Makalah Difa Kelompok 3
Makalah Difa Kelompok 3
Disusun oleh :
Kelompok 3
Arjuna Risal
NIM: 30300121020
Dosen Pengampu:
Radhie Munadi, S.Hd., M,Ag.
i
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Difa‟an Sunnah
yang berjudul “Al-Sunnah Sebagai Sumber Penetapan Syari‟at”. Tak lupa kita
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw.,
Nabi sebagai uswatun hasanah atau sebagai suri tauladan yang baik bagi kita semua.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Difa‟an Sunnah.
Selain itu, makalah ini disusun untuk menambah wawasan baik bagi penulis maupun
pembaca Insyaallah. Tulisan ini juga hadir sebagai solusi bagi jiwa-jiwa yang haus
akan ilmu. Terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada sebagai dosen pada mata
kuliah ini, yang telah memberikan tugas dalam berbentuk makalah, agar menuntun
makalah kami. Kami sadari, pada tulisan kami ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan juga saran yang bersifat
membangun untuk lebih berkembang kedepannya. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih banyak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aaamiin Yaa Rabbal
„Alamin.
Kelompok 3
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah disepakati bahwasanya Sunnah menjadi sumber hukum bagi umat Islam
kedua setelah Al-Qur‟an. Sunnah telah menjadi hal yang sangat penting untuk
memahami hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an, karenanya sunnah sebagai
fungsi penjelas dari Al-qur‟an. Meskipun Al-qur‟an menjadi dasar hukum dari
seluruh rangkaian sumber hukum islam akan tetapi masih bersifat global, tidak
menyentuh hal-hal kecil atau spesifik. Sunnah juga memberikan informasi atau
aqidah. 2) Kedua, hukum yang berkaitan dengan moral dan etika sehingga
menjadikan umat islam sebagai manusia yang berakhlak mulia. 3) Ketiga, hukum
yang berkaitan dengan interaksi manusia dengan Allah dan interaksi manusia antar
sesama. Dengan demikian, hukum interaksi mengenai hukum ibadah dan muamalah
Pengertian sunnah yang dipegang teguh oleh umat islam klasik hingga modern
ialah bahwasanya sunnah itu merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada
Rasulullah SAW., baik itu perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Namun menurut
Fazlur Rahman, sunnah tidak hanya sebatas pada definisi atau pengertian tersebut.
Akan tetapi, ”Sunnah merupakan suatu konsep perbuatan, baik yang diterapkan
melalui fisik maupun mental”. Karena itu, fokus pembahasan pada makalah ini adalah
ii
iii
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui:
1. Definisi sunnah
2. Definisi syariat
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sunnah
Sunnah dalam pengertian ini secara umum mencakup sunnah sayyiah (yang buruk)
maupun sunnah hasanah (yang baik). Didalam Qs. Al-Anfal:38 telah disebutkan
sunnah yaitu perbuatan atau perilaku Rasulullah Saw., yang dihidupkan secara turun
temurun oleh generasi setelah nabi.
Menurut pemakalah, Sunnah memiliki arti sirah yang berarti perilaku atau
juga thariqah yang berarti jalan. Yang memiliki makna bahwa sirah adalah perilaku
yang disandarkan kepada Rasululllah SAW., dan makna thariqah yang merupakan
jalan kebaikan maupun keburukan. Sunnah juga memiliki makna kebiasaan yaitu
sunnah merupakan tradsi yang hidup yang bermula dari perilaku Nabi Muhammmad
SAW., kemudian diikuti oleh pengikut beliau mulai dari kalangan sahabat demikian
tersebut yang menjadi tradisi normatif yang membntuk menjadi sistem sosial.
perkataan, perbuatan, dan ketetapan serta sifat baik sebelum Rasulullah terangkat
1
yaitu perkataan, perbuatan dan ketetapan serta sifat yang dapat dijadikan sumber
syariat. Adapun definisi sunnah menurut Fuqaha yaitu suatu sifat yang memiliki
hukum atau suatu perbuatan yang apabila dikerjakan memperoleh sementara jika
fokus Ushuliyyin adalah sunnah sebagai sumber hukum islam yang dimana
hukum syariat islam. Adapun pendapat para fuqaha mengenai sunnah ini dikarenakan
sunnah sebagai salah satu hukum syara‟ yang berlaku dalam segala perbuatan.
ٰٰۤ ِ ِ ن ِ ٍ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ
ََۗ ْ َۗمْن ََۗزل
ي ّ يَۗاَلَ ْنَۗيَّكْفيَ ُك ْمَۗاَ ْنَۗمُّي َّد ُك ْم ََۗربم ُك ْمَۗبِثَ ٰلثَةَۗاََٰلف
ُ َۗم َنَۗالْ َمل ِٕى َكة َ ْ ا ْذَۗتَ ُق ْو ُلَۗل ْل ُم ْؤمن
Terjamahnya:
“(Ingatlah), ketika engkau (Muhammad) mengatakan kepada orang-orang beriman,
“Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu dengan tiga ribu
malaikat yang diturunkan (dari langit)?”
1
Umma Farida, “Diskursus Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam: Perspektif Ushuliyyah dan
Muhadditsin”, Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Vol. 6, No. 1, (2015), h. 238.
2
B. Definisi Syariat
Syariat secara bahasa berasal dari kata kerja ( شرعsyara’a) yang berarti
menandai atau menggambar jalan yang jelas menuju sumber air. 2 Syariat merupakan
“jalan menuju sumber air”, yakni jalan kearah sumber kehidupan. Kata syariat sering
pelengkap syariat agama-agama sebelumnya, karena itu syariat islam adalah syariat
yang sangat lengkap yang telah mengatur kehidupan mengenai keagamaan dan
kemasyarakatan melalui ajaran akidah,akhlak, ibadah,dan muamalah.
Dari penjelasan diatas maka dapat kita pahami bahwa syariat islam berisi
hukum dan aturan agama yang membentuk bagian dari tradisi islam. Yang mana
didasarkan pada Al-qur‟an dan Hadis. Dalam bahasa Arab istilah syara mengacu
pada hukum Allah yang tidak dapat diubah dan dikontraskan dengan fiqih, yang
Pengertian syariat dibagi menjadi dua pengertian yaitu, dalam artian sempit
dan artian luas. Dalam pengertian luas syariat islam meliputi semua bidang hukum
yang telah disusun dengan teratur oleh para ahli fikih dalam pendapat-pendapat
fikihnya mengenai persoalan dimasa mereka, atau yang mereka perkirakan akan
terjadi dimasa yang akan datang, dengan mengambil dalil-dalil yang langsung
bersumber dari Al-qur‟an dan Al-Hadits atau sumber pengambilan dalam hukum
seperti: ijma’, qiyas, istihsan, istihsab, dan mashalih mursalah. Sedangkan syariat
dalam pengertian sempit adalah hukum-hukum yang berdalil pasti dan tegas, yang
tertera dalam al-qur‟an, hadits, atau yang telah disepakati atau ditetapkan ijma‟.
2
Nina M. Armando, Ensiklopedi Islam, Vol. 6 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2015), h.
301.
3
Menurut pemakalah mengenai definisi syariat adalah suatu hukum atau aturan
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, maupun manusia antar
sesamanya yang telah Allah tetapkan kepada hamba-hambanya untuk ditaati. Syariat
yang dimaksud adalah wahyu Allah dan sabda Rasulullah, yang merupakan dasar-
dasar hukum yang telah ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang harus diikuti oleh
umat Islam.
ََََُۗۗۗۗوالْ ُمتَ َرِّديَة َُۗاّللَِۗبِهٖ ََۗوالْ ُمْن َخنِ َقة ِ ِ ِْ ح ِرمتَۗعلَي ُكمَۗالْمي تَةَُۗوالدَّمَۗو ََلم
َ ََُۗۗوالْ َم ْوقُ ْوذَة
َ ّٰ َۗاْلْن ِزيْ ِر ََۗوَمآَۗاُه َّلَۗلغَ ِْْي ُ ْ َ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َّ ُ
ِ ِ نِ ِ ِ ن ن ِ ِ
َََۗۗۗواَ ْنََۗۗتَ ْستَ ْقس ُم ْواَِۗبَْلَْزََلمَۗ ٰذل ُك ْمَۗف ْسقَۗاَلْيَ ْوَم ِ ُ ََۗۗعلَىَۗالن
َ مصب َ ََۗۗوَماَۗذُبِ َح َ ََۗۗالسبُ ُعََۗۗاََّل
َ ََۗۗماَۗذَ َّكْي تُ ْم َّ ََۗۗوَمآََۗۗاَ َك َل
َ َُوالنَّطْي َحة
ََۗۗعلَْي ُك ْمَۗنِ ْع َم ِ ِْت ِ ََۗتْشوهمَۗواخشو نِنَۗاَلْي ومَۗاَ ْكم ْلتَۗلَ ُكم ِِ ِ ِ ي ِٕى
َ ُ ْ َ ْ َْ ْ ُ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ سَۗالَّذيْ َنَۗ َك َف ُرْواَۗم ْنَۗديْن ُك ْمَۗفَ ََل
ت َۗمَتْ ا
ََۗو م ك
ُ ن ي َۗد َ َ
ٍۙ
ِ ِِ ٍ َِۗدي ناَۗفََۗم ِنَۗاضطَُّر َِِۗفََۗمَْمص ٍةَۗ َغي رَۗمتجان ن ِ
ََۗۗاّللََۗ َغ ُف ْور ََّۗرِحْيم
ّٰ ف ََّۗل ٍْثَۗفَا َّن َ َُ َ ْ َ َ ْ ْ َ ًْ َۗاَل ْس ََل َم
ِْ ور ِضيتَۗلَ ُكم
ُ ُ ْ ََ
Terjamahnya:
“Diharamkan bagimu (memeakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan
yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh,
yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan
pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik.
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku. Pada hari
ini telah Aku sempurnakan agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar
bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha pengampun, Maha
Penyayang”.
baik di dunia maupun di akhirat, yang terhimpun dalam sebuah kitab yakni Al-
4
Qur‟an sebagai syari‟at yang terakhir yang menghimpun syariat-syariat
dengan fungsi kerasulan, Nabi Muhammad saw. Maka jumhur muslimin meyakini
SWT yyang diriwayatkan secara sahih dari-Nya, baik berupa perkataan dan
hal inilah yang menjadi salahsatu dari misi kerasulan Muhammad Saw untuk
Rasulullah Saw menjadi periwayat pertama Al-Qur‟an yang diterima secara sahih
dari Allah Swt secara berangsur-angsur, sehingga Al-Qur‟an tertanam dalam hati
dikatakan oleh Ibnu Qatadah tetkala bertanya kepada ummul mukmini Aisyah Ra
tentang akhlaq baginda Rasul maka Aisyah menjawab”Akhlaq beliau adalah Al-
Quran”. Hal inilah yang menjadi dalil bahwa As-Sunnah merupakan sumber
Muhammad Saw adalah salah satu bagian dari bangunan aqidah Islam. Perintah
5
petunjuknya. Keimanan pada kerasulan Muhammad menurut kepada I‟tiqad
terhadap keberadaan sunnah rasul dan menjadikannya hujjah dan dasar dalam
kerasulan Muhammad sebagai juru baca sekaligus pengajar. Seperti dalam surah
ali-Imran ayat 164 Allah memberikan hak kepada Nabi Muhammad saw untuk
memberikan penjelasan terhadap nash-nash al-Qur‟an.3 Kemudian Allah Swt
memberikan wewenang kepada Nabi Muhammad saw untuk menjadi hakim dalam
nasehatkan kepada kalian semua agar kalian semua agar kalian bertaqwah kepada
Allah taat dan patuh, biarpun seorang hamba sahaya memerintahkan kamu.
Sesungguhnya orang yang hidup lama (panjang umur) di antara kamu bakal
3
Departemen Agama Ri, al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), h.64.
4
Abu Daud, Sunnah Abi Daud, terj. Muhammad Muhyi al-Din Abd al-Hamid, (Beirut: Dar
al-Fikr,t.th), h.200.
5
Mukhtar Yahya Fatehurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam, (Bandung: Al-
Ma‟rif, 1986), h.42.
6
rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah sunnah dengan taringmu, jauhilah
dari perkara yang diada-adakan sebab perkara yang diada-adakan itu adalah bi‟ah,
bid‟ah itu adalah tersesat dan setiap yang yang sesat itu neraka (tempatnya).”
d. Ijma‟ sahabat tentang keharusan berpijak kepada sunnah Rasul. Para sahabat
tanpa membedakan antara hukum yang datang dari Rasul. Selain itu, para sahabat
yang menjadikan sunnah rasul sebagai pijakan untuk memperoleh kejelasan dan
perician hukum dari nash-nash al-Qur‟an yang bersifat ijma‟ atau umum, serta
Rasulallah saw. Sebagian besar syariat Islam yang diturunkan oleh Allah swt
melalui wahyu Al-Qur‟an adalah bersifat global, seperti tentang kewajiban ibadah
shalat, puasa, zakat, haji yang diungkapkan dalam bentuk perintah yang bersifat
ijma‟.7 Dengan demikian ibadah tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakan oleh
kaum muslimin dengan benar tanpa merujuk pada sunnah Rasul yang berfungsi
sebagai bayan syariat Allah Swt. Sekiranya sunnah-sunnah yang berfungsi sebagai
bayan ini bukan merupakan hujjah bagi kaum muslimin dan tidak menjadi undang-
6
Muhammad Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadis, (Cet; III, t.t: Dar al-Fikr, 1957) h. 13.
7
Muhammad Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadis, (Cet; III, t.t: Dar al-Fikr, 1957) h. 43-47.
8
Abdul Wahab Khallaf, Ibnu Ushul Al-Fiqh, (Cet; VIII, Mesir: Dar al- Quwatiyyah, t.th), h.
246.
7
Menurut pemakalah sunnah berdiri sebagai penjelas maksud Al-Qur‟an
Al-Qur‟an ,sehingga Al-Quran tidak bisa dipahami tanpa sunnah. Misalnya Al-
dalam praktek peribadatan yang tidak ada dalam Al-Qur‟an. Karna itu muncul
garis besar, yang secara amaliah belum bisa dilaksanakan, maka dalam hal ini
utama adalah untuk menjelaskan al-Qur‟an. Hal ini sesuai dengan penjelasan
dalam Al-Qur‟an:
ِ ك
َۗالكتَابَۗاَلَۗلتبيَۗهلمَۗالذىَۗاختلفتمَۗفيه َ اَۗعلَْي
َ ََوَماَۗانْ َزَۗلن
Terjemahnya:
Bila Al-Qur‟an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fikih maka
9
Departemen Agama Ri, al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), h.64.
8
a. Menguatkan dan menjelaskan hukum-hukum yang tersebut dalam Al-Qur‟an
Contohnya kata shalat, karena shalat bisa juga berarti doa. Kemudian
besar.
anak perempuan.
belum tentu dipahami oleh ummat muslim karena terlalu luas atau
9
misalnya Allah melarang seorang laki-laki menikahi dua orang wanita
c. Menetapkan sesuatu hukum dalam hadis yang secara jelas tidak ada dalam Al-
Qur‟an. Fungsi sunnah dalam bentuk ini dikenal dengan istilah istbat.10
berfungsi sebagi referensi dan sumber petunjuk kedua setelah al-qur‟an ,petunjuk itu
akan terus mengalir kedalam lapangan syari‟ah ,hukum dan Fiqhi serta melandasi
10
Amir Syarifuddin, Ushul dfiqh Antara Pengingkar dan Pembelanya (Jakarta: Logos, 2000)
h. 85.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan ini dilandasi oleh aturan yang harus ditaati, yang disebut
dengan syariat. Allah menetapkan suatu aturan agar diterapkan dan ditaati oleh
hamba-Nya. Disamping itu, tardapat sunnah yang berasal dari Rasulullah Saw, sosok
yang menjadi keteladanan bagi ummat islam serta yang menjadi penutan dan juga
baik itu sebelum terangkat sebagai Khalifah maupun setelah diangkat ,disebut dengan
sunnah.
hidup agar dapat selamat dunia akhirat. Al-Qur‟an hadir sebagai penyempurna
B. Saran
Demikianlah pembahasan kami pada makalah ini, kami sangat berharap agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Selain itu, dikarenakan keterbatasan ilmu dan
juga referensi yang kami miliki maka kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar makalah ini dapat disusun mejadi lebih baik
kedepannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hukum Islam”. Mazahib: Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Vol. XIV, No. 2.
Farida, Umm. 2015. “Diskursus Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam: Perspektif
Vol. 6, No. 1.
Armando, Nina M. 2015. Ensiklopedi Islam, Vol. 6. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Daud, Abu. Sunnah Abi Daud, terj. Muhammad Muhyi al-Din Abd al-Hamid, Beirut:
Bandung: Al-Ma‟rif.
Khatib, Muhammad Ajaj al, Ushul al-Hadis, Cet; III, t.t: Dar al-Fikr, 195
Khallaf, Abdul Wahab. Ibnu Ushul Al-Fiqh, Cet; VIII, Mesir: Dar al- Quwatiyyah,
t.th.
Departemen Agama Ri, al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989)
Syarifuddin, Amir. 2000. Ushul dfiqh Antara Pengingkar dan Pembelanya, Jakarta:
Logos.
12