Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

KONSTITUSI DAN LANDASAN HUKUM

TINGKAT 1B
DISUSUN OLEH
YUDHA FAZRIA
P27903117096

JURUSAN D3 ANALIS KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES BANTEN

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan karunianya saya dapat menyelesaikan penulisan makalah saya yang
berjudul “Konstitusi Dan Landasan Hukum”. Tak lupa juga saya ucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang telah memberikan saran serta masukkan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Selain itu, saya pun mengucapkan terimakasih kepada para penulis yang
tulisannya saya kutip sebagai bahan rujukan. Tak lupa juga saya ucapkan maaf
yang sebesar-besarnya, jika ada kata dan pembahasan yang keliru dari saya. Saya
berharap kritik dan saran Anda. Semoga makalah ini dapat menjadi pelajaran dan
menambah wawasan Anda dalam mata kuliah kewarganegaraan.
Semoga dengan makalah yang saya buat ini dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman kita semua tentang ilmu kewarganegaraan. Saya sadar dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Akan tetapi saya yakin makalah
ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Tangerang, 24 Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ............................................................................................... 2


2. Daftar Isi......................................................................................................... 3
3. Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 5
4. Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Kostitusi ................................................................................. 6
 Tujuan .......................................................................................... 6
 Kedudukan ................................................................................... 7
 Nilai .............................................................................................. 7
 Fungsi ........................................................................................... 8
 Materi Pemuatan .......................................................................... 8
 Perubahan ..................................................................................... 9
2.2 Pengertian Landasan Hukum ................................................................... 11
2.3 Landasan Hubungan Uud 1945 Dan Negara Kesatuan RI ....................... 11
5. Bab III Kesimpulan Dan Saran
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 16
3.2 Saran ......................................................................................................... 16
6. Daftar Pustaka ................................................................................................ 17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada suatu negara di dunia pasti mempunyai konstitusi, karena
konstitusi merupakan salah satu syarat penting untuk mendirikan dan
membangun suatu negara yang merdeka, oleh karenanya begitu pentingnya
konstitusi itu dalam suatu negara. Konstitusi merupakan suatu kerangka
kehidupan politik yang sesungguhnya telah dibangun pertama kali peradaban
dunia dimulai, karena hampir semua negara menghendaki kehidupan
bernegara yang konstitusional, adapun ciri-ciri pemerintahan yang
konstitusional diantaranya memperluas partisipasi politik, memberi kekuasaan
legislatif pada rakyat, menolak pemerintahan otoriter dan sebagainya (Adnan
Buyung Nasution, 1995 : 16).
Indonesia sebagai negara yang merdeka tentu saja mempunyai
konstitusi sebagai landasan menjalankan pemerintahan negara. Terbentuknya
konstitusi di Indonesia diawali dari janji Jepang yang kemudian membentuk
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Zumbi choosakai, kemudian
terbentuk pada tanggal 29April 1945, dilantik pada tanggal 28 Mei 1945,
mulai bekerja tanggal 29 Mei 1945, maka dengan terbentuknya BPUPKI
bangsa Indonesia secara legal mempersiapkan kemerdekaannya, untuk
merumuskan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai negara yang merdeka
(Darji Darmodiharjo, 1991 : 26).
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia
merupakan hukum tertinggi yang ditetapkan secara konstitusional, sedangkan
hukum itu merupakan produk politik, karena dalam kenyataannya setiap
produk hukum merupakan produk politik, sehingga hukum dapat dilihat
sebagai kristalisasi dari pemikiran politik yang saling interaksi dikalangan
politisi (M. Agus Santoso, 2009 : 9). sedangkan politik itu kental dengan
kepentingan, oleh karena itu tidak mustahil karena kepentingan itulah
kemudian dapat merubah produk hukum juga, demikian halnya terhadap
konstitusi di Indonesia yang selalu berubah dan mengikuti perkembangan
politik.
Sejak Proklamsai Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945,
dan diikuti pengesahan UUD 1945 sebagai konstitusi pada tanggal 18 Agustus
1945, hingga kini UUD 1945 sebagai konstitusi telah mengalami
perkembangan dan perubahan-perubahan, hal itu disebabkan karena
perkembangan politik demokrasi yang selalu berkembang dan berubah-ubah
pula.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian konstitusi secara luas ?
2. Apa Pengertian landasan hukum ?
3. Apa Landasan Hubungan UUD 1945 Dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian konstitusi secara luas.
2. Untuk mengetahui Pengertian landasan hukum.
3. Untuk mengetahui Landasan Hubungan UUD 1945 Dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konstitusi


Mengenai istilah konstitusi dalam arti pembentukan, berasal dari
bahasa Perancis yaitu constituer, yang berarti membentuk. Yang dimaksud
dengan membentuk disini adalah membentuk suatu negara. Pengertian
konstitusi bisa dimaknai secara sempit maupun secara luas. Konstitusi dalam
arti sempit hanya mengandung norma-norma hukum yang membatasi
kekuasaan yang ada dalam Negara. Sedangkan Konstitusi dalam arti luas
adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar, baik
yang tertulis ataupun tidak tertulis maupun campuran keduanya tidak hanya
sebagai aspek hukum melainkan juga “non-hukum”.

Menurut Soemantri Martosoewignjo, istilah konstitusi berasal dari


perkataan “Constitution”, yang dalam bahasa Indonesia kita jumpai dengan
istilah hukum yang lain, yaitu Undang-Undang Dasar dan/atau Hukum Dasar.

Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat


didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam
suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka
sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah
paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu
konstitusi, hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power
yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem
yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah
yang dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi.

 Tujuan Konstitusi
C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah
untuk membatasi kesewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin
hak-hak yang diperintah, dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat. Oleh karena itu setiap konstitusi senantiasa memiliki dua tujuan :
a. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap
kekuasaan politik.
b. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para
penguasa serta menetapkan batas-batas kekuasaan bagi
penguasa.
Konstitusi merupakan sarana dasar untuk mengawasi proses-proses
kekuasaan. Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur

6
jalannya kekuasaan dengan jalan membatasinya melalui aturan
untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan
penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada
penguasa untuk mewujudkan tujuan Negara. Jadi, pada hakikatnya
konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan
negara dengan berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai
dasar negara.

 Kedudukan Konstitusi
Kedudukan, fungsi, dan tujuan konstitusi dalam negara berubah dari zaman
ke zaman. Pada masa peralihan dari negara feodal monarki atau oligarki
dengan kekuasaan mutlak penguasa negara nasional demokrasi, konstitusi
berkedudukan sebagai benteng pemisah antara rakyat yang kemudian
secara berangsur-angsur mempunyai fungsi sebagai alat rakyat dalam
perjuangan kekuasaan melawan golongan penguasa. Sejak itu, setelah
perjuangan dimenangkan oleh rakyat, kedudukan dan peran konstitusi
bergeser dari sekedar penjaga keamanan dan kepentingan hidup rakyat
terhadap kezaliman golongan penguasa, menjadi senjata pemungkas rakyat
untuk mengakhiri kekuasaan sepihak seseorang dalam sistem monarki dan
kekuasaan sepihak satu golongan oligarki serta untuk membangun tata
kehidupan baru atas dasar landasan kepentingan bersama rakyat.

 Nilai Konstitusi
Berkenaan dengan penilaian terhadap pelaksanaan konstitusi, Karl
Loewenstein dalam bukunya Reflection on the Value of Constitutions in
our Revolusionary, berpendapat bahwa ada tiga jenis yang sekaligus
tingkatan ninali (value) konstitusi, yaitu nilai normatif, nilai nominal, dan
nilai semantik.
a. Perihal nilai normatif
konstitusi, Karl Loewnstein-sebagaimana dikutip Moh. Kusnardi
dan Bintan R. Saragih dalam buku mereka Ilmu Negara,
mengatakan dalam setiap Undang-Undang Dasar ada dua masalah,
yaitu: (a) sifat ideal dari Undang- Undang Dasar itu teori, (b)
bagaimana melaksanakan Undang-Undang Dasar itu praktek.
Peraturan hukum yang bersifat normatif ialah kalau peraturan
hukum itu masih dipatuhi oleh masyarakat , kalau tidak ia
merupakan peraturan yang mati dan/atau tidak pernah terwujud.
b. Nilai nominal dari suatu konstitusi diperoleh apabila ada kenyataan
samapai dimana batas-batas berlakunya itu, yang dalam batas-batas
berlakunya itulah yang dimaksud dengan nilai nominal konstitusi.

7
Bila konstitusi itu hanya sebagian saja dilaksanakan karena untuk
sementara tidak sesuai dengan keperluan di lapangan, maka
konstitusi tersebut disebut dengan konstitusi nominal.
c. nilai semantik apabila suatu konstitusi disusun dengan sebaik-
baiknya, dengan mencerminkan segala kepentingan rakyat, tetapi
tentang pelaksanaanya tidak sesuai dengan isi dari konstitusi
tersebut. Secara istilah (semantika) dan teori konstitusi seakan-akan
dijunjung tinggi, tetapi dalam prakteknya terjadi banyak
penyimpangan, sehingga bentuk demokrasi berubah menjadi
diktator dan sebagainya. Kalau konstitusi itu sama sekali tidak
dilaksanakan , maka konstitusi itu disebut dengan konstitusi
semantik.

 Fungsi Konstitusi
Menurut Henc van Maarseveen dan Ger van der Tang, fungsi konstitusi
merupakan sebagai akta pendirian negara (constitution as a birth
certificate). Konstitusi dijadikan bukti otentik tentang eksistensi dari suatu
negara sebagai badan hukum (rechstpersoon). Guna memenuhi fungsi ini,
maka setiap negara di dunia ini selalu berusaha mempunyai konstitusi.
Menyangkut dengan fungsi konstitusi dan hubungan negara dengan
konstitusi sekarang ini, G.S. Diponolo menyatakan: “Tiada orang yang
berbicara tentang organisasi negara dengan tiada berbicara tentang
konstitusi”. Dengan demikian, bila dilihat dari segi waktu, fungsi konstitusi
dalam arti Undang- Undang Dasar itu adalah sebagai syarat berdirinya
negara bagi negara yang belum terbentuk, atau sebagai pendirian akte
pendirian negara bagi negara yang sudah terbentuksebelum Undang-
Undang Dasarnya ditetapkan. Terlepas dari waktu ditetapkanya, sebelum
atau sesudah suatu negara negara terbentuk, yang jelas fungsi konstitusi itu
adalah sebagai dokumen formal nasional, dasar organisasi negara, dasar
pembagian kekuasaan negara, dasar pembatasan dan pengendalian
kekuasaan pemerintah, penjamin kepastian hukum dalam praktek
penyelenggara negara, pengaturan lembaga-lembaga, dan pengaturan
pemerintah.

 Materi Muatan Konstitusi


Mengenai isinya Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu terdiri dari 37
Pasal ditambah dengan empat pasal tambahan dengan empat pasal Aturan
Peralihan dan dua ayat Aturan Tambahan, yang mengandung semangat dan
merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaannya juga merupakan rangkaian pasal-pasal yang bulat dan

8
terpadu. Di dalamnya berisi materi yang pada dasarnya dapat dibedakan
dalam dua bagian, yaitu:
a. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan sistem pemerintahan
negara, di dalamnya termasuk pengaturan tentang kedudukan,
tugas, wewenang dan saling berhubungan dari kelembagaan negara.
b. Pasal yang berisi materi hubungan negara dengan warga negara dan
penduduknya serta berisi konsepsi negara diberbagai bidang :
politik, ekonomi, sosial-budaya, hankam, dan lain-lain. Kearah
mana negara bangsa dan rakyat indonesia akan bergerak mencapai
cita-cita nasionalnya.
“Kaidah-kaidah konstitusional ini memuat prinsip-prinsip tentang susunan
dan organisasi negara, alat-alat kelengkapan negara, tugas dan wewenang
serta hubungan antar organ negara satu dengan yang lain, hak dan
kewajiban warga negara atau rakyat pada umumnya, serta hubungan antar
pemerintah dan warga negara atau rakyat negara”.

 Perubahan Konstitusi
Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi
yang memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu
konstitusi harus memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum
lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan semangat pelaksanaan penyelenggaraan
negara juga diatur dalam konstitusi sehingga perubahan suatu konstitusi
dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem penyelenggaraan
negara. Menurut C.F Strong ada empat macam prosedur perubahan
kosntitusi, yaitu:
a. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan
legislatif, akan tetap yang dilaksanakan menurut pembatasan-
pembatasan tertentu. Perubahan ini terjadi melalui tiga macam
kemungkinan, yaitu:
 Pertama, untuk mengubah konstitusi, sidang pemegang
kekuasaan legislatif harus dihadiri oleh sekurang-
kurangnya sejumlah anggota tertentu (kuorum) yang
ditentukan secara pasti.
 Kedua, untuk mengubah konstitusi maka lembaga
perwakilan rakyat harus dibubarkan terlebih dahulu dan
kemudian diselenggarakan pemilihan umum. Lembaga
perwakilan rakyat harus diperbaharui inilah yang
kemudian melaksanakan wewenangnya untuk
mengubah konstitusi.

9
 Ketiga, adalah cara yang terjadi dan berlaku dalam
sistem majelis dua kamar. Untuk mengubah konstitusi,
kedua kamar lembaga perwakilan rakyat harus
mengadakan sidang gabungan. Sidang gabungan inilah,
dengan syarat-syarat seperti dalam cara pertama, yang
berwenang mengubah kosntitusi.
b. Perubahan konstitusi yang dilakukan rakyat melalui suatu
referendum. Apabila ada kehendak untuk mengubah kosntitusi
maka lembaga negara yang diberi wewenang untuk itu mengajukan
usul perubahan kepada rakyat melalui suatu referendum atau
plebisit. Usul perubahan konstitusi yang dimaksud disiapkan lebih
dulu oleh badan yang diberi wewenang untuk itu. Dalam
referendum atau plebisit ini rakyat menyampaikan pendapatnya
dengan jalan menerima atau menolak usul perubahan yang telah
disampaikan kepada mereka. Penentuan diterima atau ditolaknya
suatu usul perubahan diatur dalam konstitusi.

c. Perubahan konstitusi yang berlaku pada negara serikat yang


dilakukan oleh sejumlah negara bagian. Perubahan konstitusi pada
negara serikat harus dilakukan dengan persetujuan sebagian
terbesar negara-negara tersebut. Hal ini dilakukan karena konstitusi
dalam negara serikat dianggap sebagai perjanjian antara negara-
negara bagian. Usul perubahan konstitusi mungkin diajukan oleh
negara serikat, dalam hal ini adalah lembaga perwakilannya, akan
tetapi kata akhir berada pada negara-negara bagian. Disamping itu,
usul perubahan dapat pula berasal dari negara-negara bagian.

d. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau


dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya
untuk keperluan perubahan. Cara ini dapat dijalankan baik pada
Negara kesatuan ataupun negara serikat. Apabila ada kehendak
untuk mengubah konstitusi, maka sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, dibentuklah suatu lembaga negara khusus yang tugas serta
wewenangnya hanya mengubah konstitusi. Usul perubahan dapat
berasal dari pemegang kekuasaan perundang-undangan dan dapat
pula berasal dari pemegang kekuasaan perundang-undangan dan
dapat pula berasal dari lembaga negara khusus tersebut. Apabila
lembaga negara khusus dimaksud telah melaksanakan tugas serta
wewenang sampai selesai,dengan sendirinya lembaga itu bubar.

10
2.2 Pengertian landasan hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau
titik tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku
yang patut ditaati. Hukum atau aturan baku diatas tidak selalu dalm bentuk
tertulis. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat
terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam
hal ini kegiatn pendidikan.

2.3 Landasan Hubungan UUD 1945 Dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
 Pancasila sebagai Ideologi Negara
Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa Pancasila
merupakan falsafah bangsa. Ketika bangsa Indonesia nienjadi
menegara, falsafah Pancasila pun ikut masuk dalam negara. Karena
itu, negara mempunyai cita-cita, yaitu kebenaran hakiki yang terdapat
dalam Pancasila. Pancasila sebagai kebenaran yang hakiki dan harus
diperjuangkan oleh negara harus rnenjadi muatan dalam UUD
berdirinya sebuah negara. Cita-cita tersebut tercermin dalam
Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, Pancasila merupakan
ideologi negara.

 UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusi


Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan hari Proklamasi. Kemerdekaan
bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda dan Jepang. Bangsa
Indonesia meraih kemerdekaan itu setelah berjuang selama puluhan
tahun baik melalui perjuangan bersenjata maupun jalur sosial budaya
(pendidikan). Kemerdekaan itu disebut kemerdekaan bangsa
Indonesia, bukan kemerdekaan NKRI karena hal-hal yang tersurat
berikut:
a. Teks Proklamasi berbunyi: "Kami bangsa Indonesia, dengan
ini menyatakan kemerdekaannya. yang berkaitan dengan
pemindahan kekuasaan akan diselenggarakan dalam waktu
yang seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17- 8-1945. Atas nama bangsa Indonesia ttd.
Soekarno-Hatta." Teks tersebut secara tegas tnengatakan
bahwa yang merdeka adalah bangsa Indonesia, bukan negara,
karena syarat negara adalah adanya wilayah, penduduk, dan
pemerintahan. Syarat mengenai wilayah dan penduduk telah
terpenuhi namun pemerintahan belum ada. Hal ini terlihat pada
penandatanganan teks Proklamasi tersebut, di mana tertera

11
"atas nama bangsa Indonesia" bukan kepala pemerintahan-
"Soekarno-Hatta."
b. Mengingat kondisi seperti itu, di mana adanya negara harus
mendapatkan pengakuan, serta mengingat bunyi teks
proldamasi mengenai pemindahan kekuasaan harus dilakukan
dengan segera, bangsa Indonesia lalu membentuk PPKI. PPKI
membentuk KNIP yang bertugas membuat UUD dan
menunjuk Presiden dan Wapres. Akhirnya pada tanggal 18
Agustus 1945, UUD tersebut diterima sebagai UUD Negara
yang selanjutnya dikenal dengan UUD 1945. Soekarno dan
Hatta ditunjuk sebagai Presiden dan Wapres. Pada tanggal 18
Agustus 1945 berdirilah secara resmi sebuah NKRI yang
mendapat pengakuan dari berbagai negara. Karena itu, UUD
1945 menjadi landasan konstitusi NKRI.

 Implementasi Konsepsi UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusi


a. Pancasila: cita-cita dan ideologi negara.
b. Penataan: supra dan infrastruktur politik negara.
c. Ekonomi: peningkatan taraf hidup melalui penguasaan bumi
dan air oleh negara untuk kemakmuran bangsa. Polanya adalah
politik dan strategi ekonomi.
d. Kualitas bangsa: mencerdaskan bangsa agar sejajar dengan
bangsa-bangsa lain. Bentuknya politik dan strategi sosial
budaya.
e. Agar bangsa dan negara ini tetap berdiri dengan kokoh,
diperlukan kekuatan pertahanan dan keamanan melalui pola
politik dan strategi pertahanan dan keamanan.

 Konsepsi Pertama tentang Pancasila sebagai Cita-cita dan Ideologi


Negara. Hal ini dapat kita lihat dalam penjelasan tentang makna
Pembukaan UUD 1945:
a. Alinea pertama mengatakan "bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilann. Alinea ini
menunjukkan bahwa kemerdekaan adalah haksemua bangsa
dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia.
b. Alinea kedua mengatakan ''dan perjuangan pergerakan
kemerdeka-an Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat

12
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur." Alinea
ini menunjukkan bahwa adanya masa depan yang harus diraih.
c. Alinea ketiga berbunyi natas berkat rahmat Allah Yang W aha
Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya." Alinea ini
menunjukkan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara ini
harus mendapatkan ridho Allah Yang Maha Kuasa. Ini
merupakan motivasi spiritual yang harus diraih jika negara dan
bangsa ini ingin tetap berdiri dengan kokoh.
d. Alinea keempat mengatakan nkemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan itu dalam susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia." Alinea ini mempertegas cita-cita yang harus
dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

 Konsepsi UUD 1945 dalam Metvadahi Perbedaan Pendapat dalam


Kemasyarakatan Indonesia.
Negara Kesatuan Republik Indonesia mengakui adanya kemerdekaan,
hak asasi manusia serta musyawarah dan rnufakat. Ini berarti bahwa
paham Negara Kesatuan Republik Indonesia bersifat demokratis.
Karena itu, idealisme Pancasila adalah demokrasi Pancasila yang
meng-akui adanya perbedaan pendapat dalam kelompok bangsa
Indonesia. Dengan adanya pengakuan tersebut, konsepsi kelompok
bangsa itu diwadahi dalam bentuk organisasi kemasyarakatan menurut
profesi dan fungsi, misalnya organisasi Korpri, PGRI, SPSI, HNSI,
HKTI, BKOW, HMI, AMPI, KNPI, dan sebagainya. Semua wadah
organisasi kemasyarakatan ini diatur dalam undang-undang

13
pelaksanaan tentang organisasi kemasyarakatan yang tentunya
berdasarkan falsafah Pancasila.

 Konsepsi UUD 1945 dalam Infrastruktur Potitik


Infrastruktur politik adalah wadah masyarakat yang menggambarkan
bahwa masyarakat ikut menentukan keputusan politik dalarn
mewujudkan cita-cita nasional berdasarkan faisafah bangsa.
Infrastruktur politik yang dimaksud adalah partai-partai yang
menampung aspirasi dari kelompok organisasi kemasyarakatan.
Sistem kepartaian dalam suatu negara tergantung pada paham yang
dianutnya. Secara teoretis, dalam sistem kepartaian dikenal sebutan
monoparty, biparty dan multypany. Sistem monoparty atau satu partai
biasa terdapat pada negara komtunis seperti RRC, Korea Utara, dan
Vietnam. Dalam sistem ini kekuasaan negara yang berdasarkan
rumusan kebijaksanaan politik dari partai tersebut bersifat dogmatis
dan tidak mengenal perbedaan pendapat. Sementara sistem biparty
atau dwipartai terdiri dari partai yang berkuasa dan partai oposisi.
Terdapat sifat saling menjatuhkan untuk memperoleh kekuasaan dalam
sistem yang dianut antara lain oleh Amerika Serikat ini. Pemerintahan
dari kedua sistem partai tersebut umumnya rnenggunakan sistem
presidentil di mana kekuasaan berada di tangan presiden atau ketua
partai. Sedangkan sistem multiparty atau lebih dari dua partai
menggambarkan hak-hak kelompok masyarakat atas keputusan politik
negara. Sistem pemerintahan pada negara yang menganut multipartai
pada umumnya adalah parlementer. Namun negara seperti itu dapat
juga menggunakan sistem campuran, misalnya presidentil dan
parlementer di mana presidennya hanya merupakan lambang
pemersatu, misalnya Indonesia pada zaman Republik Indonesia
Serikat (RIS). Di negara yang menganut sistem monarki danpariemen
pun rajanya hanya merupakan lambang pemersatu, misalnya di
Malaysia, Inggris, Italia, Belanda, Kamboja. Bagaimana konsepsi
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sistem kepartaian ini?
Dasar acuan sistem kepartaian di Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah pasal 28 UUD 1945 yang menetapkan hak warga negara dan
penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
secara lisan maupun tulisan dan sebagainya yang akan diatur dengan
undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia bersifat demokratis. Pernyataan bahwa tata cara
penyampaian pikiran warga negara diatur dengan undang-undang
berarti bahwa bentuk dan pelaksanaanpenyampaian pokok pikiran

14
tidaklah tetap. Karena undang-undang bersifat pelak-sanaan, ia tentu
akan berpihak pada perumus, situasi, serta kondisi yang dihadapi.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Konstitusi adalah suatu ungkapan untuk membentuk,
mendirikan/menetapkan, lebih lanjut dikenal dengan maksud pembentukan,
penyusunan atau menyatakan suatu negara, maka dengan kata lain secara
sederhana, konstitusi dapat diartikan sebagai suatu pernyataan tentang bentuk
dan susunan suatu negara, yang dipersiapkan sebelum maupun sesudah
berdirinya negara yang bersangkutan. Tujuan dibuatnya konstitusi adalah
untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan membatasinya melalui
aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan penguasa
terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk
mewujudkan tujuan Negara. Serta konstitusi memempunyai kedudukan, nilai,
fungsi, serta perubahan .
Landasan Hukum disebut peraturan baku sebagai tempat terpijak atau
titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam suatu
wilayah. Adapun Landasan Hubungan UUD 1945 Dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia termasuk Pancasila sebagai Ideologi Negara, Undang
undang sebagai landasan konstitusi, Implementasi Konsepsi UUD 1945
sebagai Landasan Konstitusi, Konsepsi Pertama tentang Pancasila sebagai
Cita-cita dan Ideologi Negara, Konsepsi UUD 1945 dalam Metvadahi
Perbedaan Pendapat dalam Kemasyarakatan Indonesia, Konsepsi UUD 1945
dalam Infrastruktur Potitik.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

 Himmawan Utomo. 200 7 “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian Pendidikan Kewarganegaran. Yogyakarta: Kanisius.
 Santoson Agus. 2013. PERKEMBANGAN KONSTITUSI DI
INDONESIA. Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam
Samarinda. Samarinda
 Thaib, Dahlan. 2008. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

17

Anda mungkin juga menyukai