Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DEMOKRASI TERPIMPIN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Civic Education
Dosen Pengampu: Muhajirin L, S.Pd,M.Pd

Oleh Kelompok 2 :
1. Firman (PBA 3) (201422002)
2. Hikmatul Azizah (PBA 1) (211422002)
3. Annisa Nurul Islami (PGMI 1) (211424002)

FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-GHAZALI SOPPENG
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena


Keagungan dan Kemurahan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu. Hembusan angin yang tidak ternilai harganya
semoga dapat menghantarkan salam kerinduan kita kepada baginda Nabi
Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Dosen pada mata kuliah Civic Education. Selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Demokrasi Terpimpin bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Muhajirin L,S.Pd,M.Pd., selaku
Dosen mata kuliah Civic Education yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Watansoppeng, 1 Januari 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………….……………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………………........ ii
DAFTAR ISI…………………………………………………..………...……….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………..……………………..……………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Demokrasi Terpimpin…………………………………………………...3
B. Kehidupan Politik pada masa Demokrasi Terpimpin……………….. 4
C. Penyimpangan pada masa Demokrasi Terpimpin…………………….6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………...10
B. Saran…...………………………………………………………………...11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,


dan untuk rakyat. Demokrasi maksudnya memperbincangkan tentang
kekuasaan, atau lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab.
Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang (people rule) dalam sistem
politik yang demokratis dimana warga mempunyai hak, kesempatan, dan
suara yang sama dalam mengatur pemerintahan di dunia publik. Di
Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara
demokratis yang berwatak anti-feodalisme dan anti-imperialisme, dengan
tujuan untuk membentuk masyarakat madani.
Masyarakat madani merupakan suatu bentuk hubungan negara dan
warga masyarakat (sejumlah kelompok sosial) yang dikembangkan atas
dasar toleransi dan menghargai satu sama lain. Landasan demokrasi adalah
keadilan, yang berarti terbukanya peluang kepada semua orang, dan berarti
juga otonomi atau kemandirian dari orang yang bersangkutan untuk
mengatur hidupnya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Maka dari itu
terbentuklah otonomi daerah.
Sejarah panjang perjuangan dan melelahkan pada akhirnya
membuahkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah pun
berlanjut, tiga sistem politik yang berbeda, masing masing
mengatasnamakan ‘‘demokrasi’’ telah ditegakkan selama kurang lebih
setengah abad terakhir. Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945
melalui Konstituante dan peristiwa-peristiwa politik yang mencapai
klimaksnya pada bulan Juni 1959 mendorong Presiden Soekarno untuk
sampai kepada kesimpulan bahwa telah muncul suatu keadaan kacau yang
membahayakan kehidupan negara. Atas kesimpulannya tersebut, Presiden
Soekarno mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran
Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 dalam kerangka sebuah

1
sistem demokrasi yakni demokrasi terpimpin pada tanggal 5 Juli 1959 di
Istana Merdeka.
Dekrit yang disampaikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5
Juli 1959 mendapatkan sambutan dari masyarakat Indonesia yang pada
waktu itu sangat menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun
kekuatan dekrit tersebut bukan hanya berasal dari sambutan yang meriah
tetapi terletak dalam dukungan yang diberikan oleh unsur-unsur penting
negara lainnya, seperti Mahkamah Agung. Dengan dikeluarkannya Dekrit
Presiden, Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959
diganti dengan Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden Soekarno
bertindak sebagai perdana menteri, sedangkan Ir. Djuanda bertindak
sebagai menteri pertama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Demokrasi Terpimpin?
2. Bagaimana kondisi politik pada masa Demokrasi Terpimpin?
3. Apakah dampak (penyimpangan) pada masa Demokrasi
Terpimpin?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Demokrasi Terpimpin.
2. Untuk mengetahui kondisi politik pada masa Demokrasi
Terpimpin.
3. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan pada masa
Demokrasi Terpimpin.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Demokrasi Terpimpin

Demokrasi terpimpin adalah bentuk atau sistem pemerintahan suatu negara


sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas Negara untuk
dijalankan oleh pemerintahan tersebut. Di Indonesia pada masa
pemerintahan Orde Lama pernah menggunakan mode pemerintahan
Demokrasi Parlementer. Akan tetapi, Demokrasi Parlementer ini gagal
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi pada masa awal
kemerdekaan, maka Orde Lama kemudian beralih ke Demokrasi
Terpimpin. Sistem ini diterapkan pada masa kedua jabatan Soekarno pada
tahun 1959 sampai 1966. Demokrasi terpimpin adalah sebuah
pemerintahan demokrasi dengan meningkatkan otokrasi. Dalam sistem
Demokrasi ini, seluruh keputusan berpusat pada pemimpin Negara yaitu
Presiden Soekarno. Konsep ini pertama kali diumumkan oleh Presiden
dalam pembukaan sidang Konstituante pada tanggal 10 November 1956.
Demokrasi Terpimpin memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dominasi Presiden. Presiden Soekarno berperan besar dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Terbatasnya peran partai politik.
3. Meluasnya peran militer sebagai unsur politik.
4. Berkembangnya pengaruh Partai Komunis Indonesia pada
Pemilihan Umum 1955 terjadi ketegangan-ketegangan yang
membuat situasi politik Indonesia tidak menentu.
Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan berlakunya
Dekrit Presiden Juli 1959.
Latar Belakang dikeluarkan Dekrit Presiden:

3
Undang- undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan
negara belum berhasil dibuat, sedangkan Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS 1945) dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal
dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.
Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga
membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak
mempunyai pijakan hukum yang mantap.
Situasi politik yang kacau dan semakin buruk. Terjadinya sejumlah
pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah gawat bahkan
menjurus menuju gerakan separatisme. Konflik antar partai politik yang
mengganggu stabilitas nasional. Banyaknya partai dalam parlemen yang
saling berbeda pendapat sementara sulit sekali untuk mempertemukannya.
Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala
cara agar tujuan partainya tercapai. Tujuan dikeluarkan dekrit adalah untuk
menyelesaikan masalah negara yang semakin tidak menentu dan untuk
menyelamatkan negara.
Isi Dekrit Presiden adalah sebagai berikut :
1. Pembubaran Konstituante
2. Tidak berlakunya UUD 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945
3. Pembentukan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara.

B. Kehidupan Politik pada masa Demokrasi Terpimpin

Kebijakan politik yang dilakukan Soekarno pada masa demokrasi


terpimpin terkesan otoriter. Banyak kebijakan yang bertentangan dengan
konstitusi, mulai dibubarkannya DPR hasil Pemilu tahun 1955 hingga
penetapan Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Bahkan Soekarno
membuat poros tersendiri dengan menjauh dari politik luar negeri bebas
aktif. Politik atau kebijakan luar negeri pada hakikatnya merupakan
‘perpanjangan tangan’ dari politik dalam negeri sebuah negara. Politik luar
negeri suatu negara sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kondisi

4
politik dalam negeri, pengambil keputusan, kemampuan ekonomi dan
militer, dan lingkungan internasionalnya. Sejak Bung Hatta berpidato,
Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif yang dipahami sebagai
sikap dasar Indonesia yang menolak masuk dalam salah satu blok
negara-negara super power.

Seperti diamanatkan dalam konstitusi, Indonesia juga menentang


segala bentuk penjajahan di atas muka bumi ini, dan menegaskan bahwa
politik luar negeri harus diabdikan untuk kepentingan nasional. Dengan
kata lain, kebijakan luar negeri merupakan cerminan dari politik dalam
negeri dan dipengaruhi perubahan dalam tata hubungan internasional baik
dalam bentuk regional maupun global. Namun, pada masa demokrasi
terpimpin terlihat ada beberapa penyimpangan dari politik luar negeri
bebas aktif yang menjadi cenderung condong pada salah satu poros. Saat
itu Indonesia memberlakukan politik konfrontasi yang lebih mengarah
pada negara kapitalis seperti negara Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Politik konfrontasi dilandasi oleh pandangan tentang Nefo (New Emerging
Forces) dan Oldefo (Old Established Forces). Nefo merupakan kekuatan
baru yang sedang muncul yaitu negara progresif revolusioner yang
anti-imperialisme dan kolonialisme. Sedangkan Oldefo merupakan
kekuatan lama yang telah mapan yaitu negara kapitalis yang neokolonialis
dan imperialis.

Tampak bahwa politik luar negeri bebas aktif Indonesia pada masa
Soekarno condong ke isu-isu high politic dan perjuangan bangsa Indonesia
dalam membangun image sebuah negara besar dan berpengaruh di tingkat
regional maupun internasional untuk setara dengan negara-negara lain. Hal
ini tidak lepas dari kondisi bangsa Indonesia yang pada saat itu baru
merdeka dan sedang membangun nation dan state-buildingnya. Kesatuan
politik lebih penting bagi Soekarno pada waktu itu daripada membangun
basis ekonomi rakyat. Tak heran, semua itu telah tercermin dalam aksi dan
reaksi serta interaksi politik luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan
Soekarno. Namun, dalam kebijakan yang semakin menyimpang pun
semakin berdampak pada kondisi di dalam negeri. Salah satu dampak
dalam hal ekonomi adalah kenaikan laju inflasi yang disebabkan oleh

5
penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lainnya yang semakin
merosot. Nilai mata uang merosot, anggaran belanja mengalami defisit
yang besar, pinjaman dari luar negeri tidak mampu mengatasi masalah,
upaya dari pihak pemerintah dan swasta untuk menghemat dan mengawasi
pelaksanaan anggaran belanja pun tidak berhasil, penertiban administrasi
dan manajemen perusahaan tidak berpengaruh, dan penyaluran kredit baru
pada usaha yang dianggap penting mengalami kegagalan. Dari sisi politik,
inflasi pun terjadi karena pemerintah tidak mempunyai kemauan politik
untuk menahan diri dalam melakukan pengeluaran, serta karena
pemerintah menyelenggarakan proyek mercusuar seperti GANEFO
(Games of the New Emerging Forces) dan CONEFO (Conference of the
New Emerging Forces) yang memaksa pemerintah untuk memperbesar
pengeluaran pada setiap tahunnya. Hal ini berdampak bagi kehidupan
dalam negeri. Pada tahun 1961, Indonesia harus membiayai kekurangan
neraca pembayaran dari cadangan emas dan devisa, kegiatan ekspor
semakin buruk dan kegiatan impor dibatasi karena lemahnya devisa. Pada
tahun 1965, cadangan emas dan devisa telah habis, bahkan menunjukkan
saldo negatif sebesar US $ 3 juta sebagai dampak politik konfrontasi
dengan Malaysia dan negara-negara Barat. Dampak dari kebijakan pada
masa demokrasi terpimpin yaitu uang rupiah baru seharusnya bernilai
1000 kali lipat dari uang rupiah lama, akan tetapi di masyarakat uang
rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat lebih tinggi dari uang
rupiah lama, tindakan moneter pemerintah untuk menekan angka inflasi
menyebabkan meningkatnya angka inflasi.

C. Penyimpangan pada masa Demokrasi Terpimpin

Beberapa penyimpangan yang terlihat pada demokrasi terpimpin


yaitu :

1. Kedudukan Presiden

Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR.


Namun, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS

6
tunduk kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus
diputuskan oleh MPRS. Hal tersebut tampak dengan adanya tindakan
presiden untuk mengangkat Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil
Perdana Menteri III serta pengangkatan wakil ketua MPRS yang dipilih
dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang
masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin
departemen.

2. Pembentukan MPRS

Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No.


2 Tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945,
seharusnya pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi
negara dilakukan melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang
terpilih oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR. 7
anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden apabila mereka
setuju kembali kepada UUD 1945, setia kepada perjuangan Republik
Indonesia, dan setuju pada manifesto politik. Keanggotaan MPRS
terdiri dari 61 orang anggota DPR, 94 orang utusan daerah, dan 200
orang wakil golongan. Tugas MPRS terbatas untuk menetapkan
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

3. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan


karena pada tahun 1960 DPR menolak RAPBN yang diajukan
pemerintah. Presiden menyatakan pembubaran DPR dan sebagai
gantinya presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong (DPR-GR), dimana semua anggotanya ditunjuk oleh presiden.
Peraturan DPR-GR juga ditentukan oleh presiden, sehingga DPR-GR
harus mengikuti kehendak serta kebijakan pemerintah. Tindakan
presiden tersebut bertentangan dengan UUD 1945 sebab berdasarkan
UUD 1945 presiden tidak dapat membubarkan DPR. Tugas DPR-GR
yaitu melaksanakan manifesto politik, mewujudkan amanat penderitaan
rakyat, serta melaksanakan demokrasi terpimpin.

4. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara

7
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan
Penetapan Presiden No.3 tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh
presiden. Keanggotaan DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua, 12
orang wakil partai politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil
golongan. Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan
presiden dan mengajukan usul kepada pemerintah. Pelaksanaannya
kedudukan DPAS juga berada di bawah pemerintah (presiden) sebab
presiden adalah ketuanya. Hal ini disebabkan karena DPAS yang
mengusulkan dengan suara bulat agar pidato presiden mengenai
'Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol)' ditetapkan sebagai
GBHN berdasarkan Penpres No.1 tahun 1960. Inti Manipol adalah
USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia,
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian
Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.

5. Pembentukan Front Nasional

Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun


1959. Front Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang
memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita yang terkandung
dalam UUD 1945. Tujuannya adalah menyatukan segala bentuk potensi
nasional menjadi kekuatan untuk menyukseskan pembangunan. Front
Nasional dipimpin oleh Presiden Soekarno. Tugas front nasional yaitu
menyelesaikan Revolusi Nasional, melaksanakan pembangunan, serta
mengembalikan Irian Barat.

6. Pembentukan Kabinet Kerja

Pada tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk Kabinet Kerja. Sebagai


wakil presiden diangkatlah Ir. Djuanda. Hingga pada tahun 1964
Kabinet Kerja mengalami tiga kali perombakan (reshuffle). Program
kabinet antara lain : mencukupi kebutuhan sandang pangan,
menciptakan keamanan Negara, serta mengembalikan Irian Barat.

7. Penataan Kehidupan Partai Politik

Pada masa demokrasi parlementer, partai dapat melakukan kegiatan


politik secara leluasa. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin,

8
kedudukan partai dibatasi oleh penetapan presiden No. 7 tahun 1959.
Partai yang tidak memenuhi syarat akan dibubarkan (dibatasi).
Tindakan pemerintah ini dikenal dengan penyederhanaan kepartaian.
Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat kedudukan
pemerintah terutama presiden. Kedudukan presiden yang kuat tersebut
tampak dengan tindakannya untuk membubarkan partai politik yang
pernah berjaya pada masa demokrasi parlementer yaitu Masyumi dan
Partai Sosialis Indonesia (PSI). Alasan pembubaran partai karena
sejumlah anggota dari kedua partai tersebut terlibat dalam
pemberontakan PRRI dan Permesta. Kedua Partai tersebut resmi
dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.

8. Arah Politik Luar Negeri

Pada awalnya, politik luar negeri Indonesia adalah politik bebas aktif
yang mengabdi pada kepentingan nasional. Bebas berarti tidak
memihak, sedangkan aktif berarti ikut memelihara perdamaian dunia.
Pada masa demokrasi terpimpin, pelaksanaan politik luar negeri
cenderung mendekati negara-negara blok Timur dan konfrontasi
terhadap negara-negara blok Barat.

Perubahan arah ini disebabkan oleh:

a. Faktor dalam negeri : dominasi PKI dalam kehidupan politik


b. Faktor luar negeri : sikap negara-negara Barat yang kurang
simpatik dan tidak mendukung perjuangan Bangsa Indonesia

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di


Indonesia, dimana seluruh keputusan serta pemikirannya berpusat pada
pemimpin. Pada tanggal 5 Juli 1959, parlemen dibubarkan dan Presiden
Soekarno menetapkan konstitusi di bawah Dekrit Presiden. Soekarno juga
membubarkan Konstituante sebagai penyusun Undang-Undang Dasar
yang baru, dan menyatakan diberlakukannya kembali UUD 1945.
Soekarno memperkuat Angkatan Bersenjata dengan mengangkat para
jendral militer ke posisi-posisi yang penting.

PKI menyambut “demokrasi terpimpin” Soekarno dengan hangat


dan anggapan bahwa PKI mempunyai kekuasaan untuk persekutuan
konsepsi, yaitu antara nasionalisme, agama dan komunisme yang
dinamakan NASAKOM. Di tahun 1962, perebutan Irian Barat secara
militer oleh Indonesia mendapat dukungan penuh dari kepemimpinan PKI,
mereka juga mendukung penekanan terhadap perlawanan penduduk adat.
Era 'demokrasi terpimpin' merupakan kolaborasi antara kepemimpinan
PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan
independen kaum buruh dan petani, dan gagal dalam memecahkan
masalah-masalah politik dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik dan korupsi
birokrat dan militer terus berkembang.

Pada pelaksanaannya, demokrasi terpimpin mengalami berbagai


bentuk penyimpangan. Penyimpangan tersebut diakibatkan oleh
terpusatnya kekuatan politik hanya pada presiden. Era tahun 1959-1966
merupakan era Soekarno, yaitu ketika kebijakan-kebijakan presiden sangat
mempengaruhi kondisi politik Indonesia.

10
B. Saran

Penulis berharap makalah ini bukan hanya untuk menjadi bacaan,


namun kajian yang terkandung di dalamnya terutama yang sesuai dengan
UUD 1945, dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Walaupun bangsa ini telah merdeka, nyatanya masih banyak rakyat yang
tidak merasakan hasil dari kemerdekaan itu. Oleh karena itu, sebagai
warga negara yang baik kita perlu menanamkan sikap demokratis.

Meskipun pemerintah memiliki kebijakan dan kekuasaan yang


lebih tinggi, kita patut untuk berpartisipasi di dalamnya. Misalnya, menaati
norma dan aturan yang berlaku serta berpartisipasi dalam bidang politik
melalui pemilihan umum dan keikutsertaan dalam partai politik.
Kekuasaan dan kebijakan pemerintah pun tidak boleh terlalu membebani
masyarakat Indonesia. Pemegang kekuasaan harus bersikap adil. Dengan
begitu, keseimbangan partisipasi dari pemegang kekuasaan dan
masyarakat akan menjadi lebih baik. Indonesia akan menjadi negara yang
adil, makmur dan sejahtera.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://andinurulazizah79.blogspot.com/2016/02/makalah-demokrasi-terpimpin.ht
ml

12

Anda mungkin juga menyukai