Status Revisi : 00
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang
telah dikaruniakan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Buku
panduan Asesmen Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Waibakul.
Tim Penyusun
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAIBAKUL
Jl. Raya Waihibur, No.-, Desa Umbu Mamijuk, Kecamatan Umbu
Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NTT
No. Tlp.- , Email : rsud.waibakul@gmail.com
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di : Waibakul
BAB I
DEFINISI
A. ASESMEN PASIEN
Asesmen adalah suatu proses identifikasi kondisi, kebutuhan,
kemampuan, dan keinginan pasien yang dilakukan dengan cara
wawancara, observasi tanda dan gejala serta meninjau kembali riwayat
kesehatan, sosial, fisik dan mental pasien. Asesmen penting dilakukan
untuk dapat membuat keputusan terkait status kesehatan pasien,
kebutuhan perawatan, intervensi dan evaluasi.
B. ASESMEN AWAL
Asesmen awal adalah identifikasi tahap awal untuk mengevaluasi
data pasien dalam 24 jam pertama sejak pasien masuk rawat inap
maupun rawat jalan atau bisa lebih cepat tergantung kondisi pasien dan
dicatat dalam rekam medis.
G. ASESMEN ULANG
Asesmen ulang adalah asesmen yang dilakukan setelah transfer
antar unit ruangan terhadap semua pasien, untuk mengidentifikasi
adanya perubahan pada kondisi pasien, berupa perburukan/ perbaikan
kondisi. Asesmen ulang juga merupakan suatu proses yang wajib
dilakukan untuk mengidentifikasi ulang kondisi pasien tidak boleh lebih
dari 30 hari pada kasus riwayat kesehatan pasien yang sama dan pada
kasus riwayat kesehatan yang berbeda.
H. ASESMEN NUTRISI
Asesmen nutrisi adalah kegiatan mengumpulkan,
mengintegrasikan dan menganalisis data untuk identifikasi masalah gizi
yang terkait dengan aspek antropometri, fisik/ klinis, laboratorium,
sosial, medis dan riwayat gizi pasien, dan merupakan dasar untuk
menegakkan diagnosis gizi.
I. ASESMEN NYERI
Asesmen nyeri adalah kegiatan memeriksa dan menilai rasa sakit
dengan pendekatan – pendekatan yang sesuai dan merencanakan tindak
lanjut dan penilaian berkala dalam periode pengobatan pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. ASESMEN PASIEN
Setiap pasien yang berkunjung di RSUD Waibakul wajib dilakukan
asesmen awal, meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, psikologis,
sosial dan ekonomi, kebutuhan komunikasi dan edukasi, serta kebutuhan
spiritual.
1. Isi Minimal Asesmen Pasien
a. Pasien rawat jalan
Asesmen medis :
- anamnesis
- keluhan utama
- riwayat alergi, riwayat operasi, riwayat transfusi, riwayat penyakit
keluarga,
- riwayat penyakit sekarang,
- riwayat penyakit dahulu,
- riwayat penyakit keluarga,
- riwayat lingkungan,
- kebiasaan & gaya hidup (merokok)
- Pemeriksaan fisik
- Data penunjang
- Diagnosis
- Daftar masalah kesehatan
- Rencana terapi yang akan dilakukan
Asesmen keperawatan :
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat merokok, riwayat
transfusi)
- Riwayat alergi
- Biopsikososial
- Kebutuhan komunikasi, pendidikan dan edukasi
- Skrining nyeri
- Skrining risiko jatuh
- Skrinning gizi
- Tanda vital
- Berat badan, tinggi badan
- Daftar masalah Keperawatan
- Rencana asuhan keperawatan
b. Pasien rawat inap
Asesmen medis:
- Keluhan utama
- Riwayat Kesehatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi, riwayat
merokok, riwayat transfusi)
- Riwayat alergi
- Pemeriksaan fisik
- Data penunjang
- Diagnosis
- Daftar masalah medis
- Rencana terapi yang akan dilakukan
- Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
Asesmen keperawatan :
- Keadaan umum, meliputi: kesadaran dan tanda vital
- Riwayat keperawatan, meliputi : keluhan utama Masuk Rumah
Sakit, diagnosis medis saat ini, riwayat keluhan/penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekrang, riwayat
penyakit keluarga,
- Prosedur invasif yang terpasang saat ini
- Kebutuhan komunikasi & edukasi
- Skrining status fungsional
- Skrining nyeri
- Skrining risiko jatuh
- Skrining status nutrisi
- Prosedur invasif (yang terpasang saat ini)
- Biopsikospiritual
- Pola makan minum dan eliminasi.
- Daftar masalah keperawatan/ kebidanan
- Rencana asuhan keperawatan/ kebidanan
c. Pasien Gawat Darurat
Asesmen medis :
- Triase
- Level kesadaran
- Tanda vital
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit dan riwayat pengobatan
- Riwayat psikologi/sosial/ekonomi
- Status fungsional
- Pemeriksaan fisik (kepala, leher, thorak, abdomen, ekstremitas
atas dan bawah, genetalia, integumen)
- Diagnosis
- Hasil pemeriksaan penunjang
- Terapi/tindakan
- Evaluasi akhir
- Rencana tindak lanjut.
Asesmen keperawatan :
- Keluhan saat ini
- Tanda vital
- Pengukuran berat badan
- Riwayat alergi
- Riwayat penyakit dahulu
- Primary dan secondary survey
- Diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan
- Tindakan keperawatan
- Rencana pulang pasien serta rencana tindak lanjut
d. Pasien gawat darurat yang memerlukan tindakan pembedahan
gawat darurat (cito)
Harus menyelesaikan dokumentasi rekam medis dalam asesmen
awal pasien gawat darurat, dengan mendokumentasikan dalam
asesmen pra operasi sebelum tindakan dilakukan, minimal dengan :
a. Data subyektif dan obyektif singkat
b. Diagnosis pra operasi
c. Rencana operasi
d. Rencana anestesi
e. Tanda tangan dokter operator dan dokter anestesi
f. Mengisi dan melampirkan format informat consent
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh dan sistematis untuk
mengidentifikasi masalah pada pasien. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Keadaan umum (ringan, sedang, berat, stabil/ tidak stabil)
b. Kesadaran
c. Nilai tanda vital: tekanan darah, suhu, nadi, respiratory rate,
nyeri, Berat badan, Tinggi badan
d. Kepala dan wajah
e. Leher
1. Nilai ulang deformatitas dan nyeri, jika pasien tidak
diimobilisasi.
2. Inspeksi adanya luka, distensi vena jugularis, penggunaan
otot bantu napas, perubahan suara.
3. Palpasi adanya krepitasi, pergeseran posisi trakea.
f. Dada:
1. Inspeksi adanya luka, pergerakan dinding dada,
penggunaan otot bantu napas.
2. Palpasi adanya nyeri, luka, fraktur, krepitasi, ekspansi
paru
3. Perintahkan pasien untuk menarik napas dalam; inspeksi
adanya nyeri, kesimetrisan, keluarnya udara dari luka.
4. Auskultasi: ronki, mengi (wheezing), penurunan suara
napas pokok.
g. Abdomen:
1. Inspeksi: luka, hematoma, distensi.
2. Auskultasi, bising usus.
3. Defans muskular.
4. Palpasi; nyeri tekan, adanya organomegali/tidak, lingkar
perut.
5. Perkusi; timpani/perkusi.
h. Pelvis dan genitourinarius:
1. Inspeksi dan palpasi: inkontinensia, priapismus, darah di
meatus uretra.
2. Palpasi dan tekan kedua spina iliaka anterior superior
(SIAS) secara bersamaan untuk menilai adanya nyeri,
instabilitas, atau krepitasi.
3. Palpasi denyut arteri femoralis.
i. Anggota gerak:
1. Inspeksi: angulasi, penonjolan tulang abnormal
(protrusion), simetris.
2. Palpasi: nyeri, krepitasi.
3. Nilai nadi distal: intensitas (kuat/lemah), teratur,
kecepatan (lambat, normal,cepat).
4. Nilai sensasi (saraf sensorik)
5. Nilai adanya kelemahan/ parese (jika tidak ada
kecurigaan fraktur):perintahkan pasien untuk meremas
tangan pemeriksa.
6. Nilai pergerakan anggota gerak (jika tidak ada kecurigaan
fraktur).
j. Punggung
1. Imobilisasi jika ada kecurigaan cedera tulang belakang.
2. Palpasi: luka, fraktur, nyeri.
3. Nilai ulang fungsi motorik dan sensorik pasien.
k. Neurologis
1. Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala atau
gangguan neurologis.
2. Pemeriksaaan status neurologi awal digunakan sebagai
dasar untuk memantau kondisi pasien selanjutnya.
6. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan meliputi : riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat operasi, riwayat
transfusi, riwayat pengobatan, riwayat alergi.
7. Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan spiritual pada pasien perlu dilakukan dalam mempengaruhi
tingkat kesehatan dan perilaku self care klien. Kebutuhan spiritual
khususnya perlu dipertimbangkan bagi pasien terminal dan
keluarganya. Kebutuhan spiritual yang dikaji antara lain:
1. Kegiatan beribadah sesuai agama dan kepercayaan yang
dianut.
2. Perlu rohanian/ tidak (terutama saat pasien terminal/ kritis).
Pengkajian kebutuhan spiritual pasien dilakukan dengan mengisi
format persetujuan pelayanan kerohanian yang telah dibuat sesuai
jadwal oleh pihak RSUD Waibakul. Namun jika pasien menginginkan
pelayanan kerohanian diluar jadwal maka pasien akan mengisi format
permintaan pelayanan kerohanian.
□ Tidak yakin 2
□ 1 – 5 kg 1
□ 6 – 10 kg 2
□ 11 – 15 kg 3
□ > 15 kg 4
□ Ya 1
Total skor
1 Ekspresi Rileks 0
Wajah Meringis 1
Meringis 1
Meringis Keras 2
4 Lengan Tertahan 0
Rileks 0
Fleksi 1
EKstensi 1
5 Tungkai Tertahan 0
Rileks 0
Fleksi 1
Ekstensi 1
Bangun 0
Rewel 1
Skor Total
Skor Interprestasi
>4 Berat
Melengkung, Kaku 2
Skor Total
Skor Interprestasi
Wong-Baker FACES Pain Scale : usia >3 tahun dan dewasa yang
tidak dapat menggambarkan skala nyeri nya menggunakan
angka.
Indikasi: pasien anak lebih dari 3 tahun dan dewasa yang tidak dapat
Sangat
Tidak Sedikit Agak meng Tak Terta
menganggun
sakit Sakit menganggu ganggung hankan
g
a. Neonatus
b. Bayi
c. Anak – anak
d. Dewasa
e. Lanjut usia
f. Ibu hamil dan melahirkan
g. Pasien dengan sakit terminal
h. Pasien dengan nyeri yang kronis dan intens
i. Pasien korban kekerasan atau terlantar
j. Pasien dengan infeksi atau penyakit menular
k. Pasien yang daya imunnya menurun
Pada kelompok pasien berikut, beberapa pengkajian khusus yang perlu
ditangani yakni :
a. Pasien neonatus (untuk bayi yang dirawat di ruang Kebidanan/ Seruni)
Pengkajian awal pasien neonatus menggunakan format pengkajian awal
rawat inap terintegrasi neonatus.
b. Pasien anak (untuk pasien yang dirawat di ruang Anak)
Tambahan pengkajian berupa :
Riwayat kelahiran
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Riwayat imunisasi
c. Pasien kebidanan (Seruni)
Pengkajian pasien kebidanan menggunakan format pengkajian awal
rawat inap kebidanan. Sementara bayi baru lahir menggunakan format
pengkajian bayi baru lahir.
Dalam format kebidanan, terdapat pendokumentasian:
Riwayat reproduksi wanita
Riwayat perkawinan
Riwayat obstetrik
Riwayat sosial
Riwayat kehamilan sekarang
Status obstetrik
Laporan persalinan
Partograf
Nifas
Pemeriksaan sebelum pulang
d. Pasien Terminal
Dilakukan pengkajian meliputi:
o Dokter/ perawat melakukan asesmen tanda-tanda klinis menjelang
kematian. Asesmen harus mengevaluasi :
a. Gejala fisik
b. Faktor yang meningkatkan dan membangkitkan gejala fisik
c. Manajemen gejala saat ini dan hasil respon pasien
d. Orientasi spiritual pasien dan keluarga
e. Kebutuhan spiritual pasien dan keluarga
f. Status psikososial pasien dan keluarga
g. Kebutuhan dukungan atau kelonggaran pelayanan bagi pasien,
keluarga dan pemberi pelayanan lain
h. Kebutuhan akan alternatif atau tingkat pelayanan lain
i. Faktor risiko bagi yang akan ditinggalkan dalam hal cara
mengatasi dan potensi reaksi patologis atas kesedihan
o Dokumentasikan pengkajian pasien terminal dalam format asesmen
pasien terminal dan format catatan perkembangan pasien terintegrasi
(CPPT)
e. Pasien dengan nyeri yang kronis dan intens.
Dilakukan pengkajian awal nyeri menggunakan format asesmen nyeri
dan dilanjutkan dengan pengkajian ulang nyeri menggunakan format
asesmen ulang nyeri. Nyeri tingkat berat ditangani oleh tim nyeri yang
diketuai oleh dokter spesialis anestesi.
C. ASESMEN KHUSUS
Apabila setelah dilakukan asesmen awal, teridentifikasi adanya
kebutuhan khusus pasien, maka tindakan konsultasi dari satu dokter
kepada dokter yang lain dapat dilakukan dalam pelayanan rawat inap,
rawat jalan maupun gawat darurat. Permintaan dan jawaban konsultasi
didokumentasikan dalam format permintaan konsultasi. Jawaban
konsultasi harus tersedia dalam waktu maksimal 24 jam sejak
permintaan konsultasi atau lebih cepat sesuai kebutuhan pasien.
E. ASESMEN ULANG
a. Dilakukan pada semua pasien minimal satu kali sehari termasuk hari
libur (oleh dokter), saat berganti shift (bagi perawat) dan saat akan
dilakukan transfer ke ruangan atau antar rumah sakit.
b. Pada pasien yang data medisnya sudah lebih dari 30 hari, wajib
dilakukan pengulangan pengkajian.
c. Tujuan:
a. Mendapatkan informasi dan data terbaru perkembangan pasien
b. Mengevaluasi keberhasilan intervensi yang sudah diberikan
c. Sebagai dasar untuk menetapkan diagnosis dan terapi selanjutnya
d. Asesmen ulang dapat dilakukan dengan interval waktu tertentu atau
sesuai dengan kebutuhan pasien , dengan ketentuan sebagai berikut :