Anda di halaman 1dari 20

‫خطبة عيد الضحى‬ ‫‪10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah‬‬

‫‪KHUTBAH ‘IDUL ADHA‬‬


‫‪1444 H / 2023 M‬‬

‫‪Oleh : Drs. KH. YAYAN HASUNA HUDAYA, M.M.Pd‬‬

‫ل بْ ًكِرِة ِواِ ْصًيال‬ ‫ّ ِكثْرا وُْـَا َِ ْ‬ ‫اِل أِ ًكر ×‪ .٩‬اِل أِ ًكر ِكْراو ً ْ ْ‬
‫احِ ًْ ُْ ِ ً ل ِ ْ ً ِ‬ ‫ْ ِْ ً ل ِ‬ ‫ْ ِْ‬
‫احِ ًْ ُْ‬
‫ّ ً‬ ‫ِهاَِْه اْهلل ول اِ ًكر اِل اِ ًكر وْ ْ‬
‫ْ ِ ْ ِْ ْ ِْ ِ ِ‬
‫ن ‪ِ .‬و َِ َِ َِ ِِْْ ِاَةِ اًحِ ِِْ‬ ‫ْ ْ ْْ‬ ‫ْْ ْ‬
‫اِ ًحِ ًْ ُْ ِّ اَلَى َِ َِ َِ َِ َِا اًَيِـ ًَِْ ًِي لُا َ ًل ْْ ًسلْ ً ِ‬
‫ِ ‪ .‬اِ ًْ َِ ُْ أِ ًَ‬ ‫ل و ِْ ًْياَِْا ِْْ ِـ ًُْى اًَ ُْلْْ ْ‬ ‫ْو ِْي ُِ اًهَِْى ِْْ َْاِْْر ْ‬
‫ً‬ ‫ِ ِ ِ ً‬ ‫ً ِِ‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ْ‬ ‫ْ ْ‬
‫ن ‪ِ .‬وأِ ًْ ِـَ ُْ أِ لَ ُِْ لْ لُا ًِِْ ْـُ ُْ‬‫ُ اًحِ قّ اًَْْْ ًِ‬ ‫ِهاَِهِ الهلْ ِو ًْ ُُِْ ِه ِْـ ْرًْ ِ‬
‫ُ َِهْ اًَ ِْـل ْ‬
‫رِ اًهًِْْ ـ ـ ْ‬
‫ياِ‬ ‫ُ ر ًمًل ًَِْلَاَِ ْْن ‪ .‬اَِلَـ ـ ــلْ ََِ َْ وُلِْْ ِلِى اِ ًْ ـ ـ ـ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ ِِ ً ِ‬ ‫ْ‬ ‫ِوِر ُْ ًـَْْهْ اًَ ًِْْـَْ ًْ ْ ِ ِ ِ ً ِ‬
‫ْْ‬ ‫ْْ‬ ‫ْ‬ ‫واًَْرُ ـ ـ ــلْن ُيْـ ْـُ َِ ِـَ لْ دُ وِ ْْ‬
‫صاِلة‬ ‫ص َِ ـ ـ ــابْه اًلـْ َِــاًَُْ ِْ اَّلاَ ـرًْ ِْ‪ِ .‬‬
‫لى اَِه ِواِ ً‬
‫ِ ْ ً ِ ً ِ ِِ ْ ِ ِ ِ ِ‬
‫ى ْـِ ًَْْ اَ ًُِْْ ْْ‪ .‬أِلِا بـِ ًَ ُْ ‪:‬‬ ‫ن اْ‬ ‫و ُِاِلِا َِاِْْ ً ْ‬
‫ن َِِْاِ ْزِِ ً ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اَِْ ْه َِ َِل ْك ًْ ْـ ًْلْ َْ ًْ َِ‪.‬‬ ‫ْ‬
‫َ بَِْـ ًُ ِْى ل ِوَِ ِ‬ ‫ّ‬
‫ً ِ ِ‬ ‫ل‬ ‫َِـياأِْقـ ــَااًلـس ــلْْْ َِ أ ْ‬
‫ْصًي ْكْ وِْ‬
‫ِ ِ ْ ً ًْ‬
‫اى ِْ اًَ ُْ ًرأ َِْ اًَ ِك ْرًْم ِوبُِْ ًَْْْه ِْـ ًََِ ُْى اًلـًََِْ ْـُ ًو َِ‪ .‬أِِْ ًُْْ‬
‫ِ ِ‬‫َ‬ ‫ـ‬
‫ِ‬ ‫َِاًَـَْْا ِـَِْ ْ‬
‫ل‬ ‫ِ ًْ ً‬
‫اَ اًَ ِكَِْر ‪ْ َِ .‬‬ ‫ْ ْ‬ ‫ْ ْْ‬
‫ُ ِو ًاحِر ‪.‬‬ ‫َ ِْـَ َِربِْ ِ‬
‫ِ‬ ‫ْ‬
‫ِل ِ ِْ اًَّليـِّاَ اَلرًَيْ ‪ ِ .‬لَ أ ًِِِّـًيَِ ِ ً‬
‫ُ َْ ِْ اًهِبًَِ ‪.‬‬‫ِْ لَ ِْاَِْْ ِ‬
‫‪Allahu Akbar, Walillahil Hamd,‬‬
‫‪ubr 1 rbu‬‬
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah


Rabbun Ghafur, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya pada pagi
hari yang berbahagia ini kita masih diberi kesempatan dalam
keadaan sehat wal ‘afiat untuk merayakan dan mengagungkan hari
raya qurban atau ‘Idul Adha. Sekaligus bersyukur bahwa banyak
saudara-saudara kita sesama muslim dapat melaksanakan Rukun
Islam yang kelima yaitu Ibadah Haji pada tahun ini kita do’akan
semoga mereka mendapat bimbingan dan lindungan Allah Swt.
Sekaligus dapat melaksanakan manasik haji dengan sempurna dan
dapat kembali ke rumah masing-masing dengan keadaan sehat
wal ’afiat serta menyandang haji mabrur. Amiin Yaa Rabbal’alamin.

Allahu Akbar, Walillahil Hamd,


Hadiri Jama’ah Ied Adha Rahimakumullah,

Pada hari ini ada 2 (dua) peristiwa besar dan penting yang
menggambarkan keagungan dan kemuliaan agama Islam di jagat
raya ini.
Peristiwa pertama, pada saat ini berjuta-juta umat muslim,
laki-laki, perempuan, yang tua dan muda, yang kaya dan miskin,
pejabat dan rakyat dari seluruh dunia berkumpul di Mina wilayah
Al-Makkatul Mukarramah, sudah melaksanakan puncak ibadah haji
yaitu wukuf di Padang ‘Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah. Mereka
meninggalkan kampung halaman dan sanak saudaranya untuk
berjuang bersimpuh peluh melawan gerak dan panas, mengabaikan
bahaya yang dapat merenggut jiwa. Dengan pakaian yang sama
serba putih tidak dijahit tanda memperlihatkan demokrasi dalam
Islam, menghilangkan perbedaan dan status sosial, sehingga tidak
ada bedanya ntara yang kaya dan miskin, atara pejabat dan rakyat
biasa, dari negara manapun asalnya yang beda budaya dan bahasa,
ubr 2 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

semuanya setingkat sederajat, yang melekat dalam jiwanya yaitu


hamba-hamba Allah yang sedang mengharap kepada yang Maha
Agung yaitu Allah ‘Azza Wa Jalla.
Disana mereka bermunajat memanjatkan do’a-do’a
bertasbih, bertahmid dan bertahlil diungkapkan dengan rasa
pasrah dan penyerahdirian yang total melalui tuntunan talbiyah :
ً َ‫ اْ ل‬.ُ
ِ َِ ًِِْ ًَ ََِْ‫احِ ًْ ُِ ِوا‬
ُ ِ ‫ُ َِْلـًي‬ ِ ًْ‫ُ ِه ِْ ْر‬
ِ َِ ُ ِ ‫ َِْلـًي‬.ُ
ُ ‫َِْلـي‬
ِ ‫ُ اَلِ َْ لْ َِْلـًي‬ًِ
ُ ِ ًْ‫ُ ِه ِْ ْر‬
ِ َِ ُ ِ ‫ِواًل ًل‬
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu Yaa Allah, Aku datang
ْ
memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-
Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya segala puji,
nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada
sekutu bagi-Mu”

Allahu Akbar, Walillahil Hamd,


Allahu Akbar 3x Hadirin Jama’ah Ied Adha Rahimakumullah

Peristiwa kedua, adalah pada hari ini, puluhan juta kaum


muslimin muslimat di pelosok tanah air di masing-masing kampung
di kota, di negara-negara lain berbondong-bondong mendatangi
mesjid, mushalla, tanah-tanah lapang untuk melaksanakan shalat
‘Idul Adha yang dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban
baik domba, sapi atau onta dari mulai tanggal 10 sampai dengan 13
Dzulhijah atau hari Tasyriq. Oleh karena itu hari raya ini dinamakan
hari raya ‘Idul Adha. ‘Id artinya kembali, sedangkan Adha artinya
penyembelihan sesuai dengan perintah Allah Swt dalam Al-Qur’an
Surat Al-Kautsar :

ubr 3 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

(٣ ) ًَِْ‫ُ َْ ِْ ًاهِب‬َْْ‫ا‬ْ ‫ل‬


َ ْ‫( ا‬٢)‫( ََِ َْ َْربُْ و ًاح رر‬۱) ‫اْ لَن اِِِّيـَُُ اًَ ِكَْـِ رر‬
ِِ ِ ًِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ًِ ِ ً ً
Artinya: "Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad)
nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu,
dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada
Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang
terputus (dari rahmat Allah).”

Allahu Akbar 3x Hadirin Jama’ah Ied Adha Rahimakumullah

Bila kita ulang kaji awal mula terjadinya peristiwa ini adalah
bahwa dalam khazanah disiplin ilmu keislaman ditemukan, bahwa
esensi ibadah haji dan qurban merupakan millah Nabiyullah
Ibrahim a.s hal ini sejalan dialog Rasul beserta para shahabatnya,
yang dinukil oleh Syaukani dalam kitab Nailul Authar, tatkala para
shahabat bertanya :
‫ْ َْى ؟‬
ً ِ‫ِّ ِر ُْ ًْ َْ ل ِِا َِ َِا اًه‬
Wahai Rasulullah apakah adhahy itu ? Rasul menjawab :
ِْ ‫‘ َُْلًِ اِبًْي ْك ًْ اْبًـِر ْاًَي‬Idul Adha itu adalah sunnah ayahmu Ibrahim.
Dengan demikian memperingati dan merayakan hari raya
‘Idul Adha tidak bisa lepas dari mengenang history/sejarah Nabi
Ibrahim a.s yang harus kita jadikan frame of reference (kerangka
acuan) dan field of exferience (kerangka pengalaman) dalam
kehidupan kita saat ini. Sebab history is the firs and the best
teacher (sejarah adalah guru pertama dan utama).

Allahu Akbar 3x Hadirin Jama’ah Ied Adha Rahimakumullah

ubr 4 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

Nabi Ibrahim a.s adalah sosok manusia paripurna. Ia adalah


uswah al-hasanah bagi generasi muda, contoh terbaik bagi setiap
orang tua dan teladan pagi para pemimpin bangsa. Sebagai uswah
al-hasanah bagi generasi muda, Ibrahim merupakan sosok pemuda
kritis dan dinamis yang memiliki tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Sebagai pemuda yang cerdas intelektual, seluruh waktunya ia
habiskan untuk mencari Allah dan mengkritisi segala realitas
disekelilingnya yang diselimuti kemusyrikan. Sebagai pemuda yang
memiliki kecerdasan emosional, Ibrahim cerdik dalam menghadapi
kedzaliman Raja Namrud sebagai tantangan dakwahnya.
Sedangkan sebagai pemuda yang memiliki kecerdasan spiritual,
seluruh hidupnya ia habiskan untuk mengabdi dan mencintai Allah.
Karena itu Ibrahim diberi gelar kehormatan oleh Allah sebagai
Khalilullah (kekasih Allah).

Hadirin, terutama para pemuda, figur pemuda seperti


Ibrahim inilah yang harus kita jadikan uswah dan qudwah dalam
kehidupan, yakni pemuda yang bersikap dinamis, berpikir akademis
dan berjiwa kritis terhadap segala kemunkaran dan kedzaliman.

Allahu Akbar 3x Hadirin Jama’ah Ied Adha Rahimakumullah

Kemudian Nabiyullah Ibrahim a.s disebut sebagai contoh


terbaik bagi setiap orang tua, sebab beliau berhasil mendidik para
puteranya sehingga menjadi anak yang saleh bahkan menjadi nabi
bagi kaumnya. Hal ini dijelaskan dalam surat Maryam ayat 49 :

ubr 5 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

ْ َْ ‫َِـلِ لْااِ ــَــََـَْ وِاْـَ ــْ ْـُو َِ ِْْ َو‬


ِ َِ ًُ ِْ ْ‫ل ِوَِ ـًْـَِا َِه‬
َ‫ا‬ ً ْ ً ً ْ ً ِ ِ ِ ً ِْ ِ ِ ً
. ‫ِ ِوْكاي َِ َِـ ًلَِا ِْـْ ـيا‬
ِ ًْ ُْ ًَ ‫ِوِْـ‬
“Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka
dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami
anugerahkan kepadanya Ishak dan Ya’qub. Dan masing-
masingnya Kami angkat menjadi nabi“.

Menurut riwayat, Ishaq yang kemudian melahirkan Ya’qub


merupakan anak dari buah perkawinannya dengan Sayidatina
Sarah r.a sedangkan dalam surat Ash-Shafat ayat 101, Allah
menjelaskan :
ْ‫َِـِّْ ًلرَُِْ بْغْ ِـادَ ِْلًْي د‬
“Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak
yang amat sabar”

Maksud kalimat ghulaamin haliim, anak yang amat sabar


pada ayat tersebut adalah Isma’il a.s sebagai buah perkawinan
dengan Sayidatina Hajar r.a. diantara kesabaran Isma’il a.s bila kita
mengkaji ulang sejarah bahwa dari peristiwa Nabi Ibrahim a.s dan
Nabi Isma’il a.s inilah muncul adanya syari’at qurban. Adapun
kronologis peristiwa tersebut diriwayatkan bahwa pada saat itu
setelah sang ayah dengan anak dan istrinya Siti Hajar r.a berpisah
selama sembilan tahun, betapa dekat dan mesranya pertemuan
kembali antara Nabi Ibrahim a.s dan puteranya Isma’il. Dengan
diiringi air mata istrinya Sayidatina Siti Hajar, Nabi Ibrahim a.s tidak
dapat menyembunyikan kegembiraan dan kebahagiaannya
berkumpul bersama keluarganya di Tanah Haram.
ubr 6 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

Alangkah eratnya dalam perjumpaan yang mengharukan itu


setelah menanggung rindu bertahun-tahun. Namun betapa
terkejutnya Nabi Ibrahim a.s ketika malamnya pada hari pertama,
beliau bermimpi dan mendengar suara ghaib ‘Uufi Binadzrika’
(Tunaikanlah nadzarmu…!). begitu terjaga/ bangun apakah mimpi
itu dari Allah Swt atau dari Syetan ? Ibrahim a.s bertanya-tanya,
berpikir dan mencari kesimpulan tentang kebenaran mimpi itu atau
sekedar kembang tidur saja. Oleh karena itu, malah tersebut
dinamakan hari Tarwiyah yang jatuh pada tanggal 8 Dzulhijjah.
Esok malamnya, setelah sepanjang hari Ibrahim berada dalam
kebingungan, beliau bermimpi kembali mendengar suara ghaib
yang sama dengan isi perintah yang pertama, ‘Uufi Binadzrika’
(Tunaikanlah nadzarmu…!).
Kini yakinlah Nabi Ibrahim a.s, bahwa mimpinya itu benar
dari Allah Swt. Itulah sebabnya hari kedua tersebut dinamakan hari
‘Arafah dan jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Tapi beliau belum tahu
apakah yang dimaksud nadzar itu ! Nadzar yang mana ? Sekilas
Nabi Ibrahim a.s terkenang akan peristiwa beberapa tahun ketika
beliau belum mempunyai anak dalam usia yang sudah tua renta.
Nabi Ibrahim a.s sering memotong hewan untuk disadaqahkan ke
fakir miskin. Para malaikatpun kagum menyaksikan keikhlasannya,
kemudian Ibrahim berkata :

“Apalah artinya hanya sekedar domba 1000 ekor dan lembu


300 ekor, unta 100 ekor, malahan kalau perlu seandainya
punya anak pun bakal kuserahkan dengan ikhlas jika Allah
yang memerintahnya”.

ubr 7 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

Mungkin nadzar inilah yang dimaksud Allah dalam


mimpinya. Jawabannya diperoleh dengan pasti pada malam 10
Dzulhijjah manakala mimpi itu dialami kembali, dan dengan jelas
Allah memerintahkan kepadanya untuk menyembelih anaknya
sendiri, Isma’il a.s.
Dapat diabayangkan bagaimana bingung dan sedihnya Nabi
Ibrahim a.s. Sepanjang hari Nabi Ibrahim termenung dan berwajah
murung, dalam jiwanya bertempur dua perasaan, perasaan dan
naluri seorang ayah yang sangat mencintai anak yang
didambakannya itu dan perasaan seorang hamba Allah yang harus
ta’at menjalankan perintahnya. Dalam situasi konflik yang rumit itu,
akhirnya Nabi Ibrahim a.s memberanikan diri untuk menyampaikan
peristiwa tersebut kepada buah hatinya Isma’il a.s bagaimana
tanggapannya terhadap ujian yang maha berat ini. Percakapan
ayah dan anak itu dilukiskan dalam Al-Qur’an dalam bentuk dialog
dalam surat Ash-Shafat ayat 12 :

ِ ْ‫أي أِ ًُ ِح‬
ُ ْ ْ ْ ‫ي ِِْْي أ‬
ِ ً ‫اَ ِّ بِْل‬
ًِ َ‫ِرى ِ اًلـَِِا‬ ِ ِ ‫َِـلِ لْا بِـلِ َِ ِِ َِهْ اَ لس ًَ ِى‬
‫َِاًًُْْر ِِا ُِا ِـِرى‬
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : ‘Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu !’”

‫ي ِْ ًَ ِْاِِ لْ ِْ ِْ اَ ل‬
ِْ ًْ‫َـابْ ْر‬ ُْْ َْ َُِ‫ر‬ ْ ِِ
ِ ِِ‫اَ ِّأِبِِ اًَـ َِ ًَ ِِا ْـ ًؤ‬
ً
“Ia menjawab : ‘Hai ayahku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; Insya Allah akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar’”.
ubr 8 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

Dalam suasana haru, Isma’il minta supaya ayahnya jangan


bimbang melaksanakan perintah Ilahi untuk menyembelih lehernya
sendiri. Namun demikian, dalam suatu riwayat Nabi Isma’il
mengajukan empat permohonan kepada ayahnya, yaitu :
a. Supaya pisau untuk penyembelihan itu diasah dahulu supaya
tajam agar proses penyembelihan bisa lancar;
b. Agar badannya diikat agar tidak meronta-ronta waktu
disembelih;
c. Agar mukanya ditutup dengan kain agar ayahnya tidak melihat
wajahnya ketika menyembelih, yang dapat menimbulkan
kebimbangan baginya;
d. Agar baju yang dipakainya diserahkan kepada ibunya sebagai
kenang-kenangan.

Nabi Ibrahim a.s melaksanakan perintah Alah Swt dan


usulan Isma’il a.s tersebut. Nabi Ibrahim a.s mencium kening
anaknya, kemudian direbahkan badannya dengan mengucapkan
syahadat dan bismillah allahu akbar, pisaunya yang tajam tersebut
dipenggalkan pada lehernya, maka terpancarlah darah ke muka
Nabi Ibrahim a.s, bergetarlah badannya, setetes demi setetes air
mata membasahi kedua pipinya, terbayang kepala anaknya tercinta
telah terpisah dari tubuhnya. Namun dengan kebesaran dan
kehendak Allah Swt, alangkah terkejut dan bercampur gembira
ketika kain penutup matanya dibuka, ternyata yang disembelih
tersebut bukan anaknya tapi seekor Qibas (domba) yang sangat
gemuk. Pada saat itu ayah dan anak kembali saling memandang
kaget dan takjub, tetapi sama-sama diliputi perasaan syukur yang
mendalam. Hal ini diungkap oleh Allah Swt dalam Surat Ash-Shafat
ayat 103-107 :

ubr 9 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

ْ‫ا‬ ْ ‫و ََِْـَاُ اِ ًَ ّ اْبـر‬


‫ُ ًِج َْى‬ ِ َ َ‫ِ اَقرًؤِّ ج ِْ لَ ِك‬ ِ ً ُ‫ص ل‬ ِ ًُ ِ , ْ ‫ي‬ َ‫ا‬
ِ ً ِ ً ِ ْ ًِ ِ ِ
. ْ‫وَِ ًُِْـَِاُْ بْ َْبً دٍ ِِ ًُْي د‬.
ِ ‫ن‬ِ ً ْْ‫ ِْ لَ َ َِاًَ ْـَ ِْ اًَِْاِْؤ اًلـ‬. ‫ن‬
ْْ
ِ ً َ‫اًلـْ ًَس‬
“Dan Kami panggillah dia : ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya
kamu telah membenarkan mimpi itu’, sesungguhnya
demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik. Sesungguhnya itu benar-benar
suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan
seekor sembelihan yang besar”.

Maha terpuji Allah dengan segala kebesaran-Nya. Dari


sekelumit peristiwa ini, lahirlah kemudian kewajiban melaksanakan
ibadah qurban bagi umat Islam untuk melestarikan renungan
peristiwa itu guna mencapai cita-cita kebahagiaan pada setiap
zaman. Dari ketulusan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Isma’il a.s yang
mewakili kaum tua dan generasi muda serta dari kepasrahan
Sayidatina Siti Hajar r.a melambangkan citra dan cinta murni kaum
wanita, akhirnya terpancarlah betapa dari ketulusan itu terbentang
rahmat dan karunia abadi bagi kehidupan yang sejahtera.
Karena ternyata yang disembelih dan menjadi qurban
bukanlah mereka yang tulus dan berbakti, melainkan seekor
domba putih, lambang kemakmuran dan kesejahteraan untuk
seluruh umat manusia. Maka dari itu, dalam firman-Nya, Allah Swt
menegaskan :
‫ج‬ ْ ْ ْ
ًْ ‫اَ لِ ْحًِْْْ َِا ِوهَِ ِِ ْاؤَِا ِوَِك ًْ ِْـَِاَْهْ اََلـ ًُْى ًَِ ْك‬
ِ َِ‫َِ ًْ ِْـ‬
“Bukanlah dagingnya dan darahnya yang akan samapi
kepada Allah, melainkan jiwa taqwa yang mendorong
penyembelihan qurban itulah yang akan diterima Alah”.
ubr 10 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

Qurban yang kita lakukan janganlah didasari untuk mencari


kebanggaan atau pamer, tetapi harus semata-mata karena
ketaqwaan dan ketulusan beramal. Dari ayat tersebut di atas jelas
bahwa pengorbanan itu baik sapi, kerbau, kambing maupun harta
lainnya dalam arti pengorbanan yang lebih luas, Allah Swt tidak
akan menerima kecuali dengan hati yang tulus ikhlas dan taqwa.
Memotong hewan qurban setelah shalat ‘Idul Adha sampai
hari Tasyrik adalah sebagai lambang pengabdian dan kepatuhan
untuk melaksanakan sebagian amal sholeh yang sangat dianjurkan
dalam ajaran Islam. Kita katakan melaksanakan qurban adalah
sebagai salah satu bagian dari amal shaleh, karena kita dianjurkan
beramal dan berkurban tidak hanya pada hari raya ‘Idul Adha saja,
tetapi dilanjutkan pada hari-hari lain. Bagi mereka yang
berkecukupan dan mempunyai rezeki yang melimpah ruah, tidak
terlepas tanggung jawab untuk memberikan pengorbanan dengan
hartanya bagi bangsa dan Negara dalam bentuk ikut serta
menanggulangi kesulitan fakir miskin, yatim piayu, anak terlantar,
putus sekolah, dan lain-lain yang memerlukan uluran tangan.
Terutama di tengah situasi dan kondisi Negara yang belum
menentu, krisis yang berkepanjangan baik politik kepercayaan dan
moral.

Allahu Akbar 3x Hadirin Jama’ah Ied Adha Rahimakumullah,

Melaksanakan ibadah qurban pada hari raya ‘Iul Adha dapat


dilihat memiliki dua fungsi. Pertama, dalam rangka mengurangi
jurang pemisah dan kesenggangan antara kalangan yang mampu
dengan yang kekurangan. Dengan demikian orang yang tidak
mampu merasa bahwa keprihatinan mereka ikut diperhatikan,

ubr 11 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

dengan cara ini akan mengurangi kecemburuan sosial yang akan


mengakibatkan gejolak sosial, khususnya di Kabupaten Bandung
kita harapkan menjadi masyarakat ayem tentrem repeh rapih kerta
raharja masyarakat sejahtera lahir bathin, bisa saling menolong,
membantu, saling menyayangi dan mengayomi dengan
terwujudnya tealisasinya empat pilar penyangga Negara, yaitu :

Kokoh dan kuatnya dunia


: ِ‫ا‬‫ي‬ ْ
ً ‫ا‬
ِ ْ َ‫ْْاَ اَ قًُْـيا ِِْربـ‬
ً
adalah dengan 4 (empat) ِ ِ ِ ًِ ِ ْ ِ
perkara :
1. Dengan dukungan / partisipasi ulama
‫ا‬ ْ ‫ل‬
ِ ًََ‫ا‬ ْ ‫ل‬
ً َْْ‫ب‬
melalui ilmunya; ِ ْ
2. Dengan adilnya para umara / ْ ‫بَْ ًُ َْ اًهِْر‬
ِ‫ا‬
penguasa ِِ ِ
3. Dengan dermawannya para aghniya ْ ْ
‫ب ِس َِ ِاوة‬
ِ‫اًهِ ًَْْيِ ْا‬
4. Dengan do’a / kesadaran serta
kesabaran para fuqara
ِ‫ِوبْ ُْ ِِ ْاِاًَْ ُِِر ْا‬
Kedua, dengan qurban merupakan alat atau sarana untuk
latihan menumbuhkan kesiapan berjuang dan berqurban dalam
membela agama Allah.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, pada
kesempatan yang berbahagia ini saya mengajak kepada yang
berkemampuan untuk melaksanakan qurban, karena bila kita lihat
keterangan baik dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits ternyata
dengan qurban kita akan menadapat beberapa hikmah dan

ubr 12 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

keistimewaan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw dalam


beberapa haditsnya, sebagai berikut :
‫ض َِ ِاّ ََِْ لَِا‬ ‫ِْ لَ اَ ل‬
‫ ِْ ًرَِ ل‬,ِّ ِ‫ض َِ ِاّ تًِ َْْااًلِِّ ِاّ ِوِ ًَُِ ُْ اًَِْا‬
ًْ ِ‫ْ َِ ِاّ ْك ًْ ََِْ لَِا ِِِّ ِاّ ْك ًْ ِْـ ًَِْ اً َُْيِ ِا‬ ْ ‫َْ ُِاِ اًلـ ًؤَِْْن‬
ِ ‫أْسَْـ ًْا‬
ً ًِ ْ ِ
“Sesungguhnya sembelihan (qurban) itu akan menghapus
segala dosa dan akan dapat menolak cobaan, perintahkan
mereka berqurban karena qurban tersebut tebusan orang-
orang mu’min, sempurnakan penyembelihannya karena
qurban tersebut akan jadi kendaraan pada hari kiamat”.

Dalam hadits lain disabdakan :

ِ‫اِْـل ًَْ َِـ ـَُْا‬


ً ‫ى‬ ْ‫ِْ ِـرِ أْْ َْيـَه ْـَْ اََلَ ْر ِـلربه ل ـَـاى ا‬
ِ ِ ِ ِ ْ ِْ ِ ِ ً ِ ْ ِِ ً ِ ‫ِ ً ل‬
‫ِحِِرَِا ِْ ِِْر لْ ِْ لِوَ ًِّـِردة ِـِِّر ِْ ًْ َِ ِْ ِـَا ِو َِ َِلِ َِا ل ِـ َِـاى َِ ْه‬
‫ص ًَْْ َِا‬ ‫و‬ ‫ا‬ َْ
‫ر‬ َ ْ ْ ُِ َْ‫ِـرِكـْا ْـَْ اً َُْياِ ًْ اْ ِى اًلـَّ ْر وْـَّى ب‬
َ
ِْ ًِ ِ ِ ًِْ ِ ً ِ ِ ِ ِ ً ِ ‫ًِ ل‬
‫ْسَِ د‬
ٍ‫ا‬ ِِ
“Barangsiapa yang bertaqarub kepada Allah dengan
berqurban pada hari ‘Idul Adha itu berarti menghadap
Allah untuk masuk syurga. Apabila qurban tersebut mulai
disembelih, maka Allah akan mengampuni dosanya dari
mulai tetesan darahnya yang pertama sampai keringnya,
dan qurban tersebut akan dijadikan kendaraan pada hari
qiayamat sampai alam mahsyar dan Allah akan
memberikan kebaikan kepadanya sejumlah bulu dan
tulang sendi-sendinya qurban tersebut”.

ubr 13 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

Allahu Akbar 3x Hadirin Jama’ah Ied Adha Rahimakumullah

Marilah ajaran qurban yang diwariskan Nabi Ibrahim a.s ini


kita terapkan dan realisasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena
sesuatu tujuan dan cita-cita yang kita inginkan yaitu mendapat ridla
Allah Swt bahagia dunia dan akhirat, tidak akan tercapai kalau tidak
diperjuangkan, sedangkan perjuangan tidak akan berhasil tanpa
pengorbana, namun pengorbanan yang kita lakukan adalah yang
beranfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Bukan pengorbanan yang sia-sia atau kita dikorbankan oleh
kelompok yang mempunyai kepentingan. Mari kita berkorban
dengan apa saja sekemampuan kita. Rasulullah Saw bersabda :
َ‫ل‬
ِ َُ ْ ْْ ْ ِ ََُِ‫اَ َِـ ًليـ‬
ِ َِ‫ ِِ ًْ ِكا َِ َِهْ ِ ًل مْ َِـ ًليِـ‬, ‫لَ مِاَه‬ ِ ِ ‫ِِ ًْ ِكا َِ َِهم ِِ م‬
‫لَ بْ ُْ لْْْه‬ ْْ ْ
ِ َِ‫ ِِ ًْ ِكا َِ َِهْ ْـ لْةم َِـ ًليِـ‬,‫بَْ ًلْه‬
ِ َُ
”Barangsiapa yang mempunyai harta, bershadaqahlah
dengan hartanya. Barangsiapa yang mempunyai ilmu,
bershadaqahlah dengan ilmunya. Barangsiapa yang
mempunyai kekuatan, bershadaqahlah dengan
kekuatan”.

Marilah kita laksanakan amal soleh ini dengan dibarengi


kesadaran dan keikhlasan karena hanya amal yang disertai
keikhlasan yang akan diterima Allah Swt. Semoga amal ibadah kita
menjadi sebab kita mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Amin Yaa Rabbal ‘Alamin.

ubr 14 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ ‫‪10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah‬‬

‫ِرَ ل ى وَكْ ِ اَُرأَ اَكرم وَْْن ِّكْ مـاَيه ِْ‬


‫اهْــاٍ واَــَكـر احكيْ و ُ ــَْ ل ِن وَِكْ ــاو ـه ِْـه‬
‫َْ اَغْ ــْراَ ــرْيْ‬

‫‪ubr‬‬ ‫‪15 rbu‬‬


‫خطبة عيد الضحى‬ ‫‪10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah‬‬

‫اة بلـةطببةةةاّثيــنِـَيةة‬
‫ْْ‬‫احِ ًْ ُْ ‪ِ .‬مً لُا َِ ً‬ ‫لْ أِ ًك ِرْ ×‪ . ٧‬هِاَِْهِ اْهل لْ ِولْ أِ ًك ِرْ لْ اِ ًك ِرْ ِو ِّْ ً‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫اٍ وأِصلْ‬ ‫لاِ واًلَلِْْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫اَ‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬
‫ْ‬ ‫ْ‬
‫و‬ ‫ا‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫‪.‬‬ ‫أِْـ ُِْ وََْ اًَ ِكاِْـَِ ْ‬
‫اٍ‬
‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ِ‬ ‫ِِ ً‬‫ً‬ ‫ِ‬ ‫ً‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ً ِ ْ ًِْ‬
‫اَ ِاَاَ اَ َْ لرى ِْ اَ َِا ْرلّ ْ‬ ‫د‬
‫ٍ‪.‬‬ ‫اَ ِْ ِزِِ ِ ِ ِ‬ ‫ِو ِِاَِ ِ‬
‫ص َِابْْه‬ ‫ْْ‬ ‫د‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ص َِْ ِو ُِلِ ًْ ِوِِ ْرًَ ِِلِى ِر ًْراًل ََِِْ ُِيُِْ َِ ُِْ لُْ ِو ِِلِى اَِه ِواِ ً‬ ‫اَِل َْـ لْ ِ‬
‫ن َِا ْزِ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْْ‬ ‫ْْ‬
‫قَ ًْْر‬‫ن ا ِى ِمِِْر اَُ ْ‬ ‫صاِلة ِو ُِـاِلِا َِاِ ِْ ً ْ ِْ ِ ِ ً ِ‬ ‫اًلْ َِاًَُْ ِْ اًَكِراَ ‪ِ .‬‬
‫ِواًهِ لَّْ ‪.‬‬
‫اَ‬‫اَسِْر ِواً ََِلِ ْْ َِ َِلِ ْك ًْ ْـ ًْلْ َْ ًْ َِ‪َِ .‬ـ ُِ ِ‬
‫ل ِْلـ ُْْا ل ِِ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اِْاَ ْ‬
‫ِ‬
‫أِلِابـَ ُْ ‪َِ :‬ـي ْ‬
‫ِ ِ‬ ‫ًِ‬
‫َلق ًْ َِ‬ ‫ْ‬ ‫ه‬‫ِ‬‫َ‬ ‫ك‬
‫ِ‬ ‫ِـَ ِاى ِْ ًُْ ِك ْ كَِْابْْه وبَُِْْْْه ْـََِ ُْى اًلََِ ُْو َِ‪ ِْ .‬لَ ل وِاِِْ‬
‫ِْْ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ًْ ً‬ ‫ِ ً ًِ‬ ‫ِ‬
‫ْ ْ ْ‬
‫َ َِْ‬‫صلق ًْا ِِلًِيه ِو ُِلِ ْْ ِ ًسلًي لْا‪ .‬اَِل َْـ لْ َِ ِ‬ ‫ِِلِى اََْلِ ِّأِْـق َِااَل ًَِْ ِْ اَِِِْـ ًْا ِ‬
‫لّ اًَ ِك ْرًْم واَلرَُْْ ْ ْ ْ‬ ‫وُلْ‬
‫َ اَل َْـ لْ ِِلِى‬ ‫اَسَُِ اً ًََُِي ْ ِو ًار ِ‬ ‫ِ ً ِ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫اَ‬ ‫ا‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ى‬ ‫ل‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬
‫ِِ ً‬
‫اِْلْي اِِْ بِ ًك در ِوِْ ِِْر ِوِْثً ِْا َِ ِو ِِلْي ِو ِِ ًْ بُِْيِ ًْ‬ ‫ـاِ اَلر ْاْ ْـًُْ ِْ ً‬‫اللِ ِْ ْ‬ ‫ْ‬
‫أ ًِربِـ ًَِ ًْ‬
‫اَ اْ ِى ِْـ ًَْْ‬ ‫ََاب ًْ واًَ ُِراب ًْ واََلابَْْـن و َِبْ ُْ اََلابَْْـن وِْ ََِْْ إْْْس د‬
‫ًِ ِِ ً ِْ ً ً ِ‬ ‫اَ ل ِ ِ ِ ِ ِ ِ ً ِ ِ‬
‫امـن أ ْ‬ ‫ُ ّأِرْْ اَلر ْ ْ‬ ‫ْْ ْ ْ‬ ‫ْ‬
‫ِ‬ ‫ن ِّ ِر ل‬ ‫ِِ‬
‫ً ِ ًِ‬ ‫اَ ًُِْ ْْ ِو ِِلًِيـَِا ِِ َِ َْ ًْ ِوًَيَ ًْ بِر ًمَِ ِ ِ ً ِ ِ‬
‫ن ‪....‬‬ ‫ْ‬
‫اِ ََِـاَِْ ً ِ‬
‫‪ubr‬‬ ‫‪16 rbu‬‬
‫خطبة عيد الضحى‬ ‫‪10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah‬‬

‫اٍ اًهِ ِْيِ ْاِ ًَِْـ َْ ًْ‬ ‫اٍ واًلسلْ ْْن واًلسلْْ ْ‬ ‫اَِلَـ لْ ا ًْ ْْرًَْلْؤَِْْن واًلؤَِِْ ْ‬ ‫‪-‬‬
‫ِ ًْ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ً‬ ‫ِ ًْ‬ ‫ً ًْ ًِ ِ ً‬ ‫ْ‬
‫احَ ْ‬ ‫ُ ِْميُ ِ ْرُْ ْْجيُ اَُ ْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫اٍ ‪.‬‬ ‫لِ ِْاٍ ِوِاْ ِي ًِ ِ‬ ‫ِواًهِ ًِ ِْاٍ ِْْل ِ ً م ً م ً ْ ِ‬
‫اٍ بِـًيـَِـَِ ِاو ًاَ ُْ َِ ُْْْ َْ اَ لساَِْ ِوِْجِـَِا ِْ ِْ‬ ‫ِصل ًٍ ُِ ِ‬
‫اَِلَـ لْ اَِِْْ ْـلْْبـَا وأ ْ‬
‫ْ ً ً ِِ ِ ً‬ ‫‪-‬‬
‫َ ِِاَِ َِِر ًَِْـ َِا ِوِِابِِّ ِْ ِوِِ ْرًَ ََِِا‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫اَُقلْ ِْاٍ ِْ ِى اََـ ًقْْر ِو ًََِِْـَِا اًَ ِْ ِْاْ ِ‬
‫ِ‬ ‫ُ ِِلًِيـَِا ِْْل ِ‬ ‫اَِِا واِبَا ْرَِ وْـلْْبَِْا واًِزو ْاََِا وُْ ْرلّ ْ‬ ‫ِم ْ‬ ‫ْ‬
‫ُ اًِْ ِ‬ ‫ْ‬‫و‬ ‫ا‬‫ِ‬‫َ‬
‫ِ ً ِ ِ ِِ ِ ً‬ ‫ِ‬ ‫ً‬ ‫ِ أ ًِ ِ‬
‫اِ اَلرًْْي ْْ ‪.‬‬ ‫اََلـ لْ ْ‬
‫اَ اَلِْ‬ ‫ِصلْ ًٍ ََِِا ًَْْـيِ ِ‬
‫َ ًِْْ أ ًِِ ْرَِ ِوأ ً‬
‫ْ‬ ‫ْْ ْ‬
‫ِصل ًٍ ََِِا ًَََِْا اَلَى َْ ِْ ِ ً‬
‫اَِلَـ لْ أ ْ‬
‫ْ ً‬ ‫‪-‬‬
‫ِ‬ ‫اْـَا واِصلٍْ ََِِا اِ ْررِـَِا اَل ِْ َْيـَا َِاَ َِ واِْيَِْا ِا ِكاِْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫َْ‬
‫ًِ ِِ ْ ِ ً ِ‬ ‫ِ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ً‬
‫احِيِ ْاة ْزِّ َِةل ِْ‬ ‫اَ َِ َْ ً‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ً ْ‬
‫احِيِاة ِر ً لرا ََِِا ِوِـ َِْلـَِا اُِا ِكاِِْ اِ ََِِْاةْ ِر ً لراََِِ ِاو ً‬
‫اًْل َلَِا ِْ ًْ ْك َِْ ِِْدر‪.‬‬ ‫ٍ ِر ِ‬ ‫اَ َِ َْ اًلًِْ ِ‬ ‫ْك َِْ ِر ًدر ِو ً‬
‫اَِل َْـ لْ ًاََِ ًُ َِِلا اًَغِاِِِ ِواًَِْاِِِ ِواًَ ِِِِِْ ِواًَ ِْ ًَ ِّاِِ ِواًَ ًَْْ ِكِر ِواًَْ ُِ ِ‬
‫اَ‬ ‫‪-‬‬
‫ْْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ‬
‫ن‬‫ِو ِْ ُِاِ ُِ ِواًَْ َِ ِْ ِِاَِ َِِر ًَِـ َِا ِوِِا بِِّ ِْ ِ ًْ بِـلُِ َِ اً ْلًْ ُْ ًوْسيِْ ً ِ‬
‫ن ِِا لًِل‪.‬‬ ‫ْ ْْ‬ ‫را ل ْ‬
‫صًل ِوِ ًْ بـًْل ُِاَ اًلْ ًسلْ ً ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ًرَِ ِِلِى اًَ ُِ ًَْْ‬ ‫ِ أًِ ُِ ِاَِِا ِواًْ ْ‬
‫ْ‬
‫ِربـلَِاا ًْْ ًرََِِا ُْْـ ًْبِـَِا ِوِْ ًُِراَِـَِا ِْ اًِِ ْرَِ ِوَـِِْ ً‬ ‫‪-‬‬
‫ُ ِر ًمًِل ِوَِ ِْيِ ََِِا ِْ ًْ اًِِ ْرَِ ِر ِْ ُِا‪ِ .‬ربـلَِااَِِْا‬ ‫ْ‬
‫اًَ ِكاَ ْرًْ ِْ‪ِ .‬ربـلَِا اَِِْا ِْ ًْ َل ًُْْ ِ‬

‫‪ubr‬‬ ‫‪17 rbu‬‬


‫خطبة عيد الضحى‬ ‫‪10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah‬‬

‫اِ اََلا ْر‪ْ ِْ ًِ َِ .‬اَ ًْ ًَْيـ َِا‬‫ِ‬ ‫َ‬


‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ِ‬ ‫ا‬‫ِ‬‫َ‬‫و ِْ اًهِ ْررْة ْسًَل وْ‬
‫ِ ِ ِِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِْ اَ قًُْـيِا ِْ ِسَِ دً‬
‫احْ ُْ ْ‬
‫ل‬ ‫ً‬ ‫ْ‬‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫اَ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬
‫ً‬ ‫َ‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫وِِْيلـَْـَْ َْيـَا ُاَِ واِ ْ‬ ‫ُ اَل َْـ لْ‬‫ًُْْ َِاِْ ِ‬
‫ِ ْ ً ً ِ ِ م ِ ْ ِ ِ ْ ً ِ ًِ‬
‫ـن‪.‬‬ ‫رل ْ‬
‫ِ اً ََِاَِْ ً ِ‬ ‫ِ‬

‫ْ‬
‫ِواَ لسـاِ َْ ِِلًِي ْك ًْ ِوِر ًمًِْ ل ِوبِـِرِكا ْهْ‬

‫‪ubr‬‬ ‫‪18 rbu‬‬


‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

ubr 19 rbu
‫خطبة عيد الضحى‬ 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah

ubr 20 rbu

Anda mungkin juga menyukai