Resha Adriana Putri FF Fulltext Apotek 2
Resha Adriana Putri FF Fulltext Apotek 2
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2017
UNIVERSITAS INDONESIA
Halaman Judul
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2017
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
laporan ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Penyusun,
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan praktek kerja profesi Apoteker ini adalah karya saya sendiri,
NPM : 1606966174
Tanda Tangan :
Tanggal :
iv
HALAMAN PENGESAHAN
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan kuasa-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir pada Praktek
Kerja Profesi Apoteker. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas
dukungan kepada:
1. Bapak Apriyandi, S.Farm., Apt selaku APA dan pembimbing di Apotek Kimia
Farma No. 352 Depok serta Ibunda Dra. Azizahwati, M.S,. Apt, yang telah
membimbing dan memberikan ilmu selama praktek kerja profesi dan penyusunan
laporan ini.
2. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia dan Bapak Dr. Hayun M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas kesempatan dan dukungan
yang diberikan untuk mengikuti program studi ini.
3. Seluruh staf pengajar dan Tata Usaha Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia atas ilmu, dukungan, dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan.
4. Seluruh apoteker terutama Bu Istifa yang telah berkontribusi dan meluangkan
banyak waktu selama penulis PKPA di Apotek Kimia Farma dan seluruh staf di
Apotek Kimia Farma No.352 Depok atas waktu, bimbingan, dan ilmu yang
diberikan selama menjalani PKPA.
5. Keluarga tercinta Ayah, Ibu, dan Adik- Adik yang telah mendukung baik secara
material dan moral untuk terus semangat dalam menuntut ilmu. Terkhusus buat
keponakan kesayangan Arkhan yang selalu menjadi penyemangat penulis
menyelesaikan studi.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu dan karya ilmiah ini dapat memberi
manfaat nyata bagi Farmasi UI, masyarakat dan Indonesia.
Depok, 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
3.4.4 Penyimpanan ........................................................................................ 32
3.4.5 Pemusnahan ......................................................................................... 32
3.4.6 Pengendalian ........................................................................................ 32
3.4.7 Pencatatan dan Pelaporan ..................................................................... 33
3.5 Pelayanan Farmasi Klinis......................................................................... 33
1. Pelayanan dan Pengkajian Resep .............................................................. 33
2. Dispensing ................................................................................................. 33
3. PIO ............................................................................................................ 34
4. Konseling .................................................................................................. 34
5. Home Pharmacy Care ............................................................................... 34
6. Pemantauan Terapi Obat Monitoring Efek Samping Obat ....................... 34
3.6 Swamedikasi ............................................................................................ 34
BAB 4 PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA ................................................ 35
4.1 Tempat dan Waktu .................................................................................. 35
4.2 Kegiatan PKPA ....................................................................................... 35
BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 41
5.1 Pelayanan Farmasi Klinis Di Apotek ....................................................... 42
5.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan BMHP di Apotek ......................... 44
BAB 6 PENUTUP............................................................................................... 48
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 48
6.2 Saran ....................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 49
LAMPIRAN ......................................................................................................... 51
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kegiatan PKPA di Apotek Kimia Farma No. 352 Periode Oktober
2017.................................................................................................................. 32
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo Obat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2016) .... 16
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu upaya untuk menyiapkan para calon Apoteker agar
mendapatkan pengalaman yang nyata tentang pelayanan kefarmasian dan
pengelolaan Apotek, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia bekerjasama dengan beberapa Apotek untuk mengadakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek bagi mahasiswa profesi
Apoteker. Salah satu Apotek yang menjadi tempat pelaksanaan PKPA tersebut
ialah PT. Kimia Farma Apotek yang tepatnya dilaksanakan di Apotek Kimia
1 Universitas Indonesia
2
1.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Kimia Farma ini adalah agar mahasiswa program profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia:
a. Mampu memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek
(APA) dalam pengelolaan Apotek, serta melakukan praktek pelayanan
kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika yang
berlaku.
b. Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis
untuk melakukan praktek kefarmasian di Apotek.
c. Memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktek kefarmasian.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Apotek
2.1.1 Definisi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker (Pemerintah Republik Indonesia,
2009).
3 Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
a. Perencanaan
Sebelum membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit,
pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai harus dilakukan melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Hal ini dilakukan untuk menjamin kualitas Pelayanan
Kefarmasian.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
Beberapa hal yang harus dipahami tentang penyimpanan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai antara lain:
Universitas Indonesia
10
1) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa.
2) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
4) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO
(First In First Out).
e. Pemusnahan
Produk farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai dengan
standar yang berlaku harus dimusnahkan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada pemusnahan sediaan farmasi antara lain:
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara ditimbang dan
kemudian dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita
Acara Pemusnahan Resep selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
3) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan, dan pemberian informasi obat.
Obat disiapkan sesuai dengan permintaan resep atau melakukan peracikan bila
diperlukan. Etiket diberikan dengan warna putih untuk obat dalam/oral, warna biru
untuk obat luar atau suntik. Obat kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang tepat
dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep).
Kemudian, memanggil nama dan nomor tunggu pasien, memeriksa ulang identitas
dan alamat pasien. Setelah itu dilakukan penyerahan obat yang disertai pemberian
informasi obat meliputi informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat seperti manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain. Apabila
diperlukan, Apoteker membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf
oleh Apoteker. Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non resep atau
pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas
atau bebas terbatas yang sesuai (Menteri Kesehatan RI, 2016).
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi obat yang diberikan
meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode pemberian,
farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan
pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga,
sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain. Kegiatan PIO di Apotek meliputi:
menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan; membuat dan menyebarkan
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
d. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan.
2.4 Swamedikasi
Departemen Kesehatan RI (2007) mendefinisikan swamedikasi sebagai Upaya
masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri (UPDS). Menurut WHO (1998), self-
medication adalah kegiatan pemilihan dan penggunaan obat, baik obat moderen,
herbal, maupun obat tradisional, oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau
gejala penyakit yang disadari oleh orang tersebut. Apoteker harus memberikan
edukasi kepada pasien yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan
dengan memilihkan obat bebas, bebas terbatas ataupun obat yang terdapat dalam
Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA).
Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker
kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter. Terdapat daftar obat wajib Apotek yang
dikeluarkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan nomor
347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan
nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.2, dan
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat
Wajib Apotek No.3.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 347/Menkes/Sk/VlI/1990
tentang Obat Wajib Apotek disebutkan bahwa Apoteker di Apotek dalam melayani
pasien yang memerlukan obat diwajibkan :
1) Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan
dalam Obat Wajib Apotek yang bersangkutan.
2) Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
20
2.5.2 Penyimpanan
Universitas Indonesia
21
khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Narkotika dan
Psikotropika di Apotek disimpan di dalam lemari khusus. Sedangkan untuk Prekursor
Farmasi harus disimpan dalam bentuk obat jadi di tempat penyimpanan obat yang
aman berdasarkan analisis risiko. Lemari khusus untuk menyimpan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi di Apotek harus memenuhi syarat sebagai berikut
(Menteri Kesehatan RI, 2015):
a. Terbuat dari bahan yang kuat.
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
c. Harus diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
d. Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
2.5.3 Penyerahan
Universitas Indonesia
22
kebutuhan harian Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas yang diperlukan
untuk pengobatan. Penyerahan kepada Dokter hanya dapat dilakukan apabila
diperlukan untuk menjalankan tugas/ praktek di daerah terpencil yang tidak ada
Apotek atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Penyerahan
Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas oleh Apotek kepada Toko Obat
hanya dapat dilakukan berdasarkan surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh
Tenaga Teknis Kefarmasian.
2.5.4 Pencatatan
2.5.5 Pelaporan
Apotek wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan
dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai setempat
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
narkotika dan psikotropika yang dapat dilaporkan (Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian, 2011).
Pihak Kementerian Kesehatan akan memberikan user ID dan password
kepada pengelola SIPNAP di Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sebelum mendapatkan user Apoteker mendaftarkan diri dengan
memasukan Data Unit Layanan yang terdiri dari data Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), jenis tempat layanan, nama tempat, nomor izin (SIA), tanggal terbit SIA,
alamat dan informasi terkait tempat layanan dan key code. Setelah itu Apoteker juga
memasukkan data Apoteker Penanggung Jawab yang terdiri dari nama, nomor surat
tanda registrasi Apoteker (STRA), tanggal terbit STRA, telepon, email dan surat
pernyataan keaslian data asli.
Laporan di SIPNAP terdiri dari laporan pemakaian narkotika dan psikotropika
untuk bulan bersangkutan meliputi periode, status pelaporan, jenis entry, produk,
status transaksi, stok awal, pemasukan dari PBF (jika ada transaksi), pemasukan dari
sarana (jika ada transaksi), pengeluaran untuk resep (jika ada transaksi), pengeluaran
untuk sarana (jika ada transaksi), status pemusnahan, nomor Berita Acara
Pemusnahan (BAP), tanggal BAP, jumlah yang dimusnahkan, dan stok akhir. Setelah
dilakukan input dan pengiriman laporan dalam SIPNAP, maka rekapitulasi pelaporan
dapat diunduh dan disimpan kemudian ditampilkan dalam format file excel untuk
dicetak dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Password dan
username untuk login ke dalam SIPNAP didapatkan setelah melakukan registrasi
pada Dinas Kesehatan setempat.
Melalui server tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melihat hasil
laporan yang telah dikirimkan ke server Kementerian Kesehatan. Dinas Kesehatan
Provinsi bertugas untuk mengecek pengiriman laporan yang telah dilakukan oleh
pihak Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui server SIPNAP tersebut. Selain itu,
Dinas Kesehatan Provinsi juga melakukan pembinaan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui sosialisasi dan pelatihan software SIPNAP serta memberi
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
27 Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
3.4.1 Perencanaan
Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh BM dan
dibantu oleh APA satu wilayah Depok dengan pertimbangan pola peresepan dokter,
histori data penjualan dan buku penolakan.
3.4.2 Pengadaan
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan
disetujui oleh BM. Proses pengadaan harus memperhatikan waktu tunggu atau waktu
pengiriman agar tidak terjadi kekosongan barang. Pengadaan dilakukan 1-2 kali
dalam sebulan. Metode pengadaan dilakukan dengan sistem min-max , cito dan
dropping.
Sistem min-max merupakan sistem yang diterapkan dengan melihat data
histori penjualan selama 3 bulan terakhir. Dengan sistem ini BM dapat menetukan
nilai maksimal dan minimal yang dijadikan acuan dalam penetuan jumlah pesanan
sediaan farmasi. Sistem cito merupakan sistem pengadaan obat diluar daftar sistem
min-max yang dibuat apabila dari data min-max belum tercantum sediaan farmasi
yang dibutuhkan Apotek. Sistem dropping adalah sistem pengadaan sediaan farmasi
dengan meminjam sediaan farmasi dari Apotek cabang lain.
Pengadaan narkotika dan psikotropika, pemesanan dilakukan dengan
mengajukan Surat Pemesanan (SP) yang telah ditandatangani oleh Apoteker
Universitas Indonesia
31
3.4.3 Penerimaan
Proses penerimaan barang dilakukan dengan menyesuaiakan antara faktur, SP
dan kondisi fisik barang. Kondisi fisik barang mulai dari kesesuaiannya baik dari
nama barang, tanggal kadaluarsa, kesesuaian harga, jumlah barang, kondisi barang,
discount dan nomor batch barang yang diterima. Setelah pemeriksaan jika sudah
sesuai maka petugas menuliskan nomor penerimaan, tanggal, bulan dan tahun
penerimaan, paraf, nama jelas dan stempel Apotek pada faktur/ tanda terima barang.
Faktur asli dikembalikan ke PBF dan Apotek menyimpan 2 lembar kopiannya dan
disimpan sebagai arsip. Jika ada ketidaksesuaian maka dilakukan konfirmasi ke PBF
dan faktur disesuaikan dengan barang yang diterima.
Penerimaan pesanan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi harus
dilakukan oleh Apoteker atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker
kemudian akan mengecek kesesuaian faktur dengan surat pesanan serta kondisi fisik
barang. Setelah semua pemeriksaan sesuai maka faktur akan ditandatangani oleh
Apoteker.
Setelah kegiatan penerimaan, selanjutnya petugas melakukan pengentrian
barang yang diterima yang disesuaikan berdasarkan sumber barang yang diterima
misal dari dropping BM atau barang yang diterima langsung dari pemasok
(distributor). Setelah itu petugas mengirimkan data penerimaan barang ke BM
melalui e-mail.
Universitas Indonesia
32
3.4.4 Penyimpanan
Penyimpanan Obat di Apotek ini , terdiri dari obat etikal dan OTC (Over The
Counter). Obat-obat bebas atau OTC disimpan bagian depan dengan sistem swalayan
farmasi sehingga mudah dijangkau oleh pelanggan. Ruangan ini terdiri atas rak- rak
untuk meletakkan obat bebas dan bebas terbatas, kosmetik, suplement, perlengkapan
bayi, obat herbal dan bahan medis habis pakai. Penataan sediaan OTC ini berdasarkan
bentuk sediaan dan farmakologi serta disusun berdasarkan alfabetis.
Obat etikal berada dibelakang area transaksi. Di ruangan penyimpanan ini
terdapat rak-rak penyimpanan obat yang terbagi berdasarkan bentuk sediaan
(tetes/drop, salep/krim, sirup, tablet), efek farmakologis (pencernaan, diabetes,
tekanan darah, NSAID, saluran pernafasan, vitamin, hormon) golongan obat (obat-
obat branding, generik, psikotropik, narkotik), stabilitas (suppositoria, injeksi,
insulin, ovula) didalam pharmaceutical refrigerator, obat produksi PT. Kimia Farma
Tbk., dan obat jaminan (BPJS) yang disusun secara alfabetis. Setiap jenis obat
dimasukan kedalam kotak yang berukuran sama dan setiap kotak diberi keterangan
nama obat, dosis dan dilengkapi dengan kartu stok. Obat psikotropika dan narkotika
serta obat tujuan khusus disimpan dalam lemari yang terpisah. Dan untuk
penyimpanan narkotik dan psikotropik sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu
memiliki kunci ganda dan lemari yang menempel pada dinding.
3.4.5 Pemusnahan
Perbekalan farmasi yang sudah habis masa kadaluarsanya atau berubah
bentuknya akan diletakkan pada tempat terpisah (pada lemari khusus) yang nantinya
akan dikumpulkan dan dimusnahkan oleh Apotek BM se-Depok.
3.4.6 Pengendalian
Pengendalian pengelolaan obat, alat kesehatan dan produk lain dilakukan
dengan sistem komputerisasi, kartu stock dan Stock Opname (SO). Pengisisan kartu
stock sejauh ini hanya dilakukan pada obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
saja. Kimia Farma melaksanakan SO setiap 3 (tiga) bulan sekali. Pada saat SO
Universitas Indonesia
33
3.5.2. Dispensing
Kegiatan dispensing terkait penyiapan resep dibantu oleh TTK yang
kemudian di verifikasi ulang oleh Apoteker terkait nama pasien, tanggal, nama obat,
cara pemakaiannya, dan jumlah obat yang diberikan sebelum penyerahan kepada
pasien. Penyerahan Obat dilakukan oleh Apoteker disertai dengan pemberian
Universitas Indonesia
34
informasi obat terkait frekuensi pemakaian obat, indikasi, efek samping yang
mungkin ditimbulkan, dan cara penyimpanan.
3.5.4. Konseling
Kegiatan ini telah dilakukan namun masih terbatas ke beberapa pasien,
sehingga belum dilakukan kesemua pasien yang memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan pelayanan tersebut. Selain itu, kegiatan ini dilakukan saat penyerahan
obat, jadi kegiatan ini selalu berdampingan dengan kegiatan pemberian informasi
obat yang akhirnya tidak terdokumentasi.
3.6 Swamedikasi
Pelayanan obat tanpa resep dan swamedikasi dilakukan di Apotek ini. Obat
yang dapat dilayani tanpa resep seperti obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
Apotek (OWA), kosmetik, suplemen dan obat herbal. Pelayanan tersebut dapat
dilakukan dengan menanyakan keluhan pasien seperti demam, batuk, pilek, nyeri, dan
masalah terkait kulit. Keluhan berat yang tidak dapat tertangani dan memerlukan
pengobatan medis lebih lanjut dapat disarankan pada pasien untuk berkonsultasi
langsung dengan dokter.
Universitas Indonesia
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA
35 Universitas Indonesia
36
kronis dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS
(generik atau paten)
Etiket: tanggal, nama pasien, aturan minum(frekuensi, waktu, cara
minum), nama obat, jumlah obat, indikasi
Jumat, Melakukan pelayanan resep:
Pengkajian resep: nama pasien, nama dokter, nama obat, kekuatan obat,
06/10/2017 persediaan obat, aturan pakai
Penyiapan resep: untuk obat BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS kronis
dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS (generik
atau paten)
Etiket: tanggal, nama pasien, aturan minum(frekuensi, waktu, cara
minum), bentuk sediaan, nama obat, jumlah obat, indikasi
Sabtu, Melakukan pelayanan resep:
Pengkajian resep: nama pasien, nama dokter, nama obat, kekuatan obat,
07/10/2017 persediaan obat, aturan pakai
Penyiapan resep: untuk obat BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS
kronis dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS
(generik atau paten)
Etiket: tanggal, nama pasien, aturan minum(frekuensi, waktu, cara
minum), bentuk sediaan, nama obat, jumlah obat, indikasi
Minggu , Melakukan pelayanan resep:
Pengkajian resep: nama pasien, nama dokter, nama obat, kekuatan obat,
08/10/2017 persediaan obat, aturan pakai
Persediaan obat, jika obat yang diresepkan (resep dari luar) tidak tersedia
apoteker akan bertanya ke pasien apakah bersedia diganti dari
generik/paten menjadi paten/paten lain dengan isi ZA yang sama, contoh:
Mini Aspi -> aspilet.
Penyiapan resep: untuk obat BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS kronis
dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS (generik
atau paten)
Etiket: tanggal, nama pasien, aturan minum(frekuensi, waktu, cara
minum), bentuk sediaan, nama obat, jumlah obat, indikasi.
Senin, Melakukan pelayanan resep:
Pengkajian resep: nama pasien, nama dokter, nama obat, kekuatan obat,
09/10/2017 persediaan obat, aturan pakai
Persediaan obat, jika obat yang diresepkan (resep dari klinik) tidak
tersedia apoteker akan bertanya ke dokter apakah obat boleh diganti
dengan obat yang tersedia di apotek.
Penyiapan resep: untuk obat BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS kronis
dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS (generik
atau paten)
Etiket: tanggal, nama pasien, aturan minum(frekuensi, waktu, cara
minum), bentuk sediaan, nama obat, jumlah obat, indikasi
Memaparkan tugas analisis resep dan melakukan diskusi
Pembagian tugas PIO, Telefarma dan Home Care tiap mahasiswa 3
pasien PIO dan Telefarma dan 1 pasien Home Care.
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
38
Penyiapan resep: untuk obat BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS kronis
dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS (generik
atau paten)
Etiket: tanggal, nama pasien, aturan minum(frekuensi, waktu, cara
minum), bentuk sediaan, nama obat, jumlah obat, indikasi
Rabu, Melakukan pelayanan resep:
Pengkajian resep: nama pasien, nama dokter, nama obat, kekuatan obat,
18/10/2017 persediaan obat, aturan pakai.
Penyiapan resep: untuk obat BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS kronis
dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS (generik
atau paten)
Etiket: tanggal, nama pasien, aturan minum(frekuensi, waktu, cara
minum), bentuk sediaan, nama obat, jumlah obat, indikasi
Telefarma
Kamis, Melakukan pelayanan resep:
Pengkajian resep: nama pasien, nama dokter, nama obat, kekuatan obat,
19/10/2017 persediaan obat, aturan pakai
Penyiapan resep: untuk obat BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS kronis
dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS (generik
atau paten)
Etiket: tanggal, nama pasien, aturan minum(frekuensi, waktu, cara
minum), bentuk sediaan, nama obat, jumlah obat, indikasi
Pemberian informasi obat
Jumat, Melakukan pelayanan resep:
Pengkajian resep: nama pasien, nama dokter, nama obat, kekuatan obat,
20/10/2017 persediaan obat, aturan pakai
Penyiapan resep: untuk obat BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS kronis
dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS (generik
atau paten)
Etiket: tanggal, nama pasien, aturan minum(frekuensi, waktu, cara
minum), bentuk sediaan, nama obat, jumlah obat, indikasi
Pemberian informasi obat
Sabtu, Melakukan pelayanan resep:
Pengkajian resep: nama pasien, nama dokter, nama obat, kekuatan obat,
21/07/2017 persediaan obat, aturan pakai
Penyiapan resep: untuk obat BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS kronis
dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS (generik
atau paten)
Etiket: tanggal, nama pasien, aturan minum(frekuensi, waktu, cara
minum), bentuk sediaan, nama obat, jumlah obat, indikasi
Penyiapan Resep konversi Sirup ke Puyer
Minggu, Melakukan pelayanan resep:
Pengkajian resep: nama pasien, nama dokter, nama obat, kekuatan obat,
22/10/2017 persediaan obat, aturan pakai
Penyiapan resep: untuk obat BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS kronis
dan BPJS klinik, untuk obat tunai dapat diambil di selain BPJS (generik
atau paten)
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dimulai dari tanggal 2-31 Oktober
2017, kegiatan ini berlangsung 6 hari dalam seminggu selama satu bulan dan terbagi
menjadi 2 shift yaitu shift pagi dan malam. Shift pagi dimulai pada pukul 07.00-
14.30.00 WIB sedangkan shift malam dimulai pada pukul 14.30-21.30 WIB.
Praktek kerja profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma dilaksanakan dengan
mengamati dan melaksanakan pelayanan farmasi di Apotek. Pengelolaan dan sistem
administrasi perbekalan farmasi diperoleh melalui pengamatan dan diskusi bersama
Apoteker.
Lokasi Apotek sudah cukup strategis jika dilihat dari posisi Apotek yang
terletak di tepi jalan raya yang dilalui kendaraan dua arah serta dekat tempat putar
balik kendaraan dan berjarak 300 meter dari perempatan traffic light sehingga
memudahkan akses kendaraan dari berbagai arah. Di sisi lain Apotek juga berada di
arus balik kendaraan dari arah Jakarta ke Depok dan berdekatan dengan pusat
perbelanjaan, tempat makan, serta pemukiman masyarakat. Selain itu, Apotek juga
terintegrasi dengan klinik pratama.
Bagian depan bangunan Apotek menggunakan kaca transparan dan dilengkapi
pencahayaan yang terang saat malam hari. Pelang nama dipancangkan di depan
Apotek dan terlihat cukup jelas dari jauh dan dilengkapi dengan lampu neon. Tempat
parkir kendaraan yang cukup luas tersedia di bagian depan dan belakang bangunan.
Apotek juga menyiapkan toilet umum untuk pengunjung. Papan nama Apotek dan
papan nama praktek Apoteker dipasang didinding bagian depan pintu masuk dan
didalam ruangan. Terkait papan nama praktek Apoteker di Apotek ini belum
mencantumkan jadwal semua Apoteker yang praktek.
Sarana dan prasarana Apotek yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan
Kefarmasian di Apotek telah hampir memenuhi persyaratan sarana dan prasarana
menurut peraturan menteri kesehatan No. 9 tahun 2017, sarana dan prasaranan di
Apotek meliputi ruang tunggu (swalayan, konter penerimaan dan penyerahan resep
41 Universitas Indonesia
42
serta konter pembayaran), ruang racik yang dilengkapi rak- rak penyimpanan obat
dan lemari arsip dan Ruang Apoteker. Ruang Tunggu telah sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan. Luas ruang racik memungkin pekerja untuk bergerak leluasa, posisi
alat racik dan obat-obat yang sering digunakan dalam meracik diletakkan dirak yang
mudah untuk dijangkau. Namun, di Apotek ini belum memiliki tempat khusus untuk
melakukan kegiatan konseling. Ruang konseling diperlukan sebagai sarana bagi
pasien/keluarga yang ingin berkonsultasi dengan Apoteker untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan
perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Tenaga kerja yang terdapat di Apotek telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan. Jadwal APA dan Apoteker lain dalam melaksanakan pelayanan di Apotek
sudah diatur, sehingga pelayanan kefarmasian di Apotek selalu dilakukan oleh
Apoteker.
rumah sakit harus dilengkapi ‘Surat Elegibilitas Peseta’, Fotocopy kartu BPJS,
lembar kendali, dan hasil lab untuk pengobatan kolesterol. Jika pasien asuransi
kesehatan pada saat menyerahkan resep menyertakan kartu tanda anggota asuransi
kesehatan terkait. Selanjutnya, setelah penerimaan resep maka dilakukan pemastian
ketersediaan obat, melakukan pengkajian terhadap kelengkapan resep, kesesuaian
farmasetik, pertimbangan klinis dan penetapan harga obat untuk resep umum, serta
penetapan harga untuk obat yang tidak tercover pada resep BPJS atau asuransi
kesehatan yang dibawah persetujuan pasien untuk dibeli tunai. Pada tahap pengkajian
klinis resep masih sebatas pengkajian terkait ketepatan dosis terhadap usia pasien.
Kegiatan berikutnya adalah penyiapan obat yang terdiri dari penyiapan dan
pemberian etiket atau penandaan obat dan kemasan, peracikan obat penulisan item
resep yang diserahkan pada lembar kendali apabila resep BPJS, serta menuliskan
copy resep apabila ada obat yang tidak tersedia atau obat tidak diambil sebagian atau
seluruhnya. Tahap berikutnya adalah verifikasi akhir penyiapan resep dilakukan oleh
Apoteker dengan memeriksa kesesuaian hasil penyiapan obat dengan resep, meliputi
nama obat, bentuk dan potensi sediaan, jumlah dan aturan pakai, nama paisen, umur,
serta memeriksa kesesuaian salinan resep dengan resep asli. Apoteker menyerahkan
obat kepada pasien dengan memberikan informasi tentang nama obat, bentuk dan
potensi sediaan, jumlah dan aturan pakai, indikasi, serta penyimpanan obat. Kegiatan
ini menurut Permenkes No. 73 tahun 2016 disebut dispensing, untuk kegiatan ini
telah memenuhi persyaratan.
Kegiatan berikutnya adalah Pelayanan Informasi Obat (PIO) , dalam
kegiatan ini baru dilakukan PIO yang bersifat pasif. Kegiatan PIO yang telah
dilakukan berupa menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan dan memberikan
pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktek
profesi. Dan untuk kegiatan ini masih belum terdokumentasi sehingga akan
mempengaruhi proses penelusuran kembali pada kunjungan berikutnya.
Kegiatan pelayanan farmasi klinis berikutnya adalah konseling, untuk
kegiatan ini sudah dilakukan namun belum kesemua pasien yang memenuhi
persyatan untuk dilakukan konseling.
Universitas Indonesia
44
mengatasi hal tersebut, pengadaan dapat dilakukan dengan siste cito dan dropping.
Dalam sistem cito, APA membuat sendiri SP pembelian barang yang dibutuhkan
diluar daftar MinMax namun tetap dengan persetujuan BM. Selain itu, kekosongan
sering terjadi pada obat untuk resep BPJS. Apotek menyiasati hal tersebut dengan
cara menjanjikan kepada pasien untuk segera menyediakan obat dalam waktu
beberapa hari melalui pinjaman persediaan antar Apotek cabang lain melalui sistem
dropping. Sistem ini biasanya hanya untuk pasien BPJS saja. Pasien regular
cenderung akan menebus obat dari Apotek lain yang tentu saja akan berpengaruh
pada jumlah pemasukan dan menurunkan reputasi sebagai Apotek yang lengkap
Penerimaan barang datang dilakukan oleh Apoteker dan dibantu oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian dan bukti penyerahan barang ditandatangani oleh petugas
penerima. Pengecekan yang dilakukan terhadap barang yang datang meliputi PBF
pengirim, nama, sediaan, jumlah, kemasan, dan waktu kadaluarsa barang yang
diterima serta dengan yang tertulis di faktur serta juga dilihat kesamaan dengan surat
pesanan. Hal ini dilakukan untuk memastikan barang yang datang sesuai dengan
barang yang dipesan dan kondisi barang masih baik. Setelah dilakukan pengecekan,
dilakukan entry data barang yang diterima kedalam sistem. Penerimaan pesanan
narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi harus dilakukan oleh Apoteker atau
dilakukan dengan sepengetahuan APA.
Kegitan Penyimpanan, mahasiwa diberi kesempatan untuk mengamati
sistem penyimpanan dan turut membantu penataan obat. Penyimpanan terdiri dari
obat etikal dan OTC (Over The Counter). Baik obat OTC dan etikal disimpan
berdasarkan bentuk sediaan (tetes/drop, salep/krim, sirup,tablet), efek farmakologis
(pencernaan, diabetes,tekanan darah,NSAID, saluran pernafasan, vitamin, hormon)
golongan obat ( obat-obat branding, generik, psikotropik, narkotik), stabilitas
(suppositoria, injeksi, insulin,ovula) didalam pharmaceutical refrigerator, obat
produksi PT. Kimia Farma Tbk., dan obat jaminan (BPJS) dimana semuanya disusun
secara alfabetis. Sebagian obat disimpan tidak dalam wadah asli menurut PMK 73
tahun 2016, jika tidak dalam wadah asli maka harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru, sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch,dan tanggal
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah dilakukan selama satu
bulan di Apotek Kimia Farma 352 mulai tanggal 03 Oktober hingga 31 Oktober 2017,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Mengerti tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab seorang
Apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek.
2. Memahami dan terampil dari sebelumnya dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian setelah melakukan kegiatan PKPA, yang dapat dijadikan sebagai
pengalaman pribadi sebagai calon Apoteker.
3. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan kegiatan yang sangat
bermanfaat bagi mahasiswa program profesi Apoteker untuk mempersiapkan
calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
professional dan memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian di Apotek
6.2 Saran
1. Dalam rangka meningkatkan pelayanan farmasi klinik di Apotek khususnya
dalam kegiatan PIO, Konseling, dan Home Pharmacy Care, hendaknya
dilakukan pendokmentasian kegiatan secara lengkap di formulir dokumentasi
kegiatan dan disarankan agar Apoteker dapat melaksanakan pelayanan
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di Apotek sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
2. Diperlukan penambahan ruangan khusus untuk kegiatan konseling oleh
Apoteker agar pasien dapat lebih nyaman serta terbuka dalam memberikan
dan menerima informasi.
48 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
49 Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 352
Apoteker Lainnya
Dokter Perawat
52
Lampiran 2. Denah Tata Ruang Apotek
53
Lampiran 3. Form Pembelian NPP
54
Lampiran 4. Form Permintaan NPP
55
Lampiran 5. Etiket dan Kemasan Obat
56
Lampiran 6. Copy Resep
57
Lampiran 7. Kartu Kendali
58
Lampiran 8. Tugas Khusus
UNIVERSITAS INDONESIA
HALAMAN JUDUL
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
DAFTAR ISI
lx
DAFTAR GAMBAR
5 ............................................................................................................................ G
ambar 2.1 Algoritme Pengobatan Hipertensi Apabila Target Tekanan Darah Yang
Diinginkan Tidak Tercapai (JNC 7).................................................................................... 5
lxi
DAFTAR TABEL
6 ............................................................................................................................ T
abel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII ....................................................... 3
7 ............................................................................................................................ T
abel 2.2 Modifiasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi (JNC, VII) ....................... 10
8 ............................................................................................................................ T
abel 4.1Tabel Profil Pengobatan ....................................................................................... 14
9 ............................................................................................................................ T
abel 4.2 Tabel Interaksi Obat (Drug Information Handbook, 2009) ................................. 18
10 ........................................................................................................................... T
abel 4.3 Pengobatan yang telah diterima oleh Ny. YR ..................................................... 19
lxii
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18
tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua
atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori,
dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg dan tekanan
darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Ada dua tingkat (stage) hipertensi , dan
semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat (Chobanian dkk, 2003).
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII
KLASIFIKASI TEKANAN TEKANAN
TEKANAN DARAH DARAH
DARAH SISTOLIK DIASTOLIK
NORMAL <120 <80
PRE HIPERTENSI 120-139 80-89
HIPERTENSI 140-159 90-99
DERAJAT I
HIPERTENSI >160 >100
DERAJAT II
2.2.2 Faktor Penyebab Hipertensi
Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres,
penggunaan estrogen (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
3 Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
jantung iskemi. Penyekat beta adalah terapi lini pertama pada angina stabil dan
mempunyai kemampuan untuk menurunkan tekanan darah, memperbaiki
konsumsi dan mengurangi kebutuhan oksigen miokard. Sebagai alternatif
antagonis kalsium kerja panjang dapat digunakan (Chobaniam, et.al, 2003).
Antagonis kalsium (terutama golongan nondihidropiridin diltiazem dan
verapamil) dan penyekat beta menurunkan tekanan darah dan mengurangi
kebutuhan oksigen jantung pada pasien dengan hipertensi dan resiko tinggi
penyakit koroner. Antagonis kalsium dihidropiridin dapat digunakan sebagai
terapi lini kedua atau ketiga sebagai terapi kombinasi dengan penyekat beta.
(Oparil S, et.al, 2003).
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Tabel 2.2 Modifiasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi (JNC, VII)
Universitas Indonesia
11
dan atau alat kesehatan agar tercapai efek yang terbaik (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2008).
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE
13 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
PCC
3 Kandungan Nifedipin 30 mg -
4 Sediaan Tablet DIH
5 Indikasi Angina dan hipertensi DIH
14 Universitas Indonesia
15
b. R/2
No. Profil Obat Keterangan Pustaka
1 Nama dagang Bisoprolol -
2 Nama generik Bisoprolol -
3 Kandungan Bisoprolol 5 mg -
4 Sediaan Tablet DIH
5 Indikasi Angina stabil kronik, DIH
aritmia, PVC dan gagal
jantung.
6 Kontra indikasi Syok kardiogenik, overt DIH
cardiac failure,
bradikardia, dan heart
block
7 Efek samping Nyeri dada, lelah, DIH
insomnia, diare, mual,
arthralgia, Upper
respiratory infection,
dypsnea.
8 Dosis JNC VII: 2,5-5 mg/hari DIH
dan dapat mencapai 10
mg-20 mg /hari
9 Mekanisme kerja Menurunkan curah ISO
jantung melalui Farmakoterapi,
kronoptropik negatif 2009
dan efek inotropik
Universitas Indonesia
16
c. R/3
No. Profil Obat Keterangan Pustaka
1 Nama dagang Clopidogrel -
2 Nama generik Clopidogrel -
3 Kandungan Clopidogrel -
75 mg
4 Sediaan Tablet DIH
5 Indikasi Antitrombolitik pada DIH
pasien infark miokard,
stroke,dan angina.
6 Kontra indikasi Hipersensitivitas DIH
clopidogrel atau
komponen dari formula,
pasien dengan
pendarahan aktif (peptik
ulser), pendarahan
intrakranial dan
gangguan pembekuan
darah.
7 Efek samping Nyeri perut, mual, DIH
dispepsia, gastritis dan
konstipasi (>10%)
8 Dosis JNC VII: 75 mg/hari DIH
9 Mekanisme kerja Selektif ISO
menghambat ikatan Ade Farmakoterapi,
nosine Di- 2009
Phosphate (ADP), men
ghambat aktivasi
kompleks glikoprotein
GPIIb/IIIa yang
dimediasi oleh ADP dan
menyebabkan
penghambatan terhadap
agregasi platelet
d. R/4
No. Profil Obat Keterangan Pustaka
1 Nama dagang Simvastasin -
2 Nama generik Simvastatin -
3 Kandungan Simvastatin 20 mg -
Universitas Indonesia
17
e. R/5
No. Profil Obat Keterangan Pustaka
1 Nama dagang Spironolakton -
2 Nama generik Spironolakton -
3 Kandungan Spironolakton -
25 mg
4 Sediaan Tablet DIH
5 Indikasi Diuretik untuk edema DIH
atau hipertensi
6 Kontra indikasi Hipersensitivitas DIH
spironolakton atau
komponen dari formula,
anuria, gangguna ginjal,
hiperkalemia,
kehamilan.
7 Efek samping Tidak ada efek samping DIH
bermakna
8 Dosis Hipertensi : 25-50 mg/ DIH
hari
9 Mekanisme kerja Diretik hemat kalium. ISO
Farmakoterapi,
2009
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
penggunaan obat dilihat dari jumlah obat yang tersisa. Dari hasil telefarma pada
tangal 28 Oktober 2017 ini didapatkan bahwa pasien tidak mengeluhkan gejala
apapun selama pengobatan dan pasien mengaku telah menggunakan obat dengan
rutin. Saat melakukan telefarma, pasien juga ditanyakan kesediaannya untuk
mendapatkan pelayanan kefarmasian Home Pharmacy Care. Dan setelah
mendapat persetujuan maka ditetapkan waktu dan jadwal Home Pharmacy Care
pada tanggal 1 November 2017.
Berikut data terkait pasien :
Naman : Ny. YR
Umur : 50 tahun
Jenis Resep : BPJS
Diagnosa : Penyakit Hipertensi dan Hiperlipidemia
Tabel 4.5 Pengobatan yang telah diterima oleh Ny. YR
Universitas Indonesia
20
dan baru- baru ini pasien kontrol ke dokter dan didiagnosa gangguan saraf
motorik dimata dan katarak. Pasien rutin menjalankan kontrol baik dengan
spesialis penyakit dalam dan spesialis onkologi. Pasien tiap bulan menebus obat
untuk penyakit jantung koroner dan terapi untuk tiroid. Setelah mengetahui
keluhan yang dirasakan pasien Apoteker Praktek di Kimia Farma menawarkan
untuk memberikan pemeriksaan tekanan darah ke pasien dan didapatkan
informasi tekanan darah pada saat itu 153/94 mmHg. Dan hasil laboraturium
terkahir dengan nilai kolesterol > 250.
Kemudian, pasien diminta menjelaskan pemakaian obat selama ini. Dan
juga melihat sisa obat yang ada untuk menilai kepatuhan penggunaan obat.
Setelah pasien menjelaskan mahasiswa mencoba menjelaskan ulang fungsi obat
dan saran penggunaan obat yang tepat. Dimana setelah dikaji lebih lanjut ada
interaksi obat dalam peresepan tersebut. Interaksi terjadi pada penggunakan obat
dimalam hari yang terdiri dari nifedipin, simvastatin dan clopidogrel. Dimana
pemberian bersamaan Nifedipin dengan Simvastatin dapat meningkatkan level
atau kadar simvastatin dalam darah yang berkaitan terhadap peningkatan resiko
efek samping simvastatin seperti miopati dan intreaksi ini termasuk kategori
serius menurut Drug Information Handbook, sehingga harus dihindari
penggunaan bersamaan. Dan juga terdapat interaksi dengan kategori signifikan
antara nifedipin dan clopidogrel dimana jika digunakan bersamaan dapat
menurunkan bioaktivasi dari clopidogrel. Solusi yang dapat diberikan adalah
dengan mengkonsumsi clopidogrel dipagi hari atau disiang hari. Baik nifedipin
maupun clopidgrel lebih disarankan saat perut kosong jadi bisa 1 jam sebelum
makan atau 1,5 jam setelah makan malam. Kemudian simvastatin disarankan
diminum sebelum tidur.
Berdasarkan pengobatan yang telah didapatkan pasien , telah sesuai
dengan diagnosa yang telah ditegakkan. Pertama, pengobatan hipertensi pada
pasien dengan riwayat dislipidemia atau berisiko tinggi PJK dengan nilai kolsterol
>190 mg/dL menurut Pedoman Tatalaksana Dislipidemia oleh Dokter Spesialis
Kardiovaskuler, 2013 statin adalah obat pilihan penurun konsentrasi kolesterol
LDL dan digunakan sampai dosis terbesar yang dapat ditoleransi untuk mencapai
Universitas Indonesia
21
target konsentrasi kolesterol LDL serta diimbangi dengan intervensi gaya hidup,
dan dalam hal ini pasien telah diresepkan simvastatin.
Setelah dilakukan penukuran tekanan darah pasien dikategorikan
Hipertensi tahap I yaitu dengan nilai tekanan darah 153/94 mmHg. Peresepan
nifedipin disini berperan ganda yaitu untuk penurunan tekanan darah dan
sekaligus mengurangi nyeri dada pada pasien. Kemudian, menurut penanganan
hipertensi baik JNC VII dan American Heart Association pasien dengan riwayat
PJK dan Infark Miokard ditangani dengan kombinasi obat yaitu Beta Bloker,
diuretik dan ACE- Inhibitor atau bisa juga digunakan CCB untuk pasien dengan
hipertensi dan risiko tinggi penyakit koroner yang dapat menurunkan tekanan
darah dan mengurangi kebutuhan oksigen jantung. Meskipun dari beberapa hasil
metanalisis lebih cenderung penggunaan CCB non-dihidropiridin verapamil dan
diltiazem jika penggunaan tunggal, namun harus dibatasi penggunaannya jika
bersamaan dengan beta bloker, sehingga penggunaan nifedipin disarankan jika
dikombinasi dengan beta bloker (Departemen Kesehatan, 2006). Oleh karena itu
peresepan Nifedipin, bisoprolol dan Spironolakton telah sesuai indikasi pada
pengobatan pasien.
Terapi antitrombotik sangat penting dalam memperbaiki hasil dan
menurunkan risiko kematian, IMA atau IMA berulang. Saat ini kombinasi dari
ASA, klopidogrel, heparin dan antagonis reseptor GP IIb/IIIa merupakan terapi
yang paling efektif (Depkes, 2006). Klopidogrel dapat dipakai pada pasien yang
tidak tahan dengan aspirin, terutama pada pasien dengan ditemui kontraindikasi
terhadap pemberiannya misal ada gelaja sesak, ulkus petikum aktif dan diatesis
perdarahan. Sehingga, pemilihan antitrombolitik pada pasien telah tepat , ditinjau
dari riwayat pasien pernah mengalami gangguan saluran cerna.
Selain rekomendasi penggunaan obat yang rutin, disarankan pada pasien
Ny. YR untuk mengubah pola hidup. Makan makanan yang tidak mengandung
kolesterol, olahraga teratur, pola tidur teratur, dan memenuhi asupan gizi
seimbang. Melalui pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care) ini
Ny. YR merasa senang dan merasa diberi perhatian lebih oleh apoteker dalam
penggunaan obat yang tepat. Apoteker juga dapat memonitoring dan
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kegiatan ini menjadi gambaran pelayanan Home Pharmacy Care di
Apotek Kimia Farma bagi mahasiswa yang turut berpatisipasi.
2. Pasien telah menjalankan pengobatan dengan baik dan dengan adanya
kegiatan ini dapat memberikan banyak ruang bagi Apoteker untuk
mengakaji resep lebih dalam dan subjektif yang dapat menurunkan
resiko kesalahan dalam pengobatan, memberikan informasi terkait
penyakit hipertensi dan perubahan gaya hidup.
3. Kegiatan ini semakin meningkatkan kerja sama antara Apoteker dan
Pasien dalam pengobatan yang telah berjalan, dengan adanya kegiatan
ini pasien lebih terbuka terkait keluhan dan riwayat penyakit yang ada
sehingga banyak informasi potensial yang dapat dikaji untuk
menigkatkan keberhasilan terapi
4. Kegiatan Home Care ini dapat meningkatkan citra Apoteker dimata
masyarakat, dengan kegiatan ini pasien mengetahui peran dari profesi
Apoteker lebih dekat
5.2 Saran
Pemberian Pelayanan Kefarmasian khususnya Home Pharmacy
Care sudah cukup baik, namun sebaiknya diimbangi dengan data riwayat
penyakit, dan riwayat pengobatan sehingga memudahkan analisa
pengobatan dan pemberian edukasi yang lebih subjektif. Selian itu
sebaiknya memberikan objek edukasi yang dapat dipahami kembali oleh
pasien diluar kegiatan home care misalnya dengan pemberian leaflet berisi
Pola makanan yang sesuai DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) yang lebih aplikatif bagi pasien untuk mengatur pola
makan.
23 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug
Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association
ACC/AHA 2002 Guideline Update For The Management Of Patients With Unstable
Angina And Non-St- Segment-Elevation Myocardial Infarction. A report of the
American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on
Practice Guidelines (Committee on the Management of Patients with Unstable
Angina)
Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: JakartaPedoman Tatalaksana Dislipidemia
oleh Dokter Spesialis Kardiovaskuler, 2013
Anwar, T.B.2004. Faktor risiko penyakit jantung koroner. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3472/1/gizi-bahri4.pdf;
Chobaniam AV et al. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA
2003;289:2560-2572
Depkes RI, 2008. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Rumah (Home Pharmacy
Care). Indonesia, Departemen Kesehatan; Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian, dan Alat Kesehatan Pedoman pelayanan.
Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care unutk Pasien Penyakit Jantung Koroner;
Fokus Sindrom Koroner Akut.. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan.
Oparil S et al. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med 2003;139:761- 776
Reiner Z, Catapano AL, De Backer G, Graham I, Taskinen MR, Wiklund O, Agewall
S, Alegria E, Chapman MJ, Durrington P, Erdine S, Halcox J, Hobbs R,
JKjekshus J, Filardi PP, Riccardi G, Storey RF, Wood D for The Task Force for
the management of dyslipidaemias of the European Society of Cardiology
(ESC) and the European Atherosclerosis Society (EAS). ESC/EAS Guidelines
for the management of dyslipidaemias. Eur Heart J 2011;32:1769-818
Kementerian RI.2013. Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas).Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013
The BIP Study Group. Secondary prevention by raising HDL cholesterol and
reducing triglycerides in patients with coronary artery disease. The Bezafibrate
Infarction Prevention (BIP) Study. Circulation 2000;102:21-7.
50 Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia