
Pada jenis diare tanpa dehidrasi diberikan cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW
ORALIT diberikan 5-10 mL/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun
sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di atas 5 tahun semaunya.
ASI harus terus diberikan.
Pada diare dengan dehidrasi ringan-sedang diberikan cairan rehidrasi oral (CRO)
hipoosmolar sebanyak 75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah
terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair.
Sementara, pada diare dengan dehidrasi berat diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan
ringer laktat atau ringer asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian yaitu umur kurang dari 12
bulan sebesar 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam
berikutnya, Umur di atas 12 bulan sebesar 30 mL/kgBB dalam 1⁄2 jam pertama, dilanjutkan 70
mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
Referensi
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Indonesian Pediatric Society. Diare. cited 2014
jan13] Avaliable from http://idai.or.id
8
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. A
Umur : 10 bulan 5 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Krajan RT/RW 4/13, Ketapang, Banyuwangi
Masuk RSUD : 24 April 2022
No. RM : 27-18-45
9
Pasien m e r u p a k a n a n a k d a r i s e o r a n g a y a h y a n g bekerja sebagai buruh.
Penghasilan perbulan ± Rp 1.500.000,00 .
Biaya pengobatan pribadi.
Kesan: sosial ekonomi cukup.
STATUS GENERALIS
Kepala : Mesosefal
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
3 mm/ 3 mm , reflek cahaya ( + / +), cowong (+/+)
Telinga : Discharge (-/-)
Hidung : Napas cuping (-), discharge (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Leher : Simetris, deviasi trakea (-), pembesaran nnll (-)
Thorax : jejas (-), retraksi dinding dada (-)
Paru : I : Simetris saat statis dinamis
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Au : Suara dasar vesikuler, ronki (-/-), Wheezing (-/-)
10
Jantung : I : Ictus cordis tak tampak
Pa : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS
Pe : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Bunyi jantung I-II murni, bising (-)
Abdomen
I : Cembung
Au : Bising usus (+) meningkat
Pe : timpani seluruh lapang abdomen
Pa : Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba, turgor kembali agak lambat
11
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Laboratorium Darah ( 24 April 2021 )
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Leukosit 11.3 103/uL 3.8 – 10.6
Limfosit 41.1 % 20 – 40
Mx 11.6 % 0.8 – 10.8
Neutrofil 47.3 % 73.7 – 89.7
ALC 4.6 103/uL 0.8 – 4
Eritrosit 5.15 106/uL 4.4 - 5.9
MCV 70.3 fL 80 – 100
MCH 22.5 Pg 26 – 34
MCHC 32.0 g/Dl 31 - 36
Hemoglobin 11.6 g/Dl 13.2 – 18
Hematokrit 36.2 % 40 – 52
Trombosit 462 103/uL 150 – 440
Kimia Klinik
GDA 77 mg/dL 70 – 125
Elektrolit
Natrium 140.6 mmol/L 135 – 145
Kalium 4.67 mmol/L 3.3 – 5.5
Klorida 119.0 mmol/L 98 – 108
Kalsium Ion 2.47 mg/dL 2.15 - 2.5
Rapid Antigen SARS Cov-2 Negatif Negatif
12
Kesan :
- Cor dan pulmo tidak ada kelainan
13
D. DIAGNOSIS
GEA dengan dehidrasi ringan-sedang
E. INITIAL PLAN
Ip Dx : S: -
O: -
Ip Rx :
• Infus KAEN 3B 500cc/6 jam selanjutnya 700 cc/24 jam
• Inj Pamol 4 x 70 mg, jika masih demam berikan Inj santagesik 70 mg
• Inj Ondancentron 3x1 mg
• Inj Omeprazole 1 x 5 mg
• Inj Cefotaxime 3 x 250 mg skintest
• Zinc 1 x 20 mg per oral
14
Inj Pamol 4 x 100 mg, jika masih demam berikan Inj santagesik 70 mg
Inj Ondancentron 3x1 mg
Inj Omeprazole 1 x 5 mg
Inj Cefotaxime 3 x 250 mg (H2)
Zinc 1 x 20 mg per oral
Probiokid 2x1 cth per oral
Cek Feses Lengkap
15
• A : Vomiting profuse (perbaikan) + GEA dengan dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
• P : Infus KAEN 3B 700 cc/24 jam
Inj Pamol 4 x 100 mg, jika masih demam berikan Inj santagesik 70 mg
Inj Ondancentron 3x1 mg
Inj Omeprazole 1 x 5 mg
Inj Cefotaxime 3 x 250 mg (H3)
Zinc 1 x 20 mg per oral
Probiokid 2x1 cth per oral
16