Tafsir Sosial KLP 3
Tafsir Sosial KLP 3
Oleh Kelompok 3
NURISMAYANTI
NIM: 30300121030
Dosen Pengampu:
Yusran, S. Th.I. M. Hum
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala Rahmat keilmuan yang telah diberikan kepada manusia sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir Sosial yang berjudul “Kewajiban Menjaga
Persaudaraan Dalam Qs. At-Taubah/9:11”. Tak lupa kami kirimkan shalwat serta
salam kepada baginda Rasulullah SAW. Nabi yang menjadi penutan, serta sebagai
uswatun khasanah bagi kita semua.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Sosial.
Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk menambah wawasan bagi pembaca
khususnya penulis. Makalah ini juga hadir sebagai solusi bagi jiwa-jiwa yang haus
akan ilmu. Terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada sebagai dosen pada mata
kuliah ini, yang telah memberikan tugas dalam berbentuk makalah, agar menuntun
kami menjadi mahasiswa yang mandiri, kreatif lagi produktif.
Alhamdulillah, pada hari ini kami telah merampungkan atau menyelesaikan
makalah kami. Kami sadari, pada tulisan kami ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan juga saran yang bersifat
membangun untuk lebih berkembang kedepannya. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih banyak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aaamiin Yaa Rabbal
„Alamin.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II .......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A.Kesimpulan ............................................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................................... 16
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan Makhluk yang tidak bisa lepas dari kehidupan dan
lingkungan sosial, maka manusia sangat membutuhkan satu dengan yang lainnya
untuk mencapai kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya. Dengan adanya
manusia berposisi sebagai makhluk sosial maka kita sebagai manusia harus selalu
menjalin hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Salah satunya dengan
menyambung silaturahim. Kemudian bersilaturrahim merupakan interaksi yang
sangat penting dalam kehidupan sosial umat manusia. Karena, dengan bersilaturahim
akan mempererat dan menciptakan harmonis persaudaraan antar umat manusia
Dengan konsep persaudaraan yang diajarkan oleh Allah dan Rasulnya akan
menciptakan hubungan persaudaraan sesama umat manusia pada umumnya dan umat
islam pada khusunya akan senantiasa harmonis, karena ukhuwah islamiyyah adalah
istilah yang berkaitan dengan persaudaraan dan membangun silaturahmi, karena
tujuan dari ukhuwah islamiyyah adalah membangun kerukunan antar sesama umat.
Membangun ukhuwah islamiyyah adalah sikap yang harus dimiliki setiap umat islam.
Memahami konsep al-ukhuwah yang terdapat dalam Al-Qur`ān, diperlukan
kajian spesifik dengan pendekatan Qur'āni, dan menggunakan metode-metode
tafsir yang ada.Maka dalam makalah ini penulis akan menjabarkan terkait konsep
memelihara persaudaraan dalam Q.S At-Taubah ayat 11
B. Rumusan Masalah
1. Kajian ayat Qs At-Taubah 9 :11
2. Bagaimanakah konsep persaudaraan didalam Al-Qur‟an?
3. Bagaiman implikasi Q.S At-Taubah 9 :11 terhadap kehidupan sosial?
1
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui kajian ayat pada QS. At-Taubah/ 9:11, seperti apa konsep
persudaraan didalam Al-Qur‟an, dan untuk mengetahui implikasi Qs. At-Taubah 9:11
terhadap kehidupan sosial.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Bandung:Syamil Quran, 2012)
2
Al-Raghib al-Ashfhani, Mufradat fi Gharib al-Qur’an, jilid 1, (Depok:Pustaka Khazanah
Fawai‟id:2017), h.320
3
ini tersebut ditujukan untuk mengingatkan bahwa yang dimaksud dari perintah shalat
adalah memenuhi semua syarat-syarat shalat, bukan hanya sekedar melakukan
gerakan gerakan saja. Kemudian ada yang berpendapat bahwa maksud dari kata
mendirikan shalat disana adalah mengakui akan kewajiban, bukan sekedar
melaksakannya3
2. Munasabah Ayat
Ayat ini merupakan lanjutan dari rangkaian ayat-ayat sebelumnya yang
berbicara tentang kewajaran atas pembatalan perjanjian dengan kaum musyrikin, hal
ini disebabkan karena kaum musyrikin melakukan aneka kegiatan yang menunjukkan
maksud mereka melanggar perjanjian, pada ayat sebelumnya diuraikan alasan
wajarnya membatalkan perjanjian dengan kaum musyrikin karena bagaimana bisa ada
perjanjian langgeng antara kedua belah pihak (kaum muslim dan musyrik) sedangkan
mereka terus mengadakan permusuhan, dan selalu berupaya untuk membatalkan
(perjanjian) dan sedikit sekali diantara mereka yang terdorong untuk setia memegang
perjanjian tersebut dan kebanyakan mereka adalah orang orang yang kefasikannya
telah mendarah daging, sehingga dengan berbagai fakta ini, mereka tidak menepati
perjanjian yang telah diadakan sebelumnya antara kaum muslimin dan dan musyrikin.
3
Al-Raghib al-Ashfhani, Mufradat fi Gharib al-Qur’an, jilid 3, (Depok:Pustaka Khazanah
Fawai’id:2017), h.258,259.
4
Al-Raghib al-Ashfhani, Mufradat fi Gharib al-Qur’an, jilid 1, (Depok:Pustaka Khazanah
Fawai’id:2017), h.39.
4
Dan ayat ini memberikan penjelasan meskipun sikap mereka melampaui batas, Allah
tidak menutup pintu taubatnya kepada mereka (musyrikin) asalkan mereka bertaubat,
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka menjadi saudara seagama.
b. Tafsir Al-Misbah
Apabila mereka bertaubat dari kekufuran dan berpegang teguh kepada hukum-
hukum islam dengan mngerjakan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka adalah
saudara-saudara kalian seagama. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama
5
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid 4, (Singapura:Pustaka Nasional PTE LTD, 2015), h. 2871.
5
dengan hak dan kewajiban kalian. Allah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya
kepada orang-orang yang dapat mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan.6
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Cet. V ; t.t:
Lentera Hati, 2012), h.539.
6
dan kemudian melahirkan beberapa kata al-akh, akhu, yang makna dasarnya
"memberi perhatian اهتم,"dan kemudian berkembang artinya menjadi "sahabat, teman
ُالصاحة،" الصديقyang secara leksikal menunjuk pada makna "dia bersama di setiap
keadaan, saling bergabung antara يستعارُلكلُمشاركُلغيرهُفىُالقثيلةkomunitas suatu pada
selainnya Mungkin karena arti dasar tadi, yakni "memperhatikan", menyebabkan
setiap orang yang bersaudara mengharuskan ada perhatian di antara mereka, dan
menyebabkan mereka selalu bergabung (musharik) dalam banyak keadaan7.
7
Louis Ma'luf, Al-Munjid fi al-Lughah, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1977), h.5.
8
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an; Tafsir Mauḍu`i atas Pelbagai Persoalan Umat (Cet.
XV; Bandung: Mizan, 2004), h.486.
9
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an; Tafsir Mauḍu`i atas Pelbagai Persoalan Umat (Cet.
XV; Bandung: Mizan, 2004), 487.
7
a. Ukhuwah Keagamaan (Al-Ukhuwah Al-Diniyyah)
Ayat yang berkaitan dengan Ukhuwah keagamaan salah satunya yaitu Qs. At-
Taubah 9: 11, ditegaskan bahwasanya "orang beribadah seperti shalat, zakat, dan lain-
lain mereka saudara seagama". Yang dimaksud oleh ayat ini adalah persaudaraan
seagama Islam, atau persaudaraan sesama muslim. Dalam ayat tersebut menggunakan
kata ikhwah. Kata ini sebagaimana yang telah diuraikan bisa berarti "persaudaraan
seketurunan", artinya bahwa hubungan persaudaraan seagama sesama muslim harus
erat sebagaimana eratnya hubungan antar saudara seketurunan.
Kemudian dalam hadis yang dikemukakan oleh Ibnu Katshir tadi
menggunakan kata ikhwan, dan kata ini mengandung arti hubungan persaudaraan
tanpa seketurunan, artinya bahwa orang muslim itu terdiri atas banyak bangsa dan
suku yang tidak seketurunan, maka mereka juga harus mengakui bahwa mereka
adalah bersaudara. Ukhuwah keagamaan tampak sekali menjadi prioritas Nabi saw
ketika pertama kali Hijrah di Madinah.
Pada saat pertama kali rombongan sahabat dari Makkah tiba, dan mereka ini
disebut kaum Muhajirin, maka saat itu pula Nabi saw langsung mengikatkan tali
persaudaraan mereka kepada orang-orang mukmin di Madinah yang disebut kaum
Anshar. Sehingga terjadilah tali ukhuwah keagamaan yang erat antara Muhajirin dan
Anshar. Mereka sama-sama umat beragama Islam, mereka sama-sama menunaikan
ibadah yang diajarkan oleh Islam seperti shalat dan zakat sebagaimana dalam QS. al-
Taubah ayat 11 yang telah sebutkan.
8
pertama kali Al-Qur`ān menggarisbawahi bahwa perbedaan adalah hukum yang
berlaku dalam kehidupan ini. Selain perbedaan tersebut merupakan kehendak Allah,
juga demi kelestarian hidup, sekaligus demi mencapai tujuan kehidupan makhluk di
pentas bumi10.
10
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur`ān, (Bandung: PT. Mizazan Pustaka, 2007). h.491.
11
http://espeilimab.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html,
diakses 16 Oktober 2017, jam 09.57 WITA.
9
agar setiap manusia saling mengenal dan memperkuat hubungan persaudaraan di
antara mereka.
persaudaraan yang dimaksud dalam ayat tersebut bukan menurut ikatan geneologi
tapi menurut ikatan iman dan agama. Apabila orang yang dahulu ingkar kepada
Allah, tidak menunaikan shalat, dan perbuatan ingkar lainnya, kemudian ia bertaubat,
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat maka sejak saat itu ia adalah saudaramu,
dalam ikatan agama. Jadi yang dinamai saudara seagama paling tidak punya tiga
syarat, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat.
Sesungguhnya didalam persaudaraan terdapat keutamaan dan pengaruh
positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata dan merapatkan
barisan. Orang- orang yang terikat dengan persaudaraan memiliki banyak keutamaan
seperti diantaranya adalah: kelak dihari kiamat mereka memiliki kedudukan yang
mulia yang dicemburui oleh para syuhada, wajah-wajah mereka bagaikan cahaya
diatas cahaya, seperti hadist yang bersumber dari Umar bin Khatob, Nabi Shallahu
„Alaihi Wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya dari hamba-hamba kami ada
sekelompok manusia, mereka bukan para nabi dan juga bukan para syuhada. Para
nabi dan syuhada cemburu kepada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah
dihari kiamat. Para sahabat bertanya: siapakah mereka wahai Rasulullah? Mereka
adalah suatu kaum yang mencintai karena Allah padahal tidak ada hubungan
persaudaraan (persaudaraan sedarah) antara mereka, dan tidak ada hubungan harta
(waris), maka demi Allah sesungguhnya wajah-wajah mereka bagaikan cahaya dan
sesungguhnya mereka diatas cahaya, mereka tidak takut Ketika manusia merasa
takut, dan tidak pula sedih Ketika manusia sedih, kemudia beliau membaca ayat ini:
10
ِ ِْاّلل ِۤ ِ
َْْيَزنُ ْو َْن
َْ ْه ْمْل
ْو
َ م ه يَل ْعفٌ و ْخْْل
َ ٰ
ُ َ ْ ْ َ ْ َ ّ َ َاََْلْٓا َّنْاَْولي
ء ا
Terjemahnya:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi) para wali Allah itu tidak ada rasa takut
yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih.” (QS. Yunus/10:62)
masyarakat islam dalam menyikapi persaudaraan dalam Islam, dari fakta-fakta yang
terlihat maka penting bagi masyarakat islam, dalam menyikapi persaudaraaan dalam
islam untuk mengetahui konsep persaudaraan dalam Al-Quran atau lebih mudahnya
bisa disebut konsep persaudaraan dalam Islam sesuai Al-Qur‟an dan as-Sunnah.12
Hal ini telah kami jelaskan pada pembahasan sebelumnya.
Persaudaraan dengan berpegang pada tali Allah merupakan nikmat yang
diberikan Allah SWT orang-orang yang di cintai-Nya diantara hamba-hambaNya.
Disini Dia mengingatkan mereka akan nikmat sebagaimana ketika mereka pada
zaman jahiliyah saling bermusuhan, padahal tidak ada yang lebih sengit
permusuhannya daripada suku Aus dan Khazraj di Madinah. Tetapi kemudian Allah
mempersatukan hati kedua suku arab tersebut dengan Islam. Karena memang hanya
Islam sajalah yang dapat mempersatukan hati hati yang saling bermusuhan dan
berjauhan.13 Dan dari tujuan Allah menciptakan perbedaan bukanlah untuk saling
berselisih, mendiksreditkan maupun mendiskriminasi antara satu dengan yang
lainnya. Justru tujuannya adalah agar saling mengenal, serta saling menghargai.
Namun, jika dalam memperlakukan manusia lainnya dengan cara merendahkan,
12
Ahmad Miftahusolih, Heggy Fajrianto, Taufiq CH. “Konsep Persaudaraan dalam Al-
Quran” Zad Al-Mufassirin, Vol 3 No 1 (2021) h. 47.
13
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 2, (Cet; I, Jakarta: Gema Insani, 2001), h.122.
11
menindas dan menjatuhkan martabatnya, hal yang merupakan penghinaan dan secara
tidak langsung menghina Tuhan.14
14
Zakiyuddin Baidawy, Ambivalensi Agama, Konflik dan Kekerasan, (Yogyakarta: Lesti,
2002), h. 5.
15
Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi
Bukan Aspirasi, (Bandung: Mizan, 2006), h. 284.
12
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis dari tafsir ayat sosial yang terkandung dalam QS. At-
Taubah ayat 11 maka kami simpulkan bahwa pada ayat tersebut menjelaskan
makna dari sebuah persaudaraan dalam islam, dikatakan dalam ayat ini bahwa
Kaum musyrik yang seharusnya dibunuh atau diperangi, jika mereka bertobat
yakni beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, melaksanakan salat lima waktu dan
Ikatan persaudaraan yang demikian adalah ikatan yang sangat kuat dan luas yang
ditujukan kepada orang yang mau mengerti, terutama mengenai kaum musyrikin
yang bertobat ataupun yang tidak dan bagaimana seharusnya mereka itu
diperlakukan.
terdapat tiga konsep tentang ukhuwah atau peraudaraan yang diajarkan Al-
13
persaudaraan hakiki, dan pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan derita
dan nyaman pada saat berada di antara sesamanya, dan dorongan kebutuhan
tetangga dan handaitolan, bangsa dan baru ukhuwah islamiyah secara universal.
Artinya tidak dibenarkan membela saudara seiman di tempat yang jauh dengan
mengabaikan nasib (menelantarkan) saudara seiman yang lebih dekat baik karena
ikatan darah (keluarga) geografis dan kebangsaan.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan materi yang telah kami paparkan di atas maka
penulis berharap:
1. Pembaca dapat memahami materi yang telah kami sampaikan
2. Kesadaran akan pentingnya memahami hakikat dari sebuah persaudaraan
14
3. Pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Ashfhani, Al-Raghib. Mufradat fi Gharib al-Qur‟an, jilid 1, Depok: Pustaka
Khazanah Fawai‟id. 2017.
Baidawy, Zakiyuddin. Ambivalensi Agama, Konflik dan Kekerasan, Yogyakarta:
Lesti. 2022.
Hamka, Tafsir Al-Azhar. Jilid 4, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD. 2015.
http://espeilimab.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html,
diakses 16 Oktober 2017, jam 09.57 WITA.
Ahmad Miftahusolih, Heggy Fajrianto. Taufiq CH. “Konsep Persaudaraan dalam Al-
Quran” Zad Al-Mufassirin, Vol 3 No 1. 2021.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah, Pesan kesan dan keserasian Al-Qur’an. Jilid
5, Tangerang: Lentera Hati. 2012.
Siroj, Said Aqil. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai
Inspirasi Bukan Aspirasi, Bandung: Mizan. 2006.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jilid 2. Cet I. Jakarta: Gema Insani. 2001.
16