Anda di halaman 1dari 19

“KEWAJIBAN MEMELIHARA PERSAUDARAAN DALAM

QS. AT-TAUBAH AYAT 11”

Disusun sebagai bahan presentasi serta untuk


memenuhiTugas mata kuliah “Tafsir Sosial”
Semester III Tahun akademik 2022

Oleh Kelompok 3

MUHAMMAD. RIYADH AL-SHALIHIN


NIM: 30300121007

MUH. ILHAM FEBRIANTO M


NIM: 30300121008

SYARIFAH AWALIAH JAZILAH


NIM: 30300121019

NURISMAYANTI
NIM: 30300121030

PUTRI AZIZAH RUSTAN


NIM: 30300121031

Dosen Pengampu:
Yusran, S. Th.I. M. Hum

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
‫ميحرلا نمحرلا هللا‬ ‫بسم‬

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala Rahmat keilmuan yang telah diberikan kepada manusia sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir Sosial yang berjudul “Kewajiban Menjaga
Persaudaraan Dalam Qs. At-Taubah/9:11”. Tak lupa kami kirimkan shalwat serta
salam kepada baginda Rasulullah SAW. Nabi yang menjadi penutan, serta sebagai
uswatun khasanah bagi kita semua.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Sosial.
Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk menambah wawasan bagi pembaca
khususnya penulis. Makalah ini juga hadir sebagai solusi bagi jiwa-jiwa yang haus
akan ilmu. Terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada sebagai dosen pada mata
kuliah ini, yang telah memberikan tugas dalam berbentuk makalah, agar menuntun
kami menjadi mahasiswa yang mandiri, kreatif lagi produktif.
Alhamdulillah, pada hari ini kami telah merampungkan atau menyelesaikan
makalah kami. Kami sadari, pada tulisan kami ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan juga saran yang bersifat
membangun untuk lebih berkembang kedepannya. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih banyak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aaamiin Yaa Rabbal
„Alamin.

Samata, 03 Desember 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II .......................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Kajian ayat Qs. At-Taubah 9: 11 .................................................................... 3

B. Konsep Persaudaraan Dalam Al-Qur’an....................................................... 6

C. Implikasi Q.S At-Taubah/ 9 :11 Terhadap Kehidupan Sosial ................... 10

BAB III ....................................................................................................................... 13

A.Kesimpulan ............................................................................................................ 13

B. Saran ...................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia merupakan Makhluk yang tidak bisa lepas dari kehidupan dan
lingkungan sosial, maka manusia sangat membutuhkan satu dengan yang lainnya
untuk mencapai kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya. Dengan adanya
manusia berposisi sebagai makhluk sosial maka kita sebagai manusia harus selalu
menjalin hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Salah satunya dengan
menyambung silaturahim. Kemudian bersilaturrahim merupakan interaksi yang
sangat penting dalam kehidupan sosial umat manusia. Karena, dengan bersilaturahim
akan mempererat dan menciptakan harmonis persaudaraan antar umat manusia
Dengan konsep persaudaraan yang diajarkan oleh Allah dan Rasulnya akan
menciptakan hubungan persaudaraan sesama umat manusia pada umumnya dan umat
islam pada khusunya akan senantiasa harmonis, karena ukhuwah islamiyyah adalah
istilah yang berkaitan dengan persaudaraan dan membangun silaturahmi, karena
tujuan dari ukhuwah islamiyyah adalah membangun kerukunan antar sesama umat.
Membangun ukhuwah islamiyyah adalah sikap yang harus dimiliki setiap umat islam.
Memahami konsep al-ukhuwah yang terdapat dalam Al-Qur`ān, diperlukan
kajian spesifik dengan pendekatan Qur'āni, dan menggunakan metode-metode
tafsir yang ada.Maka dalam makalah ini penulis akan menjabarkan terkait konsep
memelihara persaudaraan dalam Q.S At-Taubah ayat 11

B. Rumusan Masalah
1. Kajian ayat Qs At-Taubah 9 :11
2. Bagaimanakah konsep persaudaraan didalam Al-Qur‟an?
3. Bagaiman implikasi Q.S At-Taubah 9 :11 terhadap kehidupan sosial?

1
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui kajian ayat pada QS. At-Taubah/ 9:11, seperti apa konsep
persudaraan didalam Al-Qur‟an, dan untuk mengetahui implikasi Qs. At-Taubah 9:11
terhadap kehidupan sosial.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian ayat Qs. At-Taubah/9:11

١١ْ‫تْلَِق ْوٍمْيَّ ْعلَ ُم ْْو َْن‬


ِ ٰ‫ْاْلي‬
ٰ ْ ‫صل‬ِ ِ ِ ِ َّٰ ٰ َّ ‫فَاِ ْنْ ََتبُ ْواْواَقَ ُامو‬
ُ ّ ‫اْالصلوَة َْواٰتَ ُواْالزكوةَْفَا ْخ َوانُ ُك ْمِْفْال ّديْ ِنْ َۗونُ َف‬ َ
Terjemahnya:
Jika mereka bertobat, menegakkan salat, dan menunaikan zakat, mereka adalah saudara-
saudaramu seagama. Kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu bagi kaum yang
mengetahui.1
1. Tafsiran Kosa Kata
َّ ‫اْالص ٰلوَة َْواٰتَ ُو‬
ْ‫اْالزٰكوَة‬ َّ ‫اْواَقَ ُامو‬ ِ
َ ‫َْتبُ ْو‬
َ ‫فَا ْن‬

ُ ‫ الت َّ ْو‬artinya adalah meninggalkan segala perbuatan


Kata ‫ تاتوا‬berasal dari kata ‫ب‬
dosa dengan cara terbaik. Ia dianggap sebagai bentuk perminta maafan yang paling
mendalam. Karena ada tiga cara meminta maaf, yaitu adakalanya orang yang
meminta maaf berkata saya tidak melakukannya, atau dia berkata saya melakukannya
karena itu, atau juga berkata saya telah melakukannya dan berbuat buruk akan tetapi
sekarang saya telah meninggalkannya atau menyesal. Yang terakhir dinamakan
sebagai ُ‫ تُ ْوتة‬sedangkan ُ‫ الت ْوتة‬secara syar‟i adalah meninggalkan perbuatan tersebut
karena buruknya perbuatan tersebut, menyesali terhadap perbuatan apa yang
dilakukan, berniat didalam hati dan bertekat kuat untuk tidak mengulanginya lagi.2
Kemudian kata ‫وأقاموا‬ berasal dari kata ُ‫ ِإقامة‬bermakna memenuhi hak terhadap
sesuatu. Allah swt tidak pernah memerintahkan shalat dimanapun itu, dan tidak
pernah memuji perbuatan shalat dimanapun itu, kecuali menggunakan kata ‫اإلقامة‬. Hal

1
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Bandung:Syamil Quran, 2012)
2
Al-Raghib al-Ashfhani, Mufradat fi Gharib al-Qur’an, jilid 1, (Depok:Pustaka Khazanah
Fawai‟id:2017), h.320

3
ini tersebut ditujukan untuk mengingatkan bahwa yang dimaksud dari perintah shalat
adalah memenuhi semua syarat-syarat shalat, bukan hanya sekedar melakukan
gerakan gerakan saja. Kemudian ada yang berpendapat bahwa maksud dari kata
mendirikan shalat disana adalah mengakui akan kewajiban, bukan sekedar
melaksakannya3

ْ‫تْلَِق ْوٍمْيَّ ْعلَ ُم ْو َن‬


ِ ٰ‫ْاْلي‬
ٰ ْ ‫صل‬ِ ِ ِ ِ
ُ ّ ‫فَا ْخ َوانُ ُك ْمِْفْال ّديْ ِنْ َۗونُ َف‬
Kata ُ‫ فا ِْخوانك ْم‬bentuk aslinya adalah ُ‫أخو‬. Yaitu orang yang memiliki kelahiran
sama dengan orang lain baik dari dua sisi (ayah dan ibu), atau dari salah satunya
ataupun dari persusuan. Lafazh ini terkadang juga digunakan terhadap orang yang
memiliki kesamaan dengan orang lain dalam hal suku, agama, pekerjaaan, pergaulan,
persahabatan atau hubungan lainnya.4

2. Munasabah Ayat
Ayat ini merupakan lanjutan dari rangkaian ayat-ayat sebelumnya yang
berbicara tentang kewajaran atas pembatalan perjanjian dengan kaum musyrikin, hal
ini disebabkan karena kaum musyrikin melakukan aneka kegiatan yang menunjukkan
maksud mereka melanggar perjanjian, pada ayat sebelumnya diuraikan alasan
wajarnya membatalkan perjanjian dengan kaum musyrikin karena bagaimana bisa ada
perjanjian langgeng antara kedua belah pihak (kaum muslim dan musyrik) sedangkan
mereka terus mengadakan permusuhan, dan selalu berupaya untuk membatalkan
(perjanjian) dan sedikit sekali diantara mereka yang terdorong untuk setia memegang
perjanjian tersebut dan kebanyakan mereka adalah orang orang yang kefasikannya
telah mendarah daging, sehingga dengan berbagai fakta ini, mereka tidak menepati
perjanjian yang telah diadakan sebelumnya antara kaum muslimin dan dan musyrikin.

3
Al-Raghib al-Ashfhani, Mufradat fi Gharib al-Qur’an, jilid 3, (Depok:Pustaka Khazanah
Fawai’id:2017), h.258,259.
4
Al-Raghib al-Ashfhani, Mufradat fi Gharib al-Qur’an, jilid 1, (Depok:Pustaka Khazanah
Fawai’id:2017), h.39.

4
Dan ayat ini memberikan penjelasan meskipun sikap mereka melampaui batas, Allah
tidak menutup pintu taubatnya kepada mereka (musyrikin) asalkan mereka bertaubat,
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka menjadi saudara seagama.

3. Tafsir Qs. At-Taubah [9]:11


a. Tafsir Al-Azhar
Didalam kitab Al-Azhar Ayat ini menunjukkan dan membuktikkan bahwa
orang-orang yang selama ini menentang itu, yang tidak mengenal kekeluargaan dan
janji, menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, apabila mereka telah
melakukan taubat dan taubat itu betul betul taubat, sehingga taubat ini telah diiringi
mendirikan sholat, dan membayar zakat, mengabdi kepada masyarakat, maka orang
seperti ini tidak boleh dianggap musuh lagi. Dia adalah kawan seagama. Sebab itu
permusuhan telah habis. Hal yang lama-lama tidak boleh dibangkit-bangkit lagi:
“Dan kami jelaskan ayat-ayat itu kepada kaum yang hendak mengetahui”.
Maksudnya, inilah peraturan tuhan. Yaitu telah melakukan taubat nasuha
dalam arti taubat yang sungguh-sungguh, menyesali perbuatan dosa yang dia perbuat,
kemudian mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, maka mereka adalah kawanmu.
Maksud Da‟wah Islam, bukanlah menumpuk dendam, membongkar-bongkar
kesalahan yang lama. Banyak orang-orang yang dahulunya memusuhi Islam, setelah
Futuh Makkah dan Perang Hunnain, berbondong-bondong masuk Islam. Permusuhan
habis, dan kemudian menjadi tulang punggung Islam.5

b. Tafsir Al-Misbah
Apabila mereka bertaubat dari kekufuran dan berpegang teguh kepada hukum-
hukum islam dengan mngerjakan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka adalah
saudara-saudara kalian seagama. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama

5
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid 4, (Singapura:Pustaka Nasional PTE LTD, 2015), h. 2871.

5
dengan hak dan kewajiban kalian. Allah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya
kepada orang-orang yang dapat mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan.6

c. Tafsir as-Sa'di ( Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di)


Maka belalah agamamu, menangkalah ia, jadikan orang-orang yang
memusuhinya adalah musuh, dan orang yang menolongnya sebagai kawan,
jadikanlah ada dan tidak adanya hukum berkisar padanya, jangan jadikan loyalitas
dan permusuhan bersifat emosional yang mengikuti kecenderungan syahwat dan
nafsu yang selalu menyuruh kepada keburukan. Oleh karena itu “jika mereka
bertaubat”, dari kesyirikan mereka dan kembali kepada iman, “mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, maka mereka itu adalah saudara-saudaramu seagama.”
Lupakanlah permusuhan tatkala mereka masih dalam kesyirikan, agar kalian menjadi
hamba-hamba Allah yang ikhlas, dengan ini seorang hamba menjadi hamba yang
sebenarnya.
Manakala Allah menjelaskan hukum-hukumNya yang agung dan menerangkan
berbagi hukum, serta hikmah, Dia berfirman, “dan kami menjelaskan ayat-ayat itu”,
yakni menerangkan dan merincinya “bagi kamu yang mengetahui”, kepada mereka
ucapan di tujukan, dengan mereka hukum-hukum dan ayat-ayat diketahui, dan
dengan mereka syariat dan agama Islam dikenal. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk
orang-orang yang mengetahui dan beramal dengan apa yang kami ketahui dengan
rahmatMu, kedermawananMu, kemurahanMu, dan kebaikanMu, ya Rabbil „alamin.

B. Konsep Persaudaraan Dalam Al-Qur’an

Persaudaraan juga diartikan sebagai Ukhuwah (Al-ukhuwah). Al-ukhuwah


tersebut secara etimologis, terambil dari kata akha (‫(أخا‬, dari sini kemudian
melahirkan beberapa kata al-akh, akhu, yang makna dasarnya “memberi perhatian”

6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Cet. V ; t.t:
Lentera Hati, 2012), h.539.

6
dan kemudian melahirkan beberapa kata al-akh, akhu, yang makna dasarnya
"memberi perhatian ‫ اهتم‬,"dan kemudian berkembang artinya menjadi "sahabat, teman
‫ ُالصاحة‬،‫" الصديق‬yang secara leksikal menunjuk pada makna "dia bersama di setiap
keadaan, saling bergabung antara ‫ يستعارُلكلُمشاركُلغيرهُفىُالقثيلة‬komunitas suatu pada
selainnya Mungkin karena arti dasar tadi, yakni "memperhatikan", menyebabkan
setiap orang yang bersaudara mengharuskan ada perhatian di antara mereka, dan
menyebabkan mereka selalu bergabung (musharik) dalam banyak keadaan7.

Al-Ukhuwah diartikan sebagai setiap persamaan dan keserasian dengan pihak


lain, baik persamaan keturunan dari segi ibu, bapak, atau keduanya, maupun dari
persusuan, juga mencakup persamaan salah satu dari unsur seperti suku, agama,
profesi, dan perasaan8.
M. Quraish Shihab lebih lanjut menyatakan bahwa, istilah dan pemahaman
seperti ini kurang tepat. Menurutnya, kata al-Islamiah yang dirangkaikan dengan kata
al-ukhuwah lebih tepat dipahami sebagai adjektiva, sehingga ukhuwah Islamiah
berarti "persaudaraan yang bersifat Islami atau persaudaraan yang diajarkan oleh
Islam".9
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa al-ukhuwwah al-Islamiyah adalah
ukhuwah yang bersifat Islami atau ukhuwah yang diajarkan oleh Islam. Ukhuwah
yang demikian, juga telah dikemukakan ayat-ayat yang terkait dengannya. Dari sini
kemudian dipahami bahwa setidaknya terdapat tiga konsep tentang ukhuwah atau
peraudaraan yang diajarkan Al-Qur`ān, ukhuwah keagamaan, ukhuwah kebangsaan,
dan ukhuwah insaniah, dan ditambah satu lagi yakni Al-Ukhuwah fi al-Waṭaniyah wa
al-nasāb.

7
Louis Ma'luf, Al-Munjid fi al-Lughah, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1977), h.5.
8
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an; Tafsir Mauḍu`i atas Pelbagai Persoalan Umat (Cet.
XV; Bandung: Mizan, 2004), h.486.
9
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an; Tafsir Mauḍu`i atas Pelbagai Persoalan Umat (Cet.
XV; Bandung: Mizan, 2004), 487.

7
a. Ukhuwah Keagamaan (Al-Ukhuwah Al-Diniyyah)
Ayat yang berkaitan dengan Ukhuwah keagamaan salah satunya yaitu Qs. At-
Taubah 9: 11, ditegaskan bahwasanya "orang beribadah seperti shalat, zakat, dan lain-
lain mereka saudara seagama". Yang dimaksud oleh ayat ini adalah persaudaraan
seagama Islam, atau persaudaraan sesama muslim. Dalam ayat tersebut menggunakan
kata ikhwah. Kata ini sebagaimana yang telah diuraikan bisa berarti "persaudaraan
seketurunan", artinya bahwa hubungan persaudaraan seagama sesama muslim harus
erat sebagaimana eratnya hubungan antar saudara seketurunan.
Kemudian dalam hadis yang dikemukakan oleh Ibnu Katshir tadi
menggunakan kata ikhwan, dan kata ini mengandung arti hubungan persaudaraan
tanpa seketurunan, artinya bahwa orang muslim itu terdiri atas banyak bangsa dan
suku yang tidak seketurunan, maka mereka juga harus mengakui bahwa mereka
adalah bersaudara. Ukhuwah keagamaan tampak sekali menjadi prioritas Nabi saw
ketika pertama kali Hijrah di Madinah.
Pada saat pertama kali rombongan sahabat dari Makkah tiba, dan mereka ini
disebut kaum Muhajirin, maka saat itu pula Nabi saw langsung mengikatkan tali
persaudaraan mereka kepada orang-orang mukmin di Madinah yang disebut kaum
Anshar. Sehingga terjadilah tali ukhuwah keagamaan yang erat antara Muhajirin dan
Anshar. Mereka sama-sama umat beragama Islam, mereka sama-sama menunaikan
ibadah yang diajarkan oleh Islam seperti shalat dan zakat sebagaimana dalam QS. al-
Taubah ayat 11 yang telah sebutkan.

b. Ukhuwah Kebangsaan (Al-Ukhuwah Al-Waṭaniyyah)


Sebelumnya telah dirumuskan konsep ukhuwah keagamaan disebut al-
ukhuwwah aldiniyyah, dan Islam sebagai agama yang universal ternyata juga
memiliki konsep ukhuwah kebangsaan yang disebut al-ukhuwah al-waṭaniyyah,
yakni saudara dalam arti sebangsa walaupun tidak seagama.M. Quraish Shihab
menjelaskan bahwa guna memantapkan ukhuwah kebangsaan walau tidak seagama,

8
pertama kali Al-Qur`ān menggarisbawahi bahwa perbedaan adalah hukum yang
berlaku dalam kehidupan ini. Selain perbedaan tersebut merupakan kehendak Allah,
juga demi kelestarian hidup, sekaligus demi mencapai tujuan kehidupan makhluk di
pentas bumi10.

c. Al-Ukhuwah fi al-Waṭaniyah wa al-nasāb


Al-Ukhuwah fi al-Waṭaniyah wa al-nasāb adalah saudara dalam seketurunan
dan kebangsaan seperti yang diisyaratkan dalam Al-Qur`ān. Model ukhuwah ketiga
ini juga lebih sempit dari bentuk yang kedua ukhuwah di atas, karena lingkup
persaudaraan hanya meliputi persaudaraan sebangsa dan setanah air. Lebih lanjut
ukhuwah ini tidak mengkosentrasikan pada pemerintahan islam, hanya saja masing-
masing warga negara mempunyai kewenangan untuk berpartisipasi dalam
mengembangkan Negara. Prinsip paling cocok dalam ukhuwah ini adalah berpijak
pada “al-tasāmuḥ” (toleransi), yaitu adanya interaksi timbal balik antarumat
beragama, menghargai kebebasan beragama bagi orang yang tidak sepaham, tidak
mengganggu peribadatan serta tetap menjaga al-ukhuwah al-waṭaniyah-nya.11

d. Al-Ukhuwah Al-Insāniyah (Baṣariyah)

Al-Ukhuwah Al-Insāniyah, yaitu persaudaraan sesama umat manusia.


Manusia mempunyai mempunyai motivasi dalam menciptakan iklim persaudaraan
hakiki yang dan berkembang atas dasar rasa kemanusiaan yang bersifat universal.
Seluruh manusia di dunia adalah bersaudara. Ayat yang menjadi dasar dari ukhuwah
seperti ini QS. al-Ḥujurāt ayat 10, dalam hal ini ayat 11 yang masih memiliki
munasabah dengan ayat 10 . Bahkan sebelum ayat 10 , Al-Qur`ān memerintahkan

10
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur`ān, (Bandung: PT. Mizazan Pustaka, 2007). h.491.
11
http://espeilimab.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html,
diakses 16 Oktober 2017, jam 09.57 WITA.

9
agar setiap manusia saling mengenal dan memperkuat hubungan persaudaraan di
antara mereka.

C. Implikasi Q.S At-Taubah/ 9 :11 Terhadap Kehidupan Sosial

Dalam Qs.at-Taubah ayat 11 ini diterangkan tentang hubungan persaudaraan,

persaudaraan yang dimaksud dalam ayat tersebut bukan menurut ikatan geneologi

tapi menurut ikatan iman dan agama. Apabila orang yang dahulu ingkar kepada
Allah, tidak menunaikan shalat, dan perbuatan ingkar lainnya, kemudian ia bertaubat,

melaksanakan shalat dan menunaikan zakat maka sejak saat itu ia adalah saudaramu,

dalam ikatan agama. Jadi yang dinamai saudara seagama paling tidak punya tiga

syarat, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat.
Sesungguhnya didalam persaudaraan terdapat keutamaan dan pengaruh
positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata dan merapatkan
barisan. Orang- orang yang terikat dengan persaudaraan memiliki banyak keutamaan
seperti diantaranya adalah: kelak dihari kiamat mereka memiliki kedudukan yang
mulia yang dicemburui oleh para syuhada, wajah-wajah mereka bagaikan cahaya
diatas cahaya, seperti hadist yang bersumber dari Umar bin Khatob, Nabi Shallahu
„Alaihi Wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya dari hamba-hamba kami ada
sekelompok manusia, mereka bukan para nabi dan juga bukan para syuhada. Para
nabi dan syuhada cemburu kepada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah
dihari kiamat. Para sahabat bertanya: siapakah mereka wahai Rasulullah? Mereka
adalah suatu kaum yang mencintai karena Allah padahal tidak ada hubungan
persaudaraan (persaudaraan sedarah) antara mereka, dan tidak ada hubungan harta
(waris), maka demi Allah sesungguhnya wajah-wajah mereka bagaikan cahaya dan
sesungguhnya mereka diatas cahaya, mereka tidak takut Ketika manusia merasa
takut, dan tidak pula sedih Ketika manusia sedih, kemudia beliau membaca ayat ini:

10
ِ ِ‫ْاّلل‬ ِۤ ِ
ْ‫َْيَزنُ ْو َْن‬
َْ ‫ْه ْم‬‫ْل‬
‫ْو‬
َ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ْع‬‫ف‬ٌ ‫و‬ ‫ْخ‬‫ْْل‬
َ ٰ
ُ َ ْ ْ َ ْ َ ّ َ َ‫اََْلْٓا َّنْاَْولي‬
‫ء‬ ‫ا‬
Terjemahnya:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi) para wali Allah itu tidak ada rasa takut
yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih.” (QS. Yunus/10:62)

Terjadinya suatu penyimpangan sosial dalam persaudaraan dikhayalak

masyarakat pada kehidupan sehari-hari dilatar belakangi oleh minimnya pengetahuan

masyarakat islam dalam menyikapi persaudaraan dalam Islam, dari fakta-fakta yang

terlihat maka penting bagi masyarakat islam, dalam menyikapi persaudaraaan dalam

islam untuk mengetahui konsep persaudaraan dalam Al-Quran atau lebih mudahnya

bisa disebut konsep persaudaraan dalam Islam sesuai Al-Qur‟an dan as-Sunnah.12
Hal ini telah kami jelaskan pada pembahasan sebelumnya.
Persaudaraan dengan berpegang pada tali Allah merupakan nikmat yang
diberikan Allah SWT orang-orang yang di cintai-Nya diantara hamba-hambaNya.
Disini Dia mengingatkan mereka akan nikmat sebagaimana ketika mereka pada
zaman jahiliyah saling bermusuhan, padahal tidak ada yang lebih sengit
permusuhannya daripada suku Aus dan Khazraj di Madinah. Tetapi kemudian Allah
mempersatukan hati kedua suku arab tersebut dengan Islam. Karena memang hanya
Islam sajalah yang dapat mempersatukan hati hati yang saling bermusuhan dan
berjauhan.13 Dan dari tujuan Allah menciptakan perbedaan bukanlah untuk saling
berselisih, mendiksreditkan maupun mendiskriminasi antara satu dengan yang
lainnya. Justru tujuannya adalah agar saling mengenal, serta saling menghargai.
Namun, jika dalam memperlakukan manusia lainnya dengan cara merendahkan,

12
Ahmad Miftahusolih, Heggy Fajrianto, Taufiq CH. “Konsep Persaudaraan dalam Al-
Quran” Zad Al-Mufassirin, Vol 3 No 1 (2021) h. 47.

13
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 2, (Cet; I, Jakarta: Gema Insani, 2001), h.122.

11
menindas dan menjatuhkan martabatnya, hal yang merupakan penghinaan dan secara
tidak langsung menghina Tuhan.14

Lahirnya Ukhuwah atau persaudaraan diilhami oleh eksistensi manusia


sebagai makhluk sosial. Ia lahir dari lembaga institusi terkecil dalam komunitas sosial
yang dinamakan keluarga. Semakin melebar dan membesarnya institusi-institusi di
atas keluarga, tentu tidak dimaksudkan untuk memudarkan nilai-nilai persaudaraan,
tetapi justru harus semakin merekatkan suatu bangunan keluarga besar. Segenap
individu yang berada yang berada dalam suatu wadah negara, dengan demikian,
mutlak memerlukan adanya rasa saling memiliki, mencintai, serta menyayangi antara
satu dan lainnya sebagai manifestasi kehidupan keluarga besar tersebut.15

Ukhuwah islamiyah adalah modal dalam berinterkasi sosial dengan sesama


Muslim. Dengan semangat itu maka perbedaan-perbedaan yang tidak terlalu penting
antar umat Islam tidak perlu lagi menyebabkan perpecahan. Yang diperlukan bagi
terciptanya ukhuwah Islamiyah adalah pengembangan untuk saling mengerti, saling
menghormati dan tidak mengklaim kebenaran sendiri, hal ini penting agar jumlah
mayoritas umat Islam di Indonesia dapat saling mengisi.

14
Zakiyuddin Baidawy, Ambivalensi Agama, Konflik dan Kekerasan, (Yogyakarta: Lesti,
2002), h. 5.

15
Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi
Bukan Aspirasi, (Bandung: Mizan, 2006), h. 284.

12
13

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis dari tafsir ayat sosial yang terkandung dalam QS. At-

Taubah ayat 11 maka kami simpulkan bahwa pada ayat tersebut menjelaskan

makna dari sebuah persaudaraan dalam islam, dikatakan dalam ayat ini bahwa

Kaum musyrik yang seharusnya dibunuh atau diperangi, jika mereka bertobat

yakni beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, melaksanakan salat lima waktu dan

menunaikan kewajiban zakat, maka Allah menyatakan bahwa mereka adalah

saudara-saudara seagama dengan orang-orang mukmin yang mempunyai hak dan

kewajiban yang sama tanpa ada perbedaan.

Ikatan persaudaraan yang demikian adalah ikatan yang sangat kuat dan luas yang

dapat menghilangkan segala macam perselisihan dan permusuhan yang

ditimbulkan oleh perbedaan suku, bangsa dan sebagainya. Ayat-ayat itu

ditujukan kepada orang yang mau mengerti, terutama mengenai kaum musyrikin

yang bertobat ataupun yang tidak dan bagaimana seharusnya mereka itu

diperlakukan.

2. Adapun konsep persaudaraan dalam Al-Qur‟an dapat dipahami bahwa setidaknya

terdapat tiga konsep tentang ukhuwah atau peraudaraan yang diajarkan Al-

Qur`ān, ukhuwah keagamaan, ukhuwah kebangsaan, dan ukhuwah insaniah, dan

ditambah satu lagi yakni Al-Ukhuwah fi al-Waṭaniyah wa al-nasāb. Faktor

penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas maupun sempit adalah

persamaan. Semakin banyak persamaan akan semakin kokoh pula persaudaraan.


Persamaan rasa dan cita merupakan faktor dominan yang mendahului lahirnya

13
persaudaraan hakiki, dan pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan derita

saudaranya, mengulurkan tangan sebelum diminta, serta memperlakukan

saudaranya bukan atas dasar take and give.

3. Lahirnya Ukhuwah atau persaudaraan diilhami oleh eksistensi manusia sebagai

makhluk sosial Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, perasaan tenang

dan nyaman pada saat berada di antara sesamanya, dan dorongan kebutuhan

ekonomi merupakan faktor-faktor penunjang yang akan melahirkan rasa


persaudaraan. Islam datang menekankan hal-hal tersebut, dan menganjurkan

mencari titik singgung dan titik temu persaudaraan.

Semangat persaudaraan itu dilakukan secara proporsional dan mengikuti skala

prioritas. Prioritas pertama adalah persaudaraan sesama orang beriman (ukhuwah

islamiyah), kemudian persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah), dan

persaudaraan sesame manusia (ukhuwah insaniyah / ukhuwah basyariyah).

Ukhuwah islamiyah harus diprioritaskan kepada keluarga dekat dan jauh,

tetangga dan handaitolan, bangsa dan baru ukhuwah islamiyah secara universal.

Artinya tidak dibenarkan membela saudara seiman di tempat yang jauh dengan

mengabaikan nasib (menelantarkan) saudara seiman yang lebih dekat baik karena
ikatan darah (keluarga) geografis dan kebangsaan.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan materi yang telah kami paparkan di atas maka
penulis berharap:
1. Pembaca dapat memahami materi yang telah kami sampaikan
2. Kesadaran akan pentingnya memahami hakikat dari sebuah persaudaraan

14
3. Pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis.

15
16

DAFTAR PUSTAKA
Ashfhani, Al-Raghib. Mufradat fi Gharib al-Qur‟an, jilid 1, Depok: Pustaka
Khazanah Fawai‟id. 2017.
Baidawy, Zakiyuddin. Ambivalensi Agama, Konflik dan Kekerasan, Yogyakarta:
Lesti. 2022.

Hamka, Tafsir Al-Azhar. Jilid 4, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD. 2015.

http://espeilimab.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html,
diakses 16 Oktober 2017, jam 09.57 WITA.

Kementrian Agama, Al Quran QS. At-Taubah/9:11

Ma'luf, Louis. Al-Munjid fi al-Lughah. Beirut: Dar al-Masyriq. 1977.

Ahmad Miftahusolih, Heggy Fajrianto. Taufiq CH. “Konsep Persaudaraan dalam Al-
Quran” Zad Al-Mufassirin, Vol 3 No 1. 2021.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah, Pesan kesan dan keserasian Al-Qur’an. Jilid
5, Tangerang: Lentera Hati. 2012.

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur'an; Tafsir Mauḍu`i atas Pelbagai Persoalan


Umat Cet. XV; Bandung: Mizan. 2004.

Siroj, Said Aqil. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai
Inspirasi Bukan Aspirasi, Bandung: Mizan. 2006.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jilid 2. Cet I. Jakarta: Gema Insani. 2001.

16

Anda mungkin juga menyukai