Anda di halaman 1dari 66

TOKSIKOLOGI KLINIK

Juliana Christyaningsih
Philippus Aureolus Theophratus Bombast von
Hohenheim (Paracelcius)

“Semua zat adalah racun dan tidak ada zat yang


tidak beracun, hanya dosis yang membuatnya
menjadi tidak beracun”.
Matthieu Joseph Bonaventura Orfila (bapak
toksikologi modern)
Dalam bukunya Traite des poison, terbit pada tahun
1814, dia membagi racunmenjadi enam
kelompok, yaitu:
• corrosives,
• astringents,
• acrids,
• stupefying or narcotic,
• narcoticacid, dan
• septica atau putreficants.
LOOMIS (1979)
berdasarkan aplikasinya toksikologi dikelompokkan 3
kelompok besar,
1. Toksikologi lingkungan 🡪telaah racun pada lingkungan,
seperti pencemaran lingkungan, dampak negatif dari
akumulasi residu senyawa kimia pada lingkungan,
kesehatan lingkungan kerja.
2. Toksikologi ekonomi membahas segi manfaat dan nilai
ekonomis dari xenobiotika.
3. Tosikologi forensik 🡪 untuk kepentingan peradilan.
Kerja utama dari toksikologi forensik adalah analisis
racun baik kualitatif maupun kuantitatif sebagai bukti
dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan
Masih dijumpai subdisiplin toksikologi lainnya
selain tiga golongan besar diatas, seperti:
toksikologi analisis,
toksikologi klinik,
toksikologi kerja,
toksikologi hukum, dan
toksikologi mekanistik.
bidang kerja toksikologi forensik
- analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian,
- analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam
cairan tubuh atau napas, yang dapat mengakibatkan
perubahan prilaku (menurunnya kemampuan
mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya, tindak
kekerasan dan kejahatan, penggunaan dooping),
- analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obat
terlarang lainnya.
Target dalam analisis toksikologi forensik

• Target:
– Senyawa induk
– Metabolit
• Sampel adalah spesimen biologi seperti:
– cairan biologis (darah, urin, air ludah),
– jaringan biologis atau organ tubuh
• Preparasi sampel adalah salah satu faktor
penentu disamping kehadalan penguasaan
metode analisis instrumentasi.
Langkah analisis forensik
1. Penyiapan sampel
2. Analisis meliputi :
1. uji penapisan “screening test” atau dikenal juga
dengan “general unknown test”
2. uji konfirmasi yang meliputi uji identifikasi dan
kuantifikasi,
3. interpretasi temuan analisis dan penulisan
laporan analisis.
Toksikologi Klinik
(Clarmann, 1987),
menegakkan diagnose dari suatu kasus
keracunan, dapat melalui tahap:
1. Gejala Klinik
1. Simtome
2. Gambaran klinis
3. Proses keracunan
2. Melalui analisis racun (toksikologi analitik).
Manfaat analisis toksikologi klinik
• indentifikasi awal yang cepat, sebagai
pendahuluan sebelum melakukan terapi yang
spesifik dan terarah
• mengontrol keberhasilan dan efek dari
penegakan terapi instoksikasi,
• memastikan atau menjamin diagnose klinis.
Tugas analisis toksikologi klinik
• mendeteksi dan mengidentifikasi toksikan
• menentukan kadar toksikan dan metabolitnya,
• bersama-sama dengan dokter dan toksikolog
klinik melakukan interpretasi temuan analisis
dan data-data klinis, guna menyusun diagnose
akhir.
TUJUAN UTAMA ANALISIS RACUN
• Projusticia
• Diagnosis dan Terapi
Proses Analisis Racun
1. Analisis pendahuluan/ panapisan
1. analisis kualitatif, dapat berupa tes / rekasi warna,
terhadap materi biologi (darah, urin, cucian
lambung), sisa tablet atau makanan.
2. Metode immunokimia ”immunoassay”
2. Analisis lanjutan/ determinasi
1. pemastian dugaan/hasil pada analisis kualitatif
/KLT/Spektroskopi
2. penetapan kadar toksikan serta metabolitnya.
(GC/HPLC)
Proses Laboratorium
dalam Analisis Racun
• Pre Analitik
– Jumlah sampel mencukupi
– Wadah innert
– Tranportasi yang aman
– Penerimaan dan penyimpanan
– Prioritas analisis
• Analitik
– Validasi (akurasi/ presisi)
– waktu yang sesuai dengan kondisi klinis
• Post Analitik
– Meakinsme pelaporan
– Interpretasi hasil
– Rekaman hasil (penyimpanan)
– Penyimpanan residu / sisa sampel
Sumber Kesalahan
• tataran teknis,
– prosedur analisis,
– metode analisis,
– akurasi dan presisi intrumentasi
• tataran biologis
– Variasi materi biologis dari sampel toksikologi
– waktu pengambilan sampel
• tataran nosologi (pengelompokan penyakit)
– sifat formakokinetik, metabolisme toksikan
Pengambilan Sampel
• Oleh yang berwenang (dr forensik, polisi,
dokter)
• Berita Acara
• Inform concern
• Data sampel dan
• Dugaan awal
Sample
• Sampel biologis:
– Matrik yang kompleks (endogen/eksogen)
– Harus dicegah terjadinya penguraian dari analit
– Penyiapan sampel meliputi: hidrolisis, ekstraksi,
dan pemurnian
– Darah (50 - 100 ml )
– Urine (100 ml )
• Sample non biologis
Wadah :
- gelas/plastik (inert)
- mulut lebar
- dapat ditutup rapat
- bersih dari zat kimia (baru)
Pengawet : mencegah kerusakan atau deteriorasi
- Alkohol 96%
- Es batu, dry ice
- Na fluorida
- merkuri nitrat
> Bahan pemeriksaan terendam dlm pengawet
Kesalahan yg sering terjadi
• Tempat BB tdk bersih (unclean container)
• BB terkontaminasi (contamination of specimen)
• BB rusak / busuk (permitting specimen to
putrefy)
• BB terlalu sedikit (unadequate specimen)
• Pengambilan BB tdk pd tempatnya (poorly
selected specimen)
• BB tdk berlabel / segel (unlabeled specimen)
• Chain of evidence kurang baik.
ISI LABEL
• Identitas korban
• Jenis & jumlah bahan pemeriksaan
• Bahan pengawet yg dipakai
• Tempat & saat pengambilan bahan,
• pembungkusan, penyegelan
• Tanda tangan & nama terang penyegel, dokter
yg otopsi
• Cap stempel dinas & segel dinas.
Penyiapan Sampel Urin
• umumnya dapat langsung uji penapisan
dengan teknik imunoassay
• Kadang perlu perlakuan awal dengan
pengaturan pH dan sentrifugasi untuk
menghilangkan kekeruhan
Penyiapan Sampel Darah
• serum atau plasma🡪 uji penapisan imuno assay
• Darah lisis/ menggumpal 🡪 dilarutkan metanol,
sentrifugasi🡪 supernatan yang dipakai analisis
• Jika menggunakan KLT🡪 sampel harus dikestraksi
(satu tahap atau bertingkat/ Stass Otto Gang)
– Cair cair
– Cair padat
Uji Penapisan
• Kromatografi lapis tipis
– Murah dan mudah
– Kurang sensitif🡪 ditingkatkan dengan
spektrofotometer
• Imunoasay
– Relaibilitas dan sensitifitas tinggi
– Cepat
– mahal
Uji Pemastian
• Memastikan identitas analit
• Menentukan kadar
• Prinsip 🡪 Pemisahan dan dipastikan identitasnya
• Umumnya menggunakan teknik kromatografi
yang dikombinasi dengan detektor
– GC-MS
– HPLC Diode Array Detector
– LC –MS
– KLT-Spektrofotodensitometer
Pasca Analitik
• Kosultasi dengan dokter/ toksikolog untuk
pemastian diagnosa dan tindak lanjutnya
• Analisis Toksikologi Dasar, RJ Flanagan, WHO
1995
• Teitz Textbook of Clinical Chemistry and
Molecular Diagnostics,
• Analisi Toksikologi Forensik, Buku Ajar Jurusan
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana Bali,
Analisis Pestisida
Persyaratan penerimaan barang bukti (PENYIDIKAN)
• Syarat administrasin medis
– Surat permintaan penyidikan
– Laporan polisi
– Visum
– BA pemeriksaan saksi
– BA pembungkunsan
– Rekam medik
– keterang
• Syarat teknik
– Organ tubuh
• Minimal 100 g, diambil oleh dr forensik, didinginkan
– Cairan tubuh
• Minimal 5 mL
• Pengambilan Spesimen (DIAGNOSA DAN TERAPI)
• Komunikasi antara tenaga medis dengan analis
• Spesimen yang adekuat dari tenaga medis
• Darah beku (serum): 10-20 mL
• Urin : 100-200nmL
• Bilasan lambung 500 mL pertama
• Muntahan/ isi lambung semua
• Label harus lengkap
• Tranportasi segera (dry ice)
LABEL
– Nama pasien
– Nama dokter yang menangani
– Hari jam pengambilan
– Perminataan analitik yang spesifik
– Kepentingan dan tujuan analisis
– Riwayat dan informasi
Transportasi
• Cepat (dibekukan jika ada penundaan)
• Dikemas dalam dry ice
• Wadah tidak mudah pecah
Waktu Penyimpanan
No Spesimen Gol Pestisida Penyimpanan Batas Waktu
1 Darah/ Urin/ Organoklorin Lemari es 14 hari
Muntahan Organofosfat Lemari es 7 hari
Karbamat Lemari es Segera
Peritroid Lemari es segera
2 Sisa makanan Organoklorin Freezer 14 hari
Organofosfat Freezer 7 hari
Karbamat Freezer Segera
Peritroid Freezer segera
3 Jaringan Organoklorin Freezer 2 bulan
Tubuh Organofosfat Freezer 7 hari
Karbamat Freezer Segera
Peritroid Freezer Segera
4
Pencegahan Kontaminasi
Pencegahan Kehilangan Kadar
• Pencucian peralatan gelas
• Pengeringan
ANALISIS NAPZA
• persyaratan administrasi (penyidikan)
– permintaan pemeriksaan penyidik POLRI atau dari dokter forensik
– fotokopi laporan polisi dari satuan kepolisian yang menangani kasus
– visum et repertum untuk korban meninggal
– berita acara pemeriksaan saksi
– fotokopi berita acara penyitaan barang bukti
– berita acara penyisihan dan pengambilan barang bukti
– berita acara pembungkusan dan penyegelan barang bukti dari
penyidik
– rekam medik dari rumah sakit/ dokter yang menangani (tindakan
medis, seperti pemberian obat harus dicantumkan dengan jelas
untuk menghindari kesalahan interpretasi hasil analisis).
– sebaiknya dilengkapi dengan keterangan medis/Visum et repertum
dari dokter yang menangani, khususnya yang berkaitan dengan
gejala-gejala keracunan untuk mengarahkan pemeriksa.
PERSYARATAN TEKNIS
• Pengambilan Barang bukti bukan cairan tubuh :
– Bila berupa tanaman lengkap/bagian dari tanaman
(daun, bunga, biji) maka BB harus dikeringkan.
– Bila berupa sediaan Farmasi (tablet, kapsul, ampul),
maka BB dikelompokkan sesuai dengan bentuk sediaan
dan sesuai dengan nama obat
– Bila berupa wadah sediaan farmasi (botol, vial),
usahakan yang masih ada sisa obat tidak terbuang
– Bila berupa peralatan medis atau bahan-bahan sisa
penggunaan (spuit, sisa puntung rokok, abu rokok ), BB
dikumpulkan secara terpisah.
PERSYARATAN TEKNIS
• Pengambilan Barang bukti cairan tubuh :
– Pengambilan urin paling tidak 50 cc dan langsung
disimpan dalam kulkas (- 4ºC).
– Urin ditempatkan dalam pot urin dari bahan yang
tidak mudah pecah, jangan memakai kantong plastik.
– Pengambilan darah sebaiknya minta bantuan tenaga
medis/dokter atau para medis/mantri kesehatan
– Sampel darah dalam pot diberi anti koagulan/ Na sitrat
– Sebelum urin dikirim ke laboratorium sebaiknya
dilakukan test pendahuluan.
Pengiriman barang bukti
• Darah : paling lambat 1 hari setelah pengambilan
darah sudah diterima di Puslabfor atau disimpan
dalam suhu dingin (0ºC) selama pengiriman
• Urin : paling lambat 1 hari setelah pengambilan
darah sudah diterima di Puslabfor atau disimpan
dalam suhu dingin (-4ºC)/dalam termos dingin
yang diberi es, selama pengiriman
• Penyimpanan darah/serum/urin di Kepolisian
Wilayah jangan lebih dari 7 (tujuh) hari
WAKTU
DUGAAN PENGGUNAAN URIN DARAH / SERUM

WAKTU JUMLAH WAKTU JUMLAH SAMPLE


PENGAMBILAN SAMPEL ( ML ) PENGAMBILAN ( ML )
( HARI ) ( JAM )
GOLONGAN OPIAT : UNTUK SEMUA
MORFIN, HEROIN, CODEIN 1 - 4 50 2 - 48 JENIS
DAN TEBAIN PENGGUNAAN
10 ( DARAH )
GANJA 2 - 7 50 6 – 72 5 ( SERUM )

GOLONGAN AMFETAMIN
METAMFETAMIN, MDMA, 1 - 4 50 2 – 48
MDEA, DOB DLL

COCAIN DAN DERIVATNYA


EKGONIN DAN 1 - 3 50 2 – 48
DERIVATNYA

GOLONGAN
BENZODIAZEPIN: 2 - 7 50 6 – 72
NITRAZEPAM, DIAZEPAM
DLL
Penanganan Barang Bukti Di Laboratorium
(Pra Analisis)
• Pengecekan persyaratan penerimaan barang bukti
(persyaratan teknis dan administrasi)
• Registrasi barang bukti
• Dokumentasi barang bukti (foto), sebelum dan sesudah barang
bukti dibuka pembungkusnya
• Pengawetan barang bukti di dalam lemari pendingin (suhu -
20°C), apabila belum sempat dianalisis segera.
• Penyisihan barang bukti sebelum dilakukan analisis
• Analisis barang bukti
• Interpretasi hasil analisis
• Membuat berita acara pemeriksaan laboratorium kriminalistik.
Pedoman Pengambilan Spesimen untuk
Diagnosis dan Terapi
• Ada komunikasi yang baik antara tenaga medis/dokter
dengan analis laboratorium. Tenaga medis memberi
informasi yang adekuat mengenai riwayat keracunan
pasien, zat toksik yang dicurigai, permintaan pemeriksaan
laboratorium yang komplit untuk keperluan administrasi.
• Tenaga medis memberi spesimen yang adekuat untuk
dianalisis dan mengambil spesimen dengan cara yang benar.
• Pengiriman spesimen harus dilakukan secepat mungkin dan
dokter harus memastikan bahwa spesimen telah diambil
secara benar dan dikirim secepatnya ke laboratorium jika
menginginkan hasil yang informatif dan akurat.
Spesimen Diagnosa dan Terapi
1. Darah beku (diambil serumnya) : 10 - 20 cc
2. Urin : 100 - 200 cc
3. Bilasan lambung : 500 cc pertama
4. Muntahan/isi lambung : semua
• Jika waktu sejak asupan zat toksik sampai pasien
diperiksa dokter/tenaga medis kurang dari 4 jam,
spesimen yang dianjurkan untuk diperiksa adalah isi
perut, muntahan, dan cairan lambung.
• Sampel harus diletakkan pada tempat yang bersih,
tertutup rapat dan diberi label yang sesuai.
Label/formulir permintaan
• Nama pasien
• Nama dokter yang menangani pasien dan no teleponnya
• Hari dan jam pengambilan sampel
• Permintaan analisis yang spesifik
• Kepentingan dan tujuan analisis
• Riwayat dan informasi tentang kondisi pasien harus disertakan
sebagai lampiran kecuali bila dokter telah berkomunikasi
dengan pemeriksa di laboratorium. Jika diminta dilakukan
”cito” analisis, label, formulir permintaan, lembar informasi
harus menunjukkan kepada siapa laporan ditujukan dan
bagaimana menghubunginya secara cepat bila laporan hasil
pemeriksaan telah selesai dikerjakan.
Petunjuk Pengambilan Spesimen
• pada kasus projustisia,
– supervisi sat pengambilan sampel, transportasi dan penyimpanan
sesuai prosedurnya.
– Tenaga supervisi harus memperhatikan bahwa tidak ada upaya
memasukkan zat yang dapat mengkontaminasi pemeriksaan
seperti : deterjen, garam dapur, pemutih (klorin), yang dapat
menghancurkan zat Narkoba/ memberikan hasil negatif palsu atau
sebaliknya memasukkan zat Narkoba ke dalam wadah sampel, atau
melubangi wadah sampel, memasukkan air untuk mengencerkan
urin, menggunakan urin teman yang tidak mengkonsumsi narkoba.
• Pada saat transportasi /pengiriman sampel ke tempat
pemeriksaan harus ada rantai custody , tatacara penerimaan,
penyegelan/identitas sampel yang jelas.
SAMPLING
• Tenaga pengambil sampel harus memahami, bertanggungjawab dalam
melakukan pengambilan sampel, pemberian label/identitas sampel,
pengemasan dan transportasi sampel dan meyakinkan bahwa prosedur
pengambilan dan penyimpanan telah disertai surat-surat/dokumentasi
dan teknik pengamanan (penyegelan dll) yang diperlukan.
• Tenaga pengambil sampel haruslah telah mendapat pelatihan mengenai
hal-hal di atas dan makna hasil pemeriksaan
• Pengambilan sampel harus di supervisi dan disaksikan oleh petugas yang
berwenang serta terlatih.
• Kebutuhan fasilitas kamar mandi/WC untuk tujuan pengambilan urin
harus sudah disediakan sebelum pengambilan urin.
• Ruangan untuk pengambilan sampel harus diperiksa apakah terdapat
zat/barang yang dapat mengurangi validitas hasil pemeriksaan (sabun/zat
pemutih disingkirkan).
LABEL
• Label sampel harus dipasang di wadah bukan di tutup wadah sampel.
Ini akan mencegah perubahan/penukaran label secara sengaja atau
tidak.
• Label harus terdiri dari informasi sebagai berikut :
* Nama pasien :
* Umur :
* Jenis kelamin :
* Alamat :
* No. KTP/SIM/Pengenal lain :
* Tanggal pengambilan sampel :
* Lokasi pengambilan sampel :
* Nama petugas yang supervisi :
* Jenis spesimen :
* Jumlah spesimen :
* Jenis obat yang dicurigai :
* Nomor sampel :
Transportasi dan penyimpanan

• Sampel harus dihindarkan dari cahaya dan


panas langsung pada saat transportasi dan
penyimpanan sehingga harus dijaga tetap
dingin, lebih baik dalam kotak terinsulasi yang
berisi es/ice pack.
• Petugas pengirim juga harus memastikan
sampel tidak diintervensi pada saat
pengiriman.
Di Laboratorium

• Pemeriksaan secara seksama


• Berta Acara Penerimaan
• Laboratorium harus melaksanakan pencatatan
yang lengkap dan pengamanan ketat untuk
meyakinkan integritas sampel dan kerahasiaan
hasil pemeriksaan.
• Jika analisis ditunda 1-2 hari, spesimen urin
harus tetap disimpan beku, bila mungkin di
dalam kulkas terkunci..
Permintaan pemeriksaan
• Diagnosa dan Terapi
harus diajukan oleh dokter di rumah sakit atau
praktek swasta.
menyebutkan sespesifik mungkin bahan yang
dicurigai; (anamnesa/riwayat keracunan, gejala
keracunan dan bahan toksis yang berada di sekitar
korban).
• Penyidikan
diajukan oleh penyidik dari instansi yang berwenang:
Polri, POM, TNI, Kejaksaan, Pengadilan, Instansi
pemerintah lain sesuai lingkup kewenangannya
Permintaan pemeriksaan
• Pemeriksaan
– suatu instansi/institusi atau perorangan
– untuk mengetahui apakah spesimen tersebut
mengandung bahan toksis/pestisida tertentu.
– Keperluan pribadi tidak mempunyai kekuatan
hukum dan dipergunakan untuk kepentingan yang
bersifat formal.
Tes Immunoassay
RIA EIA FPIA LAI

Butuh peralatan Ya Ya Ya Tidakc/Yad


khusus
Stabilitas reagen 3-4 minggu Beberapa Bulan Beberapa Bulan > 1 tahuncd

Biaya reagen + +++a/++b ++(+) +++cd

Kemungkinan Ya Ya Ya Tidakc/Yad
automatisasi
Jumlah tes yang 200-400 100-400 250-300 200-350
dapat dikerjakan
petugas laboratorium
dalam waktu kerja 8
jam
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
• Pada kasus proyustisia KLT tak bisa digunakan
sebagai satu-satunya bukti
keberadaan/pemakaian obat.
• Jika pemeriksaan konfirmasi yang lebih
canggih tidak bisa dilaksanakan, maka minimal
KLT harus dilakukan menggunakan
sistim/reagen pendeteksi yang berbeda.
• Kromatografi Gas dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
• Kromatografi Gas dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menawarkan
sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi namun peralatannya relatif
mahal dan sangat memerlukan petugas yang terlatih dan
berpengalaman.

• Kromatografi Gas Spektrometri Massa
• Kromatografi Gas Spektrometri Massa adalah metode yang paling
sensitif dan spesifik untuk mendeteksi adanya obat dalam spesimen
manusia. Metode ini membutuhkan biaya yang paling mahal untuk
peralatan, pelatihan dan pemeliharaan alat. Namun metode ini paling
dipercaya untuk kasus pro yustisia dan diperlukan laboratorium rujukan
nasional untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diragukan.
Pemantapan Mutu (Quality Assurance)
• Pelaksanaan Good Laboratory Practice (GLP)
• Adanya SOP (Standard Operational Procedure
• Pelatihan petugas laboratoium secara teratur
• Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality
Control)
• Pemantapan Mutu Eksternal (External Quality
Assessment)
• Verifikasi tahap Pra Analitik, Analitik dan Paska
Analitik
Penafsiran hasil

• Analisis kuantitatif dan kualitatif dari sampel biologik akan


memberikan informasi apakah subyek yang bersangkutan
menggunakan obat terlarang atau tidak. Adanya metabolit
menunjukkan bahwa obat tersebut telah diserap ke dalam
badan.
• Pemeriksaan skrining positif berarti suatu obat/metabolitnya
terdapat dalam urin sebanyak/lebih banyak dari batas deteksi
alat. Pengeluaran dari badan dan konsentrasinya dalam urin
bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut : cara
pemakaian, lama dan seringnya penggunaan, fungsi organ,
kecepatan metabolisme obat, kondisi fisik dari subyek, umur,
jenis kelamin, waktu pengambilan sampel, pengenceran dll.
VALIDASI METODE
• VALIDASI
Konfirmasi melalui pengujian bukti-bukti yang objektif bahwa
suatu metode dapat memenuhi persyaratan untuk tujuan
penggunaannya (ISO 8402:1994)
• VALIDASI METODE
– Proses penentuan karakteristik dan batasan-batasan
kinerja suatu metode serta identifikasi pengaruh yang
dapat merubah karakteristik tersebut
– Proses verifikasi bahwa suatu metode dapat memenuhi
tujuan penggunaanya
Verifikasi vs Validasi
Verifikasi : Validasi:
• Menguji kinerja metoda • Berlaku untuk metode
standar non standar, Metode
• Kinerja yg diuji selektif standar. yg dimodifikasi,
terbatas : Akurasi, Metode yang dibuat
Presisi, (Limit Deteksi) sendiri
• Ada 6-8 parameter
Validasi dilakukan
• Metode yang dikembangkan baru
• Metode direvisi atau dirubah penggunaanya
Verifikasi Metode
• SNI 19-17025 Pasal 5.4. (Metode Pengujian)
butir 5.4.2. :
“ Laboratorium harus memastikan bahwa dapat
menggunakan metode standar dengan baik
sebelum melakukan pengujian”
“ Jika ada perubahan metode standar harus
dilakukan konfirmasi ulang”
Parameter Validasi
• Akurasi
• Presisi
• Spesifisitas
• Sensitivitas
• Linieritas dan Rentang Kerja
• Limit Deteksi (LOD)
• Limit Kuantitasi (LOQ)
• Robustness
• Ketidakpastian Pengukuran
Absorban

Working Range

LOQ

LOD

Konsentrasi
SI unit

Hirarki Kalibrasi (EN ISO17511)


Primary Reference Measurement Procedure

Primary
calibrator Secondary Reference
Measurement
Secondary Procedure
calibrator Mf’s Selected
Measurement
Mf’s Working Procedure
(master) Mf’s standing
Calibrator Measurement
Procedure
Mf’s Product End User’s Ruotine
Calibrator Measurement
Procedure
Routine Sample

RESULT
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai