KLP 4 Tafsir Sosial
KLP 4 Tafsir Sosial
MAKALAH
Disusun sebagai bahan presentasi serta untuk
memenuhi Tugas mata kuliah “Tafsir Sosial”
Semester III Tahun akademik 2022
Oleh:
Kelompok 4
Dosen Pengampu:
Yusran, S.Th.I., M.Hum.
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam selalu
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Tafsir
Sosial. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca maupun penulis tentang analisis ayat tentang perubahan dalam suatu
masyarakat yaitu yang terdapat dalam QS. al-Anfal ayat 53 dan QS. al-Ra’d ayat
11.
dosen mata kuliah Tafsir Sosial. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kesalahan dalam penyusunan dan penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mohon maaf kepada para pembaca atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
terdapat dalam makalah ini. Penulis juga berharap para pembaca dapat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................17
B. Saran ................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
agar masyarakat tempat mereka menetap merupakan masyarakat yang ideal. Pada
umumnya warga masyarakat ingin agar perubahan yang terjadi pada masyarakat
mereka merupakan perubahan yang positif menuju kondisi yang lebih baik. Sama
Seperti kita ketahui sendiri, Al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat
firman-firman (wahyu) Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 Tahun 2 bulan 22
hari sebagai pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan
kelak.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami akan mencoba membahas Tafsir QS.
al-Anfal ayat 53 dan QS. al-Ra’d ayat 11 yang menjelaskan tentang salah satu
fungsi Al-Qur’an dari sekian banyak fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk agar
manusia bisa merubah keadaan dari yang buruk ke yang baik. Perubahan yang
terjadi diinformasikan oleh Allah Swt. hanya akan terjadi jika dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri, baik ke arah baik maupun ke arah buruk. Ketika suatu
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
س ِم ْيع
َ َّٰللا ٰذ ِلكَ ِبا َ َّن ه
ّٰللاَ لَ ْم يَكُ ُمغَ ِيِّ ًرا نِِّ ْع َمةً ا َ ْنعَ َم َها ع َٰلى قَ ْو ٍم َحتهى يُغَ ِيِّ ُر ْوا َما ِبا َ ْنفُس ِِه ْۙ ْم َوا َ َّن ه
ع ِل ْي ْۙم
َ
Terjemahan:
suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum
itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh, Allah Maha
2. Makna Mufradat
a. ُلَ ْم يَك
Kata ( ُ )لَ ْم يَكLam yaku/tidak akan pada mulanya berbunyi ( )لم يكنlam
mengubah apa yang terdapat dalam diri mereka” (QS. Ar-Ra’d: ayat 11).
Kedua ayat tersebut- ayat al Anfal dan ayat Ar-Ra’d itu berbicara
Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul Dan Hadits Shahih (Bandung: Syaamil Qur’an, 2010), hal. 184
3
4
berlaku bagi masyarakat masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.
menyangkut orang perorang atau individu. Ini dipahami dari penggunaan kata
b. نفس
Adapun kata nafs atau sisi dalam manusia, maka ia mengandung dua
hal pokok. Kalau kita ibaratkan nafs dengan satu wadah, maka nafs adalah
wadah besar yang didalamnya ada kotka/wadah yang berisi segala sesuatu
Apa yang telah dilupakan manusia dan yang sesekali muncul dan yang
dinamai oleh ilmuan, bawah sadar juga berada didalam wadah nafs, tetapi di
mengetahui yang rahasia dan yang lebih tersembunyi” (QS. Thaha (20); ayat
7).
Mengeraskan ucapan, salah satu aspek dari sisi luar manusia. Rahasia
adalah sisi dalam manusia yang disadarinya. Adapun yang lebih tersembunyi
adalah hal-hal yang telah dilupakan dan atau tidak diketahui lagi dan berada
dalam bawah sadar manusia. Orang lain dapat mengetahui yang pertama saja,
dan yang kedua, tidak yang ketiga. Hanya Allah yang mengetahui ketiganya.
menuntut tanggung jawab kamu menyangkut apa yang dilakukan oleh kalbu
Jika demikian tidak keliru jika dikatakan bahwa apa yang terdapat
dalam masyarakat adalah cerminan dari sisi dalam masyarakat itu sendiri,
sehingga jika mereka tidak senang terhadap sesuatu, maka mereka memiliki
potensi untuk mengubahnya, dan perubahan yang terjadi itu akan lahir sesuai
dtfigan sisi dalam mereka, bukan sisi dalam seorang atau sekelompok kecil
dari mereka.2
3. Penafsiran Ayat
a. Tafsir Jalalain
( على قوم هللا لم يك مغيِّرا نعمة أنغمهاAllah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu
apa yang ada pada diri mereka). Sehingga mereka sendiri mengubah nikmat yang
mereka terima kekafiran., seperti apa yang telah dilakukan oleh orang-orang kafir
mereka terhindar dari kelaparan, diamankan-Nya mereka dari rasa takut, dan
diutus-Nya Nabi Saw., kepada meraka. Itu semua mereka balas dengan kekafiran,
menghambat jalan Allah dan memerangi kaum mukminin. ( وأنِّ هللا سميع عليمDan
2
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2005), jilid 5, hal. 473-476.
3
Jalaluddin As-Suyuti & Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad al-Mahally, Tafsir Jalalain,
hal. 110.
6
b. Tafsir al-Misbah
Apa yang dialami oleh orang-orang kafir itu penyebabnya dijelaskan oleh
ayat ini. Al-Biqa’i yang dikenal sebagai seorang Mufassir memberi penelitian yang
sangat besar tentang hubungan antar ayat dan surah Al-qur’an, menghubungkan
ayat ini dengan ayat yang lalu, menurutnya bahwasanya siksaan baik menyangkut
dalam bentuk perbuatan yang nyata, tetapi Allah tidak melakukan itu karena
sunnah dan ketettapannya. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat
sedikit atau besar yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, tidak juga
hingga kaum itu sendiri yang terlebih dahulu mengubah apa yang ada pada diri
mereka sendiri, yakni untuk memperoleh nikmat tambahan mereka harus lebih
baik, sedangkan perolehan siksaan adalah akibat mengubah fitrah kesucian mereka
apapun yang disuarakan makhluk lagi Maha Mengetahui apapun sikap dan tingkah
laku mereka.
Inilah keputusan yang adil dalam memberi hukuman. Sebab Allah tidak
akan mengubah nikmat yang sudah dikaruniakan-Nya kepada suatu kaum berupa
nikmat itu. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui perbuatan mereka.4
4
Shihab M. Quraish, Tafsir al-Misbah, jilid 5, hal. 473.
7
merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan suatu kaum, maka
tidak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka
4. Kandungan
Menurut para Mufassir, isi kandungan Qs. Al-Anfal: 53 adalah upaya manusia
diperlukan agar apa yang dicita-citakannya dapat tercapai, karena Allah tidak
mengubah keadaan yang sudah ada jika manusia itu sendiri tidak berusaha melakukan
perubahan.6
5
M. Abdul Ghoffar E.M, Terj. Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4 cet. 2 (Bogor: Pustaka Imam
Syafi’I, 2003), hal. 65.
6
Nur Ayu Puspita, Skripsi “Implikasi Pendidikan Dari Qs. Al-Anfal Ayat 53 & Ar-Ra’du
Ayat 11 Tentang Upaya Manusia Dalam Menentukan Nasibnya”, (Bandung, 2012).
7
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid Dan Terjemahannya Dilengkapi
Dengan Asbabun Nuzul Dan Hadits Shahih, hal. 250.
8
2. Makna Mufradat
perubahan individu, ini dapat di pahani dari penggunaan kata: قوم: Masyarakat ِ
pada kedua ayat tersebut. Dari ayat itu pula dapat di tarik sebuah kesimpulan
bahwa perubahan sosial tidak dapat di lakukan oelh seoarang manusia saja,
memang perubahan bisa bermula dari seseorang yang ketika ia melontarkan dan
kemasyarakatan ini tidak hanya berlaku bagi kaum muslimin atau suku suku, ras
dan agama tertentu, tetapi ia berlaku umum, kapan dan dimanapun mereka
akhirat kelak, berrdasarkan firman Allah swt: “Setiap mereka akan datang
Pelaku yang pertama berbicar dengan Allah swt. Yang mengubah nikmat yang
hal ini masyarakat yang menjadi agen perubahan dalam diri mereka atau dalam
bahasa Al-Qur’annya dari kedua ayat tersebut adalah ما بانفسمapa yang terdapat
dalam diri mereka. Perubahan yang terjadi akibat campur tangan Allah atau yang
hal, seperti kekayaan dan kemiskinan, kesehatan dan penyakit, kemuliaan dan
9
masyarkat secara umum, bukan secara individu. Sehingga bisa saja ada di antara
menyangkut sisi dalam mereka yang tidak berubah. Tanpa perubahan ini,
mustahil akan terjadi perubahan sosial. Karena itu boleh saja terjadi perubahan
penguasa atau bahkan sistem, tetapi jika di dalam sisi dalam masyarakat tidak
paling pokok guna keberhasilan perubahan sosial adalah perubahan sisi dalam
manusi, karena sisi dalam manusia lahh yang melahirkan aktivitas, baik positif
maupun negatif, bentuk, sifat dan corak aktivitas itulah yang mewarnai keadaan
masyarakat, apakha positif atau negatif. Sisi dalam manusia dinamai ( ) نفسnafs,
bentuk jamaknya ( ) انفسanfus dan sisi luar yang dinamainya antara lain ()جسم
jism yang dijamak ( )اجسامajsam. Sisi dalam, tidak selalu sama dengan sisi luar.
Ini diketahui dan terlihat dengan jelas pada orang-orang munafik (baca QS. al-
Munafiqun [63]: 4). Jika kita ibaratkan nafs dengan sebuah wadah, maka nafs
adalah wadah besar yang di dalamnya ada kotak/wadah berisikan segala sesuatu
Apaapa yang telah dilupakan manusia namun sesekali dapat muncul dan yang
dinamai oleh ilmuwan “bawah sadar” yaga berada di dalam wadah nafs, tetapi
8
Shihab,M.Quraish, Tafsir AL-Misbah:pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an/M.Qurasih
shihab, hal. 572.
10
3. Asbabul Nuzul
Asababul nuzul ayat ini masih bersangkut paut dengan ayat yang ke 8 sampai
13 dan kemudian berhungan dengan ayat 31. Yaitu mengetengahkan hadist Imam
thabrani dan lain-lainnya mengetengahkan hadist melalui Ibnu Abbas r.a, bahwasannya
Arbad bin Qais dan Amir bin thufail berkata, “Haii Muhammad! Hadiah apakha yang
engkau berikan kepadaku, jika aku masuk islam?” Rasulullah saw menjawab "Engkau
akan mendapatkan sebagaimana apa yang didapat oleh kaum Muslimin yang lain, dan
engkau pun akan menerimaseperti apa yang mereka alami?" Lalu Amir berkata lagi,
saw. menjawab,"Hal tersebut bukan untukmu dan bukan untuk kaummu. "Lalu mereka
berduakeluar dari majelis Rasulullah saw. Setelah mereka keluar, lalu Amir
pedangmu?" Arbad setuju dengan usul tersebut, lalu keduanya kembali lagimenemui
Rasulullah saw.
melihat tingkahnya itudengan jelas, lalu beliau berlalu meninggalkan mereka. Maka
setelah itukeduanya pergi, dan ketika mereka berdua sampai di kampung Ar-Raqm,
9
Jalaluddin As-suyuthi, lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzul, atau sebab turunnya ayat
Al-Qu’an, Terj. Tim Abdul Hayyie (Gema insani), hal. 317-318.
11
4. Penafsiran Ayat
a. Tafsir Al-Azhar
Ayat 11 surah al-Ra’d ini merupakan ayat yang dikenal sebagai ayat
dianugerahkan Allah kepada umat manusia. Dengan akal budi inilah, menurut
manusia bukan berarti kekuasaan tanpa batas. Kekuasaan manusia itu tetap
berada dalam batas ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Dengan
kekuatan yang diberikan oleh Allah itu, manusia memilki kewajiban untuk
10
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1959) jilid 13, hlm. 71
12
berpendapat bahwa perubahan suatu masyarakat atau suatu kaum tidak akan
terjadi jika masyarakat itu tidak mengubah nasibnya terlebih dahulu. Hal ini
dapat dilihat dengan jelas dari pernyataan bahwa pada ayat 11 surah al-Ra’d
ini terdapatlah bunyi wahyu “bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib suatu
kaum kalau tidak kaum itu sendiri yang terlebih dahulu mengubah nasibnya”.
b. Tafsir al-Thabari
Q.S. al-Ra’d (13): 11, pada saat membahas firman Allah yang berbunyi ( ِا َّن
ِؕ)ّٰللاَ ََِلِيُغَي ُِّرِ َماِبقَ ۡو ٍمِ َحتّٰىِيُغَي ُِّر ۡواِ َماِبا َ ۡنفُسه ۡم
ّٰ inn Allah la yughayyiru ma bi qawmin
hatta yughayyiru ma bi anfushim. al-Thabari cenderung memahami
perubahan di masyarakat atau kaum. Yang dimaksudkan pada ayat ini adalah
perubahan dari hal positif ke hal yang negatif. Al-Thabari memahami kata ma
bi qawm pada ayat ini dengan hal yang positif berupa kesehatan dan nikmat (
‘afiyah wa ni’mah). Kesehatan dan nikmat itu bisa berubah dan bisa lenyap
nikmat dan kesehatan yang diberikan kepada kaum tersebut dan dapat
menghancurkan mereka.
negatif, atau dalam bahasa Al-Thabari, pelanggaran dan kezaliman itu dapat
makna yang terkandung pada surah al-Ra’d ayat 11 ini, al-Thabari cenderung
ayat 53 surah Al-Anfal sebagai perubahan dari hal positif ke hal yang negatif.
13
peristiwa perang Badar antara kaum Muslim dengan kaum musyrik Quraisy.
terjadi pada masyarakat atau kaum Quraisy di Makkah yang menolak ajaran
kebenaran yang diserukan oleh Nabi Muhammad. Salah satu keadaan negatif
yang dialami oleh kaum Quraisy itu, seperti yang dinyatakan oleh al-Thabari,
adalah kekalahan retak yang mereka alami pada perang Badar. 11 Serupa
kebenaran yang di bawa oleh nabi Muhammad, maka nikmat dan keadaan
positif yang semula dinikmati oleh kaum Quraisy kemudian berubah menjadi
keadaan negatif.
negatif.
c. Tafsir al-Misbah
11
Al-Thabari, Tafsir al-Thabari Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an (Kairo: Maktabah
Ibn Taymiyah), t.th., jilid 14, hal 19.
14
keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri
mereka”12
mengenai makna kata َماِبا َ ۡنفُسه ِۡؕمyang tercantum pad Q.S al-Ra’d itu. Tafsir
memahami kata ma bi anfusihim ( ) َماِبا َ ۡنفُسه ِۡؕمdengan makna “apa yang ada
pada diri mereka”. Menurut Quraish Shihab, ma bi anfusihim ( ) َما ِبا َ ۡنفُسه ِۡؕم
adalah sisi dalam mereka atau apa yang terdapat dalam diri mereka, seperti
pola pikir, sikap, mental dan sebagainya. Sisi dalam yang ada di masyarakat
inilah yang mampu membuat perubahan pola pada ma bi qawm ( ) َماِبقَ ۡو ٍِمyang
merupakan sisi luar atau sisi lahiriah masyarakat yang menyangkut sejumlah
sebagainya.13
Firman Allah: ِس ۡۤو ًءاِفَ ََلِ َم َردَِّلَه ّٰ َ َواذَ ۤاِا َ َرادyang artinya: “Apabila
ُ ِِّٰللاُِبقَ ۡو ٍم
Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
positif menjadi negatif. Yakni tidak ada suatu kekuatan pun yang dapat
Ayat tersebut juga menegaskan bahwa perubahan yang dilakukan Allah atas
12
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 6, hal. 565
13
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jilid 6, hlm. 569
15
perbuatan Allah Swt, sungguh ini merupakan suatu penghormatan yang luar
biasa.
5. Kandungan Ayat
masyarakat yang pelakunya adalah Allah dan perubahan keadaan dalam diri
terindikasi adanya dua hal pokok dalam proses perubahan masyarakat. Pertama,
keadaan diri manusia (sikap mental) yang pelakunya adalah manusia. Perubahan
kedua yang merupakan perubahan keadaan diri manusia ini dapat dipahami dari
kata ma bi anfusihim yang terdapat pada ayat tersebut. Kata ma bi anfusihim ini
anfusihim atau apa yang terdapat dalam diri manusia ini, masih menurut Quraish
16
Shihab, terdiri dari dua unsur pokok. Dua unsur pokok itu adalah nilai-nilai yang
dihayati dan iradah (kehendak) manusia. Perpaduan antara nilai yang dihayati
dan iradah (kehendak) ini dapat menciptakan kekuatan pendorong dalam diri
Kesadaran ini termasuk dalam kata ma bi anfusihim yang terdapat pada Q.S, al-
Ra’d (13): 11. Transformasi kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran untuk
mencerahkan, membebaskan diri atau jiwa dari kebodohan, penindasan dan dari
segala bentuk simbol-simbol zhulumat (kegelapan dan kezaliman), menuju nur
14
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), hal. 322
15
Suwito, Transformasi Sosial: Kajian Epistemologis Ali Syari’ati tentang Pemikiran
Islam Modern, Yogyakarta & Purwokerto, Unggun Religi & STAIN Purwokerto Press, 2004, hal.
94.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
upaya tersebut sangatlah diperlukan supaya apa yang dicita-citakan dapat tercapai,
karena Allah tidak mengubah keadaan yang sudah ada jika manusia itu sendiri tidak
Kandungan Q.S. al-Ra’d (13): 11, terindikasi adanya dua hal pokok dalam
B. Saran
Kepada para pembaca, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Al-Thabari. (n.d.). Tafsir al-Thabari Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an. Kairo:
As-suyuthi, J. (n.d.). lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzul, atau sebab turunnya ayat Al-
E.M, M. A. (2003). Terj. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Syafi’I.
Puspita, N. A. (2012). Implikasi Pendidikan Dari Qs. Al-Anfal Ayat 53 & Ar-Ra’du Ayat
Suwito. (2004). Transformasi Sosial: Kajian Epistemologis Ali Syari’ati tentang Pemikiran
Islam Modern. Yogyakarta & Purwokerto: Unggun Religi & STAIN Purwokerto
Press.
18