Anda di halaman 1dari 40

PEDOMAN

PELAYANAN UNIT RADIOLOGI DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WAIBAKUL

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAIBAKUL
TAHUN 2023
PEDOMAN
PELAYANAN UNIT RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH WAIBAKUL

Penulis Dokumen : Tim Pengkajian Pasien

Status Revisi : 01

Tanggal : 01 Januari 2023

Jumlah Halaman : 41 Halaman


HALAMAN PENGESAHAN

PEDOMAN
PELAYANAN UNIT RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAIBAKUL

Disetujui Oleh Disusun Oleh

dr. OKTAVIANUS DEKY dr. ZEVHINNY UMBU ROGA


NIP. 19781012 200604 1 001

DIREKTUR RSUD WAIBAKUL KETUA POKJA PP


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah
dikaruni akan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Buku
Pedoman Pelayanan Unit Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Waibakul.
Buku Pedoman Pelayanan Unit Radiologi Ini merupakan pedoman
bagi tenaga radiologi dalam memberikan pelayanan pada pasien radiologi.
Dalam buku pedoman ini diuraikan tentang standar ketenagaan,
standar fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik, keselamatan pasien,
keselamatan kerja, pengendalian mutu di Unit Radiologi.
Diharapkan dengan adanya buku ini dapat meningkatkan mutu
pelayanan di Unit radiologi dan digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan tugas pelayanan radiologi.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terimakasih yang sedalam-
dalamnya atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku Pedoman
Pelayanan Unit Radiologi.
Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam buku ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan akan terus
diperbaiki sesuai dengan tuntunan dalam pengembangan rumah sakit ini.

Waibakul, Januari 2023

Tim PP
Daftar Isi
Sampul
Halaman Judul
Halaman Pengesaha
BAB I
PENDAHULUAN...........................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
A. Latar Belakang...................................................................................vi
B. Ruang Lingkup..................................................................................vii
C. Batasan Operasional.........................................................................vii
D. Landasan Hukum..............................................................................vii
BAB II STANDAR KETENAGAAN..................................................................1
A. Kualifikasi sumber daya manusia.......................................................1
B. Sumber Daya Manusia........................................................................1
C. Distribusi Ketenagaan.........................................................................2
D. Pengaturan Jaga.................................................................................2
BAB III STANDAR FASILITAS.......................................................................3
A. Denah ruang.......................................................................................3
B. Standar fasilitas..................................................................................3
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN...........................................................6
A. Pendaftaran pemeriksaan.....................................................................6
B. Persiapan Pemeriksaan........................................................................7
C. Pelaksanaan Pemeriksaan...................................................................8
D. Pencucian film....................................................................................8
E. Pemberian expertise............................................................................9
F. Penyerahan hasil................................................................................9
G. Janji Hasil Radiologi.........................................................................10
BAB V LOGISTIK.......................................................................................11
A. Perencanaan.......................................................................................11
B. Pelaksanaan.......................................................................................11
C. Monitoring dan evaluasi.....................................................................14
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.................................................................16
A. Pengertian........................................................................................16
B. Tujuan..............................................................................................16
C. Tata laksana keselamatan pasien......................................................17
BAB VII KESELAMATAN KERJA................................................................20
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU...............................................................25
A. Evaluasi Dan Pengembangan Mutu Unit Radiologi..............................25
B. Program Jaminan Mutu Radiologi.......................................................25
BAB IX PENUTUP......................................................................................31
LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH WAIBAKUL
TANGGAL : 01 Januari 2023
NOMOR : RSUD.W/ /SK/PBP/53.17/I/2023
TENTANG : KEPUTUSAN PEMBERLAKUAN
PEDOMAN PELAYANAN UNIT
RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH WAIBAKUL

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAIBAKUL
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan radiologi sebagai acuan yang terintegrasi dari
pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari
amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak
fundamental setiap rakyat dari amanat Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta
makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi
diagnostik khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana
pelayanan kesehatan, seperti puskesmas, klinik-klinik swasta, dan
rumah sakit. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai
penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi
diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan
non pengion. Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga
telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan
maupun metodenya.
Unit Radiologi RSUD Waibakul sebagai rumah sakit di
lingkungan pemerintah Kabupaten Sumba tengah memberikan
pelayanan radiologi diagnostik baik pelayanan pengion maupun non
pengion. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan radiologi
khususnya radiologi diagnostik, maka perlunya dibuat buku pedoman
pelayanan Unit radiologi sebagai acuan bagi sarana pelayanan
kesehatan dalam melakukan pelayanan radiologi diagnostik yang
menyeluruh dan berkualitas.

B. Ruang Lingkup
Pelayanan radiologi diagnostik di Unit Radiologi RSUD Waibakul
adalah pelayanan untuk melakukan diagnostik dengan menggunakan
radiasi pengion, meliputi antara lain pelayanan X-ray konvensional
dan USG.

C. Batasan Operasional
Dalam meningkatkan pelayanan Radiologi pada pemeriksaaan
rontgen dilakukan oleh radiografer, sedangkan pada pemeriksaan
USG dilakukan di VK oleh dokter.

D. Landasan Hukum
1. UU No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan.
2. PP RI No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 61 / Menkes / SK/ 1 /2004
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan di Propinsi, Kabupaten/ kota dan Rumah
Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228/ Menkes/ SK/III/ 2002
tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/ Menkes / SK / II / 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana
Pelayanan Kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia


Standar ketenagaan ditentukan berdasarkan pada beberapa hal, yaitu:
1. Jenis sarana kesehatan
2. Kemampuan/ kompetensi
3. Beban kerja
4. Jumlah pesawat
Jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan dalam unit radiologi
diagnostic digolongkan berdasarkan jenis sarana pelayanan
kesehatannya, yaitu:
1. Rumah Sakit kelas A atau setara
2. Rumah Sakit kelas B atau setara
3. Rumah sakit kelas C atau setara
4. Rumah Sakit kelas D atau setara
5. Puskesmas Perawatan Plus dan sarana kesehatan lain selain rumah
sakit
Rumah Sakit dengan standar kelas C. Standar ketenagaannya meliputi:
Tabel 2.1. Standar Ketenagaan Di Unit Radiologi
Rumah Sakit Kelas C (Kepmenkes RI no.1014/MENKES/SK/XI/2008)

JENIS TENAGA PERSYARATAN JUMLAH

Radiografer D III teknik Radiologi 2 orang /


memiliki SIKR alat
Perawat D III Keperawatan 1 orang
memiliki SIP
Tenaga administrasi SMU / Sederajat 2 orang
dan Kamar Gelap

B. Sumber Daya Manusia


Unit Radiologi merupakan organisasi dengan jumlah sumber daya
manusia (SDM) pada tahun 2019 sebanyak 2 orang. Kualitas maupun
kuantitas SDM secara umum masih kurang, terdiri atas 1 orang dokter
umum dan 1 orang kepala unit Radiologi, akan menyusul 2 administrasi
yang akan membantu di Unit Radiologi.

1
Adapun jenis ketenagaan yang ada di Unit Radiologi RSUD
Waibakul adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Jenis Ketenagaan di Unit Radiologi RSUD Waibakul
C. Distribusi Ketenagaan
NO NAMA JABATAN KET

1. dr. Edi Ruspandi PenanggungJawab


Kadek Agus
2. Radiografer
Dwipananda
3. - Administrasi
4. - Administrasi

Distribusi ketenagaan yang ada di Unit Radiologi RSUD Waibakul


disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing pekerja.
Pola ketenagaan di Unit Radiologi, hanya ada dinas pagi dengan yang
bertugas kepala unit radiologi dan kepala ruangan unit radiologi. Unit
radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Waibakul hanya beroperasi pada
dinas pagi dari jam 07.00 WITA sampai 14.00 WITA.

D. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga pelaksana Unit Radiologi:
1. Pengaturan jadwal dinas di Unit radiologi hanya ada satu jadwal yaitu
dinas pagi, 07.00 WITA – 14.00 WITA.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan.
3. Apabila radiografer berhalangan masuk baik izin, sakit, atau cuti maka
unit radiologi tidak membuka pelayanan karena keterbatasan tenaga
radiografer.

2
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
Persyaratan lokasi ruang radiologi antara lain mudah
dicapai, berdekatan dengan Unit gawat darurat, ICU, dan Unit bedah
sentral.
Adapun denah ruang Unit radiologi RSUD Waibakul berdekatan
dengan:
a. sebelah timur dengan Kamar Jenazah
b. sebelah barat dengan ICU
c. sebelah utara dengan Jalan RSUD
d. sebelah selatan dengan Ruang Kebidanan
Denah Ruang Radiologi:

B. Standar fasilitas
Standar fasilitas ruang radiologi disesuaikan dengan jenis kelas
rumah sakit. Untuk RSUD dengan tipe kelas C, kelengkapan alat dan
jumlah standarnya sebagai berikut (Kepmenkes RI
no.1014/MENKES/SK/XI/2008):

NO PERALATAN KELENGKAPAN JUMLAH

3
1 USG Multipurpose, Tranducer linier dan 1 Unit
curve/sektoral 2.5-10 mHz
Monitor dan printer USG
2 Analog X-Ray Multipurpose radiografi fungsional 1 Unit
Fixed Unit (dapat untuk segala jenis
dan atau pemeriksaan konvensional radiografi)
Digital Controle table digital atau manual
High tension transformer /generator
Xray tube dengan kapasitas 30 – 150
kV dan minimal 100mA meja
stationer dengan bucky dan bucky
stand. Expose time:0.01-2 detik High
X-ray voltage generator 30-150 KV
Generator
3 Mobile x-ray Punya 2 tuas tangkai tube agar 1 Unit
pergerakan dapat leluasa. Kekuatan
30-100 KV, minimal 100mA.
Kelengkapan proteksi
radiasi:minimal 2 apron beroda
dengan atau tanpa baterai
5 Peralatan Lead apron,tebal 0.25-0.5 mm Sesuai
protektif Pb,Neck Pb 0.25-0.5 mm Pb,Gonad kebutuh
radiasi Pb 0.25-0.5 mm Pb Kaca Mata Pb, an
1mm Pb Tabir mobile minimal
200cm (t)x100 cm (l) setara 2 mm
Pb,ukuran kaca sesuai
kebutuhan,tebal 2mm Pb.
6 Perlengkapan Film badge/TLD,jumlah sesuai Sesuai
proteksi jumlah pekerja kebutuh
radiasi an

7 Quality Beam alignment test Sesuai


Assurance tool,densitometer,sensitometer,collim kebutuh
dan Quality ator tool,automatic beam an
Control analyzer,safe light test,thermometer
untuk cairan processing film,alat
pengukur suhu dan kelembapan

4
sesuai kebutuhan alat
8 Emergency Peralatan dan obat-obatan untuk Sesuai
kit RPJ sesuai dengan standar anestesi kebutuh
untuk tindakan intervensional an
radiologi
9 Kamar gelap Automatic processor ID 1 unit
Camera/labelling 1 unit
10 Viewing Box Double atau single tank Sesuai
kebutuh
an

Adapun fasilitas peralatan dan perlengkapan radiologi yang ada di Unit


radiologi RSUD Waibakul sebagai berikut :
N
PERALATAN KELENGKAPAN JUMLAH KET
O
1 Analog X-Ray Multi purpose Radiografi tersedia
Unit Fungsional (pemeriksaan 1
Konvensional)
2 Peralatan Lead apron 0,25 -0,5 mm Pb 2 tersedia
proteksi Sarung tangan 0,25 – 0,5
1 tersedia
radiasi : mm Pb
Kaca mata Pb 1 mm Pb 1 tersedia
Pelindung tiroid Pb 1 mm Pb belum
-
tersedia
Pelindung gonad Pb 0,25 – belum
-
0,5 mm Pb tersedia
3 Perlengkapan
Proteksi TLD 1 tersedia
Radiasi :
4 Quality alat pengukur suhu dan
Assurance dan kelembaban
- tersedia
Quality
Control
5 Emergency Kit Peralatan dan Obat-obatan 1 unit tersedia
6 Digital tersedia
- 1
Radiography
12 Viewing box - 3 tersedia

5
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pendaftaran pemeriksaan
Pendaftaran pemeriksaan radiologi dilakukan di loket
pendaftaran sesuai dengan protap-protap alur pemeriksaan pasien
yang meliputi:
1. Alur pelayanan radiologi penderita rawat jalan yang terdiri dari:
a. pasien umum
b. pasien BPJS
2. Alur pelayanan radiologi untuk penderita rawat inap
3. Alur pelayanan radiologi untuk penderita unit pelayanan gawat
darurat.
Prosedur Pasien Umum Non Askes:
1. Pasien datang ke loket administrasi radiologi dengan
membawa surat permintaan pemeriksaan dari poliklinik,
dokter umum, atau dokter puskesmas.
2. Petugas loket menerima surat permintaan pemeriksaan,
mencatat identitas pasien, nomor registrasi, jenis
pemeriksaan kemudian dibuatkan rincian biaya pemeriksaan
untuk dibayarkan di loket.
3. Berkas pasien diserahkan kepada radiographer di ruang
pemeriksaan.
4. Radiografer melakukan pemotretan sesuai dengan
permintaan.
5. Hasil pemeriksaan radiologi setelah dibuatkan expertise oleh
dokter radiologi diberikan ke pasien saat itu juga
Prosedur Pasien Umum dengan BPJS:
1. Pasien datang ke loket administrasi radiologi dengan
membawa surat permintaan ke rujukan BPJS.
2. Pasien diminta untuk menunggu giliran pemeriksaan, berkas
pasien di serahkan ke radiographer.
3. Radiografer membuat pemotretan sesuai dengan
pemeriksaan.
4. Hasil pemeriksaan radiologi setelah dibuatkan expertise oleh
dokter radiologi dapat langsung diambil.

6
5. Untuk pasien yang dilakukan pemeriksaan khusus (dengan
kontras) maka harus dilakukan perjanjian dahulu sebelum
diperiksa, baik dari ruangan, poliklinik atau rujukan.
Prosedur Pelayanan Radiologi untuk penderita rawat inap:
1. Pasien/ pengantar datang ke loket administrasi radiologi dengan
membawa surat perintah pemeriksaan dari dokter yang merawat.
2. Petugas loket radiologi menerima surat pemeriksaan, mencatat
identitas pasien, nomor register dan jenis pemeriksaan yang
diminta.
3. Pasien yang tidak memerlukan persiapan langsung diantar ke
kamar pemeriksaan dengan berkas permintaan pemeriksaan
fotonya dan dilakukan pemotretan.
4. Pasien dapat langsung dibawa ke ruang rawat inap kembali
sementara hasil expertise bias diambil langsung atau besok
paginya oleh petugas ruangan tempat perawatan pasien.
5. Pasien yang memerlukan persiapan pemeriksaan diminta datang
kembali ke loket administrasi dengan membawa surat perjanjian
pemeriksaan, kemudian berlaku kembali seperti pada point 3
untuk penderita yang tidak memerlukan persiapan.
B. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan pemeriksaan di radiologi meliputi persiapan pasien dan
persiapan peralatan. Pada pasien dengan pemeriksaan khusus
seperti pemeriksaan radiografi kontras, maka perlu dilakukan
persiapan pasien seperti contoh berikut:
1. Persiapan Pemeriksaan IVP
a. Keadaan umum pasien baik
b. Pasien harus diperiksa Ureum dan Creatinin, bisa dikerjakan
bila:
Ureum : kurang dari 60 mg %
Creatinin : kurang dari 2 mg %
c. Mengisi surat pernyataan persetujuan tindakan Radiologi.
d. Dua hari sebelum pemeriksaan: makan makanan lunak dan
bebas serat (bubur kecap/ bubur sumsum, juice atau minum
air putih).
e. Satu hari sebelum pemeriksaan, setelah makan malam ± 1 jam
20.00 WIB, minum dulcolax 5 mg sebanyak 5 tablet.

7
f. Kemudian puasa makan hingga selesai pemeriksaan, pantang
makan, merokok, dan kurangi bicara, dianjurkan hanya
minum air putih.
g. Pada pagi hari sebelum pemeriksaan ± jam 05.00 WIB pasien
diberi dulcolac supp 10 mg dimasukkan ke dalam lubang
dubur dan/atau ditambah lavement.
h. Pukul 08.00 masih dalam keadaan puasa datang ke Radiologi
untuk dilakukan pemeriksaan.
C. Pelaksanaan Pemeriksaan
Surat permintaan radiologi yang telah diregistrasi oleh petugas
administrasi diterima radiographer. Kemudian meyakinkan bahwa
pasien yang akan difoto adalah sesuai dengan surat permintaan foto.
Sebelum dilaksanakan pemeriksaan dicatat terlebih dahulu pada
buku register yang ada di kamar pemeriksaan. Setelah itu
menyiapkan kaset dan asesoris yang sesuai dengan jenis
pemeriksaan. Kemudian menyiapkan pasien dengan baju
pemeriksaan. Bila pemeriksaaan mengharuskan pasien berganti baju.
Melepas perhiasan atau benda yang dapat mengganggu foto dan
memberitahu kepada pasien apa yang akan difoto. Setelah selesai
dengan persiapan- persiapan itu kemudian melakukan posisioning
sesuai dengan jenis pemeriksaan foto. Kemudian mengatur factor
eksposi (kV, mA, S) dan siap diekspose. Setelah selesai ekspose,
pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan menunggu diruang tunggu
untuk pasien yang dari poliklinik dan untuk pasien rawat inap
kembali ke ruangan. Selama pemeriksaan petugas memperhatikan
aspek proteksi radiasi, sebagai perlindungan keselamatan radiasi
bagi pasien dan petugas pekerja radiasi.
D. Pencucian film
1. Hidupkan acces point
2. Pasangkan battery pada bagian belakangan flat panel detector
3. Tekan tombol ON pada detector hingga Indicator Led berkedip.
Dan tunggu beberapa saat hingga semua indikator aktif.
4. Hidupkan PC dan buka applikasi DRDC pada desktop
5. Masuk dengan account MGR
6. Input data pasien dan pilih protocol atau bagian dari tubuh pasien
yang akan di ekspose
7. Tekan exam kemudian ekspose dan akan muncul hasil gambar
pada layar PC

8
8. Untuk menonaktifkan alat, keluar dari aplikasi DRDC
9. Kemudian tekan off hingga indicator berkedip dan non aktif.
E. Pemberian expertise

1. Foto/image dari hasil pemeriksaan diterima oleh dokter umum


2. Foto/image layak diexpertise, criteria foto layak expertise adalah
sebagai berikut:
a) Tidak ada yang terpotong.
b) Kontras film optimal.
c) Identitas pasien ada (nama, jenis kelamin, tanggal/umur).
3. Ada tanggal, nomor Ro, marker L/R.
4. Observasi secara detail dari cranial-caudal, superior-inferior,
anterior-posterior, aspek basis, lateral medial, proximal-distal.
Tentang kemungkinan-kemungkinan kelainan/ perubahan kontras
dan anatomis yang dapat terjadi pada foto-foto.
5. Foto/ image yang telah dinilai layak diexpertise, dibuatkan
deskripsi yang berisi tentang uraian lengkap mengenai gambaran
radiologis yang ditemukan pada foto/ image serta resume kesan
yang merupakan hasil expertise.
6. Dokter Umum mendokumentasikan expertise dari setiap
pemeriksaan dan mencetaknya untuk diberikan kepada dokter
pengirim.
Pemberian expertise atau bacaan rontgen dilakukan oleh
dokter umum setiap hari sesuai dengan jam kerja yaitu dari jam
07.00 – 14.00 atau dalam waktu 1 x 24 jam. Di luar jam kerja
expertise dapat dilakukan khusus untuk pasien yang segera
membutuhkan hasil radiograf (cito), seperti pasien dari ruangan,
UGD, Bedah.
F. Penyerahan hasil

Setelah pemeriksaan rontgen selesai, pasien dipersilahkan


menunggu diruang tunggu. Pasien yang dari poliklinik dan untuk
pasien rawat inap kembali ke ruangan. Selanjutnya foto rontgen
dibawa ke ruang dokter radiologi untuk diberikan bacaan/ expertise.
Foto-foto rontgen yang sudah diexpertise dipisahkan dari pasien
rawat inap dan pasien rawat jalan. Kemudian dipisahkan jawaban
yang asli dan jawaban dalam bentuk kopiannya, yang asli dimasukan
ke dalam amplop film bersama dengan film untuk diberikan kepada
pasien yang mengambil hasil pemeriksaan radiologi, sedangkan

9
kopiannya disimpan secara teratur menurut nomor registrasi hal ini
untuk memudahkan apabila pasien ingin mengambil hasil
pemeriksaannya akibat kehilangan atau rusak dan atau lainnya
sebab yang menyebabkan hasil ekspertisenya diperlukan kembali.
Untuk pengambilan hasil dapat dilakukan di dalam jam kerja
(07.00 s/d 14.00). Untuk pasien rawat inap hasil diambil oleh
perawat ruangan dengan terlebih dahulu mengisi data di dalam buku
pengambilan. Untuk pasien rawat jalan hasil diambil baik oleh pasien
atau keluarga pasien yang dibuktikan dengan kwitansi atau tanda
bukti lain seperti surat jaminan pelayan BPJS.
G. Janji Hasil Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi harus sudah diterima sesuai dengan janji
hasil sebagai berikut:

JANJI HASIL
N
JENIS PEMERIKSAAN CITO TIDAK CITO
O
1 Foto Polos 2 jam 3 jam
Foto Kontras :
2 3 jam 4 jam
Apendicogram
3 Barium FT 6 jam 7 jam
4 BNO-IVP 4 jam 5 jam
5 CIL 5 jam 6 jam
6 Cystografi 3 jam 4 jam
7 Fistulografi 6 jam 7 jam
8 HSG 3 jam 4 jam
9 Lopografi 4 jam 5 jam
10 Oesophagografi 4 jam 5 jam
11 OMD 5 jam 6 jam
12 Rectografi 5 jam 6 jam
13 RPG / APG 4 jam 5 jam
14 Urethrocystografi 4 jam 5 jam
15 Urethrografi 4 jam 5 jam
16 USG 4 jam 5 jam

10
BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan ruangan radiologi dimulai pada saat
minimal 15 menit sebelum dilakukan pelayanan radiografi. Pengelolaan
ruangan radiologi terbagi menjadi :
1. Pengelolaan di Ruang Penerimaan Pasien
2. Pengelolaan di Ruang Logistik Radiologi
3. Pengelolaan di Ruang Radiasi ( pemeriksaan radiologi )
4. Ruang Pengambilan hasil Pemeriksaan Radiologi
Perencanaan pengelolaan ruangan radiologi menjadi sangat penting,
kesiapan perencanaan yang baik akan menyebabkan pelayanan
pemeriksaan radiologi tepat waktu dan semakin baik dari praradiasi
sampai post radiasi yang berakhir pada pemberian hasil pemeriksaan
radiologi.
B. Pelaksanaan
1. Pengelolaan di Ruang Penerimaan Pasien
a. Pasien Rawat Jalan dan rawat inap Non Perjanjian
b. Kesiapan Buku register
c. Kesiapan Labeling
d. Kesiapan Kwitansi yang beregister
e. Kesiapan Peralatan dengan system komputerisasi
2. Ruang Logistik Radiologi
Untuk memperlancar kegiatan pelayanan di Unit Radiologi, telah
disusun Tata cara dalam pengadaan barang medis dan non medis di
Unit Radiologi, sebagai berikut:
a. Membuat perencanaan keperluan barang bulanan.
b. Meminta persetujuan Kepala Unit Radiologi ditujukan kepada
Unit Farmasi untuk bahan medis dan Sub Bagian
perlengkapan dan Rumah Tangga untuk bahan non medis.
c. Penyimpanan barang medis dan non-medis di gudang radiologi
memakai system FIFO.
Pengadaan film di Unit radiologi memakai tata cara seperti
pengadaan barang medis dan non-medis lainnya. Tata cara
penyimpanan film memakai tata cara sebagai berikut:

11
a. Film rontgen harus terhindar dari kerusakan fisik yang dapat
dilakukan dengan cara:
 Saat menerima film box film harus dicek untuk memastikan
box dalam keadaan baik.
 Menghandle box dengan hati-hati
 Rak penyimpanan film memiliki ketinggian antara 30-160 cm
 Letakkan box secara vertikal dan pastikan tidak ada bagian
box yang menerima tekanan terberat
 Box film besar diletakkan di bawah
 Ukuran lebar rak cukup untuk memamsukkan film.
b. Temperatur : 20 - 25°C (Pakai AC selama 24 jam).
c. Kelembaban : 50 - 60 %
d. Ventilasi : Sirkulasi udara harus baik.
e. Jarak antara rak atas dengan rak dibawahnya cukup lapang.
f. Tata letak kotak film tidak ditumpuk satu sama lain (berdiri
tegak dan berjejer kesamping).
g. Tidak terkena cahaya matahari.
h. Tidak bercampur dengan penyimpanan bahan kimia.
i. Aman dari radiasi sinar-X.
j. Pemakaian didahulukan pada film yang mempunyai waktu
kadaluarsa yang hampir habis, first in first out (FIFO).

Berikut langkah-langkah dalam pemenuhan kebutuhan


Alkes/ alat kesehatan di radiologi RSUD Waibakul :
a. Mendata kebutuhan alat/bahan yang dibutuhkan dalam
lembar permintaan barang
b. Mengajukan data alat/bahan tersebut ke gudang melalui
Kasie Pelayanan
c. Setelah disetujui dan digudang alat/bahan tersedia, alat
yang dibutuhkan dapat diambil
d. Mencatat semua alat baru ke dalam buku inventaris alat
Untuk pemenuhan bahan seperti obat-obatan prosedurnya
meliputi :
a. Mendata semua kebutuhan obat-obatan
b. Mengajukan kebutuhan obat-obatan dalam lembar
permintaan ke Unit farmasi
c. Penggunaan kebutuhan obat harus sepengetahuan
dokter

12
d. Setelah diterima obat didaftar dalam buku inventaris
obat-obatan
3. Ruang Sterilisasi
Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras biasanya
memerlukan peralatan medik yang steril, siap dan laik pakai, dengan
demikian ada peralatan medik yg disposible namun ada yang dipakai
ulang biasanya peralatan medik yang terbuat dari bahan logam, kaca
(sirynx), gloves, kain kassa, kain pembungkus alat2 medik steril,
Kain duk dl. Ruang steril biasanya juga merupakan depot obat-
obatan penunjang pemeriksaan radiologi seperti alkohol, betadine,
bahan kontras radiografi, obat-obat anestesi, obat-obat kontra
indikasi pemakaian bahan kontras dan abat-obat premedikasi dan
tempat penyimpanan. Kesiapan peralatan medik steril, bahan
kontras media serta obat-obatan yg diperlukan pada pemeriksaan
radiologi dengan bahan kontras merupakan faktor penentu dalam
peningkatan kualitas pelayanan radiologi termasuk didalamnya
pelayanan kedaruratan medik radiologi akibat pemakaian bahan
kontras radiografi.
4. Ruang Radiasi/ Pemeriksaaan Radiologi
Ruang pemeriksaan radiologi merupakan pusat pelayanan
dimana pasien diperiksa secara radiologi baik dengan pesawat
radiologi konvensional, khusus (Dental Unit, Panoramic) maupun
dengan pesawat multipurpose khususnya pemeriksaan dengan
bahan kontras radiografi. Dengan banyaknya variasi pemeriksaan
radiologi maka kesiapan petugas khususnya dokter spesialis
radiologi dan radiografer, tentu saja alat-alat dan atau pesawat
radiologi telah siap dan laik pakai sesuai dengan SOP yang telah
tersedia. Kesiapan yang perlu untuk melakukan pemeriksaan adalah
antara lain :
a. Pesawat sudah terkalibrasi.
b. Sudah dilakukan pemanasan ( Warming up ) sesuai SOP
c. Tersedia Apron dengan ketebalan setara dengan 03-0,5 mm
Pb, Google, Thyroid shield.
d. Kontak film screen dengan jenis dan ukuran yang
diperlukan sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan
e. Marker R / L

13
f. Peralatan medik radiologi lainnya untuk keperluan
pemeriksaan yang akan dilakukan, termasuk bahan kontras
radiografi yang akan dipakai.
Keterampilan dokter umum dalam melakukan pemeriksaan
dan keterampilan radiografer dalam mengatur parameter-parameter
radiografi sangat menentukan tingkat keberhasilan pemeriksaan
radiologi yang dilakukan dan produk layanan radiologi dalam bentuk
foto- foto radiografi yang sesuai dengan kriteria imejing.
5. Ruang Pembacaan foto
Pada Ruang pembacaan foto selain foto-foto yang sudah
selesai dibuat dan diidentifikasi sesuai dengan nomor rekam medik
berikut amplopnya , disiapkan viewing Box yang bersih dari noda
dan dilengkapi dengan lampu neon dengan tingkat kecerahan yang
memadai. Hal ini dibutuhkan selain untuk memeriksa dan
menganalisa foto- foto untuk dibuat ekspertise. Perlengkapan lainnya
adalah komputer dan printer untuk membuat/ mencetak lembar
hasil radiologi. Semua film dan lembar jawaban
(ekspertise) dimasukan kedalam amplop film yang sudah disediakan
dan telah diberi identitas sesuai dengan rekam medis yang telah
dibuat sebelumnya.
6. Ruang pengambilan hasil pemeriksaan
Semua film yang telah diekspertise dipisahkan jawaban yang
asli dan jawaban dalam bentuk kopiannya, yang asli dimasukkan ke
dalam amplop film bersama dengan film untuk diberikan kepada
pasien yang mengambil hasil pemeriksaan radiologi, sedangkan
kopiannya disimpan secara teratur menurut nomor registrasi hal ini
untuk memudahkan apabila pasien ingin mengambil hasil
pemeriksaannya akibat kehilangan atau rusak dan atau lainnya
sebab yang menyebabkan hasil ekspertisenya diperlukan kembali.
C. Monitoring dan evaluasi
Semua kegiatan pelayanan yang dilakukan selalu di dalam
pengawasan radiografer yang di tugaskan biasanya radiografer senior.
Petugas tersebut setiap harinya setelah selesai pemeriksaan harus
mengkolekting semua laporan kegiatan pelayanan dari setiap ruangan
dan dicatat dalam buku laporan. Adapun isi laporannya adalah antara
lain :
1. Jumlah pasien yang datang
2. Jumlah pasien Rawat inap yang dilakukan pemeriksaan

14
3. Jumlah pasien rawat jalan yang dilakukan pemeriksaan
4. Jumlah Pemakaian film sesuai dengan ukuran
5. Jumlah Pemakaian bahan kontras radiografi
6. Jumlah Pembayaran tunai
7. Jumlah pembayaran dengan BPJS
8. Jumlah pemakaian Bahan Kontras radiografi
9. Jumlah pemakaian obat-obatan premedikasi
10. Jumlah alat-alat kesehatan lainnya yang dipakai

15
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Pengertian Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah sistem
(tatanan) pelayanan dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan
asuhan pasien agar pasien menjadi lebih aman. Termasuk di
dalamnya: mengukur risiko; identifikasi dan pengolahan risiko
terhadap pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan untuk
belajar dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk
mencegah, mengurangi serta meminimalkan risiko. (Rochmanadji
Widayat, 2009, hal: 80).
B. Tujuan
Tujuan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, Menurunnya
Kejadian Tidak diharapkan di rumah sakit, terlaksananya program-
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD).
Dengan meningkatnya jumlah sentra dan fasilitas pelayanan
radiologi maka dimungkinkan semakin meningkatnya jumlah pasien yang
dilakukan pemeriksaan sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa semakin
banyak jumlah pasien yang menerima radiasi dan kemungkinan semakin
besar peluang terjadinya KTD. Oleh sebab itu diharapkan petugas
kesehatan harus semakin hati-hati untuk tidak menambah penderitaan
pasien dengan terjadinya KTD. Kejadian tidak diinginkan yang mungkin
timbul pada proses pelayanan radiologidiagnostic antara lain dapat
disebabkan oleh:
1. Pada saat menerima surat permintaan pemeriksaan radiologi
a. Kurang/tidak teliti dalam mengidentifikasi pasien
b. Kurang paham klinis yang membuat kesalahan pembuatan foto.
c. Tidak bertanya apakah pasien hamil atau tidak (wanita subur)
2. Pada saat dilakukan pemeriksaan.
a. Saat memindahkan pasien ke meja pemeriksaan terlalu banyak
memanipulasi obyek.
b. Memakai peralatan kurang steril.
c. Tidak menggunakan peralatan disposable.
d. Terjadinya kontra indikasi bahan kontras.

16
e. Kurang mahir mencari pembuluh darah pada saat memasukkan
kontras
f. Terlalu lamanya dilakukan fluoroscopy ( Intervesional )
g. Pengulangan pemeriksaan
 Salah penyudutan arah sinar
 Salah sentrasi
 Under dan uppereksposure
 Tidak ada marker
 Kesalahan tindakan medic oleh resident/radiolog
 Salah positioning
h. Kesalahan pesawat yang disebabkan
 Tidak dikalibrasi secara rutin
 Tidak adanya kegiatan QC peralatan radiologi.
 Tidak dimiliki alat-alat QC radiologi
3. Sesudah pemeriksaan
a. Efek bahan kontras
b. Tindakan setelah pemeriksaan (Intervensional)
c. Efek radiasi (dosis tinggi Intervensional)
C. Tata laksana keselamatan pasien
1. Modalitas dengan sumber Radiasi Sinar-X
a. Hindari manipulasi pasien pada saat posisioning
Terutama pada pasien dengan klinis trauma capitis, Fraktur Columna
Vertebralis, trauma tumpul abdomen dan thoraks. Begitu pula pasien
dengan fraktur ekstrimitas dengan pemakaian peralatan traksi.
b. Pemakaian marker R/ L
Marker logam Pb di letakkan pada kaset atau tubuh pasien, kecuali
pada pemeriksaan CT Scan dan USG dengan mempergunakan body
mark.
c. Pemakaian bahan kontras radiografi
 Harus ada inform consent sebelum dilakukan pemasukan
bahan kontras
 Harus ada pemeriksaan Radiologi mengenai fungsi ginjal
 Gunakan bahan kontras yang relatip aman
 Harus dilakukan oleh dokter atau didalam pengawasan dokter
 Ada standar kedaruratan medic radiology
 Teknik pemasukan bahan kontras kadang- kadang membuat
KTD pada pemeriksaan radiologi intervensional (cateterisasi,
Lympografi)

17
 Harus memakai peralatan disposable, terutama pada
pemeriksaan intervensional (Cateter).
d. . Critical value
Yang termasuk dalam critical value antara lain:
- Cedera kepala
- stroke
- Efusi pleura masif
- Curiga ileus Obstruksi
- Curiga pneumothoraks
- Oedem pulmo/chf
- Corpus aleinum tenggorokan
- Trauma tumpul abdomen
- Bronchopneumonia berat
- peritonitis
- fraktur terbuka
- akut abdomen
- pasien ICU
Jika didapatkan hasil pemeriksaan radiologis seperti diatas,
dokter pemeriksa segera menghubungi DPJP atau petugas
di bangsal/ ruang perawatan melalui telepon atau sarana
lainnya sebelum hasil expertise diterima oleh DPJP, untuk
segera ditindak lanjuti.
e. Minimalisasi dosis radiasi
 Kalibrasi secara eutin
 Pengaturan luas lapangan penyinaran yang diatur sedemikian
rupa sehingga cukup seluas obyek yang diperiksa.
 Pengaturan Faktor eksposi yang tepat (dicatat pada lembar
permintaan pemeriksaan radiologi untuk mudah menghitung
dosis permukaan yang diterima pasien.
 Pada setiap pasien wanita usia subur sebelum dilakukan
pemeriksaan harus ditanya apakah sedang hamil atau tidak
bila hamil diminta pertimbangan dokter radiologi apakah perlu
atau tidak dilakukan. Jadi pada hakekatnya semua
pemeriksaan atau tindakan radiologi harus dilakukan apabila
ada permintaan dari dokter yang mengirim dan dilengkapi
dengan klinis yang jelas dan dikerjakan sesuai
dengan standar operational Prosedur dan dilakukan oleh

18
tenaga kesehatan yang kompeten. Wanita hamil trimester I
tidak diperbolehkan terpapar radiasi sinar X
2. Ultrasonografi
Sampai saat ini pemeriksaan USG masih dikatagorikan sebagai
pemeriksaan yang paling aman bagi pasien. Belum ditemukan gejala-
gejala KTD selama pemeriksaan maupun sesudah pemeriksaan.

19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Keselamatan dan kesehatan kerja di Radiologi


Bekerja pada bagian radiologi haruslah memperhatikan hal-hal
yang dapat mempengaruhi aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Hal
ini disebabkan spesifikasinya yang memungkinkan terjadinya
kecelakaan apabila peraturan dan ketelitian tidak menjadi etos kerja.
Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Keselamatan arus listrik
a. Arde listrik peralatan sinar- x
Arde dilakukan dengan menghubungkan permukaan metal/
logam pada pesawat sinar-X ke tanah melalu konduktor tembaga.
Konduktor ini biasanya berupa: Satu lempeng tembaga yang
ditempelkan ke permukaan metal/ logam dari meja pemeriksaan,
tuas penyangga tabung, transformator dan control consoul dan
menghubungkannya ke tanah. Perhatikan betul bahwa lempeng
logamnya benar-benmar menempel. Satu konduktor bumi yang
terdapat pada kabel utama dari pesawat sinar-x bergerak (mobile
unit) yang terhubung pada bagian akhir dari rangkaian pesawat
yang membutuhkan arde dan ujung yang lain pada konduktor
bumi di dalam colokan listrik (pulg socket). Ingat, penggunaan
kabel penyambung (extention cable) atau adaptor akan
menghambat kelancaran kerja dari konduktor bumi dan jangan
digunakan, kecuali jika tidak terdapat alternative lain. Tetapi jika
harus menggunakan kabel penyambung harap diingat ukuran dan
besar kabel harus sama dengan kabel utamanya dan kedua ujung
ardenya harus benar -benar tersambung dengan baik.
Periksalah secara teratur kabel dan sambungan pada kedua
ujung dengan kondisi seperti di bawah ini:
Karet pembungkus kabel. Jika terdapat potongan atau
kerusakan hendaknya segera diperbaiki atau diganti.
Sambungan antara ujung kabel dan colokan listrik. Karet
pembungkus kabel hendaknya terlindung di dalam kotak
colokan listrik. Kotak colokan listrik. Jika kotak ini retak atau
pecah hendaknya segera diganti. Ujung arde yang terdapat di
dalam colokan listrik hendaknya terkait dengan baik. Setiap 6
bulan teknis listrik atau petugas yang cakap harus mengecek

20
keadaan ini, jika colokannya putus maka jangan dimasukkan ke
dalam soket listrik sampai ia benar-benar telah diperbaiki dan
aman. Catatan: Kerusakan dapat dicegah dengan penanganan
yang cermat dan hati-hati terhadap peralatan sinar-x dan
kabelnya. Jangan sampai kabel dalam keadaan tegang, kusut,
menempel pada permukaan yang tajam saat digerakkan.
b. Sekering/ Fuse
Peralatan listrik diperlengkapi dengan sekering sebagai alat
pengaman untuk mencegah arus yang tidak sesuai pada saat
melewati rangkaian. Oleh sebab itu, sangat penting untuk
memasang sekering yang benar nilainya. Jika sekeringnya tidak
berfungsi maka sebaiknya ditukar dengan yang lain pada nilai
yang sama. Jika gagal lagi maka terdapat kerusakan pada
rangkaian dan harus dicari sebabnya serta diperbaiki. JANGAN
PERNAH menaikkan nilai sekering, karena hal ini sangat bahaya
dilakukan. Beberapa model pesawat sinar-x mempunyai colokan
listrik khusus, biasanya berwarna merah dan ditandai dengan
“hanya sinar-x”. Hal ini jangan digunakan untuk pemakaian yang
lain, karena ia colokan khusus tanpa sekering. Alat itu didisain
khusus untuk menerima tegangan listrik pada saat eksposi yang
amat sangat rendah, akan tetapi sangat berbahaya bila digunakan
dengan tegangan listrik biasa yang tidak mempunyai peralatan
pengaman khusus di dalam pesawat sinar-x nya.
c. Colokan dan soket listrik
Jika memungkinkan hendaknya semua soket listrik harus
punya penghubung (switch) sehingga aliran listrik dapat diputus
sebelum colokan dilepaskan. INGAT, jangan pernah mencabut
colokan dengan menarik kabelnya. Dengan cara mematikan
penghubungnya adalah lebih baik, hal itu akan menghindari
terjadinya bunga api pada colokan dan soket tetap baik. Soket
harus terhindar dari air atau cairan dan jangan ditempatkan pada
tempat yang memungkinkan terjadinya percikan air atau air yang
mengalir. Jika peralatan kamar gelap- seperti tabung illuminator-
membutuhkan penghubung listrik, maka kabelnya harus
ditempatkan pada posisi yang aman dan jangan sampai tersentuh
petugas yang sedang bekerja. Jika colokan atau soket sudah
berumur tua atau jika sekering penghubung tidak mengait dengan
baik, maka ujung logam colokannya atau soketnya akan menjadi

21
panas. Kalau hal ini terjadi, hendaknya colokan atau soketnya
harus diganti walaupun sebenarnya disebabkan oleh ukuran kabel
yang tidak sesuai dengan besar arus listrik yang mengalir. Atau
panggillah tenaga yang berkompeten tentang listrik untuk
memperbaikinya.
d. Pelindung/ pembungkus peralatan
Peralatan yang berisi komponen listrik harus mempunyai
pelindung. Pelindung ini untuk meyakinkan bahwa tidak ada
komponen yang terkelupas dan bias tersentuh. Bagian ini
dirancang terpisah dengan bagian lain dan mempunyai
pembungkus. Sehingga pembungkusnya harus selalu terlindung
dengan baik dan jika rusak harus dipindahkan setelah semua
peralatan listrik “diputus”, dan periksalah semua ujung peralatan,
tidak ada yang menempel pada bagian lain. Jika terdapat
kerusakkan pada bagian dalam dari peralatan hendaknya yang
mengambil adalah teknisi listrik. Dan semua ujung peralatan
harus dalam keadaan tidak ada arus listrik. Ingat, periksa
sekering apakah masih melekat ketika pelindung logam sedang
diperbaiki.
e. Pembersihan peralatan
Jangan pernah menggunakan air atau lap basah untuk
membersihkan peralatan listrik. Gunakanlah krim pembersih yang
tidak mudah terbakar (non flammable) seperti krim pembersih
“bodi” mobil yang dengan mudah dapat dibeli di pasar.
f. Perbaikan peralatan
Perbaikan peralatan harus dilakukan oleh orang terlatih dan
mempunyai kecakapan untuk jenis pekerjaan tersebut
g. Konsleting (electrical fire)
Peralatan listrik- karena kesalahan- bias terjadi konsleting
atau kelebihan arus listrik sehingga menjadi panas yang bias
mengakibatkan kebakaran. Jika asap atau rasa panas terasa,
peralatan yang ada harus diputus dari sambungan listriknya
dengan segera. Api yang timbul pada peralatan listrik biasanya
tidak cepat merambat bila penghubung listriknya dimatikan,
karena bahannya dibuat dari yang tidak mudah terbakar. Tetapi
jika api telah menjalar hendaknya dipadamkan dengan tabung
pemadam api yang berisi gas CO 2 atau bubuk pemadam api.
JANGAN pernah menggunakan air bila terjadi konsleting. Pasir

22
yang kering bisa digunakan bila tidak terdapat peralatan yang
lain. INGAT bila terjadi kebakaran, panggil teman untuk
memindahkan setiap orang/ pasien ke tempat yang aman dan
dekat dengan pintu. Karena untuk mencegah bahaya kebakaran,
maka segala serpihan yang mudah terbakar jangan berada dekat
atau di dalam bagian yang mengandung listrik. Udara harus dapat
dengan mudah bertukar pada bagian peralatan tersebut sehingga
tidak terjadi peningkatan panas pada bagian itu.

2. Keselamatan peralatan
Buatkanlah ruangan untuk pesawat sinar-x dan kamar gelap
yang cukup besar agar tidak terjadi kecelakaan pada radiographer
dan pekerja lainnya. Periksalah apakah:
a. Barang-barang perabot terletak secara aman di dinding, lantai
atau atap
b. Kunci dan gembok berfungsi dengan baik
c. Tombol dan pembungkus peralatan terletak dengan aman
pada posisinya sehingga tidak ada jari-jari pasien atau
radiographer yang tersentuh luka akibat keadaan tersebut.
Sekrup atau mur yang lepas harus diganti dengan ukuran
yang sama
d. Periksalah konus dan pembatas sinar- x, apakah tersambung
dengan baik ke tabung sinar
3. Keselamatan radiasi
a. Periksalah karet Pb, yang digunakan untuk meyakinkan tidak
adanya sinar-x yang tembus ketika melakukan pemeriksaan
(terutama pada eksposi yang dekat organ/ daerah sensitive). Jika
karet timbale yang digunakan tidak cukup tebal, maka gunakan
karet timbal yang lebih tebal sehingga tidak timbul kabut pada
film hasil.
b. Apron/ pelindung Pb. Periksalah apron untuk meyakinkan bahwa
tidak ada bagian yang rusak, ingat bahwa bila apron yang
digunakan terdapat celah atau renggang yang kecil sekalipun
maka tetap harus dilakukan perbaikan atau pemindahan letak
bagian yang rusak tersebut. Lipatan dapat ditekan dan ditempel
dengan lem perekat untuk menghindari terjadinya berbagai
pecahan pada karet Pb. Jika bagian yang rusak ini telah

23
diperbaiki, hendaknya diperiksa dengan menggunakan sinar-x
apakah masih terdapat kebocoran radiasi.
B. Pengamanan cairan kimia
Cairan kimia untuk pemrosesan fim adalah bahan yang
berbahaya karena dapat merusak/ iritasi kulit dan menyebabkan
uap yang berbahaya ketika terhirup. Oleh sebab itu ventilasi yang
baik pada kamar gelap adalah kebutuhan yang mendasar dan jika
ingin membuat larutan kimia hendaknya dilakukan di luar ruangan
kamar gelap/udara terbuka. Perlu diingatkan juga pada petugas
yang mengaduk cairan/ bubuk pemrosesan film agar berhati-hati
ketika menuangkan cairan/ bubuk tersebut ke dalam air karena
bisa terpecik, terhirup atau menempel pada dinding ruangan dan
berakibat larutan menjadi terkontaminasi. Pakaian pelindung:
sarung tangan karet, masker, apron dan kaca mata pelindung harus
digunakan ketika mengaduk cairan kimia. Tangan harus selalu
dicuci segera setelah bekerja dengan larutan. Jika larutan terpecik
ke wajah atau mata, maka harus dicuci dengan air bersih.
Penggunaan larutan penetap (fixer) harus selalu hati-hati karena
terdapat kandungan perak (Ag) yang bisa nmenyebabkan polusi.

C. Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Medical Check Up untuk Petugas Radiologi
Waktu pelaksanaan 1x dalam setahun
2.Kegiatan pelatihan Proteksi Radiasi
Waktu pelaksanaan 1x dalam setahun
3.Kegiatan Pelatihan dan Simulasi Penanggulangan Bahaya Radiasi.
Waktu pelaksanaan 1x dalam setahun

4.Kegiatan Sosialisasi Bahan Berbahaya.


Waktu pelaksanaan 1x dalam setahun
5.Kegiatan Sosialisasi bahan berbahaya bagi pekerja baru (termasuk
peserta didik)
Waktu pelaksanaan 1x dalam setahun, atau di instansi pengirim
masing-masing peserta didik.

24
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Evaluasi Dan Pengembangan Mutu Unit Radiologi
Prosedur evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) metode, yaitu:
1. Metode evaluasi pertemuan
2. Metode evaluasi personal
Dari 2 (dua) metode tersebut dapat diambil kesimpulan akhir yang
merupakan pedoman peningkatan efektifitas pelayanan dan cara bekerja di
Unit Radiologi.
1. Metode Evaluasi Pertemuan
Evaluasi pertemuan dibagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
a. Tahap Evaluasi pertemuan bulanan dihadiri oleh radiografer dan
tenaga adminstrasi.
Dalam pertemuan ini dibahas:
1) Kesulitan dalam pelaksanaan pelayanan : Kelengkapan peralatan
utama
2) Kelengkapan sarana penunjang di radiology
3) Kebutuhan SDM
4) Jumlah kunjungan
5) Metode pemeriksaan
6) Kerusakan alat, dll
b. Tahap Evaluasi pertemuan tahunan dihadiri oleh seluruh karyawan
radiologi, yang dibahas adalah mengenai :

1) Evaluasi dan menindak lanjuti dari hasil pertemuan bulanan


2) Menarik kesimpulan dan mengambil tindakan
3) Dibuat rumusan kerja baku dalam pelaksanaan pelayanan
radiologi
2. Metode Evaluasi Pengendalian Mutu Personal

a. Setiap anggota radiologi diberikan daftar penilaian pelaksanaan


pekerja (DP3).
b. Setiap tahun dievaluasi oleh atasan langsung untuk diberikan
penilaian
B. Program Jaminan Mutu Radiologi
1. Berikut 10 langkah program QA ( Quality Asurance ) beserta
penjelasannya
a. Perencanaan QA ( Planning for Asurance )

25
Langkah pertama menyiapkan organisasi yang melaksanakan QA.
Perencanaan mulai dengan review scope organisasi pelayanan untuk
menetapkan pelayanan yang dituju. Untuk sebagian organisasi, adalah
tidak mungkin untuk meningkatkan mutu seluruh bidang dalam waktu
bersamaan. Bahkan, kegiatan QA didahulukan pada beberapa area
yang kritis. Prioritas tinggi, volume tinggi atau pelayanan yang mudah
bermasalah adalah sering dipilih untuk mendapatkan perhatian khusus
untuk memulai progam QA.
b. Membuat pedoman dan menyusun standar - standar
Agar pelayanan bermutu tinggi dapat diberikan konsisten, organisasi
harus menjabarkan tujuan progam-progam dan sasarannya kedalam
prosedur operasional. Dalam arti luas, standar adalah suatu pelayanan
tentang mutu yang diharapkan. Dalam maksud ini adalah petunjuk
pratis atau protokol klinik prosedur administrasi atau prosedur
peranational standar (Stndards operating procedure).
c. Mengkomunikasikan standar dan spesifikasi
Hal ini akan meyakinkan masing-masing petugas kesehatan,
supervision, manager, dan orang-orang yang mendukung untuk
memahami apa yang diharapkan dari masing-masing mereka,
khususnya apabila pelatihan sedikit, supervisi lemah atau apabila
pedoman atau standar-standar tersebut baru dibuat atau baru
berubah.
d. Monitoring mutu (Monitoring Quallity).
Monitoring adalah pengumpulan dan review data yang membatu
menilai apakah norma-norma program diikuti mutu atau apakah
outcome ditingkatkan. Dengan monitor, indicator-indikator kunci.
Desain atau redesain system monitor memerlukan penjabaran statemen
tentang mutu yang diharapkan kedalam indicator-indikator yang bias
diukur, di seluruh tingkat organisasi. Ini termasuk:
 Seleksi indicator
 Menyusun ambang batas (Threshold)
 Menyeleksi sumber informasi
 Mendesain suatu system untuk mengumpulkan dan kompilasi data
 Melaksanakan kegiatan-kegiatan monitoring
e. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi peluang untuk
peningkatan.

26
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dimilai dari identifikasi
masalah mutu dan mencari peluang peningkatan. Langkah-
langkahnya:
 Identifikasi masalah.
 Identifikasi area potensial untuk peningkatan.
 Seleksi area yang dibutuhkan untuk perbaikan.
 Keputusan oleh ahlinya
 Voting
 Dengan matrix
f. Menetapkan masalah dan operasionalisasinya.
Tujuannya adalah untuk menyatakan secara jelas masalah yang
dimaksudkan. Langkah- langkahnya:
 Menguraikan masalah.
 Menetapkan batasan- batasan masalah.
 Verifikasi bahwa statement tidak masalah menempatkan atau
menyatakan secara tidak langsung penyebab atau solusi.
g. Memilih tim: identifikasi siapa yang seharusnya bekerja.
h. Menetapkan tim kecil untuk mengatasi masalah- masalah
tertentu.
 Identifikasi mereka yang terlibat.
 Menyusun tim.
 membuat prosedur kerja tim
i. Analisa masalah dan identifikasi penyebab masalah.
Menganalisa dan mempelajari masalah untuk identifikasi
penyebab masalah, mengumpulkan dan analisis data untuk memahami
masalah aslinya dan prinsipnya dan identifikasi akar penyebab
masalahnya. Focus analisis masalah dan penyebabnya:
 Statement masalah dan klarifikasi masalah.
 Memahami proses sekitar permasalahan.
 Membuat hipotesa tentang penyebab masalah
 Test hipotesa dan menetapkan penyebab utama.
j. Membuat solusi- solusi dan kegiatan- kegiatan untuk peningkatan
mutu.
Sasarannya dari langkah ini adalah membuat solusi yang memecahkan
masalah. Langkah dalam membuat solusi dengan kegiatan peningkatan
mutu:
 Memilih dan mendesain semua solusi.

27
 Daftar semua solusi potensial.
 Seleksi kriteria untuk menetapkan solusi terbak.
 Memilih solusi untuk pelaksanaan peningkatan mutu.
 Ungkapan solusi secara praktis dan mudah dilaksanakan
melaksanakan dan mengevaluasi upaya- upaya peningkatan mutu.
Langkah final ini biasanya dikenal dengan siklus Deming (PDCA)
 Merencanakan pelaksanaan solusi (plan).
 Melaksanakan solusi (do).
 Mengikuti pelaksanaan solusi dan hasilnya (check).
 Membuat keputusan bilamana pelaksanaannya diperluas,
dimodifikasi solusinya atau memilih solusi lainnya untuk
ditest (Action)
2. Reject Analysis
Pengertian Reject Analysis adalah suatu prosedur untuk mengetahui
tingkat kesalahpahaman dan kesalahan teknik dalam melakukan
pemeriksaan atau kesalahan yang timbul oleh peralatan yang dinilai
terhadap film - film yang terbuang dengan sia - sia.
a. Tujuan Reject Analysis Film:
1) Menganalisa jumlah film yang terbuang sebagai sebuah
presentase dari total film yang digunakan
2) Membuat standar untuk program QA dan kemudian memantau
sebuah keefektifan dari suatu program
3) Menyediakan alat untuk mendeteksi dini dari perubahan reject
rate dan mengidentifikasi kemungkinan dari penyebabnya
b. Manfaat Reject Analysis:
1) Memastikan bahwa teknik radiografi yang digunakan tepat dan
penanganan film yang dilakukan benar
2) Memastikan bahwa perlengkapan radiografi yang digunakan
dalam kondisi baik dan standar
3) Memastikan bahwa pemilihan jenis film yang digunakan tepat
c. Prosedur Pelaksanaan Reject Analysis Film:
Lakukan survei terhadap:
1) Jumlah film yang belum terekspose di ruang processing termasuk
yang ada didalam kaset
2) Jumlah film yang belum terekspose di masing-masing kamar
pemeriksaan
3) Tentukan jumlah dari film yang di reject untuk masing-masing
kategori, antara lain :

28
a. Over eksposure
b. Under eksposure
c. Positioning
d. Motion
e. Processing
f. Equipment
4) Masing-masing ruang mencatat jumlah film yang digunakan dan
jumlah film yang ditolak
5) Tim analisis melakukan pengumpulan data dari masing-masing
ruangan seminggu sekali, film yang ditolak disortir dan
dilakukan kategorisasi (jika memungkinkan dilakukan
identifikasi pada setiap pemeriksaan).
d. Batasan - batasan radiograf (gambar radiografi yang diterima):
1) Angka reject tidak melebihi 10%
2) Ideal nya dibawah 5% tergantung tidak hanya program QC yang
baik tetapi juga laporan yang ideal diantara radiografer dan
radiolog
3) Jika total reject > 10% maka yang diharapkan harus melakukan
QC program yang baik
Unit Radiologi RSUD Waibakul menggunakan standar reject ≤
2%
e. Faktor - faktor penyebab reject analysis film:
1) Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia ( human
error)
Kesalahan atau kekurang telitian personal atau radiografer
dalam mengatur faktor eksposi sehingga gambaran yang
dihasilkan tidakmemberikan informasi yang jelas untuk
menegakkan diagnosa. Gambar yang dihasilkan dapat menjadi
under exposure atau overexposure. Under exposure terjadi
karena faktor eksposi yang diberikan kurang sehingga gambaran
menjadi putih akibat kurangnya kontras dan densitas.
Sedangkan over exposure terjadi karena faktor eksposi yang
diberikan terlalu banyak sehingga gambaran yang dihasilkan
menjadi terlalu gelap akibat kelebihan kontras dan densitas.
2) Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan (tools eror)
Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat kurang
berfungsinya alat yang digunakan dalam radiologi, seperti
pesawat rontgen yang tidak stabil karena ada hambatan pada

29
tegangan.Processing otomatis yang macet atau roller processing
yang kasar sehingga manyebabkan film tergores. Kaset dan IS
yang kotor, marker yang menutupi organ.
3) Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien (patient eror)
Pergerakan pasien akan menyababkan gambaran
radiografi menjadi kabur. Hal ini dapat terjadi karena pasien
yang tidak kooperatif dapat juga terjadi karena pasien tidak
mengerti maksud dan jenis pemeriksaan karena tidak
mandapatkan instruksi yang jelas dari radiografer.
f. Tahap - tahap reject analysis
Tahap-tahap yang dilakukan oleh tim reject analysis harus
diberikan kepada Unit radiologi, tahap-tahap tersebut yaitu:
1) Siapa yang menjalankan program
2) Radiografer yang diikutsertakan
3) Kategori apa saja yang dilakukan
4) Data-data apa saja yang dimasukkan dalam analisa
5) Periode waktu yang digunakan
6) Penafsiran hasil
7) Analisa hasil
8) Perbandingan hasil

30
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan radiologi RSUD Waibakul Kabupaten Sumba tengah


merupakan bagian integral sistem pelayanan rumah sakit. Upaya
peningkatan mutu radiologi berarti upaya peningkatan mutu rumah
sakit. Mutu Pelayanan dimulai dengan penyusunan program mutu tiap
unit, termasuk Unit radiologi.
Namun suatu program mutu pelayanan tidak akan berarti bila
tidak ada evaluasi secara baik. Parameter yang digunakan dalam
evaluasi yaitu antara lain:
a. Tersedianya fasilitas radiologi dalam keadaan baik dan
standar.
b. Kepatuhan terhadap Standar Prosedur Operasional (SPO).
c. Kecilnya angka penolakan dan pengulangan film rontgen.
d. Tingginya kepercayaan pasien dan dokter pengirim.
e. Makin singkatnya respon time.
f. Makin meningkatnya kunjungan radiologi.
g. Makin menurunnya komplain terhadap pelayanan radiologi.
h. Makin meningkatnya jasa pelayanan / kesejahteraan
pegawai radiologi.
Pedoman pelayanan radiologi ini diharapkan menjadi acuan bagi
pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan pelayanan pasien, sehingga
indikator mutu output dapat dicapai. Sedang bagi manajemen pedoman
pelayanan ini dapat bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan sumber
daya sehingga indikator mutu input dapat tercapai juga.

Ditetapkan di : Waibakul
Pada Tanggal : 01 Januari 2023

DIREKTUR RSUD WAIBAKUL,

dr. OKTAVIANUS DEKY

31
DAFTAR PUSTAKA

AHQR. (2000). Hospital Survey on Patient Safety Culture : Items and


Dimensions, 4–6.
The Health Foundation. (2013). Safety Culture: What Is It And How Do We
Monitor And Measure It?. London.
Budihardjo, Andreas. 2008.Pentingnya Safety Culture di Rumah Sakit Upaya
Meminimalkan Adverse Events.Prasetya Mulya Bussiness School.
Jakarta
Cahyono, J.B. Suharjo B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien
Dalam Praktik Kedokteran. (Yogyakarta: Kanisius)
Departemen Kesehatan (Depkes) RI, 2006. Panduan Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit Utamakan Keselamatan Pasien Edisi 2. Jakarta:
Depkes.
Ilyas, 2003. Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama Ivenvich, J.M. 2008. Perilaku Manajemen dan Organisasi.
Jakarta: Erlangga
Jeffs, Law.M & Baker. 2007. Crating Reporting & Learning Culture In
HealthCare Organization. The Canadian Nurse Kementerian Kesehatan.
2009. Undang- Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Kementerian Kesehatan. 2011. Permenkes RI Nomor
1691/Menkes.Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS). 2012. Laporan IKP Triwulan I
tahun 2011
Nurnalia, Devi.2012. Pengaruh Program Mentoring Keperawatan terhadap
Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap RS Sultan
Agung Semarang.Tesis. FKM UI
Yahya, A. 2006. Konsep dan Program Patient Safety. Pidato disampaikan
dalam Konvensi Nasional Mutu Rumah Sakit ke VI. Bandung,
November 2000
Pedoman Budaya Aman di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, 2015.

32

Anda mungkin juga menyukai