Anda di halaman 1dari 15

DINASTI FATIMIYAH

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam 3
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Al-Gazali Soppeng

Oleh

Kelompok III

MARWANI SELAN
NIM.22.14.31.019
M. RESKY AKBAR ANUGRAH
NIM.22.14.31.016

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AL-GAZALI SOPPENG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena Keagungan dan

Kemurahan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat

waktu. Hembusan angin yang tidak ternilai harganya seoga dapat menghantarkan

salam kerinduan kita kepada baginda Nabi Muhammad saw.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada

mata kuliah Sejarah Peradaban Islam 3. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang Dinasti Fatimiyah bagi para pembaca dan juga bagi

penulis. Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Ahiruddin, S.Ag, M.Pd.I, selaku

dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam 3 yang telah memeberikan

tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang

studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang memebangun akan kami nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Watansoppeng, 03 Oktober 2023

Penyusun,

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Dinasti Fatimiyah ........................................... 3


B. Kemajuan Dinasti Fatimiyah ...................................................... 4
C. Penyebab Kemunduran Dinasti Fatimiyah ................................. 7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 11
B. Implikasi ..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam masuk Mesir pada masa pemerintahan Umar ibn Khattab ketika

itu Amr ibn Ash disuruh khalifah membawa tentara islam untuk mendudukinya karena
dari segi geografis palestina yang berbatasan langdung dengan Mesir tidak akan aman

tanpa menduduki, sementara palestina ketika itu sudah dapat ditaklukkan tentara islam.

Setelah menduduki daerah Mesir, Amr ibn Ash lansung diangkat menjadi
gubernurnya (632-550) dan menjdikan Fustah (dekat Cairo ) sebagi ibu kotanya.

Selanjutnya , Daulah Islamiyah dilih berganti menduduki Mesir, antara lain, Daulah

Umayyah, Daulah Abbasyiah, Daulah fatimiyah (909-1171), yang ditandai dengan

berhasilnya Jauhar al-katib (Panglima Besar) Khalifa Muiz Lidnillah mendirikan

Universitas tertua di dunia Al-Azhar pada tahun 972 M, Daulah Ayubiyah (1174-1250)

yang ditandai dengan datangnya serangan tentara Perang Salib (1906-1273) ke Mesir,
Daulah Mamluk (1250-1517) yang ditandai dengan berhasilnya Daulah Mamluk

dibawah pimpinan Khalifah Bybas (1260) membendung serangan Mongol yang

hendak menguasai mesir. Pada masa selanjutnya Mesir menjadi bagian dari kerajaan
Turki Usmani.

Abad modern, Mesir berada dibawah tangan penjajahan Barat, pada tahun 1798

tentara Napoleon mendarat di Mesir, tanpa mendapat perlawana yang berarti dari umat

islam. Inggris mulai campur tangan dalam pemerintahan Mesir pada tahun 1882 dan

mesir merdeka dari Inggris pada tahun 1922.

1
2

B. Rumusan Massalah

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :

1. Bagaimana sejarah lahirnya Dinasti Fatimiyah?

2. Apa saja kemajuan Dinasti Fatimiyah?

3. Bagaimana sejarah penyebab kemunduran Dinasti Fatimiyah?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan yang akan dicapai dari makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui sejarah lahirnya Dinasti Fatimiyah

2. Untuk mengetahui kemajuan Dinasti Fatimiyah.

3. Untuk mengetahui sejarah penyebab kemunduran Dinasti Fatimiyah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah lahirnya Dinasti Fatimiyah

Menjelang akhir abad ke-10 kondisi Daulah Abbasiyah di Baghdad mulai

melemah karena daerah kekuasaannya yang luas sudah tidak dapat terkonsolidasikan

lagi atau tepatnya memasuki masa disintegrasi. Kondisi seperti ini membuka peluang
bagi munculnya Daulah-Daulah kecil di daerah-daerah yang membebaskan diri dari

pemerintahan pusat, terutama bagi gubernur dan Khalifahnya yang sudah memiliki

tentara sendiri. Di antaranya adalah Daulah Fatimiyah.

Selain itu, hubungan antara Daulah Abbasiyah dengan orang-orang Syi’ah

selalu dalam keadaan konflik karena Daulah Abbasiyah pernah mengkhianati orang-

orang Syi’ah maka sekte Syi’ah bersikap oposisi bagi pemerintahan Daulah

Abbasiyah. Akibatnya, orang-orang Syi’ah selalu dikejar-kejar penguasa Daulah

Abbasiyah. Sewaktu terjadi pengejaran besar-besaran terhadap orang-orang Syi’ah

pada masa Khalifah al-Hadi, Imam Idris Ibn Abdullah dan pengikut-pengikutnya

berhasil melarikan diri ke Maroko dan mendirikan Daulah Idrisiyah disana pada tahun

172 H.

Imam Abdullah As-Syi’i (Imam Syi’ah) termasuk orang yang hendak

ditangkap tentara Daulah Abbasiyah sehingga dia melarikan diri dari Baghdad dan

berhasil sampai ke desa Salmajah dekat Syiria dan menetap disana. Kemudian dia

menjadikannya sebagai markas dakwah orang- orang Syi’ah. Tidak lama menetap di

Salmajah dia melanjutkan perjalanannya sampai ke Maroko. Setibanya di Maroko dia

menyerukan kepada penduduk agar melantik Ubaidillah Al-Mahdi menjadi pemimpin

3
4

mereka yang pada saat itu masih berada di desa Salmajah. Tawaran tersebut diterima

penduduk Maroko dan Ubaidillah Al-Mahdi diminta untuk datang ke Maroko. Tetapi

kedatangannya diketahui oleh orang-orang Abbasiyah lalu dia ditangkap pada tahun

296 H.

Abdullah As-Syi’i berusaha mengumpulkan kekuatan dengan sejumlah besar

tentara untuk membebaskan Ubaidillah Al-Mahdi dari penjara. Mendengar pasukan

besar tersebut gubernur Daulah Abbasiyah untuk Afrika melarikan, kesempatan itu
dapat dipergunakan Ubaidillah Al-Mahdi keluar dari penjara dan dilantik

pendukungnya untuk menjadi pemimpin mereka mendirikan Daulah Fatimiyah pada


tahun 297 H/909 M.310 Dengan demikian, secara resmi berdirilah Daulah Fatimiyah

di Maroko memakai gelar Khalifah terbebas dari pemerintahan Daulah Abbasiyah di

Baghdad.1

B. Kemajuan Dinasti Fatimiyah

Sumbangan Dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar, baik

dalam sistem pemerintahan maupun dalam bidang keilmuan. Masa keemasan Dinasti
Fatimiyah dimulai pada periode al-Muiz dan memuncak pada masa alAziz. Kemajuan

yang dapat dicapai dari kekhalifaan al-Aziz di antaranya:

a. Bidang Politik dan Pemerintahan

Bentuk pemerintahan pada masa Fatimiyah merupakan suatu bentuk

pemerintahan yang dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir.

1
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau, 2013),
h. 237-238.
5

Pengangkatan dan pemecatan pejabat tinggi berada di bawah kekuasaan

khalifah. Menteri-menteri dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok militer dan

kelompok sipil. Yang dibidangi oleh kelompok militer di antaranya: urusan tentara

perang, pengawal rumah tangga khalifah dan semua permasalahan yang menyangkut

keamanan dan yang termasuk kelompok sipil di antaranya:

1.) Qadi‟ yang berfungsi sebagai hakim dan direktur percetakan uang

2.) Ketua dakwah, yang memimpin Darul Hikam (bidang keilmuan)


3.) Inspektur pasar, yang membidangi bazar, jalan dan pengawasan timbangan

dan ukuran
4.) Bendaharawan negara, yaitu membidangi baitul mal

5.) Wakil kepala urusan rumah tangga khalifah

6.) Qori‟ yang membacakan Al-Quran bagi khalifah kapan saja dibutuhkan2.

Ketentaraan dibagi kedalam tiga kelompok. Pertama, amir-amir yang terdiri dari

pejabat-pejabat tinggi dan pengawal khalifah. Kedua, para officer of the guard

(pegawai biasa termasuk ilmuan). Ketiga, berbagai resimen yang bertugas sebagai

hafidzah, sudaniyah dan sebagainya


b. Pemikiran dan Filsafat

Dalam menyebarkan tentang ke-Syi‟ah-annya, Dinasti Fatimiyah banyak

menggunakan filsafat Yunani yang mereka kembangkan dari pendapat-pendapat Plato,

Aristoteles, dan ahli-ahli filsafat lainnya.

Kelompok ahli filsafat yang paling terkenal pada masa Dinasti Fatimiyah

adalah Ikhwanu Sofa. kelompok ini cenderung membela kelompok Syi‟ah Isma‟iliyah

dan mengembangkan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan ilmu agama,

pengembangan syariah dan filsafat Yunani.


6

Tokoh filsuf yang muncul pada masa Dinasti Fatimiyah di antaranya: Abu

Hatim ar-Rozi, Abu Abdillah an-Nasafi, Abu Ya‟kub as-Sajazi dan lain-lain.

c. Keilmuan dan kesusastraan

Seorang keilmuan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah adalah Yakub

ibnu Killis. Ia berhasil membangun akademi-akademi keilmuan yang menghabiskan

ribuan dinar perbulannya. Pada masanya ia berhasil membesarkan seorang ahli fisika

bernama Muhammad at-Tamimi, ahli sejarah bernama Muhammad ibnu Yusuf


alKindi, seorang ahli sastra adalah al-Aziz yang berhasil membangun masjid al-Azhar

yang nantinya berfungsi sebagai universitas, dan dari situ disebarkan pula para dai ke
luar Mesir.

Kemajuan keilmuan yang paling fundamenetal pada masa ini adalah

keberhasilannya membangun sebuah lembaga keilmuan yang disebut Darul Hikam

atau Darul Ilmi yang dibangun oleh al-Hakim pada 1005 M. Bangunan ini dibangun

khusus untuk propoganda doktrin ke-Syi‟ah-an.

d. Ekonomi dan Perdagangan

Pada masa Fatimiyah, Mesir mengalami kemakmuran ekonomi yang


mengungguli Irak dan daerah-daerah lainnya. Hubungan dagang dengan dunia

nonIslam dibina dengan baik termasuk dengan India dan negeri-negeri Mediterania

yang beragama Kristen.

Walaupun Dinasti Fatimiyah ini bersungguh-sungguh dalam men-Syi‟ah-kan

orang Mesir, tapi mereka tidak melakukan pemaksaan kepada orang Sunni untuk

mengikuti aliran Syi‟ah, itulah salah satu kebijakan pemerintahan yang dilakukan

Dinasti Fatimiyah yang imbasnya sangat besar terhadap kemakmuran dan kehidupan

sosial yang aman dan tentram.


7

Pada masa Kejayaan ini berada di bawah tiga Khalifah, yaitu Al Muiz

Lidinillah (953-975 M), Al-Aziz Billah (975-996 M), dan Al-Hakim Biamrillah (966-

1021 M). Daulah Fatimiyah menjadi Daulah ketiga dalam Islam -setelah Daulah

Abbasiyah dan Daulah Umayyah Cordova - yang berhasil memajukan peradaban Islam

pada periode Klasik.2

C. Kemunduran Dinasti Fatimiyah

Pada masa kemunduran ini berada di bawah enam Khalifah, yaitu Al-Zafir

(1021-1036 M). Al-Mustansir (1035- 1094 M), Al-Musta’li (1094-1101 M), Al-Amir
(1101-1130 M), Al-Hafiz (1130-1149), Al-Zafir (1149-1154 M), Al-Fa’iz (1154-

1160 M) dan Al-Adid (1160-1171 M).

Di antara kebijakan yang diambil Khalifah Daulah Fatimiyah pada saat

berkuasa di Mesir adalah menyebarkan atau bahkan boleh dikatakan memaksakan

faham Syi’ah Isma’ilyah kepada penduduk.

Untuk itu, seluruh pegawai diwajibkan memeluk mazhab Syi’ah Isma’iliyah.

Semua Qadhi atau Hakim diwajibkan supaya mengeluarkan keputusan hukum yang

sesuai dengan undang-undang mazhab Syi’ah. Kemudian mereka menyebarkan atau

mempropagandakan mazhab Syi’ah Isma’iliyah kepada penduduk. Begitu pula kepada

tiga Khalifah pertama, yaitu Abu Bakar Shiddiq, Umar ibn Khattab dan Usman ibn

Affan dicaci maki dan dicela oleh Khalifah Daulah Fatimiyah. Bahkan yang lebih

kasar lagi adalah apa yang dilakukan oleh Khalifah Al-Hakim Biamrillah, dia

memerintahkan supaya dilukiskan cacian kepada para sahabat, baik di dinding-dinding

2
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 115-116.
8

masjid, di pasar-pasar maupun di jalan-jalan. Perintah itu dikeluarkannya kepada

seluruh pemerintah daerah dalam wilayah kekuasaan Daulah Fatimiyah.

Tindakan Al-Hakim ini membangkitkan kemarahan rakyat Sunni yang

merupakan mayoritas penduduk di seluruh wilayah kekuasaan Daulah Fatimiyah,

mereka menuntut dihentikan segala bentuk caci maki yang ditujukan kepada tiga

Khalifah pertama tersebut. Pada akhirnya konflik Sunni Syi’ah ini dapat diselesaikan

setelah Khalifah Al-Hakim menyuruh menghapus segala celaan terhadap Khalifah


yang tiga dan akan dihukum setiap orang yang berani mencela mereka dan bersikap

kasar pada mereka baik di jalan-jalan maupun di halayak ramai.


Tindakan Al-Hakim ini menimbulkan bibit-bibit kebencian dan kemarahan di

kalangan rakyat yang menjadi bom waktu terjadinya perang pada saat yang tepat

mereka bertekad hendak menghancurkan Daulah Fatimiyah.

Kehancuran Daulah Fatimiyah ini sepeninggal Khalifah Al-Hakim para

Khalifah yang dilantik sesudahnya mereka telah tenggelam dalam kemewahan hidup

sampai Khalifah terakhir Al-Adid (1160-1171 M).

Mereka tinggal di istana-istana indah di Kairo menikmati berbagai macam


kelezatan hidup duniawi sedangkan urusan pemerintahan mereka seerahkan kepada

para Perdana Menteri dan Perdana Menteri pun merongrong jabatan Khalifah karena

mereka mengangkat dirinya menjadi “Penguasa Sebenarnya” sedang Khalifah menjadi

“Permainan” di tangan mereka.

Faktor luar karena mereka mengancam rakyat untuk menganut faham Syi’ah

yang menjadi mazhab mereka maka gubernur Iskandariyah Ibn Al-Silar menyerbu ke

Kairo pada saat itu menteri dijabat Najamuddin ibn Mishal. Terjadi bentrok dan

peperangan di antara dua pasukan tersebut. Demikianlah terjadi silih berganti

perebutan kekuasaan, anehnya setiap terjadi bentrok masing-masing minta bantuan


9

kepada musuh. Tetapi faktor yang mempercepat kehancuran Dinasti Fatimiyah adalah

Perang Salib sebab pada saat Daulah Fatimiyah lemah orang Salib ingin menguasai

Mesir. Mereka datang hendak menyerbu Mesir pada saat memuncak konflik antara

Daulah Fatimiyah dengan rakyat di Mesir.

Dalam situasi genting begini terpaksa Khalifah Fatimiyah minta bantuan

kepada Nuruddin Zanki penguasa Syam dan Aleppo untuk membantunya memerangi

orang Salib. Nuruddin Zanki mengirim sejumlah tentara di bawah pimpinan


Asaduddin Zanki. Pada tahap ini terjadi perjanjian antara pasukan Asaduddin dengan

pasukan Salib untuk sama-sama menarik diri dari Mesir.


Tetapi setahun kemudian orang Salib membatalkan perjanjian tersebut. Maka

Nuruddin kembali mengirim bantuan tentara dalam jumlah besar di bawah pimpinan

Salahuddin al-Ayyubi. Dia dapat memukul mundur pasukan tentara Salib dari Mesir.

Pasukan tentara Salib melarikan diri ke Syam. Untuk jasanya itu dia diangkat menjadi

menteri besar di Mesir. Selanjutnya Nuruddin Zanki mendesak Salahuddin Al-Ayyubi

untuk mengakhiri Daulah Fatimiyah di Mesir. Maka pada tahun 567 H/1171 M

diumumkanlah berdirinya Daulah Ayyubiyah di Mesir di bawah kekuasaan Daulah


Abbasiyah, dengan sendirinya berakhirlah kekuasaan Daulah Fatimiyah.3

• Terjadinya pemberontakan

Pengganti Az-Zhahir adalah anaknya, Ma’ad Al-Muntasir (1035-1094). Al-

Muntasir naik tahkta saat berusia sebelas tahun. Pada masa awal kekuasaannya,

ibunya, seorang budak dari sudan, menikmati kekuasaan anaknya dengan leluasa.

Sejak saat itu, kekuasaan Fatimiyah mulai menyusut sedikit demi sedikit. Penyebabnya

adalah sering terjadinya pemberontakan, seperti di Palestina dan suku arab didataran

3
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam, h. 250.
10

tinggi Mesir yang akhirnya mampu menduduki Tripolidan Tunisia. Pada tahun 1071,

sebagian besar wilayah sisilia dikuasai oleh bangsa normandia yang daerah

kekuasaannya terus meluas hingga ke pedalaman Afrika. Hanya kawasan

Semenanjung Arab yang masih mengakui kekuasaan Fatimiyah. Sejalan dengan itu,

provinsi Dinasti Fatimiyah di afrika memutuskan hubungan dengan pusat kekuasaan

dan berkeinginan untuk memerdekakan diri atau kembalikepada Dinasti Abbasyiah.

Selain itu, kericuhan dan pertikaian terjadi diantara orang-orang Turki, Suku Barbar,
dan pasukan sudan. Kekuasaan Negara dapat dikatakan lumpuh. Perekonomian

Negara juga tidak berdaya akibat kelaparan selama tujuh tahun.4

4
Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa (Bandung:Cv Pustaka Setia,
2013), h.236
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1.Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu imperium besar sepanjang sejarah

Islam. Pada awalnya, daulah ini hanya berupa dinasti kecil yang melepaskan diri dari

kekuasaan dinasti Abbasiyah. Mereka mampu memerintah lebih dua abad sebelum
ditaklukkan oleh dinasti Ayyubiyah dibawah kepemimpinan Salah al-Din al-Ayyubi.

2.Dalam masa pemerintahannya, daulah Fatimiyah sangat konsern dengan

pengembangan paham Syi’ah Isma’iliyah. Untuk kesuksesannya, mereka m.ewajibkan

seluruh aparat di jajaran pemerintahan dan warga masyarakat untuk menganut paham

tersebut. Upaya ini cukup berhasil yang ditandai dengan banyaknya masyarakat yang

bersedia menerimanya meskipun berasal dari non muslim.

3.Kemunduran dinasti Fatimiyah dikarenakan tidak efektifnya kekuasaan

pemerintah dikarenakan pra khalifah hanya sebagai raja boneka sebab roda pemerintah

didominasi oleh kebijakan para wazir sementara khalifah hanya hidup menikmati

kekuasaannya didalam istana yang megah.

B. Implikasi

Makalah yang telah kami buat membahas mengenai Dinasti Fatimiyah dengan

tujuan agar pembaca dapat memahami pokok pembahasan dalam makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-


akar Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
2009.
Nasution, Syamruddin. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau.
2013.
Sulasman dan Suparman. Sejarah Islam di Asia dan Eropa. Bandung:Cv Pustaka Setia.
2013.

12

Anda mungkin juga menyukai