Anda di halaman 1dari 9

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

LAPORAN
FIELD TRIP PALEONTOLOGI

”IDENTIFIKASI KANDUNGAN FOSIL INVERTEBRATA


DAERAH BULU BOTTOSUWA KECAMATAN BARRU,
KABUPATEN BARRU“

NOVERIUS E. TANGKETASIK
D61110270

MAKASSAR
2011
LAPORAN
FIELD TRIP PALEONTOLOGI

”IDENTIFIKASI KANDUNGAN FOSIL INVERTEBRATA


DAERUAH BULU BOTTOSUWA KECAMATAN BARRU,
KABUPATEN BARRU“

PENGASUH MATA KULIAH


KOORDINATOR PENULIS

Ir.M.FAUZI ARIFIN.M,Si. NOVERIUS E. TANGKETASIK


NIP. 131 570 883
KATA PENGANTAR

Laporan Field Trip Paleontologi yang berjudul “ Identifikasi Kandungan Fosil Invertebrata
Daerah Bullu Bottosowa Kecamatan Barru Kabupaten Barru “ ini disusun berdasarkan
hasil pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan. Isi dari laporan ini mencakup
uraian tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, hasil dari
penelitian, hingga metode yang dilakukan untuk menyelesaiakan penulisan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucap puji dan syukur kepada Allah Yang
Maha Kuasa yang telah memberi segala kebaikan dunia berupa kesehatan dan kekuatan.
Serta ucapan terima kasih kepada :
1. kedua orangtua kami yang telah memberikan bantuan materi dan moril,
2. Bapak Ir. M. Fauzi Arifin, MSi, dan Ibu Ratna Husain, MT. yang telah mendidik
dan membimbing kami,
3. bapak dan ibu dosen jurusan teknik geologi yang telah memberi dukugan berupa
respon pisitif terhadap pelaksanaan kuliah lapangan kami,
4. bapak dan ibu petugas tingkat fakultas yang telah memberi keleluasaan terhadap
pelaksanaan fild trip paleontologi kami,
5. warga Barru, terkhusus warga yang bertempat di sekitar kampus lapangan
geologi, bapak dan ibu kepala desa daerah Bullu Bottosowa kecamatan Barru
kabupaten Barru,
6. petugas atau tukang masak, yang telah dengan ikhlas mebuatkan makanan untuk
kami sewaktu melaksanakan kuliah lapangan,
7. asisten laboratorium, yang telah memberi pembelajaran mengenai materi kuliah
lapangan dan asisten lapangan,
serta kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terlasananya kulah lapangan
kami yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari sempurna dan mungkin tak
dapat memuaskan semua pihak. Oleh karena itu, penulis menghrapkan koreksi, saran,
perbaikan, dan lain-lain untuk penulisan dan penyusunan laporan hasil penelian yang
berikutnya.

Makassar, Desember 2011

Penulis
DAFTAR ISI

Hal Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Lokasi Penelitian
1.3. Kesampaian Daerah
1.4. Alat yang Digunakan

Bab 2 METODE PENELITIAN


2.1. Sistematika Sampling
2.2. Metode Pemerian

Bab 3 HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Identifikasi Kandungan Fosil
3.2. Pemerian Fosil Setiap Stasiun

Bab 4 KESIMPULAN DAN SARAN

Daftar Pustaka

Lampiran
Gambar Fosil
Sketsa Stasiun Pengamatan
Peta Lokasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dunia ini terdapat labih dari satu juta spesies hewan yang sudah teridentifikasi. Dalam
kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menjumpai verterata dari pada avertebrata, tetapi
sebenarnya jumlah spesies vertebrata hanya 5% dan selebihnya merupkan avertebrata.
Bila dpandang dari sisi lain, ada yang membagi dunia hewan menjadi kelompok Mollusca
dan non-Mollusca, atau berdasarkan ruas apendik menjadi kelompok Athropoda dan non-
Arthropoda.

TABEL PERKIRAAN JUMLAH SPESISES HIDUP SECARA GARI BESAR PADA


KINGDOM ANIMALIA DAN FILUM PROTOZOA

Kelompok besar Jumlah spesies Filum/kelas/Campuran


Protozoa 50.000
Porifera 10.000
Coelenterata 10.000
Platyhelmintes 10.000
Berbagai macam
194.000 Nematode 12.000
Avertebrata
Campuran 8.000
Echinodermata 5.500
Mollusca 80.000
Annelida 8.700
Crustacea 26.000
Arachnida 57.000
Berbagai macam
100.600 Kelompok kecil 4.600
Arthropoda
Chilopoda 3.000
Doplopoda 8.000
Insecta 900.000 Insecta 900.000
Capuran 2.000
Osteichthes 30.000
Amphibia 3.500
Chordata 54.000
Reptilia 6.500
Aves 8.700
Mammalia 4.060
Sumber : Storer
dkk,1983

Sebagian dari Avertebrata telah hidup jutaan tahun lalu dimuka bumi ini. Dapat dikatakan
hewan-hewan ini sudah tidak banyak lagi yang dapat dijumpai terkhusus dalam bentuk
fosil. Sisanya hancur tidak berbekas oeh berbagai proses alam seperti proses orogenesa,
metamorfisme, gempa bumi, dan lain-lain.
Untuk mengkaji dan menyelidiki kehidupan masa lampau berdasarkan fosil yang
dijumpai maka dibutuhkan suatu cabang ilmu dari geologi yang disebut dengan Ilmu
Paleontologi. Ilmu ini mempelajari tentang kehidupan kuno (masa lampau) atau mengenai
kehidupan purba, terutama hewan atau tumbuhan serta benda-benda yang menunjukan
adanyan kehidupan dimasa lampau yang telah membatu dan terawetkan (fosil). Ilmu
paleontologi memberikan kita gambaran yang luas tentang kehidupan mahluk hidup yang
hidup pada waktu yang lampau, bahkan sebelum manusia hadir di muka bumi ini. Segala
informasi tentang keadaan berbagai jenis mahluk hidup serta lingkungan tempat hidupnya
pada masa lampau dapat kita peroleh dengan mempelajari ilmu paleontologi. Melalui fosil
segala informasi yang kita inginkan dapat kita peroleh. Mulai dari jenis mahluk hidup
tersebut, daerah tempat hidupnya, lingkungan tempat terjadinya pengendapan atau yang
disebut lingkungan pengendapan, umur dari batuan tempat fosil ditemukan, serta banyak
informasi lainnya yang dapat membantu kita dalam mempelajari kehidupan masa lampau.
Kesemuanya itu merupakan inti dari ilmu paleontology. Bagaimana kita dapat
menginterpretasikan dan menggambarkan kehidupan masa lampau yang bahkan telah
berlangsung jutaan tahun tahun lalu lewat sisa-sisa peninggalan kehidupan yang kita sebut
dengan fosil
Penyelidikan mengenai fosil telah bayak ahli geologi yang melakukan, terkhusus
mengenai fosil Avertebrata atau invertebrata. Fosil hewan ini memilik keistimewaa
terseniri untuk diteliti karena dari sini ahli geologi banyak mendapat informasi tentang
kedudukan batuan, untuk megetahui umur batuan, mengetahui lapisan top dan bottom dari
batuan, mengungkap kodisi dari keadaan atau topografi dari daerah terdaatnya fosil
(paleogeografi), mengetahui keadaan dari keadaan iklim pada masa lampau
(paleoklimatologi) dan lainnya.
Pada pelaksanaan praktikum ini , kami mencoba untuk melakukan pengamatan dan
pengambilan sample secara langsung ke lapangan. Hal ini ditujukan selain dari pada untuk
mendeskripsikan fosil, juga bermaksud untuk memberikan pemahaman secara langsung
mengenai kondisi dari lapangan yang akan kami hadapi kedepannya.

Inilah yang menjadi dasar yang melatar belakangi kami untuk melakukan penelitian
ini. Kami didik dan dibimbing bagaimana caranya agar kami dapat mendeskripsikan
kandungan fosil pada daerah yang menjadi tempat penelitian kami. Hal ini kami lakukan
tentunya dengan metode yang telah ditentukan oleh dosen pembimbing lapngan kami
yang tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan para ahli dalam mempelajari fosil. Dimulai
dengan melakukan hal yang paling dasar yaitu pencaharian fosil-fosil yang tersebar di
daerah local, selanjutanya mengidentifikasinya, sampai dengan mendesripsikan fosil-fosil
tersebut.
1.2. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi dari penelitian kami ialah bertempat di daerah Bulu Bottosuwa yang
terletak di Kecamatan Barru,Kabupaten Barru. Kabupaten Barru merupakan salah satu
Kabupaten di Sulawesi Selatan yang mempunyai wilayah yang terbentang dipesisir selat
Makassar,membujur dari arah selatan ke utara sepanjang kurang lebih 78 Km. Kabupaten
Barru secara geografis terletak pada Koordinat 4’0,5’49” sampai 4’47’35” Lintang
selatan dan 119’35’0” sampai 119’49’16” Bujur Timur yang mempunyai luas wilayah kl.
1.174,72 km2 ( 117.427 Ha ), dengan batas wilayah sebagai berikut :- Sebelah selatan
dengan Kabupaten Pangkep- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar- Sebelah
utara berbatasan dengan Kota Pare-Pare, dan- Sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Soppeng

1.3. Kenampakan Daerah

Secara Topografis Kabupaten Barru mempunyai wilayah yang cukup bervariasi ,terdiri dari
daerah laut , dataran rendah dan daerah pegunungan dengan ketinggian antara 100
sampai 500 m diatas permukaan laut(mdpl) Wilayan tersebut berada disepanjang timur
Kabuapaten sedangkan bagian barat, toppgrafi wilayah dengan ketinggian 0 – 20 m dpl
berhadapan dengan selat makassar.

Iklim di wilayah kabupaten Barru termasuk tropis, dalam waktu satu tahun terjadi 2 kali
pergantian musim, yaitu musim hujan terjadi pada pada bulan Oktober hingga Maret,
angin bertiup dari arah barat, dan usim kemarau terjadi pada bulan April hingga
September, angin bertiup dari arah timur.

Berdasarkan tipe iklin dengan metode zone agroklimatologi yang berdasarkan pada bulan
basah ( curah hujan lebih dari 200 mm/bulan) dan bulan kering ( curah hujan kurang dari
100 mm/bulan ), di Kabupaten Barru terdapat seluas 71,79 % wilayah (84.340 Ha) dengan
tipe iklim C yakni mempunyai bulan basah berturut – turut kurang dari 2 bulan ( April
sampai dengan September). Total hujan selama setahun sebanyak 113 hari dengan
jumlah curah hujan sebesar 5.252 mm. Curah hujan berdasarkan hari hujan terbanyak
pada pada bulan Desember – Januari dengan jumlah curah hujan masing – masing 104
mm dan 17 mm.

Jenis tanah di Kabupaten Barru didominasi oleh jenis regosol seluas 41.254 Ha ( 38,20) ;
Mediteran seluas 32.516 Ha (27,68 %) ; Lisotol selauas 29.043 Ha (24,72%) ; Alluvial
seluas 4.659 ha (12,48 %).

Berdasarkan karakteristik sumber daya alam yang ada, kabupaten Barru mempunyai 4
wilayah, yaitu :
 Wilayah pegunungan yang berada disebelah timur, pada umumnya berada di
kecamatan Pujananting dan kecamatan Tanete Riaja. Wilayah ini merupakan
daerah pertanian, pertambangan dan daerah kawasan peternakan.
 Wilayah selatan adalah Kecamatan Tanete Rilau yang merupakan pintu gerbang
dari Kabupaten Pangkep dengan Potensi Perikanan yang cukup luas seperti
tambak dan perikanan laut.
 Wilayah tengah sebagai Ibu Kota Kabupaten Barru yang merupakan Pusat
Agropolitan yang terletak di Kecamatan Barru.
 Wilayah utara yang terdiri dari Kecamatan Balusu, Soppeng Riaja dan Kecamatan
Mallusetasi yang merupakan pintu keluar ke Kota Pare-pare, wilayah ini disamping
sebagai Daerah Pertanian dan Perikanan, juga adalah Daerah Wisata khususnya
Wisata laut yang terletak di Kecamatan Mallusetasi.Kondisi topografi Kabupaten
Barru yang cukup bervariasi ini terdiri dari laut,dataran rendah, dan daerah
pegunungan.
1.4. Alat yang Digunakan
Adapun alat-alat yang kami gunakan dalam kuliah lapangan
ini ialah sebagai berikut:
A. peralatan kelompok
B. perlengkapan individu
1. Palu geologi
2. Kompas Brunton
3. Larutan HCl
4. Kantong sampel
5. Alat tulis menulis
6. Spidol permanen
7. Clipboard
8. Mistar
9. Kertas grafik
10. Busur derajat
11. Karung

BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Sistematika Sampling
Sampling adalah pengambilan sampel batuan di lapangan untuk dianalisis
kandungan fosilnya. Karena fosil makro mempunyai ukuran yang besar, maka
dalam pengamatannya tergantung dari kekerasan batuan tempat fosil makro
tersebut berada. Penyajian fosil makro relatif lebih mudah dibandingkan fosil
mikro karena dalam penyajiannya dilakukan secara mudah dengan pengambilan
fosil yang terekam lalu dibersihkan, setelah itu dapat langsung dideskripsi secara
megaskopis beserta batuan tempat fosil tersebut berada. prosedur sampling pada
berbagai sekuen sedimentasi dapat dilakukan, seperti :
Spot Sampling, dengan interval tertentu merupakan metode terbaik untuk penampang
yang tebal dengan jenis litologi yang seragam, seperti pada lapisan batugamping
sepanjang kurang lebih 30 cm pada setiap interval 1,5 meter.
Sistematika atau tata cara sampling atau teknik pengambilan sampel fosil dan
batuan di lapangan ialah sebagai berikut:
1. Penentuan stasiun atau tempat yang dijadikan pusat pengambilan sampel
fosil maupun batuan. Adapun sampel batuan dimaksudkan untuk mengetahui
litologi atau keadaan batuan penyusun di setiap stasiun.
2. Selanjutnya sebelum melakukan pengambilan sampel fosil, terlebih dahulu
melakukan pengukuran strike dan dip batuan dari setiap stasiun yang akan
diambil sampel fosil maupun batuannya.
3. Setelah pengukuran tersebut dilakukan langkah selanjutnya ialah melakukan sampling
atau pengambilan sampel fosil yang ada pada setiap stasiunnya, mulai dari stasiun
pertama sampai dengan stasiun ke tiga,

2.2. Metode Pemerian


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Identifikasi Kandungan Fosil


3.2. Pemerian Fosil Setiap Stasiun

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bagian
sebelumnya, maka pada bagian ini akan ditarik beberapa kesimpulan yang tentunya
menjadi inti dan kesimpulan secara menyeluruh mengenai hasil dari penelitian dan
pengamatan kami di lapangan. Adapun kesimpulan yang dimaksud dapat diuraikan
sebagaimana yang tersebut di bawah ini:

4.2. Saran
Melihat jalannya serta hasil yang kami peroleh dari kegiatan lapangan ini dari
mulai awal pelaksann hasil dan

DAFTAR PUSTAKA
e-course.usu.ac.id/content/biologi/ekologi/textbook.pdf
pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=338 - 36k –
daerah1.ampl.or.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=337&Itemid=311 - 26k -
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai