Anda di halaman 1dari 11

EKSISTENSI KOALISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN

PRESIDENSIIL DI INDONESIA MENURUT UUD 1945


COALITION EXISTENCE IN PRESIDENTIAL SYSTEM IN
INDONESIA ACCORDING TO THE CONSTITUTION OF REPUBLIC
OF INDONESIA 1945

Beverly Evangelista
Pemerhati Kebijakan Daerah dan Masyarakat
E-mail : Evangelista@yahoo.com
Naskah dimuat : 16/05/2015; revisi : 27/05/2014; disetujui : 06/08/2014

Abstract
The purposes of this research are to determine whether the coalition is conceptually consistent
with presidential system according to the Constitution of Republic of Indonesia 1945, it
influences to the governance and to the effectiveness of check and balances mechanism in
implementation of government activities in Indonesia. Researcher employs normative-method
with statute approach, conceptual approach and comparative approach. Upon collecting legal
materials, the researcher performs the analysis of legal documents in stages by the problem group
focused in this study. Analyses were performed with a consistent and systematic set of activities
to obtain an answer to the existence of the coalition in the presidential system according to the
Constitution of Republic of Indonesia 1945. The existence of the coalition in the presidential
system in Indonesia is conceptually only intended in the election system, not in the governance
system. In fact, coalition that is built in the multi-parties and presidential system as Indonesia is
not appropriate and impact on governance leading to disharmony among coalition partners and
ultimately affect the effectiveness of check and balances mechanism. Thus it can be concluded
that, the practice of coalition in presidential system in Indonesia is contrary with the Constitution
of Republic of Indonesia 1945. With regard to the impact, coalition in the presidential system is
not appropriate. It will lead to disharmony relations among the coalition partners that affect the
effectiveness of check and balances mechanism.

Keywords: Coalition, Presidential, System


Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah secara konseptual koalisi telah
sesuai dengan sistem pemerintahan presidensil berdasarkan UUD 1945 dan pengaruh koalisi
terhadap penyelenggaraan pemerintahan serta terhadap efektifitas Check And Balances dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode penelitian normatif dengan pendekatan Undang-undang (Statute Approach),
pendekatan konsep (Conceptual Approach) dan pendekatan komparatif (Comparative
Approach). Setelah bahan-bahan hukum terkumpul, dilakukanlah analisis secara bertahap
sesuai dengan kelompok permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Analisis dilakukan
dengan serangkaian kegiatan konsisten dan sistematis dengan maksud untuk memperoleh
jawaban terhadap eksistensi koalisi dalam sistem pemerintahan presidensil menurut
UUD 1945. Eksistensi koalisi dalam sistem presidensil di Indonesia secara konseptual
hanya dimaksudkan pada sistem pemilu saja, tidak dalam sistem pemerintahan karna
pada kenyataannya, koalisi yang dibangun dalam sistem pemerintahan presidensil yang
multipartai seperti di Indonesia sangat tidak tepat dan berdampak pada penyelenggaraan
pemerintahan yang menimbulkan diharmonisasi antara mitra koalisi sehingga berpengaruh
pada efektifitas Check And Balances. sehingga dapat disimpulkan bahwa, praktik koalisi

Kajian Hukum dan Keadilan 338 IUS


Beverly Evangelista | Eksistensi Koalisi Dalam Sistem Pemerintahan Presidensil Di Indonesia ........
dalam sistem pemerintahan Presidensil di Indonesia bertentangan dengan UUD 1945 dan
jika melihat dampaknya, koalisi dalam sistem pemerintahan presidensil sangatlah tidak
tepat dipraktikkan jika dilihat dari akbiatnya terhadap penyelenggaraan pemerintahan,
terlebih koalisi dalam sistem pemerintahan presidensil di Indonesia justru menimbulkan
disharmonisasai hubungan antar mitra koalisi yang berpengaruh terhadap efektifitas Check
And Balances.

Kata kunci : Sistem Pemerintahan Presidensil, Koalisi

PENDAHULUAN sistem multipartai maka gampang terjadi


Salah satu tujuan dilakukanya suatu pemerintahan yang minoritas (gover-
ama­ ndemen UUD 1945 adalah upaya ment minority) karena suara pendukung
mem­perkuat praktik sistem pemerintahan Presiden dan pendukung DPR itu dapat
presidensil di Indonesia yang sekaligus saja berbeda. Seperti partai politik yang
­
diikuti dengan peralihan sistem keprtaian mengusungkan Presiden menjadi seorang
dominan menjadi sistem kepartaian maje- presiden dan pre­ siden tersebut menjadi
muk atau sistem multipartai. Gambaran pemenang dalam pemilihan, bisa saja par-
praktik sistem pemerintahan presidensil tai politik yang mengusungkan presiden
yang dibangun dengan sistem multipartai ter­
sebut men­ dapat suara minoritas di
baru dapat dilihat lebih jelas setelah Pemil- leges­latif atau DPR sehingga suara antara
ihan Umum (Pemilu) 2004 yang membawa legeslatif dan eksekutif berbeda. Apalagi
implikasi terhadap sistem ketatanegaraan kalau memakai sistem presidensial yang di
di Indonesia. kombinasi sistem presidensi- mana apabila dikombinasikan dengan
al Indonesia dengan sistem multipartai multi­partai sering terjadi perelisihan yang
yang merupakan amanat dari UUD 1945 panjang antara eksekutif dan legeslatif se­
menghasilkan mekanisme pemilihan se- hingga kebijakan-kebikan pemerintah yang
cara langsung oleh rakyat melalui partai membutuhkan dukungan suara dari
politik atau gabungan partai politik, mem- leges­
­ latif tersebut menemui jalan buntu.
buat dinamika politik menumbuhkem- Sehingga efektifas dan stabilitas jalannya
bangkan banyaknya partai baru yang pemerintahan tersebut sedikit terganggu
mengikuti pemilu dan merupakan sebuah karena suara partai politik pendukung
pilihan yang dijalankan di Indonesia. Se- presiden tidak mencapai suara mayoritas
hingga, kestabilan politik dan pemerintah- di parlemen walaupun pemenang pemilu
an selalu mengalami pasang surut. sekaligus karena tidak mencapai 50 % +1
untuk menentukan jalannya suatu pemer-
Secara umum, menurut Scott Main­ intahan yang efektif.1
waring, ketika sistem presidensial diga-
bungkan dengan sistem multipartai akan Namun demikian, mengutip kembali
ter­jadi pemerintahan terbelah (devided pendapat Scott Mainwaring mengemuka-
goverment) atau pemerintahan yang ter­ kan, pembentukan koalisi dalam sistem
bagi. Karena disatu sisi presiden sebagai presidensil jauh lebih sulit dibandingkan
kepala eksekutif dipilih secara langsung dengan koalisi dalam sistem parlementer.
oleh rakyat sedangkan DPR sebagai lemba- Kesulitan itu terjadi karena dalam sistem
ga legeslatif dipilih secara langsung oleh presidensil coalitions are not institusional
rakyat, sehingga suara DPR dan Suara dari necessary (koalisi tidak secara kelembagaan
Presiden itu b ­isa saja berbeda karena 1
Jose Antonio Cheibub, Adam Przeworzki, and
­sama-sama langsung bertanggungjawab ke- Sebastian M. Saigeh, dalam M.Ilham Habib, Government
Coalitions and legislative success Under presidentialism
pada rakyat. disatu sisi juga ketika sistem and parliemntarism, (british Journal of political science,
presidensial ini dikombinasikan dengan 2004). hlm.565-566

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 339


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 338~348

diperlukan) dan sistem presidensil not con- negara (kepala eksekutif) adalah Presiden
ductive to political coopration (tidak kon- sedangkan menteri hanyalah sebagai pem-
dusif bagi kerjasama politik), kalaupun bantu Presiden, hal itu tertuang di dalam
terbentuk, koalisi dalam sistem presidensil batang tubuh dan penjelasan Undang-Un-
lebih rapuh dibandingkan dengan koalisi dang Dasar Negara Republik Indonesia
dalam sistem parlementer. Selain persoa- ­Tahun 1945.
lan tidak kondusifnya hubungan antar
Beberapa Pasal dalam UUD 1945 yang
eksekutif dan legislatif, pembentukan
menyebutkan bahwa sistem pemerintahan
kabinet dalam pemerintahan koalisi dalam
Indonesia menganut sistem presidensial,
sistem presidensil multipartai juga cendu-
diantaranya:
rung terlihat hanya sebagai langkah untuk
memelihara dukungan partai politik den- Pasal 4 ayat (1) berbunyi: “Presiden
gan kompensasi di kabinet, bukan atas Republik Indonesia memegang ke­
dasar profesionalitas maupun loyalitas. kuasaan pemerintah menurut Un­
dang-Undang Dasar”. Pasal 17 ayat
Dari uraian pendahuluan di atas, maka
(1) berbunyi: “presiden dibantu oleh
perlu dirumuskan beberapa hal untuk
men­­t­eri-menteri negara”. Pasal 17
diketahui :
ayat (2) berbunyi: “menteri-menteri
Apakah secara konseptual koalisi telah itu diangkat dan diberhentikan oleh
sesuai dengan sistem pemerintahan pres- presiden”.
idensil berdasarkan UUD 1945::
Sistem presidensial di Indonesia men-
Bagaimanakah pengaruh koalisi terhadap
jadi suatu persoalan yang amat menarik
penyelenggaraan pemerintahan di Indone-
untuk di kaji karna dikombinasikan den-
sia : Bagaimanakah pengaruh koalisi ter-
gan sistem multipartai sebagai mana yang
hadap efektifitas check and balances dalam
dipraktikkan sampai saat ini.
penyelenggaraan pemerintahan di Indone-
sia. Sistem multipartai di Indonesia meru-
pakan Implementasi tuntutan reformasi
Metode penelitian dalam penyusunan
ter­
hadap kebebasan berpartai atau men­
tulisan ini adalah yuridis normatif, yaitu
dirikan partai politik dimulai sejak pemilu
jenis penelitian yang dilakukan dengan
1999. Pemilu 1999 merupakan pemilu per-
mengkaji kaidah atau norma hukum dalam
tama pasca reformasi. Kebebasan berpartai
peraturan perundang-undangan dan sum-
politik ini terekspresi dengan banyaknya
ber referensi lain yang terkait dengan ter-
jumlah partai politik, ada 180 partai baru
kait dengan Eksistensi Koalisi Dalam
berdiri, meskipun hanya 142 partai yang
Sistem Pemerintahan Presidensil Di Indo-
dapat didaftarkan, dan hanya 48 yang lo-
nesia Menurut UUD 1945.
los penyaringan dan ikut bertarung dalam
pemilu 1999.2
PEMBAHASAN
Berkenaan dengan dukungan lembaga
1. Konseptual Koalisi Dalam Sistem Pe­ legislatif kepada presiden (eksekutif),
merintahan Presidensil Menurut UUD meski presiden memenangkan pemilihan
1945 umum dan mendapat dukungan mayoritas
Secara konstitusional, Negara Republik
Indonesia menganut sistem Presidensial 2
Jose Antonio Cheibub, Adam Przeworzki, And
Sebastian M. Saiegh, Dalam M.Ilham Habib, Government
yang berarti bahwa pemegang kendali dan Coalitions And Legislative Success Under Presidentialism
penanggung jawab jalannya pemerintahan And Parliamentarism, Dalam British Journal Of Political
Science, ( Vol. 1 No. 34 Agustus 2004), hlm.565-566

340 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Beverly Evangelista | Eksistensi Koalisi Dalam Sistem Pemerintahan Presidensil Di Indonesia ........
dari pemilih, tidak jarang partai politik barisan pendukung koalisi sering memper-
presiden menjadi kekuatan minoritas di sulit agenda pemerintah. Sulit dibantah
lembaga legislatif. Karena presiden dan dan secara jujur harus diakui, sepanjang
lembaga legislatif sama-sama mendapat pemerintahannya, koalisi berubah men-
mandat langsung dari rakyat (pemilih), jadi peroblematika mendasar bagi SBY-JK.
perbedaan partai mayoritas di lembaga leg- Sejak masa pemerintahan Presiden Abdur-
islatif dengan partai politik presiden sering rahman Wahid, Megawati Soekarnoputri
berdampak pada ketegangan di antara ked- sampai era SBY-JK, praktik sistem pres-
uanya. Misalnya, praktik sistem pemerin- idensial di Indonesia selalu menghadirkan
tahan presidensial di Amerika Serikat. Per- minority government. Sebagaimana diketa-
bedaan partai politik mayoritas di kongres hui, hasil Pemilu 1999 tidak menghasilkan
dengan partai politik presiden sering men- partai politik pemenang suara mayoritas di
imbulkan pemerintahan yang terbelah (di- DPR. Sebagai pemenag pemilu, PDI Per-
vided government). Jika dirinci lebih jauh juangan (PDI-P) hanya memperoleh 153
ke tingkat kabupeten/kota, SBY-JK kursi (33, 7%) dari 500 kursi DPR. Den-
menang di 339 (77%) dan Mega-Hasyim gan hasil itu, hampir mustahil bagi PDI-P
menang di 101 (23%) dari keseluruhan meloloskan ketua umumnya menjadi pres-
jumlah kabupeten/kota. iden tanpa dukungan partai politik lain.
Ironisnya, kata Syamsuddin Haris, ham-
Meski SBY-JK berhasil menang secara
pir tidak ada inisiatif politik dari Megawati
mencolok, secara keseluruhan Pemilu Leg-
Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDI
islatif dan Pemilu Presiden hanya meng-
Perjuangan sekaligus calon presiden yang
hasilkan minority government (pemerintah-
direkomendasikan oleh Kongres PDI Per-
an minoritas). Menurut Jose A. Cheibub,
juangan di Bali untuk menggalang dukun-
minority government terjadi karena pemer-
gan dan kerja sama politik dengan partai
intah tidak mengontrol suara mayoritas di
politik lain di luar PDI Perjuangan.3
lembaga legislatif atau dalam sistem bikam-
eral, pemerintah tidak mengontrol suara Sementara itu, pada pemerintahan
mayoritas di salah satu kamar lembaga leg- Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, kondisi
islatif. Pasalnya, partai politik pendukung malah semakin buruk, nampak sekali
awal SBY-JK (Partai Demokrat, Partai Bu- kabinet yang terbentuk sangat rapuh meli-
lan Bintang, Partai Keadilan Sejahtera dan hat perombakan kabinet secara besar-besa-
Persatuan Indonesia) hanya mendapat du- ran yang dilakukan oleh SBY karna kondi-
kungan 68 kursi (12%) di DPR. Dengan si carut-marut kinerja menteri-menterinya.
kondisi dukungan itu, pemerintahan koal- Anggota DPR dari Jawa Barat, Deding
isi menjadi pilihan yang tak terhindarkan. Ishak beranggapan bahwa, tantangan KIB
Jilid II ini akan jauh lebih berat dibanding
Sekalipun berhasil membangun pemer-
periode yang lalu. Selain ditantang menga-
intahan koalisi dengan dukungan mayori-
tasi persoalan korupsi yang sudah begitu
tas absolut (sekitar 70 persen) kekuatan
menggejala di Tanah Air ini, pemerintah
politik di DPR, langkah Presiden Susilo
juga ditantang untuk mengatasi masalah
Bambang Yudhoyono merangkul beberapa
kemiskinan, pengangguran, serta masalah
partai politik diluar pendukung awal, ti-
politik dan ekonomi yang belum stabil.
dak membuat pemerintah menjadi lebih
Oleh sebab itu, bila pada periode ini para
mudah menghadapi setiap agenda ket-
menteri masih belum dapat berkinerja se­
atanegaraan yang bersentuhan dengan ke-
suai dengan keinginan rakyat, dan belum
wenangan DPR. Bahkan dalam banyak ke-
jadian, partai politik yang berada dalam 3
http://Id.Wikipedia.Org/Pemerintahan_Koalisi,
Diakses Pada Tanggal 27 Feberuari 2014

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 341


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 338~348

bisa menyelesaikan persoalan-persoalan minkan adanya kepentingan dan pengaruh


bangsa, maka reshufle akan menjadi jaringan mafia pajak yang merasuki parle-
kurang berarti. men. Dikhawatirkan ke depan mafia pajak
makin merajalela.
Tidak hanya pada kasus Bank Century,
retaknya koalisi kembali nampak pada Dalam perkembangannya, kombinasi
kasus pengusulan pembentukan Panitia
­ antara sistem presidensil dengan sistem
Khusus (Pansus) Angket Perpajakan. Isu multipartai banyak menghadirkan persoa-
untuk menggulirkan penggunaan hak ang- lan karena anggota lembaga legislatif dan
ket DPR guna menyelidik kasus mafia presiden dipilih secara langsung oleh raky-
pajak terus berputar berbulan-bulan dan
­ at (pemilih). Seringkali kombinasi antara
terus mendapatkan pendukung dari hari kedua sistem tersebut dapat menyebabkan
ke hari. Dalam Keputusan rapat paripur- disharmonisasi antara lembaga eksekutif
na DPR, Selasa 22 Feberuari 2011 itu, dan lembaga legislatif yang bisa mengarah
Dari 530 anggota Dewan yang hadir dalam pada kebuntuan antar kedua lembaga
rapat paripurna kali ini, 264 menerima tersebut apabila yang menguasai lembaga
usul hak angket pajak dan 266 menolak. kepresidenan dan yang menguasai parle-
Maka dengan itu, sidang paripurna memu- men dari partai yang berbeda. Salah satu
tuskan untuk menolak usulan Pansus Hak kelemahan sistem presidensial yang multi-
angket Mafia pajak. Dalam pemungutan partai dalam hal ini adalah ketegangan
suara, dari Fraksi Partai Demokrat hadir ­antara lembaga eksekutif dan lembaga leg-
145 orang dan seluruhnya menyatakan me- islatif. Seringkali presiden tidak dapat me­
nolak. Fraksi PAN hadir 43 orang dan sol- nyelesaikan agenda-agendanya akibat ku­
id menyatakan menolak. Begitu juga Frak- rang­nya dukungan dalam parlemen dan
si PPP yang hadir 26 orang sepakat me­ banyaknya intrupsi atas usulan-usulan
nolak. Sementara dari Fraksi Partai Ke- presiden baik yang bersifat legislasi mau-
bangkitan Bangsa, dari yang hadir 28 pun non-legislasi.
orang, 26 orang menolak. Sedangkan dua
Dengan situasi seperti itu, banyak ka-
anggota F PKB, yakni Lili Wahid dan Ef-
langan meragukan kelangsungan dan sta-
fendi C­hoirie, menyatakan menerima.
bilitas pemerintah dalam sistem presiden-
Dan, Fraksi Gerindra hadir 26 orang, se-
sial yang multipartai. Misalnya. Jose A.
luruhnya menyatakan menolak.
Cheibub, Adam Przeworzki, dan Sebas-
Sementara itu, dua partai anggota koal- tian M. Saiegh dalam tulisan “Government
isi yang membelot yakni Golkar dan PKS, Coalitions and Legislative Success Under
dari 106 anggota Fraksi Partai Golkar yang Pre­sidentialism and Parliamentarism” me­
hadir, seluruhnya solid menerima opsi n­catat banyak pendapat yang meragukan
hak angket pajak. Selanjutnya, Sebanyak kelangsungan dan stabilitas pemerintahan
65 anggota Fraksi PKS seluruhnya me- presidensil dalam sistem multi­partai.4
nyatakan menerima. Dari Fraksi PDI Per-
Tidak hanya dalam sistem dua partai,
juangan yang hadir 84 orang, seluruhnya
perbedaan suara mayoritas di lembaga leg-
sepakat menerima, begitu pula dari Fraksi
islatif dengan partai politik pendukung
Hanura hadir 16 orang dan solid meneri-
presiden juga terjadi dalam sistem multi-
ma. Dengan ditolaknya usulan terhadap
partai. Biasanya, untuk mendapatkan
Pansus angket perpajakan, hal ini tentu
­du­kungan di lembaga legislatif, presiden
berdampak pada menumbuhsuburkan
praktik mafia pajak di Tanah Air. Keputu- 4
Saiful Mujani, Gerak Politik Yang Tertawan:
san rapat paripurna DPR itu juga mencer- Menggagas Ulang Prinsip-Prinsip Lembaga Kepresidenan,
(Jakarta : Surya Press. 2002), hlm.13

342 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Beverly Evangelista | Eksistensi Koalisi Dalam Sistem Pemerintahan Presidensil Di Indonesia ........
melakukan koalisi dengan sejumlah partai 1. Dilakukan secara demokratis dan terbu-
politik. Dalam praktiknya, koalisi meru- ka sesuai melalui mekanisme internal
pakan cara paling umum dilakukan oleh Partai Politik bersangkutan;
pemerintah yang hanya mendapatkan du- 2. Dapat dilakukan dengan kesepakatan
kungan minoritas (minority government). antar Partai Politik lain untuk melaku-
jika merujuk pada UUD 1945, praktik kan penggabungan dalam mengusulkan
koalisi memang secara konseptual dilegal- Pasangan Calon;
kan sebagaimana penjelasan pasal 6 A 3. Partai politik atau Gabungan Partai Poli-
Ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bah- tik tersebut hanya dapat mencalonkan 1
wa “pasangan Presiden dan Wakil Presiden (satu) Pasangan Calon sesuai dengan
di usulkan oleh partai politik atau gabun- mekanisme internal Partai Politik dan/
gan partai politik peserta pemilihan atau musyawarah Gabungan Partai Poli-
umum”. Jadi, jelas bahwa koalisi dibenar- tik yang dilakukan secara demokratis
kan keberadaannya. Namun, menurut dan terbuka.
analisis penulis, yang dimaksud dalam
4. Calon Presiden dan/atau calon Wakil
pasal 6 A Ayat 2 UUD 1945 merupakan
Presiden yang telah diusulkan dalam
koalisi hanya pada proses mengusulkan
satu pasangan oleh Partai Politik atau
calon presiden, bukan dalam proses ber-
Gabungan Partai Politik tidak boleh di-
jalannya sebuah pemerintahan.
calonkan lagi oleh Partai Politik atau
Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 Gabungan Partai Politik lainnya.
Tentang Pemilihan Presiden dan Wakil
2. Pengaruh Koalisi Terhadap Penye­
Presiden juga membenarkan demikian,
lenggaraan Pemerintahan Di Indonesia
bahwa yang dimaksud dalam pasal 6 A
Ayat 2 UUD 1945 adalah koalisi partai Di Indonesia, koalisi yang di bangun
politik dalam sistem pemilu bukan dalam pada hakikat merupakan upaya untuk
sistem pemerintahan. memperkuat pemerintahan yang solid dan
tahan lama dengan cara membangun ker-
Hal ini dapat dilihat pada pasal 9 UU
jasama antar partai politik. Praktik koalisi
No.42 Tahun 2008 bahwa :
antar partai politik bukanlah merupakan
“Pasangan Calon diusulkan oleh Par- hal baru dalam dunia perpolitikan di Indo-
tai Politik atau Gabungan Partai Poli- nesia. Koalisi tidak muncul pertama kalin-
tik peserta pemilu yang memenuhi per- ya pada saat Pemilu Capres/ Cawapres ta-
syaratan perolehan kursi paling hun 2004 lalu, melainkan dari tahun
sedikit 20% (dua puluh persen) dari 1945.
jumlah kursi DPR atau memperoleh
Pada Pemilu 2004 saat diadakannya pe-
25% (dua puluh lima persen) dari su-
milihan presiden secara langsung untuk
ara sah nasional dalam Pemilu ang-
pertama kalinya di Indonesia, wacana ko-
gota DPR, sebelum pelaksanaan Pemi-
alisi terangkat kembali, partai politik yang
lu Presiden dan Wakil Presiden.”
mengusung pasangan Capres-Cawapres
Mekanisme koalisi partai politik dalam adalah partai politik yang saling berkoalisi
mengusung pasangan calon presiden dan demi memenangkan pemilu. Namun,
wakil presiden lebih lanjut diatur dalam dalam praktiknya, koalisi ternyata tidak
Pasal 10 UU No. 42 Tahun 2008 yang hanya dipraktikan dalam sistem pemilihan
menentukan bahwa: umum saja, melainkan dalam penyelengg-
araan pemerintah.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 343


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 338~348

Pada pemilu 2004, dalam pemilihan dilakukan partai politik lain yang menjadi
presiden, pasangan Susilo Bambang Yud- pendukung koalisi pemerintahan SBY-JK.
hoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) mendapat du-
Problematika koalisi kemudian berl­
kungan 69.266.350 (60.62%) suara sah
anjut pada era pemerintahan SBY-Boe­
dan pasangan Megawati Soekarnoputri-
diono di mana salah satu anggota koalisi
Hasyim Muzadi memperoleh 44.990.704
yakni dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
(39, 38%) suara sah secara nasional. Jika
me­ngeluarkan ancaman akan keluar dari
hasil itu diletakkan di tingkat provinsi,
koalisi lantaran adanya isu menterinya
SBY-JK unggul di 28 provinsi atau 88%
akan digantikan. Belum lagi persoalan
dan pasangan Mega-Hasyim hanya mampu
korupsi dan ketidak profesionalan para
­
menguasai 4 provinsi atau 12% dari jum-
menteri dalam membantu presiden.
lah provinsi yang ada.5
Menurut penulis, hal ini diakibatkan
Berkaca dari pengalaman Megawati
karna pemilihan menteri-menteri tersebut
Soekarnoputri itulah yang kemudian men­
bukan dari professional di bidangnya, me-
jadikan Langkah darurat Presiden SBY
lainkan hanya bentuk kompensasi atas du-
sebagai presiden dengan hanya didukung
kungan dari koalisi. Hal ini tentu menim-
modal awal 12 persen suara di DPR.
bulkan berbagai kritik tajam khusunya
Untuk memperbesar dukungan di DPR,
dari masyarakat baik kalangan akademisi,
SBY-JK merangkul beberapa partai politik
pengamat politik, dan komponen masyara-
di luar Partai Demokrat yakni : PBB, PKS,
kat lainnya. Sebagian besar kritik itu men-
PPP, PAN, Partai Golkar, dan PKB.
yoroti kurang kompaknya atau rendahnya
Sekalipun berdasarkan Pasal 17 UUD kinerja beberapa menteri diposisi strategis
1945 pengangkatan menteri-menteri meru- dalam menjalankan tugasnya, bahkan me­
pakan hak prerogatif Presiden, sebagaima- reka menganggap, sikap kehati-hatian
na kecenderungan koalisi dalam sistem presiden selama ini dianggap sebagai kera-
presidensial yang dikemukakan Cheibub, guan dalam memilih menteri untuk mem-
langkah yang dilakukan Presiden SBY bantunya dalam penyelenggaraan pemerin-
adalah membagi jabatan menteri kepada tahan. Berbagai kritik masyarakat yang di-
sejumlah partai politik yang menjadi ba- munculkan media massa memang tampak
gian dari koalisi SBY-JK. bervariatif, ada yang bersifat mendukung,
menolak dan bersifat netral tidak memi-
Namun, melihat dari pengalaman koali-
hak. Dalam realitasnya, hampir semua
si kabinet SBY-JK, sejumlah partai politik
opini publik yang dikonstruksi media
pendukung koalisi salah satu contohnya
um­
­ umnya memberikan tekanan kepada
adalah Golkar justru sering mempersulit
presiden agar segera melakukan reshuffle
pemerintahan SBY-JK dengan menolak
kabinet, khususnya terhadap para menteri
mengakui menteri yang berasal dari kader
yang dianggap kurang optimal kinerjanya.
Golkar sebagai representasi partai berlam-
bang pohon beringin ini di kabinet. Meski- Maka, untuk mengatasi pemerintahan
pun kemudian ada penambahan jumlah koalisi kabinet yang tidak stabil, kerapkali
kader di kabinet, Golkar tetap saja tidak presiden khususnya dalam pemerintahan
sepenuh hati mendukung agenda pemerin- SBY melakukan perombakan kabinet atau
tah di DPR. Kecenderungan serupa juga reshuffle sebagai upaya memperbaiki ki­
nerja menteri sekaligus sebagai upaya
memperbaiki pencintraan dihadapan mas­
5
Syamsuddin Haris, Konflik Presiden-DPR Dan
Dilema Transisi Demokrasi Di Indonesia, Pustaka Utama
y­arakatnya sendiri.
Grafiti, Jakarta, 2007. hlm.69.

344 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Beverly Evangelista | Eksistensi Koalisi Dalam Sistem Pemerintahan Presidensil Di Indonesia ........
Pada pemerintahannya, Presiden SBY mendasar terhadap ketatanegaraan Indo-
merancang Kabinet Indonesia Bersatu nesia, tidak saja terhadap pelaksanaan
(KIB) Jilid pertama (2004-2009) dengan prinsip kedaulatan rakyat, struktur,
mempertimbangkan berbagai aspek demi kedudukan dan hubungan antar lembaga-
menjaga stabilitas pemerintahannya sela- lembaga atau organ-organ negara, tetapi
ma 5 tahun. Kabinet yang beranggotakan juga terhadap sistem pemerintahannya.
36 menteri ini rancangan Presiden dengan Terkait sistem pemerintahan, yang men-
berbagai pihak terutama mitra koalisi yang jadi tuntutan dari reformasi tersebut
dinilai bisa menyokong jalannya pemerin- adalah mempertegas system pemerintahan
tahan. Pada kenyaatannya, walaupun presidensil didalam Undang-Undang Dasar
kabinet dirancang dengan seakomodatif 1945 dan mewujudkan kerangka me-
mungkin, ancaman reshuffle tetap saja kanisme check and balances, khususnya di-
membayang pada priode pertama masa antara lembaga legislatif dan eksekutif.
pemerintahannya, Yudhoyono merombak Mempertegas dalam hal ini juga meliputi
posisi 13 menterinya, tahun 2005 seban- penyempurnaan sistem penyelenggaraan
yak 6 menteri dan tahun 2007 sebanyak 7 pemerintahan agar benar-benar memenuhi
menteri diganti.6 prinsip dasar sistem presidensial.

Apabila reshuffle selalu menjadi langkah Namun, setelah diamandennya Undang


utama setiap kepemimpinan presiden -Undang Dasar 1945 persoalan tidak kun-
dalam menyelamatkan pemerintahannya, jung berhenti, perdebatan terus berlang-
maka sesungguhnya hal tersebut memberi- sung baik itu diantara para akademisi, ahli
kan indikasi adanya ketidakstabilan politik tata negara maupun para politisi. Salah sa-
khususnya internal Kabinet yang dipimpin tu Persoalan yang muncul sampai hari ini
Presiden. Kondisi tersebut memberikan adalah terkait dengan dibentuknya koalisi
dampak kurang baik kepada semua sektor partai politik dalam pemerintahan khusus-
termasuk para menteri dan kementerian- nya di era pemerintahan presiden Susilo
nya itu sendiri. Bambang Yudhoyono. Berbagai pandangan
telah muncul sejak dibentuknya koalisi
Dari semua fenomena tersebut, penulis
kabinet pemerintahan SBY dalam kaitan-
menyimpulkan bahwa, permasalahan yang
nya dengan sistem pemerintahan presiden-
muncul pada upaya perbaikan kinerja
siil yang dianut dalam konstitusi Negara
Kabinet Indonesia Bersatu baik jilid I dan
Republik Indonesia.
jilid II ini adalah pada tekanan koalisi par-
tai pendukung SBY yang sangat besar. Be- Langkah koalisi yang dipraktikan oleh
sarnya tekanan tersebut menurut penulis pemerintahan SBY di dalam kabinet pres-
membuat SBY memilih jalan aman men- idensil saat ini adalah dengan harapan un-
gangkat wakil menteri dari kalangan profe- tuk mendapatkan dukungan mayoritas
sional untuk menunjang kinerja menteri dari para anggota koalisi partai politik di
yang ditempati orang-orang parpol. dewan perwakilan rakyat (legislatif) yang
akan mendukung kebijakan-kebijakan
3. Pengaruh Koalisi Terhadap Efektifitas
yang akan diambil untuk menjalankan pe­
Check And Balances dalam Penyeleng­
merintahan. Sehingga terjalin kerja sama
garaan Pemerintahan Di Indonesia
anggota koalisi di lembaga legislatif dan
Amandemen Undang-Undang Dasar lembaga eksekutif dengan cara memberi
1945 menimbulkan implikasi yang cukup posisi menteri kabinet kepada partai poli-
6
“Presiden Bidik Calon Menteri Yang Gesit Dan tik anggota koalisi.
Cekatan””, Http:// Www.Tribunnews.Com/2011/10/03/
Diakses Tanggal 27 Feberuari 2014

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 345


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 338~348

Sejauh ini, koalisi pemerintahan yang impin oleh ketua Dewan Pimpinan Daerah
dibangun oleh SBY dapat dikatakan tidak (DPD) Daerah Istimewa Yogyakarta. Se-
bersifat permanen bahkan cendrung ber- lain di ikuti pengurus DPD tingkat Provin-
dampak pada disharmonisasai hubungan si dan Kabupaten/kota sluruh DIY, aksi
antar eksekutif (pemerintah) dengan legis- ini juga di ikuti sejumlah anggota DPRD
latif (DPR). Bahkan, partai politik yang DIY dari Fraksi partai Golkar. Mereka me-
mendukung pemerintah pun tidak selalu nyatakan, justru dengan berkoalisi, ke­
mendukung rancangan undang-undang bebasan partai Golkar dalam memper-
maupun kebijakan-kebijakan lainnnya juangkan kepentingan rakyat merasa di
yang berasal dari prakarsa pemerintah. kekang akibat perjanjian koalisi.7
Partai pendukung koalisi yang kemudian
Koalisi yang cenderung rapuh dan di-
duduk di fraksi-fraksi justru sering me­
warnai konflik internal adalah harga poli-
nunjukkan ketidak kompakan mereka an-
tik yang harus dibayar oleh Presiden Yud-
tar koalisi.
hoyono yang terlanjur membentuk koalisi
Salah satu contoh persoalan yang yang semu dan mudah rapuh serta tanpa
menunjukkan keretakan koalisi yang pal- kesamaan ideologis di satu pihak. Ironis-
ing mencolok terlihat pada Kasus bailout nya, keterlanjuran dan kesalahan mem-
Bank Century sekaligus menjadi salah satu bentuk koalisi yang dilakukan Presiden
isu yang paling banyak menyita perhatian Yudhoyono pada 2004-2009, diulangi kem-
masyarakat Indonesia di samping perso- bali dalam periode kedua pemerintahannya
alain lain seperti, pemilihan umum (pe- pada 2009-2014. Karena itu, penataan
milu), mafia pajak dan mafia hukum. kem­ bali seperti apapun yang dilakukan
oleh Presiden Yudhoyono terkait format
Keterlibatan kalangan anggota DPR
dan mekanisme internal koalisi, hal itu ti-
Fraksi Golkar dalam hak angket Century,
dak pernah bisa menjadi jaminan bagi soli-
kabarnya membuat perselisihan politik ku-
ditas di antara parpol koalisi. Persoalannya
bu demokrat dan golkar makin memanas.
berakar dari desain koalisi, personalitas,
Sudah bukan rahasia lagi, kubu Golkar
dan gaya kepemimpinan Yudhoyono sendi-
proaktif agar kasus Bank Century diung-
ri serta karakter dari para politisi parpol di
kap tuntas. Demikian halnya kubu PKS
DPR yang kurang memahami nilai-nilai
dan PAN. Ketua umum partai Golkar Abu-
demokrasi.
rizal Bakrie memerintahkan anggota­nya di
DPR yang ikut dalam Pansus Hak Angket Penggalangan koalisi yang dilakukan
Bank Century untuk segera mengusut tun- oleh SBY ditengarai sebagai upaya untuk
tas dalam mendapatkan penye­lesaian yang menguatkan sistem Presidensial, di mana
kongrit dan transparan. Ini menunjukkan Presiden dan para menterinya bisa dengan
bahwa, koalisi yang dibangun SBY dan nyaman mengambil keputusan politik tan-
partai Demokrat dengan partai-partai pa harus bernegosiasi panjang dengan par-
­anggota koalisi retak dan mengalami dis- lemen. Kenyataanya, harapan SBY itu ti-
harmonisasi. Hal ini pun menyebabkan dak terlaksana dengan baik sepanjang
gencarnya desakan kepada partai Golkar kepemimpinannya sebagai presiden, fakta
melalui kader-kader mereka untuk keluar tetap menunjukkan koalisi yang dibangun
dari koalisi. Puluhan kader dan pengurus memang besar dan menghimpun banyak
DPD partai Golkar Daerah Istimewa Yog- kekuatan politik. Namun, kebesaran koal-
yakarta melakukan aksi unjuk rasa di hala- isi ini tidak berjalan sebagaimana mestin-
man kantor DPD di jalan Jendral Sud­
irman, Yogyakarta. Aksi ini langsung dip- 7
“Koalisi Retak Dalam Pembahasan Mafia Pajak”
Www.Google.Com. Diakses Pada Tanggal 1 Maret 2014

346 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Beverly Evangelista | Eksistensi Koalisi Dalam Sistem Pemerintahan Presidensil Di Indonesia ........
ya, karena terjadi pasang surut hubungan Tentang Pemilihan Presiden dan Wakil
di kalangan kerabat koalisi. Presiden terkait dengan syarat dan me-
kanisme pencalonan presiden dan wakil
Bagimanapaun juga, koalisi dalam pe­
presiden. Pengaruh Koalisi Terhadap Peny-
merintahan tetap saja merupakan hal yang
elenggaraan Pemerintahan Di Indonesia
tidak tepat untuk di praktikkan dalam
sangat berdampat pada pembentukan kabi-
sistem Presidensil yang multipartai. Ter-
net oleh Presiden terpilih selaku pemegang
lebih hal tersebut dapat merusak hubun-
hak prerogatif dalam pembentukan kabinet
gan kinerja antara eksekutif (pemerintah)
sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal
dengan legislatif (DPR). Sebagaimana fak-
17 UUD 1945. Kabinet yang dibentuk khu-
ta yang terjadi dalam kasus-kasus di atas,
susnya pada era pemerintaha presiden
seringkali presiden SBY dengan mudahnya
Susilo Bambang Yudhoyono nampak tidak
menaikkan isu resaffle sebagai alat untuk
mengedepankan profesionalitas dan kom-
mengancam anggota koalisi mana­kala ang-
petensi para menteri yang akan mendudu-
gota partai koalisi membelot ter­hadap kes-
ki jabatan-jabatan tertentu dalam kabinet
epakan koalisi dalam hal melakukan perla-
yang akan dibentuk, namun lebih didasar-
wan kepada pemerintahan SBY dengan
kan pada kompensasi kekuasaan atas
menggunakan semisal hak angket mereka
­dukungan koalisi yang telah dibangun. Hal
seperti pada kasus Bank Century. Hal ini
ini sangat berpengaruh terhadap kinerja
tentu akan menghambat efektifitas Chack
para menteri-menteri dalam membantu
And Balances dalam penyelenggaraan
presiden menjalankan kebijakan-kebijak
pemerintahan. Tidak hanya menimbulkan
terhadap penyelenggaraan pemerin­ tahan:
disharmonisasi hubungan antara pemerin-
Pengaruh Koalisi Terhadap Efektifitas Check
tah dan DPR, namun dengan kesepakatan
And Balances dalam Penyelenggaraan Pe­
koalisi, anggota DPR yang tergabung
merintahan Di Indonesia sangat berdampak
dalam koalisi seolah tidak bisa menjalank-
pada disharmonisasi hubungan antara pe­
an perananya sebagai wakil rakyat se­
merintah dengan Dewan perwakilan Rakyat
kaligus memberikan pengawasan kinerja
(parlemen) terhadap perumusan dan pen-
terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh
gambilan kebijakan baik yang bersifat legis-
pemerintah. Dan pada akhirnya, koalisi
lasi maupun non legislasi. Baik pemerintah
yang dibangun dalam sistem pemerintahan
maupun DPR, seringkali tidak dapat men-
presidensil di Indonesia tidak lagi pada
jalankan kinerjanya masing-masing secara
hakikat yang sebenarnya, yakni memban-
optimal dan professional akibat perjanjian
gun pemerintahan yang solid dan tahan
koalisi yang seolah digunakan sebagai alat
­lama.
untuk mengancam partai-partai anggota ko-
alisi manakala keluar dari kesepakan koalisi.
KESIMPULAN Hal ini menunjukkan bahwa, bangunan
Secara konseptual, praktik koalisi me- ­koalisi yang dibentuk bukan atas dasar kesa-
mang dilegalkan sebagaimana penjelasan maan ideologis dan strategis, tetapi lebih
pasal 6 A Ayat 2 UUD 1945. Namun, pada kepentingan pragmatis, yakni upaya
menurut analisis penulis, yang dimaksud untuk menyelamatkan kepemimpinan Pres-
dalam pasal 6 A Ayat 2 UUD 1945 meru- iden selama lima tahun tanpa interupsi yang
pakan koalisi hanya pada proses mengusul- terlalu berarti dari parlemen.
kan calon presiden, bukan dalam proses
berjalannya sebuah pemerintahan. hal ini
kemudian diperkuat oleh pasal 9 dan pasal
10 Undang-Undang No. 42 Tahun 2008

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 347


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 338~348

Daftar Pustaka

Jose Antonio Cheibub, Adam Przeworzki, and Sebastian M. Saigeh,


dalam M.Ilham Habib, Government Coalitions and legislative
success Under presidentialism and parliemntarism, (british
Journal of political science, 2004).
Koiruddin. Partai Politik Dan Agenda Transisi Demokrasi. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar. 2004.
Jose Antonio Cheibub, Adam Przeworzki, And Sebastian M. Saiegh,
Dalam M.Ilham Habib, Government Coalitions And Legislative
Success Under Presidentialism And Parliamentarism, Dalam
British Journal Of Political Science, ( Vol. 1 No. 34 Agustus
2004)
Saiful Mujani, Gerak Politik Yang Tertawan: Menggagas Ulang Prinsip-
Prinsip Lembaga Kepresidenan, (Jakarta : Surya Press. 2002).
Eep Saifulloh Fatah Dkk, Pemimpi Perubahan: PR Untuk Presiden RI
2005-2009, Kotakita Press, Jakarta, 2009.
Syamsuddin Haris, Konflik Presiden-DPR Dan Dilema Transisi
Demokrasi Di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,
2007.
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Indonesia, Undang-Undang Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden, Undang-Undang No 42 Tahun 2008. Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 176. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4924.

Resa Indrawan Samir, Koalisi Dalam Sistem Presidensial Menurut


UUD NRI 1945, www.google.com, .(download pada tanggal
11 Januari 2014).
“Presiden Bidik Calon Menteri Yang Gesit Dan Cekatan””, Http://
Www.Tribunnews.Com/2011/10/03/ Diakses Tanggal 27
Feberuari 2014
“Koalisi Retak Dalam Pembahasan Mafia Pajak” Www.Google.Com.
Diakses Pada Tanggal 1 Maret 201
Http://Id.Wikipedia.Org/Pemerintahan_Koalisi, Diakses Pada Tanggal
27 Feberuari 2014
Rangga. www.google.com. Retaknya Koalisi Gemuk. Diakese pada
tanggal 1 maret 2014

348 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Anda mungkin juga menyukai