Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SISTEM POLITIK INDONESIA


“PEMILU SEBAGAI INSTRUMEN DEMOKRASI”

Disusun Oleh :

Linda Pratiwi (2187205016)

Dosen Pengampu :
Elfahmi lubis,S.pd,M.Pd.

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik. shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi
muhammad SAW.

Makalah ini disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “Pemilu sebagai Instrumen
Demokrasi ”. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Bengkulu, 30 Juni 2023


DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................2

Daftar isi.................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................3

1.1latarbelakang......................................................................................................3

1.2 rumusan masalah..............................................................................................4

1.3 Tujuan................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................6

2.1 demokrasi.....................................................................................................6

2.2 pemilu ..........................................................................................................6

2.3 Pemilu ...........................................................................................................9

2.4 pemilu demokratis.......................................................................................9

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................11

3.1 kesimpulan................................................................. .......................11

3.2 saran.................................................................. ...................................11

Daftar pustaka............................................. ...................................................12


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemilihan umum merupakan bentuk implementasi dari sistem demokkrasi juga dari
penerapan sila keempat Pancasila dan pasal 1 (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemilu merupakan mekanisme untuk memilih wakil rakyat di badan Eksekutif maupun Legislatif
di tingkat pusat maupun daerah.Pemilihan umum di Indonesia sejak 1955 hingga saat ini yang
terakhir di Pemilu serentak 2019 mengalami banyak sekali perubahan dari aspek kerangka
hukum, penyelenggara, tahapan, peserta, kelembagaan, Pelanggaran, maupun manajemen
pelaksaannya. Salah satu ukuran dalam menilai sukses nya penyelenggaraan pemilihan umum
adalah partispasi politik yang diwujudkan dengan pemberian hak suara oleh masyarakat yang
telah mempunyai hak pilih. Boleh dikatakan bahwa semakin tinggi partipasi masyarakat dalam
pemilahan umum itu lebih baik.

Sebaliknya, tingkat partispasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang
kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap
negara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka masalah yang akan di
bahas adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian Demokrasi?

2. Pengertian pemilu ?

3. Pemilu di Indonesia ?

4. Penegakan Hukum Tindak Pidana Pemilu oleh Sentra Gakkumdu di Provinsi Bengkulu.

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Menjelaskan mengenai pengertian tentang demokrasi.

b. Menjelaskan tentang landasan filosofi pemilu.

c. Menjelaskan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pemilu oleh Sentra Gakkumdu di Provinsi
Bengkulu.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi

Secara etimologis, demokrasi berasal bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat
atau penduduk dan cratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Dengan demikian, secara
bahasa demokrasi adalah keadaan negara di mana kedaulatan atau kekuasaan tertingginya berada
di tangan rakyat. Demokrasi telah ada sejak zaman Yunani Kuno. Presiden Amerika Serikat ke-
16, Abraham Lincoln mengatakan demokrasi adalah government of the people, by the people
and for the people atau yang lebih kita kenal Demokrasi telah menjadi arus utama negara-negara
modern.

Demokrasi berdiri berdasarkan prinsip persamaan, yaitu bahwa setiap warga negara
memiliki kesamaan hak dan kedudukan didalam Pemerintahan, karena itu setiap warga negara
sejatinya memiliki kekuasaan yang sama untuk memerintah. Kekuasaan rakyat inilah yang
menjadi sumber legitimasi dan legalitas kekuasaan negara.

2.2 Pemilu

Pemilihan Umum merupakan sarana demokrasi guna mewujudkan sistem pemerintahan


negara yang berkedaulatan rakyat. Pemerintah negara yang dibentuk melalui Pemilihan Umum
itu adalah yang berasai dari rakyat, dijalankan sesuai dengan kehendak rakyat dan diabdikan
untuk kesejahteraan rakyat.”

“Politik yang masih transaksional. Maka sangat beruntung kita sudah dipercaya dan terpilih
sebagai penyelenggara Pemilu, karena kompetisi sangat keras. Semoga dengar ketatnya seleksi
ini, juga diikuti nilai integritas, kapasitas, sebagai modal kita dalam membentengi diri atas
godaan didunia politik.”

•PRINSIP PEMILU DEMOKRATIS :

1. Dilaksanakan oleh Lembaga Penyelenggara Pemilu (Jajaran KPU dan Jajaran


BAWASLU) yang mandiri dan bebas intervensi dari pihak manapun.

2. Dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

3. Semua tahapan dilaksanakan secara demokratis, prosedural, transparan dan akuntabel.

4. Pemerintah dan jajarannya menjaga integritas dan netralitas.


5. Melindungi dan menjaga kesamaan hak pemilih dengan prinsip satu suara mempunyai
nilai yang sama (one person, one vote dan one value)

2.3 PEMILU DI INDONESIA


Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota
lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah
amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres),
yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga
pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan
pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai
bagian dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada
pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

Pemilu sebagai gambaran ideal dan maksimal bagi suatu pemerintah demokrasi dizaman
modern. Pemilu menjadi parameter dalam mengukur demokratis tidaknya suatu negara,
demokrasi sendiri sencara sederhana adalah suatu sistem politik dimana para pembuat keputusan
kolektif tertinggi didalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala.
•ASAS PEMILU
Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan singkatan dari
"Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru.
Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh
diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga Negara yang sudah
memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa
ada paksaan dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih
bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.Kemudian di era reformasi
berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas jujur
mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk
memastikan bahwa setiap warga Negara.

• PEMILU DEMOKRATIS

Terselenggaranya pemilu secara demokratis menjadi dambaan setiap warga negara


Indonesia. Pelaksanaan pemilu dikatakan berjalan secara demokratis apabila setiap warga negara
Indonesia yang mempunyai hak pilih dapat menyalurkan pilihannya secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil. Setiap pemilih hanya menggunakan hak pilihnya satu kali dan
mempunyai nilai yang sama, yaitu satu suara. Hal ini yang sering disebut dengan prinsip one
person, one vote, one value (opovov).
• FUNGSI PARTAI POLITIK

Persoalan lain yang dihadapi sistem kepartaian adalah belum berjalannya secara maksimal
fungsi yang dimiliki oleh partai politik, baik fungsi partai politik terhadap negara maupun fungsi
partai politik terhadap rakyat. Fungsi partai politik terhadap negara antara lain adalah
menciptakan pemerintahan yang efektif dan adanya partisipasi politik terhadap pemerintahan
yang berkuasa. Sedangkan fungsi partai politik terhadap rakyat antara lain adalah
memperjuangkan kepentingan, aspirasi, dan nilai-nilai pada masyarakat serta memberikan
perlindungan dan rasa aman. Kebanyakan partai politik pada saat ini belum sepenuhnya
memberikan pendidikan politik dan melakukan pengkaderan serta rekrutmen politik yang efektif
untuk menghasilkan keder-kader pemimpin yang memiliki kemampuan di bidang politik.

2.4 Penegakan Hukum Tindak Pidana Pemilu oleh Sentra Gakkumdu di Provinsi
Bengkulu.
Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian
hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum pada hakikatnya
adalah proses perwujudan ide- ide.

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-
norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukummerupakan usaha
untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep hukum yang diharapkanrakyat menjadi
kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkanbanyak hal, mulai dari
struktur (kelembagaan) penegak hukum, subtansi hukum (regulasi), dan budaya hukum.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, diperoleh fakta bahwa keberadaan Sentra


Gakkumdu dianggap kurang efektif dalam proses penegakan tindak pidana pemilu. Hal ini
terjadi karena masing-masing penegak hukum yang tergabung dalam Sentra Gakkumdu, yaitu
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai penyelidik, kepolisian sebagai penyidik, dan
kejaksaan sebagai penuntut umum, seringkali berbeda pendapat dan pandangan dalam
menangani setiap perkara tindak pemilu. Padahal spirit pembentukan Sentra Gakkumdu itu
sendiri, sebenarnya adalah untuk memudah koordinasi, komunikasi, supervisi, dan monitoring
dalam penanganan tindak pemilu sehingga proses penegakan hukum pemilu dapat dilakukan
secara cepat, efektif, efisien, berkepastian hukum dan memenuhi rasa keadilan masyarakat.

Sentra penegakan hukum terpadu yang terdiri dari Bawaslu, kepolisian dan kejaksaan
memiliki kedudukan dan fungsi keberadaan yang berperan dalam mengawasi tahapan, serta
memberikan perlindungan kepada peserta pemilu dan juga penyelenggara pemilu, serta pula
melakukan penegakan hukum terhadap setiap tindak pidana pemilihan umum yang terjadi.
Berbagai hambatan yang menyebabkan kinerja Gakkumdu menjadi tidak efektif,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Lemahnya regulasi terkait kewenangan kelembagaan Sentra Gakkumdu dalam sistem
penegakan hukum tindak pidana pemilu.
b. Singkatnya waktu penyelesaian perkara tindak pidana pemilu oleh Sentra Gakkumdu di
Provinsi Bengkulu.
c. Lemahnya koordinasi unsur penegak hukum yang tergabung dalam Sentra Gakkumdu di
Provinsi Bengkulu.

d. Lemahnya supervisi dan monitoring dalam proses penegakan hukum tindak pemilu oleh
Sentra Gakkumdu di Provinsi Bengkulu.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Pemilu merupakan mekanisme untuk memilih wakil rakyat di badan Eksekutif maupun
Legislatif di tingkat pusat maupun daerah. Salah satu ukuran dalam menilai sukses nya
penyelenggaraan pemilihan umum adalah partispasi politik yang diwujudkan dengan pemberian
hak suara oleh masyarakat yang telah mempunyai hak pilih. Boleh dikatakan bahwa semakin
tinggi partipasi masyarakat dalam pemilahan umum itu lebih baik.

B. SARAN

Demikianlah malakah ini kami buat. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak sekali terdapat kekurangan dan kesalahan . Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan pembuatan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

https://bengkulukota.bawaslu.go.id/elfahmi-lubis-pemilu-bukan-hanya-panggung-
penyelenggara-pemilu/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia ,

Elfahmi Lubis & Mona Agustina Nedy. Penegakan Hukum Tindak Pidana Pemilu Oleh Sentra
Gakkumdu

Anda mungkin juga menyukai