RS1 2022 2 17 2301896803 Bab4
RS1 2022 2 17 2301896803 Bab4
44
Tabel 4.2 Daftar Sampel Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan
1. APLN Agung Podomoro Land Tbk.
2. ASRI Alam Sutera Realty Tbk.
3. BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk.
4. BAPI Bhakti Agung Propertindo Tbk.
5. BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.
6. BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk.
7. BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
8. BSDE Bumi Serpong Damai Tbk.
9. CPRI Capri Nusa Satu Properti Tbk.
10. CTRA Ciputra Development Tbk.
11. DART Duta Anggada Realty Tbk.
12. DILD Intiland Development Tbk.
13. DMAS Puradelta Lestari Tbk.
14. DUTI Duta Pertiwi Tbk
15. ELTY Bakrieland Development Tbk.
16. EMDE Megapolitan Developments Tbk.
17. GMTD Gowa Makassar Tourism Development Tbk
18. GPRA Perdana Gapura Prima Tbk.
19. JRPT Jaya Real Property Tbk.
20. KOTA DMS Propertindo Tbk.
21. LAND Trimitra Propertindo Tbk.
22. LPCK Lippo Cikarang Tbk
23. LPKR Lippo Karawaci Tbk.
24. LPLI Star Pacific Tbk
25. MKPI Metropolitan Kentjana Tbk.
26. MMLP Mega Manunggal Property Tbk.
27. MPRO Maha Properti Indonesia Tbk.
28. MTLA Metropolitan Land Tbk.
29. MTSM Metro Realty Tbk.
30. NIRO City Retail Developments Tbk.
31. NZIA Nusantara Almazia Tbk.
32. MORE Indonesia Prima Property Tbk
33. PAMG Bima Sakti Pertiwi Tbk.
34. PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk.
35. POLI Pollux Hotels Group Tbk.
36. POLL Pollux Properties Indonesia Tb
37. POSA Bliss Properti Indonesia Tbk.
38. PPRO PP Properti Tbk.
39. PUDP Pudjiadi Prestige Tbk.
40. PWON Pakuwon Jati Tbk.
41. RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati T
45
42. RDTX Roda Vivatex Tbk
43. REAL Repower Asia Indonesia Tbk.
44. RISE Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk
45. RODA Pikko Land Development Tbk.
46. SATU Kota Satu Properti Tbk.
47. SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
48. SMRA Summarecon Agung Tbk.
49. URBN Urban Jakarta Propertindo Tbk.
46
147
4.2.1.1.2 Profitabilitas
Profitabilitas merujuk pada kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari sumber daya
yang dimilikinya, dengan harapan bahwa manajemen dapat
meningkatkan atau mempertahankan profitabilitas yang
telah dicapai. Tingkat profitabilitas yang tinggi akan
mengakibatkan perusahaan lebih cepat menghasilkan
laporan keuangan. Dalam analisis statistik dari penelitian
ini, variabel profitabilitas memiliki nilai minimum sebesar
-0,3752 dan nilai maksimum sebesar 0,2774. Nilai rata-
rata profitabilitas adalah 0,003371 dengan standar deviasi
sebesar 0,069974.
47
tertinggi dalam hal profitabilitas pada tahun 2021, yaitu
sebesar 0,2774.
4.2.1.1.3 Solvabilitas
Solvabilitas mengacu pada perbandingan antara
jumlah aset dan jumlah hutang. Solvabilitas adalah rasio
yang digunakan untuk menilai kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Berdasarkan
analisis statistik deskriptif, nilai solvabilitas memiliki nilai
minimum sebesar -55,7293 dan nilai maksimum sebesar
6,8772 yang dicapai oleh Bliss Properti Indonesia Tbk.
Nilai rata-rata solvabilitas adalah 0,245141 dengan standar
deviasi sebesar 5,178744.
Dalam analisis penelitian ini, Bliss Properti
Indonesia Tbk mencapai nilai tertinggi dalam solvabilitas
pada tahun 2020, yaitu sebesar 6,8772.
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
50
Variance Inflation Factor (VIF). Indikator yang
digunakan adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau VIF ≥ 10.
Jika nilai tolerance lebih dari 0,10 atau nilai VIF
kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi (Ghozali, 2018). Hasil uji
multikolinearitas ditampilkan dalam Tabel 4.6 sebagai
berikut.
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinieritas
C 780.3032 52.10370 NA
PRO_X1 3213.465 1.044501 1.042410
SOL_X2 0.588615 1.035309 1.034072
UP_X3 1.091077 52.00434 1.021990
PA_X4 121.3556 1.212748 1.031248
51
Untuk menentukan model yang paling sesuai di
antara tiga model yang tersedia, yaitu Common Effect
Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM), dan
Random Effect Model (REM), perlu dilakukan
pengujian terhadap masing-masing model tersebut.
52
Berdasarkan hasil pengujian model common
effect yang tercantum dalam Tabel 4.7 di atas, dapat
diamati bahwa nilai probabilitas untuk variabel
profitabilitas menunjukkan angka yang lebih kecil
daripada tingkat signifikansi, yaitu 0,0045 < 0,05. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam model
common effect, variabel profitabilitas memiliki
pengaruh signifikan terhadap audit delay. Sementara
itu, variabel independen lainnya, seperti solvabilitas,
ukuran perusahaan, dan pergantian auditor
menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05, yang
merupakan nilai signifikansi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa dalam model common effect,
variabel solvabilitas, ukuran perusahaan, dan
pergantian auditor tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap audit delay.
Selain itu, dapat diperhatikan bahwa nilai F-
statistik menunjukkan nilai probabilitas sebesar
0,018053, yang lebih kecil dari nilai α (0,05), sehingga
dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama variabel
independen memiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Selanjutnya, nilai R-Squared
menunjukkan angka sebesar 0,053984, yang berarti
bahwa seluruh variabel independen dapat menjelaskan
5,4% variasi dalam variabel dependen, sementara sisanya
sebesar 94,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar
lingkup penelitian ini.
Tabel 4.8
Hasil Estimasi Fixed Effect Model
Effects Specification
54
Sumber Output Eviews 9, 2023
55
variabel dependen, sementara sisanya sebesar 36,32%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar lingkup
penelitian ini.
Tabel 4.9
Hasil Estimasi Random Effect Model
56
Dependent Variable: AD_Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/08/23 Time: 14:33
Sample: 2019 2021
Periods included: 3
Cross-sections included: 49
Total panel (balanced) observations: 147
Swamy and Arora estimator of component variances
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
57
Sumber Output Eviews 9, 2023
58
memilih model yang tepat antara Fixed Effect Model
dan Common Effect Model dalam estimasi data panel.
Hipotesis yang diajukan dalam uji Chow adalah
sebagai berikut (Ajija, 2011):
H0 = Model Common Effect
H1 = Model Fixed Effect
Tabel 4.10
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: CHOW_TEST
Test cross-section fixed effects
59
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model yang
lebih tepat digunakan untuk pengujian selanjutnya
adalah Fixed Effect Model (FEM). Penggunaan Fixed
Effect Model dipilih karena dalam uji chow ini, model
regresi fixed effect menunjukkan performa yang lebih
baik daripada model regresi common effect.
Tabel 4.11
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: HAUSMAN_TEST
Test cross-section random effects
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
60
cross section random sebesar 0,0490. Nilai ini
menunjukkan bahwa p-value lebih kecil dari nilai
signifikansi 5% (0,0490 < 0,05). Oleh karena itu,
hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1)
diterima. Dengan demikian, model yang tepat untuk
pengujian selanjutnya adalah Fixed Effect Model
(FEM). Pilihan FEM dalam uji hausman dipilih karena
model regresi fixed effect dianggap lebih baik
dibandingkan dengan random effect model.
Tabel 4.12
Hasil Uji Langrange Multiplier
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
61
Breusch-Pagan 47.82619 0.018369 47.84456
(0.0000) (0.8922) (0.0000)
Tabel 4.14
Hasil Analisis Regresi Data Panel
63
Sumber Output Eviews 9, 2023
Berdasarkan hasil dari tabel analisis regresi data
panel diatas, dapat dirumuskan persamaan regresi data panel
sebegai berikut :
Y = -23,99334 – 45,01078 PRO_X1 + 0,553984
SOL_X2 + 5,239883 UP_X3 + 3,238677 PA_X4
64
positif antara ukuran perusahaan dengan audit delay. Artinya,
jika nilai ukuran perusahaan meningkat, maka nilai audit delay
juga akan meningkat.
5. Koefisien regresi variabel pergantian auditor (3.238677)
menunjukkan bahwa jika variabel independen lainnya tetap
dan terjadi pergantian auditor sebesar satu satuan, maka audit
delay akan mengalami peningkatan sebesar 3.238677.
Koefisien positif menunjukkan adanya hubungan positif antara
pergantian auditor dengan audit delay. Artinya, jika terjadi
pergantian auditor, maka nilai audit delay juga akan
meningkat.
65
Tabel 4.15
Hasil Uji T
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
66
sebesar 0,3187. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi
lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan sebesar 5%
(0,3187 > 0,05). Oleh karena itu, hipotesis kedua ditolak, yang
berarti bahwa solvabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap audit delay pada perusahaan properti dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2019-2021.
67
4.2.7.2 Uji F dan Koefisien Determinasi (R2)
Untuk menguji apakah model regresi yang digunakan
cocok atau tidak, dapat dilakukan dengan menggunakan uji
statistik F. Pada tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%), jika nilai
signifikansi F lebih besar dari 5%, maka model regresi
dianggap tidak cocok. Sebaliknya, jika nilai probabilitas lebih
kecil dari 0,05 (α = 5%), maka model regresi dianggap cocok
(Ghozali, 2018).
Selain itu, koefisien determinasi digunakan untuk
mengukur sejauh mana profitabilitas, solvabilitas, ukuran
perusahaan, dan pergantian auditor mempengaruhi audit delay.
Nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh adjusted R-
square.
Tabel 4.16
Hasil Uji F dan R2
68
dependen (audit delay). Sisanya sebesar 36,32% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak profitabilitas,
solvabilitas, ukuran perusahaan, dan reputasi auditor terhadap audit delay
pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode tahun 2019 hingga 2021. Berikut adalah penjelasan
dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
4.3.1 Pengaruh profitabilitas terhadap audit delay
Dalam penelitian ini, hasil uji t menunjukkan bahwa
profitabilitas (X1) memiliki nilai negatif sebesar -0,838688
terhadap audit delay (Y). Ini berarti setiap peningkatan
leverage sebanyak 1 satuan akan menurunkan audit delay
sebesar 0,838688. Namun, hasil uji t menunjukkan bahwa
secara parsial, profitabilitas tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap audit delay. Hal ini terlihat dari nilai
signifikansi yang diperoleh sebesar 0,4038 > 0,05. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan properti
dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2019-2021.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis H1
ditolak dan H0 diterima. Penolakan hipotesis ini disebabkan
oleh fakta bahwa kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dan melakukan
transaksi penjualan yang menguntungkan tidak mendorong
manajemen untuk mempercepat penyajian laporan keuangan
yang telah diaudit. Auditor cenderung lebih berhati-hati
dalam memeriksa detail transaksi, baik yang nyata maupun
fiktif, untuk memastikan bahwa perusahaan memperoleh
keuntungan. Tindakan hati-hati auditor ini dapat
menyebabkan keterlambatan dalam pelaporan keuangan.
69
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Simatupang et al. (2018), yang juga menunjukkan bahwa
profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
audit delay. Penyebabnya adalah tidak semua perusahaan
dengan tingkat profitabilitas rendah akan mengalami audit
delay yang lebih lama. Hal ini disebabkan oleh
profesionalisme dari kantor akuntan publik yang melakukan
audit terhadap perusahaan klien. Mereka akan bekerja
dengan cermat dan menyelesaikan laporan audit sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan
demikian, meskipun perusahaan memiliki profitabilitas
rendah, tidak berarti secara otomatis akan mengalami
keterlambatan dalam proses audit.
Namun, hasil penelitian Liwe et al. (2018)
menunjukkan kebalikan, yaitu profitabilitas memiliki
pengaruh signifikan terhadap audit delay. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang memiliki laba yang
meningkat memiliki kemampuan untuk membayar biaya
audit yang lebih tinggi. Sehingga, perusahaan dapat
memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dapat
menyelesaikan proses audit lebih cepat. Selain itu,
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi (good
news) cenderung menginginkan audit diselesaikan dengan
segera dan tidak akan menunda penerbitan laporan
keuangan mereka. Dengan demikian, perusahaan yang
mengalami good news kemungkinan akan menyampaikan
laporan keuangan lebih cepat daripada perusahaan dengan
profitabilitas rendah atau mengalami kerugian.
70
leverage akan meningkatkan audit delay sebesar 1,002382.
Namun, hasil uji t menunjukkan bahwa secara parsial
solvabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
audit delay. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang
diperoleh, yaitu 0,3187 > 0,05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa solvabilitas tidak berpengaruh terhadap
audit delay pada perusahaan properti dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2021.
Penolakan hipotesis ini didasarkan pada fakta bahwa
baik di perusahaan dengan tingkat utang tinggi maupun
rendah, auditor akan tetap melakukan audit dengan prosedur
yang sama. Selain itu, untuk memudahkan pekerjaan audit,
manajemen perusahaan perlu bekerja sama dengan auditor
dengan memberikan informasi yang cukup mengenai tingkat
solvabilitas perusahaan, sebagaimana disebutkan oleh
Fairuzzaman et al. (2022).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati (2015), yang juga menunjukkan
bahwa solvabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap audit delay. Penelitian ini tidak konsisten dengan
logika teori dan hipotesis yang ada. Menurut logika tersebut,
perusahaan yang memiliki Debt-to-Equity Ratio (DER) yang
tinggi atau rendah akan tetap berupaya meminimalkan audit
delay guna memberikan keyakinan kepada pemegang saham
dan kreditornya bahwa perusahaan berada dalam kondisi
yang baik. Selain itu, sesuai dengan standar kualitas
pekerjaan auditor, auditor akan melakukan prosedur audit
sesuai dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
audit terkait utang. Oleh karena itu, tingkat solvabilitas
perusahaan seharusnya tidak memiliki pengaruh terhadap
audit delay.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Rudianti et al. (2022) menyatakan
bahwa solvabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap
71
audit delay. Hal ini dikarenakan ukuran utang yang dimiliki
perusahaan. Jika perusahaan memiliki utang yang besar,
maka pemeriksaan dan pelaporan terhadap utang akan
memakan waktu lebih lama, yang pada akhirnya dapat
memperlambat proses audit oleh auditor. Perusahaan yang
memiliki rasio utang yang tinggi dibandingkan dengan aset
keseluruhan cenderung menghadapi risiko kerugian yang
lebih tinggi. Kondisi ini akan membuat auditor lebih berhati-
hati dalam memeriksa laporan keuangan karena hal tersebut
berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan dalam
menyampaikan laporan keuangan tahunan.
73
audit delay pada perusahaan properti dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2019-2021.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa
pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay,
dengan demikian H4 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
jika perusahaan melakukan pergantian auditor tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay.
Hal ini dikarenakan pergantian auditor dapat dilakukan jauh
sebelum hubungan perusahaan dengan auditor lama
berakhir. Sehingga auditor baru dapat mengatur waktu
mereka untuk memahami lingkungan bisnis klien dan risiko
audit klien dari awal sehingga tidak dapat mempengaruhi
proses audit.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widhiasari dan Budiartha (2016) yang
menunjukkan bahwa pergantian auditor tidak
mempengaruhi audit delay secara signifikan. Hal ini
dikarenakan pergantian auditor tidak dapat menjamin
kepatuhan dalam penyampaian laporan keuangan
perusahaan tepat waktu. Lamanya proses audit tidak
dipengaruhi oleh pergantian auditor, karena pergantian
auditor dapat dilakukan jauh sebelum akhir tahun buku.
Auditor baru memiliki kesempatan untuk mengatur waktu
mereka guna memahami lingkungan bisnis klien dan risiko
audit klien sejak awal, sehingga tidak mempengaruhi proses
audit secara signifikan.
Namun, hasil penelitian Verawati dan Wirakusuma
(2016) menunjukkan kebalikan, yaitu pergantian auditor
berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini menunjukkan
bahwa jika perusahaan atau emiten mengganti auditor,
maka akan mengakibatkan penundaan dalam proses audit
perusahaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya prosedur
yang harus dijalani oleh auditor pengganti dalam proses
pengauditan. Jika perusahaan memutuskan untuk mengganti
74
auditor, proses ini akan memakan waktu lebih lama
dibandingkan jika auditor sebelumnya tetap melanjutkan
tugasnya. Auditor baru akan memerlukan waktu yang cukup
lama untuk memahami karakteristik bisnis klien dan sistem
yang ada di dalamnya, sehingga memerlukan waktu lebih
lama dalam melaksanakan proses auditnya. Akibatnya, ini
dapat menyebabkan penundaan dalam penyampaian laporan
keuangan yang telah diaudit.
75