Anda di halaman 1dari 28

BAB 3

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN

A. Pengertian

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah "guidance" dan "counseling" dalam
bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah "guidance" berasal dari akar kata "guide" yang berarti (1)
mengarahkan (to direct (2) memandu (to pilot, (3) mengelola (to managel, dan (4) menyetir (to
steer. Secara istilah, banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya sebagai berikut

Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) menyatakan: Guidance may be defined as
that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and
specialized statt services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and
capacities in term of the democratic idea.

Shertzer dan Stone (1971 40) mengartikan bimbingan sebagai Process of helping an individual
to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada siswa agar mampu
memahami diri dan lingkungannya).

Robert D. Mynick (1993-5) mengatakan bahwa istilah "guidance" (bimbingan) merupakan


proses bantuan (helping process) yang difokuskan kepada perkembangan yang bersifat umum,
terkait dengan kebutuhan, minat, sikap, dan tingkah laku peserta didik. Sementara istilah
"counseling" (konseling) adalah interaksi atau hubungan yang bersifat personal antara peserta
didik dengan konselor yang terlatih secara profesional, dalam mana peserta didik secara rahasia
mengeksplorasi atau mengungkapkan perasaan, gagasan/ pendapat, dan tingkah lakunya. Dia
mengemukakan perbedaan antara bimbingan dan konseling, yaitu bahwa bimbingan
merupakan seperangkat layanan yang bersifat umum (generik) bagi perkembangan pribadi
peserta didik. Sementara konseling adalah salah satu layanan bimbingan tersebut Layanan-
layanan (services) bimbingan Ini terangkum dalam program yang terorganisasi,dengan tujuan-
tujuan yang spesifik terkait dengan perkembangan pribadi, sosial, akademik, dan karir peserta
didik.
Konsep ,bimbingan dan konseling merefleksikan makna umum yang meliputi
kesadaran,bantuan,dan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Namun di antara
kekuanya ada perbedaan sebagai berikut :

1. Bimbingan lebih bersifat umum dan komprehensif daripada konseling. Konseling merupakan
bagian dari bimbingan.

2. Bimbingan mengawali konseling,antinya konseling mengikuti bimbingan.

3. Bimbingan lebih menekankan kepada aspek teoritis, sedangkan konseling lebih ke aspek
praktis.

4. Konseling merupakan hubungan yang bersifat individual dan ditujukan bagi peserta didik
yang datang untuk meminta bantuan.

Selanjutnya Myrick (1993:65) mengemukakan pengertian bimbingan per kembangan menurut


Asosiasi Konselor Sekolah Amerika (ASCA), yaitu sebagai Keseluruhan layanan bimbingan yang
meliputi berbagai intervensi yang terencana idalam bidang pendidikan dan program layanan
kemanusiaan lainnya yang menyangkut semua lingkup kehidupan manusia untuk menstimulasi
dan memfasilitas perkembangan individu dalam semua area perkembangannya (personal,
sosial emosi, karir, moral-etika, kognitif, dan estetika) dan memantapkan kesatupaduan area
perkembangan ke dalam gaya hidupnya

Mathewson (Shertzer dan Stone, 1971:76) mengartikan bimbingan perkembangan ini sebagai
pemberian layanan yang kepedulian utamanya membantu peserta didik agar mencapai
perkembangan atau kematangan yang positif, yang dalam pelaksanaannya melibatkan
teamwork antara guru-guru, konselor atau guru bimbingan dan konseling, dan administrator

Senada dengan pendapat di atas. Lynn Bullard, et al. (1993:1) mengemukakan bahwa
bimbingan perkembangan atau komprehensif merupakan program bimbingan yang rencananya
difokuskan kepada kebutuhan (needs), kekuatan (strength), minat (interests), dan isu-isu yang
berkaitan dengan tahapan atau fase perkembangan peserta didik yang bervariasi, dan
merupakan bagian penting (vital), dan terpadu (integral) dengan program pendidikan sekolah
secara keseluruhan.

Pengertian di atas, menegaskan tentang hakikat bimbingan perkembangan yaitu:

1. Bimbingan berorientasi kepada perkembangan potensi individu


2. Bimbingan merupakan komponen vital yang terpadu dengan program pendidikan sekolah
secara keseluruhan, yang dalam pelaksanaannya melibatkan tim kerja (teamwork) antara
kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling, dan personel sekolah
lainnya.

Penulis berpendapat bahwa bimbingan perkembangan ini dapat juga diartikan sebagai "proses
bantuan kepada individu atau peserta didik secara berkesinambungan dalam semua fase
pekembangannya (anak remaja dan dewasa) agar dapat mengaktualisasikan potensi dirinya
(intelektual, emosional sosial dan moral-spiritual) secara optimal, sehingga menjadi seorang
pribadi yang produktif dan kontributif, atau bermakna dalam kehidupannya, baik secara
personal maupun sosial"_ (Syamsu Yusuf LN. 2014).

Pengertian di atas mengisyaratkan, bahwa melalui layanan bimbingan. individu atau peserta
didik diharapkan dapat menjadi lebih produktif, mampu mengembangkan semua potensi
dirinya ke arah yang positif dan kontributif, mampu memberikan sumbangan (pemikiran
gagasan, alau karya nyata) yang berarti atau bermanfaat bagi hidup bersama.

Sementara pengertian konseling ASCA _(American School Counselor Association)_


mengemukakan bahwa konseling adalah "Hubungan tatap muka yang bersifat rahasia,
penuh ,dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien,
konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya
mengatasi masalah-masalahnya"

Pietrofesa dan kawan kawan (Syamsu Yusuf LN 2014) menunjukkan sejumlah cin-ciri konseling
profesional sebagai berikut:

1. Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang
sudah dilatih untuk pekerjaannya itu.

2. Dalam hubungan yang bersifat profesional itu, klien mempelajari keterampilan pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, serta tingkah laku atau sikap sikap baru. 3. Hubungan
profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor.

Menyimak berbagai definisi di atas dan trend perkembangan konseling dewasa ini, penulis
berpendapat bahwa konseling merupakan "Proses bantuan dari konselor kepada konseli,baik
mulalui tatap muka maupun media (cetak maupun elektronik) agar konseli dapat mengatasi
masalahnya sehingga berkembang menjadi seorang pribadi yang bermakna (bermanfaat) baik
bagi dirinya sendiri_
_maupun lain dalam rangka kebahagian benama"_ (Syamsu Yusuf LN. 2014)

Berikut ini diuraikan beberapa generalisasi yang menggambarkan kakarakteristik utama


kegiatan konseling.

1. Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersilat membantu. Makna bantuan
itu sendiri yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah
yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya Tugas konselor adalah menciptakan
kondisi-kondisi fasilitatif yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.

2. Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Hubungan konseling terjadi dalam bentuk
wawancara secara tatap muka atau melalui media (internet-e-mail atau telepon) antara
konselor dengan klien. Hubungan itu tidak hanya bersifat kognitif, melainkan melibatkan semua
unsur kepribadian dari kedua belah pihak yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai
nilai, kebutuhan, dan lain-lain.

3. Dalam proses konseling kedua belah pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli.
Hal ini dimungkinkan karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan dalam suasana rahasia.

4. Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor
dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung pada
kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.

B. Karakteristik Bimbingan dan Konseling Perkembangan

Bimbingan dan konseling perkembangan memiliki karakteristik yang berbeda dengan


bimbingan dan konseling klinis (konvensional). Perbedaan karakteristi tersebut nampak pada
beberapa aspek yaitu (a) perencanaan program, pada Tradisional sifatnya reaktif, sementara
pada perkembangan terencana; (b) pendekatan, pada klinis bersifat krisis (remediatif),
sementara pada perkembangan bersifat preventit. (c) strategi atau teknik bimbingan yang
diterapkan, pada tradisional hanya layanan konseling individual, sementara pada
perkembangan bimbingan dan konseling (d) sasaran layanan pada tradisional hanya peserta
didik yang bermasalah, sementara pada perkembangan semua peserta didik (f) komponen
ataustruktur program, pada tradisional tidak terstruktur, sementara pada perkembangan
terstruktur: (g) dan pelaksana (personel) layanan bimbingan

dan konseling, pada tradisional hanya konselor, sementara pada perkembangan

semua personel sebagai suatu _team work_. Secara rinci, perbedaan karakteristik
antara bimbingan dan konseling perkembangan dan bimbingan konseling klinis dapat dilihat
pada tabel di halaman berikut.

Tabel 1.1

Perbedaan Karakteristik Bimbingan Tradisional dengan Perkembangan

KONVENSIONAL

1.Bersifat Reaktif
1. Terencana

PERKEMBANGAN

2. Pendekatan Krisis (Remediatif)

3. Hanya melakukan konseling individual

2.Pendekatan Preventif dan Krisis

4. Tidak semua peserta didik mendapat

3. Melaksanakan Bimbingan dan konseling

4. Semua peserta didik (for all) mendapat layanan

5 Menekankan kepada program perkembangan

5 Menekankan layanan informasi

6. Programnya Tidak terstruktur

6. Programnya terstruktur

7. Dilakukan oleh konselor dan personel

sekolah dalam suatu team-work


7. Hanya dilakukan oleh komelor sendin

Judy L Bowers dan Patricia A. Hatch (2002-11-14) mengemukakan karakteristik bimbingan dan
konseling perkembangan sebagai pendekatan komprehensif, yaitu

1. Ruang lingkupnya komprehensif

Program bimbingan dan konseling (BK) difokuskan kepada seluruh peserta didik (all students)
mulai dari jenjang pra sekolah sampai dengan sekolah lanjutan atas (SLTA) yang arahnya
menyangkut ranah akademik, karir, pribadi dan sosial. Program BK di sekolah ditujukan untuk
membantu seluruh peserta didik agar mencapai sukses di sekolah, dan mampu memberikan
kontribusi yang bermakna bagi masyarakat.

2. Rancangannya bersifat preventif

Tujuan dari program BK adalah memberikan keterampilan-keterampilan spesifik dan peluang-


peluang belajar, secara proaktif dan preventif, yang menjamin semua peserta didik dapat
mencapai kesuksesan di sekolah, melalui perkembangan bidang akademik, karir, pribadi dan
sosial.

3. Arah layanannya perkembangan individu (peserta didik)

Konselor merancang program BK yang dapat memenuhi kebutuhan peserta didik terkait
dengan berbagai aspek dan tahap perkembangannya. Terkait dengan hal ini. ASCA sudah
menyusun standar, yaitu pernyataan-pernyataan umum yang menggambarkan tentang apa
yang seharusnya diketahui dan dilakukan peserta didik setelah mengikuti program bimbingan
dan konseling. Setiap standar ini dijabarkan atau dirinci ke dalam kompetensi-kompetensi yang
seyogyanya diluuasai oleh peserta didik. Kompetensi merupakan pengetahuan ,sikap dan
keterampilan tertentu yang harus dimiliki atau ditampilkan oleh peserta didik sebagai hasil dari
partisipasinya dalam program bimbingan dan komeling di sekolah Standar ini meliputi
perkembangan akademik, perkembangan karir,dan perkembangan pribadi/sosial.

 a. Standar perkembangan akademik yaitu yang memberikan arah bagi program BK


untuk mengimplementasikan berbagai strategi dan kegiatan dalam upaya mendukung
dan memaksimalkan keberhasilan belajar peserta didik
 b. Standar perkembangan karir yaitu yang memberikan arah bagi program BK sebagai
landasan untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memungkinkan
peserta didik memperoleh kesuksesan dalam mengatasi transisi dari sekolaglh ke dunia
kerja, dan dari pekerjaan yang satu ka pekerjaan lainnya dalam rentang kehidupan karir
nya. Perkembangan karir ini menerapkan berbagai strategi untuk memperoleh
keberhasilan karir di masa depan kepuasan kerja dan pemahaman tentang hubungan
antara kualitas pribadi, pendidikan dan dunia kerja.
 c. Standar perkembangan pribadi/sosial yaitu yang memberikan arah bagi program BK
sebagai landasan untuk perkembangan pribadi/sosial peserta didik melalui sekolah.
Perkembangan pribadi sosial ini memberikan kontribusi kepada keberhasilan akademik
dan karir.

4. Terintegrasi dalam program pendidikan secara keseluruhan

Program BK mendukung misi akademik sekolah, melalui perkembangan atau peningkatan


mutu proses belajar peserta didik Terkait dengan hal ini, konselor seyogyanya menjadi
katalisator perubahan atau reformasi pendidikan. Di samping itu, sebagai spesialis
perkembangan anak dan remaja, konselor dituntut untuk mengkoordinasikan penyelenggaraan
program BK di sekolah, sehingga layanannya dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
mereka.

5. Memiliki delivery system (sistem peluncuran layanan) Sistem peluncuran ini


menggambarkan berbagai aktivitas konselor dalam menerapkan program bimbingannya. Sistem
peluncuran ini meliputi empat komponen, yaitu kurikulum bimbingan, perencanaan individual,
layanan responsil dan dukungan sistem.

6. Dimplementasikan oleh konselor profesional

Program BK di sekolah ditangani oleh kolor yang telah mendapat pendidikan atau latihan secara
profesional.

7. Pelaksanaannya bersifat kolaboratif

Dalam melaksanakan tugasnya, konselor menjalin kerjasama atau berkolaborasi dengan pihak
pihak tertentu yang berkaitan erat dengan pemberian layanan kepada peserta didik. Kolaborasi
itu seperti dengan kepala sekolah, guru-guru orang tua peserta didik dan para ahli dalam bidang
tertentu (seperti dokter psikolog, dan psikiater).
8. Ada monitoring kemajuan peserta didik

Monitoring merupakan proses analisis data peserta didik, sebagai upaya untuk melihat
kemajuannya dalam belajar Terkait dengan hal ini, konselor secara diharapkan memonitor
kemajuan kademik dan prestasi peserta didik Konselor juga diharapkan membantu
perencanaan pendidikan dan karir peserta didik serta menghilangkan berbagai hal yang
menghambat belajar peserta didik.

9. Layanan berdasarkan data

Konselor melayani peserta didik berdasarkan data yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Melalui data itulah konselor dapat memahami karakteristik peserta
didik atau kondisi pribadi peserta didik, sehingga dia dapat memberikan layanan bantuan
secara tepat.

10. Selalu melakukan peningkatan mutu

Konselor senantiasa memperbaiki atau meningkatkan mutu program BK di sekolah,


berdasarkan proses evaluasi dan umpan balik yang terkait dengan kinerjanya serta proses dan
hasil layanannya.

C. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang diharapkan, atau sesuatu yang
ingin dicapai melalui berbagai kegiatan yang diprogramkan Tujuan bimbingan dan konseling
merupakan pernyataan yang menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi individu (potensi
individu) yang diharapkan berkembang melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang
diprogramkan, Secara umum, tujuan bimbingan dan konseling, ialah agar peserta didik dapat
(1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di
masa yang akan datang, (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin (3) menyesuaikan din dengan lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya dan (4) mengatasi hambatan atau kesulitan
yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan keluarga pendidikan, masyarakat,
maupun lingkungan kerja.

Menurut Myrick (200) 42-43) bimbingan dan konseling perkembangan bertujuan agar peserta
didik :

1. Memahami lingkungan sekolah. Peserta didik memahami secara lebih

familier tentang sekolah, seperti fasilitas belajar, program sekolah peran guru dan konselor.
2. Memahami diri sendiri dan orang lain. Peserta didik (a) memahami kemampuan, minat, dan
karakteristik pribadinya (b) mampu belajar mengidentifikasi kekuatan atau kelebihan dirinya
yang ingin dikem bangkannya, dan (3) memiliki keterampilan untuk berinteraksi sosial dengan
teman guru, dan orang dewasa lainnya. Tujuan ini juga terkait dengan kemampuan peserta
didik untuk menilai diri (self assessment) menerima diri (self-acceptance), dan mengembangkan
rasa percaya diri (self-confidence).

3 . Memahami sikap dan tingkah laku. Peserta didik memahami bahwa (a) kebiasaan sikap dan
persepsi mempengaruhi tingkah laku, (b) perasaan dan tingkah laku berkaitan erat dalam
mencapai tujuan dan (c) tingkah laku itu dapat diubah

4. Mampu mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Peserta didik mampu


merumuskan tujuan dan bertanggung jawab untuk mengambil keputusan. Dia menyadari
bahwa untuk mengambil keputusan atau memecahkan masalah ada berbagai faktor yang harus
dipertimbangkan dan mengikuti prosedur yang jelas.

5. Memiliki keterampilan berkomunikasi dan hubungan interpersonal. Peserta didik


memahami bahwa keterampilan interpersonal dan berkomunikasi berpengaruh terhadap cara
dia bergaul dengan orang lain secara positif. baik berhubungan dengan teman, guru, maupun
keluarga.

6. Memiliki Keterampilan meraih sukses di sekolah. Peserta didik memiliki keterampilan untuk
meraih sukses di sekolah, seperti keterampilan belajar belajar bertingkah laku yang baik
mengelola waktu, resolusi konflik dengan teman dan guru dan mampu mengembangkan
kebiasaan dan sikap positi yang berguna bagi kehidupannya di masa depan.

7. Memiliki kesadaran karir dan perencanaan pendidikan. Peserta didik memiliki kesadaran
bahwa terdapat hubungan antara mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia kerja. Dia
berusaha untuk mengeksplorasi karir yang sesuai dengan kemampuan, dan minatnya.
Disamping itu, dia juga membuat perencanaan pendidikan lanjutan, mengembangkan
keterampilan yang sesuai dengan dunia kerja yang akan diterjuninya, dan belajar mencari
informasi kerja.

8.Terlibat dalam aktivitas kemasyarakatan atau komunitasnya. Peserta didik memiliki rasa
tanggung jawab untuk berperan secara produktif dalam kehidupan komunitasnya.

Sementara menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 111
Tahun 2014, tujuan Bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut.
Tujuan umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu peerta didik/konseli agar
dapat mencapai kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya serta menjalankan tugas-
tugas perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karir secara utuh dan
optimal. Tujuan khusus layanan bimbingan dan konseling adalah membantu konseli agar
mampu: (1) memahami dan menerima diri dan lingkungannya; (2) merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, perkembangan karir dan kehidupannya di masa yang akan datang: (3)
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin; (4) menyesuaikan diri dengan lingkungannya;
(5) mengatasi hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya dan (6)
mengaktualiasikan dirinya secara bertanggung jawab.

Tujuan konseling lainnya adalah untuk mencapai keelekutan pribad Hal ini seperti dikemukakan
oleh Blocher (1974), yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pribadi yang efektif,
adalah pribadi seseorang yang menunjukkan ciri-ciri berikut:

1.Komitmen, yaitu kemampun dalam memperhitungkan di waktu dan tenaganya serta bersedia
memikul resiko resiko ekonomis, psikologis dan fisik.

2.Kompeten, yaitu kemampuan untuk mengenal, mendefinisikan dan memecahkan masalah-


masalah

3. Konsisten, yaitu sikap ajeg dalam situasi peranannya yang khas

4. Kreatif, yaitu kemampuan untuk berpikir secara berbeda dan orisinil

5.Kontrol, yaitu kemampuan untuk mengontrol mengendalikan) dorongan derangan dan


memberikan respons-respons yang wajar terhadap frustrasi permusuhan dan ambiguitas.

Konselor mendorong peserta didik mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya
jelas di sini bahwa pekerjaan konselor bukan menentukan keputusan yang harus diambil oleh
klien atau memilih alternatif dan tindakannya. Keputusan keputusan ada pada diri klien sendiri,
dan ia harus tahu mengapa dan bagaimana ia melakukannya. Oleh sebab tu klien harus belajar
mengestima konsekuensi konsekuensi yang mungkin terjadi dalam pengorbanan pelad waktu
tenaga,uang,resiko dan sebagainya.
Tujuan bimbingan dan konseling ini dapat juga dirumuskan berdasarkan area, bidang, atau
fokus pemberian layanan kepada peserta didik, yang terkait dengan aspek-aspek pribadi, sosial,
belajar (akademik), dan karir. Rincian tujuan tersebut adalah sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN.,
2014).

1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial peserta didik
adalah sebagai berikut.

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan
teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan
memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu
meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

d. Memilik pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif baik yang terkait dengan
keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun psikis.

e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain

f. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.

2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar)

adalah sebagai berikut :

a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam
belajar mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar
yang diprogramkan.

b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat

c. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku,
mengggunakan kamus mencatat pelajaran. dan mempersiapkan diri menghadapi ujian

d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat
jadwal belajar mengerjakan tugas-tugas memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu dan
berusaha mempertoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang
lebih luas

e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian


3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut.

a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan. Keberhasilan atau
kenyamanan dalam suatu karir amal dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena
itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia
mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.

b. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun,
tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.

c. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan,
kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan
kesejahteraan kerja

d. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk
memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial
ekonomi.

e. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang peserta didik
bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-
kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.

D. *Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Perkembangan.

Progam bimbingan dan konseling perkembangan ditetapkan atau diorganisasikan berdasarkan kepada
prinsip-prinsip berkut (Muro dan Kottman, 1995:50-53)

1) Bimbingan dan konseling dibutuhkan (diperlukan) oleh semua peserta didik (guidance for all.)_
Dalam program perkembangan diasumsikan bahwa semua peserta didik memerlukan bimbingan. Semua
siwa memilik kebutuhan untuk: (a) memperoleh pemahaman diri (self understanding (b)
mengembangkan rasa tanggung jawab untuk mengendalikan diri (self control) (c) matang dalam
memahami lingkungan sekitarnya: (d) belajar mengambil keputusan (e) belajar memecahkan masalah (f)
matang dalam kesadaran moral (nilai-nilai); (g) memiliki perasaan cinta kasih dan rasa berharga: (h)
mengembangkan abilitasnya, dan (i) mengetahui dan menerima kekuatan-kekuatan (strengths) dirinya

2) Bimbingan dan konseling difokuskan kepada belajar peserta didik. Konselor adalah spesialis yaitu
spesialis dalam perkembangan manusia dan dalam studi memahami dunia dalam para peserta didik.
Konselor dalam melaksanakan tugasnya didasarkan kepada kurikulum yang direncanakan dan
diorganisasikan dalam rangka mengembangkan kongnitif afektif dan fisik peserta didik. Kurikulum
tersebut tekanan khususnya adalah belajar Tentang manusia (human leaming) , dan pelajar manusia
(human leaner). Secara operasional, hal ini berarti bahwa konselor merupakan anggota dari suatu team,
yang meliputi orang tua, guru, administrator dan spesialis. Tugas mereka adalah memanfaatkan
pengetahun, dan keterampilannya untuk membantu peserta didik belajar, seperti belajar tentang
bagaimana menghadapi kesulitan, dan juga membantu peserta didik yang belajarnya lambat (slow
learner). Dalam proses belajar ini, semua peserta didik harus dilibatkan Mengenai peran konselor dalam
proses pembelajaran ini, pada suatu saat dia berperan sebagai guru dalam kegiatan bimbingan kelas,
dan pada saat lain berperan membantu peserta didik untuk menghindarkan diri dari berbagai situasi
yang merintangi proses belajar. Tujuan utama sekolah adalah belajar, dan tujuan utama bimbingan
adalah membantu para peserta didik belajar.

3) Konselor dan Guru adalah Fungsionaris Bersama dalam Program Bimbingan.* Konselor dan Guru
berkolaborasi dalam menemukan solusi masalah peserta didik dan membantu pencapaian tujuan
perkembangannya. Konselor dan guru memahami bahwa belajar seperti juga perkembangan merupakan
suatu peroses, dan satu peristiwa yang terjadi harus dipandang sebagai satu butir dan kontinum peroses
belajar yang panjang. Disini dapat dikatakan bahwa tim kerja antara konselor dengan guru merupakan
hal esensial dalam membantu perkembangan peserta didik.

4) Bimbingan direncanakan dan diorganisasikan dengan baik.* Bimbingan perkembangan meliputi


aspek-aspek (a) tujuan, yang diorientasikan untuk membantu peserta didik dalam mencapai
perkembangan yang normal baik menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun fisik dan (b) program
kegiatan disajikan secara sistematis, dan dirancang untuk mengembangkan harga diri (self-esteem),
motivasi untuk berprestasi (achievement motive) pengambilan keputusan (decision making), merancang
tujuan (goal setting), merumuskan perencanaan keterampilan berkomunikasi (problem solving skills),
hubungan antara pribadi yang efektif (interpersonal effectiveness), keterampilan berkomunikasi
(communication skills), efektifitas hubungan lintas budaya (cross cultural effectiveness) dan tingkah laku
yang bertanggung jawab (responsible behavior). Kegiatan kegiatan diatas menurut usaha-usaha
kolaboratif antara guru dengan konselor. Dalam hal ini, konselor harus mampu mengajar disamping
memberikan konseling

5) Bimbingan dikonsentrasikan kepada Pemahaman, Penerimaan, dan Peningkatan Diri Konselor


memfokuskan aktifitasnya untuk membantu peserta didik agar lebih memahami diri mau menerima
siapa dirinya, dan lebih menyadari kekuatan-kekuatannya

6) Bimbingan difokuskan untuk Mendorong Keberanian Peserta didik. Cara yang dapat ditempuh untuk
mendorong keberanian peserta didik adalah: (a) memberikan penilaian kepada peserta didik
sebagaimana adanya; (b) tunjukkan suatu keyakinan dalam dini peserta didik, yang memungkinkan dia
mempunyai keyakinan dalam dirinya sendiri, (c) berilah keyakinan akan kemampuannya sendiri; (d)
tumbuhkan kepercayaan atau sikap respek terhadap diri sendiri (e) berikan penghargaan terhadap
usaha-usahanya (f) libatkan peserta didik dalam kelompok yang dapat memfasilitasi perkembangannya
(g) membantu perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan keterampilan-keterampilan
psikologis, (h) mengakui dan memfokuskan kepada perkembangan kekuatan-kekuatan dirinya dan
mengembangkan minat peserta didik dalam belajar.

7) Bimbingan Lebih Berorientasi kepada Proses daripada Tujuan.


Konselor memahami bahwa anak sedang berada dalam proses menjadi (becoming) baik pertumbuhan
fisik maupun perkembangan psikisnya akan mengalam berbagai perubahan sampai mereka menjadi
dewasa. Oleh karena itu konselor seyogyanya merancang dan mengevaluasi berbagai kegiatari yang
bermakna bagi anak Kegiatan-kegitan ini berdasarkan kepada usia perkembangan anak Dalam hal ini
konselor, tidak seharusnya mengharapkan bahwa perubahan itu akan diperoleh anak, setelah satu kali
atau bahkan 10 kali pertemuan konseling.

8) Bimbingan Perkembangan di samping Berorientasi kepada Tim Kerja, juga Menuntut Pemberian
Layanan oleh Konselor Profesional.

Keberhasilan program bimbingan menuntut berbagai upaya dari seluruh personel sekolah. Agar
memperoleh efektifitas program secara maksimum, maka sekolah seharusnya memiliki konselor yang
profesional, yang memiliki pemahaman dan keterampilan dalam konseling individual dan kelompok
penilaian, dan perkembangan anak Keterampilan-keterampilan konselor sangat mendukung dan
meningkat usaha-usaha guru dan administrator di sekolah

9) Bimbingan sangat Memperhatikan Upaya Identifikasi secara Dini terhadap Kebutuhan-kebutuhan


khusus Peserta didik. Konselor bekerjasama dengan guru-guru untuk menilai atau mengidentifikasi
kebutuhan kebutuhan khusus peserta didik, karena apabila tidak diperhatikan akan menyebabkan
munculnya masalah yang memerlukan remedial Usaha-usaha penelitian tentang anak secara khusus
dengan menggunakan pendekatan kelompok lacil atau besar, dan memelihara hubungan yang akrab
dengan orang tua peserta didik, merupakan bagian integral dari upaya identifikasi secara dini tersebut.

10) Bimbingan Perkembangan memanfaatkan Psikologi dalam Kegiatannya. Para pendidik telah lama
memperhatikan penilaian atau pengukuran tentang kecerdasan, bakat, minat, dan kepribadian, baik
anak maupun dewasa. Dalam hal ini, konselor tidak hanya memperhatikan penilaian tentang kapasitas
anak untuk belajar, namun juga tentang bagaimana anak memanfaatkan kapasitasnya tersebut. Apakah
ada tantangan bagi anak yang berbakat? Apakah anak yang belajamya lambat menggunakan bantuan
belajar secara maksimum? Apakah anak yang berbakat dalam seni memperoleh penyaluran untuk
mengekspresikan kreativitasnya?

11) Bimbingan Perkembangan berdasarkan kepada Psikologi Anak, Psikologi Perkembangan, dan Teori
Belajar. Bimbingan dan konseling perkembangan meminjam konsep-konsep pokok para spesialis dalam
psikologi anak dan perkembangan manusia. Oleh karena membantu anak agar menjadi pelajar yang
kompeten merupakan bagian penting dari bimbingan perkembangan maka konselor seharusnya menjadi
peserta didik yang mempelajari manusia.

12) Bimbingan Perkembangan Bersifat Lentur (Fleksible).

Agar hasilnya efektif, maka bimbingan harus bersifat lentur dalam membantu anak yang beragam, dan
direncanakan sedemikian rupa, jangan sampai konselor melakukan layanan secara serampangan.
Konselor harus mampu memilih aktivitas atau pendekatan layanan secara tepat. Dalam arti, konselor
harus fleksibel dalam menerapkan layanan karena mungkin layanan tertentu tepat untuk usia atau
kondisi tertentu. tetapi tidak tepat bagi usia atau kondisi yang lainnya. Konselor dituntut untuk
merancang tujuan, bagi perkembangan khusus setiap tahap usia anak dan praktek bimbingan harus
mengikuti tujuan tujuan tersebut. Dalam hal ini konselor harus bersifat "Proaktif".

E. Asumsi

Asumsi adalah premis yang menjadi rujukan bagi pengembangan program. Asumsi ini terkait dengan
peserta didik atau konseli (klien), program dan staf pelaksana program.

1. Asumsi tentang Peserta Didik

a. Semua peserta didik (anak dan remaja) dapat dan memiliki keinginan belajar

b. Program bimbingan dan konseling membantu peserta didik dalam mengem- bangkan individualitas
dirinya, berhubungan secara efektif dengan orang lain, dan kemampuan mengelola kehidupannya:

c. Semua peserta didik membutuhkan bantuan bagi pengembangan dirinya, baik menyangkut aspek
personal sosial, akademik, maupun karir

d. Keragaman budaya adalah suatu keniscayaan

e. Semua peserta didik, orang tua guru, dan pengguna program lainnya memilik akses yang sama
terhadap penerapan layanan program (pengembangan, pencegahan, remedial, atau krisis), atau
karakteristik personal (seperti gender ras, suku, latar belakang budaya, orientasi seksual, disabilitas,
status sosial ekonomi, tingkat kemampuan belajar atau bahasa), Orang tua adalah mitra para pendidik
dalam mendidik anak.

2. Asumsi tentang Program

a. Program bimbingan dan konseling yang akuntabel memberikan keseimbangan aktivitas dan layanan
yang tepat, sebagai salah satu komponen terpadu dari program pendidikan secara keseluruhan, dan
direncanakan, dirancang diimplementasikan, dan dievaluasi secara sistematis,

b. Program yang dirancang mengandung empat komponen sistem penyampaian Layanan.

c. Kondisi yang diperlukan agar implementasi program berjalan secara efektif adalah (1) iklim kerja yang
positif, (2) hubungan interpersonal yang nyaman antar staf sekolah, (3) komitmen staf administrasi
untuk mendukung keberhasilan program, dan (4) tersedianya dukungan biaya dan fasilitas

d. Program akan terselenggara secara efektif apabila didukung oleh iklim hubungan interpersonal yang
sehat, dan dukungan kebijakan yang memadai.

e Program yang dirancang melayani semua peserta didik.


f. Bimbingan adalah tanggung jawab semua staf sekolah.

g. Tujuan utama program bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik agar meraih sukses
akademiknya.

h. Cukup waktu dan kesempatan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program.

i. Ratio konselor dan peserta didik memadai j. Tersedia fasilitas yang mudah diakses peserta didik

4. Asumsi tentang Staf

a. Konselor professional memiliki posisi sangat penting di sekolah

b. Konselor menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melayani peserta didik

c. Konselor memiliki latihan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya

d. Semua konselor memiliki kompetensi dalam bimbingan dan konseling.

e. Konselor mentaati kode etik organisasi.

f. Konselor memiliki kesempatan untuk mengikuti in-service training.

g. Semua staf sekolah memiliki tanggung jawab untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling,

h. Semua staf sekolah memiliki peran dan tugas yang jelas dalam melaksanakan program bimbingan dan
konseling.

i. Hubungan professional ditandai dengan sikap respek, kolaborasi dan kooperasi

j. Staf administrasi sekolah menjaga integritas professional konselor.

F.Pendekatan Bimbingan dan Konseling

Selama bertahun-tahun telah berkembang 4 pendekatan dasar pada bimbingan dan konseling yaitu
pendekatan krisis, remedial preventif dan perkembangan

(Myrick, 2003)

1. Pendekatan Krisis.

Setiap orang memiliki masalah kondisi krisis). Dalam hal ini, konselor menunggu dan mereaksi kondisi
krisis tersebut. Sebagai contoh: seorang peserta didik masuk ke kantor konselor sambil menangis
menceritakan bahwa temannya meninjunya saat main, karena ia tidak memberi mainan yang
diinginkannya. Apabila konselor menggunakan pendekatan ini akan meminta peserta didik untuk
melepaskan emosi/ amarahnya sebagai suatu solusi terhadap krisisnya dengan temannya atau mungkin
menyuruh teman peserta didik tersebut masuk ke dalam kantornya dan bekerja dengan kedua peserta
didik itu sampai ditemukan solusi pemecahan masalahnya. Tidak semua masalah bersifat krisis, tetapi
mungkin potensial berkembang menjadi masalah, apabila dibiarkan atau diabaikan Contohnya, apabila
seorang peserta didik suka dicandai oleh teman-temannya secara terus menerus, mungkin akan
berdampak terjadinya konflik antar mereka, mulai bertengkar mulut sampai berkelahi.

2. Pendekatan Remedial

Pendekatan ini berfokus kepada kelemahan- kelemahan individu yang selanjutnya berupaya untuk
menyembuhkan/ memperbaikinya (Myrick, 2003). Tujuan intervensi ini adalah agar peserta didik
mampu menjadi normal atau dapat menghindar dari situasi krisis yang mungkin muncul, baik bidang
akademik maupun sosial. Banyak strategi yang digunakan dalam pendekatan ini melibatkan pengajaran
keterampilan para peserta didik, seperti keterampilan studi, keterampilan sosial yang belum mereka
kuasai, dan keterampilan negosiasi

3. Pendekatan Preventif.

Penggunaan istilah preventif ini adalah untuk mencoba menangkap spirit pendidikan dan proses
bantuan yang baik. Disini konselor mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik (masalah yang
secara potensial dapat mempengaruhi banyak peserta didik) dan mencegahnya agar masalahnya tidak
terjadi. Seperti masalah penyalahgunaan obat, merokok, gangguan-gangguan makan, putus sekolah,
kehamilan remaja, di Pendekatan preventif ini berdasar pada ide/pendapat bahwa konselor dapat
mendidik para peserta didik mengenai bahaya-bahaya diatas dan metode metode pencegahannya
sebelum mereka melakukannya. Kebanyakan teknik intervensi yang digunakannya melibatkan
pengajaran dan penyebarluasan informasi. Disini konselor telah siap mengajar konseli tentang apa yang
mereka inginkan dan menunjukkan keyakinan positif agar mencegah mereka bertingkah laku agresif
untuk mendapatkan apa yang mereka kehendaki Melalui pendekatan preventif ini, konselor
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin dialami peserta didik, dan berusaha untuk
mencegahnya, agar peserta didik tidak mengalaminya. Masalah-masalah yang mungkin dialami peserta
didik, dan perlu dicegah diantaranya sebagai berikut.

a. Hubungan sex sebelum nikah (Sexual promiscuity)

b. Hamil di luar nikah (unwanted pregnancies)

c. Aborsi (abortion).

d. Penyalahgunaan obat-obat terlarang (drug abuse)

e. Merokok (smoking)

f. Kecanduan minuman keras _(alcohol addiction)_

g. Sikap dan kebiasaan belajar yang negatif (poor study habits)


h. Malas belajar (laziness)

i. Sikap hedonisme (hedonism attitude)

j. Sikap konsumerisme (consumerism attitute)

k. Berperilaku menyimpang nakal (juvenile delinquency)

l. Pengangguran (unemployment)

m. Vandalisme (vandalism).

4. Pendekatan Perkembangan.

Konselor yang menggunakan pendekatan ini telah mengidentifikasi keterampilan-keterampilan


spesifik dan pengalaman pengalaman yang perlu dimiliki peserta didik, agar berhasil di sekolah maupun
dalam kehidupan (Myrick, 2003). Dalam pendekatan ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk
belajar tentang dirinya dan orang lain, sehingga mampu membangun interaksi sosial yang positif dan
konstruktif. Peserta didik juga belajar tentang keterampilan interpersonal, sehingga dia terhindar dari
peristiwa krisis interpersonal. Pendekatan ini menekankan tentang pentingnya membangun lingkungan
belajar yang kondusif bagi peserta didik. Yaitu suasana pembelajaran di sekolah yang memfasilitasi
perkembangan aspek pribadi, sosial, akademik dan karir peserta didik. Karena program bimbingan
perkembangan ini berdasarkan hasil-hasil peserta didik,maka konselor perlu mendesain merancang
suatu program bimbingan dimana terdapat kegiatan-kegiatan yang tepat bagi perkembangan serta
menyiapkan informasi dan praktek sehingga para peserta didik mempunyai kesempatan untuk
memperoleh/menguasai keterampilan-keterampilan ini. Teknik intervensi yang digunakan dalam
pendekatan ini meliputi pengajaran dan berbagi informasi, bermain peran, pelatihan, tutorial dan
konseling. Sebagai contoh bila konselor fokus pada pendekatan ini maka ia bekerja bersama peserta
didik sejak saat mereka berada di kelas satu dengan menggunakan teknik instruksional dan pengalaman
yang memberi mereka keterampilan yang diperlukan, agar mereka dapat secara efektif berinteraksi
antara satu dengan yang lainnya. Program bimbingan dan konseling perkembangan ini bila dirancang
dengan baik akan melingkupi keseimbangan tiga pendekatan lainnya.

G. Bidang (Ragam) Bimbingan dan Konseling

Ditilik dari aspek potensi dan arah perkembangan peserta didik, bimbingan dan konseling dapat
diklasifikasikan menjadi empat bidang yaitu: (1) bimbingan dan konseling akademik, (2) bimbingan dan
konseling pribadi, (3) bimbingan dan konseling sosial, dan (4) bimbingan dan konseling karir.

1.Bimbingan dan Konseling Akademik (Belajar)


Bimbingan dan konseling akademik adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam
mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan memecahkan masalah-masalah
belajar atau akademik. Bimbingan dan konseling akademik menyangkut: (a) pengenalan kurikulum, (b)
pengem bangan sikap dan kebiasaan belajar yang positif, (c) pengembangan motif berprestasi, (d) cara
belajar yang efektif, (e) penyelesaian tugas-tugas dan latihan. (f) pengembangan kesadaran belajar
sepanjang hayat (g) pencarian dan penggunaan sumber belajar, (h) penyesuaian diri terhadap semua
tuntutan program pendidikan sehingga dapat mencapai tujuan akademik yang diharapkan, (i)
perencanaan pendidikan lanjutan, dan (j) cara mengatasi kesulitan belajar.

Bimbingan dan konseling akademik dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor
melalui (a) layanan bimbingan klasikal (layanan orientasi dan informasi), (b) layanan bimbingan
kelompok, dan (c) layanan konseling (individual atau kelompok).

Pemberian layanan informasi dapat dilakukan melalui beberapa cara, seperti: diskusi kelas, leaflet,
brosur, majalah dinding, pemutaran film, dan website sekolah.

Bimbingan dan Konseling Akademik (Belajar) bertujuan agar peserta didik memiliki kompetensi sebagai
berikut:

a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam
belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran,dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar
yang diprogramkan.

b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

c. Mengembangkan disiplin diri dalam belajar

d. Mengembangkan pemahaman dan kemampuan untuk memanfaatkan ling- kungan sebagai sumber
belajar

e. Mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya.

f. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku,
menggunakan kamus, dan mencatat pelajaran.

g. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat
jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu,
dan berusaha memperoleh informasi (melalui media cetak atau elektronik/internet) tentang berbagai
hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.

h. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.


Layanan bimbingan belajar, orientasi utamanya adalah pengembangan (developmental), sementara
yang penyembuhan (kuratif) merupakan layanan yang bersifat pelengkap dan darurat (emergency).

a. Layanan yang Bersifat Pengembangan Layanan ini diorientasikan kepada pengembangan pemahaman
(wawasan) para peserta didik tentang konsep-konsep belajar, dan kemampuan atau keterampilan dalam
menerapkan teknik-teknik belajar, melalui pemberian informasi, diskusi, curah pendapat, atau
penciptaan situasi proses pembelajaran yang bernuansa bimbingan atau yang kondusif bagi
keberhasilan belajar peserta didik Layanan pengembangan ini diantaranya sebagai berikut.

1) Peningkatan Motif Berprestasi

a) Menciptakan suasana sosio-emosional yang kondusif dalam proses pembelajaran (seperti bersikap
ramah dan menghargai pribadi atau hasil karya peserta didik).

b) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, ber pendapat, dan mengomentari materi
pelajaran yang diberikan

c) Memberikan reward (penghargaan, baik secara verbal maupun non-verbal) kepada peserta didik yang
berprestasi.

d) Memberi peluang atau mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan kompetisi akademik,
seminar, atau kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya

e) Memprogram berbagai kegiatan dan menyiapkan sarana dan prasarana untuk memfasilitasi
perkembangan potensi peserta didik baik aspek intelektual, emosional, sosial, maupun moral spiritual
(multiple intelligent.)

f)Menerapkan metode pengajaran yang variatit (tidak monoton).

g) Menegakkan disiplin yang positif dalam proses belajar-mengajar

2) Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang positif

Layanan ini diberikan dalam rangka membantu peserta didik agar:

a) Menyadari bahwa belajar merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Tuhan

b) Menyenangi mata pelajaran (teori dan praktek)

c) Merasa senang untuk mengikuti aktivitas perkuliahan yang telah diprogramkan

d) Memelihara kondisi kesehatan yang baik


e) Mengatur waktu belajar, baik di rumah maupun di sekolah

f) Masuk kelas tepat waktu

g) Mencatat penjelasan guru yang dipandang penting

h) Membiasakan diri untuk membaca buku atau referensi lainnya: (majalah, jurnal, hasil penelitian, atau
koran yang isinya relevan dengan mata pelajaran atau jurusan yang ditempuhnya) secara teratur

i) Menyelesaikan tugas-tugas tepat pada waktunya

j) Berpartisipasi aktif dalam proses belajar (di kelas maupun di luar

kelas), seperti: mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,

dan memberikan komentar atau pendapat

k) Bersikap ulet atau tekun dalam mengerjakan tugas-tugas atau praktikum

l) Bersikap tabah, tidak mudah frustrasi (putus asa) apabila mengalami kegagalan dalam belajar (seperti
tidak lulus tes atau nilainya rendah).

3) Pengembangan Keterampilan (Teknik) Belajar

a) Keterampilan Mengelola Waktu

(1) tujuan dan prioritas kegiatan

(2) Menyusun jadwal kegiatan

(3) Menetapkan batas waktu untuk satu kegiatan (penyelesaian tugas)

(4) Mengurutkan tugas-tugas sedemikian rupa sesuai dengan batas waktu penyelesaiannya

b) Keterampilan Membaca Buku, seperti Menggunakan metode PQ3R:

(1) Preview mensurvey isi buku secara umum sebelum membacanya.

(2) Question: menyusun pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan apa yang ingin diketahui.

(3) Read membaca bahan untuk memperoleh pemahaman

(4) Recite: menjawab pertanyaan berdasarkan hasil bacaan

(5) Review: memeriksa ketepatan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

c) Keterampilan Mendengarkan dan Membuat Catatan


(1) Memperhatikan bahan atau materi yang dijelaskan dan menulis pernyataan pernyataan yang terkait
dengan bahan yang dijelaskan

(2) Mencatat masing-masing materi pelajaran dalam buku khusus

(3) Jika memiliki buku sendiri, sebaiknya menggarisbawahi atau melingkari konsep-konsep yang
dianggap penting, atau kalimat- kalimat yang menunjukkan kesimpulan dari materi yang dibahas

(4)Membuat bagan-bagan, skema atau grafik yang menggambarkan keterkaitan antara satu konsep
dengan konsep lainnya

(5) Mempetakan ide-ide atau gagasan secara runtun agar memudahkan membuat tulisan (dalam bentuk
makalah atau karya ilmiah)

d) Keterampilan Menghadapi Ujian

(1) Mempelajari atau mengulang kembali bahan pelajar yang

(2) Menganalisis tujuan-tujuan sebelumnya untuk meningkatkan keterampilan yang lebih baik

3)Bertanya kepada diri sendiri tentang materi apa saja yang perlu mendapat perhatian secara lebih
mendalam

(4) Mempelajari materi pelajaran secara bertahap, unit per unit atau bab per bab

(5) Buatlah perkiraan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin keluar dan buatlah jawaban-jawabannya

(6) Pada saat ujian berlangsung telitilah soal-soal itu secara umum, kemudian jawablah terlebih dahulu
yang lebih mudah

(7) Untuk menjawab soal uraian (essay), petakan dahulu jawabannya secara utuh sebelum
menuliskannya

(8) Mempelajari teknik-teknik mengelola stress untuk mengatasi kecemasan yang mungkin terjadi
pada saat mengikuti ujian.

e) Mengelola aktivitas belajar

2. Bimbingan dan Konseling Pribadi

Bimbingan dan konsaeling peribadi adalah proses bantuan dari konselor atau guru bimbingan dan
konseling kepada peserta didik/konseli untuk memahami, menerima, mengarahkan, mengambil
keputusan, dan merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab, sehingga dapat mencapai
perkembangan pribadinya secara optimal dan mencapai kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan
dalam kehidupannya.

Ruang lingkup bimbingan dan konseling pribadi meliputi aspek-aspek (1) pemahaman potensi diri dan
memahami kelebihan dan kelemahannya. baik kondisi fisik maupun psikis, (2) pengembangan potensi
untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya. (3) penerimaan kelemahan kondisi diri dan
mengatasinya secara baik. (4) pencapaian keselarasan perkembangan antara cipta rasa karsa (5)
akualisasi diri sesuai dengan potensi diri secara optimal berdasarkan nilai-nilai luhur budaya dan agama.

Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah kepada pencapaian pribadi yang mantap, dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh peserta
didik. Bimbingan dan konseling pribadi bertujuan membantu peserta didik agar mampu
mengembangkan kompetensinya sebagai berikut:

a. Memiliki komitmen untuk mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat
kerja, maupun masyarakat pada umumnya

b. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan
(anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), dan mampu meresponnya positif sesuai dengan
ajaran agama yang dianut (bersyukur dan bersabar

c. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,baik yang terkait dengan
keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis

d. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri (merasa bahwa dirinya berharga atau
bermartabat tidak merasa rendah diri)

e. Memiliki pemahaman tentang potensi diri dan kemampuan untuk mengembangkannya melalui
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produkti, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
peranannya di masa depan.

3.Bimbingan dan Konseling Sosial

Bimbingan dan konseling sosial adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik/konseli agar
mampu memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil
berinteraksi sosial, mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan
diri dan memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya sehingga mencapai kebahagiaan
dan kebermaknaan dalam kehidupannya.
Secara umum, lingkup materi bimbingan dan konseling sosial meliputi pemahaman keragaman budaya
atau adat istiadat, nilai-nilai dan norma sosial, skap-sikap sosial yang positif (empati, altruistis, toleran,
peduli, dan kerjasama), keterampilan penyelesaian konflik secara produktif, dan keterampilan hubungan
sosial yang efektif (dengan orang tua, guru, teman, dan staf sekolah).

Bimbingan dan konseling sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan sosial sekolah yang
kondusif, dan membangun interaksi pendidikan atau proses pembelajaran yang bermakna (memberikan
nilai manfaat bagi perkembangan potensi peserta didik secara optimal).

Bimbingan dan konseling sosial bertujuan untuk membantu peserta didik agar mampu mengembangkan
kompetensinya sebagai berikut:

a. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan
martabat atau harga dirinya.

b. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas, peran atau
kewajibannya.

c. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial _(human relationship)_, yang diwujudkan dalam bentuk
hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

e.Memiliki kemampuan untuk menjalin kerjasama (seperti kerja atau belajar kelompok dengan orang
lain secara bertanggung jawab

f. Memiliki kemampuan untuk menyelesaikan konflik (masalah) dengan orang lain

g. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan bersama secara efektif.

h. Memiliki kemampuan penyesuaian diri terhadap norma atau tata nilai yang berlaku, baik di rumah, di
sekolah maupun di masyarakat.

i. Memiliki sikap toleransi, terbuka terhadap pendapat orang lain dengan tidak mengorbankan prinsip
sendiri yang diyakininya benar.

j. Memiliki sikap altruis mau memperhatikan, menolong atau membantu orang lain

k. Memiliki kesadaran untuk senantiasa memelihara ketertiban, keamanan, dan kebersihan lingkungan.

l. Memiliki sikap toleran terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak
dan kewajibannya masing-masing.

4. Bimbingan dan Konseling Karir


Bimbingan karir adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik/konseli agar mampu
mengalami pertumbuhan, perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan mengambil keputusan karir sepanjang
rentang hidupnya secara rasional dan realistis berdasar informasi potensi diri dan kesempatan yang
tersedia di lingkungan, sehingga mencapai kesuksesan dalam kehidupannya

Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik sebagai
bagian integral dari program pendidikan Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan
kognitif, afektif, maupun keterampilan peserta didik dalam mewujudkan konsep diri yang positif
memahami proses pengambilan keputusan, maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang
akan membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus menerus berubah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir merupakan upaya bantuan
terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal pendidikan lanjutan dan
dunia kerja, dan mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang
diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan bimbingan karir peserta didik mampu menentukan dan
mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya sehingga
mereka mampu men dirinya secara bermakna.

Ruang lingkup bimbingan karir terdiri atas pengembangan sikap positif terhadap pekerjaan,
pengembangan keterampilan menempuh masa transisi secara positif dari masa bersekolah ke masa
bekerja, pengembangan kesadaran terhadap berbagai pilihan karir, informasi pekerjaan ketentuan
sekolah dan pelatihan kerja, kesadaran akan hubungan beragam tujuan hidup dengan nila bakat, minat,
kecakapan, dan kepribadian masing-masing. Untuk itu secara berurutan dan berkesinambungan,
kompetensi karir peserta didik difasilitasi bimbingan dan konseling dalam setiap jenjang pendidikan
dasar dan menengah.

Bimbingan dan konseling karir bertujuan membantu peserta didik agar mampu mengembangkan
kompetensinya sebagai berikut :

a. Memilih jurusan (di SLTA) yang sesuai dengan kemampuan dan minat

b. Mengetahui sekolah (untuk peserta didik SLTP) atau perguruan tinggi (untuk peserta didik SLTA) yang
tepat sebagai tempat untuk melanjutkan studinya

c. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan

d. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun
tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.

e. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan,
kemampuan (persyaratan) yang dituntut lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan
kesejahteraan kerja.
f. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk
memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial
ekonomi

g. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang peserta didik
bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-
kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.

h. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir
amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang dalam
hal ini peserta didik perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia
mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai