Anda di halaman 1dari 129

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI

INFORMASI DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP


MANAJEMAN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 – 2021)

SKRIPSI

Ditulis Oleh

PIPIT DWI CAHYA KIRANA

NIM. 181011200225

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2022
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI
INFORMASI DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP
MANAJEMAN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 – 2021)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Ditulis Oleh

PIPIT DWI CAHYA KIRANA

NIM. 181011200225

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2022
MOTTO

“Allah nomor satu. Kamu entar dulu.”

(Pipitdwck)

“Sederhanakan ekspektasi untuk menjaga kewarasan.”

(Elkizar)

“Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran

adalah permulaan kesembuhan.”

(Ibnu Sinu)

“Tuhan melihat apa yang engkau sembunyikan, dan mendengar apa yang engkau

bisikan.”

(Imam Ali)

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI

INFORMASI DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP

MANAJEMAN LABA

(Studi Empiris pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 – 2021)

Oleh
PIPIT DWI CAHYA KIRANA
NIM. 181011200225

Skripsi telah disetujui untuk diajukan kepada majelis penguji skripsi, Program Studi
Akuntansi, Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pamulang, pada tanggal 30 November 2022

Menyetujui Mengetahui
Pembimbing Skripsi, Ketua Program Studi Akuntansi

Endah Finatariani S.E., M.M. Effriyanti, S,E., Akt., M.Si., CA


NIDN. 0426037401 NIDN. 0003047701

iii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI

INFORMASI DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP

MANAJEMAN LABA

(Studi Empiris pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 – 2021)

Oleh
PIPIT DWI CAHYA KIRANA
NIM. 181011200225

Skripsi telah dipertahankan di majelis penguji skripsi, Program Studi Akuntansi


Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang,
pada tanggal 15 Desember 2022 dan dinyatakan LULUS

Pembimbing Skripsi

Endah Finatariani, S.E., M.M.


NIDN. 0408089201
Penguji I, Penguji II,

Anggun Anggraini, S.E., M.M Anis Syamsu Rizal, S.PD.I., M.PD


NIDN. 0410059002 NIDN. 0404058304

iv
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Pipit Dwi Cahya Kirana
NIM : 181011200225
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Akuntansi
Konsentrasi : Keuangan
Judul Skripsi : Pengaruh Good Corporate Governance, Asimetri
Informasi dan Struktur Modal terhadap Manajemen
Laba
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini ditulis dengan penuh tanggung jawab dann benar-benar hasil penelitian
pribadi;
2. Skripsi ini bukan hasil plagiat dan atau menyalin dari skripsi oranng lain;
3. Setiap kutipan, saduran dan atau pernyataan yang terdapar di dalam Skripsi ini,
merupakan rujukan yang disebutkan jelas sumbernya dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Apabila di kemudian hari, terbukti ada pelanggaran mengenai keaslian Skripsi ini,
maka saya siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, dan dapat dipertanggung


jawabkan.
Pamulang, 26 November 2022

PIPIT DWI CAHYA KIRANA


NIM. 181011200225

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pipit Dwi Cahya Kirana


Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Juni 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status : Single
Alamat : Jl. H. Kimah rt 07 rw 01 no 1 Rawadenok.
Rangkapan jaya baru ,Pancoran Mas, Depok
Telepon : 089665806005
E-mail : pipitdwicahyakirana@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Rawadenok (2012)
2. SMP Muhammadiyah 2 Depok (2015)
3. SMK Al- Muhtadin (2018)
4. Universitas Pamulang (2022)

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pamulang, 26 November 2022

PIPIT DWI CAHYA KIRANA


NIM. 181011200225

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan ridho-Nya, skripsi ini

dapat terselesaikan. Ku persembahkan karya ini kepada :

1. Kedua orang tua yang sudah menjadi support system terbaik selama melakukan

perkuliahan ini. Terimakasih sudah mendukung saya sejauh ini tanpa rasa bosan.

Walau kadang suka marah-marah.

2. Ibu Endah Finatariani, S.E., M.M selalu dosen pembimbing, terimakasih atas

kesabaranya dalam membimbing dan memberi arahan untuk skripsi ini.

3. Tidak lupa untuk berterimakasih kepada diri saya sendiri yang sudah melawan

rasa malas dari rebahan walaupun hati sedang tidak baik-baik saja diri ini masih

punya niat untuk menyelesaikan skripsi ini hehe.

4. Teman-teman yang selalu mendukung saya. Rakel Rizki Gunanjar yang maunya

dipanggil bastian. Terimakasih sudah mau direpotkan, bersedia sebagai tempat

bertanya tentang perskripsian ini 24 jam nonstop seperti hansip komplek.

Terimakasih juga karna bastian ini waktu rebahan saya berkurang dan lebih sedikit

bermanfaat. Semoga dosa-dosa nya diampuni Allah Swt..

5. Teman-teman yang seperti kaka sendiri Ka Oca, Ka Lina, Ka Dwi, Ka Yeni, Ka

Lia, Ka Tia, Ka Qori terimakasih sudah sabar menghadapi saya yang ngangenin

ini. terimakasih sudah membuat warna-warni perkuliahan saya terasa berwarna

jingga membuat saya ingat kalau saya ini masih mahasiwi yang harus

menyelesaikan skripisi ini.

vii
6. Teman-teman Kelas SAKE005 terimakasih atas support dan doanya. Senang bisa

melewati 8 semester bersama kalian. Semoga cita-cita kita semua bisa tercapai.

Aamiin YRA.

7. Terimakasih kepada anggota grup WA “ Namanya juga hidup” , “ Wong Jowo”

dan tidak lupa pula kepada seluruh teman saya yang sudah mensupport sate

padang dikala saya tidak mood hehe. Ika dan Nisa yang kadang suka mensupport

saya untuk mengerjakan skripsi ini dengan jajan jajan dan jajan ☺. Semoga dosa

dan amal ibadah kalian di ampuni Allah Swt.

8. Dan kepada seluruh teman-teman saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terimakasih atas support dan menjadi moodboster saya selama perkuliahan.

viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Good Corporate Governance,
Asimetri Informasi dan Struktur Modal terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
Sub Sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode
penelitian yang digunakan yaitu periode 2017-2021. Penentuan sampel penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling dan berdasarkan kriteria yang ada
didapatkan 50 data perusahaan dan dianalisis menggunakan teknik regresi data panel
dengan model fixed effect untuk menguji hipotesis dengan menggunakan Eviews versi
10. Dengan mengumpulkan data-data yang terkait kemudian menganaslisis statistic
deskriptif. Hasil penelitian ini secara simultan menunjukan bahwa Good Corporate
Governance yang diproksikan dengan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial, Asimetri Informasi, dan Struktur Modal secara bersama-sama
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
secara parsial Kepemilikan Institusional dan asimetri informasi tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Sedangkan kepemilikan manajerial dan struktur modal
secara parsial berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kata kunci: Kepemilikan Institusional,Kepemilikan Manajerial, Asimetri Informasi,


struktur modal dan manajemn laba.

ix
ABSTRACT

This study aims to determine the effect of good corporate governance, information
asymmetry and capital structure on earnings management in food and beverage sub-
sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The research period used is
the 2017-2021 period. Determination of the research sample using a purposive
sampling method and based on existing criteria obtained 50 company data and
analyzed using panel data regression techniques with a fixed effect model to test the
hypothesis using Eviews version 10. By collecting related data then analyzing
descriptive statistics. The results of this study simultaneously show that Good
Corporate Governance is proxied by Institutional Ownership, Managerial Ownership,
Information Asymmetry, and Capital Structure which together influence earnings
management. The results of this study indicate that partially institutional ownership
and information asymmetry have no effect on earnings management. Meanwhile,
managerial ownership and capital structure partially affect earnings management.

Keywords: Institutional ownership, Managerial Ownership, Informationa


Asymmetry, and Capital Structure, Profit Management.

x
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance, Asimetri Informasi dan

Struktur Modal terhadap Manajemen Laba” (Studi Empiris pada Perusahaan Sub

Sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 –

2021). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada

program Strata-1 di Program Studi Sarjana Akuntansi Perpajakan, Fakultas Ekonomi

dan Bisnis, Universitas Pamulang. Pada kesempatan ini saya ingin menghaturkan rasa

hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. (H.C) H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya yang telah
mewujudkan mimpi-mimpi anak bangsa dengan mempelopori adanya pendidikan
dengan biaya terjangkau dan berkualitas.
2. Bapak Dr. E. Nurzaman AM, M.M., M.Si. selaku Rektor Universitas Pamulang
yang telah berupaya keras menjadikan Universitas Pamulang semakin berkualitas
dan banyak peminatnya.
3. Bapak Dr. H. Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CSRA, CMA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang yang telah memajukan Fakultas
Ekonomi menjadi semakin baik.
4. Ibu Effriyanti, S.E., Akt., M.Si., CA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi S1
yang senantiasa sabar memberikan pengarahan.
5. Ibu Endah Finatariani, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan
bijak membimbing, memberi dukungan, dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Akuntansi S1 Universitas Pamulang yang telah
memberikan ilmu bagi kami.

xi
7. Bapak dan Ibu Jajaran Staf Universitas Pamulang terkhusus staf akuntansi,
karyawan dan perpustakaan, yang telah melayani dan membantu memperlancar
upaya penulis dalam proses menyelesaikan skripsi dan studi di Universitas
Pamulang.
8. Keluarga dan teman-teman khususnya orangtua tercinta yang selalu support dalam
kondisi apapun.
9. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dorongan, motivasi, bantuan, dan doa
yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari yang
diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan dunia
ilmu pengetahuan.
Pamulang, 26 November 2022

PIPIT DWI CAHYA KIRANA


NIM. 181011200225

xii
DAFTAR ISI

MOTTO .................................................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................... ix
ABSTRACT ............................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ............................................................................................. xi
DAFTAR ISI.......................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 11
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 11
1.4.2 Manfaat Praktisi ..................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 11
2.1. Landasan Teori.............................................................................................. 11
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................................... 11
2.1.2 Teori Signaliing ...................................................................................... 13
2.1.3. Manajemen Laba.................................................................................... 15
2.1.4 Good Corporate Governance ................................................................ 17
2.1.5 Kepemilikan Institusional ...................................................................... 20
2.1.6 Kepemilikan Manajerial......................................................................... 22
2.1.7 Asimetri Informasi ................................................................................. 23
2.1.8 Struktur Modal ....................................................................................... 26

xiii
2.2 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 29
2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 33
2.4 Pengembangan Hipotesis ............................................................................... 34
2.4.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional,Kepemilikan Manajerial, Asimetri
Informasi, dan Struktur Modal Terhadap Manajemen Laba ............................ 34
2.4.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba .......... 36
2.4.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba............. 37
2.4.4 Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba ..................... 38
2.4.5 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Manajemen Laba ........................... 40
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 42
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 42
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 42
3.3 Operasional Variabel Penelitian .................................................................... 43
3.3.1 Variabel Dependen................................................................................. 43
3.3.2 Variabel Independen .............................................................................. 45
3.4 Populasi dan Sampel...................................................................................... 49
3.4.1 Populasi .................................................................................................. 49
3.4.2 Sampel.................................................................................................... 51
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 52
3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 53
3.6.1 Analisis Statistik deskriptif .................................................................... 53
3.6.2 Analisis Regresi Data Panel ................................................................... 53
3.6.3 Metode Estimasi Model Regresi Panel .................................................. 54
3.6.4 Pemilihan Model Regresi Panel ............................................................. 56
3.6.5 Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 59
3.6.6 Uji Hipotesis .......................................................................................... 61
3.6.7 Uji Koefisien Determinan ...................................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 62
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian............................................................... 62
4.2 Deskripsi Sempel........................................................................................... 62
4.3 Hasil Analisis Penelitian................................................................................ 64
4.3.1 Uji Statistik Deskriptif .......................................................................... 65

xiv
4.3.2 Uji Regresi Data Panel ........................................................................... 68
4.4 Uji Pemilihan Regresi Data Panel (Uji Model) ............................................ 70
4.4.1 Uji Chow ................................................................................................ 70
4.4.2 Uji Hausman .......................................................................................... 71
4.5 Uji Asumsi Klasik ......................................................................................... 74
4.5.1 Uji Normalitas........................................................................................ 75
4.5.2 Uji Multikolinearitas .............................................................................. 76
4.5.3 Uji Heteroskedastisitas........................................................................... 77
4.5.4 Uji Autokorelasi ..................................................................................... 78
4.6 Uji Hipotesis .................................................................................................. 79
4.6.1 Uji Simultan (Uji f) ................................................................................ 79
4.6.2. Uji Parsial (Uji T) .................................................................................. 81
4.7 Uji Regresi Data Panel ................................................................................... 83
4.8 Uji Koefisien Determinasi (R2)..................................................................... 85
4.9 Hasil dan Pembahasan ................................................................................... 87
4.9.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional,Kepemilikan Manajerial, Asimetri
Informasi, dan Struktur Modal Terhadap Manajemen Laba............................ 87
4.9.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba .......... 88
4.9.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba ............. 88
4.9.4 Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba ..................... 90
4.9.5 Pengaruh Struktur Modal terhadap Manajemen Laba ........................... 91
BAB V PENUTUP.................................................................................................. 92
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 92
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 92
5.3 Saran .............................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 95
LAMPIRAN............................................................................................................ 98

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ........................................... 30


Tabel.3.1 Waktu Penelitian…………………………………………………….43
Tabel.3.2 Operasional Variabel ......................................................................... 47

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel ................................................................ 62

Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan ................................................................... 63

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................64

Tabel 4.4 Common Effect Model .......................................................................66

Tabel 4.5 Fixed Effect Model ............................................................................67

Tabel 4.6 Random Effect Model ........................................................................68

Tabel 4.7 Uji Chow ..........................................................................................69

Tabel 4.8 Uji Hausman......................................................................................70

Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Data Panel.............................................................72

Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Data Panel Fixed Effect Model ...........................72

Tabel 4.11 Uji Multikolinearitas .......................................................................75

Tabel 4.12 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................76

Tabel 4.13 Uji Autokorelasi ..............................................................................77

Tabel 4.14 Uji Regresi Liniear Berganda Data Panel .......................................78

Tabel 4.15 Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................................80

Tabel 4.16 Uji Parsial (Uji t) .............................................................................82

Tabel 4.17 Uji Simultan (Uji F) ........................................................................84

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran......................................................................... 33


Gambar 4.2 Uji Normalitas ................................................................................. 74

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dampak negatif yang tidak diharapkan dari perkembangan era

globalisasi saat ini cukup banyak, masalah-masalah yang seharusnya dapat

dihindari seminimal mungkin justru dalam pelaksanaannya malah membuat

masalah-masalah baru bermunculan yang merugikan beberapa belah pihak,

permasalahan yang muncul itu bukan hanya dari konsep manajemen yang lemah

tapi dikarenakan risiko moral orang-orang yang menggunakannya. Banyak

orang yang mencari celah dari kelemahan kosep manejemen korporasinya.

Akibatnya konsep-konsep manajerial yang awalnya bernilai positif malah

diselewengkan menjadi suatu yang negatif dan merugihan banyak publik yang

memakai sumber informasi tersebut. Salah satu elemen penting dalam laporan

keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah informasi

laba. (Barus & Setiawati 2015)

Peneliti menyimpulkan manajemen laba menjadi salah satu faktor yang

dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, Manajemen laba adalah suatu

upaya manajer perusahaan untuk memengaruhi informasi yang terdapat dalam

laporan keuangan dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri. Manajemen

laba ini memberi dampak negatif bagi para investor dan kreditor maupun pihak-

pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan.

1
Manajemen laba merupakan pilihan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan dalam menentukan kebijakan akuntansi yang mempengaruhi

pelaporan laba untuk mencapai beberapa tujuan tertentu (Scott, 2015:445). Saat

ini, hampir di setiap perusahaan menerapkan pemisahan kerja antara pemegang

saham (principal) dengan manajemen (agen) yang disebut Teori Agensi dimana

manajemen sebagai pengelola yang menangani perusahaan secara langsung

diyakini lebih mengetahui informasi mengenai kondisi perusahaan

dibandingkan dengan pemegang saham. Kondisi demikian, dapat menyebabkan

timbulnya konflik antara keduanya yang disebabkan karena adanya perbedaan

kepentingan, terutama mengenai masalah laporan keuangan yang dibuat oleh

manajemen.

Informasi mengenai kondisi perusahaan yang lebih banyak diketahui

oleh manajemen inilah yang dapat memberi kesempatan kepada manajemen

untuk melakukan tindakan yang dapat menguntungkan dirinya sendiri. Tingkat

laba sering kali menjadi target manajemen untuk mencapai tujuan tertentu

karena laba sering digunakan oleh para pemegang saham sebagai indikator untuk

menilai kinerja perusahaan. Oleh karena itu, manajemen akan termotivasi untuk

mengambil kebijakan akuntansi yang dapat berdampak pada perubahan angka

laba dalam laporan keuangan yang sering disebut sebagai tindakan manajemen

laba. Dengan tingkat laba yang besar pemegang saham akan menilai baik kinerja

manajemen karena dianggap dapat mengelola dan memanfaatkan sumber daya

dengan efektif dan efisien. Kepemilikan Institusional dan Manajerial adalah

salah satu kunci perusahaan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi yang

2
berfokus pada mengoptimalkan alokasi atau sumber daya perusahaan yang

menimbulkan hasil ekonomi untuk kesejahteraan bagi pemegang saham dan

perhatian serta akuntabilitas bagi stakeholder lainnya (Asitalia dan Trisnawati

2017).

PT Pilar Sejahtera Food (AISA) merupakan salah satu perusahaan yang

dikaitkan dengan beberapa fenomena terlait manajemen laba pada perusahaan

makanan dan minuman akhir-akhir ini. Setelah dilakukan pengecekan terhadap

laporan keuangan AISA tahun 2017 ditemukan adanya penggelembungan dana

senilai 4 triliun, dan temuan dugaan penggelembungan pendapatam senilai Rp.

662 miliar dan penggelembungan lain senilai Rp.329 miliar pada pos EBITDA

(Laba sebelum pajak,depresiasi dan amortisasi) entitas bisnis makanan dari

emiten tersebut. Sumber CNN Indonesia 3 Maret 2019.

Prinsip Good Corporate dapat diimplementasikan melalui mekanisme

monitoring untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yaitu kepemilikan

Institusional. Menurut Pricilia dan Susanto (2017), kepemilikan saham yang

besar oleh pihak institusional merupakan salah satu mekanisme untuk

mengawasi kinerja manajemen. Keberadaan kepemilikan institusional

dipandang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan. Keberadaan

kepemilikan institusional dipandang mampu menjadi alat monitoring efektif

bagi perusahaan. (Amaliah dan Herwiyanti, 2019)

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pratika dan Nurhayati (2022)

bahwa Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap Manajemen

3
Laba. Hal ini berarti bahwa dengan semakin tingginya tingkat Kepemilikan

Institusional maka akan semakin rendah tingkat manajemen laba. Selain

kepemilikan institusional, kepemilikan Manajerial juga menjadi salah satu

faktor dari manajemen laba.

Kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan

dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat

kepemilikan manajerial yang meningkat. Apabila kepemilikan saham oleh

manajerial rendah maka ada kecenderungan akan terjadinya perilaku

opportunistic manajer yang akan meningkat juga. Dengan adanya kepemilikan

manajerial terhadap saham perusahaan maka dipandang dapat menyelaraskan

potensi perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham lainnya

sehingga permasalahan antara agen dan prinsipal diasumsikan akan hilang

apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham. Menurut

penelitian Utami et al. (2021) dan Lim & Siregar (2021) bahwa Kepemilikan

Manajerial dan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan

menurut penelitian Rabiatun et al. (2020) bahwa Kepemilikan manajerial

berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Kepemilikan manajerial

biasanya berhubungan dengan agency theory. Adanya kepemilikan manajerial

pada saham perusahaan dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan

antara pemegang saham luar dengan manajemen (Astari & Saputra, 2019).

Faktor lain yang mempengaruhi Manajemen Laba selain Kepemilikan

Institusional dan Kepemilikan Manajerial adalah Asimetri Informasi, salah satu

ukuran kinerja perusahaan yang dijadikan fokus dalam pengambilan keputusan

4
adalah laba. Oleh karena itu, adalah penting bagi perusahaan untuk menjaga

kepercayaan kreditur dan para pemegang saham melalui penyajian laporan

keuangan yang baik dan mampu menunjukkan bahwa perusahaan tidak

melakukan penyimpangan terhadap perikatan-perikatan yang dibuat dengan

kreditur dan pemegang saham. Fokus para pengguna laporan keuangan pada

informasi laba terkadang mengabaikan proses teciptanya laba itu sendiri. Hal ini

mendorong manajemen untuk melakukan beberapa tindakan yang disebut

manajemen laba (earnings management) atau manipulasi laba (Adnyana, 2008)

Dalam Pramesti dan Budiasih (2017). Munculnya tindakan manajemen laba

merupakan implikasi atas pendelegasian wewenang oleh para stakeholders

(asimetris informasi). Hubungan ini dapat dikatakan sebagai suatu bentuk

hubungan agensi karena adanya kontrak diantara dua pihak (Jensen dan

Meckling, 1976).

Manajemen dapat melakukan manajemen laba dengan adanya asimetris

informasi ini. Tindakan manajemen untuk memanipulasi laba ini di picu oleh

karena kelemahan yang terdapat dalam metode akuntansi yaitu dimana metode

akuntansi memberikan peluang untuk mencatat suatu fakta yang sama yaitu

dengan cara yang berbeda dan metode akuntansi ini juga memungkinkan bagi

pihak manajemen untuk melibatkan subyektifitas dalam menyusun estimasi.

Kelemahan inilah yang merupakan salah satu hal yang memberikan peluang atau

kesempatan bagi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba

Nurwardana, Ibrahim (2022).

5
Asimetri informasi dapat terjadi karena manajer lebih mengetahui

informasi perusahaan dibandingkan dengan pemilik atau pemegang saham,

sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan yang

dilaporkan untuk kepentingan sendiri Para peneliti telah menemukan bahwa

asimetri informasi dapat mempengaruhi manajemen laba. Teori keagenan

(agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer

sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai

kepala. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi

internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan

pemegang sahan dan stakeholder lainnya. Jika dikaitkan dengan peningkatan

nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan

sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalisasi

nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui

pengungkapan (dislosure) informasi akuntansi (Manggau, 2016).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pramesti dan Budiasih (2017)

bahwa variable Asimetri Informasi berpengaruh terhadap Manajemen Laba di

karenakan Apabila manajer di suatu perusahaan lebih mengetahui infromasi

internal dan prospek di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemegang

saham atau stakeholder lainnya, maka asimetri informasi dapat muncul. Berbeda

dengan Penelitian Barus dan Setiawati (2015) dalam penelitiannya menunjukan

bahwa Asimetri Informasi tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hal ini

dikarenakan kecilnya asimetri informasi yang terjadi pada perusahaan yang

6
dikarenakan stakeholder tidak mengetahui informasi yang lebih banyak tentang

perusahaan.

Faktor lain yang mempengaruhi manajemen laba yaitu Struktur modal

yang merupakan perbandingan antara utang terhadap ekuitas suatu perusahaan,

dan sering kali diproksikan dengan debt to equity ratio,yang mencerminkan

kombinasi penggunaan utang dan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Pengelolaan

struktur modal dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi pendanaan yang

optimal bagi perusahaan. Pengelolaan ini penting karena berkaitan erat dengan

pembelanjaan perusahaan itu sendiri. Tanpa kapabilitas perusahaan untuk

mendapatkan modal yang sesuai dengan kapasitasnya, perusahaan dapat

terancam tidak dapat melakukan pembe lanjaan yang dibutuhkan. Rencana

pembelanjaan yang disusun meliputi penentuan struktur modal yang akan

digunakan, serta perimbangan pembe lanjaan yang sesuai dengan struktur modal

yang dimiliki perusahaan (Devina, Harianto, dan Yanto, 2019 ).

Struktur modal dapat membantu perusahaan dalam mentargetkan tingkat

hutang dan ekuitas secara strategis. Jika tingkat pinjaman dengan modal atau

ekuitas dibawah target, langkah yang diambil perusahaan yaitu menerbitkan

surat hutang seperti wesel atau obligasi Pahmi (2018). Tingginya tingkat hutang

perusahaan akan memberikan konsekuensi resiko yang tinggi. Terutama dalam

kondisi ekonomi yang menurun. Seperti pada saat yang terjadi krisis ekonomi

pada tahun 1997-1998. Krisis tersebut berdampak pada semua sektor

perekonomian.

7
Perusahaan yang sumber dananya berasal dari hutang mengalami banyak

kemunduran kerja. Tidak sedikit perusahaan yang menjadi kesulitan

memperoleh dana untuk menjalankan kegiatan operasionalnya dan mengalami

kesulitan likuiditas. Selain itu perusahaan yang melakukan diversifikasi dapat

melakukan penghematan pajak dengan melakukan mengimbangi kerugian pada

beberapa segmen. Berdasarkan coinsurance effect ini perusahaan terdiversifikasi

dapat memiliki hutang yang lebih tinggi daripada perusahaan tidak berkaitan.

Yanto dan Wati,2020 menemukan bahwa perusahaan terdiversifikasi

menggunakan hutang yang besar sebagai sumber pendanaan, hal ini konsisten

dengan coinsurance effect.

Penelitian terdahulu yang dilakukan Christabel dan Bangun (2020)

menyatakan bahwa Struktur Modal Tidak berpengaruh terhadap Manajemen

Laba. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan DER yang tinggi dimana besarnya

total hutang terhadap total ekuitas akan menghadapi resiko tinggi yaitu

perusahaan terancam tidak mampu memenuhi kewajibannya maka praktik

manajemen laba tidak dapat menjadi acuan untuk menghindari resiko tersebut.

Berbanding kebalik dengan penelitian Munthe (2019) yang menunjukan hasil

penelitiannya berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hal ini disebabkan

semakin besar Struktur Modal, manajemen laba yang dilakukan semakin kecil.

Sementara bila Struktur modal semakin kecil, maka manajemen laba yang

dilakukan semakin besar juga.

Objek yang digunakan pada penelitian ini menggunakan perusahaan sub

sektor makanan dan minuman, hal ini dikarekan adanya masalah manajemen

8
laba yang pernah dilakukan PT Pilar Sejahtera Food (AISA) Jika manajemen

laba terus menerus dilakukan perusahaan akan mengurangi kredibilitas dari

laporan keuangan perusahaan tersebut. Penelitian ini mengembangkan hasil dari

penelitian Dewi, Dkk (2021) dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage,

Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Asimetri Informasi

Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020” dimana penelitian tersebut

mempunyai batasan penelitian yang perlu dikembangkan. Penelitian ini

dikembangkan dengan adanya penambahan variable independent yaitu Struktur

Modal, selain itu peneliti juga mengembangkan tahun penelitian dan sektor

penelitian, dimana pada penelitian ini tahun pengamatannya 2017-2021 dan

memakai sub sektor makanan dan minuman. Berdasarkan penemuan fenomena

dan hasil peneltian sebelumnya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan mengambil variable Good Corporate Governance, Asimetri Informasi

dan Struktur Modal karena peneliti ingin mencari tahu seberapa besar pengaruh

ketiga variable tersebut terhadap manajemen laba. Maka peneliti berminat untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance,

Asimetri Informasi dan Struktur Modal terhadap Manajemen Laba”

1.2 Rumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah berdasarkan latar belakang diatas dalam

penelitian ini sebagai berikut:

9
1. Apakah Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Asimetri

Informasi dan Struktur Modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Manajemen Laba?

2. Apakah Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh terhadap Manajemen

Laba?

3. Apakah Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh terhadap Manajemen

Laba?

4. Apakah Asimetri Informasi memiliki pengaruh terhadap Manajemen Laba?

5. Apakah Struktur Modal memiliki pengaruh terhadap Manajemen Laba?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai berdasarkan rumusan masalah yang

telah diuraikan sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris apakah Kepemilikan

Institusional, Kepemilikan Manajerial, Asimetri Informasi dan Struktur

Modal terhadap Manajemen Laba

2. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris pengaruh Kepemilikan

Institusional terhadap Manajemen Laba

3. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris pengaruh Kepemilikan

Manajerial terhadap Manajemen Laba

4. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris pengaruh Asimetri

Informasi terhadap Manajemen Laba

5. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris pengaruh Struktur Modal

terhadap Manajemen Laba

10
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah uraian untuk menunjukan bahwa suatu

masalah layak di teliti, serta untuk menunjukan signifikasi masalah yang akan

diteliti. Penulis mengemukakan manfaat dari penelitian Pengaruh Good

Corporate Governance, Asimetri Infromasi, dan Struktur Modal terhadap

Manajemen Laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdsaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2021 ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam

pengembangan ilmu ekonomi, khususnya bidang akuntansi. Selain itu penelitian

ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literature dan memunculkan ide dan

gagasan baru untuk penelitian selanjutnya sehubungan dengan Good Corporate

Governance, Asimetri Informasi dan Struktur Modal terhadap Manajemen Laba.

1.4.2 Manfaat Praktisi

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan

acuan oleh beberapa pihak terkait dengan keputusan atau kebijakan yang

akan diambil. Penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi perusahaan

mengenai tindakan manajemen laba yang dapat merugikan perusahaan di

mata publik dan menurunkan kepercayaan publik terhadap perusahaan.

11
2. Bagi Investor

Penelitian ini dapat dijadikan pandangan bagaimana manajemen

perusahaan mengambil keputusan dan kebijakan terkait dengan Manajemen

Laba.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan kontribusi

bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan

dengan Manajemen Laba.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Menurut Sugiono (2018) teori adalah sebuah alur logika atau penalaran

yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proporsisi yang disusun

secara sistematis. Secara umum, konsep merupakan pendapat ringkas yang di

bentuk melalui proses penyimpulan umum dari suatu peristiwa berdasarkan hasil

observasi yang relevan. Definisi merupakan suatu pernyataan mengenai ciri-ciri

penting suatu hal dan biasanya lebih kompleks dari arti, makna atau pengertian

suatu hal. Sedangkan proporsi merupakan pernyataan yang membenarkan atau

menolak suatu perkara.

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling ( 1976 ) adalah “suatu

kontrak di bawah satu atau lebih yang melibatkan agent untuk melaksanakan

beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang

pegambilan keputusan kepada agent”. Baik maupun agent diasumsikan orang

ekonomi rasional dan semata – mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer

atau agent.

Teori keagenan berasumsi bahwa setiap individu, baik pemegang saham

maupun manajer perusahaan, bertindak atas kepentingan mereka sendiri.

Keduanya merupakan pihak yang ingin memaksimalkan keperluannya dan tidak

11
ada alasan untuk percaya bahwa manajer sebagai agen akan selalu bertindak

sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Manajer terkadang memiliki

tujuan lain yang menyimpang dari tujuan perusahaan untuk meningkatkan

kekayaan pemilik dan investor, yaitu tujuan untuk mensejahterakan diri sendiri.

Perilaku para manajemen inilah yang memicu terjadinya agency conflict dan

menimbulkan agency cost. Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya agensi

(agency cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan untuk

mengatur dan mengawasi tindakan para manajer sehingga mereka bertindak

berdasarkan kepentingan perusahaan.

Teori keagenan berkaitan dengan Kepemilikan Institusional dan

Kepemilikan Manajerial tentang bagaimana hubungan antara pemilik dengan

manajer dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan akibat dari adanya

pemisahan antara pemilik dan manajer perusahaan. Lukviarman (2016)

mengatakan bahwa para ahli agency theory berpendapat antara pemegang saham

dengan manajer selaku agent memiliki kepentingan masing – masing dan sering

mengalami perbedaan diantara keduanya. Disini kepemilikan institusional dan

kepemilikan manajerial merupakan mekanisme yang dibuat untuk

meminimalisir timbulnya konflik keagenan (agency problem) akibat dari adanya

perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemilik atau pemegang saham.

Teori keagenan berkaitan dengan struktur modal Teori keagenan

menyatakan bahwa pemilihan komposisi struktur modal tergantung pada

keberadaan biaya keagenan yang dihadapi perusahaan. Teori ini mengasumsikan

bahwa keberadaan hutang dengan kewajiban tetapnya yang harus dipenuhi

12
perusahaan berupa cicilan pokok dan bunga, akan membuat aliran cash flow

perusahaan digunakan untuk memenuhi kewajiban tersebut. Penggunaan cash

flow perusahaan tersebut akan mencegah manajer untuk menggunakan sumber

daya perusahaan secara serampangan. Penggunaan hutang akan mengurangi

konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer, namun dengan

menerbitkan hutang ini juga akan memungkinkan timbulnya konflik antara

pemegang saham dan pemegang obligasi.

2.1.2 Teori Signaliing

Menurut Spence (1973) menyatakan Teori Sinyal memberikan gambaran

bahwa sinyal atau isyarat merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen

perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen

memandang prospek perusahaan. Teori ini mengungkapkan bahwa investor

dapat membedakan antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan

perusahaan yang memiliki nilai rendah. Teori sinyal dikembangkan dalam ilmu

ekonomi dan keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam

(insiders) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan

lebih cepat dibandingkan dengan investor luar. Oleh karena itu sebagai

pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi

perusahaan kepada pemilik.Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui

pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. (Arista, Dkk 2021)

Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak,

termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling

berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna

13
eksternal (diluar manajemen). Para pengguna internal (para manajemen)

memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui

peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya

terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. (Sahbandi,

2019). Hal ini disebabkan karena adanya asimetri informasi tersebut. informasi

dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi para investor. Manajer

diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.

Sinyal yang diberikan merupakan cerminan nilai perusahaan melalui

pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.

Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal perusahaan

karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat

kepastiannya. Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan peluang

bagi manajer untuk melakukan manajemen laba untuk meningkatkan nilai

perusahaan pada saat tertentu. Kualitas informasi dalam laporan keuangan dapat

dinilai dari berbagai sudut pandang, yaitu keakuratan, relevan, kelengkapan

informasi dan ketepatan waktu (Connely et al., 2011) Dalam (Ricky, 2018).

Teori sinyal berkaitan dengan Asimetri Informasi dimana terori sinyal

ini memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan

perilaku pemakai informasi. Pengungkapan informasi akuntansi dapat

memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik (good

news) atau sebaiknya sinyal buruk (bad news) di masa mendatang. Dorongan

untuk mengemukakan informasi akuntansi tersebut adalah karena terdapat

asimetri informasi antara manajemen dan stakeholder. Situasi dimana investor

14
memiliki informasi yang berbeda mengenai kondisi perusahaan dan dinilai

bahwa manajer memiliki informasi yang lebih baik disebut dengan asimetri.

Asimetri ini dapat memberikan keuntungan kepada manajer yaitu manajer

melakukan estimasi dan metode akuntansi yang dapat menyembunyikan nilai

ekonomi perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan

pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan

atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu maupun masa yang akan datang.

Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi

signal bagi investor adalah laporan tahunan. Perusahaan harus melakukan

pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan, agar sahamnya

dibeli oleh investor. Dan perusahaan tersebut diharapkan memberikan sinyal

yang mengandung nilai positif agar waktu pengumuman pasar bereaksi baik

karena menjadi minat bagi para Investor Muslim (Muhammad, 2019).

2.1.3. Manajemen Laba

Arisandy (2020), manajemen laba adalah tindakan yang disengaja, yang

bertujuan untuk mempengaruhi proses pelaporan keuangan perusahaan demi

mendapatkan keuntungan bagi kepentingan pribadi (manajemen). Manajemen

laba dilakukan dengan merubah informasi laporan keuangan untuk memberikan

informasi yang berbeda bagi penggunanya, sehingga informasi keuangan yang

disajikan menjadi bersifat menyesatkan bagi penggunanya. Dasar dari adanya

praktik manajemen laba adalah teori agensi, yang menjelaskan mengenai adanya

perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal dalam melakukan tanggung-

jawabnya, ataupun antara pihak mayoritas dengan minoritas, hingga antara pihak

15
internal perusahaan dan eksternal perusahaan. (Devina dkk, 2019). Ada 4 pola

manajemen laba yaitu (Aprillian dan Hapsari, 2020):

1. Income Minimization. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan

sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis.

Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan (write offs) atas barang

modal dan asset tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, riset dan

pengembangan yang cepat, memilih metode succesful-effort untuk biaya

eksplorasi gas dan minyak bumi, dan sebagainya.

2. Income Smoothing. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang

dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena

pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

3. Income Maximization. Maksimalisasi laba dimaksudkan untuk memperoleh

bonus yang lebih besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah cap.

Juga untuk menghindar dari pelanggaran atas kontrak hutang jangka

panjang (debt covenant). Cara ini dapat ditempuh dengan mengubah

metode atau asumsi akuntansi ke yang lebih liberal.

4. Taking A Bath. Teknik ini mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang

akan datang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan buruk yang tidak

menguntungkan tidak bisa dihindari pada periode berjalan.

Konsekuensinya, manajemen “menghapus” beberapa asset, membebankan

perkiraan-perkiraan yang mendatang, dan melakukan “clear the decks”.

Sehingga Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan

untuk memengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk

16
mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan

(Benarda, 2021)

Teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi

oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal)

yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan

tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.

2.1.4 Good Corporate Governance

Corporate Governanance (tata kelola perusahaan) berawal dari

pemisahan antara principal dan agent dalam sebuah korporasi modern, yaitu

untuk menyelesaikan masalah keagenan (agency problem) di antara pemilik,

pengelola dan stakeholder yang lain secara efektif. Dengan diterapkannya

Corporate Governance tidak terlepas dari adanya keinginan perusahaan agar

dapat berjalan dengan baik, efisien, serta memperoleh ouput yang memuaskan.

Apabila semua mekanisme yang ada dapat berjalan dengan baik mulai dari top

manajemen sampai level paling bawah, maka perusahaan juga menampakkan

pengaruhnya di masyarakat (stakeholders) sebagai perusahaan yang tumbuh dan

berkembang serta memberikan banyak manfaat sebagai imbas dari pelaksanaan

praktik yang sehat atau tata kelola yang baik (Sudarmanto, 2021).

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) Good

Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

antara pemegang saham, pengurus (pengelola) Perusahaan, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstrn

17
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata

lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Pengertian lain

mengenai Good Corporate Governance menurut Komite Nasional Kebijakan

Governansi (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar.

Organization for Economic Corporation and Development (OECD)

menerangkan bahwa Corporate Governance sebagai perkumpulan hubungan

antara pihak manajemen perusahaan, pemegang saham, dan pihak lain yang

mempunyai kepentingan terhadap perusahaan.

Menurut (Sudarmanto, Dkk, 2021) menjelaskan bahwa tata kelola

perseroan dalam kaitan dengan sifat baik (good) dalam sebuah konsep Good

Corporate Governance sebagai suatu pola hubungan, system dan proses yang di

gunakan oleh organ perseroan guna memberikan nilai tambah kepada pemegang

saham serta berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan kepetingan stakeholder lainnya yang berlandaskan peratuhan

perundang-undangan dan norma yang berlaku.

Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG menyatakan

bahwa setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip-prinsip pokok Good

Corporate Governance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran

perusahaan. Prinsip-prinsip pokok tersebut adalah :

1. Transparency (Keterbukaan Informasi) Perusahaan menyediakan informasi

secara relevan terbuka dan dapat dipahami stakeholder, untuk mengambil

keputusan oleh pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

18
2. Accountability (Akuntabilitas) perusahaan harus dapat mempertanggung

jawabkan kinerja secara transparan dan wajar meyakini bahwa semua organ

perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan

tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG .

3. Responbility (Pertanggungjawaban) Organ perusahaan harus berpegang

pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan , anggaran dasar, dan peraturan perusahaan.

4. Independency (Independensi) masing-masing organ perusahaan harus

menghindari dominasi, tidak terpengaruh kepentingan tertentu, bebas dari

conflict of interest dan segala pengaruh atau tertekan, untuk menjamin

pengambilan keputusan yang objektif.

5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran) pemberian kesempatan kepada

stakeholder untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi

kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai

dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

Teori agensi mampu menjelaskan bagaimana Kepemilikan Institusional

dan Kepemilikan Manajerial memiliki keterkaitan terhadap manajemen laba.

Teori agensi menganggap Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan

Manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi

konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuah perusahaan ini

merupakan salah satu pengendalian internal perusahaan untuk menciptakan

sebuah manajemen laba yang baik pada perusahaan. (Wiryadi & Sebrina, 2013)

dalam (Pravitrie, 2017).

19
Cadbury Commmittee of United Kingdom dalam Agoes dan Ardana

(2013:101) menyatakan corporate governance mengatur hubungan antar

stakeholders yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban atau suatu sistem

yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Kepemilikan manajerial

akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Jensen

dan Meckling dalam Asward (2015) Dalam Abduh dan Rusliati (2018)

berpendapat kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk

mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan

manajer dengan pemegang saham, manajemen laba sangat ditentukan oleh

motivasi manajer. (Almalita, 2017)

2.1.5 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh institusi

keuangan, pemerintah, intitusi berbadan hukum, institusi luar negara dan dana

perwalian serta institusi yang lain. Keberadaan kepemilikan institusional

dianggap mampu menjadi mekanisme pengawasan terhadap setiap keputusan

yang diambil oleh pihak manajemen. Hal ini dikarenakan para investor

institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah

percaya terhadap tindakan memanipulasi laba perusahaan (Amrizal dan

Rohmah, 2017). Kesejahteraan menjadi berarti untuk pemilik institusional serta

industri memiliki tanggungjawab yang besar untuk membenarkan terdapatnya

insentif bagi pemegang saham dengan membuat keputusan yang berpihak pada

kemakmuran pemegang saham (Pratiwi, 2021)

20
Kepemilikan saham oleh investor institusional akan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen (Tarjo,

2008 dalam Sintyawati dan Dewi, 2018). Monitoring tersebut tentunya akan

menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan

institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang

cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi

akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor

institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer.

Pengawasan yang optimal terhadap kinerja manajer, maka manajer tentu

akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Konsentrasi kepemilikan

institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau

lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan

kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memilik arti penting dalam

memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional

akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring

tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham,

pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui

investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Para investor

institusional mempunyai kesempatan, sumber daya dan kemampuan untuk

melakukan pengawasan, menertibkan dan mempengaruhi para manajer

perusahaan dalam hal tindakan oportunistik manajemen. kepemilikan

institusional merupakan persentase saham yang dimiliki oleh institusi.

21
Kepemilikan institusional adalah alat yang dapat digunakan untuk mengurangi

konflik kepentingandalam suatu perusahaan.

Peneliti menyimpulkam kepemilikan institusional mempunyai fungsi

penting dalam mengawasi manajemen karena dengan adanya kepemilikan

institusional maka akan adanya dorongan tingkat pengawasan yang lebih baik.

Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional akan menjamin

kemakmuran pemegang saham. Pengaruh kepemilikan institusional dalam

menjadi pihak pengawas ditekankan dalam investasi yang cukup besar dalam

pasar modal.

2.1.6 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan saham oleh pihak manajemen (direktur) biasanya disebut

dengan kepemilikan manajerial, dimana pihak manajemen yang bertugas untuk

melaksanakan kegiatan operasional perusahaan mempunyai kepemilikan dalam

perusahaan. Dengan kepemilikan saham oleh manajer, maka manajer tersebut

akan dapat ikut menentukan kebijkan dan pengambilan keputusan terhadap

jalannya operasional perusahaan. Kepemilikan manajerial ini dihitung dengan

jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan terhadap total

jumlah saham yang beredar (Farida dan Kusumaningtyas. 2017) dalam Cantikan

dan Jin (2020).

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak

manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola. Kepemilikan manajerial

adalah salah satu mekanisme corporate governance utama yang membantu

mengendalikan masalah keagenan dan berpengaruh terhadap penurunan biaya

22
perusahaan sehingga dapat menaikkan nilai perusahaan. Peningkatan

kepemilikan manajerial akan mampu mendorong turunnya potensi terjadinya

kesulitan keuangan dan manajemen laba (Jensen et al., 2008) dalam (Asward &

Lina, 2015).

Pihak manajemen yang memiliki persentase yang tinggi dalam

kepemilikan saham akan bertindak layaknya seseorang yang memegang

kepentingan dalam perusahaan. Manajer yang memegang saham perusahaan

akan ditinjau oleh pihak-pihak yang terkait dalam kontrak seperti pemilihan

komite audit yang menciptakan permintaan untuk pelaporan keuangan

berkualitas oleh pemegang saham, kreditur, dan pengguna laporan keuangan

untuk memastikan efisiensi kontrak yang dibuat. Dengan demikian, manajemen

akan termotivasi untuk mempersiapkan laporan keuangan yang berkualitas. Hal

ini akan mencerminkan kondisi kontrak yang lebih baik. (Nirmalasari 2022).

Peneliti menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial ini dijadikan

sebagai alat monitoring internal di dalam perusahaan. Manajer yang memegang

saham perusahaan akan ditinjau langsung oleh komite audit yang biasanya

menginginkan pelaporan keuangan yang berkualitas. Dengan demikian

manajemen akan termotivasi untuk mempersiapkan laporan keuangan yang

berkualitas hal ini akan menekan pemanfaatan manajemen laba oleh pihak

manajemen.

2.1.7 Asimetri Informasi

Asimetric information atau ketidaksamaan informasi adalah situasi

dimana manajer memiliki informasi yang berbeda mengenai prospek perusahaan

23
dari pada yang dimiliki pihak luar perusahaan. Asimetri muncul ketika manajer

mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dimasa

depan dibanding dengan pemegang saham oleh karena itu manajer wajib

memberikan informasi tentang kondisi perusahaan kepada pemilik, jika tugas

tersebut tidak dipenuhi oleh manajer maka akan terjadi ketidakseimbangan

informasi yang akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagi

asimetri informasi (Cahyono dan Widyawati, 2019). Asimetri informasi

merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi yang

lebih banyak mengenai prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak

eksternal perusahaan. Keberadaan asimetri antara manajemen (agent) dengan

pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk

melakukan tindakan manajemen laba (earnings management), (Desmiyawati,

2009) dalam (Lubis dan Pratiwi, 2020).

Asimetri Informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki

akses informasi yang lebih banyak mengenai prospek perusahaan yang tidak

dimiliki oleh pihak eksternal perusahaan, misalnya investor. Adanya asimetri

informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak

sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran

kinerja manajer.(Shaleh dan A. Basalamah, 2022). Asimetri informasi

mempunyai 2 tipe yaituMoral hazard merupakan jenis asimetri informasi yang

dimana satu pihak atau lebih yang melang-sungkan atau akan melangsungkan

suatu transaksi usaha atau transaksi potensial dapat mengamati tindakan–

tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi–transaksi mereka sedangkan

24
pihak–pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan

pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan

perusahaan besar. Adverse Selection merupakan jenis asimetri informasi yang

didalamnya satu pihak atau lebih yang melangsungkan/akan melang-sungkan

suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih

atas pihak – pihak lain. Adverse selection terjadi dikarenakan oleh beberapa

orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih

mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para

investor luar (Winona, 2022).

Teori sinyal memberikan suatu tindakan yang diambil manejemen

perusahaan dengan memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana

manajemen memandang prospek perushaan. asimetri informasi dapat diantisipasi

dengan melakukan pengungkapan informasi yang lebih berkualitas. Oleh sebab

itu, manajer berwajiban memberikan sinyal informasi mengenai kondisi

perusahaan kepada pemilik. Namun seringkali informasi yang disampaikan tidak

sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Akibat terjadinya asimetri informasi

memungkinkan manajer melakukan tindakan manajemen laba. Dalam Putri dan

Sujana (2018), teori sinyal mengurangi asimetri informasi, jika manajemen

memiliki lebih banyak informasi tentang kinerja dan prospek perusahaan daripada

pemegang saham. Manajemen dapat memberi sinyal berdasarkan discretionary

accruals”. Dalam teori sinyal, manajemen laba merupakan sinyal buruk. Oleh

karena itu, risiko yang dihadapi investor juga lebih tinggi.

25
Penggunaan bid-ask spread sebagai proksi dari asimetri informasi

dikarenakan dalam mekanisme pasar modal, pelaku pasar modal juga menghadapi

masalah keagenan. Partisipan pasar saling berinteraksi di pasar modal guna

mewujudkan tujuannya yaitu membeli atau menjual sekuritasnya, sehingga

aktivitas yang mereka lakukan dipengaruhi oleh informasi yang diterima baik

secara langsung (laporan publik) maupun tidak langsung (insider trading).

Dealers atau market-makers memiliki daya pikir terbatas terhadap

persepsi masa depan dan menghadapi potensi kerugian ketika berhadapan dengan

informed traders. Hal inilah yang menimbulkan adverse selection yang

mendorong dealers untuk menutupi kerugian dari pedagang terinformasi dengan

meningkatkan spread-nya terhadap pedagang likuid. Jadi dapat dikatakan bahwa

asimetri informasi yang terjadi antara dealer dan pedagang terinformasi tercermin

pada spread yang ditentukannya (Komalasari, 2001) dalam (Yando dan Lubis,

2018) .

2.1.8 Struktur Modal

Struktur modal merupakan pendanaan yang terdiri dari utang dan modal.

menyatakan bahwa hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal

yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam

pengambilan keputusan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan

besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan

menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak

pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa. Leverage

didalam penelitian ini diwakili oleh debt to equity ratio. Debt equity ratio adalah

26
rasio yang merupakan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri

(Adiwibowo, 2018) Tingkat penggunaan hutang dari suatu perusahaan dapat

ditunjukkan oleh salah satunya menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas

(DER), yaitu rasio jumlah hutang terhadap jumlah modal sendiri.(Nuraina,

2012) Dalam (Munthe, 2019).

Tingkat hutang perusahaan akan memberikan konsekuensi resiko yang

tinggi. Terutama dalam kondisi ekonomi yang menurun. Seperti pada saat yang

terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997-1998. Krisis tersebut berdampak pada

semua sektor perekonomian. Perusahaan yang sumber dananya berasal dari

hutang mengalami banyak kemunduran kerja. Tidak sedikit perusahaan yang

menjadi kesulitan memperoleh dana untuk menjalankan kegiatan

operasionalnya dan mengalami kesulitan likuiditas. Selain itu perusahaan yang

melakukan diversifikasi dapat melakukan penghematan pajak dengan

melakukan mengimbangi kerugian pada beberapa segmen

Menurut Jensen dan Meckling (1976) adalah yang pertama

menghubungkan agency cost dengan utang dalam struktur modal. Penggunaan

utang dalam struktur modal dapat mencegah pengeluaran perusahaan yang tidak

penting dan memberi dorongan pada manajer untuk mengoperasikan perusahaan

dengan lebih efisien. Hal tersebut menyebabkan agency cost berkurang.

Penggunaan utang yang tinggi dalam struktur modal mungkin mempengaruhi

perilaku manajer. Jika keadaan baik, manajer akan menggunakan aliran kas

untuk bonus atau pengeluaran- pengeluaran tidak perlu yang disebut agency

cost. Tetapi ancaman kebangkrutan karena utang yang tinggi dapat mengurangi

27
pengeluaran yang tidak penting sehingga akan meningkatkan free cash flow

(aliran kas bebas). Dengan demikian diharapkan utang tersebut dapat

mengurangi agency cost.Penelitian ini diharapkan memiliki banyak implikasi

penting bagi manajer, pemegang saham, dan akademisi tertarik pada bagaimana

perusahaan-perusahaan menggunakan pendanaan utang dan penggunaan aktiva

atau aset perusahaan sebagai cara meminimalkan agency cost dengan tujuan

akhir adalah memaksimalkan kinerja perusahaan.

Perusahaan yang menggunakan utang akan mendapatkan manfaat yakni

berkurangnya beban pajak perusahaan dari bunga pinjaman yang termasuk tax

deductible expense. Penghematan ini memotivasi perusahaan untuk

menggunakan utang pada level tertentu. Namun, penghematan ini dapat

dirasakan manfaatnya hanya sampai suatu titik, yang disebut dengan titik

optimal dari struktur modal perusahaan. manfaat dari keunggulan penggunaan

utang yakni adanya pengurangan biaya pajak terbatas sehingga manfaat tersebut

dapat mengimbangi biaya yang timbul dari penggunaan utang ( Devina dkk,

2019).

Peneliti menyimpulkan struktur modal merupakan komposisi sisi hutang

dalam neraca suatu perusahaan, atau bauran sumber pendanaan yang digunakan

perusahaan untuk mendanai kegiatan operasinya. Struktur modal sebagai

pembiayaan permanen terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan

modal pemegang saham.

28
Penggunaan struktur modal di titik optimal menghasilkan WACC yang

juga optimal bagi perusahaan. Penggunaan modal dari utang yang berlebih dapat

menyebabkan pengembalian yang diekspektasi oleh pemegang saham menjadi

lebih tinggi, karena pemegang saham mempunyai harapan bertambahnya

pengembalian disaat risiko kebangkrutan perusahaan lebih tinggi karena

bertambahnya penggunaan utang. Penggunaan utang yang melebihi struktur

modal optimal dapat menyebabkan biaya kesulitan keuangan yang dilihat

sebagai risiko kebangkrutan oleh pemegang saham menjadi lebih tinggi

dibandingkan dengan manfaatnya, karena itu ekspektasi pengembalian dari

pemegang saham justru menjadi lebih tinggi sehingga (cost of debt) membuat

WACC perusahaan lebih tinggi dari sebelum menggunakan utang.

Struktur modal mengindikasikan bagaimana perusahaan membiayai

aktivanya. Perusahaan memerlukan dana yang berasal dari modal sendiri dan

modal asing. Struktur modal merupakan pembiayaan permanen perusahaan yang

mencerminkan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri.

Dalam penentuan sumber pendanaan yang digunakan maka perusahaan

menganalisis kombinasi struktur modal yang optimal. (Mulyani dan Agustinus,

2022)

2.2 Penelitian Terdahulu

Menurut Sugiyono (2019) penelitian terdahulu adalah upaya peneliti

untuk mencari perbandingan dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru

untuk penelitian selanjutnya. Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian

29
terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dari

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Nama Jurnal,
Volume dan
Nama Peneliti dan Nomor,
No. Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
Judul Penelitian Halaman Artikel

Farida dan Jurnal STIE Variabel Pada penelitian terdahulu


Kusumumaningtyas SEMARANG Kepemilikan menggunakan variable
(2017) Pengaruh VOL 9 No. 1 manajerial Dewan Komisaris , dan
Dewan Komisaris mempunyai pengaruh Kepemilikan Manajerial.
Iindependen dan yang signifikan Pada penelitian ini
1 Kepemilikan terhadap manajemen menambahkan variabel
Manajerial laba. independen Kepemilikan
Terhadap Kualitas Institusional
Laba

Hidayat Dkk, JURNAL hasil penelitian Pada penelitian terdahulu


(2019) Pengaruh AKADEMI menunjukkan bahwa menggunakan variable
Asimetri Informasi AKUNTANSI asimetri informasi asimetri informasi dan
dan Leverage Vol. 2 No. 2, Hal. berpengaruh terhadap Leverage Pada penelitian
terhadap 145 – 154 manajemen laba ini menambahkan
2 Manajemen Laba. variabel independen GCG
hasil penelitian dan Struktur Modal
menunjukkan bahwa
leverage berpengaruh
terhadap manajemen
laba.
Asitalia dan JURNAL BISNIS Good Corporate Pada penelitian terdahulu
Trisnawati -2017 DAN Governance menggunakan variable
Pengaruh Good AKUNTANSI Berpengaruh GCG dan Leverage
Corporate Vol. 19, No. 1a terhadap Manajemen sedangkan pada
3 Governance dan Hlm. 109-119 Laba penelitian ini
Leverage Terhadap Leverage menambahkan variabel
Manajemen Laba Berpengaruh Independen Asimetri
Negative Terhadap Informasi dan Struktur
Manajemen Laba Modal
Mangkusuryo dan Jurnal Reviu kepemilkan Pada penelitian terdahulu
Jati (2017) Akuntansi dan manajerial menggunakan variable
Pengaruh Good Keuangan Vol. 7 berpengaruh GCG. Sedangkan
4 Corporate No. 2 Hal. 1067- signifikan positif penelitian ini
Governance 1079 terhadap besar menambahkan variabel
kecilnya praktik independen Asimetri

30
Terhadap discretionary Informasi dan Struktur
Manajemen Laba accruals (manajemen Modal. Sampel yang
laba) digunakan perusahaan

kepemilkan
institusional,
Kepemilikan
Independen dan
Komite audit tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
besar kecilnya
discretionary
accruals (manajemen
laba)
Munthe (2019) Jurnal Ilmiah Struktur Modal Pada penelitian terdahulu
Pengaruh Ukuran Akuntansi dan berpengaruh terhadap menggunakan variable
Perusahaan Finansial Manajemen Laba Ukuran perusahaan
Terhadap IndonesiaVol. 2, sedangkan pada
Manajemen Laba No.2, April 2019 penelitian saat ini
Dengan Struktur 53 – 60 Struktur Modal dapat menambahkan variabel
Modal Sebagai memperkuat Asimetri Informasi dan
5 Variable Moderasi. pengaruh Ukuran Good Corporate
Perusahaan terhadap Governance.
Manajemen Laba
Ukuran Perusahaan
berpengaruh terhadap
Manajemen Laba

Shaleh dan Journal of asimetri informasi Pada penelitian terdahulu


Basalamah (2022) Management & berpengaruh poositif menggunakan variable
Pengaruh Asimetri Business, 5(1), dan tidak signifikan Asimetri Informasi dan
Informasi dan 2022 terhadap manajemen Leverge, sedangkan
Leverage Terhadap laba penelitian saat ini
6 menambahkan variable
Leverage independen Good
berpengaruh negative Corporate Governance
dan tidak signifikan dan struktur modal
terhadap manajemen
laba.
Suaidah dan Utomo Jurnal Ekonomi variabel komite Pada penelitian terdahulu
2018 Pengaruh dan Bisnis audit,Komisaris menggunakan variable
Mekanisme Good VOLUME 20, Independen secara GGC dan profitabilitas,
Corporate NO. 2, Agt 2018 parsial tidak sedangkan Pada
Governance Dan berpengaruh penelitian ini
Profitabilitas signifikan terhadap menambahkan variabel
7 Terhadap manajemen laba. Asimetri Informasi dan
Manajemen Laba Tapi variable Struktur Modal.
Kepemilikan
Manajerial dan
Profitabilitas
berpengaruh

31
signifikan terhadap
manajemen laba

Ananda dan Jurnal Ilmiah Asimetri Informasi Pada penelitian terdahulu


Rahmadhani 2022 Akuntansi, berpengaruh positif menggunakan variable
Pengaruh Asimetri Keuangan dan dan signifikan Asimetri informasi dan
Informasi dan Bisnis (JIKABI) terhadap Manajemen Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Hlm. 26-39 Laba sedangkan sedangkan pada
Manajerial Kepemilikan penelitian ini
8
Terhadap Manajerial menambahkan variabel
Manajemen Laba berpengaruh negatif Struktur Modal. Pada
Pada Perusahaan dan signifikan proksi Good Corporate
Pertambangan terhadap Manajemen Governance menambah
Laba Kepemilikan Institusional
.
Monika, Dkk. Humanities,Mana Kepemilikan Pada penelitian terdahulu
(2021) Pengaruh gement and institusional, menggunakan variable
Good Corporate Science kepemilikan GCG danAsimetri
Governance dan Proceedings) manajerial, dewan informasi sedangkan pada
Asimetri Informasi Vol.01, No.2, Juni komisaris penelitian ini
9 Terhadap 2021 independen dan menambahkan variabel
Manajemen Laba komite audit Struktur Modal.
berpengaruh positif
terhadap manajemen
laba namun tidak
signifikan.
Cahyo dan Jurnal Ilmu dan Asimetri informasi, Pada penelitian terdahulu
Wahyuni (2019) Riset Akuntansi Ukuran perusahaan, menggunakan variable
Pengaruh Asimetri Volume 8, Nomor dan profitabilitas Asimetri Informasi,
Informasi, Ukuran 1, Januari 2019 berpengaruh positif Ukuran Perusahaan dan
Perusahaan, terhadap manajemen Profitabilitas sedangkan
10 Profitabilitas laba pada penelitian ini hanya
Terhadap menggunakan variable
Manajemen Laba Good Corporate
Governance, Asimetri
Informasi dan Struktur
Modal

32
2.3 Kerangka Berpikir

Menurut (Sugiyono, 2019) kerangka berpikir adalah merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah di identifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan landasan teori

dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas maka terbentuklah kerangka

pemikiran dari penelitian ini. Dalam kerangka penelitian dijelaskan atau

digambarkan bagaiman hubungan variabel independen dan dependen. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Institusional,kepemilikan

manajerial, Asimetri Informasi, Struktur Modal dan Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah Manajemen Laba. Maka kerangka berpikir dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Kepemilikan H1
Institusional (X1)
- H1
Kepemilikan
H2 H2
Manajerial (X2)
Manajemen
H3 Laba
Asimetri Informasi
(X3)
H4
Struktur Modal
(X4)
H5

Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran

33
2.4 Pengembangan Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu

dibuktikan kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, bentuk didasarkan pada fakta–fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

dan berdasarkan uraian latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dalam

penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

2.4.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional,Kepemilikan Manajerial,

Asimetri Informasi, dan Struktur Modal Terhadap Manajemen

Laba

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki

perusahaan oleh lembaga keuangan non bank atau institusi, yang mengelola dana

atas orang lain. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin

kuat tingkat pengendalian yang dilakukan pihak eksternal terhadap perusahaan

sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan

nilai perusahaan juga semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya telah diuraikan bahwa kepemilikan institusional mampu

meminimalisir praktik manajemen laba perusahaan. Hal ini berarti dengan

adanya proporsi saham yang dipegang oleh perusahaan maka akan mendorong

perusahaan untuk berkinerja baik dengan melaporkan laba secara tepat dan

akurat.

34
Kepemilikan manajerial merupakan presentase kepemilikan saham yang

dimiliki oleh direksi, manajer, dan dewan komisaris, yang dapat dilihat dalam

laporan keuangan. Adanya kepemilikan saham ini, manajerial akan bertindak

hati-hati karena turut menanggung konsekuensi atas keputusan yang diambil.

Mereka lebih termotivasi meningkatkan kinerjanya untuk mengelola perusahaan

sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan Kepemilikan manajerial juga

berpengaruh terhadap manajemen laba hal ini dapat mengurangi praktik

manajemen laba. Melalui monitoring yang ketat oleh pihak kepemilikan

institusional,maka kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba dapat

diperkecil. Semakin baik struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional), maka semakin menurun kemungkinan terjadinya

manajemen laba.

Asimetri Informasi berpengaruh terhadap Manajemen Laba di karenakan

Apabila manajer di suatu perusahaan lebih mengetahui infromasi internal dan

prospek di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemegang saham atau

stakeholder lainnya, maka asimetri informasi dapat muncul. Begitu juga Struktur

Modal yaitu pertimbangan dari jumlah hutang dengan modal perusahaan.

Semakin tinggi DER maka semakin tinggi juga hutang di suatu perusahaan dan

akan berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak kreditur dan

dapat menyebabkan risiko keuangan seperti gagal bayar. Jika tingkat struktur

modal perusahaan tinggi maka akan ada kecenderungan untuk manajer

melakukan manajemen laba.

35
H5 : Diduga Kepemilikan Institusional ,Kepemilikan Manajerial, Asimetri

Informasi, dan Struktur Modal berpengaruh Terhadap Manajemen Laba

2.4.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba

Menurut Aurora (2018) Investor institusional sering disebut sebagai

investor yang canggih sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi

periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non

institusional (Herawati, 2008 dalam Aurora, 2018). Berdasarkan teori agency

kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para

manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang

intens.

Menurut teori keagenan konflik antara principal dan agen yang

mengakibatkan timbulnya praktek manajemen laba dapat dikurangi dengan

mensejajarkan kepentingan antara principal dan agen. Kehadiran kepemilikan

saham oleh manajer mengakibatkan manajer untuk mengurangi aktivitas

manajemen laba atau membuat laporan keuangan sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya, karena manajer juga bertindak sebagai pemegang saham yang

menginginkan informasi yang benar terkait laba perusahaan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Monika (2018) menemukan hasil

bahwa kepemilikan institusional mampu meminimalisir praktik manajemen laba

perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan adanya proporsi saham yang dipegang

oleh perusahaan maka akan mendorong perusahaan untuk berkinerja baik

dengan melaporkan laba secara tepat dan akurat. Berdasarkan uraian diatas,

hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

36
H1 : Diduga Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen Laba

2.4.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak

manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola. Struktur

kepemilikan suatu perusahaan merupakan pengelompokan atau pembagian

kepemilikan perusahaan. Dalam struktur kepemilikan perusahaan dapat

mencerminkan pengawasan terhadap manajemen untuk mengurangi biaya

keagenan. Salah satu struktur kepemilikan perusahaan yaitu kepemilikan

manajerial. Kepemilikan manajerial sangat bermanfaat dimana manajer juga ikut

ambil bagian dalam kepemilikan saham perusahaan. Manajer kemudian akan

berusaha lebih baik untuk meningkatkan nilai perusahaan sehingga manajer

dapat menikmati sebagian keuntungan yang menjadi bagiannya tersebut.

Adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan

dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat

kepemilikan manajerial yang meningkat.

Kepemilikan oleh manajerial yang besar akan efektif memonitoring

aktivitas perusahaan. Adanya kepemilikan manajerial terhadap saham

perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan

antara manajemen dan pemegang saham lainnya sehingga permasalahan antara

agent dan principle diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer juga

sekaligus sebagai pemegang saham. Kepemilikan saham oleh manajemen atau

direksi dapat mengurangi konflik keagenan.

37
Teori agency hal tersebut dikarenakan pihak yang menjalankan

manajemen juga sebagai pemegang saham yang dimana pemegang saham akan

menanggung hasil kerja dari manajemen yang berarti adalah dirinya sendiri. Hal

tersebut menyebabkan semakin besar kepemilikan manajerial, maka manajemen

akan semakin berhati-hati dalam menjalankan perusahaan karena juga akan

mempengaruhi dirinya sendiri sebagai pemegang saham secara personal.

Kepemilikan manajerial akan dapat mengurangi raktik manajemen laba. Melalui

monitoring yang ketat oleh pihak kepemilikan institusional,maka kemungkinan

terjadinya praktik manajemen laba dapat diperkecil. Semakin baik struktur

kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), maka

semakin menurun kemungkinan terjadinya manajemen laba.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mangkusuryo dan Jati (2017) dan

Risanda (2018) variabel kepemilikan manajerial secara parsial berpengaruh

positif terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary

accruals. Hal ini dikarenakan meningkatnya kepemilikan manajerial

menyebabkan ikut meningkatnya earning mangement, dan sebaliknya

penurunan kepemikan manajerial cendrunga akan menyebakan menurunnya

earning management.

H2 : Diduga Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

2.4.4 Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba

Menurut Mustikawati dan Cahyonowati (2015) Terjadinya asimetri

informasi disuatu perusahaan dapat mempengaruhi tingkat praktik manajemen

laba yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Kecenderungan

38
manajemen mengotak-atik besarnya laba perusahan demi tujuan untuk

memaksimalkan nilai agar terlihat kondisi perusahaan tersebut baik. Manajemen

laba merupakan praktik yang digunakan perusahaan untuk mencapai laba sesuai

keinginan dari perusahaan agar terlihat baik. Kualitas laba yang baik merupakan

cerminan dari kondisi dari suatu perusahaan (Dai et al., 2013 dalam Mustikawati

dan Cahyonowati, 2015). Berdasarkan signaling theory pada perusahaan

menunjukan adanya sinyal positif mengenai tingkat perkembangan perusahaan

yang baik untuk investor dimasa yang akan datang dengan mempertimbangkan

aspek keuntungan yang akan diperoleh. Pengawasan terhadap manajer dan

dewan kepemilikan secara maksimal diharapkan mampu menjadikan

pertumbuhan perusahaan yang tinggi, sehingga perusahaan memiliki peluang

dengan return yang lebih tinggi dimasa depan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Cahyo dan Wahyuni (2019)

berhasil membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara

asimetri informasi dan manajemen laba. Jumlah informasi yang dimiliki

perusahaan harus sama dengan jumlah informasi yang dimiliki pihak diluar

perusahaan. Hubungan kerja antara satu pihak yang disebut agen yaitu

manajemen perusahaan dan pihak lain yang disebut prinsipal yaitu pihak diluar

perusahaan (pemegang saham) merupakan prinsip utama dari teori agensi.

Perusahaan harus transparansi dalam mengungkapkan segala informasi

perusahaan. Semakin rendahnya asimetri informasi diperusahaan maka akan

menurunkan praktik manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang

diajukan sebagai berikut:

39
H3 :Diduga Asimetri Informasi berpengaruh terhadap Manajemen Laba

2.4.5 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Manajemen Laba

Menurut Yanto dan Wati (2020) Manajemen laba berperan dalam

pelaporan keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi tingkat utang

perusahaan, sehingga mempengaruhi struktur modal perusahaan. Menurut

Delima dan Herawaty (2020) Struktur Modal yaitu pertimbangan dari jumlah

hutang dengan modal perusahaan. Semakin tinggi DER maka semakin tinggi

juga hutang di suatu perusahaan dan akan berdampak semakin besar beban

perusahaan terhadap pihak kreditur dan dapat menyebabkan risiko keuangan

seperti gagal bayar. Jika tingkat struktur modal perusahaan tinggi maka akan ada

kecenderungan untuk manajer melakukan manajemen laba

Agency theory menyatakan bahwa dalam menetukan struktur modal

perlu dipertimbangkan biaya yang ditimbulkan dengan adanya perbedaan

kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Struktur modal

mempengaruhi keputusan kreditur, dimana biaya utang menjadi lebih besar

dikarenakan adanya bunga pinjaman yang ditetapkan oleh kreditur. Biaya utang

yang besar tersebut merupakan bonding cost bagi manajer, karena mendorong

para manajer untuk menggunakan dana tersebut untuk investasi dengan benar

sehingga ageny cost akan berkurang.

Peneltian ini sejalan dengan penelitian Munthe (2019) yang menemukan

bahwa struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba,

Kurangnya pengawasan dapat menyebabkan leverage yang tinggi, dan dapat

40
meningkatkan tindakan oppurtunistic seperti praktik manajemen laba.

Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H4 : Diduga Struktur modal berpengaruh terhadap Manajemen Laba

41
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode Penelitian

Kuantitatif, Sugiyono (2019) menjelaskan bahwa metode kuantitatif merupakan

metode penelitian yang berbasis pada filsafat positivisme, yang mana digunakan

untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, yang umumnya pengambilan

sampelnya dilakukan secara random, dan data dikumpulkan menggunakan

instrumen penelitian, lalu dianalisis secara kuantitatif/statistik dengan tujuan

menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini termasuk penelitian

asosiatif karena bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau

lebih. Variabel dependen pada penelitian ini adalah Manajemen Laba dan

variabel independen adalah Kepemilikan Institusional,kepemilikan manajerial,

Asimetri Informasi dan Struktur Modal.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa

Efek Indonesia dijadikan sebagai tempat penelitian karena Bursa Efek Indonesia

merupakan tempat penjualan saham yang sudah go public. Peneliti mengambil

data laporan keuangan (annual report) perusahaan-perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2017-2021 pada website www.idx.co.id dan

www.idnfinancials.com.

42
Tabel 3.1
Waktu Penelitian

Bulan Ke :
No Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Seminar Proposal      
2 Bab 1 -    
3 Bab 2-3     
4 Tabulasi Data     
5 Bab 4-5      
6 Bimbingan Akhir      
7 Sidang      

3.3 Operasional Variabel Penelitian

Pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka dapat disimpulkan

pada penelitian ini terdapat 3 jenis variabel yaitu dependen dan independen.

Variabel dependen pada penelitian ini adalah Manajemen Laba dan variabel

independen adalah Good Corporate Governance, Asimetri Informasi dan

Struktur Modal.

3.3.1 Variabel Dependen

Menurut sugiyono (2019) variabel dependen adalah sebagai variabel

output, kriteria, konsekuen atau sebagai variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Variabel dependen pada penelitian ini adalah Manajemen Laba.

3.3.1.1 Manajemen Laba

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang

diukur dengan menggunakan hubungan antara total akrual dan arus kas operasi

(Mustikawati dan Cahyonowati, 2015). Manajemen laba adalah suatu usaha

43
manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba termasuk

perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen (Monika, 2021). Fenomena

manajemen laba sangat sukar dihindari karena dampak dari penggunaan dasar

akrual dalam penyusunan laporan keuangan (Janrosl dan Lim, 2019). Dampak

dari penggunaan akuntansi yang merupakan alat komunikasi antara pihak-pihak

berkepentingan dan kelemahan internal perusahaan yang ada pada akuntansi

sehingga berdampak judgement mengakibatkan manajemen laba terjadi (Guna

& Herawaty, 2010 dalam Janrosl dan Lim, 2019).

Menurut Janrosl dan Lim (2019) Dengan proksi discretionary accrual

dapat mengukur manajemen laba. Biasanya pengukuran dengan proksi ini

digunakan untuk menilai adanya tindakan manajemen laba yang hanya memihak

pada kepentingan manajemen sendiri. Laba yang bebas dari tindakan rekayasa

dan manipulasi adalah laba yang berkualitas tinggi. Dalam pengukuran

manajemen laba melalui discretionary accrual digunakan suatu model yang

disebut dengan model Jones (Abdillah & Susilawati, 2014 dalam Janrosl dan

Lim, 2019).

Discretionary accruals yang digunakan sebagai proksi manajemen

labadalam penelitian ini merupakan modifikasi cross sectional dari model Jones,

yang dapat mendeteksi manajemen laba secara konsisten (Abdillah &

Susilawati, 2014 dalam Janrosl dan Lim, 2019). Rumus yang digunakan untuk

menentukan nilai total accruals untuk sampel perusahaan yang terpilih dengan

pendekatan cash flow adalah sebagai berikut:

TAit / Ait-1 = (Nit - OCFt) / Ait-1

44
Keterangan:

TAit: Total Accruals pada periode t

Ait-1: Total aset untuk sampel perusahaan i pada akhir periode t-1

NIt: Laba bersih operasi (net operating income) periode t

OCFt: Aliran kas dari aktivitas operasi (operating cash flow) pada periode t.

3.3.2 Variabel Independen

Menurut sugiyono (2019) variabel independen disebut juga sebagai

variabel stimulus, prediktor, antecedent atau dalam bahasa indonesia sering

disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat). Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen

adalah:

3.3.2.1 Kepemilikan Institusional

Menurut Dwihartanti dkk (2021) kepemilikan institusional merupakan

kepemilikan saham oleh institusi keuangan, pemerintah, intitusi berbadan

hukum, institusi luar negara dan dana perwalian serta institusi yang lain.

Keberadaan kepemilikan institusional dianggap mampu menjadi mekanisme

pengawasan terhadap setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen. Hal

ini dikarenakan para investor institusional terlibat dalam pengambilan yang

strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan memanipulasi laba

perusahaan (Amrizal dan Rohmah, 2017). Kesejahteraan menjadi berarti untuk

pemilik institusional serta industri memiliki tanggungjawab yang besar untuk

membenarkan terdapatnya insentif bagi pemegang saham dengan membuat

45
keputusan yang berpihak pada kemakmuran pemegang saham (Dwihartanti dkk,

2021) Adanya kepemilikan saham oleh investor institusional akan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen (Tarjo,

2008 dalam Sintyawati dan Dewi, 2018). Monitoring tersebut tentunya akan

menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan

institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang

cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi

akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor

institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer.

Adanya pengawasan yang optimal terhadap kinerja manajer, maka manajer tentu

akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Pozen (2004) dalam Icha (2019) menyatakan beberapa metode yang

digunakan oleh pemilik institusional yang dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan manajerial, mulai dari diskusi informal dengan manajemen, sampai

dengan pengendalian seluruh kegiatan operasional dan pengambilan keputusan

perusahaan. Berikut kepemilikan institusional dengan cara sebagai berikut:

Kepemilikan Institusional

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙


𝐾𝐼 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛

3.3.2.2 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah jumlah saham oleh amanjemen yang

mempunyai kewenangan sama dengan pemegang saham lainnya dalam

menentukan sebuh keputusan terhadap persuahaan. Manajer yang juga bertindak

sebagai pemilik perusahaan akan menanggung segala risiko yang terjadi baik itu

46
berupa keuntungan ataupun kerugian sebagai akibat dari mengambil keputusan

yang kurang tepat. Tingginya jumlah saham manajerial akan mempengaruhi

kinerja manajemen untuk mengoptimalkan sumber daya perusahaan demi

tercapainya tujuan pemegang saham dan perusahaan sehingga kinerja keuangan

dan nilai perusahaan meningkat. Berikut kepemilikan manajerial dengan cara

sebagai berikut:

Kepemilikan Manajerial

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟


𝐾𝑀 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛

3.3.2.3 Asimetri Informasi

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu asimetri informasi yang

diukur dengan menggunakan relatif bid-ask spread yang telah digunakan oleh

Yamaditya (2014) dalam Mustikawati dan Cahyonowati (2015). Bid-ask spread

digunakan untuk mengukur asimetri informasi karena lebih dapat merefleksikan

tingkat asimetri informasi dibandingkan mengunakan return.

(𝑎𝑠𝑘, 𝑡 − 𝑏𝑖𝑑𝑖, 𝑡)
𝐵𝐼𝐷𝐴𝑆𝐾𝑖, 𝑡 = 𝑥 100%
{(𝑎𝑠𝑘𝑖, 𝑡 + 𝑏𝑖𝑑𝑖, 𝑡)/ 2

Keterangan :

aski,t = closing ask price tiap akhir tahun pada perusahaan Sub Sektor Makanan

dan Minuman

bidi,t = closing bid price tiap akhir tahun pada perusahaan Sub Sektor Makanan

dan Minuman

47
3.3.2.4 Struktur Modal

Menurut Delima dan Herawaty (2020) Struktur Modal yaitu

perimbangan dari jumlah hutang dengan modal perusahaan. Oleh karena itu

struktur modal menggunakan rasio DER. Semakin tinggi DER maka semakin

tinggi juga hutang di suatu perusahaan dan akan berdampak semakin besar beban

perusahaan terhadap pihak kreditur dan dapat menyebabkan risiko keuangan

seperti gagal bayar.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝐸𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

Tabel. 3.2
Operasional Variabel

No Variabel Indikator Skala Sumber

Asitalia dan
Kepemilikan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
1 𝐼𝑁𝑆 = Rasio Trisnawati
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Institusional
(2017)

Mustikawati

Kepemilikan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖, dan


2 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑖𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟 Rasio
𝐾𝑀 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Manajerial Cahyonowati

(2015).

Mustikawati

Asimetri (𝑎𝑠𝑘,𝑡−𝑏𝑖𝑑𝑖,𝑡)
dan
3 𝐵𝐼𝐷𝐴𝑆𝐾𝑖, 𝑡 = (𝑎𝑠𝑘𝑖,𝑡+𝑏𝑖𝑑𝑖,𝑡)/ 2 × 100% Rasio
informasi Cahyonowati

(2015).

48
Delima dan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Struktur 𝐷𝐸𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
4 Rasio Herawaty
Modal
(2020)

Manajemen Janrosl dan


Rasio
5 Laba 𝑇𝐴𝑖𝑡 / 𝐴𝑖𝑡−1 = (𝑁𝑖𝑡 − 𝑂𝐶𝐹𝑡 ) / 𝐴𝑖𝑡−1 Lim, (2019)

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel sangat berperan penting guna memberikan sumber

data bagi peneliti dalam menjawab suatu masalah. Karena populasi adalah

keseluruhan dari subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari

populasi tersebut. Untuk itu penulis memaparkan uraian yang berkenaan dengan

populasi dan sampel penelitian.

3.4.1 Populasi

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2017:37) “populasi adalah semua

individu/unit-unit yang menjadi target penelitian”. Populasi yang dipilih dalam

penelitian ini berupa perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2021. Pemilihan 5 tahun bertujuan

untuk membandingkan status perusahaan selama lima tahun dan menerima data

baru untuk mendapatkan hasil untuk menjelaskan masalah pada penelitian ini.

Peneliti memilih perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman dengan

49
pertimbangan bahwa skala perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman

dianggap cukup besar dan mampu mencerminkan respon pasar modal global

dengan potensi atensi investor dalam menanamkan sahamnya. Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Sub Sektor Makanan dan

Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 40 perusahaan

periode 2017-2021.

Tabel 3.2
Tabel Populasi

Kode
No Nama Perusahaan
Saham

1 ICBP PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK


2 INDF PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK
3 MYOR PT. MAYORA INDAH TBK
4 CMRY PT. CISARUA MOUNTAIN DAIRY TBK
5 MLBI PT. MULTI BINTANG INDONESIA TBK
6 GOOD PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA TBK
PT. ULTRA JAYA MILK INDUSTRY & TRADING
7
ULTJ COMPANY TBK
8 ROTI PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK
9 DMND PT. DIAMOND FOOD INDONESIA TBK
10 CLEO PT. SARIGUNA PRIMATIRTA TBK
11 TRGU PT. CERESTAR INDONESIA TBK
12 ADES PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL TBK
13 PANI PT. PRATAMA ABADI NUSA INDUSTRI TBK
14 PSGO PT. PALMA SERASIH TBK
15 DLTA PT. DELTA DJAKARTA TBK
16 BTEK PT. BUMI TEKNOKULTURA UNGGUL TBK
17 KEJU PT. MULIA BOGA RAYA TBK
18 WMUU PT. WIDODO MAKMUR UNGGAS TBK
19 CAMP PT. CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY TBK
20 CEKA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA TBK
21 PMMP PT. PANCA MITRA MULTIPERDANA TBK
22 IBOS PT. INDO BOGA SUKSES TBK
23 AISA PT. FKS FOOD SEJAHTERA TBK

50
24 ALTO PT. TRI BANYAN TIRTA TBK
25 BOBA PT. FORMOSA INGREDIENT FACTORY TBK
26 TAYS PT. JAYA SWARASA AGUNG TBK
27 NASI PT. WAHANA INTI MAKMUR TBK
28 PSDN PT. PRASIDHA ANEKA NIAGA TBK
29 COCO PT. WAHANA INTERFOOD NUSANTARA TBK
30 PCAR PT. PRIMA CAKRAWALA ABADI TBK
31 ENZO PT. MORENZO ABADI PERKASA TBK
32 FOOD PT. SENTRA FOOD INDONESIA TBK
33 IKAN PT. ERA MANDIRI CEMERLANG TBK
34 IIKP PT. INTI AGRI RESOURCES TBK
35 SKBM PT. SEKAR BUMI TBK
36 MLBI PT. MULTI BINTANG INDONESIA TBK
37 HOKI PT. BUYUNG POETRA SEMBADA TBK
38 MGNA PT. MAGNA INVESTAMA MANDIRI TBK
39 STTP PT. SIANTAR TOP TBK
40 SKLT PT. SEKAR LAUT TBK

3.4.2 Sampel

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2017:37) “sampel adalah bagian

dari populasi yang dipilih mengikuti prosedur tertentu sehingga dapat mewakili

popilasinya”. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purpose

sampling. Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2017:47) “purpose sampling

yaitu pengambilan sempel berdasarkan keperluan penelitian”. Adapun kriteria

yang dimaksud untuk memenuhi keperluan peneliti dalam mendukung

keakuratan data adalah sebagai berikut.

1. Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang listing atau terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2017-2021. Alasannya adalah untuk menjaga

kekonsistenan data untuk data time series.

51
2. Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang menggunakan mata

uang rupiah (IDR) selama tahun 2017-2021. Alasannya karena mata

uang asing sifatnya berubah-ubah dalam waktu tertentu, dan untuk

mempermudah penelitian sehingga menggunakan mata uang rupiah.

3. Parusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang menerbitkan annual

report atau laporan tahunan periode 2017-2021. Alasannya adalah untuk

menjaga kekonsistenan data perusahaan yang berakhir tutup bukunya adalah

akhir tahun

4. Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang tidak mengalami

kerugian periode 2017-2021. Alasannya adalah untuk menghindari bias yang

disebabkan oleh adanya perbedaan yang ekstrim.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dengan menggunakan metode dokumentasi. Menurut Sugiyono (2012:141)

“Sumber Sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca,

mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur,

buku-buku, serta dokumen”.

Data sekunder bersumber dari annual report yang dimuat media

perantara secara tidak langsung. Peneliti menggunakan metode dokumentasi

dengan mempelajari dokumen-dokumen yang diperlukan melalui situs resmi

www.idx.co.id, www.idnfinancials.com.

52
3.6 Teknik Analisis Data

Pengujian pada penelitian dilakukan dengan menggunakan software

Eviews (Econometric Views) versi 10 dan Microsoft Office Excel. dalam

penelitian ini teknik analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis

menggunakan data panel.

3.6.1 Analisis Statistik deskriptif

Menurut Jonathan Sarwono (2016:53) Statistik deskriptif dipergunakan

untuk gambaran data yang kita punyai secara deskriptif. Nilai-nilai umum dalam

statistic deskriptif diantaranya ialah rata-rata, simpangan baku, nilai minimal,

nilai maksimal dan jumlah (sum). Nilai-nilai ini bermanfaat memberikan

gambaran umum mengenai variabel-variabel yang kita teliti sehingga kita dapat

menjelaskan karakteristik data yang ada dengan menjelaskan besaran nilai-nilai

tersebut.

3.6.2 Analisis Regresi Data Panel

Menurut Jonathan Sarwono (2016:1) data panel merupakan data

gabungan dari data runtun waktu (time series data) dan data silang (cross-section

data). Dengan menggunakan data panel peneliti bisa mengkaji variabel-variabel

yang diteliti dengan kurun waktu tertentu. Karena data panel mempunyai

dimensi ruang dan waktu. Menurut Baltagi dalam Jonathan Sarwono (2016:3)

keuntungan menggunakan data panel adalah dapat mendeteksi dengan lebih baik

dan mengukur dampak secara terpisah diobservasi dengan menggunakan data

runtun waktu ataupun data silang. Dengan menyediakan data untuk beberapa

unit ribuan, maka data panel dapat meminimalisasi bias yang mungkin

53
dihasilkan saat kita mengumpulkan data individual atau perusahaan dalam

kumpulan yang luas. Berdasarkan dengan data panel yang merupakan gabungan

antara data time series dan cross section maka model yang dapat disimpulkan

sebagai berikut:

𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 X2 + 𝛽3 X3 + 𝑒

Keterangan:

Y = Manajemen Laba

α = Konstanta

X1 = Good Corporate Governance

X2 = Asimetri Informasi

X3 = Struktur Modal

β(1...2...3) = Koefesien regresi variabel X1, variabel X2, dan variabel X3

e = Error term

3.6.3 Metode Estimasi Model Regresi Panel

Menurut Amaliah dkk (2020) pada model regresi data panel terdapat 3

macam estimasi yakni Common Effect Model (CEM), Fixed Effect Model

(FEM) dan Random Effect Model (REM).

3.6.2.1 Common Effect Model

Menurut Amaliah dkk (2020) pada model Common Effect Model

(CEM) seluruh data digabungkan tanpa mempertimbangkan waktu dan individu

sehingga hanya mempunyai satu data yang terdiri dari variabel dependen dan

54
variabel-variabel independen. Sehingga model ini sama seperti model regresi

linear pada umumnya (Amaliah dkk, 2020).

Persamaan model untuk CEM ditunjukkan pada persmaan :

𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝑿𝒊𝒕 𝜷 + 𝜀𝑖𝑡 ; 𝑖 = 1,2, … . , 𝑁; 𝑡 = 1,2, … . , 𝑇

Dimana :

𝑌𝑖𝑡 = nilai variabel dependen unit cross section ke-i untuk periode ke-t

𝛽0 = intersep atau konstanta unit cross section

𝑿𝒊𝒕 = [X𝟏𝒊𝒕 X𝟐𝒊𝒕 ….. X𝒌𝒊𝒕 ] vector variabel independen berukuran (1 x k)

𝜷 = [ 𝛽1 𝛽2 …𝛽𝑘 ] vektor slope atau koefisien regresi sebanyak k variabel

independen berukuran (k x 1)

𝟐
𝜀𝑖𝑡 = galat regresi unit cross section ke-i untuk periode ke-t ; 𝜺𝒊𝒕 ~𝑵(𝟎, 𝝈 𝟑)

3.6.2.2 Fixed Effect Model

Menurut Amaliah dkk (2020) salah satu cara memperhatikan

heterogenitas unit cross-section pada model regresi data panel adalah dengan

membeda-bedakan nilai intersep namun slope konstan. Model ini dikenal

dengan Fixed Effect Model (FEM), persamaannya ditunjukkan pada persamaan.

𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝑿𝒊𝒕 𝜷 + 𝜀𝑖𝑡

Dimana :

𝑌𝑖𝑡 = nilai variabel dependen unit cross section ke-i untuk periode ke-t

𝛽0 = intersep atau konstanta unit cross section

𝑿𝒊𝒕 = [X𝟏𝒊𝒕 X𝟐𝒊𝒕 ….. X𝒌𝒊𝒕 ] vector variabel independen berukuran (1 x k)

𝜷 = [ 𝛽1 𝛽2 …𝛽𝑘 ] vektor slope atau koefisien regresi sebanyak k variabel

independen berukuran (k x 1)

55
𝟐
𝜀𝑖𝑡 = galat regresi unit cross section ke-i untuk periode ke-t ; 𝜺𝒊𝒕 ~𝑵(𝟎, 𝝈 𝟑)

3.6.2.3 Random Effect Model

Menurut Amaliah dkk (2020) pendekatan dengan model random efek

(REM) diasumsikan 𝛽0𝑖 merupakan variabel random dengan mean 𝛽̅0 dan
2
variansi 𝛽 𝜀 . Sehingga intersep ditunjukkan pada persamaan.

2
𝛽0𝑖 = 𝛽̅0 +𝜀𝑖 ; 𝜀𝑖 ~𝑁𝑖𝑖𝑑 (0, 𝜎 3)

Dengan 𝜀𝑖 merupakan galat random yang mempunyai mean 0 dan


2
variansi 𝜎 3 . Model efek acak dapat diestimasi dengan metode Generalized

Least Square (GLS) sebab jika diestimasi dengan OLS hasil estimasi tidak

efisien. Secara umum persamaan model efek acak ditunjukkan pada persamaan.

𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝑿𝒊𝒕 𝜷 + 𝑊𝑖𝑡

Dimana 𝑊𝑖𝑡 ditunjukan pada persamaan

2
𝑊𝑖𝑡= 𝜀𝑖 + 𝑈𝑖𝑡 ; 𝑊𝑖𝑡 ~ 𝑁𝑖𝑖𝑑 (0, 𝜎 )
𝑤

Nilai 𝑊𝑖𝑡 mengandung galat untuk data cross section (𝜀𝑖 ) dan untuk data

berkala (𝑢𝑖𝑡 ) dengan asumsi bersifat independent and identically distributed


2
(IID) normal dengan mean 0 dan variansi 𝜎 .
𝑤

3.6.4 Pemilihan Model Regresi Panel

Penentuan model terbaik antara common effect, fixed effect, dan random

effect menggunakan dua teknik estimasi model. Dua teknik ini digunakan dalam

regresi data panel untuk memperoleh model yang tepat dalam mengestimasi

regresi data panel. Dua uji yang digunakan, pertama Chow test digunakan untuk

56
memilih antara model common effect atau fixed effect. Kedua, Hausman test

digunakan untuk memilih antara model fixed effect atau random effect yang

terbaik dalam mengestimasi regresi data panel. Penggunaan kedua pengujian

tersebut dalam pemilihan model terbaik regresi data panel ditunjukkan oleh

gambar berikut:

3.6.3.1 Uji Chow

Uji chow digunakan untuk menentukan apakah model terpilih common

effects atau fixed effects. H0 ditolak jika nilai dari probabilitas F lebih kecil dari

alpha, yaitu lebih kecil dari 0.05, dimana H0 merupakan model pooled least

square dan H1 adalah model fixed effects.

Hipotesa :

H0 : model common effect

H1 : model fixed effect

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji chow

adalah sebagai berikut (www.statistikian.com):

a. Jika nilai Probability Cross-section Chi-square < 0,05 maka H0 ditolak,

berarti model fixed effect yang dipilih.

b. Jika nilai Probability Cross-section Chi-square > 0,05 maka H0 diterima,

berarti model common effect yang dipilih.

3.6.3.2 Uji Hausman

Uji hausman adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah fixed

effects ataukah random effects sebagai metode yang terbaik.

Hipotesa :

57
H0 : maka digunakan model random effect

H1 : maka digunakan model fixed effect

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji

hausman adalah sebagai berikut (www.statistikian.com):

a. Jika nilai Probability Cross-section Random < 0,05, maka H0 ditolak, berarti

model fixed effect yang dipilih.

b. Jika nilai Probability Cross-section Random > 0,05, maka H0 diterima,

berarti model random effect yang dipilih.

3.6.3.3 Uji Lagrange Multiplier

Uji Lagrange Multiplier Test adalah analisis yang dilakukan dengan

tujuan untuk menentukan metode yang terbaik dalam regresi data panel, apakah

akan menggunakan common effect atau random effect.

Hipotesa :

H0 : maka digunakan model common effect

H1 : maka digunakan model random effect

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji

lagrange multiplier adalah sebagai berikut (www.statistikian.com):

a. Jika nilai Cross-section Breusch-Pagan < 0,05, maka H0 ditolak, yang berarti

model random effect yang dipilih.

b. Jika nilai Cross-section Breusch-Pagan > 0,05, maka H0 diterima, yang berarti

model common effect yang dipilih.

58
3.6.5 Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian

ini layak atau tidak untuk digunakan maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji

asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji Multikolinearitas, uji

heteroskedasitas, dan uji autokorelasi.

3.6.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal

Pengujian normalitas yang sering digunakan adalah uji Jarque-Bera (JB). Uji

JB adalah salah satu metode pengujian yang digunakan untuk sampel besar

(asymptotic).

Rumus Uji JB :

𝑆 2 (𝐾 − 3)2
𝐽𝐵 = 𝑛( + )
6 24

Keterangan :

n= besarnya sampel

S= koefisien skewness

K= koefisien kurtosisi

Nilai JB mengikuti 2 df (degree of freedom) distribusi chi-square. Nilai

JB selanjutnya dapat kita hitung signifikansi-nya untuk menguji hipotesa.

Hipotesa :

H1 : Data tidak berdistribusi normal

H0 : Data berdistribusi normal

59
Persyaratan Normalitas (www.dimaschannel.com) :

a. Jika nilai probability < 0.05, maka data tidak berdistribusi normal.

b. Jika nilai probability > 0.05, maka data berdistribusi normal.

3.6.5.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika

variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi

antar sesame variabel independen sama dengan nol (Ghozali 2013:105).

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji

multikolinearitas adalah sebagai berikut (www.statistikian.com):

a. Jika nilai Centered CIF < 9, maka data tidak ada masalah multikolinearitas.

b. Jika nilai Centered CIF > 9, maka data ada masalah multikolinearitas.

3.6.5.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik. Heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang

harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala

heteroskedastisitas.

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji

heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

60
a. Jika Nilai Probabilitas chi square (2) pada Obs*R-Squared <0,05 maka data

tidak ada masalah heteroskedastisitas.

b. Jika Nilai Probabilitas chi square (2) pada Obs*R-Squared >0,05 maka data

ada masalah heteroskedastisitas.

3.6.5.4 Uji Autokorelasi

Ghozali dan Ratmono, 2017), Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi

antar observasi dalam satu variabel. Metode untuk mendeteksi autokorelasi

antara lain metode grafik, durbin-watson, run dan lagrange multiplier. Uji

autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi atau hubungan

antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya.

Untuk data time series autokorelasi sering terjadi. Tapi, untuk data sampelnya

cross section, jarang terjadi karena variabel pengganggu satu berbeda dengan

yang lain. Untuk mendeteksi autokorelasi, terdapat kriteria sebagai berikut:

1. Angka DW dibawah DL, yang artinya ada autokorelasi positif.

2. Angka DW diantara DU dan 4-DU, yang artinya tidak ada autokorelasi.

3. Angka DW diatas 4-DU yang artinya ada autokorelasi negative.

3.6.6 Uji Hipotesis

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2017:137) “ hipotesis adalah

pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah

penelitian yang kebenarannya masih lemah atau belum tentu benar

kebenarannya sehingga harus diuji secara empiris”

61
3.6.7.1 Uji Simultan (Uji F)
Menurut Ghazali (2013:105) dalam Siregar (2019) pengujian

signifikansi secara simultan bertujuan unutk melihat signifikansi pengaruh

seluruh variabel x (independen) secara bersama – sama terhadap vairabel y

(dependen). Dasar pengambilan keputusan yakni :

a. Jika probability F dibawah 0,05 maka seluruh variabel x (independen) secara

bersama – sama berpengaruh terhadap variabel y (dependen)

b. Bila probability F diatas 0,05 maka seluruh variabel x (independen) secara

bersama – sama tidak berpengaruh terhadap variabel y (dependen)

3.6.7.2 Uji Parsial (Uji T)


Menurut Siregar (2019) untuk melihat pengaruh masing – masing

variabel x (independen) terhadap variabel terikat (dependen) dapat dilakukan

dengan uji parsial (uji t). Dasar pengambilan keputusan yakni :

a. Apabila nilai t dari hasil regresi (t hitung) diatas nilai t yang tertera di

tabel serta probability di bawah 0,05 maka variabel x (independen)

berpengaruh terhadap variabel y (dependen).

b. Apabila nilai t dari hasil regresi (t hitung) dibawah nilai t yang tertera di

tabel serta probability di atas 0,05 maka variabel x (independen) tidak

berpengaruh terhadap variabel y (dependen).

Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih

dan juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen. Adapun rumus dari regresi linier berganda (multiple linier

regresion) secara umum adalah:

Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

62
Analisis regresi linier digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas. Uji statistik t

menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Terdapat dua cara untuk melihat hal

tersebut:

a. Jika probability T < 0,5 maka H0 diterima

b. Jika probability T > 0,5 maka H0 ditolak

Catatan:

H0 = variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.

H1 = variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

63
3.6.7 Uji Koefisien Determinan

Menurut Siregar (2019) tujuan dari uji ini yakni mengetahui persentase

pengaruh dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai maksimal

dari koefisian ini adalah 1 dan terendah adalah 0. Apabila nilai adjusted R2

mendekati 1 maka dapat dijadikan indikator sebagai variabel independen yang

dapat memprediksi dari variabel dependennya. Data silang biasanya memiliki

nilai adjusted R2 yang lebih rendah dibandingkan dengan data time series

(Ghozali, 2013:105). Jika nilai adjusted R2 dibawah 0,5 ini menandakan bahwa

variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas pada taraf yang sangat

rendah dan apabila nilai koefisiannya negatif itu akan dianggap 0 (Ghazali,

2013:105).

61
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan

tahunan (annual report) dengan objek perusahaan Sub Sektor Makanan dan

Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2021.

Pemilihan 5 tahun bertujuan untuk membandingkan status perusahaan selama

lima tahun dan menerima data baru untuk mendapatkan hasil untuk menjelaskan

masalah pada penelitian ini.

Peneliti memilih perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman

dengan pertimbangan bahwa skala perusahaan Sub Sektor Makanan dan

Minuman dianggap cukup besar dan mampu mencerminkan respon pasar modal

global dengan potensi atensi investor dalam menanamkan sahamnya.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purpose sampling dengan

kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.

4.2 Deskripsi Sempel

Penelitian ini menggunakan data perusahaan Sub Sektor Makanan dan

Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2021.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purpose sampling.

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2017:47) “Purpose Sampling” yaitu

pengambilan sempel berdasarkan keperluan penelitian”. Adapun kriteria yang

dimaksud untuk memenuhi keperluan peneliti dalam mendukung keakuratan

data disajikan pada tabel berikut.

62
Tabel 4.1
Kriteria Pemilihan Sampel
Pelanggaran Jumlah
No Kriteria
Kriteria Sampel

Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman


1 yang listing atau terdaftar di Bursa Efek 40
Indonesia selama tahun 2017-2021.

Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman


2 yang menggunakan mata uang rupiah (IDR) 40
selama tahun 2017-2021.
Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
yang menerbitkan laporan tahunan (annual
3 (19) 21
report) dengan lengkap selama tahun 2017-
2021
Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
4 yang tidak mengalami rugi selama tahun 2017- (7) 14
2021
5 Data Outlier (4) 10

Jumlah Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang


10
dijaikan sampel
Jumlah sampel yang diambil periode 2017-2021 50
Sumber: Data diolah peneliti, 2022

Tabel 4.1 total perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan populasi berjumlah 50 data.

Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling telah diperoleh jumlah

perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman sektor makanan dan minuman

63
yang dijadikan sampel sebanyak 10 perusahaan. Penelitian ini menggunakan 5

tahun, yaitu 2017, 2018, 2019, 2020 dan 2021. Adapun daftar perusahaan Sub

Sektor Makanan dan Minuman sektor makanan dan minuman yang dijadikan

sampel pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan

1 INDF PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK

2 MYOR PT. MAYORA INDAH TBK

3 MLBI PT. MULTI BINTANG INDONESIA TBK

4 ROTI PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK

5 CLEO PT. SARIGUNA PRIMATIRTA TBK

6 ADES PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL TBK

7 CEKA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA TBK

8 SKBM PT SEKAR BUMI TBK

9 STTP PT. SIANTAR TOP TBK

10 HOKI PT. BUYUNG POETRA SEMBADA TBK

Sumber : Data yang diolah penulis

4.3 Hasil Analisis Penelitian

Menurut Sugiyono (2019), Hasil analisis penelitian data dalam

penelitian kualitatif yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,

dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

64
4.3.1 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang

dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum.

Untuk itu akan disajikan gambaran statistik dari hasil uji statistik deskriptif yang

menggunakan Eviews versi 10.0 for windows dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Date: 11/09/22 Time: 22:25
Sample: 2017 2021

MLB KI KM AIF SM

Mean 0.912800 0.734400 0.034800 2.524800 0.677200


Median 0.680000 0.805000 0.000000 1.670000 0.610000
Maximum 4.430000 0.920000 0.250000 13.27000 1.660000
Minimum -0.060000 0.500000 0.000000 0.000000 0.190000
Std. Dev. 0.891392 0.143472 0.073851 2.634909 0.375277
Skewness 1.626223 -0.212097 2.491317 1.991926 0.736103
Kurtosis 6.519533 1.663795 7.535412 7.775516 2.841117

Jarque-Bera 47.84484 4.094548 94.57628 80.57629 4.567991


Probability 0.000000 0.129086 0.000000 0.000000 0.101876

Sum 45.64000 36.72000 1.740000 126.2400 33.86000


Sum Sq. Dev. 38.93441 1.008632 0.267248 340.1944 6.900808

Observations 50 50 50 50 50

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa total sampel (n) adalah 50 data sampel

dengan hasil sebagai berikut:

1. Hasil penelitian Manajemen Laba memiliki nilai minimum -0.060000

yang didapatkan dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2019, nilai

maksimum

65
-4.430000 yang didapatkan dari Pt. Buyung Poetra Sembada Tbk. tahun

2017, nilai rata-rata 0.912800 dan standar deviasi 0.891392. Hasil ini

menunjukan bahwa nilai rata-rata lebih besar dari standar deviasi

0.912800 > 0.891392 artinya penyimpangan data variable Manajemen

Laba yang terjadi rendah, karena penyebaran datanya merata, hal ini

mengindikasikan hasil yang lebih baik sehingga menunjukan hasil yang

normal dan tidak menyebabkan bias, maka dapat dikatan data bersifat

homogen.

2. Hasil penelitian Kepemilikan Institusional memiliki nilai minimum

0.500000 yang didapatkan dari Pt Indofood Sukses Makmur Tbk. tahun

2017, nilai maksimum 0.920000 yang didapatkan dari PT. Akasha Wira

International Tbk tahun 2017, nilai rata-rata 0.734422 dan standar

deviasi 0.143472. Hasil ini menunjukan bahwa nilai rata-rata lebih besar

dari standar deviasi 0.734422 > 0.143472 artinya penyimpangan data

variable Kepemilikan Institusional yang terjadi rendah, karena

penyebaran datanya merata, hal ini mengindikasikan hasil yang lebih

baik sehingga menunjukan hasil yang normal dan tidak menyebabkan

bias, maka dapat dikatan data bersifat homogen.

3. Hasil penelitian Kepemilikan Manajerial memiliki nilai minimum

0.000000 yang didapatkan dari PT Akasha Wira International Tbk. tahun

2017, nilai maksimum 0.250000 yang didapatkan dari Pt. Mayora Indah

Tbk tahun 2017 , nilai rata-rata 0.034800 dan standar deviasi 0.073851.

Hal ini menunjukan bahwa nilai rata-rata lebih kecil dari standar deviasi

66
0,034800 < 0,073851 artinya penyebaran datanya bias dan sifat data

heterogen. Sehingga menunjukkan adanya variasi nilai kepemilikan

Manajerial.

4. Hasil penelitian Asimetri Informasi memiliki nilai minimum 0.000000

yang didapatkan dari PT. PT Akasha Wira International Tbk .tahun 2017,

nilai maksimum 13.27000 yang didapatkan dari Pt Indofood Sukses

Makmur Tbk. tahun 2019, nilai rata-rata 2.524800 dan standar deviasi

2.634909. Hal ini menunjukan bahwa nilai rata-rata lebih kecil dari

standar deviasi 2.524800 < 2.634909 artinya penyebaran datanya bias

dan sifat data heterogen. Sehingga menunjukkan adanya variasi nilai

Asimetri Informasi.

5. Hasil penelitian Struktur Modal memiliki nilai minimum 0.190000 yang

didapatkan dari Pt. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. tahun 2018, nilai

maksimum 1.660000 yang didapatkan dari Pt. Multi Bintang Indonesia

Tbk. tahun 2021, nilai rata-rata 0.677200 dan standar deviasi 0.375277.

Hasil ini menunjukan bahwa nilai rata-rata lebih besar dari standar

deviasi 0.677200 > 0.375277 artinya penyimpangan data variable

Struktur modal yang terjadi rendah, karena penyebaran datanya merata,

hal ini mengindikasikan hasil yang lebih baik sehingga menunjukan hasil

yang normal dan tidak menyebabkan bias, maka dapat dikatan data

bersifat homogen.

67
4.3.2 Uji Regresi Data Panel

Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat

beberapa teknik yang ditawarkan, yaitu:

1. Common Effect Model (CEM)

Tabel 4.4
Common Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.175605 0.786799 -0.223190 0.8244

KI 1.955255 0.911761 2.144482 0.0374

KM -1.260758 1.736108 -0.726198 0.4715

AIF 0.046201 0.046140 1.001317 0.3220

SM -0.620654 0.316315 -1.962138 0.0559

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.4 menunjukan common effect model memiliki koefisien konstanta

sebesar -0.175605, koefisien variabel X1 yang terdiri dari Kepemilikan

Intitusional 1.955255 Kepemilikan Manajerial -1.260758 dan koefisien variabel

X2 yaitu Asimetri Informasi sebesar 0.046201 , koefisien variabel X3 yaitu

Struktur Modal sebesar -0.620654.

2. Fixed Effect Model (FEM)

Tabel 4.5
Fixed Effect Model

68
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.030909 1.524707 -1.987863 0.0545

KI 1.989497 1.919569 1.036429 0.3069

KM 54.18247 9.900830 5.472518 0.0000

AIF 0.020769 0.022738 0.913402 0.3671

SM 0.804247 0.290957 2.764140 0.0089

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.5 menunjukan Fixed Effect Model memiliki koefisien konstanta sebesar

-3.030909 , koefisien variabel X1 yang terdiri dari Kepemilikan Intitusional

1.989497 dan Kepemilikan Manajerial 54.18247 dan koefisien variabel X2 yaitu

Asimetri Informasi sebesar 0.020769, koefisien variabel X3 yaitu Struktur

Modal sebesar 0.804247.

3. Random Effect Model (REM)

Tabel 4.6
Random Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.405063 1.106323 -1.270030 0.2106

KI 2.446041 1.344533 1.819249 0.0755

KM 3.768102 3.270431 1.152173 0.2553

AIF 0.029589 0.022336 1.324733 0.1919

69
SM 0.466117 0.268076 1.738747 0.0889

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.6 menunjukan Random Effect Model memiliki koefisien

konstanta sebesar -1.405063 ,koefisien variabel X2 yang terdiri dari

Kepemilikan Intitusional 2.446041 dan Kepemilikan Manajerial 3.768102 dan

koefisien variabel X2 yaitu Asimetri Informasi sebesar 0.029589 , koefisien

variabel X3 yaitu Struktur Modal sebesar 0.466117.

4.4 Uji Pemilihan Regresi Data Panel (Uji Model)

Uji regresi data panel dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan layak dianalisis, karena tidak semua data dapat dianalisis dengan

regresi. Masing-masing model memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-

masing. Pemilihan model tergantung pada asumsi yang dipakai peneliti dan

pemenuhan syarat-syarat pengolahan data statistik yang benar sehingga dapat

dipertanggungjawabkan secara statistik. Penelitian ini menggunakan tiga model

regresi yaitu model common effect, model fixed effect dan model random effect:

4.4.1 Uji Chow

Hipotesis Uji Chow :

H0: Common Effect Model

H1: Fixed Effect Model

Berikut Hasil Uji Chow :

70
Tabel 4.7
Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 23.445772 (9,36) 0.0000

Cross-section Chi-square 96.295888 9 0.0000

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai probability cross section chi square

sebesar 0,0000 yang nilainya < 0,05 maka menerima H1 dengan hipotesis:

H0 : Probability > 0,05, maka model menikuti CEM (Common Effect Model)

H1 : Probability < 0,05, maka model menikuti FEM (Fixed Effect Model)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipilih adalah

Fixed Effect Model.

4.4.2 Uji Hausman

Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model

fixed effect atau random effect yang paling tepat digunakan. Hausman test

disajikan pada tabeli dibawah ini:

Hipotesis Uji Hausman:

H0: Random Effect Model

71
H1: Fixed Effect Model

Berikut Hasil Uji Hausman :

Tabel 4.8
Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Chi-Sq.

Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 34.935153 4 0.0000

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.8 menunjukan bahwa nilai probability cross section random sebesar

0.0000 yang nilainya < 0,05 maka menolak H0 dengan hipotesis:

H0 : Probability > 0,05, maka model menikuti REM (Random Effect Model)

H1 : Probability < 0,05, maka model menikuti FEM (Fixed Effect Model)

Sehingga dapat disimpulan bahwa model regresi yang dipilih adalah

Fixed Effect Model

Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Data Panel
Nama Uji Rumusan Uji Hasil Model

Uji Chow Prob. 0.0000 < 0.05 Fixed Effect Model

72
Uji Hausman Prob. 0.0000 < 0.05 Fixed Effect Model

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Berdasarkan pengujian pemilihan model regresi data panel, dapat

disimpulkan bahwa Fixed Effect Model dalam regresi data panel digunakan

lebih lanjut dalam mengestimasi pengaruh Good Corporate Governance,

Asimetri Informasi dan Struktur Modal terhadap Manajemen Laba pada

perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman sektor makanan dan minuman

tahun 2017-2021.

Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi Data Panel Fixed Effect Model

Dependent Variable: MLB

Method: Panel Least Squares

Date: 11/09/22 Time: 22:26

Sample: 2017 2021

Periods included: 5

Cross-sections included: 10

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.030909 1.524707 -1.987863 0.0545

KI 1.989497 1.919569 1.036429 0.3069

KM 54.18247 9.900830 5.472518 0.0000

AIF 0.020769 0.022738 0.913402 0.3671

SM 0.804247 0.290957 2.764140 0.0089

73
Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.887640 Mean dependent var 0.912800

Adjusted R-squared 0.847066 S.D. dependent var 0.891392

S.E. of regression 0.348595 Akaike info criterion 0.961682

Sum squared resid 4.374656 Schwarz criterion 1.497048

Log likelihood -10.04205 Hannan-Quinn criter. 1.165552

F-statistic 21.87691 Durbin-Watson stat 1.044318

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.5 menunjukan Fixed Effect Model memiliki koefisien konstanta

sebesar -3.030909 , koefisien variabel X1 yang terdiri dari Kepemilikan

Intitusional 1.989497 dan Kepemilikan Manajerial 54.18247 dan koefisien

variabel X2 yaitu Asimetri Informasi sebesar 0.020769, koefisien variabel X3

yaitu Struktur Modal sebesar 0.804247.

4.5 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahu kelayakan dan kualitas

data yang digunakan dalam penelitian. Uji asumsi klasik juga digunakan untuk

mengetahui apakah data berdistribusi normal dan terbebas dari masalah

multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

74
4.5.1 Uji Normalitas

Menurut Basuki & Prawoto (2016:106) “uji normalitas merupakan uji

untuk melihat nilai residual terdistribusi normal atau tidak”. Nilai residual

diasumsikan berdistribusi normal dengan uji t dan F. Cara untuk mengetahui

residual berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan analisis grafik dan

uji statistik (Ghozali & Ratmono, 2017). Pada penelitian ini pengujian

normalitas menggunakan uji Jarque-Bera (JB). Hasil uji Jarque-Bera dilihat dari

nilai probabilitas dengan tingkat signifikan α = 5%, jika probabilitas > 0,05 maka

model regresi dinyatakan normal, sedangkan jika probabilitas < 0,05 maka

model regresi dinyatakan tidak normal (Basuki & Prawoto, 2016).

Gambar 4.2
Uji Normalitas
12
Series: Standardized Residuals
Sample 2017 2021
10
Observations 50

8 Mean -7.77e-17
Median 0.000503
Maximum 0.831558
6
Minimum -0.565496
Std. Dev. 0.298795
4 Skewness 0.339306
Kurtosis 3.441947

2
Jarque-Bera 1.366314
Probability 0.505020
0
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Gambar 4.2 menunjukan nilai Jarque-Bera sebesar 1.366314 dan nilai

probability sebesar 0.505020 yang mana nilai probability >0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model pada penelitian ini berdistribusi normal.

75
4.5.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearita bertujuan untuk menguji gangguan multikolinearitas

pada penelitian ini menggunakan nilai koefisien antarvariabel independen yang

didapat dari corr command di aplikasi Eviews. Alat statistik untuk menguji

gangguan multikolinearitas pada penelitian ini menggunakan employee. Kriteria

suatu model regresi yang bebas masalah multikolinearitas dengan nilai koefisien

antarvariabel independen < 0.9, sebaliknya jika nilai koefisien antarvariabel

independen > 0.9 maka model regresi terjadi gejala multikolinearitas (Ghozali

& Ratmono, 2017).

Tabel 4.11
Uji Multikolinearitas

MLB KI KM AIF SM

MLB 1.000000 0.356075 -0.241272 0.052894 -0.323645

KI 0.356075 1.000000 -0.399579 -0.254184 -0.131445

KM -0.241272 -0.399579 1.000000 0.169266 0.130831

AIF 0.052894 -0.254184 0.169266 1.000000 -0.053579

SM -0.323645 -0.131445 0.130831 -0.053579 1.000000

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.10 bahwa nilai koefisien korelasi antar variabel independen

dalam penelitian ini < 0.9, maka dapat disimpulkan data yang digunakan pada

penelitian ini terbebas dari masalah multikolinearitas.

76
4.5.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji hereroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

masalah heteroskedastisitas pada penelitian ini dengan menggunakan uji glejser.

Kriteria suatu model regresi yang bebas masalah heteroskedastisitas dapat dilihat

dari probabilitas dengan tingkat signifikan α = 5%. Jika probabilitas X2 > 0,05

maka model regresi menunjukan terbebas masalah heteroskedastisitas,

sedangkan jika probabilitas X2 < 0,05 maka model regresi menunjukan adanya

masalah heteroskedastisitas.

Tabel 4.12
Uji Heteroskedastisitas
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/09/22 Time: 22:33
Sample: 1 50
Included observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.964993 1.630314 0.591907 0.5569


KI -0.337684 1.889911 -0.178677 0.8590
KM -1.335965 3.549323 -0.376400 0.7084
AIF 0.119672 0.094706 1.263626 0.2129
SM -0.546628 0.650056 -0.840895 0.4049

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.12 menunjukkan nilai probabilitas KePemilikan Institusional

(KI) sebesar 0.8590, nilai probabilitas Kepemilikan Manajerial (KM) sebesar

0.7084, nilai probabilitas Asimetri Informasi (AIF) sebesar 0.2129 dan nilai

probabilitas Struktur Modal (SM) sebesar 0.4049 yang artinya lebih besar dari

77
nilai probabilitas 0.05. maka dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari

heteroskedastisitas dan bersifat homokedastisitas.

4.5.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya

autokorelasi, dapat diukur dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW).

Berikut hasil uji autokorelasi:

Tabel 4.13
Uji Autokorelasi

R-squared 0.134932 Mean dependent var -7.99E-17


Adjusted R-squared 0.014225 S.D. dependent var 0.783391
S.E. of regression 0.777799 Akaike info criterion 2.464480
Sum squared resid 26.01378 Schwarz criterion 2.732164
Log likelihood -54.61201 Hannan-Quinn criter. 2.566416
F-statistic 1.117850 Durbin-Watson stat 1.911193
Prob(F-statistic) 0.368049

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Hasil uji Autokorelasi pada tabel 4.13 hasil D-W menunjukan nilai

1.911193. diketahui nilai n = 50, k = 4 dan a = 0.05, jadi nilai dL yang di peroleh

1,3779 dan dU yang diperoleh 1,7214. Jadi dari hasil uji Durbin-Watson adalah

(dU < dL < dW < 4 – dU < 4 – dL) maka dapat disimpulkan pada peneltian ini

tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

78
4.6 Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan

dari analisis data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari observasi

(tidak terkontrol). Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan signifikan secara

statistik jika kejadian tersebut hampir tidak mungkin disebabkan oleh faktor

yang kebetulan, sesuai dengan batas probabilitas yang sudah ditentukan

sebelumnya.

4.6.1 Uji Simultan (Uji f)

Uji simultan dignakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel

bebasnya secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap

variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusan uji siultan yang dilihat dari

probabilitas dengan tingkat signifikan α = 5% atau dengan f-tabel yaitu.

1. Jika probabilitas < 0,05 atau f-hitung > f-tabel maka variabel independen

dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependen

2. jika probabilitas > 0,05 atau f-hitung < f-tabel maka variabel independen

dinyatakan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 4.17
Uji Simultan (Uji F)

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.887640 Mean dependent var 0.912800

Adjusted R-squared 0.847066 S.D. dependent var 0.891392

S.E. of regression 0.348595 Akaike info criterion 0.961682

79
Sum squared resid 4.374656 Schwarz criterion 1.497048

Log likelihood -10.04205 Hannan-Quinn criter. 1.165552

F-statistic 21.87691 Durbin-Watson stat 1.044318

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Output Eviews Statistic Version 10, 2022

Tabel 4.17 menunjukan nilai probability (F-statistic) sebesar

0.000000 yang mana nilai probability < 0,05. Sehingga dapat di simpulkan

bahwa variable-variabel bebas yaitu Kepemilikan Institusional, Kepemilikan

Manajerial, Asimetri Informasi dan Struktur Modal memiliki pengaruh

terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Sub Sektor Makanan dan

Minuman sektor makanan dan minuman. Hasil pengujian berdasarkan table

adalah sebagai berikut:

n (jumlah sampel) = 50
k (jumlah variabel) =5
α (tingkat signifikasi) = 0,05
f-tabel df1 =k–1=5–1=4
f-tabel df2 = n – k = 50 – 5 = 45
Perhitungn tersebut dapat di peroleh nilai f-tabel sebesar 2.58.

berdasarkan hasil uji simultan pada table 4.17 menunjukan nilai f statistic

sebesar 21.87691 maka diperoleh f-hitung > f-tabel yaitu 21.87691 > 2.58.

sehingga dapat disimpulkan secara bersamaan variable-variabel bebas yaitu

Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Asimetri Informasi dan

Struktur Modal memiliki pengaruh terhadap Manajemen Laba pada

80
perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman sektor makanan dan

minuman.

4.6.2. Uji Parsial (Uji T)

Menurut Basuki & Prawoto (2016:88) “uji parsial digunakan untuk

mengetahui apakah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikat apakah bermakna atau tidak”. Kriteria pengambilan keputusan uji parsial

yang dilihat dari probabilitas dengan tingkat signifikan α = 5% atau dengan t-

tabel yaitu.

2. Jika probabilitas < 0,05 atau t-hitung > t-tabel maka variabel independen

dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependen.

3. jika probabilitas > 0,05 atau t-hitung < t-tabel maka variabel independen

dinyatakan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 4.16
Uji Parsial (Uji t)

Dependent Variable: MLB

Method: Panel Least Squares

Date: 11/09/22 Time: 22:26

Sample: 2017 2021

Periods included: 5

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

81
C -3.030909 1.524707 -1.987863 0.0545

KI 1.989497 1.919569 1.036429 0.3069

KM 54.18247 9.900830 5.472518 0.0000

AIF 0.020769 0.022738 0.913402 0.3671

SM 0.804247 0.290957 2.764140 0.0089

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.16 nilai uji t (Parsial) hasil perhitungan dengan menggunakan

Eviews versi 10.0 dapat dijelaskan sebagai berikut:

n (jumlah sampel) = 50
k (jumlah variabel) =5
α (tingkat signifikasi) = 0,05:2 = 0,025
t-tabel df = n – k = 50 – 5 = 45
berdasarkan perhitungan terebut diperoleh nilai t-tabel sebesar 2.01410

1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba

Variable Kepemilikan Institusional mempunyai nilai probabilitas sebesar

0.3069 > 0,05 dan hasil t-hitung < t-tabel yaitu 1.036429 < 2.01410. sehingga

dapat disimpulan pada penelitian ini bahwa Kepemilikan Institusional tidak

berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba

Variable Kepemilikan Manajerial mempunyai nilai probabilitas sebesar

0.0000 < 0,05 dan hasil t-hitung < t-tabel yaitu 5.472518 > 2.01410. sehingga

dapat disimpulan pada penelitian ini bahwa Kepemilikan Manajerial

berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

82
3. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba

Variabel Asimetri informasi mempunya nilai pobabilitas sebesar 0.3671 >

0.05 dan hasil t-hitung < t-tabel yaitu 0.913402 < 2.01410. sehingga dapat

disimpulkan pada penelitian ini bahwa Asimetri Informasi tidak berpengaruh

terhadap Manajemen Laba

4. Pengaruh Struktur Modal terhadap Manajemen Laba

Variabel Struktur Modal mempunya nilai pobabilitas sebesar 0.0089 < 0.05

dan hasil t-hitung < t-tabel yaitu 2.764140 > 2.01410. sehingga dapat

disimpulkan pada penelitian ini bahwa Struktur Modal berpengaruh terhadap

Manajemen Laba.

4.7 Uji Regresi Data Panel


Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda data panel untuk

menjelaskan hubungan beberapa variabel yang diteliti. Metode regresi linear

berganda data panel, yaitu metode yang mengukur kekuatan hubungan antara

dua variabel atau lebih serta menunjukkan arah hubungan antara variabel

dependen dan variabel independen. Hasil regresi linear berganda data panel

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.14
Uji Regresi Data Panel

Dependent Variable: MLB

Method: Panel Least Squares

Date: 11/09/22 Time: 22:26

83
Sample: 2017 2021

Periods included: 5

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.030909 1.524707 -1.987863 0.0545

KI 1.989497 1.919569 1.036429 0.3069

KM 54.18247 9.900830 5.472518 0.0000

AIF 0.020769 0.022738 0.913402 0.3671

SM 0.804247 0.290957 2.764140 0.0089

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.14 dapat dirumuskan persamaan regresi untuk regresi linear

berganda data panel adalah sebagai berikut:

MLB = α + β1KI1 + β2KM2 + β3AIF3 + β4SM4 + e

MLB = -3.030909 + 1.989497 + 54.18247 + 0.020760 + 0.804247

Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar -3.030909 dengan arah negative, menunjukan jika

variable variable Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,

Asimetri Informasi dan Struktur Modal adalah konstan, maka nilai yang

terjadi pada Manajemen Laba sebesar 3.030909.

2. Nilai koefisien dari variable Kepemilikan Institusional sebesar 1.989497

artinya jika variable independen lainnya tetap dan KI mengalami kenaikan 1

84
dalam satuan maka Manajemen Laba akan mengalami peningkatan sebesar

1.989497 koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara KI

dengan Manajemen Laba.

3. Nilai koefisien dari variable Kepemilikan Manajerial sebesar 54.18247

artinya jika variable independen lainnya tetap dan KM mengalami kenaikan

1 dalam satuan maka Manajemen Laba mengalami peningkatan sebesar

54.18247 koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara

KM dengan Manajemen Laba.

4. Nilai koefisien dari variable Asimetri Informasi sebesar 0.020769 artinya

jika variable independen lainnya tetao dan AIF mengalami kenaikan 1 dalam

satuan maka Manajemen Laba mengalami peningkatan sebesar 0.020769

koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara AIF dengan

Manajemen Laba.

5. Nilai koefisien dari variable Struktur Modal sebesar 0.804247 artinya jika

variable independen lainnya tetap dan SM mengalami kenaikan 1 dalam

satuan maka Manajemen Laba mengajami peningkatan sebesar 0.804247

koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan posiitf anatara SM dengan

Manajemen Laba.

4.8 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan variasi variabel terikat. Jika nilai

Adjusted R-Square kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam

menjelaskan variasi variabel terikat sangat terbatas, dan sebaliknya apabila

85
Adjusted R-Square besar berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam

menjelaskan variasi variabel terikat besar. Berikut hasil uji koefisien

determinasi:

Tabel 4.15
Uji Koefisien Determinasi (R2)

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.887640 Mean dependent var 0.912800

Adjusted R-squared 0.847066 S.D. dependent var 0.891392

S.E. of regression 0.348595 Akaike info criterion 0.961682

Sum squared resid 4.374656 Schwarz criterion 1.497048

Log likelihood -10.04205 Hannan-Quinn criter. 1.165552

F-statistic 21.87691 Durbin-Watson stat 1.044318

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Hasil output Eviews 10.0 diolah, 2022

Tabel 4.15 menerangkan bahwa besarnya nilai koefisien determinasi

(R2), Adjusted R-Square adalah 0.847066 (84,7%) yang mengandung arti bahwa

variasi Manajemen Laba dapat dijelaskan oleh Good Corporate Governance

yang terdiri dari Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial,

Asimetri Informasi dan Struktur Modal sebesar 84.7% sedangkan sisanya

(100%-84,7%=15,3%) dijelaskan oleh variable lain di luar model.

86
4.9 Hasil dan Pembahasan

Hasil dari analisa dan olah data pada penelitian ini akan dideskripsikan

sesuai dengan rumusan masalah yang ada untuk menjawab dari apa yang sudah

di tuangkan dalam tujuan penelitian ini:

4.9.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional,Kepemilikan Manajerial,

Asimetri Informasi, dan Struktur Modal Terhadap Manajemen

Laba

Hasil dari analisis data pada uji F (simultan) yang dapat dilihat pada tabel

4.17 diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F tabel yaitu sebesar 21.87691 >

2.58 dan diperoleh nilai signifikan sebesar 0.000000 yang mana nilai probability

< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable-variabel bebas yaitu

Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Asimetri Informasi dan

Struktur Modal memiliki pengaruh terhadap Manajemen Laba.

Penelitian ini sejalan dengan Teori Keagenan yang menjelaskan bahwa

timbulnya masalah-masalah keagenan terjadi karena adanya perbedaan

kepentingan di dalam suatu perusahaan namun saling bekerja sama dengan

pembagian tugas yang berbeda. Dimana hal tersebut berkaitan dengan kebijakan

yang akan diambil oleh manajemen dalam suatu perusahaan dan memungkinkan

bahwa agen melakukan manipulasi laba guna memanfaatkan asimestri informasi

untuk mengelabuhi prinsipal dan memaksimalkan kepentingan pribadi.

87
4.9.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba

Hipotesis pertama (H1) dari hasil pengujian parsial (uji t) pada table 4.16

memperoleh nilai probabilitas sebesar 0.3069 > 0,05 dan hasil t-hitung < t-tabel

yaitu 1.036429 < 2.01410. dengan demikian H1 ditolak, sehingga variable

Kepemilikan Institusional secara parsial tidak berpengaruh terhadap Manajemen

Laba. Hal ini dikarenakan tata kelola perusahaan yang baik belum mampu

mempengaruhi perilaku manajer dalam hal praktik manajemen laba.

Penelitian ini tidak sejalan dengan teori asumsi keagenan yang mana

meyatakan bahwa agen memiliki informasi yang lebih banyak daripada principal

yang mengakibatkan agen untuk menyembunyikan informasi yang kurang baik

dan hanya menyajikan informasi yang diinginkan, terutama informasi yang

menilai kinerja manajemen. Sehingga informasi yang tidak tersampaikan

membuat Kepemilikan Institusional tidak mempengaruhi perilaku manajemen

laba yang dilakukan oleh manajer.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Delima dan

Herawaty (2020) dan Widyaningsih (2017) bahwa kepemilikan institusional

tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba.

4.9.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba

Hipotesis kedua (H2) dari hasil pengujian parsial (uji t) pada table 4.16

memperoleh Variable Kepemilikan Manajerial mempunyai nilai probabilitas

sebesar 0.0000 < 0,05 dan hasil t-hitung < t-tabel yaitu 5.472518 > 2.01410.

88
sehingga dapat disimpulan pada penelitian ini bahwa Kepemilikan Manajerial

berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

Penelitian ini sejalan dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa

salah satu mekanisme untuk memperkecil adanya konflik keagenan dalam

manajemen laba perusahaan adalah dengan cara memaksimalkan kepemilikan

manajerial. Dengan menambah jumlah kepemilikan manajerial, maka manjemen

akan merasakan dampak langsung atas setiap keputusan yang mereka ambil

karena mereka menjadi pemilik perusahaan. Hal ini di sebabkan bahwa semakin

tinggi kepemilikan manajerial maka tindakan manajemen laba akan semakin

berkurang atau sebaliknya Dengan adanya kepemilikan manajerial akan

membuat posisi manajemen sama dengan pemilik perusahaan yang dapat

menyelaraskan atau menyatukan kepentingan manajemen dengan pemegang

saham sehingga manajemen akan bertindak sama seperti investor pada

umumnya dan tidak akan melakukan manajemen laba agar dapat mengetahui

keadaan perusahaan yang sesungguhnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Aryanti,

Mangkusuryo dan Jati (2017) dan Risanda (2018) variabel kepemilikan

manajerial secara parsial berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang

diproksikan dengan discretionary accruals. Meningkatnya kepemilikan

manajerial menyebabkan ikut meningkatnya earning mangement, dan

sebaliknya penurunan kepemikan manajerial cendrunga akan menyebakan

menurunnya earning management.

89
4.9.4 Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba

Hipotesis ketiga (H3) dari hasil pengujian parsial (uji t) pada table 4.16

memperoleh Variabel Asimetri informasi mempunya nilai pobabilitas sebesar

0.3671 > 0.05 dan hasil t-hitung < t-tabel yaitu 0.913402 < 2.01410. sehingga

dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa Asimetri Informasi tidak

berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

Hal ini dikarenakan kecilnya asimetri informasi yang terjadi pada

perusahaan yang dikarenakan stakeholder tidak mengetahui informasi yang

lebih banyak tentang perusahaan. Terjadinya asimetri informasi dapat

mempengaruhi tingkat manajemen laba yang bertujuan untuk meningkatkan

nilai agar kondisi perusahaan terlihat baik. Namun, asimetri informasi bukanlah

merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan dalam tindakan manajemen laba

yang dilakukan pihak manajemen perusahaan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan teori sinyal yang menyatakan bahwa

sinyal atau isyarat merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen

perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen

memandang prospek perusahaan. Pengungkapan informasi akuntansi dapat

memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik (good

news) atau sebaiknya sinyal buruk (bad news) di masa mendatang. Dorongan

untuk mengemukakan informasi akuntansi tersebut adalah karena terdapat

asimetri informasi antara manajemen dan stakeholder.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Barus dan Setiawati (2015),

Hidayat. Dkk (2019) dalam penelitiannya menunjukan bahwa Asimetri

90
Informasi tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hal ini dikarenakan

kecilnya asimetri informasi yang terjadi pada perusahaan yang dikarenakan

stakeholder tidak mengetahui informasi yang lebih banyak tentang perusahaan.

4.9.5 Pengaruh Struktur Modal terhadap Manajemen Laba

Hipotesis keempat (H4) dari hasil pengujian parsial (uji t) pada table 4.16

memperoleh Variabel Struktur Modal mempunya nilai pobabilitas sebesar

0.0089 < 0.05 dan hasil t-hitung < t-tabel yaitu 2.764140 > 2.01410. sehingga

dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa Struktur Modal berpengaruh

terhadap Manajemen Laba.

Hal ini disebabkan semakin besar Struktur Modal, manajemen laba yang

dilakukan semakin kecil. Sementara bila Struktur modal semakin kecil, maka

manajemen laba yang dilakukan semakin besar juga. Dengan laba yang semakin

baik, kreditur dapat menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar

utangnya tepat waktu. Tapi bila laba dari tahun ke tahun semakin kecil, maka

kreditur juga tidak bisa memberikan pinjaman. Hal ini karena ketakutan kreditur

terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar utang.

Penelitian ini sejalan dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa

dalam menetukan struktur modal perlu dipertimbangkan biaya yang ditimbulkan

dengan adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer.

Struktur modal mempengaruhi keputusan kreditur, dimana biaya utang menjadi

lebih besar dikarenakan adanya bunga pinjaman yang ditetapkan oleh kreditur.

Biaya utang yang besar tersebut merupakan bonding cost bagi manajer, karena

91
mendorong para manajer untuk menggunakan dana tersebut untuk investasi

dengan benar sehingga ageny cost akan berkurang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Munthe (2019) dan Devina Dkk,

(2019) yang menunjukan hasil penelitiannya berpengaruh terhadap Manajemen

Laba. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan pinjaman yang lebih besar, maka

perusahaan melakukan manajemen laba yang besar juga agar dapat menjadi

tanda bagi kreditur dalam memberikan pinjaman.

92
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Menurut rumusan masalah, tujuan, landasaran teori, hipotesis, hasil

pengujian, analisis data dan pembahasan tentang pengaruh Good Corporate

Governance, Asimetri Informasi dan Struktur modal terhadap Manajemen Laba.

Analisis dilakukan dengan program Eviews versi 10 menggunakan analisis

regresi data panel. Penelitian ini meneliti perusahaan Sub Sektor Makanan dan

Minuman sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2017-2021 dengan data sampel yang sesuai dengan kriteria sebanyak 10

perusahaan. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Asimetri Informasi, dan

Struktur Modal berpengaruh terhadap Manajemen Laba

2. Kepemilikan Institusional secara parsial tidak berpengaruh terhadap

Manajemen Laba

3. Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Manajemen Laba

4. Asimetri Informasi tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba

5. Struktur Modal berpengaruh terhadap Manajemen Laba

5.2 Keterbatasan Penelitian

Pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini, ada beberapa

keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor yang agar dapat

untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam lebih

92
menyempurnakan penelitiannya karna penelitian ini sendiri tentu memiliki

kekurangan yang perlu terus diperbaiki dalam penelitian-penelitian kedepannya.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian tersebut, antara lain

1. Keterbatasan peneliti saat menggunakan Software Eviews 10, karna

peneliti baru pertama kali menggunakannya.

2. Terbatasnya sampel yang diteliti oleh peneliti disebabkan oleh adanya

perusahaan yang tidak memenuhi kriteria peneliti.

5.3 Saran

Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan sehingga penulis memiliki

beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang ingin melanjutkan atau

mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan nilai perusahaan, antara lain:

1. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan tahun observasi yang lebih

lama atau terbaru dari penelitian sekarang

2. Peneliti ini dapat dikembangkan dengan menggunakan variabel independen

lain yang berkaitan dengan manajemen laba, sehingga dapat mempengaruhi

hasil penelitian yang akan dipoleh.

3. Penggunaan sampel penelitian berikutnya diharapkan agar menggunakan

perusahaan lain selain Sub Sektor Makanan dan Minuman, sehingga dapat

menghasilkan penelitian yang berbeda.

4. Bagi perusahaan yang melakukan manajemen laba agar terus menerapkan

peraturan yang telah ditetapkan pemerintah agar dapat mencegah terjadinya

praktik manajemen laba, dan laporan keuangan tidak mengandung unsur

93
manipulasi sehingga dapat mengembalikan kepercayaan publik terhadap

perusahaan.

94
DAFTAR PUSTAKA

Abduh dan Rusliati (2018). Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap


Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan, Jurnal Riset Bisnis dan
Manajemen. Volume 11, No 2, Agustus 2018, Hal. 80-87.
Adiwibowo, (2018). Pengaruh Manajemen Laba, Ukuran Perusahaan dan
Leverage terhadap Return Saham dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang. Vol.
6, No. 2, Juli 2018
Amallia dan Didik, (2017) Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Kepemilikan
Insitusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, dan Frekuensi
Rapat Komite Audit Terhadap Praktik Manajemen Laba.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING, Volume 6, Nomor 3,
Tahun 2017, Halaman 1-14
Amaliyah (2019) Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris
Independen, Dan Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan Sektor
Pertambangan Universitas Jenderal Soedirman
Amrizal, (2017). Pengaruh Kepemilikan Institusional,Dewan Komisaris
Independen,Komite Audit Dan Kualitas Audit Terhadap Nilai
Perusahaan. Seminar Nasional dan The 4th Call for Syariah Paper, 76-
89
Amrizal dan Rohmah (2017). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit dan Kualitas Audit Terhadap Nilai
Perusahaan. ISSN 2460-0784
Aprillian dan Hapsari (2020) Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Leverage
terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas
Pamulang Vol. 8, No. 2, Juli 2020 ISSN 2599-1922
Asitalia dan Trisnawati (2017) Pengaruh Good Corporate Governance dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnin dan Akuntansi. Vol.
19, No. 1a, November 2017, Issue 2, Hlm. 109-11.
Barus dan Setiawati (2015) Pengaruh Asimetri Informasi, Mekanisme Corporate
Governance, dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba,
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Volume 5, Nomor 01, Oktober 2015
Benarda (2021). Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Free Cashflow terhadap
Manajemen Laba. Universitas Pamulang Vol. 2, No. 2, Juni 2021 E-ISSN
2716-2869
Cahyono dan Widyawati, 2019. Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran
Perusahaa, Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi, Volume 8, Nomor 1

95
Cantika dan Jin (2020). Pengaruh komite audit, struktur perusahaan,
ukuran perusahaan, dan ukuran dewan direksi terhadap
manajemen laba. Trisakti School of Management (2020).
Delima dan Herawaty (2020). Pengaruh Kepemilikan Publik, Dewan Komisaris
Independen dan Struktur Modal Terhadap Manajemen Laba dengan
Profitabiltas sebagai Variable Moderasi. KOCENIN Serial Konferensi
No. 1 (2020).
Dwihartanti dkk. (2021). Pengaruh kepemilikan institusional, intensitas modal
dan intensitas persaingan terhadap agresivitas pajak. Prosiding seminar
ilmiah akuntansi, 540-553.
Devina, Harianto, Dkk (2019) Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap
Praktik Manajemen Laba. Studi Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Vol. 2, No. 1 | 2019.
Muhammad (2019). Analisis Kinerja Keuangan Dan Kapitalisasi Pasar Sebelum
Dan Sesudah Perubahan Komposisi (Screening) Saham Syariah.
Universitas Islam Indonesia
Munthe (2019). Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
dengan Struktur Modal sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ilmiah
Akuntansi dan Finansial Indonesia. Volume 2, No.2, April 2019.
Mulyani dan Agustinus (2022). Analisa Pengaruh Ukuran Perusahaan, Sturktur
aset, dan Struktur Modal terhadap profitabiitas. Jurnal ARASTIRMA
Universitas Pamulang Vol.2, No.1 Februari 2022: 19 - 26 P-ISSN 2775–
9695 E-ISSN 2775-9687
Monika, 2021. Pengaruh Good Corporate Governance dan Asimetri Informasi
Terhadap Manajemen Laba Vol. 1 • No. 2 Pege (Hal.) : 333 – 341
Universitas Pamulang,Indonesia.
Marlinda dan Titisari 2021. Pengaruh Gcg, Profitabilitas, Capital Intensity, dan
Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance. Journal of Economics and
Business, 4(1), Maret 2020: 39-47
Nurwardana, Ibrahim (2022) Pengaruh Asimetri Informasi Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Universias
Hasanudin makassar.
Pramesti dan Budiasih (2017). Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage, dan
Kepemilikan Manajerial pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol.21.1. Oktober (2017): 200-226
Pahmi (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Struktur Modal, Ukuran
Perusahaan, dan Earning Power Terhadap Manajemen Laba.

96
Pravitrie (2017). Pengaruh Good Corporate Governance, Asimetri Infomasi dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba.
Pura, Dkk (2018). Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2017, Universitas Trisakti
Pasarribu, Dkk (2016) Pengaaruh Struktur Modal, Struktur Kepemilikan dan
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)|Vol. 35 No. 1 Juni 2016
Rendy, (2020). Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial, Dan Free
Cash flow Terhadap Nilai Perusahaan Sub Sektor Makanan dan
Minuman Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI 2016-2018.
Sahbandi (2019). Pengaruh Coorporate Social Responsibility terhadap Kinerja.
Keuangan Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Mercubuana
Sintyawati dan Dewi (2018) Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan leverage terhadap biaya keagenan pada perusahaan Sub
Sektor Makanan dan Minuman E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Shaleh dan A. Basalamah, (2022). Pengaruh Asimetri Informasi dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Sub Sektor Makanan dan
Minuman yang Listing Di Bursa Efek Indonesia. Journal of Management
& Business. Universitas Muslim Indonesia

97
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Perusahaan yang menjadi sampel


No Kode Nama Perusahaan

1 INDF PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK

2 MYOR PT. MAYORA INDAH TBK

3 MLBI PT. MULTI BINTANG INDONESIA TBK

4 ROTI PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO TBK

5 CLEO PT. SARIGUNA PRIMATIRTA TBK

6 ADES PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL TBK

7 CEKA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA TBK

8 SKBM PT SEKAR BUMI TBK

9 STTP PT. SIANTAR TOP TBK

10 HOKI PT. BUYUNG POETRA SEMBADA TBK

Lampiran 2 : Rangkuman Tabulasi Data Sampel


No Kode Tahun MLB KI KM AIF SM
2017 0.00 0.50 0.00 3.47 0.88
2018 0.01 0.50 0.00 1.38 0.93
1 INDF 2019 -0.06 0.50 0.00 13.27 0.77
2020 -0.03 0.50 0.00 3.52 1.06
2021 -0.04 0.50 0.00 1.71 1.07
2017 0.11 0.59 0.25 3.44 1.03
2018 0.16 0.59 0.25 1.52 1.06
2 MYOR 2019 0.01 0.59 0.25 4.05 0.92
2020 -0.01 0.59 0.25 4.49 0.75
2021 0.07 0.59 0.25 4.72 0.75
2017 0.64 0.82 0.00 0.67 1.36
3 MLBI
2018 0.60 0.82 0.00 2.69 1.47

98
2019 0.48 0.82 0.00 0.33 1.53
2020 0.38 0.82 0.00 1.38 1.03
2021 0.32 0.82 0.00 1.92 1.66
2017 0.44 0.70 0.00 1.66 0.62
2018 0.29 0.73 0.01 1.23 0.51
4 ROTI 2019 0.27 0.73 0.01 0.78 0.51
2020 0.26 0.83 0.00 2.18 0.38
2021 0.26 0.83 0.00 0.76 0.47
2017 3.09 0.80 0.00 1.09 1.22
2018 2.08 0.81 0.00 2.15 0.31
5 CLEO 2019 1.64 0.81 0.00 4.61 0.62
2020 1.13 0.81 0.00 1.26 0.47
2021 1.02 0.81 0.00 1.42 0.35
2017 1.87 0.92 0.00 0.00 0.99
2018 1.64 0.92 0.00 3.90 0.83
6 ADES 2019 1.56 0.92 0.00 6.10 0.45
2020 1.68 0.92 0.00 1.19 0.37
2021 1.32 0.92 0.00 0.54 0.34
2017 0.95 0.92 0.01 0.00 0.54
2018 0.97 0.92 0.01 2.23 0.20
7 CEKA 2019 1.11 0.92 0.00 0.67 0.23
2020 1.01 0.92 0.00 0.52 0.24
2021 0.89 0.92 0.00 1.83 0.22
2017 1.36 0.81 0.04 4.08 0.59
2018 0.88 0.83 0.02 10.11 0.70
8 SKBM 2019 0.85 0.83 0.02 0.00 0.76
2020 0.72 0.83 0.02 0.55 0.84
2021 0.74 0.67 0.02 3.05 0.99
2017 0.59 0.57 0.03 0.00 0.69
2018 0.64 0.57 0.03 0.00 0.60
9 STTP 2019 0.52 0.57 0.03 0.00 0.34
2020 0.40 0.57 0.03 1.18 0.29
2021 0.42 0.57 0.03 5.54 0.19
2017 4.43 0.67 0.06 6.64 0.21
2018 2.64 0.66 0.03 2.53 0.35
10 HOKI 2019 1.85 0.66 0.03 6.90 0.32
2020 1.81 0.65 0.03 1.68 0.37
2021 1.67 0.65 0.03 1.30 0.48

99
Lampiran 3 : Hasil Pengelolahan Data Eviews
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Date: 11/09/22 Time: 22:25


Sample: 2017 2021

MLB KI KM AIF SM

Mean 0.912800 0.734400 0.034800 2.524800 0.677200


Median 0.680000 0.805000 0.000000 1.670000 0.610000
Maximum 4.430000 0.920000 0.250000 13.27000 1.660000
Minimum -0.060000 0.500000 0.000000 0.000000 0.190000
Std. Dev. 0.891392 0.143472 0.073851 2.634909 0.375277
Skewness 1.626223 -0.212097 2.491317 1.991926 0.736103
Kurtosis 6.519533 1.663795 7.535412 7.775516 2.841117

Jarque-Bera 47.84484 4.094548 94.57628 80.57629 4.567991


Probability 0.000000 0.129086 0.000000 0.000000 0.101876

Sum 45.64000 36.72000 1.740000 126.2400 33.86000


Sum Sq. Dev. 38.93441 1.008632 0.267248 340.1944 6.900808

Observations 50 50 50 50 50

Hasil Data Penel


Common Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.175605 0.786799 -0.223190 0.8244

KI 1.955255 0.911761 2.144482 0.0374

KM -1.260758 1.736108 -0.726198 0.4715

AIF 0.046201 0.046140 1.001317 0.3220

SM -0.620654 0.316315 -1.962138 0.0559

100
Fixed Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.030909 1.524707 -1.987863 0.0545

KI 1.989497 1.919569 1.036429 0.3069

KM 54.18247 9.900830 5.472518 0.0000

AIF 0.020769 0.022738 0.913402 0.3671

SM 0.804247 0.290957 2.764140 0.0089

Random Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.405063 1.106323 -1.270030 0.2106

KI 2.446041 1.344533 1.819249 0.0755

KM 3.768102 3.270431 1.152173 0.2553

AIF 0.029589 0.022336 1.324733 0.1919

SM 0.466117 0.268076 1.738747 0.0889

Uji Pemilihan Regresi Data Panel (Uji Model)

Hipotesis Uji Chow :


H0: Common Effect Model
H1: Fixed Effect Model
Berikut Hasil Uji Chow :

101
Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 23.445772 (9,36) 0.0000

Cross-section Chi-square 96.295888 9 0.0000

H0: Random Effect Model


H1: Fixed Effect Model
Berikut Hasil Uji Hausman :

Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Chi-Sq.

Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 34.935153 4 0.0000

102
Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas
12
Series: Standardized Residuals
Sample 2017 2021
10
Observations 50

8 Mean -7.77e-17
Median 0.000503
Maximum 0.831558
6
Minimum -0.565496
Std. Dev. 0.298795
4 Skewness 0.339306
Kurtosis 3.441947

2
Jarque-Bera 1.366314
Probability 0.505020
0
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8

Hasil Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas

MLB KI KM AIF SM

MLB 1.000000 0.356075 -0.241272 0.052894 -0.323645

KI 0.356075 1.000000 -0.399579 -0.254184 -0.131445

KM -0.241272 -0.399579 1.000000 0.169266 0.130831

AIF 0.052894 -0.254184 0.169266 1.000000 -0.053579

SM -0.323645 -0.131445 0.130831 -0.053579 1.000000

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas

103
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/09/22 Time: 22:33
Sample: 1 50
Included observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.964993 1.630314 0.591907 0.5569


KI -0.337684 1.889911 -0.178677 0.8590
KM -1.335965 3.549323 -0.376400 0.7084
AIF 0.119672 0.094706 1.263626 0.2129
SM -0.546628 0.650056 -0.840895 0.4049

Hasil Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi

R-squared 0.134932 Mean dependent var -7.99E-17


Adjusted R-squared 0.014225 S.D. dependent var 0.783391
S.E. of regression 0.777799 Akaike info criterion 2.464480
Sum squared resid 26.01378 Schwarz criterion 2.732164
Log likelihood -54.61201 Hannan-Quinn criter. 2.566416
F-statistic 1.117850 Durbin-Watson stat 1.911193
Prob(F-statistic) 0.368049

Hasil Uji Hipotesis

Dependent Variable: MLB


Method: Panel Least Squares
Date: 11/09/22 Time: 22:26
Sample: 2017 2021
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

104
C -3.030909 1.524707 -1.987863 0.0545
KI 1.989497 1.919569 1.036429 0.3069
KM 54.18247 9.900830 5.472518 0.0000
AIF 0.020769 0.022738 0.913402 0.3671
SM 0.804247 0.290957 2.764140 0.0089

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.887640 Mean dependent var 0.912800

Adjusted R-squared 0.847066 S.D. dependent var 0.891392

S.E. of regression 0.348595 Akaike info criterion 0.961682

Sum squared resid 4.374656 Schwarz criterion 1.497048

Log likelihood -10.04205 Hannan-Quinn criter. 1.165552

F-statistic 21.87691 Durbin-Watson stat 1.044318

Prob(F-statistic) 0.000000

105

Anda mungkin juga menyukai