Anda di halaman 1dari 7

TESTER TOLERANCE SOME OF LOCAL MAIZE

TO THE SALINITY STRESS


ON PHASE OF GERMINATION
Sarjun Hendry Sigalingging1 Dwi Zulfita2 dan Asnawati2
1
Agriculture; University of Tanjungpura Pontianak
2
Agriculture; University of Tanjungpura Pontianak
3
Agriculture; University of Tanjungpura Pontianak
shsigalingging@gmail.com

ABSTRACT

One of the obstacles in increasing the production of maize is salinity stress. Not all varieties that have been
developed have good tolerance to stressful environments especially on saline areas. Therefore, the purpose
of this research was to obtain local varieties of maize tolerant to salinity stress in the germination phase. The
initial step to obtain salinity tolerant maize varieties was to test the tolerance of several local varieties to be
assessed for their tolerance level based on the used NaCl concentration of 0,8%. The design used in this
research is Completely Random Design (RAL) consisting of 8 varieties with 4 replications. Each treatment
consists of 2 sets. The first set is used to measure the vigor index, and the germinating power. The second set
is used to measure the growth rate, plumula length, root length, and normal dry weight of sprouts. Varieties
used in this research are varieties Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, Bantil, Ensalang,
Jagung Susu, and Semoncol. The result of the research showed that there was no local corn varieties tolerant
to salinity stress in germination phase with mean value of Giving Power below 50%.

Keywords: Drought Stress, NaCl Sodium Chloride, Local Maize.

PENDAHULUAN dengan curah hujan yang rendah (Fitter dan Hay,


1991).
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman
pangan yang sangat penting bagi kehidupan Pengaruh salinitas menyebabkan
masyarakat indonesia karena hingga kini jagung Plasmolisis bagi tanaman. Plasmolisis adalah
adalah makanan pengganti beras bagi sebagian lepasnya membran plasma dari dinding sel pada
masyarakat indonesia. Salah satu hambatan dalam sel tumbuhan. Jika sel tumbuhan diletakkan
peningkatan produksi jagung adalah semakin dilarutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel
berkurangnya lahan-lahan subur yang sesuai tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan
dengan kondisi pertanaman jagung sebagai akibat turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah.
terjadinya alih-fungsi lahan menjadi lahan Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini
kawasan industri dan pemukiman, sehingga lahan- layu. Kehilangan air lebih banyak akan
lahan produktif untuk pertanian semakin menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus
berkurang. Apabila lahan subur telah beralih berkurang sampai di suatu titik
fungsi untuk kebutuhan lain, maka pilihan lain dimana protoplasma sel terkelupas dari dinding
adalah menggarap lahan-lahan marginal dengan sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel
berbagai permasalahan cekaman lingkungan. dan membran. Oleh karena itu, diperlukan varietas
Cekaman lingkungan merupakan faktor tahan terhadap kondisi salinitas yang tinggi
penghambat pertumbuhan tanaman. Diantara sehingga lahan marginal diharapkan lebih kondusif
berbagai cekaman lingkungan, salinitas merupakan dalam peningkatan produksi.
salah satu cekaman yang paling banyak dijumpai. Sejak tanaman jagung dikembangkan di
Indonesia tercatat berbagai varietas telah
Besarnya kadar NaCl dalam tanah dapat dihasilkan baik varietas hibrida maupun varietas
terjadi karena tingginya masukan air yang komposit yang berasal dari dalam negeri maupun
mengandung garam atau karena mengalami tingkat hasil introduksi. Tidak semua varietas yang telah
evaporasi yang melebihi presipitasi. Hal ini berarti dikembangkan memiliki toleransi yang baik
tanah salin tidak hanya ditemukan pada kawasan terhadap lingkungan yang stress terutama pada
pantai semata, tetapi juga pada kawasan kering lahan yang salin. Langkah awal untuk memperoleh
varietas jagung toleran salinitas adalah melakukan butir benih. Perlakuan yang dimaksud sebagai
uji toleransi beberapa varietas lokal yang ada berikut : A= Sukmaraga (Toleran, Varietas Unggul
untuk dinilai tingkat toleransinya berdasarkan Nasional), B= Lamuru (Toleran, Varietas Unggul
konsentrasi NaCl yang digunakan. Berdasarkan Nasional), C= Srikandi Kuning (Peka, Varietas
pengujian tersebut dapat ditentukan varietas yang Unggul Nasional), D= Srikandi Putih (Peka,
memiliki toleransi terbaik pada keadaan salinitas. Varietas Unggul Nasional), E= Ensalang (Varietas
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan Lokal Desa Ensalang). F= Jagung Susu (Varietas
varietas jagung lokal yang toleran terhadap Lokal Desa Ensalang), G= Bantil (Varietas Lokal
cekaman salinitas pada fase perkecambahan. Desa Bantil), H= Semoncol (Varietas Lokal Desa
Semoncol).
METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian ini adalah sebagai
berikut: Seleksi Benih, Benih yang diambil adalah
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium benih dengan kondisi pipil dan biji baik (tidak
Agronomi dan Klimatologi Fakultas Pertanian rusak), tidak cacat, permukaan kulitnya bersih, dan
Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian seragam. Pengukuran kadar air benih dilakukan
dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2017 setelah menimbang berat basah, benih dioven
sampai 24 Agustus 2017. Bahan yang digunakan dengan suhu 1030C selama 24 jam. Penimbangan
dalam penelitian ini adalah benih jagung, Natrium berat kering dilakukan setelah benih dioven.
Chlorida (NaCl), Aquades, Kertas Merang, Plastik Kemudian dihitung dengan Rumus Kadar Air.
Bening. Benih jagung yang digunakan dalam Pembuatan Larutan NaCl, Langkah-langkah dalam
penelitian ini adalah jagung komposit yang pembuatan larutan NaCl adalah sebagai berikut :
diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Serealia Menyiapkan NaCl untuk pembuatan larutan.
(BPTS) Maros Sulawesi Selatan (Sukmaraga, Konsentrasi 0,8% dilakukan dengan cara
Srikandi Kuning, Srikandi Putih), Unit Proteksi menimbang NaCl sebanyak 8 gram dan diencerkan
Tanaman Pangan dan Hortikultura Pontianak bersamaan dengan aquades sampai 1000 ml.
(Lamuru), benih jagung lokal dari Desa Ensalang, Setelah diencerkan, larutan NaCl tersebut sudah
Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau siap untuk digunakan. Cara aplikasi larutan NaCl,
(Jagung Susu, Ensalang), benih jagung lokal dari Media perkecambahan (kertas merang)
Desa Semoncol, Kecamatan Balai, Kabupaten dimasukkan kedalam wadah yang telah berisi
Sanggau (Semoncol), dan benih jagung lokal dari larutan NaCl. Selanjutnya, setelah kertas merang
Desa Bantil, Kecamatan Simpang Hulu, kabupaten lembab secara merata maka media sudah siap
Ketapang (Bantil). Alat-alat yang digunakan dalam untuk digunakan. Perkecambahan Benih, Benih
penelitian ini terdiri dari : pinset, sarung tangan, jagung yang telah diberi perlakuan sesuai cara dan
hand sprayer, nampan, oven, germinator tipe IPB konsentrasi yang ditentukan diletakkan diatas
72 I, timbangan analitik, pipet ukur, gelas ukur, kertas merang. Peletakan benih disetiap kertas
batang pengaduk, kertas label, plastik bening, merang menggunakan 25 butir benih, digulung dan
kamera, alat tulis, dan alat penunjang lainnya. disimpan di dalam germinator. Pengamatan
perkecambahan dilakukan pada hari ketiga dan
Rancangan yang digunakan dalam
hari kelima setelah tanam kecuali variabel
penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pengamatan kecepatan tumbuh diamati setiap hari.
yang terdiri dari 8 perlakuan dengan 4 ulangan.
Setiap perlakuan terdiri dari 2 set. Set yang HASIL DAN PEMBAHASAN
pertama digunakan untuk mengukur indeks vigor,
dan daya berkecambah. Set yang kedua digunakan A. Hasil
untuk mengukur kecepatan tumbuh, panjang Hasil analisis keragaman uji toleransi
plumula, panjang akar, dan berat kering kecambah beberapa varietas jagung terhadap cekaman
normal. Masing-masing gulungan terdiri dari 25 salinitas pada fase perkecambahan dapat
benih. Total benih yang digunakan pada penelitian dilihat pada Tabel 1.
ini adalah 64 gulungan X 25 butir benih = 1.600

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Keragaman Respon Berbagai Varietas Jagung terhadap cekaman
salinitas pada parameter Indeks Vigor (IV), Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (K CT),
Panjang Plumula (PP), Panjang Radikula (PR) dan Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)
F hitung F tabel
SK
IVdt DB KCT PP PR BKKN 5%
Perlakua
8,07* 28,23* 30,63* 28,60* 4,04* 28,50* 2,42
n
KK 19,97 19,65 19,35 6,60 10,73 19,67
Keterangan : *= berpengaruh nyata, tn= berpengaruh tidak nyata,
dt
= data transformasi
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Hasil uji kontras ortogonal pada varietas
Tabel 1, diketahui varietas jagung berpengaruh IV= Toleran (Lamuru) vs Toleran (Sukmaraga)
nyata terhadap semua variabel pengamatan yaitu: berbeda nyata terhadap variabel pengamatan
IV, DB, KCT, PP, PR dan BKKN. Selanjutnya Indeks Vigor, Daya Berkecambah, Kecepatan
dilakukan Uji Kontras Ortogonal untuk Tumbuh, Panjang Plumula, dan Berat Kering
mengetahui varietas yang berbeda nyata, dan Kecambah Normal. Namun tidak berbeda terhadap
disajikan pada Tabel 2. variabel pengamatan Panjang Radikula.
Hasil uji kontras ortogonal pada varietas
Hasil uji kontras ortogonal pada varietas I= V= Lokal Sekadau (Ensalang, Jagung Susu) vs
Nasional (Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Lokal Ketapang (Bantil) Lokal Sanggau
Srikandi Putih) vs Lokal (Ensalang, Jagung Susu, (Semoncol) berbeda nyata terhadap variabel
Bantil, Semoncol) berbeda nyata terhadap variabel pengamatan Panjang Plumula. Namun tidak
pengamatan Indeks Vigor, Daya Berkecambah, berbeda terhadap variabel pengamatan Indeks
Kecepatan Tumbuh, Panjang Radikula, dan Berat Vigor, Daya Berkecambah, Kecepatan
Kering Kecambah Normal. Namun tidak berbeda Tumbuh, Panjang Radikula, dan Berat Kering
terhadap variabel pengamatan Panjang Plumula. Kecambah Normal.
Hasil uji kontras ortogonal pada varietas Hasil uji kontras ortogonal pada varietas
II= Rentan (Srikandi Putih, Srikandi Kuning) vs VI= Lokal Sekadau (Ensalang) vs Lokal Sekadau
Toleran (Sukmaraga, Lamuru) berbeda nyata (Jagung Susu) berbeda tidak nyata terhadap semua
terhadap semua variabel pengamatan yaitu: Indeks variabel pengamatan yaitu: Indeks Vigor, Daya
Vigor, Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, Panjang
Panjang Plumula, Panjang Radikula, dan Berat Plumula, Panjang Radikula, dan Berat Kering
Kering Kecambah Normal. Kecambah Normal.
Hasil uji kontras ortogonal pada varietas Hasil uji kontras ortogonal pada varietas
III= Rentan (Srikandi Kuning) vs Rentan (Srikandi VII= Lokal Ketapang (Bantil) vs Lokal Sanggau
Putih) berbeda nyata terhadap variabel pengamatan (Semoncol) berbeda nyata terhadap variabel
Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, dan pengamatan Daya Berkecambah, Panjang Plumula,
Berat Kering Kecambah Normal. Namun tidak dan Panjang Radikula. Namun tidak berbeda nyata
berbeda terhadap variabel pengamatan Indeks terhadap variabel pengamatan Indeks Vigor,
Vigor, Panjang Plumula, dan Panjang Radikula Kecepatan Tumbuh, dan Berat Kering Kecambah
Normal.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Kontras Ortogonal Berbagai Varietas Jagung terhadap cekaman salinitas pada
parameter Indeks Vigor (IV), Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (K CT), Panjang Plumula
(PP), Panjang Radikula (PR) dan Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)
Fhitung
SK Ftabel 5%
IV DB KCT PP PR BKKN
I 9,04* 72,94* 61,07* 2,08tn 12,48* 101,85* 4,26
II 30,76* 17,92* 12,84* 13,20* 8,02* 9,83* 4,26
III 0,00tn 37,98* 71,61* 0,02tn 0,07tn 58,93* 4,26
IV 11,67* 62,79* 56,94* 56,36* 0,13tn 28,73* 4,26
V 1,67tn 0,02tn 0,00tn 95,03* 2,34tn 0,01tn 4,26
VI 0,00tn 1,52tn 1,21tn 2,61tn 0,18tn 0,16tn 4,26
tn tn tn
VII 3,35 4,47* 3,05 30,66* 5,16* 0,02 4,26
tn
Keterangan: *=Berbeda nyata; =Berbeda tidak nyata; I= Nasional (Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning,
Srikandi Putih) vs Lokal (Ensalang, Jagung Susu, Bantil, Semoncol); II= Rentan (Srikandi
Putih, Srikandi Kuning) vs Toleran (Sukmaraga, Lamuru); III= Rentan (Srikandi Kuning) vs
Rentan (Srikandi Putih); IV= Toleran (Lamuru) vs Toleran (Sukmaraga); V= Lokal Sekadau
(Ensalang, Jagung Susu) vs Lokal Ketapang (Bantil), Lokal Sanggau (Semoncol); VI= Lokal
Sekadau (Ensalang) vs Lokal Sekadau (Jagung Susu); VII= Lokal Ketapang (Bantil) vs Lokal
Sanggau (Semoncol).

B. Pembahasan dan mengurangi pemunculan radikula dan


Rerata Indeks Vigor yaitu: Lamuru plumula, dan mengurangi pertumbuhan kecambah
(4,02%), Sukmaraga (5,72%), Srikandi (Erinovita dkk, 2008).
Kuning (2,92%), Srikandi Putih (2,92%), Nilai rerata pada variabel pengamatan
Bantil (3,83%), Ensalang (2,92%), Jagung Daya Berkecambah yaitu: Lamuru (39%),
Susu (2,92%), Semoncol (2,92%). Hasil uji Sukmaraga (84%), Srikandi Kuning (62%),
kontras ortogonal pada varietas Nasional Srikandi Putih (27%), Bantil (35%), Ensalang
(Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning, (32%), Jagung Susu (25%), Semoncol (23%).
Srikandi Putih) vs Lokal (Ensalang, Jagung Hasil uji kontras ortogonal pada varietas Nasional
Susu, Bantil, Semoncol) berbeda nyata. (Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Srikandi
Nilai rata-rata Indeks Vigor varietas Putih) vs Lokal (Ensalang, Jagung Susu, Bantil,
nasional lebih tinggi daripada varietas Semoncol) berbeda nyata. Nilai rerata Daya
lokal. Berkecambah varietas nasional lebih tinggi
Dengan demikian varietas nasional lebih daripada varietas lokal. Dengan demikian varietas
toleran dibandingkan dengan varietas lokal dari nasional lebih toleran dibandingkan dengan
segi Indeks Vigor terutama varietas Lamuru dan varietas lokal dari segi Daya Berkecambah. Selain
Sukmaraga. Selain itu hasil uji kontras ortogonal itu hasil uji kontras ortogonal pada varietas Rentan
pada tabel 2 juga menunjukan bahwa varietas (Srikandi Putih, Srikandi Kuning) vs Toleran
Rentan (Srikandi Putih, Srikandi Kuning) vs (Sukmaraga, Lamuru) juga berbeda nyata. Dari
Toleran (Sukmaraga, Lamuru) berbeda nyata. Nilai segi Daya Berkecambah nilai rerata varietas rentan
rerata varietas rentan lebih rendah dibandingkan lebih rendah dibandingkan dengan varietas toleran.
dengan varietas toleran. Hal ini berarti kemampuan Hal ini berarti kemampuan tumbuh varietas toleran
tumbuh varietas toleran lebih baik. Demikian juga lebih baik pada variabel pengamatan Daya
pada varietas Toleran (Lamuru) vs Toleran Berkecambah. Demikian juga pada varietas Rentan
(Sukmaraga) berbeda nyata. Varietas Sukmaraga (Srikandi Kuning) vs Rentan (Srikandi Putih)
lebih tinggi dibandingakan Varietas Lamuru, berbeda nyata. Berdasarkan pengamatan daya
artinya kemampuan tumbuh Varietas Sukmaraga berkecambah varietas Srikandi Kuning lebih baik
lebih baik dari Lamuru. dari varietas Srikandi Putih. Selanjutnya hasil uji
Secara umum vigor adalah kemampuan kontras ortogonal pada tabel 2 juga menunjukan
benih untuk tumbuh normal pada keadaan yang varietas Toleran (Lamuru) vs Toleran (Sukmaraga)
sub optimal. Semakin tinggi nilai vigor benih berbeda nyata. Berdasarkan pengamatan daya
maka semakin besar kemampuan tumbuh benih berkecambah varietas Sukmaraga lebih baik dari
tersebut bila ditanam di lahan. Berdasarkan data varietas Lamuru. Serta hasil uji kontras ortogonal
rerata Indeks Vigor bahwa semua varietas jagung pada varietas Lokal Ketapang (Bantil) vs Lokal
memiliki nilai yang rendah, nilai Indeks Vigor Sanggau (Semoncol) juga berbeda nyata.
yang rendah dapat disebabkan karena kadar garam Berdasarkan pengamatan Daya Berkecambah
yang tinggi dapat menaikkan tekanan osmosis. Hal varietas Bantil lebih baik dari varietas Semoncol.
ini dapat mengurangi kemampuan benih Cekaman Salinitas dapat menurunkan daya
mengabsorbsi air dan secara tidak langsung akan berkecambah benih jagung, karena cekaman
menghambat perkecambahan benih, karena benih Salinitas tersebut dapat mengurangi jumlah air
tidak memperoleh kadar air yang cukup. Jika yang masuk ke dalam benih sehingga berdampak
konsentrasi suatu larutan di sekitar biji tinggi dapat pada penurunan daya berkecambah. Apabila benih
menyebabkan tidak atau kurang meresapnya air ke mengalami kekurangan air maka metabolisme
dalam biji sehingga mengakibatkan benih tidak yang semula aktif menjadi terhenti (Takahashi,
berkecambah. Apabila peningkatan konsentrasi 1995).
salinitas secara terus-menerus maka terjadi Berikut ini adalah data rerata variabel
kerusakan jaringan benih, bahkan kematian benih pengamatan Kecepatan Tumbuh yaitu: Lamuru
ataupun benih dapat berkecambah tetapi tumbuh (9,08%/etmal), Sukmaraga (19,38%/etmal),
abnormal (Duan dkk, 2004). Pengaruh NaCl pada Srikandi Kuning (16,75%/etmal), Srikandi Putih
proses perkecambahan antara lain mengurangi (5,00%/etmal), Bantil (8,38%/etmal), Ensalang
hidrasi dari embrio dan kotiledon, menghambat (7,90%/etmal), Jagung Susu (6,40%/etmal),
Semoncol (6,00%/etmal). Hasil uji kontras ortogonal pada varietas Lokal Sekadau
ortogonal pada varietas Nasional (Lamuru, (Ensalang, Jagung Susu) vs Lokal
Sukmaraga, Srikandi Kuning, Srikandi Putih) vs Ketapang (Bantil) Lokal Sanggau
Lokal (Ensalang, Jagung Susu, Bantil, Semoncol) (Semoncol) berbeda nyata. Dari segi
berbeda nyata terhadap variabel pengamatan Panjang Plumula nilai rerata varietas
Kecepatan Tumbuh. Nilai rerata Kecepatan Ensalang dan Jagung Susu lebih tinggi
Tumbuh varietas nasional lebih tinggi daripada dibandingkan dengan Bantil dan Semoncol.
varietas lokal. Dengan demikian varietas nasional Serta hasil uji kontras ortogonal pada
lebih toleran dibandingkan dengan varietas lokal varietas Lokal Ketapang (Bantil) vs Lokal
dari segi Kecepatan Tumbuh. Selain itu hasil uji Sanggau (Semoncol) juga berbeda nyata.
kontras ortogonal pada tabel 2 juga menunjukan Dari segi Panjang Plumula nilai rerata
varietas Rentan (Srikandi Putih, Srikandi Kuning) varietas Bantil lebih rendah dibandingkan
vs Toleran (Sukmaraga, Lamuru) berbeda nyata. dengan varietas Semoncol. Pengaruh NaCl
Dari segi Kecepatan Tumbuh nilai rerata varietas pada proses perkecambahan antara lain
rentan lebih rendah dibandingkan dengan varietas mengurangi hidrasi dari embrio dan
toleran. Demikian juga hasil uji kontras ortogonal kotiledon, menghambat dan mengurangi
pada varietas Rentan (Srikandi Kuning) vs Rentan pemunculan radikula dan plumula, dan
(Srikandi Putih) berbeda nyata. Berdasarkan mengurangi pertumbuhan kecambah
pengamatan Kecepatan Tumbuh varietas Srikandi (Erinovita dkk, 2008).
Kuning lebih baik dari varietas Srikandi Putih. Data rerata variabel pengamatan
Serta hasil uji kontras ortogonal pada varietas Panjang Radikula yaitu: Lamuru (2,46cm),
Toleran (Lamuru) vs Toleran (Sukmaraga) berbeda Sukmaraga (2,54cm), Srikandi Kuning
nyata terhadap variabel pengamatan Kecepatan (2,92cm), Srikandi Putih (2,98cm), Bantil
Tumbuh. Berdasarkan pengamatan Kecepatan (3,25cm), Ensalang (3,28cm), Jagung Susu
Tumbuh varietas Sukmaraga lebih baik dari (3,19cm), Semoncol (2,75cm). Hasil uji
varietas Lamuru. kontras ortogonal pada varietas Nasional
Cekaman Salinitas akan menghambat (Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning,
pertumbuhan kecambah normal yang berakibat Srikandi Putih) vs Lokal (Ensalang, Jagung
pada penurunan kecepatan tumbuh. Bewley dan Susu, Bantil, Semoncol) berbeda nyata.
Black (1983) menyatakan bahwa ketersediaan air Nilai rerata Panjang Radikula varietas
yang rendah akan menurunkan aktivitas enzim dan nasional lebih rendah daripada varietas
metabolisme benih. Hambatan pada aktivitas lokal. Selain itu hasil uji kontras ortogonal
enzim dan penurunan aktivitas metabolisme pada pada tabel 2 juga menunjukan varietas
mengakibatkan pembelahan dan pembesaran sel Rentan (Srikandi Putih, Srikandi Kuning)
terhambat sehingga laju pertumbuhan morfologi vs Toleran (Sukmaraga, Lamuru) berbeda
juga rendah. Akibatnya pertumbuhan akar dan nyata. Dari segi Panjang radikula nilai
pucuk yang menentukan penilaian kriteria rerata varietas rentan lebih tinggi
kecambah normal juga akan terhambat. dibandingkan dengan varietas toleran.
Rerata Panjang Plumula yaitu: Demikian juga hasil uji kontras ortogonal
Lamuru (2,32cm), Sukmaraga (3,36cm), pada varietas Lokal Ketapang (Bantil) vs
Srikandi Kuning (3,21cm), Srikandi Putih Lokal Sanggau (Semoncol) berbeda nyata.
(3,19cm), Bantil (2,06cm), Ensalang Dari segi Panjang Radikula nilai rerata
(3,51cm), Jagung Susu (3,29cm), varietas Bantil lebih tinggi dibandingkan
Semoncol (2,83cm). Hasil uji kontras dengan varietas Semoncol.
ortogonal pada varietas Rentan (Srikandi Adanya cekaman salinitas yang
Putih, Srikandi Kuning) vs Toleran tinggi diduga menyebabkan berkurangnya
(Sukmaraga, Lamuru) berbeda nyata. Dari pembelahan sel-sel pada akar. Potensial
segi Panjang Plumula nilai rerata varietas osmotik media tumbuh yang lebih rendah
rentan lebih tinggi dibandingkan dengan dibandingkan dengan potensial osmotik
varietas toleran. Selain itu hasil uji kontras didalam sel, dapat menghambat
ortogonal pada tabel 2 juga menunjukan pembelahan sel-sel akar (Yuniati, 2004).
varietas Toleran (Lamuru) vs Toleran Secara visual, umumnya tanaman yang
(Sukmaraga) berbeda nyata. Berdasarkan mendapat perlakuan konsentrasi NaCl
pengamatan Panjang Plumula nilai rerata tinggi, pembentukan dan pertumbuhan
varietas Sukmaraga lebih baik dari varietas akarnya terhambat, akar menjadi lebih
Lamuru. Demikian juga hasil uji kontras sedikit, kurus dan kecil, akar menggulung
dengan rambut akar yang sedikit dan warna lingkungan selama proses perkecambahan
akar cenderung kuning kecoklatan berlangsung. Salinitas terlebih dahulu
(Lubis,2000). menghambat imbibisi air ke dalam benih
Data rerata Berat Kering Kecambah akibat tekanan osmotik tinggi dan potensial
Normal adalah sebagai berikut: Lamuru air lingkungan menjadi rendah, sehingga
(0,31gram), Sukmaraga (0,51gram), meskipun ketersediaan air di lingkungan
Srikandi Kuning (0,47gram), Srikandi banyak, tetapi tanaman mengalami
Putih (0,18gram), Bantil (0,18gram), kesulitan untuk menyerapnya. Salinitas
Ensalang (0,18gram), Jagung Susu juga menimbulkan toksisitas yang pada
(0,17gram), Semoncol (0,18gram). Hasil akhirnya mengganggu aktivitas enzim yang
uji kontras ortogonal pada varietas menyebabkan pengurangan penyusunan
Nasional (Lamuru, Sukmaraga, Srikandi makromolekul maupun mikromolekul dan
Kuning, Srikandi Putih) vs Lokal juga mengurangi mobilisasi molekul-
(Ensalang, Jagung Susu, Bantil, Semoncol) molekul tersebut menuju jaringan embrio
berbeda nyata. Nilai rerata Berat Kering terhambat (Pressarakli, 1999).
Kecambah Normal varietas nasional lebih
tinggi daripada varietas lokal. Dengan KESIMPULAN
demikian varietas nasional lebih toleran
dibandingkan dengan varietas lokal dari Berdasarkan hasil penelitian dapat
segi Berat Kering Kecambah Normal. disimpulkan bahwa belum didapatkan
Selain itu hasil uji kontras ortogonal pada varietas jagung lokal yang toleran terhadap
tabel 2 juga menunjukan varietas Rentan cekaman salinitas pada fase
(Srikandi Putih, Srikandi Kuning) vs perkecambahan dengan nilai rerata Daya
Toleran (Sukmaraga, Lamuru) berbeda Berkecambah dibawah 50%.
nyata. Dari segi Berat Kering Kecambah DAFTAR PUSTAKA
Normal nilai rerata varietas rentan lebih
rendah dibandingkan dengan varietas Bewley, J.D. dan Black. 1983. Physiology and
toleran. Dengan demikian varietas Toleran Biochemistry of Seed in Relation to
lebih toleran dibandingkan dengan varietas Germination. Berlin Heidelberg. New
Rentan dari segi Berat Kering Kecambah York.
Normal. Demikian pada varietas Rentan
(Srikandi Kuning) vs Rentan (Srikandi Brady, NC, & Ray, RW, 2008, The Nature And
Putih) berbeda nyata. Berdasarkan Properties Of Soil,fourttenth edition,
pengamatan Berat Kering Kecambah Upper Suddle River, New Jersey
Normal varietas Srikandi Kuning lebih baik Columbus, Ohio
dari varietas Srikandi Putih. Serta hasil uji
kontras ortogonal pada varietas Toleran Duan, D., X. Liu, M. A.Khan, B. Gul. 2004. Effect
(Lamuru) vs Toleran (Sukmaraga) juga of salt and water stress on the germination
berbeda nyata terhadap variabel of Chenopodium glaucum L. seed. Pak. J.
pengamatan Berat Kering Kecambah Bot. 36(4):793-800
Normal. Berdasarkan pengamatan Berat
Kering Kecambah Normal varietas Erinnovita, M. Sari, D. Guntoro. 2008. Invigorsi
Sukmaraga lebih baik dari varietas benih untuk memperbaiki perkecambahan
Lamuru. kacang panjang (Vigna unguiculata Hask
Berat kering menunjukkan besarnya ssp sesquipendalis) pada cekaman salinitas.
timbunan asimilat (biomassa) yang Bul. Agro (36) 214-220.
dihasilkan bibit selama pertumbuhannya.
Berat kering bibit merupakan gambaran Fitter, A. H. dan Hay, R. K. M. 1991. Fisiologi
kualitas bibit secara tidak langsung. Hal ini Lingkungan Tanaman. UGM Press.
disebabkan karena berat kering bibit Yogyakarta.
berkaitan dengan energi yang dihasilkan
dari perombakan bahan energi untuk Lubis, K, 2000, ‘Respon Morfogenesis Embrio
pertumbuhan bibit selanjutnya. Semakin Beberapa Varietas Kedelai (Glyciene max
besar berat keringnya, semakin baik pula L. Merr) Pada Berbagai Konsentrasi NaCl
pertumbuhan bibitnya. Larutan garam Secara In Vitro’, Thesis, Fakultas
berinteraksi dengan benih dan faktor Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pessarakli, M, & Tucker, TC, 1993, ‘Dry Matter
Yield And Nitrogen-15 Uptake By
Tomatoes Under Sodium Chloride Stress’,
Journal Soil Science, vol. 52, hal. 698-700

Takahashi, N. 1995. Physiology of seed


germination and dormancy. In T. Matsuo,
K. Kumazawe, K. Ishii, K. Ishihara and H.
Hirata (Eds). Science of the Rice Plant Vol
II . Food dan Agriculture Policy Research
Center. Tokyo. Japan.

Yuniati, R, 2004, ‘Penapisan Galur Kedelai


Glycine max(L) Merrill Toleran Terhadap
NaCl Untuk Penanaman di Lahan Salin’,
Makara Sains, vol. 8, no. 1, hal. 21-24

Anda mungkin juga menyukai