Anda di halaman 1dari 7

Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DENGAN


KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MAYUMBA PROVINSI SULAWESI TENGAH

Fien Lumolo
2
Odi R. Pinontoan
2
Joy M. Rattu

Program Studi Epidemiologi Pascasarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat


2
Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas SamRatulangi Manado
Email: lumolofien@yahoo.com/082191360332

Abstract: Malaria is a re-emerging disease (can spread back by the large number) and
still being a problem in Indonesia. This disease is caused by Plasmodium. This study
aimed to analyze the risk factors towards malaria in This was an analytical
observational study with a case control approach (retrospectively) in the working area
of Mayumba Community Health Center, Morowali, Middle Celebes Province.
Samples were 94 respondents and the ratio of cases and controls was 1:1, therefore,
there were a total of 188 peoples obtained by using the simple random sampling. From
the results it can be concluded that there was a significant relationship between
behavioral factors (knowledge, attitude, be out of the house at night, and hanging
clothes in the house) and the incidence of malaria in Mayumba Health Center. It is
advisable to the District Health Department and Community Health Center Morowali
Mayumba to conduct a survey aiming to determine entomology vector bionomic
which will be useful against malaria.
Keywords: behavior, malaria incidence

Abstrak: Malaria merupakan penyakit yang re-emerging (menular kembali secara


massal) dan masih merupakan masalah di Indonesia. Penyakit menular ini disebabkan
oleh Plasmodium. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko terhadap
kejadian malariadi wilayah kerja Puskesmas Mayumba Kabupaten Morowali Provinsi
Sulawesi Tengah. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan pendekatan case
control (retrospektif). Besar sampel penelitian ini sebanyak 94 responden, dengan
perbandingan antara kelompok kasus dan kontrol 1:1 sehingga total sampel sebanyak
188 orang. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling.
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara faktor
perilaku (pengetahuan, sikap, keluar rumah pada malam hari, dan menggantung
pakaian di dalam rumah) dengan kejadian malaria di Puskesmas Mayumba.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali dan Puskesmas Mayumba
agar melakukan survei entomologi yang bertujuan untuk mengetahui bionomik vektor
yang akan berguna dalam upaya penanggulangan malaria.
Kata kunci: perilaku, kejadian malaria

865
Lumolo, Pinontoan, Rattu: Analisis hubungan antara faktor perilaku dengan ...

Penyebaran penyakit malaria berbeda dari Puskesmas Mayumba merupakan


negara satu dengan negara yang lain, dari puskesmas yang berada diurutan kedua
satu kabupaten dengan kabupaten lain, setelah Puskesmas Tinompo untuk kejadian
bahkan satu wilayah dengan wilayah malaria yang tinggi dngan jumlah penderita
lainnya. Malaria ditemukan dilebih dari semakin bertambah setiap tahunnya. Pada
100 negara terutama terbatas pada daerah tahun 2013, di puskesmas Mayumba terjadi
tropis dari benua Afrika, Asia dan Amerika KLB malaria dengan jumlah kasus 205, dan
Latin. Penduduk yang berisiko terkena pada tahun 2014 menurun menjadi 141
malaria berjumlah sekitar 2,3 milyar atau kasus malaria.³
14% dari penduduk dunia. Sejak tahun Upaya pencegahan dan pemberantasan
2000 sampai tahun 2012 rata-rata kematian penyakit malaria telah dilaksanakan oleh
akibat penyakit malaria pada semua Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali di
kelompok umur sebesar 45% dan 51% pada antaranya penyemprotan rumah penduduk,
anak usia dibawah 5 tahun.¹ pembagian kelambu berinsektisida, dan
Malaria pada penduduk Indonesia pengobatan penderita. Kenyataannya
tahun 2013 adalah mengalami penurunan sampai saat ini penyakit malaria di
1,9% dibanding tahun 2007 (2,9%), tetapi Kabupaten Morowali masih belum dapat
di Papua Barat mengalami peningkatan diselesaikan dengan tuntas. Berdasarkan
tajam jumlah penderita malaria. Prevalensi latar belakang di atas maka peneliti tertarik
malaria tahun 2013 adalah 6,0%. Lima untuk melakukan penelitian tentang analisis
provinsi dengan insiden dan prevalensi hubungan antara faktor perilaku dengan
tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), kejadian malaria di Wilayah Kerja
Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Puskesmas Mayumba Kabupaten Morowali
Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014.
Tengah (5,1%) dan 12,5%), dan Maluku
(3,8% dan 10,7%). Dari 33 provinsi di METODE PENELITIAN
Indonesia, 15 provinsi mempunyai Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
prevalensi malaria di atas angka nasional, kerja Puskesmas Mayumba Kabupaten
sebagian besar berada di Indonesia Timur, Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.
hal ini disebabkan karena adanya Populasi kasus adalah semua orang yang
keterbatasan sumber daya pemerintah dalam sediaan darahnya ditemukan
dalam masalah tenaga dan dana serta Plasmodium berdasarkan hasil pemeriksaan
tingginya perbedaan endemisitas antar mikroskopis dan populasi kontrol adalah
daerah juga dianggap menjadi tantangan semua orang yang dalam sediaan darahnya
penanggulangan malaria. Provinsi di Jawa- tidak ditemukan Plasmodium berdasarkan
Bali merupakan daerah dengan prevalensi hasil pemeriksaan mikroskopis di
malaria lebih rendah dibanding provinsi Puskesmas Mayumba. Sampel minimum
lain.² sebanyak 94 orang. Perbandingan kasus :
Profil kesehatan Sulawesi Tengah kontrol sebesar 1:1, sehingga total sampel
tahun 2012, Kabupaten Morowali keseluruhan sebesar 188 responden.
menempati urutan pertama untuk kategori Penelitian ini menggunakan rancangan case
daerah endemis sedang. Kasus malaria di control. Pengumpulan data dilakukan
Kabupaten Morowali sebanyak 1933 kasus dengan wawancara terstruktur dengan
dan angka Annual Parasite Incidence (API) menggunakan kuesioner serta observasi
15,08‰ (15,08 kasus per 1000 penduduk). untuk melengkapi data lingkungan.
Tahun 2013 jumlah kasus malaria Pengolahan data dilakukan dengan
mengalami penurunan yaitu sebanyak 690 menggunakan SPSS. Data dianalisis secara
kasus dengan API 5,4‰ (5,4 kasus per desktiptif dengan tabel distribusi frekuensi
1000 penduduk). Angka ini masih jauh dari serta analisis bivariat dengan Odds Ratio
target Millenium Development Goals yang disertai dengan narasi.
(MDGs) dan target eliminasi yaitu < 1‰.²
866
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Variabel Penelitian


Responden terbanyak berpengetahuan
Analisis Univariat Karakteristik baik yaitu sebanyak 105 responden (55,8%)
Responden yang terdiri dari 42 responden (22,3%)
Distribusi responden menurut pada kelompok kasus dan 63 responden
kelompok umur pada kelompok kasus dan (33,5%) pada kelompok kontrol, sedangkan
kelompok kontrol, dimana kelompok umur yang berpengetahuan kurang pada
yang paling banyak adalah adalah < 25 kelompok kasus sebanyak 52 responden
tahun sebanyak 71 responden (37,8%) yang (27,6%) dan pada kelompok kontrol
terdiri dari 37 responden (19,7%) pada sebanyak 31 responden (16,4%).
kelompok kasus dan sebanyak 34 Responden terbanyak memiliki sikap
responden (18,1%) pada kelompok kontrol kurang baik yaitu 95 responden (50,5%)
sedangkan kelompok umur yang paling yang terdiri dari 59 responden (31,3%)
sedikit ialah kelompok umur > 65 tahun pada kelompok kasus dan 36 responden
sebanyak 2 responden (1,0%), pada (19,1%) pada kelompok kontrol, sedangkan
kelompok kasus 1 responden (0,5%) dan 1 pada responden dengan sikap baik pada
responden (0,5%) pada kelompok kontrol. kelompok kasus sebanyak 35 responden
Jenis kelamin terbanyak ialah laki-laki (18,6%) dan sebanyak 58 responden
yaitu sebanyak 112 responden (59,5%) (30,8%) pada kelompok kontrol.
yang terdiri dari 47 responden (25%) pada Responden terbanyak adalah yang
kelompok kasus dan 65 responden (34,5%) mempunyai kebiasan keluar rumah pada
pada kelompok kontrol. Sedangkan pada malam hari yaitu sebanyak 101 responden
jenis kelamin perempuan sebanyak 76 (53,7%) yang terdiri dari 58 responden
responden (40,4%) yang terdiri dari 47 (30,8%) pada kelompok kasus dan 43
responden (25%) pada kasus dan 29 responden (22,8%) pada kelompok kontrol,
responden (15,4%) pada kontrol. sedangkan responden yang tidak
Responden terbanyak dengan tingkat mempunyai kebiasaan keluar rumah pada
pendidikan SMP yaitu sebanyak 97 malam hari sebanyak 87 responden
responden (51,5%) yang terdiri dari 35 (46,2%) yang terdiri dari 36 responden
responden (18,6%) pada kelompok kasus (19,1%) pada kelompok kasus dan 51
dan 62 responden (32,9%) pada kelompok responden (27,1%) pada kelompok kontrol.
kontrol, sedangkan tingkatan pendidikan Responden terbanyak mempunyai
yang paling sedikit yaitu pada tingkatan kebiasaan menggantung pakaian di dalam
pendidikan perguruan tinggi (PT) sebanyak rumah yaitu 109 responden (57,9%) yang
8 responden (4,3%) yang terdiri dari 7 terdiri dari 63 responden (33,5%) pada
responden (3,7%) pada kelompok kasus kelompok kasus dan 46 responden (24,4%)
dan 1 responden (0,1%) pada kelompok pada kelompok kontrol, sedangkan
kontrol. responden yang tidak mempunyai
Responden menurut jenis pekerjaan kebiasaan menggantung pakaian di dalam
paling banyak ialah responden yang bekerja rumah sebanyak 79 responden (42,0%) yag
sebagai petani/tukang ojek sbanyak 114 terdiri dari 31 responden (16,4%) pada
responden (60,7%) yang terdiri dari 47 kelompok kasus dan 48 responden (25,5%)
responden (25%) pada kelompok kasus dan pada kelompok kontrol.
67 responden (35,7%) pada kelompok Responden paling banyak adalah yang
kontrol. Sedangkan yang paling sedikit tidak menggunakan kelambu pada waktu
ialah responden dengan jenis pekerjaan tidur malam hari yaitu 109 responden
swasta yaitu 8 responden (4,2%) yang (57,9%) yang terdiri dari 57 responden
terdiri dari 5 responden (2,3%) pada (30,3%) pada kelompok kasus dan 52
kelompok kasus dan 3 responden (1,6%) responden (27,6%) pada kelompok kontrol,
pada kelompok kontrol. sedangkan responden yang tidak
mempunyai kebiasaan menggunakan
867
Lumolo, Pinontoan, Rattu: Analisis hubungan antara faktor perilaku dengan ...

kelambu sebanyak 79 responden (42,0%) nilai OR=0,472 maka kebiasaan


yang terdiri dari 37 responden (19,6%) menggantung pakaian di dalam rumah
pada kelompok kasus dan 42 responden merupakan faktor risiko terhadap kejadian
(22,3%) pada kelompok kontrol. malaria.
Hasil analisis secara bivariat dengan
Analisis Bivariat menggunakan uji square diperoleh hasil
Analisis secara bivariat dengan terdapat tidak ada hubungan yang
menggunakan uji square diperoleh hasil bermakna antara penggnaan kelambu
terdapat hubungan yang bermakna antara dengan kejadian malaria, yang ditandai
pengetahuan dengan kejadian malaria, yang dengn nilai p= 0,554 ; OR= 0,804 (95%CI :
ditandai dengn nilai p= 0,000 ; OR= 0,397 0,450-1,436). Jika dilihat dari nilai OR=
(95%CI : 0,220-0,718). Apabila dilihat 0,554 maka penggunaan kelambu pada saat
dari nilai OR= 0,397 maka pengetahuan tidur malam bukan merupakan faktor risiko
merupakan faktor risiko terhadap kejadian terhadap kejadian malaria, dimana nilai p
malaria. (0,554) > 0,05.
Analisis secara bivariat dengan
menggunakan uji square diperoleh hasil Analisis Multivariat
terdapat hubungan yang bermakna antara Pemilihan Variabel Kandidat Pemodelan
pengetahuan dengan kejadian malaria, yang Variabel yang memiliki nilai p<0,25
ditandai dengn nilai p= 0,001 ; OR= 0,368 dijadikan kandidat pemodelan yaitu,
(95%CI : 0,204-0,664). Jika dilihat dari pengetahuan, sikap, tindakan keluar rumah
nilai OR= 0,368 maka sikap merupakan pada malam hari, dan tindakan
faktor risiko terhadap kejadian malaria. menggantung pakaian di dalam rumah.
Analisis secara bivariat dengan Semua variabel independen tetap
menggunakan uji square diperoleh hasil dipertahankan dalam model karena
terdapat hubungan yang bermakna antara mempunyai nilai p-value < 0,25 (Tabel 1).
pengetahuan dengan kejadian malaria, yang
ditandai dengn nilai p= 0,041 ; OR= 1,911 Pemilihan Variabel Pemodelan
(95%CI : 1,069-3,416). Jika dilihat dari Pada uji regresi logistik variabel yang
nilai OR= 1,911 maka sikap merupakan memiliki nilai p>0,05 satu persatu
faktor risiko terhadap kejadian malaria. dikeluarkan dari model yaitu mulai dari
Hasil analisis secara bivariat dengan variabel yang memiliki nilai p value lebih
menggunakan uji square diperoleh hasil besar. Variabel yang mempunyai nilai p =
terdapat hubungan bermakna antara > 0,05 yaitu tindakan menggantung pakaian
kebiasaan menggantung pakaian di dalam di dalam rumah (p = 0,136) dan tindakan
rumah dengan kejadian malaria, yang keluar rumah pada malam hari (p = 0,079)
ditandai dengn nilai p= 0,018 ; OR= 0,472 (Tabel 2).
(95%CI : 0,261-0,851). Jika dilihat dari

Tabel 1. Hasil Penyaringan Variabel Kandidat Pemodelan Multivariat

Variabel p-value OR
Pengetahuan 0,003 0,397
Sikap 0,001 0,368
Tindakan keluar rumah pada malam hari 0,041 1,911
Tindakan menggantung pakaian 0,018 0,472

868
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Logisik Terhadap Masing-masing Variabel

Variabel P value OR 95%CI

1. Pengetahuan 0,009 0,435 0,232-0,815

2. Sikap 0,003 0,392 0,209-0,735

3. Tindakan keluar rumah pada 0,079 1,748 0,938-3,255


malam hari
4. Tindakan menggantung
pakaian di dalam rumah 0,136 0,615 0,325-1,164

Faktor Perilaku Yang Paling Dominan alasan, misalnya mengobrol, main kartu
terhadap Kejadian Malaria atau hanya kumpul bersama untuk
Hasil analisis regresi logistik setelah mengkonsumsi minuman keras (saguer, cap
melalui beberapa tahapan maka diperoleh tikus) sampai larut malam.
hasil akhir bahwa dari 4 faktor perilaku Tingkat pendidikan responden
yang berhubungan dengan kejadian malaria terbanyak adalah tingkat SMP / SLTP
di wilayah kerja puskesmas mayumba, sebanyak 97 responden. Semakin tinggi
faktor paling dominan yaitu faktor pendidikan seseorang maka akan semakin
tindakan menggantung pakaian di dalam baik pengetahuan orang tersebut. Perilaku
rumah . yang didasarkan pada pengetahuan akan
berdampak lebih lama termasuk perilaku
BAHASAN tentang tindakan pencegahan malaria.
Analisis Univariat Karakteristik Pengetahuan seseorang didapat tidak hanya
Responden melalui pendidikan formal yang
Pengolahan data dan analisis data ditempuhnya tetapi bisa juga melalui
secara univariat untuk umur responden penyuluhan, media masa dan media
pada kelompok kasus dan kontrol, dimana elektronik yang ada.4 Pada penelitian ini
kelompok umur yang paling banyak adalah responden terbanyak berpendidikan
< 25 tahun sebanyak 71 responden SMP/SLTP, meskipun demikian
(37,8%). Usia < 25 tahun merupakan usia pengetahuan responden terbanyak berada
remaja yang sebagian besar masih pada kategori baik.
mengalami masa pubertas. Berdasarkan Responden dengan jenis pekerjaan
pengamatan peneliti, responden yang terbanyak adalah responden dengan
berusia < 25 tahun banyak yang sering pekerjaan petani/tukang ojek/peternak
keluar rumah pada malam hari untuk sebanyak 114 (60,6%) responden.
berbagai alasan. Pekerjaan petani/tukang ojek/peternak
Responden menurut jenis kelamin adalah jenis pekerjaan yang dilakukan
terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak diluar rumah bahkan dilakukan sampai
112 responden (59,5%). Hasil penelitian ini malam hari. Sehingga memudahkan
didapatkan jenis kelamin laki-laki lebih responden dengan jenis pekerjaan ini
banyak dibandingkan dengan perempuan sangat berpeluang kontak dengan nyamuk
untuk menderita malaria, hal ini disebabkan anopheles.
karena sebagian besar kaum laki-laki Responden menurut pengetahuan
melakukan pekerjaan di luar rumah sampai tentang malaria terbanyak yaitu
malam hari dan ada juga ketika pulang berpengetahuan baik yatu sebanyak 105
bekerja setelah beristirahat sejenak responden (55,8%). Pengetahuan yang baik
langsung berkunjung ke rumah saudara, tentang pencegahan dan pengobatan
tetangga ataupun teman untuk berbagai malaria dari responden diharapkan akan
869
Lumolo, Pinontoan, Rattu: Analisis hubungan antara faktor perilaku dengan ...

menurunkan angka kejadian malaria di disimpukan bahwa pengetahuan yang baik


wilayah kerja puskesmas Mayumba. dari masyarakat tidak diikuti dengan
Sikap terbanyak adalah responden perilaku yang baik tentang pencegahan
dengan sikap kurang baik yaitu 95 malaria.
responden (50,5%). Hal ni disebabkan Sikap merupakan kesediaan untuk
karena responden tidak mengaplikasikan bertindak tapi belum merupakan
dengan tindakan yang nyata tentang pelaksanaan tindakan. Sikap positif
pencegahan malaria. terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu
Responden yang terbiasa keluar rumah terwujud dalam satu tindakan nyata. Hal ini
pada malam hari lebih banyak yaitu 101 dikarenakan oleh alasan bahwa suatu
responden (53,7%). Pada malam hari, tindakan tergantung situasi dan kondisi saat
masyarakat bayak yang beraktivitas di luar itu dan dukungan orang disekitarnya.4
rumah. Sebagai contoh, jika ada dero Kondisi masyarakat yang ada di
(tarian adat suku mori) masyarakat akan wilayah kerja puskesmas Mayumba
badero sampai larut malam, berkumpul memungkinkan berisiko untuk digigit
bersama di teras-teras rumah atau di nyamuk pada malam hari. Menurut peneliti
lingkungan depan rumah sambil bercerita hal ini disebabkan karena masyarakat di
dengan teman-teman sambil mengkonsumsi daerah ini banyak melakukan aktivitas di
minuman keras (saguer dan captikus). Hal luar rumah pada malam hari dimana ada
ini dapat disimpulkan bahwa kebiasaan masyarakat yang bekerja sebagai petani dan
beraktivitas di luar rumah pada malam hari tukang ojek yang bekerja sampai sore
dapat meningkatkan risiko terjadinya menjelang malam hari, ada juga kebiasaan
malaria. masyarakat yang suka menginap di pondok
Kebiasaan menggantung pakaian lebih kebun jika waktu panen akan tiba. Ada juga
banyak dilakukan oleh responden yang kebiasaan anak-anak muda yang suka
menderita malaria yaitu 63 responden duduk-duduk di pinggir jalan sambil
(33,5%) dibandingkan dengan responden mengobrol bersama sampai larut malam.
yang tidak menderita malaria yaitu 46 Kebiasaan menggantung pakaian di
responden (24,4%). Hal ini dapat dalam rumah merupakan kebiasaan yang
disimpulkan bahwa kebiasaan kurang baik. Di lihat dari karakterisik
menggantung pakaian di dalam rumah nyamuk terdapat beberapa golongan
dapat meningkatan risiko terjadinya nyamuk yang memiliki sifat suka
malaria. menempel di tempa yang lembab dan redup
Penggunaan kelambu pada responden dalam rumah setelah menghisap darah
yang menderita malaria lebih sedikit (37 misalnya menempel di tembok. Bila
responden atau 19,6%%) dibandingkan terdapat banyak pakaian yang
dengan responden yang tidak menderita menggantung dapat digunakan sebagai
malaria (42 responden atau 22,3%). Hal ini tempat persembunyian nyamuk. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak tentu akan meningkatkan potensi nyamuk
menggunakan kelambu pada waktu tidur untuk kontak dengan manusia.
malam hari dapat meningkatkan risiko Pemakaian kelambu saat tidur
terjadinya malaria. merupakan upaya yang paling efekif untuk
mencegah digigit nyamuk dibandingkan
Hubungan Faktor Perilaku dengan dengan upaya yang lain. Penggunaan
Kejadian Malaria kelambu lebih baik daripada penggunaan
Pengetahuan yang baik dari obat pengusir nyamuk dengan berbagai
masyarakat disebabkan karena masyarakat cara pemakaiannya yang berdampak
sudah mendapatkan penyuluhan dari kurang baik bagi pemakainya. Pemakaian
petugas kesehatan tetapi dari yang kelambu pada saat tidur masih berpeluang
pengetahuan baik masih ditemukan kasus untuk digigit nyamuk, karena harus dibuka
malaria yang tinggi, sehingga dapat dan ditutup meskipun kecil kemungkinan,
870
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

tetapi masih ada peluang untuk nyamuk malaria pada masyarakat (penggunaan
masuk menyelinap kedalam kelambu. kelambu saat tidur malam, kebiasaan
keluar rumah pada malam hari,
SIMPULAN pengetahuan dan sikap terhadap
Dari hasil penelitian di wilayah kerja pencegahan dan pengobatan malaria
Puskesmas Mayumba Kabupaten Morowali serta faktor risiko lainnya).
Provinsi Sulawesi Tengah dapat 3. Bagi peneliti selanjutnya kiranya dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan meneliti faktor lain yang tidak diteliti
bermakna antara pengetahuan, sikap, oleh penulis dalam tesis ini yang dapat
tindakan keluar rumah pada malam hari , menyebabkan penyakit malaria,
dan tindakan menggantung pakaian dengan misalnya dari segi faktor ekonomi
kejadian malaria tetapi tidak terdapat sosial dan faktor lingkungan terhadap
hubungan bermakna antara tindakan kejadian malaria.
penggunaan kelambu pada saat tidur malam 4. Bagi masyarakat agar mengubah
hari dengan kejadian malaria. Tindakan perilaku yang kurang baik yang
menggantung pakaian di dalam rumah menjadi faktor risiko terjadinya
merupakan variabel perilaku yang paling malaria antara lain tidak menggantung
dominan terhadap kejadian malaria di pakaian di dalam rumah, menggunakan
wilayah kerja Puskesmas Mayumba kelambu yang baik dan benar pada
Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi waktu tidur malam, dan menggunakan
Tengah. pakaian lengkap jika keluar rumah
pada saat malam hari (jaket, sarung).
SARAN
1. Bagi Dinas Kesehatan, agar melakukan DAFTAR PUSTAKA
survei entomologi yang bertujuan 1. WHO. World Malaria Report. Geneve,
untuk mengetahui bionomic vector 2012.
yang akan berguna dalam upaya 2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
penanggulangan malaria, dan lebih Jakarta: Badan Penelitian dan
meningkatkan kegiatan surveilens Pengembangan Kesehatan,
malaria secara menyeluruh, baik Kemenkes RI, 2013.
pemantauan parasit dan spesies vektor 3. Profil Tahunan P2 Malaria. Dinas
serta kepadatan vektor malaria. Provinsi Sulawesi Tengah, 2014.
2. Bagi petugas Puskesmas Mayumba, 4. Profil Kesehatan Kabupaten Morowali
perlu dilakukan sosialisasi dan tahun 2014. Dinas Provinsi
peyuluhan oleh petugas puskesmas Sulawesi Tengah, 2014.
tentang faktor risiko terhadap kejadian

871

Anda mungkin juga menyukai