Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aldo Andrian Pangestu

NIM : 23103040166
Ilmu Hukum - D

Tugas Pengantar Hukum Indonesia

Judul : Review Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Lembaga Pilkada

Tujuan Penelitian : (1) Untuk mengetahui bagaimana sistematisasi pemutusan

perkara terkait penyelesaian sengketa hasil pilkada.

(2) Untuk mengetahui apa yang mendasari penetapan Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XX/2022

Subjek Penelitian : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XX/2022

Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian hukum normatif

Pemndahuluan :

Pemilihan Kepala dan Wakil Kepala Daerah merupakan Pelaksanaan kedaulatan


rakyat di Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. dalam perkembangan ketatanegaraan
banyak situasi hukum yang berubah. Peradilan perselisihan hasil pemilu di Indonesia lahir
setelah amandemen UUD NRI Thn 1945, pada awalnya Mahkamah Konstitusi hanya
memiliki kewenangan untuk memutus hasil sengketa legislatif maupun Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden akan tetapi dalam perkembangannya kewenangan Mahkamah
Konstitusi mengalami perluasan untuk juga memutus perselisihan sengketa hasil pemilihan
Kepala Daerah setelah adanya pengalihan kewenangan dari Mahkamah Agung. Dalam
situasi seperti ini tentunya diperlukan kepastian hukum mengenai lembaga yang
berwenang memutuskan hasil sengketa pemilihan umum.

Pembahasan :

Sejak berlakunnya Undang-Undang Nomor.12 Tahun 2008 penyelesaian hasil


Pilkada dialihkan dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi. kemudian
dikeluarkankanlah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor.97/PUU-IX/2013 yang pada
hakikatnya Mahkamah Konstitusi tidak lagi berwenang untuk memutuskan perselisihan
sengketa Pilkada, merespon hal tersebut pembentuk Undang-Undang melalui pasal 157
ayat (1) Undang-Undang Nomor.1 Tahun 2015 kewenangan tersebut diserahkan kepada
Pengadilan Tinggi kemudian mengubahnya melalui Pasal 157 ayat (1) Undang- Undang
Nomor 8 Tahun 2015 perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang menjadi kewenangan
badan peradilan khusus. ,sebelum badan tersebut terbentuk Mahkamah Konstitusi tetap
berwenang untuk menyelesaikan perselisihan hasil pemilihan langsung. Namun pada
akhirnya Mahkamah Konstitusi kembali mengeluarkan Putusan Nomor 85/PUU-XX/2022
yang pada intinya menyebutkan bahwa kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam
pemutusan hasil sengketa Pilkada tidak lagi bersifat sementara melainkan bersifa permanen
hal itu dikarenakan badan peradilan khusus tidak lagi dibentuk.

Perubahan pendirian Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 97/PUU-


XI/2013 dan Putusan Nomor 85/PUU-XX/2022 tentang pemutusan hasil sengketa Pilkada
didasarkan pada perbedaan dasar pemikiran yang digunakan. Dasar pemikiran dalam
Putusan Nomor 97/PUU-XI/2013 menggunakan metode penafsiran konstitusi orginal
textualis dengan melihat teks yang terdapat dalam UUD 1945 sebagai acuan utama.
sedangkan pada putusan Nomor 85/PUU-XX/2022 menggunakan metode penafsiran
konstitusi original historical, yaitu melalui penelusuran dan analisis terhadap sejarah
penyusunan UUD NRI Tahun 1945.

Di sisi lain pada Putusam Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XI/2013


menyebutkan bahwasannya Pemilihan Kepala Daerah tidak termasuk ke dalam rezim
Pemilu hal tersebut dikarenakan tidak termuat secara ekspplisit di dalam Undang-Undang
tentang Pemilu terkhusus pasal 22 E ayat (2) UUD NRI 1945 sehingga Mahkamah
Konstitusi memutuskan tidak berwenang untuk menyelesaikan perselisihan hasil Pilkada,
sementara itu dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XX/2022
menyebutkan bahwa Pemilu Presiden dan Wakil Presiden beserta legislatif merupakan satu
rezim dengan Pemilihan Kepala dan Wakil Kepala Daerah hal tersebut diandasi atas adanya
kesamaan dalam asas dan juga lembaga penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada.yaitu Komisi
Pemilihan Umum (KPU)

Anda mungkin juga menyukai