Laporan Pal
Laporan Pal
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
LAPORAN
NAMA :BUDIMAN
NIM : D611 08 257
MAKASSAR
2008
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing I, Penyusun,
Pembimbing II,
Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Kabupaten Barru “ yang disusun berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang
telah dilakukan dapat selesai. Isi dari laporan ini mencakup uraian tentang hal-hal
1. kedua orangtua kami yang telah memberikan bantuan materi dan moril,
2. Bapak Ir. M. Fauzi Arifin, MSi, dan Ibu Ratna Husain, MT. yang telah
3. bapak dan ibu dosen jurusan teknik geologi yang telah memberi dukugan
4. petugas atau tukang masak, yang telah dengan ikhlas mebuatkan makanan
serta kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terlaksananya kuliah
mungkin tak dapat memuaskan semua pihak. Oleh karena itu, penulis menghrapkan
koreksi, saran, perbaikan, dan lain-lain untuk penulisan dan penyusunan laporan hasil
Penulis
DAFTAR ISI
Hal Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Lokasi Penelitian
1.3. Kesampaian Daerah
1.4. Alat yang Digunakan
Daftar Pustaka
Lampiran
Gambar Fosil
PENDAHULUAN
Di dunia ini terdapat labih dari satu juta spesies hewan yang sudah
dari pada avertebrata, tetapi sebenarnya jumlah spesies vertebrata hanya 5% dan
selebihnya merupkan avertebrata. Bila dpandang dari sisi lain, ada yang membagi
dunia hewan menjadi kelompok Mollusca dan non-Mollusca, atau berdasarkan ruas
Dapat dikatakan hewan-hewan ini sudah tidak banyak lagi yang dapat dijumpai
terkhusus dalam bentuk fosil. Sisanya hancur tidak berbekas oeh berbagai proses
yang dijumpai maka dibutuhkan suatu cabang ilmu dari geologi yang disebut dengan
Ilmu Paleontologi. Ilmu ini mempelajari tentang kehidupan kuno (masa lampau) atau
mengenai kehidupan purba, terutama hewan atau tumbuhan serta benda-benda yang
menunjukan adanyan kehidupan dimasa lampau yang telah membatu dan terawetkan
(fosil). Ilmu paleontologi memberikan kita gambaran yang luas tentang kehidupan
mahluk hidup yang hidup pada waktu yang lampau, bahkan sebelum manusia hadir di
muka bumi ini. Segala informasi tentang keadaan berbagai jenis mahluk hidup serta
lingkungan tempat hidupnya pada masa lampau dapat kita peroleh dengan
mempelajari ilmu paleontologi. Melalui fosil segala informasi yang kita inginkan
dapat kita peroleh. Mulai dari jenis mahluk hidup tersebut, daerah tempat hidupnya,
pengendapan, umur dari batuan tempat fosil ditemukan, serta banyak informasi
lainnya yang dapat membantu kita dalam mempelajari kehidupan masa lampau.
Kesemuanya itu merupakan inti dari ilmu paleontology. Bagaimana kita dapat
berlangsung jutaan tahun tahun lalu lewat sisa-sisa peninggalan kehidupan yang kita
terkhusus mengenai fosil Avertebrata atau invertebrata. Fosil hewan ini memilik
keistimewaa terseniri untuk diteliti karena dari sini ahli geologi banyak mendapat
lapisan top dan bottom dari batuan, mengungkap kodisi dari keadaan atau topografi
dari daerah terdaatnya fosil (paleogeografi), mengetahui keadaan dari keadaan iklim
dan pengambilan sample secara langsung ke lapangan. Hal ini ditujukan selain dari
secara langsung mengenai kondisi dari lapangan yang akan kami hadapi kedepannya.
Inilah yang menjadi dasar yang melatar belakangi kami untuk melakukan
penelitian ini. Kami dididik dan dibimbing bagaimana caranya agar kami dapat
mendeskripsikan kandungan fosil pada daerah yang menjadi tempat penelitian kami.
Hal ini kami lakukan tentunya dengan metode yang telah ditentukan oleh dosen
pembimbing lapangan kami dan metode yang diajarkan tidak jauh berbeda dengan
yang dilakukan para ahli paleontologi dalam mendeskripsikan fosil fosil. Dimulai
dengan melakukan hal yang paling dasar yaitu pencaharian fosil-fosil yang tersebar di
fosil tersebut.
1.2 Lokasi Penelitian
membujur dari arah selatan ke utara sepanjang kurang lebih 78 Km. Kabupaten Barru
selatan dan 119’35’0” sampai 119’49’16” Bujur Timur yang mempunyai luas
wilayah kl. 1.174,72 km2 ( 117.427 Ha ), dengan batas wilayah sebagai berikut :-
Sebelah selatan dengan Kabupaten Pangkep -Sebelah barat berbatasan dengan Selat
Makassar -Sebelah utara berbatasan dengan Kota Pare-Pare, dan -Sebelah timur
bervariasi ,terdiri dari daerah laut , dataran rendah dan daerah pegunungan dengan
ketinggian antara 100 sampai 500 m diatas permukaan laut (mdpl) Wilayah tersebut
Iklim di wilayah kabupaten Barru termasuk tropis, dalam waktu satu tahun
terjadi 2 kali pergantian musim, yaitu musim hujan terjadi pada pada bulan Oktober
hingga Maret, angin bertiup dari arah barat, dan usim kemarau terjadi pada bulan
April hingga September, angin bertiup dari arah timur.
pada bulan basah ( curah hujan lebih dari 200 mm/bulan) dan bulan kering ( curah
hujan kurang dari 100 mm/bulan ), di Kabupaten Barru terdapat seluas 71,79 %
wilayah (84.340 Ha) dengan tipe iklim C yakni mempunyai bulan basah berturut -
turut kurang dari 2 bulan ( April sampai dengan September). Total hujan selama
setahun sebanyak 113 hari dengan jumlah curah hujan sebesar 5.252 mm. Curah
hujan berdasarkan hari hujan terbanyak pada pada bulan Desember - Januari dengan
Jenis tanah di Kabupaten Barru didominasi oleh jenis regosol seluas 41.254
Berdasarkan karakteristik sumber daya alam yang ada, kabupaten Barru mempunyai
4 wilayah, yaitu :
gerbang dari Kabupaten Pangkep dengan Potensi Perikanan yang cukup luas
Wilayah utara yang terdiri dari Kecamatan Balusu, Soppeng Riaja dan
wilayah ini disamping sebagai Daerah Pertanian dan Perikanan, juga adalah
berupa :
A. Perlengkapan kelompok
2. Kompas Brunton
3. Palu geologi
4. Tabel MS
B. Perlengkapan individu
1. Buku lapangan
2. Larutan HCl
3. Alat tulis-menulis
4. Kantong sampel
5. Kertas A4
6. Cutter
7. Clipboard
8. Pinsil warna
9. Pita meter
16. Karung 25 kg
17. Hekter
18. Kalkulator
METODE PENELITIAN
geologi yan tersingkap dipermukaan, meliputi data keadaan singkapan, batuan secara
umum, petrologi, dan paleontologinya. Untuk peta dengan sekala 1:50.000 yang
digunakan maka pengambilan data tersebut dilakukan seakurat mungkin dimana jarak
stasiun pengamatan geologi telah ditentukan. Jenis lintasan yang digunakan dalam
pengambilan data berupa lintasan jalan, dimana lintasan jalan dilakukan dengan
mengikuti semua jalan yang terdapat di daerah penelitian, utamanya pada jalan yang
baru dibuka, karena kemungkinan akibat kegiatan pembukaan jalan baru tersebut
Adapu metode yang dilakukan dalam hal pengambilan data dilapangan adalah
sebagai berikut:
sampling atau pengambilan sampel fosil yang ada pada setiap stasiunnya, mulai dari
Adapun cara lain yang dapat dilakukan dalam sisteatika sampling adalah :
6. menyamplin batuan.
a. Fosil Makro
pengamatannya kami secara langsung melihat dari kekerasan batuan tempat fosil
makro tersebut berada. Penyajian fosil makro relatif lebih mudah dibandingkan fosil
mikro karena dalam penyajiannya dilakukan secara mudah dengan pengambilan fosil
yang tersingkap lalu kami bersihkan, setelah itu dapat langsung mendeskripsikanya
Foto
b. Fosil Mikro
singkapan di lapangan. Lokasi & posisi stratigrafinya dapat diplot pada peta.
Jenis sampel yang kami amati, teliti dan deskripsikan adalah jenis sampel permukaan.
dengan cara :
1. Mengumpulkan fosil untuk tiap stasiun, lalu memberi kode atau label dengan
urutan penulisan pada kantong sampel yaitu
proses pemfosilannya, dll.) atau berada pada filum yang sama. Hal ini dilakukan pada
3. Mengidentifikasi kandungan atau komposisi kimia dari setiap fosil pada setiap
stasiunnya dengan menggunakan larutan HCl. Hal ini dilakukan untuk menyelidiki
4. Mencari literatur yang dapat mendukung prediksi awal mengenai nama filumnya,
kelas, ordo, family, genus dan nama spesies dari fosil tersebut.
HARI/TANGGAL : CUACA :
LOKASI : LOITOLOGI :
1. Data singkapan
2. Data litologi
3. Data geomorfologi
4. Data struktur
BAB III
Pada praktikum kali ini lokasi penilitian di bagi menjadi 3 stasiun yang
fosil di stasiun satu, sama dengan fosil di satasiun dua bahkan di stasiun 3. Selain itu,
tekadand antara satu stasiun dengan stasiun lainnya memiliki kesamaan dari
strukturnya misalnya berupa lapisan dari struktur-struktur batuan yang berada pada
lapisan itu sendiri, mengingat letak dari daerah tersebut merupakan satu kesatuan
di lapangan, yang mana metode observasi ini terdiri dari tiga stasiun pengamatan.
Adapun dasar penamaan pada daerah penelitian Bulu Bottosuwa sebagai objek
penelitian, yaitu di dasarkan pada ciri litologi, baik ciri fisik, kimia maupun litologi.
Sifat kimia meliputi komposisi kimia batuan dan ciri biologi mencakup
kandungan biota atau organisme dan jejak-jejak organisme yang telah membatu yang
terkandung dalam batuan. Selainitu, penamaan batuan juga didasarkan pada domonasi
persilangannya sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka batuan yang ada pada
daerah penelitian (Bulu Bottosuwa)dapat dibagi dalam dua yakni batu pasir dan batu
gamping.
nama batuan adalah batu gamping. Batuan ini dijumpai di pinggir sebelah utara Bulu
Bottosuwa, dengan arah penyebaran dari Timur ke Barat dan merupakan batuan
sedimen yang insitu. Batuan ini memiliki ciri fisik dengan warna segar abu-abu dan
warna lapuk coklat, tekstur klastik, struktur berlapis (N 80o E/ 24o), Saat ditetesi
dengan larutan HCl batuan ini bereaksi yang mengindikasikan bahwa komposisi
kimia dari batuan ini adalah karbonat (CaCO 3). Singkapan batuan ini berada pada
relief yang tidak terjal. Pada stasiun ini dijumpai adanya fosil yang bertebaran
disekitarnya, dean yang kami temukan hanyalah fosil dari filum Mollusca, ordo
Dari filum Coelenterata yaitu ordo Rugosa dengan spesies Thecosmilia sp. Fosil yang
ditemukan merupakan fosil dalam bentuk tanatoconaus karena fosil tersebut sudah
tidak utuh lagi setelah mengalami proses transportasi. Batuan pada stasiun ini dapat
Pada stasiun kedua dijumpai singkapan batuan sedimen dengan nama batuan
adalah batu pasir. Batuan ini dijumpai di pinggir sebelah utara Bulu Bottosuwa,
dengan arah penyebaran dari Timur ke Barat dan merupakan batuan sedimen yang
insitu. Batuan ini memiliki ciri fisik dengan warna segar abu-abu dan warna lapuk
coklat, tekstur klastik, struktur berlapis (N 80o E/ 24o), Saat ditetesi dengan larutan
HCl batuan ini bereaksi yang mengindikasikan bahwa komposisi kimia dari batuan
ini adalah karbonat (CaCO3). Singkapan batuan ini berada pada relief yang tidak
terjal. Pada stasiun ini dijumpai adanya fosil yang bertebaran disekitarnya, dan yang
kami temukan hanyalah fosil dari filum Mollusca, ordo Mesogastropoda denmgan
spesies Megatylodus sp., Murchisonia sp., Uncinulus sp. Dari filum Coelenterata
yaitu ordo Rugosa dengan spesies Thecosmilia sp. Fosil yang ditemukan merupakan
fosil dalam bentuk tanatoconaus karena fosil tersebut sudah tidak utuh lagi setelah
mengalami proses
Pada stasiun ketiga dijumpai singkapan batuan sedimen dengan nama batuan
adalah batugamping. Batuan ini dijumpai di pinggir sebelah utara Bulu Bottosuwa,
dengan arah penyebaran dari Timur ke Barat dan merupakan batuan sedimen yang
insitu. Batuan ini memiliki ciri fisik dengan warna segar abu-abu dan warna lapuk
coklat, tekstur klastik, struktur berlapis (N 80o E/ 24o), Saat ditetesi dengan larutan
HCl batuan ini bereaksi yang mengindikasikan bahwa komposisi kimia dari batuan
ini adalah karbonat (CaCO3). Singkapan batuan ini berada pada relief yang tidak
terjal. Pada stasiun ini dijumpai adanya fosil yang bertebaran disekitarnya, dean yang
kami temukan hanyalah fosil dari filum Mollusca, ordo Mesogastropoda denmgan
spesies Megatylodus sp., Murchisonia sp., Uncinulus sp. Dari filum Coelenterata
yaitu ordo Rugosa dengan spesies Thecosmilia sp. Fosil yang ditemukan merupakan
fosil dalam bentuk tanatoconaus karena fosil tersebut sudah tidak utuh lagi setelah
Cheliconus sp.
Turritella sp.
Poropea sp
Pelecypoda
Trigoni sp
5
Medialus sp.
6
Cheliconus sp. 2
Turritella sp.
Poropea sp
Pelecypoda
Trigoni sp
Medialus sp.
8
Cheliconus sp. 5
Turritella sp. 5
Poropea sp
Pelecypoda
13
Trigoni sp
14
Medialus sp.
13
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bagian
sebelumnya, maka pada bagian ini akan ditarik beberapa kesimpulan yang tentunya
menjadi inti dan kesimpulan secara menyeluruh mengenai hasil dari penelitian dan
1. Pada daerah penilitian, yang ditemukan hanya litologi batu gamping dan pasir
gunung/dataran tinggi,
Satuan nepal
4.2. Saran
mereka temukan. Hal tersebut mengingat Fiel Trip ini, merupakan implementasi
dari teori dalam ruang kuliah serta merupakan hal yang paling dasar bagi seorang
calon Geologist.