Makalah Civic
Makalah Civic
DEMOKRASI TERPIMPIN
Oleh Kelompok 2 :
1. Firman (PBA 3) (201422002)
2. Hikmatul Azizah (PBA 1) (211422002)
3. Annisa Nurul Islami (PGMI 1) (211424002)
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-GHAZALI SOPPENG
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………….……………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………………........ ii
DAFTAR ISI…………………………………………………..………...……….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………..……………………..……………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Demokrasi Terpimpin…………………………………………………...3
B. Kehidupan Politik pada masa Demokrasi Terpimpin……………….. 4
C. Penyimpangan pada masa Demokrasi Terpimpin…………………….6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………...10
B. Saran…...………………………………………………………………...11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
sistem demokrasi yakni demokrasi terpimpin pada tanggal 5 Juli 1959 di
Istana Merdeka.
Dekrit yang disampaikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5
Juli 1959 mendapatkan sambutan dari masyarakat Indonesia yang pada
waktu itu sangat menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun
kekuatan dekrit tersebut bukan hanya berasal dari sambutan yang meriah
tetapi terletak dalam dukungan yang diberikan oleh unsur-unsur penting
negara lainnya, seperti Mahkamah Agung. Dengan dikeluarkannya Dekrit
Presiden, Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959
diganti dengan Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden Soekarno
bertindak sebagai perdana menteri, sedangkan Ir. Djuanda bertindak
sebagai menteri pertama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Demokrasi Terpimpin?
2. Bagaimana kondisi politik pada masa Demokrasi Terpimpin?
3. Apakah dampak (penyimpangan) pada masa Demokrasi
Terpimpin?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Demokrasi Terpimpin.
2. Untuk mengetahui kondisi politik pada masa Demokrasi
Terpimpin.
3. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan pada masa
Demokrasi Terpimpin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Demokrasi Terpimpin
3
Undang- undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan
negara belum berhasil dibuat, sedangkan Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS 1945) dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal
dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.
Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga
membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak
mempunyai pijakan hukum yang mantap.
Situasi politik yang kacau dan semakin buruk. Terjadinya sejumlah
pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah gawat bahkan
menjurus menuju gerakan separatisme. Konflik antar partai politik yang
mengganggu stabilitas nasional. Banyaknya partai dalam parlemen yang
saling berbeda pendapat sementara sulit sekali untuk mempertemukannya.
Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala
cara agar tujuan partainya tercapai. Tujuan dikeluarkan dekrit adalah untuk
menyelesaikan masalah negara yang semakin tidak menentu dan untuk
menyelamatkan negara.
Isi Dekrit Presiden adalah sebagai berikut :
1. Pembubaran Konstituante
2. Tidak berlakunya UUD 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945
3. Pembentukan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara.
4
politik dalam negeri, pengambil keputusan, kemampuan ekonomi dan
militer, dan lingkungan internasionalnya. Sejak Bung Hatta berpidato,
Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif yang dipahami sebagai
sikap dasar Indonesia yang menolak masuk dalam salah satu blok
negara-negara super power.
Tampak bahwa politik luar negeri bebas aktif Indonesia pada masa
Soekarno condong ke isu-isu high politic dan perjuangan bangsa Indonesia
dalam membangun image sebuah negara besar dan berpengaruh di tingkat
regional maupun internasional untuk setara dengan negara-negara lain. Hal
ini tidak lepas dari kondisi bangsa Indonesia yang pada saat itu baru
merdeka dan sedang membangun nation dan state-buildingnya. Kesatuan
politik lebih penting bagi Soekarno pada waktu itu daripada membangun
basis ekonomi rakyat. Tak heran, semua itu telah tercermin dalam aksi dan
reaksi serta interaksi politik luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan
Soekarno. Namun, dalam kebijakan yang semakin menyimpang pun
semakin berdampak pada kondisi di dalam negeri. Salah satu dampak
dalam hal ekonomi adalah kenaikan laju inflasi yang disebabkan oleh
5
penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lainnya yang semakin
merosot. Nilai mata uang merosot, anggaran belanja mengalami defisit
yang besar, pinjaman dari luar negeri tidak mampu mengatasi masalah,
upaya dari pihak pemerintah dan swasta untuk menghemat dan mengawasi
pelaksanaan anggaran belanja pun tidak berhasil, penertiban administrasi
dan manajemen perusahaan tidak berpengaruh, dan penyaluran kredit baru
pada usaha yang dianggap penting mengalami kegagalan. Dari sisi politik,
inflasi pun terjadi karena pemerintah tidak mempunyai kemauan politik
untuk menahan diri dalam melakukan pengeluaran, serta karena
pemerintah menyelenggarakan proyek mercusuar seperti GANEFO
(Games of the New Emerging Forces) dan CONEFO (Conference of the
New Emerging Forces) yang memaksa pemerintah untuk memperbesar
pengeluaran pada setiap tahunnya. Hal ini berdampak bagi kehidupan
dalam negeri. Pada tahun 1961, Indonesia harus membiayai kekurangan
neraca pembayaran dari cadangan emas dan devisa, kegiatan ekspor
semakin buruk dan kegiatan impor dibatasi karena lemahnya devisa. Pada
tahun 1965, cadangan emas dan devisa telah habis, bahkan menunjukkan
saldo negatif sebesar US $ 3 juta sebagai dampak politik konfrontasi
dengan Malaysia dan negara-negara Barat. Dampak dari kebijakan pada
masa demokrasi terpimpin yaitu uang rupiah baru seharusnya bernilai
1000 kali lipat dari uang rupiah lama, akan tetapi di masyarakat uang
rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat lebih tinggi dari uang
rupiah lama, tindakan moneter pemerintah untuk menekan angka inflasi
menyebabkan meningkatnya angka inflasi.
1. Kedudukan Presiden
6
tunduk kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus
diputuskan oleh MPRS. Hal tersebut tampak dengan adanya tindakan
presiden untuk mengangkat Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil
Perdana Menteri III serta pengangkatan wakil ketua MPRS yang dipilih
dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang
masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin
departemen.
2. Pembentukan MPRS
7
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan
Penetapan Presiden No.3 tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh
presiden. Keanggotaan DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua, 12
orang wakil partai politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil
golongan. Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan
presiden dan mengajukan usul kepada pemerintah. Pelaksanaannya
kedudukan DPAS juga berada di bawah pemerintah (presiden) sebab
presiden adalah ketuanya. Hal ini disebabkan karena DPAS yang
mengusulkan dengan suara bulat agar pidato presiden mengenai
'Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol)' ditetapkan sebagai
GBHN berdasarkan Penpres No.1 tahun 1960. Inti Manipol adalah
USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia,
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian
Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.
8
kedudukan partai dibatasi oleh penetapan presiden No. 7 tahun 1959.
Partai yang tidak memenuhi syarat akan dibubarkan (dibatasi).
Tindakan pemerintah ini dikenal dengan penyederhanaan kepartaian.
Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat kedudukan
pemerintah terutama presiden. Kedudukan presiden yang kuat tersebut
tampak dengan tindakannya untuk membubarkan partai politik yang
pernah berjaya pada masa demokrasi parlementer yaitu Masyumi dan
Partai Sosialis Indonesia (PSI). Alasan pembubaran partai karena
sejumlah anggota dari kedua partai tersebut terlibat dalam
pemberontakan PRRI dan Permesta. Kedua Partai tersebut resmi
dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.
Pada awalnya, politik luar negeri Indonesia adalah politik bebas aktif
yang mengabdi pada kepentingan nasional. Bebas berarti tidak
memihak, sedangkan aktif berarti ikut memelihara perdamaian dunia.
Pada masa demokrasi terpimpin, pelaksanaan politik luar negeri
cenderung mendekati negara-negara blok Timur dan konfrontasi
terhadap negara-negara blok Barat.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
https://andinurulazizah79.blogspot.com/2016/02/makalah-demokrasi-terpimpin.ht
ml
12