Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

UPAYA DETEKSI DINI, PREVENTIF DAN RESPONS PENYAKIT


INVESTIGASI KASUS KIPI/KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
DI MASYARAKAT DINAS KESHATAN KOTA BANJARMASIN
TAHUN ANGGARAN 2024

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit.
Program : Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan
dan Upaya Kesehatan Masyarakat
Sasaran Program : Dinas Kesehatan, Puskesmas, ASN,
Masyarakat, LS, Sekolah, Kelurahan,
Posyandu, PKK, TTU, TPM, TPA, Lansia
Indikator Kinerja Program :
Jumlah Laporan Hasil Investigasi Awal
Kejadian Tidak Diharapkan (KIPI dan
Kegiatan : Pemberian Obat Massal) 1 Laporan dan
Jumlah Laporan Hasil Investigasi Awal
Sasaran Kegiatan : Kejadian Tidak Diharapkan (KIPI dan
Pemberian Obat Massal) 100%
Penyediaan Layanan Kesehatan Untuk UKM
dan UKP Rujukan Tingkat Daerah
Kabupaten/Kota.
Persentase imunisasi dasar lengkap pada
bayi usia 0-12 bulan dan Persentase
imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-
23 bulan.
Indikator Kinerja Kegiatan : Terlaksananya pelayanan kesehatan untuk UKM
dan UKP rujukan tingkat daerah Kabupaten/Kota
yang tersedia sesuai SPM

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3447);

d. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan


Kesehatan;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik;UUD
1945, Pasal 28 B ayat 2: Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup,tumbuh & berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan & diskriminasi. Pasal 28 H ayat 1: Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir & batin, bertempat tinggal & mendapatkan lingkungan
hidup yang baik, sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
825);
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1755);
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 559);
j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2020 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1146).

2. Gambaran Umum

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,


Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas
Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen
pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs)
khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak. Sesuai dengan
ketentuan Kementerian Kesehatan RI, maka estimasi data sasaran program
imunisasi rutin didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan RI
Nomor HK.o1.07/Menkes/5675/2021 tentang Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan Tahun 2021-2025 tanggal 27 Agustus 2021.
Berbagai tantangan masih kita hadapi dari aspek ketersediaan vaksin,
manajemen rantai dingin, layanan imunisasi yang bermutu, adanya isu
negative tentang vaksin dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat
imunisasi. Tantangan-tantangan ini harus kita sikapi dengan tepat oleh
seluruh jajaran Pemerintah Kota Banjarmasin agar segenap rakyat Indonesia
terlindungi dari Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
Selanjutnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan bentuk
respons tubuh terhadap vaksin yang disuntikkan. Efek samping vaksinasi
memiliki reaksi yang berbeda-beda disetiap orang. KIPI ini dibadi dalam 2
kelompok yakni KIPI ringan dan berat.. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
adalah semua kejadian yang terjadi setelah anak diimunisasi baik yang
berhubungan dengan tindakan pemberian imunisasi maupun yang tidak ada
hubungan sama sekali. Klasifikasi kasus KIPI menurut WHO berupa reaksi
yang berkaitan dengan produk vaksin, reaksi yang berkaitan dengan kualitas
vaksin, kesalahan dalam pemberian imunisasi, reaksi kecemasan atau kejadian
yang kebetulan bersamaan. Hasil investigasi kasus KIPI serius akan dilaporkan
melalui website keamanan vaksin yang kemudian di analisis oleh ahli yang
tergabung dalam KOMNAS PP KIPI yang kemudian akan menerbitkan berita
acara hasil kajian. Untuk KIPI non serius seperti demam ringan, kemerahan
dan bengkak di area suntikan dilaporkan secara rutin oleh petugas bersamaan
dengan pelaporan cakupan imunisasi rutin. Pada kegiatan investigasi
dilakukan wawancara kepada orang tua bayi, petugas puskesmas termasuk
observasi dan pemeriksaan rantai vaksin (cold chain). Selain itu, kegiatan
surveilan KIPI dan investigasi digaan kasus KIPI merupakan bentuk tanggung
jawab pemerintah terhadap pelaksanaan imunisasi sehingga kualitas program
dapat terus ditingkatkan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada
Masyarakat.
Reaksi Ringan Reaksi ini bisa sembuh sendiri dan hampir tidak
memerlukan perawatan khusus. Reaksi ringan terbagi menjadi dua:

1. Reaksi lokal adalah reaksi yang terjadi pada area tubuh tertentu seperti
nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan. Reaksi lokal lain yang
berat, misalnya selulitis. Antisipasi: kompres dingin pada titik yang
bermasalah dan konsumsi paracetamol.
2. Reaksi sistemik yang berhubungan dengan sistem atau keseluruhan
tubuh. Reaksi sistemik berupa demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),
nyeri sendi (atralgia), badan lemah, atau sakit kepala. Antisipasi: minum
yang banyak, gunakan pakaian yang nyaman, kompres dingin di bagian
yang terasa nyeri, dan konsumsi paracetamol.

Reaksi Berat KIPI jenis ini memang jarang terjadi, namun perlu dipantau
apabila penerima vaksin mengalami gejala-gejala tertentu setelah divaksin.
Yang termasuk reaksi berat adalah kejang, trombositopenia (penurunan hebat
jumlah trombosit), Hypotonic Hyporesponsive Episode (kehilangan rasa sensorik
akut atau penurunan kesadaran disertai dengan pucat dan kelemahan otot),
serta menangis terus-menerus. Bila mengalami KIPI ini, hubungi kontak
fasilitas kesehatan tempat mendapatkan vaksin Covid-19. Nomor kontak
biasanya tertulis di kartu vaksinasi yang diberikan setelah vaksinasi.

Sekitar 28,6% dari 272 juta jumlah penduduk Indonesia saat ini,
merupakan sasaran program imunisasi rutin. Jumlah tersebut di luar sasaran
kegiatan pemberian imunisasi tambahan yang memiliki kelompok sasaran
sesuai kajian epidemiologi. Data BPJS Kesehatan saat ini menunjukkan
terdapat lebih dari 25,000 fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) pemerintah
maupun swasta yang terdiri dari Rumah Sakit (RS), Puskesmas, Tempat
Praktik Mandiri Tenaga Kesehatan, maupun klinik imunisasi. Lebih dari
separuhnya memberikan layanan imunisasi, baik imunisasi program maupun
imunisasi pilihan.

Peningkatan cakupan layanan imunisasi memerlukan optimalisasi


interaksi antara sektor kesehatan publik dan swasta. Keterlibatan sektor
swasta untuk mengoptimalkan layanan vaksinasi yang efektif, akan membantu
meningkatkan cakupan program, jika peran didefinisikan dengan jelas dan
layanan kolaboratif dengan system dan standar kesehatan yang telah dibangun
oleh pemerintah. Untuk itu, diperlukan petunjuk teknis untuk dapat
mengarahkan fasilitas pelayanan kesehatan swasta memberikan pelayanan
imunisasi yang berkualitas dan sesuai standard. Pemerintah berkomitmen
untuk memberikan imunisasi kepada seluruh target sasaran baik di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta.

B. Penerima Manfaat
- Pemerintah Kota Banjarmasin
- Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
- Pengelola Program Surveilans Dinas Kesehatan dan Puskesmas serta Rumah
Sakit.
- Lintas Sektor terkait
- Lintas program Puskesmas
- Masyarakat Kota Banjarmasin
-
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Pelaksana
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pokja Surveilans dan Imunisasi Bidang P2P
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin

2. Metode Pelaksanaan
Investigasi Kasus KIPI/Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Masyarakat.

3. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan


a. Persiapan (Tim KIPI, Format KIPI, Administarsi)
b. Pelaksanaan kegiatan dilapangan (Investigasi kasus KIPI)
c. Laporan Pelaksanaan Kegiatan (Lapangan, Puskesmas/RS, di Masyarakat
dan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin)

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran


Bulan Januari s.d. Bulan Desember 2024.

E. Biaya Yang Diperlukan


Biaya bersumber dari Dana Alokasi Khusus Non Fisik Tahun 2024 sebagai
berikut:
Investigasi Kasus KIPI di Masyarakat. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah
berupa Biaya Transportasi Darat Dalam Kota, Belanja Perjalanan Dinas Dalam
Daerah Biaya Transportasi Darat Dalam Kota 4 orang x 5 kasus x 12 bulan x Rp.
90.000,- = Rp. 21.600.000,-

Banjarmasin, 21Agustus 2024

Penanggung Jawab Kegiatan,


Kabid P2P Dinas Kesehatan
Kota Banjarmasin

dr. Hj. Bandiyah Marifah,. M.H

Anda mungkin juga menyukai