Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI . . ii
PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN . 2

C. SASARAN 2
D. RUANG LINGKUP 2

E. BATASAN OPERASIONAL. 3

Il. STANDAR KETENAGAAN 4

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA. 4


B. DISTRIBUSI KETENAGAAN.. 5

C. JADWAL KEGIATAN 6

Ill. STANDAR FASILITAS. 6


A. DENAH RUANGAN 6

B. STANDAR FASILITAS . 6

IV. TATALAKSANA PELAYANAN 9

A. LINGKUP KEGIATAN 9

B. METODE . 9

V. LOGISTIK. 14
VI. KESELAMATAN PASIEN 15

A. PENGERTIAN. 15
B. STANDAR KESELAMATAN PASIEN 16

C. SASARAN KESELAMATAN PASIEN 16

D. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN. 16

E. TATA LAKSANA 16
VII. KESELAMATAN KERJA 17
VIII. PENGENDALIAN MUTU 19

PENUTUP . 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu dari 17 upaya kesehatansebagaimana


dimaksud oleh ketentuan Pasal 48 dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan melalui pendekatan upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh
dan berkesinambungan. Serta diatur dalam Permenkes Nomor 15 tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Ukui adalah "Mewujudkan
masyarakat wialayah kerja puskesmas Ukui yang sehat dan mandiri".
Berdasarkan visi Puskesmas Ukui, maka disusunlah misi Puskesmas Ukui sebagai berikut .
1 . Menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkeadilan
2. Menjamin ketersediaan dan pemerataan dan sumber daya kesehatan yang profesional
3. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga , kelompok dan masyarakat
4. Menggerakkan pembangunan kesehatan di wilayah kerja dengan melibatkan kerjasama lintas
sektor
5. Melaksanakan sistem informasi kesehatan yang cepat tepat dan akurat
6. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dibidang kesehatan
Untuk mendukung visi misi tersebut, di Puskesmas Ukui telah tersedia poli pelayanan kesehatan
tradisional yang bertujuan untuk membantu masyarakat sehat secara mandiri. Oleh karena itu
didalam kesempatan yang baik ini kami mengajak semua pihak yang bekerja di puskesmas untuk
sama-sama membina dan mengembangkan mutu pelayanan kesehatan tradisional dan hendaknya
selalu menaati ketentuan yang telah digariskan dalam buku pedoman ini. Berdasakan hal tersebut
diatas, maka perlu dibuat pedoman yang akan dipakai oleh semua petugas di puskesmas.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum:
Memberikan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat di Puskesmas Ukui.

2. Tujuan Khusus:
Membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional yang bersinergi dengan pelayanan
kesehatan konvensional;
a. Membangun sistem Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer yang bersinergi dan
dapat berintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional di Puskesmas Kampus;
b. Membantu meningkatkan kualitas hidup pasien;
c. Membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit;
d. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam asuhan mandiri dengan memanfaatkan
tanaman obat keluarga dan akupresur

C. SASARAN PEDOMAN
Masyarakat di wilayah kecamatan Ukui
Orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan tradisional

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


1. Ruang lingkup pelayanan kesehatan tradisional, meliputi:
a. Pelayanan kesehatan tradisional di dalam gedung Puskesmas, yaitu tindakan Akupresur

b. sosialisasi Asuhan mandiri kesehatan tradisional pemanfaatan TOGA dan akupresur di


rumah

BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan suatu sistim pengobatan/perawatan yang
berlandaskan filosofi dan konsep dasar manusia seutuhnya, sehingga pasien/klien yang
dipandang secara holistik, kultural akan diperlukan lebih manusiawi. Sejalan dengan
peraturan pemerintah nomor 103 tahun 2014 pasal 70.
BAB Il
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga kesehatan tradisonal yang ada di Puskesmas
Kampus:
Kegiatan Pelayanan Kualifikasi SDM Realisasi
Akupresur Pendidikan minimal Diampu Oleh 1 orang
DIII tenaga medis atau dengan latar belakang
tenaga penyehat pendidikan Dill
tradisional yang Keperawatan yang telah
terlatih dilatih dan 1 orang
penyehat tradisional

Konseling Asman Pendidikan minimal Dltl Diampu Oleh 1 orang


Fisioterapi dengan latar belakang
pendidikan DIII
Fisioterapi

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Keterangan Petugas Profesi
Pembina Kesehatan dr. Dokter
Tradisional Umum
Penanggung Jawab Ns. Marda Wira, S.Kep Perawat
Program dan pelaksana Fery Sumanti D. Amd.Kep Hatra
Petugas Akupresur dan Seto Setiawan Amd. Kep Perawat
fasilitator pemanfaatan Ns. Marda Wira, S.Kep Hatra
TOGA dan akupresur

C. JADWAL KEGIATAN
Poli Yankestrad dibuka satu kali seminggu yaitu setiap hari Kamis, pada jam kerja.
Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya kesehatan dikoordinasikan Oleh Kepala
Puskesmas Ukui
BAB Ill
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

Ruang
Pinpirun

R.mg

Rumg

B. STANDAR FASILITAS
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas
Ukui memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:
Jika
Ada Fungsi
No Sarana ada
Ya Tidak Jumlah Ya tidak
Ruangan Akupresur
N'
1 Alat bantu terapi (alat pijat 1
elektrik
2 Infra Red 1
N'
3 Ranjang terapi 2
N'
4 Meja k 2

5 Minyak terapi 12

Ruang Tunggu dan Ruang Periksa


1 Kursi 1
2 Meja 1
3 Wadah Brosur 2

4 Etalase tanaman Obat

5 Stetoskop 1

6 Tensimeter 1
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan pelayanan fisioterapi di Puskesmas Kampus
memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:
Sarana, Prasarana, dan Peralatan
a. Sarana
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan fisioterapi
seyogyanya menyediakan sarana memadai dan memenuhi aspek kernudahan dan
keselamatan (safety) pengguna/masyarakat agar pelayanan fisioterapi berjalan secara
aman, dan optimal. Lokasi gedung/bangunan tempat penyelenggaraan pelayanan/poli
fisioterapi rawat jalan, terletak dekat dengan loket pendaftaran, memperhatikan
kemudahan akses untuk mencapai lokasi bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap,
dengan petunjuk arah yang mudah terlihat/dipahami. Gedung/ruang pelayanan fisioterapi
rawat jalan harus didesain memenuhi prinsip-prinsip keselamatan dan kemudahan akses
bagi difabel/penyandang disabilitas serta kernudahan akses bagi pasien rawat inap yang
akan dilakukan intervensi di bagian fisioterapi rawat jalan. Sarana penyelenggaraan
pelayanan fisioterapi di Puskesmas dan praktik mandiri disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan dan daya dukung institusi terkait. Penyelenggaraan

pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan kesehatan juga perlu didukung sarana


mebelair sesuai kebutuhan pelayanan serta diupayakan pemeliharaannya secara berkala
untuk memenuhi aspek keselamatan.
c. Prasarana
Penyelenggaraan pelayanan fisioterapi didukung pengelolaan administrasi dengan kelengkapan
prasarana administrasi manual dan elektronik (komputer) dengan jumlah dan kualitas yang
memadai. Tersedia formulir rekam medik fisioterapi yang dibutuhkan, termasuk dan tidak
terbatas pada formulir-formulir uji dan pengukuran. Fasilitas pelayanan kesehatan menyediakan
media informasi yang cukup, baik cetak dan/atau elektronik untuk menunjang kebutuhan
pelayanan fisioterapi maupun sebagai upaya meningkatkan kualitas/kompetensi sumber daya
manusia. Penyelenggaraan pelayanan fisioterapi harus didukung daya listrik yang sesuai
kebutuhan dan peralatan yang dipergunakan, dan harus menggunakan stabilisator untuk
menjamin kestabilan tegangan dan keamanan peralatan elektroterapeutis yang digunakan.
Penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan kesehatan juga perlu didukung
sarana mebelair sesuai kebutuhan pelayanan serta diupayakan pemeliharaannya secara berkala
untuk memenuhi aspek keselamatan.
d. Peralatan
Peralatan Setiap penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau
praktik mandiri harus didukung peralatan yang memenuhi 2 (dua) jenis peralatan yaitu peralatan
pemeriksaan uji/pengukuran, dan jenis peralatan iten.'ensi dalam jumlah yang cukup. Peralatan
intervensi elektroterapeutis dan peralatan Iain yang perlu diuji dan kalibrasi harus dilakukan uji
fungsi dan kalibrasi secara berkala oleh pihak terkait/yang berwenang, serta dibuatkan prosedur
penghapusan (recall) sehingga tidak mengganggu pelayanan. Peralatan yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di Puskesmas paling sedikit terdiri atas:
Stetoskop
Tensimeter Meteran gulung
goniometer Plumb Line
Aat pengukur waktu
Cermin
Infra red radiation
Ultra sound
Bola bobath
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Ruang lingkup pelayanan kesehatan tradisional, meliputi:
a. Pelayanan kesehatan tradisional di dalam gedung Puskesmas (Griya Sehat)
Akupreseur Akupuntur v/ Pijat
Konseling Asman v/ Bekam
2. Ruang lingkup pelayanan fisioterapi, meliputi:
a. Pelayanan fisioterapi di dalam gedung Puskesmas (Griya Sehat)
b. Pelayanan fisioterapi di luar gedung

B. METODE
a. PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
1. Pelayanan Akupresur
• Jelaskan Prosedur Pelayanan
Petugas mecuci tangan

• Petugas menyiapkan alat dan bahan.


• Petugas mempersilahkan pasien untuk berbaring ke tempat terapi
• Petugas melakukan terapi akupresur pada pasien dengan menggunakan minyak terapi dengan cara
membalurkannya dan memijat "titik titik" sesuai dengan keluhan pasien.

• Setelah selesai, pasien dipersilahkan bangun


• Petugas mencuci tangan
• Petugas mempersilahkan pasien untuk menyelesaikan administrasi tindakan pelayanan di kasir.
• Petugas mencatat hasil terapi di rekam medik.

2. Pelayanan Konseling Asman


• Pasien rujukan dari poli Umum/Lansia/KlA/MTBS/Gizi/Gigi atau datang langsung
• Petugas melihat pemeriksaan penunjang dan hasil laboratorium bila ada Petugas memberikan
konseling asuhan mandiri kesehatan tradisional berdasarkan keluhaan Yang ada kepada pasien
meliputi : jenis ramuan yang dapat dikosumsi Oleh pasien, cara mengolah ramuan, dan dosis
yang digunakan serta titik-titik akupresur yang dapat mengurangi keluhan yang ada
• Petugas menyarankan kepada pasien untuk melakukan kunjungan ulang
• Petugas mencatat data pasien dan hasil pelayanan dibuku register kunjungan dan rekam medik

BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanannya dilakukan


oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian diajukan sesuai dengan alur yang
berlaku.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan tradsional direncanakan
dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan
dan metode pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi: Infra Red
Rays, BTL / Ultra Sound, Bobath, Pilates elastic, Gel, Ranjang terapi, Alat bantu terapi/kayu terapi,
Minyak terapi, bahan SPA, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan di luar gedung Puskesmas
membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi : Tensimeter, Timbangan Berat Badan,
Stetoskop, Leaflet, dan lain-lain.
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh penanggungjawab kesehatan tradisional
berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya
Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh penanggungjawab kesehatan tradisional
berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas
untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA — Plan Of Action).

BAB vı
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman. Tahapan — tahapan dalam mengelola keselamatan pasien
antara lain
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi resiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Identifıkasi
resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang
mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang
mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan.

B. Standar Keselamatan Pasien


I . Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien dan tindakan yang
ambil

C. Sasaran Keselamatan Pasien


1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien
yang benar
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh

D. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien


1. . Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan kerja

E. Tata Laksana
1. Anamnesa pasien sebelum melakukan tindakan
2. Pengukuran tekanan darah
3. Mengobservasi keadaan umum pasien
4. Memberikan tindakan terapi sesuai dengan diagnosa dan keluhan pasien
5. Mendomentasikan kejadian tersebut pada formulir "pelaporan insiden keselamatan"

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut Safety
saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman,
kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan kesehatan
akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas terkait.
Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitamya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana kesehatan,
maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas kesehatan merupakan
orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk itu•semua petugas kesehatan
harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja
dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius dengan benar dan
harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.
Dalam mengurangi dan mencegah bahaya yang akan terjadi, setiap pemegang program harus
mengerjakan pekerjaannya dengan hati-hati, mengenali bahan potensial berbahaya dan
penanggungannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja
NO Identifikasi Resiko Keselamatan Upaya Pencegahan
Kerja petugas
1 Petugas meletakan benda/alat Petugas menaruh alat/benda
diatas lemari kerja. Resikonya didalam lemari yang tertutup
benda/alat tersebut berpotensi
jatuh
2 pasca pelayanan ruangan Petugas segera membersihkan
tindakan terasa licin karena ruangan tindakan setelah
bahan (minyak
zaitun, baby Oil, gel ultra sound) melakukan tindakan terapi
terapi.
Resikonya petugas bisa
terpeleset
3 Kegiatan diluar gedung Mematuhi rambu lalu lintas
Petugas menggunakan dan menggunakan alat
kendaraan roda dua menuju perlindungan sesuai dengan
posyandu. Resikonya berupa standar
kecelakaan lalu lintas dalam ( menggunakan helm SNI,
perjalanan jaket, sepatu dan sarung
tangan)
4 Dalam setiap tindakan petugas Petugas mencuci tangan dan
bersentuhan/kontak langsung menggunakan alat pelindung
dengan pasien. Resikonya bisa sebelum melakukan tindakan
tertular penyakit ( celemek, sarung tangan,
masker )

BAB vııı
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan
menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktifitas pengawasan
mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan
dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan dibahas pada
tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
Adapun indikator mutu pelayanan kesehatan tradisional dan fisioterapi ada 2, yakni indikator mutu
klinis dan indikator kinerja. indikator mutu klinis program kestrad dan fisioterapi adalah tercapainya jumlah
pasien yang diberikan konseling di Griya Sehat, sedangkan indikator kinerja program kestrad dan fısioterapi
adalah tercapainya jumlah pengobat tradisional yang dibina di wilayah Puskesmas Kampus.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional ini dibuat untuk memberikan petunjuk
dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas Ukui, penyusunan
pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih memerlukan
inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan,
kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang
optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
tradisional di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan yang telah
ditentukan.

PENCATATAN KUNJUNGAN HARIAN (BUKU REGISTER) Hari/Tanggal/Tahun : .............. No Nama Usia Jenis
Kelamin Pekerjaan Kunjungan Masalah Kesehatan Jenis Terapi Keterangan Lama Baru Ramuan (sebutkan)
Keterampilan (sebutkan) Lain-Lain
N NAM USI J PEKERJAA KUNJUNGA MASALAH JENIS
O A A K N N TERAPI
LAMA BAR KESEHATA RAMUA AKUPRESU
U N N R

Anda mungkin juga menyukai