Anda di halaman 1dari 13

PEDOMAN

PELAYANAN UNIT TRANSFUSI


DARAH DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH WAIBAKUL

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAIBAKUL
TAHUN 2023
PEDOMAN
PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH WAIBAKUL

Penulis Dokumen : Tim Pengkajian Pasien

Status Revisi : 01

Tanggal : April 2023

Jumlah Halaman : 28 Halaman


HALAMAN PENGESAHAN

PEDOMAN
PELAYANAN UNIT TRASFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WAIBAKUL

Disetujui Oleh Disusun Oleh

dr. OKTAVIANUS DEKY dr. NENCI SIAGIAN, Sp.PD


NIP. 19781012 200604 1 001 NIP. 19850428 201403 2 003

DIREKTUR RSUD WAIBAKUL KETUA KOMITE PMKP


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang
telah dikaruniakan kepada Tim Penyusun sehingga dapat menyelesaikan
Panduan Pelayanan Unit Transfusi Darah di Rumah Sakit Umum Daerah
Waibakul.
Panduan Pelayanan Unit Transfusi Darah di Rumah Sakit Umum
Daerah Waibakul ini merupakan acuan bagi staf rumah sakit dalam
melaksanakan tugasnya.
Tidak lupa Tim Penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan
seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan
Program Pelayanan Unit Transfusi Darah di Rumah Sakit Umum Daerah
Waibakul ini.
Kami sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam Panduan ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan
akan terus diperbaiki sesuai dengan tuntutan dalam pengembangan rumah
sakit.

Waibakul, April 2023

Tim PP
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT KEPUTUSAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................
..........................................................................................1
B. TUJUAN PENCIPTAAN BUDAYA AMAN...................................
..........................................................................................2
C. RUANG LINGKUP...................................................................
..........................................................................................3
BAB II PEDOMAN BUDAYA AMAN.........................................................
..........................................................................................................4
A. DEFINISI...............................................................................
..........................................................................................4
B. PROGRAM KESELAMATAN PASIEN.......................................
..........................................................................................4
C. KOMPONEN BUDAYA AMAN..................................................
..........................................................................................5
1. Informed Culture / Budaya Informasi................................
.....................................................................................5
2. Reporting Culture / Budaya Pelaporan..............................
.....................................................................................5
3. Just Culture / Keadilan....................................................
.....................................................................................5
4. Learning Culture / Budaya Pembelajaran..........................
.....................................................................................6
D. SURVEI BUDAYA KESELAMATAN..........................................
..........................................................................................11
E. TINGKAT KEMATANGAN ORGANISASI...................................
..........................................................................................12
F. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI
BUDAYA AMAN......................................................................
..........................................................................................13
BAB III MEMBANGUN BUDAYA AMAN DI RUMAH SAKIT.......................
..........................................................................................................15
A. KERANGKA BUDAYA AMAN...................................................
..........................................................................................15
B. KIAT MEMBANGUN BUDAYA AMAN.......................................
..........................................................................................16
C. PEDOMAN PERILAKU............................................................
..........................................................................................19
D. PENEGAKAN PEDOMAN PERILAKU.......................................
..........................................................................................24
BAB IV PENUTUP...................................................................................
..........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
..........................................................................................................28
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH WAIBAKUL
TANGGAL : April 2023
NOMOR : RSUD.W//SK/PBP/53.17/IV/2023
TENTANG : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT
TRANSFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH WAIBAKUL

PEDOMAN PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAIBAKUL

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang


memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan
kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial. Darah dilarang
diperjualbelikan dengan dalih apapun. Pelayanan transfusi darah sebagai
salah satu upaya kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan sangat membutuhkan ketersediaan darah atau
komponen darah yang cukup, aman, mudah diakses dan terjangkau oleh
masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayanan
transfusi darah yang aman, bermanfaat, mudah diakses, dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Darah dan produk darah memegang peranan penting
dalam pelayanan kesehatan. Ketersedian, keamanan dan kemudahan akses
terhadap darah dan produk darah harus dapat dijamin. Terkait dengan hal
tersebut, sesuai dengan World Health Assembly (WHA) 63.12 on Availability,
safety and quality of blood products, bahwa kemampuan untuk mencukupi
kebutuhannya sendiri atas darah dan produk darah (self sufficiency in the
supply of blood and blood products) dan jaminan keamanannya merupakan
salah satu tujuan pelayanan kesehatan nasional yang penting. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran khususnya dalam
teknologi pelayanan darah, pengelolaan komponen darah dan pemanfaatannya
dalam pelayanan kesehatan harus memiliki landasan hukum sebagai
konsekuensi asas negara berlandaskan hukum. Oleh karena itu dalam rangka
memberikan pelindungan kepada masyarakat, pelayanan darah hanya
dilakukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi dan
kewenangan, dan hanya dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan

1
yang memenuhi persyaratan. Hal ini diperlukan untuk mencegah timbulnya
berbagai risiko terjadinya penularan penyakit baik bagi penerima pelayanan
darah maupun bagi tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan
maupun lingkungan sekitarnya. Pengamanan pelayanan transfusi darah harus
dilaksanakan pada tiap tahap kegiatan mulai dari pengerahan dan pelestarian
pendonor darah, pengambilan dan pelabelan darah pendonor, pencegahan
penularan penyakit, pengolahan darah, penyimpanan darah dan pemusnahan
darah, pendistribusian darah, penyaluran dan penyerahan darah, serta
tindakan medis pemberian darah kepada pasien. Pengamanan pelayanan
transfusi darah juga dilakukan pada pelayanan apheresis dan fraksionasi
plasma. Salah satu upaya pengamanan darah adalah uji saring terhadap
infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD). Darah dengan hasil uji saring
IMLTD reaktif tidak boleh dipergunakan untuk transfusi. Sebagai bentuk
kepedulian terhadap pendonor, Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2011
tentang Pelayanan Darah telah mengamanahkan perlunya pemberitahuan
hasil uji saring reaktif kepada pendonor yang bersangkutan. Pemberitahuan
harus dilaksanakan melalui mekanisme tertentu sehingga pendonor dapat
terjaga kerahasiannya dan mendapatkan tindak lanjut pemeriksaan diagnostik
dan penanganan yang tepat. Dalam rangka peningkatan mutu, keamanan, dan
kemanfaatan pelayanan darah, diperlukan adanya Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Pelayanan Transfusi Darah.
B. TUJUAN PENCIPTAAN BUDAYA AMAN
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan penyelenggaraan pelayanan transfusi darah di UTD RSUD
Waibakul dalam rangka peningkatan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
pelayanan darah
2. Tujuan Khusus
C. RUANG LINGKUP
Pelayanan transfusi darah di UTD meliputi:
a. Rekrutmen donor
b. Seleksi donor
c. Pengambilan darah lengkap
d. Pengambilan darah apheresis
e. Umpan balik pelanggan
f. Pengolahan komponen darah
g. Spesifikasi dan kontrol mutu komponen darah
h. Uji saring IMLTD
i. Pengujian serologi golongan darah

2
j. Penyimpanan darah
k. Distribusi darah
l. Kontrol proses (termasuk jaminan mutu)
m. Sistem komputerisasi
n. Pengelolaan Mobile Unit
o. Notifikasi donor reaktif IMLTD

3
BAB II
PEDOMAN BUDAYA AMAN

A. DEFINISI

B. PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

C. KOMPONEN BUDAYA AMAN


D. SURVEI BUDAYA KESELAMATAN
E. TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY) ORGANISASI

F. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI BUDAYA AMAN

4
BAB III
MEMBANGUN BUDAYA AMAN DI RUMAH SAKIT

A. KERANGKA BUDAYA AMAN


B. KIAT MEMBANGUN BUDAYA AMAN
C. PEDOMAN PERILAKU
D. PENEGAKAN PEDOMAN PERILAKU (CODE OF CONDUCT)

5
BAB IV
PENUTUP

Ditetapkan di : Waibakul
Pada Tanggal : 9 Agustus 2019

DIREKTUR RSUD WAIBAKUL,

dr. OKTAVIANUS DEKY

DAFTAR PUSTAKA

AHQR. (2000). Hospital Survey on Patient Safety Culture : Items and


Dimensions, 4–6.
The Health Foundation. (2013). Safety Culture: What Is It And How Do We
Monitor And Measure It?. London.
Budihardjo, Andreas. 2008.Pentingnya Safety Culture di Rumah Sakit Upaya
Meminimalkan Adverse Events.Prasetya Mulya Bussiness School.
Jakarta

6
Cahyono, J.B. Suharjo B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien
Dalam Praktik Kedokteran. (Yogyakarta: Kanisius)
Departemen Kesehatan (Depkes) RI, 2006. Panduan Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit Utamakan Keselamatan Pasien Edisi 2. Jakarta:
Depkes.
Ilyas, 2003. Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama Ivenvich, J.M. 2008. Perilaku Manajemen dan Organisasi.
Jakarta: Erlangga
Jeffs, Law.M & Baker. 2007. Crating Reporting & Learning Culture In
HealthCare Organization. The Canadian Nurse Kementerian Kesehatan.
2009. Undang- Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Kementerian Kesehatan. 2011. Permenkes RI Nomor
1691/Menkes.Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS). 2012. Laporan IKP Triwulan I
tahun 2011
Nurnalia, Devi.2012. Pengaruh Program Mentoring Keperawatan terhadap
Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap RS Sultan
Agung Semarang.Tesis. FKM UI
Yahya, A. 2006. Konsep dan Program Patient Safety. Pidato disampaikan
dalam Konvensi Nasional Mutu Rumah Sakit ke VI. Bandung,
November 2000
Pedoman Budaya Aman di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, 2015.

Anda mungkin juga menyukai