Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TERJADINYA REFORMASI 1998

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam Indonesia Modern

Dosen Pengampu:

Dr. Imam Ibnu Hajar, S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh:

1. Suci Yuni Setiawati (03020221072)


2. Vitania Hidayati (03020221074)
3. M. Biruni Farghany al-Farazy (03040221113)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS


ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN AMPEL SURABAYA 2023

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji kepada Allah SWT, yang telah memberikan kepada kita segala nikmat
iman dan islam, serta nikmat-nikmat yang lainnya. Penulis memohon pertolongan,
ampunan serta ridha-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah tentang
Terjadinya Reformasi 1998. Sholawat dan Salam penulis curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW serta para sahabat yang telah menolong kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang yakni Agama Islam.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah
Sejarah Islam Indonesia Modern. Selain itu makalah ini juga untuk menambah wawasan
kepada para pembaca dan juga penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Imam Ibnu Hajar, S.Ag, M.Ag. sebagai
dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Islam Indonesia Modern, yang telah memberikan
tugas ini sehingga bisa menambah pengetahuan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membagi sebagian ilmu pengetahuannya sehingga penulis bisa
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan,
bahasa, serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, penulis meminta maaf kepada para
pembaca dan jika ada kritik ataupun saran kami persilahkan. Semoga makalah ini
memberikan banyak manfaat kepada kita semua.

Surabaya, 20 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................2
A. Proses Terjadinya Reformasi..........................................................................................................2
B. Pengaruh Reformasi 1988 bagi Indonesia......................................................................................6
C. Arti Reformasi Bagi Golongan Islam...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................14
iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reformasi adalah suatu gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan masyarakat,
bangsa, dan negara secara konstitusional. Ini berarti meningkatkan politik, ekonomi,
hukum, sosial, dan budaya secara demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan,
dan persaudaraan.
Gerakan reformasi ada karena adanya krisis yang melanda di berbagai segi
kehidupan. Krisis ekonomi, politik, social, hukum, dan krisis kepercayaan yang terjadi
dalam kepemimpinan Soeharto merupakan factor pendorong lahirnya gerakan reformasi.
Gerakan reformasi ini didukung penuh oleh masyarakat.
Dengan adanya reformasi ini, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian
kepemimpinan nasional sebagai langkah awal mewujudkan masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki
kehidupan social, ekonomi, kepercayaan, hukum, dan ekonomi Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimaana Proses Terjadinya Reformasi 1998?
2. Bagaimana pengaruh Reformasi 1998 bagi Indonesia?
3. Apa Arti Reformasi Bagi Golongan Islam?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Proses Terjadinya Reformasi 1998
2. Untuk Mengetahui pengaruh Reformasi 1998 bagi Indonesia
3. Untuk Mengetahui Arti Reformasi Bagi Golongan Islam

BAB II PEMBAHASAN

A. Proses Terjadinya Reformasi


Reformasi merupakan gerakan perubahan kehidupan lama ke kehidupan baru
yang lebih baik. Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 bertujuan untuk

1
melakukan perubahan dan pembaruan, termasuk perubahan tatanan kehidupan dalam
bidang politik, ekonomi, hukum dan sosial1.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan beberapa wilayah Asia Tenggara
sejak Juli 1997 mempunyai kaitan erat pada krisis politik yang terjadi di Indonesia.
Kondisi Indonesia yang terbilang mengkhawatirkan saat itu, menyebabkan pelarian
modal besar-besaran ke luar negeri sehingga terjadi tekanan terhadap rupiah. Hal ini
mengakibatkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang tadinya Rp
2.441/US$ menjadi Rp 9.200/US$2.
Krisis moneter yang kemudian menjelma menjadi krisis ekonomi ini, kemudian
membuka tabir krisis-krisis lainnya terutama krisis moral di tubuh pemerintahan saat itu,
yang diduga banyak melahirkan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Pada saat
krisis moneter tersebut terjadi, harga bahan-bahan pokok naik dan keberadaannya langka,
pekerjaan sulit didapat, pengangguran bertambah, angka putus sekolah meningkat,
akibatnya pengangguran dan kemiskinan meningkat drastis, bahkan terjadi inflasi yang
tinggi.
Rezim Presiden Soeharto, yang legitimasi politiknya sudah semakin berkurang,
digoyahkan oleh krisis ekonomi ini. Menjelang masa jabatan Soeharto berakhir, para
pejabat orde baru melakukan banyak tindakan kebijakan ekonomi dan perjanjian simbolik
dalam upaya mengatasi situasi dan mempertahankan kekuasaan. Langkah-langkah
tersebut termasuk pertemuan dengan tim International Monetary Fund (IMF) dua kali
pada Oktober 1997 dan Januari 1998, yang menimbulkan pro-kontra. Pada Maret 1998,
juga ada upaya untuk membentuk “Kabinet Pembangunan 7”. Kedua kebijakan itu malah
memperburuk keadaan3, utang Negara semakin banyak.
Jatuhnya nilai rupiah, gagalnya mekanisme pembayaran perdagangan luar negeri,
penyelesaian kredit atau pinjaman dari perusahaan besar, atau sistem perbankan yang
buruk, serta besarnya pinjaman swasta nasional di luar negeri telah membuat fundamental
ekonomi Indonesia yang rapuh menjadi lebih terpuruk. Keterlambatan atau kegagalan
pemerintah orde baru mengantisipasi krisis ekonomi dan langkah-langkah kebijakan
1 Fajrur Rahman, “Reformasi di Indonesia”, diakses dari
https://www.academia.edu/40974061/Makalah_Reformasi_diindonesia , diakses pada 20 Juni 2023, pukul 19.15
WIB
2 Asep Zainuddin, PERAN PELAJAR, MAHASISWA, DAN PEMUDA DALAM PERUBAHAN POLITIK DAN
KETATANEGARAAN, 2020
3 Ibid.

2
pemerintah yang tidak berarti banyak untuk perbaikan ekonomi membuat kepercayaan
masyarakat hilang terhadap kesungguhan pemerintah dalam mengatasi krisis. Hal ini pula
yang dianggap menurunkan pamor Pemerintahan Soeharto, selain parahnya krisis
moneter dan ekonomi yang berawal sejak Juli 1997, dan ketegangan hubungan antara
Soeharto dan IMF4.
Hal ini yang kemudian menyebabkan rakyat Indonesia berontak. Banyak rakyat
terutama kalangan menengah-bawah bersama para mahasiswa dan ormas turun ke jalan
untuk melakukan demonstrasi menyampaikan aspirasi dan tuntutan mereka kepada
pemerintah. Pada awal Maret 1998, Soeharto membentuk Kabinet VII, namun kabinet ini
tidak membawa perubahan ke arah yang lebih maju.
Puncak dari demonstrasi terjadi pada bulan Mei 1998 dengan menuntut
diadakannya reformasi atau perubahan di segala bidang baik politik, ekonomi dan hukum.
Para mahasiswa mempelopori aksi demonstrasi ini menuntut dihapuskannya korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN), penurunan harga-harga pokok dan turunnya Soeharto dari
jabatan Presiden. Saat itu, gerakan mahasiswa merupakan front terdepan yang membawa
kepentingan-kepentingan lain masuk.
1. Tragedi Trisakti
Pada tanggal 12 Mei, terjadi bentrokan antara mahasiswa dengan
aparat keamanan di Gedung Nusantara. Mereka melakukan aksi damai
dari kampus Trisakti ke Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun, aksi
ini dihambat oleh blokade dari Polri dan Militer. Beberapa mahasiswa
mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri. Hingga pada pukul 17.15, para
mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan.
Para aparat keaman mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa yang
menimbulkan kekacauan. Sebagian besar mahasiswa berlindung di
Universitas Trisakti. Namun, para aparat terus melakukan penembakkan,
sehingga mengakibatkan banyak korban berjatuhan dan dilarikan ke
Rumah Sakit Sumber Waras.
Kejadian ini mengakibatkan tewasnya 4 mahasiswa Universitas
Trisakti, diantaranya Elang Mulya Lesmana, Hery Hertanto, Hendriawan
Sie dan Hafidhin Royan, peristiwa ini disebut sebagai Tragedi Trisakti.
4 Ibid.

3
Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terdapat luka tembak di area
vital seperti kepala, tenggorokan dan dada. Keluarga mereka mengadukan
penembakan yang dilakukan oleh aparat sebagai pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM)5.
Mahasiswa tetap semangat setelah peristiwa tersebut; sebaliknya,
itu memicu demonstrasi yang lebih besar pada 13–14 Mei 1998. Di Jawa
Tengah, mahasiswa menduduki kantor Dewan Perwakilan Provinsi Jawa
Tengah dan memaksa anggota legislatif untuk menunjukkan perhatian
mereka. Kerusuhan terjadi di seluruh Indonesia, termasuk Jakarta, selain
di Jawa Tengah. Penjaraan di berbagai wilayah Jakarta memperparah aksi
tersebut.
Pada puncaknya, mahasiswa berhasil menduduki atap gedung
DPR/MPR RI di Senayan pada 18 Mei 1998. Presiden disarankan
Harmoko, ketua MPR/DPR RI, untuk mengundurkan diri pada hari yang
sama atau dalam lima hari. Mahasiswa juga menuntut Sidang Istimewa.
Meskipun demikian, Presiden Soeharto tetap enggan meninggalkan
jabatannya.
Berbagai usaha tersebut akhirnya membuahkan hasil. Pada 19 Mei
1998, beberapa menteri kabinet Soeharto memutuskan untuk mundur dari
jabatannya. Kondisi yang semakin tidak terkendali akhirnya memaksa
Soeharto untuk meletakkan jabatannya di depan Mahkamah Agung pada
tanggal 21 Mei 1998 pukul 10.00 pagi. Pada saat yang sama, Soeharto
kemudian menunjuk wakilnya B.J. Habibie untuk menggantikan
posisinya6.
2. Tragedi Semanggi I dan II
Pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya
dari jabatan Presiden RI. Indonesia mengalami transisi pemerintahan yang
dipimpin oleh Presiden BJ Habibie. Ia pun mengumumkan susunan

5 Ahmad Otok, “Makalah Latar Belakang Lahirnya Reformasi Indonesia”, diakses dari
https://www.academia.edu/9618230/Makalah_Latar_Belakang_Lahirnya_Reformasi_Indonesia pada 20
Juni 2023, pukul 14.42 WIB.
6 Asep Zainuddin, PERAN PELAJAR, MAHASISWA, DAN PEMUDA DALAM PERUBAHAN POLITIK DAN
KETATANEGARAAN, 2020

4
Kabinet Reformasi di tengah gejolak masyarakat yang mengawal proses
transisi pemerintahan. Namun, mahasiswa dan masyarakat kembali
melakukan aksi protes, karena menganggap rezim BJ Habibie sama
dengan rezim Soeharto. Mereka mendesak untuk menyingkirkan militer
dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.
Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes
masyarakat terhadap pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa yang
mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama dikenal dengan
Tragedi Semanggi I yang terjadi pada 11-13 November 1998 yang
menyebabkan tewasnya 17 warga sipil dan 456 orang luka-luka.
Pada November 1998, saat diadakannya Sidang Istimewa (SI)
MPR untuk membahas mengenai Pemilihan Umum Berikutnya, para
mahasiswa dan masyarakat melakukan demonstrasi memenuhi jalan-jalan
di Jakarta dan kota-kota besar lainnya untuk menolak SI MPR 1998.
Pada tanggal 11 November, mahasiswa dan masyarakat bergerak
dari jalan Salemba, bentrok dengan Pam Swakarsa 7 di kompleks Tugu
Proklamasi. Pada tanggal 12 November, ratusan ribu mahasiswa dan
masyarakat bergerak menuju gedung DPR/MPR dari segala arah, tetapi
tidak berhasil karena area tersebut dijaga ketat oleh tentara, polisi dan Pam
Swakarsa. Saat malam hari, terjadi bentrok di daerah Slipi dan Jl.
Sudirman, puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Ribuan mahasiswa
dievakuasi ke Universitas Atma Jaya.
Pada tanggal 13 November, mahasiswa dan masyarakat bergabung
dan telah mencapai daerah Semanggi. Jalan Sudirman telah dihadang oleh
aparat sejak malam hari, hingga siang hari jumlahnya semakin meningkat
guna menghadang laju para demonstran. Saat itu, mereka berhasil
dikepung dari dua arah sepanjang Jalan Sudirman dengan menggunakan
kendaraan lapis baja. Menjelang sore, para demonstran tetap bertahan dan
duduk dijalan, terjadi tembakan yang membabi buta dari aparat yang
mengakibatkan banyak korban berjatuhan.

7 Pam Swakarsa atau Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa adalah sebutan untuk kelompok sipil bersenjata
tajam yang dibentuk oleh TNI.

5
Kejadian kedua dikenal dengan Tragedi Semanggi II terjadi pada
24 September 1999 yang menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa dari
Universitas Indonesia (UI) dan sebelas orang lainnya serta menyebabkan
217 korban luka-luka8.
Peristiwa ini berawal dari keputusan DPR yang mengesahkan
Undang-undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB). Setelah itu,
ribuan mahasiswa, buruh, aktivis partai politik dan para pekerja serentak
menuju Senayan untuk menuntut pembatalan UU PKB. Mereka
menganggap isi dari UU PKB banyak memberikan keleluasaan kepada
militer untuk melakukan keadaan negara sesuai kepentingan militer.
Aksi ini mampu menurunkan kepresidenan BJ Habibie yang hanya
bertahan 1 tahun dan pada Oktober 1999, MPR menunjuk Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) dan Megawati untuk menjadi Presiden dan Wakil
Presiden RI tahun 1999-2004, walaupun Kabinet Persatuan Indonesia Gus
Dur hanya bertahan 2 tahun.

B. Pengaruh Reformasi 1988 bagi Indonesia


Gerakan atau Era Reformasi menjadi peristiwa bersejarah di Indonesia, karena mampu
menuntaskan rezim Orde Baru yang dipimpin Soeharto setelah berkuasa selama 32 tahun.
Tujuan reformasi menuntut MPR untuk tidak mencalonkan Soeharto menjadi presiden
untuk periode ketujuh. Tuntutan ini berfokus pada reformasi politik dan ekonomi.
Berbagai tujuan terjadinya reformasi sebagai berikut :

a) Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk perundangan dan


konstitusi yang menyimpang dari arah perjuangan dan cita-cita seluruh
masyarakat bangsa
b) Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk menemukan nilai-nilai
baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
c) Melakukan perbaikan di segenap bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial
budaya, maupun pertahanan keamanan

8 Ibid.

6
d) Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan dalam masyarakat
bangsa yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi, seperti KKN, kekuasaan
sewenang-wenang atau otoriter, penyimpangan, dan penyelewengan yang lain.9

Masa transisi dari orde baru ke masa reformasi berdampak luas bagi perkembangan
bangsa Indonesia, terlebih dengan adanya transisi dimana sebelumnya pemerintah
dibawah kekuasaan otoriter berubah arah menjadi Demokrasi. Hal ini pun berdampak
bagi masyarakat sipil yang sebelumnya mendapat presure yang begitu besar di era Orde
baru seperti mendapat angin segar karena terdapat pelonggaran-pelonggaran yang
berpengaruh besar, diantaranya:

1. Bidang Sosial

• Timbulnya aksi unjuk rasa dan menyebabkan masing-masing kelompok


menjatuhkan satuh sama lain sehingga terjadi perpecahan bangsa atau
disintegrasi bangsa.
• Muncul unjuk rasa kepada kinerja serta kebijakan-kebijakan yang dibuat
pemerintah. Karena disebabkan keterbukaan dan kebebasan masyarakat
untuk terlibat dalam memberikan tanggapan dan kritik untuk pemerintah.
• Tokoh-tokoh eks PKI dan kaum separatis yang merupakan tahanan politik
dibebaskan. Mereka sudah di penjara selama 30 tahun.
• Diterapkannya asas desentralisasi. Yaitu penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonomi agar
mengatur serta mengurus segala urusan pemerintahan.
• Terjadi kekerasan sosial karena keputusasaan yang diakibatkan krisis
ekonomi. Dan beberapa kekerasan lainnya. Kebanyankan merupakan
kekerasan antar etnis atau antar agama. Contohnya; kerusuhan antar agama
ini terjadi bulan Juni 1998 di Purworejo, yang mana kaum muslim
menyerang lima gereja10.

9 Husnul Abdi, liputan 6. Diakses dari https://www.liputan6.com/hot/read/4580669/tujuan-reformasi-


pengertiandan-penyebabnya-yang-perlu-dipahami pada 21 Juni 2023 pukul 22:15.
10 Agus Dwiyanto, “Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan dan Pelayanan Publik”, Kajian Tentang Pelaksanaan
Otonomi Daerah di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media, (2009), 23.
7
2. Bidang Pertahanan dan Keamanan

Ketika kebebasan dan keterbukaan karena efek selepas reformasi setiap


warga berusaha mengemukakan aspirasinya secara bebas dan tanpa tekanan
sehingga menyebabkannya muncul gerakan separatis di belahan indonesia timur
sampai barat. Gerakan ini didasari pada sifat kesusukan serta kepentingan politik
dan kepentingan kelompok masyarakat. Dan terjadilah beberapa peristiwa
diantaranya:

• Organisasi Papua merdeka (OPM)

Organisasi menuntut supaya Irian Jaya merdeka dan melepaskan


diri dari pemerintahan RI. Merekan melakukan aksi-aksi yang mengancam
stabilitas keamanan papua. Awal gerakan ini disebabkan kekecewaan
masyarakat Irian Jaya sebab pemerintah menganak tirikan mereka dan
tidak memperlakukan seperti penduduk Indonesia lainnya. Kekayaan alam
mereka hanya untuk mendatangkan devisa tetapi kesejaheraannya tidak
diperhatikan.

• Gerakan Aceh Merdeka (GAM)


Gerakan ini menuntut agar pemerintahan RI melepaskan Aceh dari
kedaulatan. Teuku Hasan Tiro yang memprakasai gerakan tersebut. Dan
ingin memerdekakan diri secara hukum. Pada akhirnya dapat diatasi
dengan diberlakukannya DOM (Daerah Operasi Militer).

• Terjadinya Pemboman
Pada masa reformasi, terjadi berbagai peristiwa pemboman di
daerah Indonesia seperti di Bali, Jakarta serta gereja-gereja. Pemboman ini
dilakukan oleh para teroris dan akibatnya negara luar melarang warganya
untuk berkunjung ke Indonesia, sehingga mengurang pendapatan
pariwisata Indonesia.11
3. Bidang Ekonomi
11 Abdurakhman, Arif Pradono, dkk, “Sejarah Indonesia 2”, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2018, 160
8
Semenjak krisi moneter pertengahan tahun 1997, perekonomian Indonesia
menjadi lumpuh, nilai rupiah masih bertahan di nominal Rp. 8.000-Rp. 9.000 per
dolar AS, di semua aspek perekonomian semakin merosot dan kesejahteraan
menjadi hilang, pengangguran semakin banyak sebab segala urusan tidak dapat
dilakukan, sehingga banyak PHK. Akibatnya pertumbuhan perkapita menjadi
merosot sejak krisi moneter 1997. Dimulai dari kepemimpinan berikut; 1)
Pemerintahan BJ Habibie
• Restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui
pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
dan unit Pengelola Aset negara Melikuidasi beberapa bank
yang bermasalah.12
• Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga dibawah
Rp. 10.000.
• Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah
utang luar negeri.
• Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan
International Monetary Fund (IMF)
• Mengesahkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek
monopoli dan persaingan yang tidak sehat.
2) Pemerintahan Megawati Soekarno Putri
• Kurs dollar mulai mengalami kestabilan
• Pengajuan untuk menunda pembayaran hutang senilai
5.800.000.000 Dolar Amerika
• Melakukan pembayaran utang luar negeri
sebanyak
Rp.116.300.000.000.000
• Melakukan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
4. Bidang Politik
Permasalahan politik setelah era reformasi salah satunya adalah demokrasi
yang tidak terlaksana dengan semestinya. Dalam UUD 45 pasal 2 disebutkan
bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh

12 Ibid, 169-170

9
MPR”. Pada dasarnya kedaulatan rakyat dilakukan oleh MPR akan tetapi secara
kenyataan anggota MPR sudah disetting dan direkayasa sehingga sebagian besar
anggota MPR dilantik berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme).13
• Pemilu 1999 MPR mengeluarkan amandemen terhadap UUD 1945 dengan
menghasilkan amandemen UUD 1945 pasal 2 ayat 1 dan pasal 3 bahwa
MPR hasil reformasi tidak lagi mempunyai wewenang memilih,
mengangkat presiden dan menetapkan GBHN serta MPR hanya terdiri dari
DPR dan DPD dipilih melalui pemilu legislatif, dan menghapus Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan penurunan status DPA sebagai pembantu
presiden.
• Perangkapan jabatan yang dilakukan oleh beberapa pejabat pemerintahan
sehingga mengakibatkan tidak dapat berkonsentrasi penuh pada jabatan
politik.
• Mengganti 5 paket undang-undang, 3 di antaranya diubah agar lebih
demokratis, yaitu UU Otonomi Daerah, UU Pers, dan UU Independensi
Bank Indonesia.
• Banyak terjadi penyimpangan pada pelaksanaan otonomi daerah.
• Rakyat bebas menyalurkan aspirasinya.
• Melakukan pencabutab terhadap pembredelan pers
• Pengurangan jumlah anggota ABRI di MPR, semula 75 orang menjadi 38
orang.
• Polri memisahkan diri dari ABRI dan menjadi kepolisian RI.
• Memberikan abolisi (hak kepala negara untuk menghapuskan hak tuntutan
pidana) kepada 18 tahanan dan narapidana politik.
• Melakukan jajak pendapat terhadap timor-timor.
5. Bidang Keagaaman
Reformasi banyak membuka pikiran ketika selepas rezim Orde baru yang
ketat dalam melakukan kebijakan kebijakan terutama pada warga muslim. 14 Tak
terkecuali juga terjadi pada warga nonmuslim juga. Beberapa dampak terlepasnya
era orde baru yaitu:

13 Ibid, 176.
14 M. Saifullah Rohman, “Dinamika Implementasi Kebijakan Keagamaan di Indonesia”, Jurnal Masyarakat &
Budaya, Vol. 20 No. 2 (2018), 287.
10
• Membuka ruang kebebasan beragama, sebab pada masa rezim Orde baru
mempunyai kendala ketika menjalankan agama minoritas di tengah
pemerintahan. Pada masa reformasi membuka pintu kebebasan
beragamadan berdampak lebih banyak ruang praktik dan ekspresi
agamaagama.
• Munculnya Gerakan keagamaan, era reformasi memberikan ruang
munculnya berbagai Gerakan keagamaan yang lebih aktif serta lebih
terorgamisir. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya peran organisasi
keagamaan dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Hasil ini berperan dalam
perubahan social dan politik melalui pendekatan agama.
• Pluralisme agama menjadi semakin diterima dan diakui di Indonesia. Pada
masa transisi reformasi pemerintahan Indonesia mempromosikan dialog
antar agama serta mengakui keberagaman sebagai bagian integral dari
identiras nasional.
• Masa reformasi ini juga menciptakan perubahan hukum serta kebijakan
yang berdampak pada agama. Contohnya adalah UU kebebasan beragama
tahun 1999 serta UU Pendidikan Nasional yang mengatur hak-hak
Pendidikan agama.
• Dampak negatifnya juga muncul ketika kebebasan beragama. Hal ini
terlihat pada beberapa konflik agama dan kekerasan etnis masih terjadi di
wilayah Indonesia pada masa reformasi.

C. Arti Reformasi Bagi Golongan Islam


Karena selama rezim orde baru melakukan kebijakan pelemahan aliran dengan
serangkaian kebijakan, salah satunya pemerintahan Orde Baru yang dianggap otoriter dan
mengabaikan kepentingan agama. Setelah Orde baru jatuh, aliran politik Islam bangkit
kembali dengan perwujudan sebagai partai-partai politik Islam. Beberapa hal yang
menyebabkan munculnya kembali partai politik Islam adalah: Pertama; karena agama
memiliki dukungan teologis untuk mencapai cita-cita berdasarkan gagasan-gagasan
keagamaan yang dipercayai. Kedua; karena ikatan politik dari para warganya
menyebabkan agama sebagai faktor pengikat untuk mendukung pemimpin dari kelompok
agama tersebut. Ketiga; karena umat agama tersebut merasa lebih nyaman dengan
11
pemimpin politik yang lahir dari komunitasnya sendiri dan tidak percaya manakala politik
dikuasai oleh golongan agama Islam.15
Para elite politik berlomba-lomba membangun dan menghidupkan partai politik,
termasuk juga partai Islam. Partai-partai politik Islam yang muncul pada era reformasi ini
mencapai 32, jumlah yang lolos dalam Pemilu 1999 sebanyak 17 partai, yaitu Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan (PK), Partai
Ummat Islam (PUI), Partai Syarikat Islam (PSII), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
1905, Partai Nahdlatul Ummat (PNU), Partai Kebangkitan Umat (PKU), Partai Politik
Islam Masyumi, Partai Matahari Bangsa (PMB), Partai Abul Yatama (PAY), Partai Islam
Demokrat (PID), Partai Indonesia Baru (PIB), Partai Kebangkitan Muslim Indonesia
(KAMI), Partai Patriot Pancasila (PP), Partai Ummat Muslimin Indonesia (PUMI), dan
Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia (SUNI).16
Berdirinya partai Islam pada era reformasi terkait dengan realitas sosial yang
menjadikan tempat hidup umat, yang hanya dapat diatasi dengan memberikan
kesempatan bagi partai Islam untuk muncul. partai Islam adalah cara untuk
mengekspresikan keinginan tersebut.
Berdirinya beberapa partai Islam berhubungan dengan realitas ideologis,
akibatnya beberapa partai Islam menglami kehancuran. Seorang muslim dalam kehidupan
praktisnya diberikan tugas-tugas yang tidak dapat dilaksanakan kecuali melalui sistem
kehidupan Islami. Untuk sampai pada tujuan tersebut maka harus diberikan kesempatan
untuk merealisasikan programnya dengan cara yang dapat diterima baik dari segi politik
maupun demokrasi.
Pembentukkan partai ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Setiap negara yang menganut demokrasi, setiap kelompok maupun golongan diakui
keberadaannya untuk membentuk organisasi kekuatan politik yang sesuai dengan aspirasi
dan kepentingannya. Hal ini juga didukung oleh perundang-undangan, di mana tidak ada
larangan membentuk partai politik berdasarkan agama. Meskipun masih banyak dari
mereka yang mengkhawatirkan peristiwa di mana partai-partai Islam akan kembali
memperjuangkan dasar negara Islam.

15 Ibid.
16 Lili Romli, Partai Islam dan Pemilih Islam di Indonesia, Jurnal Penelitian Politik, No.1 Vol. 1 (2004), 36.

12
DAFTAR PUSTAKA

:Abdurakhman, Pradono, A., Sunarti, L., & Zuhdi, S. (2018). Sejarah Indonesia 3. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Dwiyanto, Agus. (2009). Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan dan Pelayanan Publik, Kajian
Tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Otok. Ahmad, “Makalah Latar Belakang Lahirnya Reformasi Indonesia”, diakses dari
https://www.academia.edu/9618230/Makalah_Latar_Belakang_Lahirnya_Reformasi_Indonesia
pada 20 Juni 2023, pukul 14.42 WIB.

Rahman. Fajrur, “Reformasi di Indonesia”, diakses dari


https://www.academia.edu/40974061/Makalah_Reformasi_diindonesia diakses pada 20 Juni
2023, pukul 19.15 WIB

Romli, L. (2004). Partai Islam dan Pemilih Islam di Indonesia. Jurnal Penelitian Politik, 1(1),
29-48.

Zainuddin. Asep, PERAN PELAJAR, MAHASISWA, DAN PEMUDA DALAM PERUBAHAN


POLITIK DAN KETATANEGARAAN, 2020. Tp.

13

Anda mungkin juga menyukai