Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS AYAT TENTANG TUGAS SEORANG RASUL

(QS. AN-NAHL AYAT 36)

MAKALAH
Disusun Sebagai Bahan Presentasi Serta Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir Sosial Semester III Tahun Akademik 2022

Disusun Oleh:
Kelompok 2
ST. NURJANNAH
30300121004

NURFADILAH
30300121006

WHANDY SUWIRNO
30300121011

MUHAMMAD SABIR
30300121018

ARJUNA RISAL
30300121020

Dosen Pengampu : Yusran, S. Th.I., M. Hum.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
2022
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang

berjudul “Analisis Ayat Tugas Seorang Rasul (QS. An-Nahl: 36)”. Shalawat

serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad

shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para keluarga dan sahabatnya.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah “Tafsir

Sosial”. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ustadz Yusran, S.

Th.I., M.Hum. selaku Dosen mata kuliah Tafsir Sosial. Berkat tugas yang

diberikan, kita dapat menambah wawasan mengenai topik yang diberikan. Penulis

juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta dalam penyusunan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf kepada para pembaca atas

kesalahan dan ketidaksempurnaan yang terdapat dalam makalah ini. Penulis juga

berharap kepada para pembaca agar dapat memberikan saran dan masukan yang

membangun apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Samata, 11 Desember 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Ayat dan Terjemahan ................................................................................ 3

B. Makna Mufradat QS. An-Nahl Ayat 36 ..................................................... 3

C. Kandungan Ayat ....................................................................................... 5

D. Penafsiran Ayat ......................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 9

A. Kesimpulan ............................................................................................... 9

B. Saran ......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diantara tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an adalah untuk menjadi

pedoman manusia dalam menata kehidupan mereka supaya memperoleh

kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Agar tujuan dapat direalisasikan oleh

manusia, maka Al-Qur’an datang dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-

keterangan dan konsep-konsep, baik yang bersifat global maupun terperinci, yang

tersurat maupun yang tersirat dalam berbagai persoalan dan bidang kehidupan

masyarakat. Dialektika antara teks Al-Qur’an dengan realita sosialnya mengalami

perubahan pasca Rasulullah wafat.

Dampak dari perubahan ini antara lain hubungan dialog yang telah

dibangun oleh Al-Qur’an pada masa turunnya menjadi monologis. Artinya, Al-

Qur’an sudah tidak lagi aktif berdialog tetapi sebaliknyamenunggu untuk diajak

berdialog atau cenderung dipahami secara doktrinal. Beragam diskursus, peristiwa

dan konteks yang melingkupi turunnya Al-Qur’an tidak akan terulang sama persis

pada saat ini. Kondisi sosial kehidupan Nabi Muhammad Saw., menerima wahyu
sekaligus cara beliau menafsirkannya dan mengaplikasikannya dalam sebuah

perilaku juga tidak akan dapat dirasakan oleh umat Islam sekarang dan masa yang

akan datang. Fakta ini menunjukkan bahwa ada rentang waktu yang sangat

panjang antara Al-Qur’an sekaligus Nabi Muhammad dengan umat Islam yang

hidup dalam dunia modern sekarang. Sehingga menjadi tantangan yang harus

dihadapi para mufassir tentang perkembangan kajian teoritis tafsir sosial, sehingga

mereka dapat menjelaskan dan mengungkapkan maksud serta kandungan makna

Al-Qur’an yang telah diwahyukan pada masa lalu tetapi harus tetap bisa dijadikan

pedoman hidup sampai akhir masa.

1
B. Rumusan Masalah

1. Uraikan ayat dan terjemahan QS An-Nahl ayat 36!

2. Jelaskan makna mufradat QS. An-Nahl 36!

3. Jelaskan kandungan ayat QS. An-Nahl ayat 36!

4. Jelaskan penafsiran dari QS. An-Nahl ayat 36

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari makalah ini antara lain, untuk mengetahui:

1. Ayat dan terjemahan QS.Al-Baqarah ayat 36.

2. Makna mufradat QS. Al-Baqarah ayat 36.

3. Kandungan ayat QS.Al-Baqarah ayat 36.

4. Penafsiran ayat QS. An-Nahl ayat 36.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat dan Terjemahan
َّ ‫غوتَ ۖ فَ ِم ْن ُه ْم َم ْن َهدَى‬
ُ‫َّللا‬ َّ ‫اجتَنِبُوا‬
ُ ‫الطا‬ َ َّ ‫وًل أَ ِن ا ْعبُدُوا‬
ْ ‫َّللا َو‬ ‫س ا‬ ُ ‫َولَقَدْ َب َعثْنَا فِي ُك ِل أ ُ َّم ٍة َر‬
ُ‫ْف َكانَ َعاقِ َبة‬ َ ‫ظ ُروا َكي‬ ِ ‫ِيروا فِي ْاْل َ ْر‬
ُ ‫ض فَا ْن‬ ُ ‫ت َعلَ ْي ِه الض َََّللَةُ ۚ فَس‬ ْ َّ‫َو ِم ْن ُه ْم َم ْن َحق‬
َ‫ْال ُم َك ِذ ِبين‬
Terjemahan:
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut”, kemudian di antara
mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam
kesesatan. Maka berjalanlah kamu di Bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).

B. Makna Mufradat QS. An-Nahl Ayat 36

a. ‫عمة‬
Kata Ummah berasal dari amma-ya ummu yang berarti menuju menumpu

dan meneladani. 1 Kata ummah memiliki beberapa makna dapat bermakna bangsa

kelompok masyarakat, agama atau kelompok keagamaan, waktu atau jangka

waktu, dan juga pemimpin atau sinonim dengan kata iman.2

M. Quraish Shihab juga menuturkan bahwa kata ummah dapat berarti


seluruh kelompok ataupun golongan yang terhimpun atau sesuatu baik itu agama,

maupun waktu, atau tempat yang sama meskipun penghimpunannya itu dilakukan

karena terpaksa ataupun dorongan kehendaknya. 3

b. ‫طغوت‬
Kata ( ‫)طغوت‬ thaghut terambil dari kata ( ‫طغى‬ ) thagha yang pada

mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-

1
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: Pt. Mizan Pustaka, 2007), h 429.
M. Dawan Rahardjo, Ensiklopedia al-Qur’an: Tasir Sosial Berdasarkan Konsep-
2

Konsep Kunci (Jakarta: Paramadina, 1996), h 483.


M. Dawan Rahardjo, Ensiklopedia al-Qur’an: Tasir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep
3

Kunci, h 430.

3
berhala, karena penyembahan berhala adalah sesuatu yang sangat buruk dan

melampaui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala

sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan,

pelanggaran, dan kesewenang-wenangan terhadap manusia.4

c. ‫َهدَى‬
Hidayah (petunjuk) yang dimaksud ayat di atas adalah hidayah khusus

dalam bidang agama yang dianugerahkan Allah kepada mereka yang hatinya

cenderung untuk beriman dan berupaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya5. Ar-

Raghib al-Ashafahani dalam kitabnya Al-Mufradat fi gharib Al-Qur’an bahwa


secara bahasa, kata ‫ الهدى‬dan ‫ الهداية‬memiliki makna yang sama. Akan tetapi pada

penggunaannya Allah SWT mengkhususkan kata ‫ الهدى‬untuk menunjukan hidayah

yang Dia jaga serta Dia berikan pada manusia. 6

d. ُ‫الض َّٰللَة‬

Kata ‫ الضَلل‬artinya adalah menyimpang dari jalan yang lurus. Lawan

katanya adalah ‫ الهداية‬yaitu petunjuk. Adapun kata ‫ الضَلل‬yang berarti sesat, ia juga

dapat digunakan untuk semua penyimpangan dari manhaj, baik dengan sengaja
ataupun tidak, baik itu sedikit ataupun banyak, karena sesungguhnya jalan lurus

yang diridhai oleh Allah itu sangatlah susah sekali. Dan juga pada kata ‫الضَلل‬

yang berarti sesat, jika dilihat dari sisi lain, ia mempunyai dua jenis; pertama

adalah sesat dalam ilmu nadzari, seperti tersesat dalam mengetahui Allah,

keesaan-Nya, dan pengetahuan tentang kenabian. Sedangkan jenis ‫ ضَلل‬yang

4
M.Quraish Shihab, Tafsir al-mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jilid 7
(Cet.3; Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 224.
5
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, h. 225.
6
Ar-Raghib Al-Ashfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an: Kamus al-Qur’an, Jilid 3
(Cet.1; Depok: Pustaka Khazanah Fawa'id, 2017), h. 861.

4
kedua adalah sesat dalam ilmu amaliyah, seperti tentang hukum-hukum syariat

berupa peribadatan.7

e. َ‫ْال ُمك َِذبِيْن‬

Kata ‫ الكذب‬berarti dusta yang dimaksud dengan kedustaan orang munafik

ini adalah dalam keyakinannya, bukan dalam ucapan mereka, dan perkataan

mereka terkadang bisa saja jujur. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam

QS. Yusuf/12 : 110 :

‫ي َم ْن نَشَا ُء ۖ َو ًَل‬ ْ َ‫ظنُّوا أَنَّ ُه ْم قَدْ ُك ِذبُوا َجا َءهُ ْم ن‬


َ ‫ص ُرنَا فَنُ ِج‬ َ ‫س ُل َو‬ ُ ‫لر‬ُّ ‫س ا‬ َ َ ‫َحتَّ ٰى إِذَا ا ْستَيْأ‬
َ‫سنَا َع ِن ْالقَ ْو ِم ْال ُم ْج ِرمِين‬ُ ْ‫يُ َردُّ بَأ‬
Terjemahan:
Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang
keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan,
datanglah kepada mereka (para rasul) itu pertolongan Kami, lalu
diselamatkan orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat
ditolak dari orang yang berdosa.
Maksudnya adalah bahwa orang-orang itu menganggap para rasul yang

diutus kepada mereka adalah pembohong, sehingga mereka pun mendustakan para

Rasul-Nya. Kata ‫ كذبوا‬yang berarti mereka didustakan, sama bentuknya dengan

kata ‫ فيقوا‬yang berarti mereka difasiqkan ,seperti Bentuk kata ‫ وزنوا‬artinya mereka
dihiaskan, atau seperti bentuk kata ‫ وخطءوا‬artinya lalu mereka disalahkan.8

C. Kandungan Ayat

Surah An-Nahl ayat 36 ini, menunjukkan bahwa hikmah diutusnya para

Rasul ialah dalam rangka mengajak umat mereka untuk beribadah kepada Allah

semata dan melarang dari peribadatan kepada selain-Nya.

Ketika menerangkan kandungan dari ayat 36, syaikh Abdurrahman bin

Hasan Rahimahullah mengatakan, “ayat ini menunjukkan bahwa hikmah

7
Ar-Raghib Al-Ashfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an: Kamus al-Qur’an, Jilid 3, h.
548-549.
8
Ar-Raghib Al-Ashfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an: Kamus al-Qur’an, h. 308.

5
diutusnya para Rasul ialah supaya mereka mendakwahi kaumnya untuk beribadah

kepada Allah semata dan melarang dari beribadah kepada selain-Nya. Selain itu,

ayat tersebut juga menunjukkan bahwa tauhid inilah agama para Nabi dan Rasul,

walaupun syariat mereka berbeda-beda.

D. Penafsiran Ayat

1. Tafsir Al-Qurtubi

Firman Allah Ta’ala: “Dan sungguh Kami telah mengutus Rasul pada

tiap-tiap umat (untuk menyerukan) Sembahlah Allah (saja)”. Maksudnya,

hendaknya kalian mmyembah Allah saja. “Dan jauhilah Thaghut itu.”

Maksudnya, tinggalkan oleh kalian semua sesembahan selain Allah, seperti: setan,

dukun, patung dan semua yang menyeru kepada kesesatan. “Maka di antara umat

itu ada orang-orang Yang diberi petunjuk oleh Allah.” Maksudnya diberi

petunjuk kepada agama-Nya dan beribadah kepada-Nya. “Dan ada pula di

antaranya Orang-orang yang telah pasti kcsesatan baginya.” Maksudnya, dengan

ketetapan dahulu (qadha) bagi dirinya sehingga dia mati dalam Kekufurannya.

Hal ini menolak pandangan kelompok Qadariah, karena mereka

mendakwahkan bahwa Allah swt memberikan petunjuk kepada semua manusia

dan memberikan taufik (bertemunya kehendak Allah dengan Kehendak manusia)

kepada mereka untuk mendapatkan petunjuk. “Maka diantara umat itu ada

orang-orang yang diberi petuniuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-

orang yang telah pasti kesesatan baginya.” Hal ini telah dijelaskan bukan hanya

dalam satu tempat saja. “Maka berjalanlah kamu dimuka bumi.” Maksudnya,

berjalanlah dengan menyerap pelajaran di muka bumi. “Dan perhatikanlah

Bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

6
Maksudnya, bagaimana akhir mereka menuju kepada kebinasaan adzab dan

kehancuran. 9

2. Tafsir Al-Azhar

Didalam ayat ini telah jelaslah bahwa Allah menunjukkan perbandingan di

antara orang yang mendapat petunjuk Tuhan dan orang-orang yang sesat. Manusia

disuruh memandang dan merenungkan perbedaan diantara hidup kedua golongan

tersebut. Kita disuruh berjalan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana

akibat dari orang yang mendustakan Tuhan, orang yang tidak sudi menerima

kebenaran. Di sini Tuhan telah menjelaskan bahwa akibat dari orang yang
mendustakan ajaran Tuhan itu, tidaklah ada yang selamat. Memang, kadang-

kadang mereka diberi kesempatan. Maka dengan kesempatan yang diberikan

sedikit itu, mereka bertambah lupa dan mereka bertambah bangga dalam

kesesatannya. Namun, kemudian segala kesempatan itu dicabut dengan Tiba-tiba

dengan kesudahan yang menyedihkan. 10

3. Al-Thabari

Maksud dari ayat tersebut ialah Allah berfirman: “Wahai manusia, Kami
telah mengutus pada setiap umat terdahulu sebelum kalian seorang Rasul.

Sebagaimana Kami mengutus seorang Rasul ditengah kalian untuk

memerintahkan kalian menyembah Allah tanpa sekutu bagi-Nya, mentaati-Nya

semata dan menunaikan ibadah untuk-Nya wajtanibu thaghut dan jauhilah tagut”

Maksudnya, jauhilah setan dan waspadalah, agar ia tidak menyesatkan kalian dan

menjauhkan kalian dari jalan Allah sehingga kalian tersesat.

Firman Allah: “Faminhum man hada Allah “ maka diantara umat itu ada

orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah“ maksudnya ialah, Kami mengutus

9
Imam Al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurtubi, terj, Jilid 10 ( t.t: Pustaka Azzam, 2008), h. 257.
10
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5 (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, t.th), h. 3911.

7
Rasul-rasul ditengah-tengah manusia dengan membawa petunjuk Allah, lalu

memberi mereka (komunitas manusia tersebut ) taufik untuk membenarkan Rasul-

rasul-Nya, menerimanya, beriman kepada Allah, menaati-Nya, sehingga mereka

beruntung dan selamat dari azab Allah.

Wa minhum man haqqots alaihim dhalalah “Dan ada pula diantaranya

orang-orang yang telah pasti kesesatannya”, maksudnya ialah diantara umat-umat

yang Kami utuss para Rasul kepada mereka itu ada orang yang telah dipastikan

sesat, sehimgga mereka menyimpang dari jalan yang lurus, kufur kepada Allah,

mengingkari Rasul-rasul-Nya dan mengikuti thagut, Allah lalu membinasakan


mereka dengan hukuman-Nya dan mengazabnya.

Fasiru fil ardhi kaifa kana ‘aqibarul mukadzibin “Maka berjalanlah kamu

dimuka bumi dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang

mendustakan (Rasul-Rasul), “ Maksudnya ialah Allah berfirman kepada orang-

orang musyrik Quraisy, “Jika kalian, wahai manusia, tidak membenarkan rasul.

Kami tentang apa yang dikabarkannya mengenai umat-umat yang tertimpa azab,

lantaran kufur kepada Allah dan mendustakan para rasul, maka berjalanlah di
muka bumi yang mereka tinggali dan negeri-negeri yang mereka makmurkan, lalu

perhatikanlah jejak Allah pada mereka serta sisa Kemungkaraan-Nya yang

menimpa mereka. Kalian akan melihat kebenaran hal itu dan mengetahui

kebenaran berita yang disampaikan Muhammad SAW kepada kalian.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari tafsir ayat sosial QS. An-Nahl ayat 36 maka

dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial, makhluk yang

berhubungan secara timbal balik dengan manusia lain. Makhluk sosial adalah

sebuah konsep ideologis dimana masyarakat atau struktur sosial dipandang

sebagai sebuah organisme hidup. Oleh karena itu, manusia hidup secara

berkelompok, sehingga akan memiliki sebuah jalinan. Karena terdapatnya jalinan

tersebut, hingga terjadinya kelompok sosial. Dengan terdapatnya saling butuh,

maka manusia suka ataupun tidak suka, tidak dapat mengelak dari kerja sama.

Semakin banyak kebutuhan manusia, semakin sedikit pula kemampuan untuk

memenuhinya serta makin tidak bisa mengelak dari kebutuhan pada tangan

ataupun bantuan orang lain. Dalam sebuah kelompok masyarakat, keagamaan, dan

lain-lain maka tentu dibutuhkan sosok yang namanya pemimpin yang akan

mengarahkan manusia untuk melakukan hal-hal baik (hidayah) dan akan

melarangnya dari perbuatan yang melampaui batas (thagut) yang nantinya akan
merugikan diri sendiri.

B. Saran

Demikianlah pokok bahasan yang dapat kami sampaikan. Besar harapan

kami agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kalangan banyak. Karena

keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari kalian yang

membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik

lagi dimasa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA
al-Ashfahani, A.-R. (2017). Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur'an: Kamus Al-Qur'an.
Depok: Pustaka Khazanah Fawa'id.
al-Qurtubi, I. (2008). Tafsir al-Qurtubi. t.t: Pustaka Azzam.
Hamka. (t.th). Tafsir al-Azhar. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD.
Rahardjo, M. D. (1996). Ensiklopedia Al-Qur'an: Tafsir Sosial Berdasarkan
Konsep-Konsep Kunci. Jakarta: Paramadina.
Shihab, M. Q. (2005). Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an.
Jakarta: Lentera Hati.
-----. (2007). Wawasan Al-Qur'an. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

10

Anda mungkin juga menyukai