Astronomi
Astronomi
Leksikologi
Penggunaan istilah "astronomi" dan "astrofisika"
Secara umum baik "astronomi" maupun "astrofisika" boleh digunakan untuk menyebut ilmu yang
sama.[5][6][7][8] Apabila merujuk pada definisi KBBI, "astronomi" adalah ilmu tentang "matahari, bulan,
bintang, dan planet-planet lain"[2] sedangkan "astrofisika" adalah cabang astronomi yang
mempelajari tentang "perilaku, sifat fisik, serta dinamika benda dan fenomena langit."[9]
Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pada pembukaan buku The Physical Universe oleh Frank
Shu, "astronomi" boleh dipergunakan untuk sisi kualitatif dari ilmu ini, sedang "astrofisika" untuk sisi
lainnya yang lebih berorientasi fisika.[10] Namun, penelitian-penelitian astronomi modern kebanyakan
berurusan dengan topik-topik yang berkenaan dengan fisika, sehingga bisa dianggap bahwa
astronomi modern adalah astrofisika.[5]
Banyak badan-badan penelitian yang, dalam memutuskan menggunakan istilah yang mana, hanya
bergantung dari apakah secara sejarah mereka berafiliasi dengan departemen-departemen fisika
atau tidak.[7] Astronom-astronom profesional sendiri banyak yang memiliki gelar di bidang fisika.
[8]
Untuk ilustrasi lebih lanjut, salah satu jurnal ilmiah terkemuka pada cabang ilmu ini
bernama Astronomy and Astrophysics (Astronomi dan Astrofisika).
Sejarah
Artikel utama: Sejarah astronomi
Informasi lebih lanjut: Arkeoastronomi
Pada awalnya, astronomi hanya melibatkan pengamatan beserta prediksi atas gerak-gerik benda-
benda langit yang terlihat dengan mata telanjang. Pada beberapa situs seperti Stonehenge,
peradaban-peradaban awal juga menyusun artefak-artefak yang diduga memiliki kegunaan
astronomis. Observatorium-observatorium purba ini jamaknya bertujuan seremonial, namun dapat
juga dimanfaatkan untuk menentukan musim, cuaca, dan iklim —sesuatu yang wajib diketahui
apabila ingin bercocok tanam— atau memahami panjang tahun.[12]
Sebelum ditemukannya peralatan seperti teleskop, penelitian harus dilakukan dari atas bangunan-
bangunan atau dataran yang tinggi, semua dengan mata telanjang. Seiring dengan berkembangnya
peradaban, terutama di Mesopotamia, Tiongkok, Mesir, Yunani, India, dan Amerika Tengah, orang-
orang mulai membangun observatorium dan gagasan-gagasan mengenai sifat-sifat semesta mulai
ramai diperiksa. Umumnya, astronomi awal disibukkan dengan pemetaan letak-letak bintang dan
planet (sekarang disebut astrometri), kegiatan yang akhirnya melahirkan teori-teori tentang
pergerakan benda-benda langit dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk menjelaskan asal
usul Matahari, Bulan, dan Bumi. Bumi kemudian dianggap sebagai pusat jagat raya, sedang
Matahari, Bulan, dan bintang-bintang berputar mengelilinginya; model semacam ini dikenal sebagai
model geosentris, atau sistem Ptolemaik (dari nama astronom Romawi-Mesir Ptolemeus).[13]
Dimulainya astronomi yang berdasarkan perhitungan matematis dan ilmiah dulu dipelopori oleh
orang-orang Babilonia.[14] Mereka menemukan bahwa gerhana bulan memiliki sebuah siklus yang
teratur, disebut siklus saros.[15] Mengikuti jejak astronom-astronom Babilonia, kemajuan demi
kemajuan kemudian berhasil dicapai oleh komunitas astronomi Yunani Kuno dan negeri-negeri
sekitarnya. Astronomi Yunani sedari awal memang bertujuan untuk menemukan penjelasan yang
rasional dan berbasis fisika untuk fenomena-fenomena angkasa.[16] Pada abad ke-3 SM, Aristarkhos
dari Samos melakukan perhitungan atas ukuran Bumi serta jarak antara Bumi dan Bulan, dan
kemudian mengajukan model Tata Surya yang heliosentris — pertama kalinya dalam sejarah. Pada
abad ke-2 SM, Hipparkhos berhasil menemukan gerak presesi, juga menghitung ukuran Bulan dan
Matahari serta jarak antara keduanya, sekaligus membuat alat-alat penelitian astronomi paling awal
seperti astrolab.[17] Mayoritas penyusunan rasi bintang di belahan utara sekarang masih didasarkan
atas susunan yang diformulasikan olehnya melalui katalog yang waktu itu mencakup 1.020 bintang.
[18]
Mekanisme Antikythera yang terkenal (ca. 150-80 SM) juga berasal dari periode yang
sama: komputer analog yang digunakan untuk menghitung letak Matahari/Bulan/planet-planet pada
tanggal tertentu ini merupakan barang paling kompleks dalam sejarah sampai abad ke-14,
ketika jam-jam astronomi mulai bermunculan di Eropa.[19]
Di Eropa sendiri selama Abad Pertengahan astronomi sempat mengalami kebuntuan dan stagnansi.
Sebaliknya, perkembangan pesat terjadi di dunia Islam dan beberapa peradaban lainnya, ditandai
dengan dibangunnya observatorium-observatorium di belahan dunia sana pada awal abad ke-9.[20][21]
[22]
Pada tahun 964, astronom Persia Al-Sufi menemukan Galaksi Andromeda (galaksi terbesar
di Grup Lokal) dan mencatatnya dalam Book of Fixed Stars (Kitab Suwar al-Kawakib).[23]
Supernova SN 1006, ledakan bintang paling terang dalam catatan sejarah, berhasil diamati oleh
astronom Mesir Ali bin Ridwan dan sekumpulan astronom Tiongkok yang terpisah pada tahun yang
sama (1006 M). Astronom-astronom besar dari era Islam ini kebanyakan berasal
dari Persia dan Arab, termasuk Al-Battani, Tsabit bin Qurrah, Al-Sufi, Ibnu Balkhi, Al-Biruni, Al-
Zarqali, Al-Birjandi, serta astronom-astronom dari observatorium-observatorium
di Maragha dan Samarkand. Melalui era inilah nama-nama bintang yang berdasarkan bahasa Arab
diperkenalkan.[24][25] Reruntuhan-reruntuhan di Zimbabwe Raya dan Timbuktu[26] juga kemungkinan
sempat memiliki bangunan-bangunan observatorium[27] melemahkan keyakinan sebelumnya bahwa
tidak ada pengamatan astronomis di daerah sub-Sahara sebelum era kolonial.[28][29][30][31]
Revolusi ilmiah
Baru pada abad ke-20 Galaksi Bima Sakti (di mana Bumi dan Matahari berada) bisa dibuktikan
sebagai kelompok bintang yang terpisah dari kelompok-kelompok bintang lainnya. Dari
pengamatan-pengamatan yang sama disimpulkan pula bahwa ada galaksi-galaksi lain di luar Bima
Sakti dan bahwa alam semesta terus mengembang, sebab galaksi-galaksi tersebut terus menjauh
dari galaksi kita.[37] Astronomi modern juga menemukan dan berusaha menjelaskan benda-benda
langit yang asing seperti kuasar, pulsar, blazar, galaksi radio, lubang hitam, dan bintang
neutron. Kosmologi fisik maju dengan pesat sepanjang abad ini: model Dentuman Besar (Big Bang)
misalnya, telah didukung oleh bukti-bukti astronomis dan fisika yang kuat (antara lain radiasi
CMB, hukum Hubble, dan ketersediaan kosmologis unsur-unsur).
Astronomi observasional
Artikel utama: Astronomi observasional
Seperti diketahui, astronomi memerlukan informasi tentang benda-benda langit, dan sumber
informasi yang paling utama sejauh ini adalah radiasi elektromagnetik, atau lebih
spesifiknya, cahaya tampak.[38] Astronomi observasional bisa dibagi lagi menurut daerah-
daerah spektrum elektromagnetik yang diamati: sebagian dari spektrum tersebut bisa diteliti melalui
permukaan Bumi, sementara bagian lain hanya bisa dijangkau dari ketinggian tertentu atau bahkan
hanya dari ruang angkasa. Keterangan lebih lengkap tentang pembagian-pembagian ini bisa dilihat
di bawah:
Astronomi radio