Anda di halaman 1dari 15

Konsep Diri Pada Masa Dewasa Awal Yang Mengalami

Maladaptive Daydreaming
Received: 16th June 2021; Revised: 22th September 2021; Accepted: 30 th September 2021

Rafi Bagus Adi Wijaya*) Abstract: Maladaptive daydreaming (MD) is a condition that
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga shows prolonged daydreaming behavior to forget the time, of
Yogyakarta, Indonesia course, affecting individuals both in personal and social aspects.
E-mail: rafibagusadiwijaya@gmail.com In the early adulthood, the individual is charged with a large
developmental task and responsibility, therefore the self-concept
Azis Muslim determines how a person acts in overcoming various situations.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga This study aims to determine self-concept in early adult
Yogyakarta, Indonesia individuals who experience MD, including the factors that
E-mail: aziz.muslim@uin-suka.ac.id. influence self-concept in early adulthood who experience MD.
The research method used is qualitative research with a case
study approach. Data collection using techniques observation,
*) Corresponding Author
interviews, and documentation, on two subjects including 1 male
and 1 female. In analyzing the data, researchers perform data
reduction, data display, and drawing conclusions, while to test
the validity of the data using triangulation. The results of this
study indicate that the subject has a negative self-concept due to a
lack of attention, support and motivation from the family and is
carried away in maladaptive daydreaming, then the impact of the
negative self-concept of the subject is that it seems to have
difficulty facing reality in fulfilling developmental tasks, such as
work, or establishing relationships with other people and difficult
to determine the goals of life at his age

Keywords: selfconcept, early adulthood, maladaptive daydreaming.

How to Cite: Wijaya, Rafi Bagus Adi (2021). Konsep Diri Pada Masa Dewasa Awal yang Mengalami
Maladaptive Daydreaming. Jurnal Psikologi Islam: Al-Qalb, Vol. 12, No. 2, (2021)

PENDAHULUAN terjadi beragam perubahan. Perubahan


tersebut terjadi pada fungsi biologis dan
Dewasa awal adalah masa dimana
motoris, pengamatan dan berfikir , motif-
seseorang sudah siap menerima kedudukan
motif dan kehidupan afeksi, hubungan
dalam masyarakat bersama dengan orang
sosial serta integrasi masyarakat (Ajhuri,
dewasa lainya, dan telah menyelesaikan
2019).
pertumbuhanya sehingga mencapai
kematangan dalam berbagai aspek. Masa Wilayah karakteristik dewasa awal
dewasa awal dilalui setelah berakhirnya ini menjadi kajian yang sangat beragam
masa remaja, meskipun begitu, bahkan sampai pada awal abad ke-20
perkembangan tidak berhenti pada waktu dimana muncul istilah baru yang menandai
individu mencapai kedewasaan fisik saat individu berusia 20 tahun keatas berada
remaja atau kedewasaan sosial pada saat pada masa crisis. Di masa ini, individu
dewasa awal. Selama manusia berkembang dewasa awal umumnya akan mengalami

179
180 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

kekhawatiran, keraguan, dan kebingungan seseorang, dengan perbedaanya terletak


atas arah hidupnya, perasaan tersebut bisa pada kesadaran penderita membedakan
jadi akan berefek pada tugas yang nyata dan tidak nyata.
perkembanganya, bagaimana mereka
Gangguan psikologis bisa muncul
menyikapi dan menghadapi berbagai
akibat kombinasi faktor genetik,
tuntutan dari dalam maupun dari luar diri.
lingkungan, dan pengalaman traumatis
Ada beberapa tugas perkembangan yang
tertentu. Para peneliti sependapat bahwa
semestinya harus diselesaikan agar
gangguan psikologis terjadi karena
kehidupan menjadi bahagia dan tidak
perubahan otak yang signifikan. Meskipun
mengalami permasalahan yang krusial,
pada masa anak-anak otak pada umumnya
terutama bagi individu dewasa awal,
tidak begitu banyak berubah, tetapi dari
karena masa ini merupakan periode puncak
masa remaja hingga dewasa awal otak
perkembangan bagi setiap orang (Putri,
mengalami perubahan yang sangat
2019).
kompleks dan berbeda dari sebelumnya.
Oleh sebab itu masa dewasa awal Perubahan yang sangat mudah terjadi
merupakan masa yang sangat penting dan dimasa tersebut mempengaruhi pola sikap
berharga bagi tahapan perkembangan dan perilaku sehingga masih mudah untuk
individu, masa yang penuh dengan dibentuk (Kurniawan et al., 2019).
masalah, ketegangan emosional, periode Berbagai dinamika perubahan dalam
isolasi, periode komitmen dan berbagai aspek mengakibatkan timbulnya
ketergantungan, perubahan nilai-nilai kerentanan psikologis yang bisa
kreativitas, dan pencarian kemantapan berdampak pada kehidupan di masa
serta masa reproduktif yang ditandai mendatang atau setelah dewasa awal. Masa
bersama membentuk keluarga (Putri, dewasa awal dihadapkan dengan kesulitan-
2019). Dalam menjalani peranya sebagai kesulitan diantaranya adalah kesusahan
dewasa awal setiap individu harus bisa dalam mengidentifikasi perasaan mereka,
melaksanakan tugas perkembangan keterbatasan imajinasi, dan pandangan
tersebut dengan sangat baik, agar dalam yang berorientasi eksternal dapat
kehidupanya dapat merasakan kebahagiaan berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan
dan tidak mengalami hambatan yang interpersonal individu (Herlim, 2019).
berarti. Individu yang berhasil melewati tahap
sebelumnya dan tahap dewasa awal akan
Borderline personality disorder
mengarah kepada keberhasilan tahap
(BPD) merupakan salah satu gangguan
selanjutnya.
psikologis yang biasa terjadi di masa
dewasa awal dan gejalanya semakin Tetapi pada realitasnya tidak semua
memburuk seiring berjalanya waktu. individu berhasil dalam menjalani tugas
Dengan begitu sangat mungkin perkembangan dan meraih kebahagiaan.
menyebabkan gangguan lain, beberapa beberapa diantara individu dewasa awal
diantaranya seperti bipolar dan attention masih mengalami keraguan saat memilih
deficit/hyperactivity disorder (ADHD), arah kehidupanya, tertekan karena
ketika seseorang berada pada kondisi stress menghadapi berbagai permasalahan hidup
dapat disertai gejala psikosis, seperti delusi dan bingung mencari solusi. Hal tersebut
dan halusinasi (Sari et al., 2020). gejala terdapat dalam hasil penelitian Wijayanti
tersebut memiliki kesamaan seperti pada yang menyatakan bahwa rentang usia
penderita gangguan maladaptive dewasa awal masih berpeluang mengalami
daydreaming yang mempunyai gangguan psikologis (Wijayanti et al.,
kecenderungan untuk berfantasi. Baik 2018). Pada saat dewasa awal setiap orang
delusi, halusinasi dan fantasi kesemuanya akan dipertemukan dengan lingkungan
dapat berpengaruh pada kondisi jiwa baru dan beberapa tugas perkembangan
181 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

yang memandangnya tidak lagi sebagai kebutuhan pribadinya, karena dengan


remaja, tetapi sebagai orang dewasa yang lamunan semua jadi terpuaskan, tetapi itu
sudah bisa berdiri sendiri, mampu hanya sementara dan tinggal menunggu
memenuhi kewajiban terhadap diri sendiri waktu akan menjadi lebih buruk.
dan orang lain (Intani & Indati, 2017).
Bagi penderita MD sebenarnya
Perbedaan psikologis individu kondisi ini dapat menyebabkan seseorang
berpengaruh pada terselesaikanya tugas- tidak produktif karena cenderung untuk
tugas perkembangan. Terlebih dalam menghabiskan waktu saat membangun
gangguan psikologis seperti maladaptive mimpi dalam lamunanya, tanpa sadar
dayreaming (MD) yang merupakan waktu telah terlewati begitu lama dan lupa
aktivitas melamun berlebihan. Menurut akan pentingnya menjalani realita.
Somer (2002), dalam penelitianya berjudul Terutama pada masa dewasa awal yang
“Maladaptive Daydreaming: A Qualitative seharusnya dapat bertanggung jawab
Inquiry”, maladaptive daydreaming adalah terhadap dirinya sendiri dan kebutuhan
aktivitas melamun yang mengganggu yang mesti terpenuhi di setiap fase
interaksi sosial, fungsi akademik maupun kehidupan.
kejuruan. Selanjutnya Bigelsen & Schupak Pelamun maladaptif cenderung
(2011), dalam penelitianya menjelaskan melihat diri mereka kurang berharga dari
kesadaran bahwa fantasi memungkinkan pada orang lain, dan percaya pada tingkat
individu mengakses emosi dan pengalaman yang lebih rendah bahwa orang lain akan
yang tidak dimiliki dalam kehidupan nyata. mencintai dan menghormati mereka,
Dilanjutkan hasil penelitian West & Somer mereka juga memiliki kesulitan untuk
(2020), “Empathy, Emotion, Regulation, percaya bahwa mereka dapat
and Creativity In Immersive an mengandalkan orang lain saat dibutuhkan.
Maladaptive Daydreaming” menyatakan Pelamun maladptif tampaknya berjuang
bahwa karekteristik dari MD kearah dengan perasaan ambivalen tentang
regulasi emosional lebih buruk dan hubungan mereka, di satu sisi, mereka
mengurangi hasil kreativitas. Pada merasa lebih tidak aman dalam menjalin
penelitian terbaru di masa Covid-19 oleh hubungan serta mengharapkan pengertian
Musetti, et al. (2021), “Maladaptive dan kepedulian dari orang lain (Sandor,
Daydreaming in an Adult Italian 2021).
Population During the Covid-19
Lockdown” mememukan adanya Sebagaimana pemaparan Somer
kecenderungan MD di masa pandemi (2018), beberapa perilaku dapat
terkhusus pada konsep lockdown, dengan menghasilkan ganjaran jangka pendek
mengunci diri di dalam fantasi mental, yang cukup efektif untuk memperkuat
yang lebih lanjut berkontribusi pada ketekunan, meskipun ada kekhawatiran
keterasingan dari hubungan sosial, tentang efek yang tidak menguntungkan
sehingga memperburuk tekanan emosional seperti fungsi yang dikompromikan dan
mereka. Kemudia hasil penelitian Brenner, regulasi perilaku yang melemah. Ini
Somer & Abu-Rayya (2021), “Personality memiliki kesamaan dengan kecanduan zat
Traits and Maladaptive Daydreaming: tetapi telah memunculkan konsep non
Fantasy Functions and Themes In a Multi kecanduan zat “perilaku”. Beberapa
Country Sample” menunjukan bahwa karakteristik MD memiliki kesamaan
melamun maladaptive memiliki peran dengan gangguan kleptomania dan
kompensasi dalam mengatur kebutuhan pyromania, karena individu dengan
pribadi yang tidak terpenuhi. Bila gangguan ini telah kehilangan kendali,
dikaitkan dengan tugas perkembanganya, memiliki dorongan yang tak tertahankan
individu merasa tidak penting berusaha untuk melakukan tindakan disfungsional,
semaksimal mungkin untuk memenuhi
182 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

dan akibatnya dapat membahayakan diri suatu kebermaknaan hidup. Hasil


mereka sendiri. penelitian Anissa & Handayani (2012),
yang berjudul “Hubungan Konsep Diri
Pembentukan konsep diri individu
Dan Kematangan Emosi Dengan
tidak hanya diperoleh dari dalam diri
Penyesuaian Diri Istri Yang Tinggal
sendiri akan tetapi adanya proses interaksi
Bersama Keluarga Suami” menunjukan
seseorang dengan lingkungannya juga
jika konsep diri istri termasuk kategori
sangat mendukung membangun konsep
tinggi, hal ini menunjukan bahwasanya
diri tersebut. Konsep diri merupakan hal-
istri memiliki konsep diri sangat baik, hal
hal yang penting bagi kehidupan
tersebut memberikan pengaruh terhadap
seseorang, oleh karena itu individu harus
proses berpikir sehingga individu
bisa menempatkankan konsep diri yang
menunjukan perilaku positif dalam bentuk
dimiliki dengan tindakanya supaya bisa
seperti mengharapkan sesuatu yang nyata,
sesuai pada lingkungan sekitarnya (Abidin
yakin akan kemampuan dan keterampilan
& Imadduddin, 2021). Dalam hal ini
yang dimiliki kemudian akan merasa setara
konsep diri sangat berperan memotivasi
dengan orang lain.
tingkah laku, dalam mengintegrasikan
tugas perkembangan dan mencapai Pada fase dewasa awal konsep diri
kesehatan mental. telah menunjukan gambaran positif, seperti
pada beberapa penelitian diatas
Sikap seseorang termanifestasi dari
menunjukan konsep diri positif pada masa
konsep diri yang dimiliki, bila orang
dewasa yang dipengaruhi berbagai faktor
tersebut mempunyai konsep diri positif
baik internal maupun ekternal, akan tetapi
maka dapat mengatasi permasalahan secara
tentu berbeda keadaanya dengan individu
realistis dan tidak bertentangan dengan
yang mengalami MD. Diantara kajian yang
aspek pribadi serta sosial, begitupun
penulis temukan, tema utama mengenai
sebaliknya, jika mempunyai konsep diri
maladaptive daydreaming disamarkan
negatif akan mengalami kesulitan dalam
dengan tipis, seperti membahas mengenai
mengatasi permasalahanya secara mandiri
perilaku terisolir, stress, ataupun keadaan
(Handayani, 2012).
traumatis individu. Sehingga menjadi
Pada fase dewasa seharusnya urgent untuk dibahas dengan maksud agar
konsep diri telah menunjukan gambaran memudahkan para akademisi dan praktisi
positif, seperti dalam penelitian Fatimah bidang psikologi dalam mengidentifikasi
(2013) “Dinamika Konsep Diri Pada gangguan psikologis MD dan gambaran
Orang Dewasa Korban Child Abused” konsep diri yang dimiliki serta
menunjukan bahwa sesudah subjek karakteristik-karakteristik yang terdapat
beranjak dewasa, konsep diri akan pada individu dewasa awal. Oleh karena
terbentuk pada kedua subjek adalah konsep itu memerlukan kajian mendalam agar
diri yang baik. Konsep diri tersebut dapat memahami kompleksitas dan
terbentuk karena adanya bantuan dan keterkaitan diantaranya, perilaku
motivasi dari orang lain. Menurut Ma’ruf maladaptif merupakan cerminan dari
(2019), seseorang dengan konsep diri yang rapuhnya jiwa terlebih lagi di puncak
positif memiliki pemikiran optimis periode perkembangan merupakan suatu
terhadap kelemahan dan kekuatan yang kondisi krusial, yang apabila individu
dimiliki, berusaha melaksanakan peranya gagal dalam masa sebelumnya dan masa
didalam lingkungan keluarga dan dewasa ini kemungkinan akan berdampak
lingkungan masyarakat, serta mampu pada perkembangan dimasa yang
menghadapi masalah dengan sikap selanjutnya.
bijaksana, merupakan penerapan nilai-nilai Berangkat dari kekhawatiran
penghayatan sebagai salah satu nilai dalam tersebut diperlukan sebuah kajian tentang
merefleksikan diri agar dapat mencapai seperti apa konsep diri yang dimiliki,
183 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

karena konsep diri merupakan hal penting dimiliki terhadap tugas perkembangan
yang menentukan bagaimana seseorang dewasa awal individu.
bertindak dalam berbagai situasi. oleh
Pada penelitian ini pengumpulan
karena itu riset ini bermaksud untuk
data menggunakan metode wawancara,
memahami bagaimana konsep diri pada
yang penulis lakukan adalah wawancara
masa dewasa awal yang mengalami
terbuka berdasarkan pedoman wawancara
gangguan psikologis maladaptive
yang telah disusun dalam usaha
daydreaming. Dan bagaimana dampak
pengumpulan data yang diperlukan dalam
konsep diri yang dimiliki terhadap tugas
penelitian. Teknik pengumpulan data yang
perkembangan dewasa awal.
dipakai penulis lebih menekankan pada
teknik wawancara mendalam. Almanshur
METODE (2016), mengemukakan bahwa wawancara
Subjek dalam penelitian ini adalah mendalam merupakan teknik pengumpulan
dua orang dewasa awal yang berumur 18- data yang khusus penelitian kualitatif.
40 tahun, teknik pengambilan sumber data Dengan wawancara mendalam tersebut
untuk mendapatkan informasi yang penulis mencoba memahami hal yang
diperlukan penulis menggunakan berkaitan dengan psikis individu berkenaan
purposive sampling sehingga subjek dengan konsep diri seperti bagaimana
ditentukan melalui kriteria individu dengan pemahaman dan perasaan individu tentang
gangguan psikologis maladaptive diri sendiri.
daydreaming yaitu perilaku yang
menunjukan melamun berlebihan dalam Penulis dalam penelitian ini juga
kehidupan sehari-hari karena dengan menggunakan observasi, dengan teknik
kriteria ini peneliti dapat melihat sejauh pengumpulan data tersebut penulis
mana masalah tersebut mempengaruhi meneliti tentang yang bersifat fisik seperti
dewasa awal. ruang, tempat, pelaksana, barang-barang,
dan sebagainya. maupun non fisik seperti
Tipe yang dipakai adalah penelitian tujuan, perasaan, emosi dan lain-lain
kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dengan turun ke lapangan sehingga
hal tersebut sesuai dengan tujuan memperoleh hasil yang lebih kompleks.
penelitian yakni agar dapat memperoleh Menurut Almanshur (2016), Metode
pemahaman yang mendalam mengenai observasi merupakan cara yang sangat
konsep diri pada masa dewasa awal yang tepat untuk menilai sikap subjek penelitian
mengalami maladaptive daydreaming. dengan melihat langsung maka kebenaran
Menurut Moleong (2017), metode suatu informasi dapat teruji sehingga data
kualitatif ini digunakan karena beberapa yang didapatkan akan lebih akurat seperti
pertimbangan diantaranya, metode ini sikap dalam lingkungan dan ruang, waktu
menyajikan secara eksplisit hakikat atau keadaan tertentu.
hubungan antara seorang peneliti dan
responden. apabila berhadapan dengan Selain menggunakan observasi dan
kenyataan jamak lebih mudah untuk wawancara penulis juga menggunakan
disesuaikan menggunakan metode ini, oleh pengumpulan data melalui dokumentasi
karena itu metode kualitatif lebih mudah untuk mendukung data yang diperoleh dan
menyesuaikan diri dan lebih sensitif melengkapi kekurangan dengan tambahan
dengan banyak penajaman pengaruh informasi dari dokumentasi terhadap
bersama terhadap pola-pola nilai yang subjek, Peneliti berusaha mendapatkan
dihadapi. Penggunaan studi kasus dalam keterangan yang bersumber pada dokumen
penelitian ini dianggap sangat cocok bagi dan, mencatat keterangan yang diperlukan
penulis karena diharapkan dapat seperti gambar disaat subjek melamun
mendalami dampak konsep diri yang dalam keseharian dan tulisan dalam bentuk
status medsos. Berdasarkan penjelasan
184 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

Sugiyono (2013), Dokumen bisa berbentuk sistematis. Analisis data dalam penelitian
catatan, video, foto atau karya di masa lalu ini dilakukan secara terus menerus dan
dari seseorang. interaktif sampai tuntas sehingga datanya
sampai jenuh dan data tidak bias.
Penelitian yang penulis lakukan
dimulai pada tanggal 23 Maret 2021, Peneliti memakai teknik triangulasi
berawal dari adanya informasi oleh untuk mendapatkan hasil penelitian ini
masyarakat mengenai masalah perilaku lebih objektif sehingga hasil penelitian ini
melamun berlebihan yang menghambat benar-benar dapat dipertanggung jawabkan
perkembangan individu seperti kehilangan kebenarannya. Moleong (2017),
tujuan dan semangat dalam menjalani menjelaskan bahwa teknik triangulasi
kehidupan. Perilaku tersebut membuat merupakan salah satu teknik pemeriksaan
kekhawatiran bagi orang terdekatnya keabsahan data dengan menggunakan
sehingga penulis mencoba menghimpun sesuatu diluar data seperti perbedaan
informasi melalui wawancara kepada teknik yang digunakan dan perbedaan
beberapa sumber dengan mendatangi pihak nararumber untuk keperluan pengecekan
keluarga, teman sebaya, orang terdekat sebagai pembanding terhadap data yang
dari 2 subjek secara bergantian yang telah diperoleh. Penulis melakukan tahap
termasuk dewasa awal dan memiliki ini dengan membandingkan data yang
kriteria gangguan psikologis MD. telah didapatkan dengan cara observasi,
Kemudian penulis melakukan pendekatan wawancara dan dokumentasi untuk
dengan cara saling memperkenalkan menghasilkan berbagai pandangan serta
identitas diri, selanjutnya penulis mampu memperoleh pengetahuan yang
membangun rapport dan asesmen berupa mendalam.
observasi serta wawancara terhadap
masing-masing subjek yakni subjek HASIL DAN PEMBAHASAN
pertama berusia 32 tahun berjenis kelamin
Dari penelitian yang dilakukan
laki-laki dan subjek kedua 25 tahun adalah
penulis mengenai perilaku yang tampak
seorang perempuan. Observasi dan
dari kedua subjek menunjukan bahwa,
wawancara yang dilakukan kepada subjek
“subjek pertama seorang pria berinisial KP
dalam beberapa waktu hal ini bertujuan
yang mengalami gangguan MD,
agar mendapatkan data dan keterangan
ditunjukan dengan adanya perilaku mondar
yang factual di lapangan. wawancara
mandir saat melamun, mengangkat tangan,
terhadap subjek dilakukan sebanyak 3 kali
dan melihat objek dalam tatapan kosong
wawancara terhadap subjek kesatu dan 3
juga beberapa indikasi lainya yang
kali wawancara terhadap subjek kedua,
berkaitan erat dengan MD. Hampir dalam
tidak ada perbedaan dalam jumlah
berbagai aktivitas dapat membuat subjek
wawancara tetapi observasi terhadap
melamun, seperti saat sedang sendiri,
subjek lebih dari 3 kali dan dilakukan tidak
mendengarkan musik juga saat menonton
hanya ketika wawancara dalam kegiatan
TV subjek terlihat melamun dan tidak
ini penulis dibantu beberapa pihak yakni
dapat konsentrasi saat diajak seseorang
orang terdekat subjek seperti keluarga dan
bicara. aktivitas melamun hampir sangat
teman.
sering dan bahkan sampai berjam-jam
Pada tahap awal setelah data dalam sehari”. (observasi/23/03/2021/KP)
diperoleh, penulis mengklasifikasikan data
Tidak berbeda jauh dari subjek
berdasarkan tema yang telah ditentukan
pertama, “subjek kedua berinisial JS
agar menjadi spesifik dan mempermudah
merupakan seorang wanita yang
melakukan langkah selanjutnya yakni
mengalami MD sejak masih duduk
menyajikan data dalam bentuk naratif serta
dibangku sekolah, berdasarkan keterangan
melakukan penarikan kesimpulan secara
informasi yang diperoleh peneliti, aktivitas
185 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

melamun dialami oleh subjek ini lantaran ketidakmampuan dalam menyesuaikan


orang tuanya dulu sering bertengkar dan diri, merasa tidak memiliki potensi dan
telah bercerai. Kebiasaan melamunya lebih kemampuan, sehingga tidak bekerja dan
dari 1 jam dalam sehari”. hanya dirumah, tujuan hidup yang dimiliki
(observasi/13/04/2021/JS) tidak jelas, tidak mempunyai pandangan
positif tentang dirinya, tidak melakukan
Durasi lamunan dari setiap subjek
apa-apa, merasa sudah berumur dan tidak
yang lama dikarenakan berbagai
cocok untuk melanjutkan studi, serta tidak
permasalahan yang dialami di masa lalu,
mempunyai kepercayaan diri untuk
yang menjadikan subjek trauma, akan
melakukan pekerjaan. Dilema dalam
tetapi untuk menghindari kehidupan nyata
menentukan tujuan hidup KP diungkapkan
yang dialaminya, sehingga melakukan
dalam kutipan berikut: “kedepanya, saya
pelarian dan menggunakan fantasi untuk
tidak berharap untuk melanjutkan kuliah
mengalami sesuatu yang tidak bisa
karena usia sudah 32 tahun, dan saya tidak
diterapkan dalam kehidupan nyata atau
yakin untuk melakukan pekerjaan, bingung
menjalani alternative jalan yang sangat
dalam memilih pekerjaan apa yang cocok
diharapkan.
untuk dilakukan, begini saja dulu saya
Subjek KP mengalami kegagalan sudah enak”. (wawancara/06/04/2021/KP)
saat kuliah, meski sangat ingin untuk
Cara pandang yang dimiliki oleh
menyelesaikan kuliahnya namun hal
subjek mendorong kecenderungan untuk
tersebut kurang didukung dan dimotivasi
mengarah ke perilaku yang negatif, berada
oleh keluarganya, terutama orang tuanya
dalam lingkungan yang kurang mendukung
yang seakan tidak percaya akan
menyebabkan sulitnya mengantarkan
kemampuan yang dimiliki oleh anaknya
subjek untuk bisa beradaptasi
tersebut, sehingga subjek dipanggil pulang
dilingkungan yang baik, lingkungan
dari perantauan menuntut ilmu, saat berada
dimana pada usianya telah stabil secara
di rumah KP merasa kesepian karena
spiritual, lingkungan produktif dan dapat
teman-teman diusianya telah sibuk dalam
mendukung kreativitas sehinga potensi-
berbagai urusan seperti pekerjaan ataupun
potensi dalam diri bisa disalurkan.
yang lainya menyebabkan sulitnya untuk
berkomunikasi. Adapun keterangan Pada subjek JS mengalami
tersebut didapat melalui hasil wawancara kesedihan yang mendalam atas kekacauan
dengan subjek yang mengatakan bahwa: keluarga, perceraian orang tua atau broken
“saya tidak memiliki banyak teman untuk home, dan subjek merasa tidak ada
bisa diajak bicara, rasanya kesepian ketika keharmonisan dalam keluarganya, tidak
menelpon teman lama tetapi mereka tidak disayangi oleh orang tuanya membuatnya
mengangkatnya, melamun membuat saya merasa tidak dihargai, tidak mempunyai
merasa apa yang sedang saya inginkan, semangat saat melakukan sesuatu
melupakan saat dimana saya harus pulang sehingga hanya kesepian mendalam yang
ke rumah karena orang tua tidak percaya membuatnya sering melamun. JS
bahwa saya masih aktif kuliah yang mengungkapkan permasalahanya saat
akhirnya membuat saya kehilangan diwawancarai bahwa: “orang tua sering
segalanya, hanya bisa mengingat saat bertengkar pada waktu saya SMP kelas
dimana saya berkumpul bersama teman- VIII lalu bercerai waktu saya masuk SMA,
teman organisasi mahasiswa dan ayah telah menikah lagi dan sekarang saya
membantu penanggualan bencana”. tinggal bersama ibu dan adik, saya kecewa
(wawancara/30/03/2021/KP) tidak bisa seperti orang lain yang
mendapatkan kasih sayang sepenuhnya,
Seiring waktu keadaan tersebut
semenjak itu saya lebih sering menyendiri,
membawanya terlarut sehingga sering kali
dalam melamun saya merasa lebih nyaman
melamun, dan mengalami
186 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

dari pada harus merasa apa yang terlalu Pada masa dewasa awal individu
menyakitkan bagi saya”. diharapkan mampu berdiri sendiri
(wawancara/20/04/2021/JS) memperjuangkan kehidupanya dan
menghadapi berbagai problematika sebagai
Subjek mulai perlahan kehilangan
contoh, perubahan yang tidak pasti dalam
teman sebayanya ketika telah lulus
berbagai aspek kehidupan, kemandirian
sekolah, meski begitu kebiasaan melamun
ekonomi yang tidak bagus, serta
yang dialaminya telah dimulai saat masih
persaingan kehidupan di berbagai bidang
sekolah. Orang terdekat subjek juga
yang keras mempersempit kesempatan
menyadari keseringan melamun yang
individu untuk memperoleh kesempatan
dilakukan dan menyela lamunanya, akan
hidup yang layak dapat berujung frustasi
tetapi subjek lebih sering menyendiri saat
dan stress pada individu (Wahyudi,
melamun, tanpa diketahui orang lain
Winarsunu, & Amalia, 2019).
karena subjek merasa malu jika diketahui.
Menjadi dewasa juga mempunyai
Ketidakmampuan yang dihadapi
tantangan tersendiri yakni sering
oleh subjek JS terhadap kenyataan yang
dipersepsikan sebagai masa sulit bagi
dialaminya, seringkali membuatnya
seorang individu karena pada masa ini
menghindar dari orang lain, pergi jika
seseorang dituntut untuk melepaskan
melihat kemarahan dan tidak sanggup
ketergantungan terhadap orang
melihatnya, tidak mempunyai opimisme
disekelilingnya dan berusaha semaksimal
untuk menghadapinya sehingga tidak
mungkin untuk menjadi mandiri. Masa
mampu mencapai harapan yang menjadi
transisi dari remaja ke dewasa adalah
lamunanya. Hal ini menyebabkan sulit
sebuah transisi yang rumit. Ada berbagai
untuk mendapatkan kemajuan-kemajuan
stressor yang menuju kepada beragam
dalam diri sendiri dalam kehidupan yang
kesulitan. Dengan begitu individu merasa
dijalaninya. Seperti kutipan wawancara
terjebak dan kehilangan tujuan dalam masa
berikut: “sebenarnya saya tidak nyaman
dewasanya. Individu akan sadar sulitnya
berada disekitar orang, dan juga jarang
menghadapi kehidupan, beratnya
bergaul dengan teman-teman disekitar
mengelola emosi, hingga mulai
rumah, hampir setiap hari menghabiskan
memperdebatkan apakah kehidupan yang
waktu dirumah dengan tenang tanpa
akan dijalaninya telah berada di jalan yang
kebisingan. Tidak banyak yang dapat saya
baik atau buruk (Herawati & Hidayat,
lakukan tanpa dukungan dan perhatian
2020). Pernyataan tersebut didasarkan
orang tua juga keadaan ekonomi yang
pada banyaknya variablitas dalam periode
cukup sulit”. (wawancara/27/04/2021/JS).
kehidupan manusia. Ketika membahas
Kedua subjek tersebut mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang
konsep diri yang negatif, akibatnya terjadi pada masa dewasa muda, banyak
mengalami kesusahan menghadapi pilihan dan perubahan dibandingkan
kenyataan terhadap tugas perkembangan, dengan periode kehidupan lainya, saat
seperti pekerjaan, ataupun menjalin relasi dimana seseorang berjuang dalam
dengan orang lain. sulit menentukan tujuan keraguan tentang pekerjaan, keluarga,
hidup di usianya. Jika individu gagal situasi hidup dan lain sebagainya.
dalam masa sebelumnya dan masa dewasa
Ciri-ciri pola pikiran, perasaan, dan
ini berdampak negatif pada perkembangan
perilaku, relatif bertahan lama
dimasa selanjutnya. karena konsep diri
membedakan individu satu dari individu
merupakan hal penting yang menentukan
yang lain, Menunjukan adanya perubahan
bagaimana seseorang bertindak dalam
yang sangat luas selama dewasa awal.
berbagai situasi.
Orang dewasa cenderung berubah dalam
arah kedewasaan yang lebih baik, namun
187 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

beberapa gagal dalam menyesuaikan diri Perilaku yang ditunjukan oleh


untuk tren ini. Berkenaan dengan dewasa seseorang tidak semuanya maladaptif.
awal, berkumpul pada tiga temuan. Yakni Perilaku negatif belum tentu dapat dapat
berupa, 1. Faktor genetik pada kepribadian dikatakan maladaptif, hal ini terkait dengan
cukup besar pada semua usia sepanjang ruang dan waktu dan budaya serta adat
hidup, tetapi mencapai puncaknya selama istiadat dimana perilaku tersebut
masa dewasa awal, 2. Pengaruh ditunjukan. Adapun perilaku maladaptif
lingkungan menjadi lebih penting dan mempunyai ciri-ciri berupa, 1. Bentuk
semakin stabil pada masa dewasa awal, 3. tingkah laku yang tidak baik bagi diri
Genetik dan lingkungan berkontribusi pada sendiri, dan orang lain disekitarnya, 2.
stabilitas dan perubahan sifat kepribadian Bentuk tingkah laku yang nampak sebagai
(Bleidorn, 2015). Terlepas dari faktor kesalahan respon terhadap sesuatu, 3.
genetik dan lingkungan serta kompleksitas Bentuk tingkah laku yang menunjukan
efeknya studi tersebut belum spesifik ketidakmampuan individu dalam
membahas pengaruh yang terlihat. Pada menghadapi berbagai tugas perkembangan
uraian hasil di atas terdapat tambahan yang semestinya mampu dilaksanakan, 4.
perspektif dalam menjawab apakah faktor Bentuk tingkah laku yang menunjukan
lain dapat memicu perubahan pada masa ketidakmampuan individu dalam
dewasa awal terkhusus pada konsep diri menghadapi tuntutan dari lingkunganya.
dan mendalami bagian mana dari peran
Orientasi positif yang berkelanjutan
sosial atau lingkungan berpengaruh
dari kesehatan mental orang dewasa yang
terhadap diri individu.
nampak berupa, pembentukan identitas,
Secara subjektif terdapat dua pencapaian pendidikan, hubungan sosial,
bentuk perilaku, diantaranya adalah dan bidang perkembangan lainya agak
perilaku yang sesuai dengan norma-norma tergantung pada sejauh mana kecocokan
yang berlaku dan diharapkan di suatu atau ketidaksesuaian antara individu dan
lingkungan tertentu kemudian disebut sumber daya dirinya serta tantangan
sebagai perilaku adaptif, sedangkan lingkungan yang dihadapi. Jika transisi,
kebalikanya adalah perilaku yang dari remaja ke dewasa memberikan
menyimpang dari norma-norma yang tantangan sebagai tahapan dari
berlaku di suatu tempat tertentu dan lantas perkembangan dan orang dewasa mampu
disebut perilaku maladaptif. Perilaku menavigasi tantangan itu, maka tahapan
maladaptif tersebut dapat memunculkan perkembangan orang dewasa akan
asumsi dan stigmatisasi masyarakat bahwa meningkat. Namun apabila jika transisi
individu yang berperilaku maladaptif dengan tantangan yang sama tidak cocok
adalah individu yang tidak sehat secara dengan kemampuan yang dimiliki orang
batiniah atau psikis (Ramadhan & dewasa tersebut atau kurangnya dukungan
Syahruddin, 2019). Perilaku maladaptif dari berbagai sumber daya maka tahapan
sangat sering tidak dilihat sebagai respons perkembangan akan terganggu,
perilaku terhadap rasa sakit, mengakibatkan kurang pencapaian atau
ketidaknyamanan atau kebimbangan tetapi kemajuan perkembangan sepanjang umur
lebih sering dilihat sebagai ekspresi (Wood, et al., 2018). Orang-orang yang
kemalasan, kecenderungan mengganggu, dapat membentuk sebuah hubungan yang
dan kurangnya pertimbangan sehingga mendukung akan menuai keuntungan
akan mengasingkan individu dari teman secara emosional, sementara mereka yang
sebaya atau individu lain, juga dapat tidak dapat mempertahankan hubungan
menjadi masalah dalam relasi sosial social dan tidak memiliki hubungan
seseorang. Perilaku tersebut sangat erat dengan profesional mungkin mengalami
dengan gangguan mental, mood dan isolasi diri. Bagi orang dewasa
kepribadian. mengembangkan kualitas psikososial yakni
188 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

dengan menyelesaikan konflik tahapan aktivitas sehari-hari. Tetapi dalam halnya


perkembanganya hal tersebut merupakan MD gejala umumnya hanya berupa tingkat
peristiwa besar yang terjadi di setiap titik lamunan seperti berupa cerita detail
perkembangan. memiliki karakter alur konflik, dll. Dan
terkadang penderita tidak konsentrasi saat
MD adalah kecenderungan untuk
menanggapi sapaan dari lawan bicaranya
berfantasi atas keinginan yang tidak dapat
karena terlalu asik dalam lamunan.
terpenuhi di dunia nyata, biasa disebabkan
Melamun dan menampakan wajah seperti
oleh faktor genetik dan lingkungan juga
tersenyum, bahagia dan ekspresi lainya.
bisa berupa trauma masa lalu. Penderita
MD menyadari bahwa lamunanya Meskipun MD mungkin memiliki
bukanlah hal nyata melainkan hanya asal-usulnya sebagai normal, menghibur,
sebuah khayalan yang ada dalam pikiranya dan bentuk koping yang nampaknya tidak
sendiri. berbahaya aktivitasnya yang intensif dalam
menghadapi stresor utama mengakibatkan
Melamun maladaptif sering
kemunduran yang nyata dalam berbagai
dijadikan pelarian dari keadaan hidup yang
fungsi psikososial. Gangguan MD sangat
menyedihkan dan memicu kecemasan,
memerlukan pencegahan dan pengendalian
serta depresi tetapi juga dapat
perilaku mental adiktif ini dan gejolak
menyebabkan bahkan memperburuk
gangguan psikososial yang dihasilkan
gangguan depresi, yang pada giliranya
(Somer, et al., 2020).
akan meningkatkan motivasi untuk sering
melamun. Melamun maladaptif sering Dari uraian diatas pada kedua
digambarkan bersifat sebagai perilaku subjek tersebut menunjukan kesamaan
yang terus berlanjut, meski berdampak dengan keterangan subjek dari hasil
buruk terhadap kesehatan, hubungan atau penelitian Pietkiewicz et al. (2018), bahwa
pekerjaan. Gangguan sulit memusatkan subjek menghabiskan sebagian besar
perhatian adalah konsekuensi dari begitu waktunya untuk melamun secara
banyak perhatian beralih ke lamunan dan berlebihan dan kompulsif, yang memberi
dunia batin (Ross, Ridgway, & George, berbagai perasaan. Mencari kesendirian
2020). dan kondisi yang mendukung ia untuk
membenamkan dirinya dalam dunia
Beberapa elemen yang
fantasinya. Ia menyadari bahwa melamun
berkecenderungan memisahkan diri dari
semakin menguras lebih banyak waktu dan
kelompok, khususnya, 1. Pelepasan dari
energy.
realitas internal yang mendukung
pengalaman internal, 2. Penyerapan Berdasarkan kenyataan yang
keadaan perhatian penuh, 3. Melalui dialami oleh kedua subjek tersebut dan
lamunan mereka, individu untuk sementara telah diuraikan sebagaimana adanya diatas,
waktu mengadopsi identitas alternatif (non menunjukan bahwa kedua subjek
diri), memerankan perilaku atau dialog mempunyai konsep diri negatif. Konsep
karakter dalam pikiran mereka. Beberapa diri negatif tersebut terjadi pada masa
potensi gejala psikopatologis yang dewasa diakibatkan kurangnya motivasi,
berhubungan dangan MD antara lain: perhatian, dukungan dari orang
disosiasi, gejala obsesif kompulsif, depresi, terdekatnya terutama keluarga. Leonard
kecemasan dan sosial kecemasan (Soffer- dalam Hartuti (2015), mengemukakan
Dudek, 2018). bahwa konsep diri merupakan tanggapan
individu terhadap dirinya dan merupakan
Melamun bisa saja terjadi karena
landasan dasar untuk beradaptasi, konsep
seseorang sedang mencari ide baru dalam
diri bukanlah faktor yang dibawa sejak
kegiatanya sehari hari, atau sekedar
lahir tetapi melainkan bagian diri yang
menenangkan pikiran dari penatnya
terbentuk dari masa lalu individu melalui
189 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

apa yang telah individu alami sebagai hasil Konsep diri berkaitan dengan
dari suatu pengalaman, peristiwa, atau sejauh mana individu memiliki persepsi
situasi, dan yang sangat penting tentang yang jelas terhadap diri dan lingkunganya,
apa yang telah ditimbulkan oleh kondisi terdefinisi dengan baik, dan stabil dalam
sosial pada waktu tertentu terhadap konsep kehidupan sehari-hari, bukti terbaru
diri yang dimiliki. Dengan demikian menunjukan bahwa terdapat perbedaan
konsep diri merupakan suatu struktur yang tingkat stabilitas dilihat dari perspektif
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, jika gender, Usia mungkin juga berhubungan
keadaan lingkungan memberikan dengan stabilitas dalam konsep diri,
dukungan yang bersifat positif, maka pengalaman manipulasi eksperimental dari
individu akan memberikan semangat dan konsep diri efektif dalam meningkatkan
membuat dirinya cukup merasa berharga konsep diri pada individu berusia 18 tahun
sehingga timbulah konsep diri positif, tetapi tidak sama efektifnya dalam
begitu pula sebaliknya. Konsep diri meningkatkan konsep diri pada usia 30
seseorang dapat terbentuk melalui tahun (Lodi-Smith, et al., 2017).
pandangan orang lain terhadapnya
Fenomena tumpang tindih tugas
(cerminan dirinya), konsekuensi dari
tahapan perkembangan (keintiman dan
peristiwa tersebut dapat menjadikan
pembentukan hubungan selain menemukan
konsep diri positif dan konsep diri negatif,
identitas diri) di masa dewasa awal
tergantung bagaimana cara seseorang
sangatlah menantang. Hal tersebut
dalam memandang keadaan tertentu.
memaksa individu yang memasuki masa
Konsep diri adalah kombinasi dari dewasa untuk menghadapi tidak hanya
aspek diri psikologis, aspek diri moral, satu, tapi sejumlah tujuan yang ingin
aspek diri sosial, dan aspek diri fisik. dicapai dalam satu periode perkembangan.
Aspek psikologis diri yakni, meliputi Ketika individu memasuki dewasa
pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki dibebankan untuk mengambil tanggung
individu terhadap dirinya sendiri. Aspek jawab atas kehidupan sendiri dan untuk
diri fisik, berhubungan dengan penilaian mendapakan kendali atasnya. Oleh karena
diri individu terhadap segala sesuatu yang itu, mengatasi karakteristik perkembangan
ia miliki, seperti fisiknya, pakaianya, dan orang dewasa yang muncul memerlukan
benda-benda miliknya. Individu akan bantuan secara psikologis mengenai
menilai segala sesuatu yang dimilikinya kemampuan mereka untuk membentuk
sehingga memenuhi harapan yang hubungan positif dengan orang lain serta
diinginkanya, ketika harapan tersebut tidak menjadi penting untuk merancang
terpenuhi maka individu akan berusaha hubungan yang layak (Nowakowska,
menutupinya. Kemudian aspek diri sosial 2020).
menggambarkan peran sosial yang
Peran keluarga dalam membentuk
dimainkan oleh individu dalam lingkup
konsep diri sangatlah besar, individu yang
sosial mereka dan sejauh mana penilaian
dibesarkan dangan dukungan moril yang
individu terhadap peran itu. Yang terakhir
dikit, kurangnya motivasi dan perilaku
adalah aspek moral diri merupakan
negatif dari sekelilingnya terutama orang
sekumpulan nilai-nilai dan prinsip yang
yang terdekat individu memberi
memberikan makna dan arah dalam
kecenderungan individu kearah konsep diri
kehidupan individu yang memandan nilai-
yang negatif. Ditambah lagi dengan
nilai moral etika itu sendiri. Aspek moral
gangguan MD sangat menghambat
meliputi kejujuran, tanggung jawab ata
perubahan individu kearah konsep diri
kegagalan pengalaman, religiusitas, dan
positif yang pada umumnya dimiliki orang
kesesuaian antara perilaku dengan norma-
dewasa. Di periode kehidupan yang penuh
norma yang ada dalam masyarakat
dengan perubahan, kekuatan terdapat pada
(Hartuti, 2020).
190 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

mereka yang bertindak, terutama mereka mengalami MD dan disertai dengan


yang bertindak dengan ketekunan terhadap konsep diri negatif cenderung lebih stress
realitasnya akan tetapi hal tersebut ketika mengahadap realiita, karena hal
dipengaruhi faktor pribadi dan sosial. tersebut menciptakan pengalaman dimana
Sumber motivasi dapat dialami baik dari mereka tidak memiliki kemampuan untuk
internal maupun dalam bentuk ekternal mencapai tujuan yang telah mereka
individu, motivasi juga tergantung pada tetapkan sendiri serta penurunan
persepsi individu yang stabil. kecenderungan untuk memanfaatkan
peluang, berbeda dengan manusia normal
Acocella dalam Kiling (2015),
dengan konsep diri positif yang terbiasa
menerangkan bahwa konsep diri negatif
menghadapi realita.
dibedakan atas dua jenis. pertama,
perspektif negatif individu tentang kondisi Konsep diri sangat penting untuk
dirinya dan menganggapnya sangat kacau, dipahami bukan hanya pada masa dewasa
tidak memiliki perasaan yang peka serta awal, tetapi juga saat sebelumnya sebagai
merasa ketidakberdayaan dalam hidupnya, persiapan masa dewasa, konsep diri negatif
individu tersebut sungguh-sungguh tidak yang dimiliki subjek dipengaruhi berbagai
mengerti dirinya, tidak mengetahui aspek yakni, trauma yang dialami,
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki kurangnya perhatian, motivasi dan
atau tidak mengetahui hal yang semestinya dukungan oleh keluarga serta keadaan
dihargai dalam hidup. Kedua, perspektif psikis yang tidak stabil. Hal ini berarti
yang terlampau keras tentang dirinya, individu harus didorong untuk memahami
stabil dan sistematis. Dalam hal ini, siapa dirinya, dan bagaimana seseorang
individu menentukan peraturan yang cukup terjun ditengah masyarakat dan memahami
sulit atas dirinya sehingga sedikit saja tidak diri sendiri. Tentunya dalam hal ini
dapat menerima perubahan atau individu harus dikenalkan konsep diri
penyimpangan dalam hidupnya, hal positif. Agar tidak terjadi kekacauan
tersebut bisa saja terjadi sebagai dampak identitas dan dapat menjalani tahap
dari didikan yang sangat sulit dan perkembangan dengan baik.
kepatuhan yang sangat formal. Orang tidak perlu akurat tentang
penilaian konsep diri mereka, untuk
Masuk akal apabila terdapat
menunjukan konsep diri, asalkan konsep-
perspektif yang menyatakan bahwa konsep
konsep itu dapat diakses, konsisten dan
diri yang negatif merupakan gejala dari
stabil, serta orang-orang merasa percaya
konflik atau kisah hidup yang tidak
diri dan jelas tentang siapa mereka,
koheren dan bahwa efek dari pemahaman
mengetahui siapa seseorang sebenarnya,
diri ini adalah perasaan tidak berharga,
tanpa kebingungan atau konflik dan
stres, dan atribusi yang negatif. Konsep
dengan beberapa derajat stabilitas, dapat
diri yang lebih rendah dapat menyebabkan
menjadi sumber positif bagi diri sendiri
perasaan rendah diri, dan berhubungan
(Zaw, 2021).
dengan penurunan interinsik dan gaya
koping, dan kualitas hubungan yang buruk.
Konsep diri negatif terkait dengan aspek KESIMPULAN DAN SARAN
kehidupan seperti, kepuasan hidup, fungsi Berdasarkan pembahasan yang
sosial, keuangan dan pekerjaan, dan telah dipaparkan oleh penulis diatas, maka
kesusahan perkawinan. Bisa dikatakan dapat disimpulkan bahwa: Pertama, subjek
konsep diri negatif dihasilkan dari tekanan memiliki konsep diri negatif. Konsep diri
yang berlebihan dan luar biasa di semua negatif tersebut terjadi pada masa dewasa
bidang kehidupan bagaimanpun keadaan diakibatkan kurangnya motivasi, perhatian,
dan situasinya telah terbukti mengurangi dukungan dari orang terdekatnya terutama
konsep diri (Wong, 2018). Individu yang keluarga. Dalam hal ini peran oleh
191 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

keluarga dalam membentuk konsep diri Penulis berkeyakinan diluar dari


sangatlah besar, individu yang dibesarkan subjek penelitian masih banyak lagi
dangan dukungan moril yang sedikit, individu yang mengalami MD dan
kurangnya motivasi dan perilaku negatif berbagai masalah yang ditimbulkanya
dari sekelilingnya terutama orang yang karena permasalahan psikologis ini
terdekat individu memberi kecenderungan terkadang tidak terlalu nampak
individu kearah konsep diri yang negatif. dibandingkan dengan permasalahan
psikologis lainya oleh karena itu temuan
Kedua, dampak konsep diri negatif
dari penelitian ini dapat memberikan
yakni subjek mengalami kesulitan
masukan dalam perkembangan keilmuan
menghadapi realita dalam memenuhi tugas
selanjutnya terutama dalam
perkembangan, seperti pekerjaan, ataupun
mempersiapkan treatment ataupun
menjalin relasi dengan orang lain. sulit
intervensi konseling dari konselor maupun
menentukan tujuan hidup di usianya.
psikolog. Selain masukan dalam
Kurangnya rasa kebermaknaan hidup,
perkembangan keilmuan selanjutnya,
menghilangkan daya subjek untuk
penelitian ini berusaha memberikan
berjuang menghadapi permasalahan yang
masukan dan saran serta informasi kepada
terjadi, sehingga konsep diri merupakan
subjek agar dapat menambah wawasan
hal penting yang menentukan bagaimana
dalam memahami permasalahanya dan
seseorang bertindak dalam berbagai situasi
pentingnya konsep diri terhadap tugas
dan memahami kondisinya.
perkembangan individu. Kemudian
Dari hasil penelitian dan diharapkan juga bagi peneliti yang
kesimpulan yang telah diuraikan mengkaji tema terkait dimasa yang akan
sebelumnya penelitian ini memberikan datang agar dapat menambah khazanah
pemahaman mengenai perilaku keilmuan melalui perlakuan intervensi,
maladaptive daydreaming dan gambaran kajian mengenai bantuan psikologis berupa
konsep diri pada individu dewasa awal konseling dan terapi secara langsung
yang mengalaminya, akan tetapi (dukungan sosial profesional) Seperti
permasalahan psikologis tersebut terjadi Psikolog, Psikiater, dan Konselor. Selain
karena beberapa faktor sehingga itu kajian tentang dukungan sosial seperti
mempengaruhi tugas pekermbangan orang tua, teman sebaya, dan tetangga
individu. Dukungan sosial dari keluarga, (dukungan sosial non profesional) bagi
teman sebaya, dan orang terdekat lainya individu yang mengalami gangguan
sangat diperlukan dalam pembentukan psikologis maldaptive daydreaming.
konsep diri yang positif sehingga perilaku
negatif individu dapat diatasi.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, M. Z., & Imadduddin, I. (2021). Gambaran Konsep Diri Pengamen Jalanan. Jurnal
Al-Husna, 1(3), 182–192.
Ajhuri, K. F. (2019). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Yogyakarta: Penebar Media Pustaka, 135-136.
Almanshur, M. D. G. & F. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Ar-Ruzza.
Anissa, N., & Agustin, H. (2012). Hubungan antara konsep diri dan kematangan emosi
dengan penyesuaian diri istri yang tinggal bersama keluarga suami. Jurnal Psikologi:
PITUTUR, 1(1), 53–64.
Bigelsen, J., & Schupak, C. (2011). Compulsive fantasy: Proposed evidence of an under-
reported syndrome through a systematic study of 90 self-identified non-normative
192 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

fantasizers. Consciousness and Cognition, 20(4), 1634–1648.


Bleidorn, W. (2015). What Accounts for Personality Maturation in Early Adulthood.
Association For Psychological Science, 24(3), 245-252.
Brenner, R., Eli, S., Hisham, M. A-R. (2021). Personality Traits and Maladaptive
Daydreaming: Fantasy Functions and Themes In a Multi Country Sample. Personality
and Individual Diferences, 1-6.
Soffer-Dudek, N., & Eli, S. (2018). Trapped In a Daydreaming: Daily Elevation in
Maladaptive Daydreaming Are Associated With Daily Psychopatological Symptoms.
Frontiers In Psychiatry, 8. 1-14.
Fatimah, S. N. (2013). Dinamika konsep diri pada orang dewasa korban child abused.
EMPATHY Jurnal Fakultas Psikologi, 1(1).
Handayani, S. W. R. I. (2012). Konsep diri, stres, dan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 1(2).
Hartuti, P. M. (2015). Peran Konsep Diri, Minat dan Kebiasaan Belajar Peserta Didik
Terhadap Prestasi Belajar Fisika. Jurnal Formatif, 5(2), 91-99.
Hartuti, Fatwa, T., Muhammad, H. A., Rifa. N. A. (2020). Phsycal Self, Social Self,
Psychological Self, and Moral Self in Reflecting Self-Concept. International Journal
Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR), 50(1), 158-169.
Hartuti, P. M. (2015). Peran Konsep Diri, Minat dan Kebiasaan Belajar Peserta Didik
Terhadap Prestasi Belajar Fisika. Jurnal Formatif, 5(2), 91-99.
Herawati, I., & Hidayat, A. (2020). Quarterlife Crisis Pada Masa Dewasa Awal Di Pekan
Baru. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 5(2), 145-156.
Herlim, P. S. (2019). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Alexithymia Pada
Dewasa Awal. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Intani, Z. F., & Indati, A. (2017). Peranan Wisdom terhadap Subjective Well-Being pada
Dewasa Awal. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 3(3), 141–150.
Kiling, B. N., & Indra, Y. K. (2015). Tinjauan Konsep Diri dan Dimensinya Pada Anak dalam
Masa Kanak-Kanak Akhir. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1(2), 116-124.
Kurniawan, A. S., Swendra, C. G. R., & Yudani, H. D. (2019). PERANCANGAN FILM
PENDEK TENTANG PERLAKUAN TERHADAP BIPOLAR DISORDER DI
SURABAYA BAGI REMAJA USIA 17–23 TAHUN. Jurnal DKV Adiwarna, 1(14), 9.
Lodi-Smith, J., Seth, M. S., Kimberly, C., Brents W. R. (2017). Development of Identity
Clarity and Contentin Adulthood. Journal of Psychological and Social Psichology,
112(5), 755-768.
Ma’ruf, M. G. (2019). Hubungan Konsep Diri dan Self Control dengan Kebermaknaan Hidup.
Indonesian Psychological Research, 1(1), 11–24.
Moleong, L. J. (2017). Metode Peneltian kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Musetti, A., Christian, F., Luca, P., Maria, F. F., Emanuela, S., Elena, V., Corrado, Z., Maria,
C. Q., Vittorio, L., Giorgia, M., Daniela,L., Paola, C., Lidia, B., Roberto, C., Giuseppe,
P., Gianluca, C., Eli, S., & Adriano, S. (2021). Maladaptive Daydreaming in an Adult
Italian Population During the Covid-19 Lockdown. Frontiers in Psychology, 1-10.
Nowakowska, I. (2020). Prosociality in Relation to Developmental Tasks of Emerging
193 Jurnal Al-Qalb, Volume 12, No 2, September 2021

Adulthood. Psychologia Rozwojowa, 25(4), 15-20.


Pietkiewicz, I. J., Nęcki, S., Bańbura, A., & Tomalski, R. (2018). Maladaptive daydreaming
as a new form of behavioral addiction. Journal of Behavioral Addictions, 7(3), 838–843.
Ramadhan, F., & Syahruddin, A. (2019). Gambaran Coping Stress Pada Individu Bipolar
Dewasa Awal. Jurnal Psikologi Universitas Indonesia Timur.
Ross, A. C., M. A. Ridgway, J., & B.S. George, N. (2020). Maladaptive Daydreaming,
Dissociation, And The Dissociative Disorder. Psychiatric Reasearch And Clinical
Practice, 2(2), 53-61.
Putri, A. F. (2019). Pentingnya Orang Dewasa Awal Menyelesaikan Tugas
Perkembangannya. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 3(2), 35–40.
Sandor, A., Antal, B., Attila, N., Lilla, S. B., Judit, M. (2021). Attachment Characteristics
and Emotion Regulation Difficulties Among Maladaptive and Normal Daydreamers.
Current Psychology, 1-18.
Sari, N. L. K. R., Hamidah, H., & Marheni, A. (2020). Dinamika psikologis individu dengan
gangguan kepribadian ambang. Jurnal Psikologi Udayana, 7(2).
Somer, E. (2002). Maladaptive daydreaming: A qualitative inquiry. Journal of Contemporary
Psychotherapy, 32(2), 197–212.
Somer, E. (2018). Maladaptive Daydreaming Ontological Analysis, Treatment Rationale; a
Pilot Case Report. International Society For The Study of Trauma and Dissociation,
1(2), 1-22.
Somer, E., Hisham, M. AR., Adriano, S., Baris, M., Reut, B., Erika, F., Buse, G., Alessia, M.
(2020). Heighned Levels of Maladaptive Daydreaming Are Associated with COVID-19
Lockdown, Pre-existing Psychiatric Diagnoses, and Intensified Psychological
Dysfunctions: A Multi-Country Study. Frontiers in Psychiatry, 11, 1-11.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Alfabeta.
Wahyudi, Q. I., Tulus, W., Sofa, A. (2019). Kematangan Sosial dan Problem Focused Coping
Pada Laki-Laki Usia Dewasa Awal. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 7(1), 52-64.
Wijayanti, N., Fiqih, F. T. N., Pratama, M. R. A., Setyaningsih, R., & Syafitri, D. U. (2018).
Eksplorasi Jenis Permasalahan Klien Konsultasi Online: Potensi Pengembangan Media
Digital Dalam Pelayanan Kesehatan Mental. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 10(3),
210–218.
West, M. J., & Somer, E. (2020). Empathy, emotion regulation, and creativity in immersive
and maladaptive daydreaming. Imagination, Cognition and Personality, 39(4), 358–373.
Wong, A., E., Shrija, R. D., Shelley, R. H. (2018). Self-Concept Clarity Mediates the Effects
of Adverse Childhood Experiences on Adult Suicide Behaviour, Depression, Loneliness,
Pereivedd Stress, And Life Distress. Self and Identity, 1-20.`
Wood, D., et al. (2018). Emerging Adulthood as a Critical Stage in the Life Course, in
Halfon, N. (eds.), Handbook of Life Course Healt Development, 123-141. Switzerland,
Springer Nature.
Zaw, S., Mathew, B. (2021). Knowing Who I Am Depends On Who I've Become: Linking
Self-Concept Clarity and Temporal Self-Comparison, 1-15.

Anda mungkin juga menyukai