Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/337069888

PERUBAHAN IKLIM SEBAGAI PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN DAN


MIGRASI : STUDI KASUS KONFLIK DARFUR

Article in DIALEKTIKA Jurnal Ekonomi dan Ilmu Sosial · April 2017


DOI: 10.36636/dialektika.v1i1.24

CITATIONS READS

0 1,389

1 author:

Nur Alfiyah
Universitas Wiraraja Sumenep
25 PUBLICATIONS 21 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nur Alfiyah on 03 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1

Perubahan Iklim Sebagai Penyebab Terjadinya Kekerasan dan Migrasi :


Studi Kasus Konflik Darfur

Nur Inna Alfiyah, S.IP, M.Hub.Int


(fifi.alfiyah@yahoo.com)
Progran Studi Ilmu Administrasi negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Wiraraja
Sumenep, Jalan Raya Pamekasan-Sumenep Km.5 Patean Sumenep, 69451.

ABSTRAK
Migrasi selalu diidentikkan dengan perpindahan penduduk yang selalu identik dengan
tindakan untuk menghindari terjadinya kekerasan ataupun mencari tempat hidup yang lebih
baik. Hal tersebut telah berlangsung dari dulu hingga saat ini, akan tetapi tidak banyak yang
menyadari bahwa migrasi dan kekerasan juga didorong oleh perubahan iklim bukan hanya
peperangan dan bencana alam. Keterkaitan antara climate change dengan munculnya konflik
memang tidak bisa dilihat secara langsung, melainkan perlu ditelusuri akar dari konflik itu
sendiri. Akan tetapi dilihat dari beberapa aksi-aksi kekerasan yang terjadi di beberapa Negara
seperti Negara-negara Afrika, kekerasan yang ada justru dipicu oleh perebutan sumberdaya
alam yang semakin terbatas seperti air. Sehingga dalam artikel ini akan difokuskan mengenai
bagaimana keterkaitan antara masalah perubahan iklim yang mampu mendorong terjadinya
kekerasan serta menyebabkan terjadinya migrasi, dengan mengaitkan dampak geopolitis dan
degradasi lingkungan.

Kata-kata Kunci : Climate Change, Migrasi, Konflik Darfur

Globalisas merupakan sebuah fenomena yang mampu merubah setiap sistem yang ada
dalam kehidupan manusia. Kemudahan yang ada di dalam globalisasi menjadikan
perpindahan informasi, teknologi serta manusia menjadi sangat mudah. Kemudahan-
kemudahan yang ada dalam globalisasi ini lah kemudian menjadikan isu-isu yang pada
awalnya tidak mendapat perhatian masyarakat luas atau dunia kemudian menjadi salah satu
isu yang urgen untuk diselesaikan. Ini juga tidak terlepas dari berkahirnya Perang Dingin
yang kemudian menjadikan keadaan dan keamanan dunia cukup stabil meskipun masih
terjadi konflik di beberapa wilayah atau negara. Kecenderungan stabilnya keamanan dunia
kemudian menjadikan isu yang pada awalnya hanya berkonsentrasi pada cara memenangkan
perang kemudian mulai berpindah pada isu yang low politic seperti isu lingkungan,
kesehatan, sumberdaya alam dan lainnya.
2

Climate Change

Revolusi Industri yang dipelopri Inggris yang terjadi antara tahun 1750-1850
merupakan awal terjadinya perubahan secara besar-besaran baik dalam bidang pertanian,
manufaktur, teknologi dan transportasi yang kemudian memberikan dampak serta efek yang
besar bagi bagi kehidupan sosial,ekonomi masayarakat dunia. Dimana Industri yang awalnya
dijalankan dengan menggunakan tenaga manusia kemudian beralih ke tenaga mesin.
Ditemukannnya mesin sebagai salah satu alternatif baru kemudian menjadikan manusia mulai
mengolah bahan bakar fosil yang ada untuk dijadikan sebagai penggerak dari mesin-mesin
industri tersebut. Awal dari pembakaran fosil inilah kemudian menjadi awal terjadinya
climate change. Perubahan Iklim (climate change) adalah perubahan variabel iklim,
khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka
waktu yang panjang sekitar50 sampai 100 tahun (inter centenial). Perubahan tersebut tidak
lain disebabkan oleh kegiatan manusia (anthropogenic), khususnya yang berkaitan dengan
pemakaian bahan bakar fosil dan alih-guna lahan1. Jadi perubahan yang disebabkan oleh
faktor-faktor alami, seperti tambahan aerosol dari letusan gunung berapi, tidak
diperhitungkan dalam pengertian perubahan iklim. Brubahnya iklim dunia kemudian
memberikan dampak sendiri bagi tiap negara terutama dunia pada umumnya. Dengan adanya
climate change kemudian menjadikan iklim dunia tidak dapat diprediksi, yang kemudian
akan menimbulkan konflik yang berujung pada terancamnya perdamaian dunia.

Keterkaitan antara climate chanage dengan munculnya konflik memang tidak bisa
dilihat secara langsung, melainkan perlu ditelusuri akar dari konflik itu sendiri. Dimana
sebagian konflik yang terjadi selalu melibatkan perebutan sumberdaya yang sedikit yang
telah menipis akibat adanya climate change, serta ketersediaan lahan yang sudah tidak subur
akibat terjadinya degradasi lingkungan. Iklim yang tidak menentu menyebabkan produksi
pertanian disetiap negara mengalami masalah yang berimbas pada terjadinya kelangkaan
pangan. Hal tersebut tentu menjadi masalah besar bagi negara-negara berkembang terutama
negara-negara kecil yang ada di dunia ini. Ketidakpastian akan adanya musim serta
kurangnya sumberdaya alam kemudian memunculkan konflik kekerasan dalam negeri
tersebut.

1
Diakses di http://www.ipcc-indonesia.org/, 2 November 2013
3

Dalam Tinjauan Pertahanan Empat tahunan pada tahun 2010, Pentagon mengatakan
perubahan iklim dapat mempunyai dampak geopolitis signifikan di seluruh dunia,
menyumbangkan kemiskinan, degradasi lingkungan dan lebih lanjut melemahkan
pemerintah-pemerintah yang rapuh. Dalam tinjauan laporan yang dilakukan oleh Pentagon
juga menyebutkan bahwa perubahan iklim saja tidak akan menyebabkan konflik, akan tetapi
perubahan iklim akan mempercepat instabilitas dan konflik yang akan terjadi 2. Sedangkan
menurut Barneet dan Adger, ada empat faktor kunci yang mempengaruhi proses perubahan
iklim yang bisa memperburuk konflik kekerasan antara lain3:

1. Vulnerable livelihoods: Dampak terhadap mata pencaharian akan lebih signifikan bagi
mereka dengan ketergantungan sumber daya tinggi dan dalam sosial dan lingkungan
daerah mereka terpinggirkan.
2. Kemiskinan: Perubahan iklim dapat langsung meningkatkan kemiskinan dengan
merusak akses ke sumber daya alam. Ini secara tidak langsung dapat meningkatkan
kemiskinan melalui efeknya pada sektor sumber daya dan kemampuan pemerintah
untuk menyediakan jaring pengaman sosial.
3. Negara lemah (weak state): Dampak perubahan iklim cenderung meningkatkan biaya
penyediaan infrastruktur dan layanan publik dan dapat menurunkan pendapatan
pemerintah. Perubahan iklim dapat menurunkan kemampuan negara untuk
menciptakan peluang dan memberikan kebebasan bagi warga negara.
4. Migrasi: Orang yang mata pencahariannya dirusak oleh perubahan iklim dapat
bermigrasi, meskipun perubahan iklim tidak mungkin menjadi satu-satunya faktor
pendorong. Migrasi skala besar dapat meningkatkan risiko konflik di masyarakat
setempat.

Barneet juga menjelaskan bahwa masalah lingkungan yang berkaitan dengan


perubahan iklim memilki hubungan erat dengan keamanan suatu negara, termasuk
pertimbangan kemanan nasional negara dimana dengan adanya perubahan iklim akan mampu
memicu konflik kekerasan. Barneet mengatakan bahwa “climate changes is a security issue
for some nation-states, communities and individuals” . Lebih lanjut Barneet menjelaskan
bahwa perubahan iklim juga akan memicu terjadinya migrasi manusia ke negara lain untuk

2
Perubahan Iklim Global Kini Manjadi Masalah Keamanan, Diakses di
http://www.antaranews.com/print/286961/perubahan-iklim-kini-dipandang-sebagai-masalah-keamanan-global,
2 November 2013
3
Barnett, J. and Adger, W. N., 2007, 'Climate Change, Human Security and Violent Conflict', Political
Geography, vol. 26, no. 6, pp. 639-655
4

mencari kehidupan yang lebih baik yang akan mampu menunjang kehidupan dan
penghidupan mereka.4 Seperti dijelaskan diatas meskipun perubahan iklim bukanlah
merupakan salah satu pendorong dari adanya migrasi masyarakat sebuah negara, namun pada
saat ini hal tersebut tentu akan terlihat semakin nyata ketika disetiap negara terutama negara-
negara kecil semakin sulit untuk memnuhi kebutuhan sehari-harinya seperti pangan. Karena
tanaman yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhannya bergantung pada iklim atau
bersifat musiman.

Climate Change menjadi isu yang populer saat ini karena secara tidak langsung
perubahan iklim akan memberikan kontribusi pada terjadinya migrasi besar-besaran akibat
tidak tersedianya sumberdaya pangan dalam sebuah negara. Banyak dari pemerintah,
kelompok masyarakat dan individu ditiap negara didunia ini berusaha untuk mendapatkan
solusi untuk menghentikan perubahan iklim. Upaya negara-negara dunia untuk mencegah dan
mengurangi dampak climate change dilakukan dengan melakukan Konfrensi Tingkat Tinggi.
Akan tetapi adanya KTT perubahan iklim yang dilakukan oleh negara-negara tersebut tidak
menghasilkan perubahan yang maksimal. Ini dikarenakan adanya perbedaan pendapat yang
ada didalam peserta konfrensi sendiri yang masing-masing mengutamakan kepentingan
negaranya daripada kepentingan bersama. Pada tahun 2012 diselenggarakan Conference of
Parties atau Konferensi Iklim di Doha, akan tetapi konfrensi tersbut tidaklah memberikan
hasil yang diharapkan oleh masyarakat. Bahkan konfrensi tersebut cenderung semakin
menyusutkan negara yang bersedia untuk menandatangi Protol Kyoto5. Tidak adanya
kesepakatan yang didapat dari konfrensi tersebut membuat negara-negara maju tetap
melakukan aktivitasnya dengan tetap membangun industri-industri besar. Sedangkan yang
menjadi korban dari keegoisan negara maju tentulah negara-negara kecil, dimana negara-
negara kemiskinan negara kecil tersebut akan semakin diperparah dengan semakin tidak
menentunya iklim untuk melakukan produksi mereka. Tidak menentunya produksi serta
sengketa atau konflik yang terjadi didalam negara tersebut kemudian mendorong masyarakat
melakukan migrasi ke negara lain.

Konflik Darfur

4
Barnett, Jon. 2003. “Security and Climate Change”, Global Enviromental Change 13,
5
‘Harapan Semu’ Konfrensi Iklim Doha Diakses di
http://www.tempo.co/read/news/2012/12/21/206449567/Harapan-Semu-Konferensi-Iklim-Doha, 2 November
2013
5

Mengacu pada empat faktor kunci yang mempengaruhi proses perubahan iklim yang
bisa memperburuk konflik kekerasan seperti yang dikemukakan oleh Barneet dan Adger,
disini penulis akan memberikan case yang mengacu pada empat faktor tersebut. Perubahan
iklim yang terjadi di berbagai kawasan Afrika menyababkan terjadinya kekeringan yang luar
biasa, seperti yang dialami oleh negara Sudan tepatnya didaerah Darfur yang mengalami
kekeringan yang berujung pada terjadinya konflik. Darfur adalah sebuah daerah di Sudan
bagian barat jauh, yang berbatasan dengan Republik Afrika Tengah dan Chad. Darfur
meliputi wilayah yang luasnya lebih dari 2,5 juta km2 dengan jumlahpenduduk sekitar 6 juta
jiwa, terdiri dari 80 suku yang dikelompokkan dalam duakelompok yaitu kelompok Arab dan
kelompok Afrika hitam. Perbedaan dari kedua kelompok tersebut dapat terlihat dari adat
istiadat dan bahasa yang digunakan6. Hubungan antar etnis Afrika dan Arab ini sering diwarnai
konflik, faktor yangmenjadi pemicu konflik adalah masalah kepemilikan tanah dan akses ke
sumber airdari Jabal Marra. Apabila musim kemarau tiba, etnis Arab Darfur mencari air
untuk pakan ternaknya di daerah etnis Afrika Darfur di wilayah barat. Meskipun
demikian,konflik yang ada selalu dapat diselesaikan dengan cara damai yaitu melalui
pertemuan tradisional yang peraturannya dihormati oleh keduanya7.

Akan tetapi siring meningkatnya suhu bumi yang berimbas pada perubahan iklim
menyebabkan kawasan Afrika mengalami kekeringan selama kurang lebih 30 tahun.
Kekeringan yang panjang inilah kemudian mendorong para nomaden pastoralis Baggara
mulai mencari persediaan air ke arah selatan, di daerah tersebut nomaden Baggara
berusaha mendapatkan persediaan airnya, terjadilah “gesekan” dengan penduduk asli
yang mayoritas adalah bangsa Afrika berkulit hitam. Parahnya kekeringan manjadikan
kemiskinan yang ada semakin meningkat, sehingga kemudian perebutan sumberdaya seperti
air dan lahan tidak bisa terelakkan diantara kedua suku tersebut. Penyelesaian konflik secara
tradisional yang biasanya dilakukan oleh kedua suku terebut tidak bisa dilakukan secara
damai yang kemudian muncullah konflik bersenjata.

Konflik bersenjata yang terjadi di Darfur bukan disebabkan oleh permasalahan


agama, tetapi konflik etnis yang disebabkan oleh beberapa faktor pendukung, yang
memberikan stimulus terhadap potensi-potensi konflik yang ada di Darfur. Faktor utama
penyebab pecahnya perang saudara di Darfur menyangkut dengan faktor- faktor survival

6
Ismail Fanri, Konflik darfur, Diakses di http://www.scribd.com/doc/51904307/Konflik-Darfur, 3 November
2013 hal 3
7
Op Chit
6

mengenai bagaimana hidup di Afrika yang sangat konfliktual. Konflik ini disebabkan oleh
permasalahan dasar survival, yaitu kekeringan, overpopulation, dan desertifikasi8.
Masyarakat dunia pada awalnya hanya memandang bahwa konflik yang terjadi Darfur
merupakan konflik etnis biasa, akan tetapi jika di telisik lebih lanjut penyebab konflik
tersebut merupakan konflik perebutan sumberdaya. Berawal dari konflik tradisional
(perebutan lahan), gerakan kriminal kelompok tertentu dan berkembangmenjadi konflik antar
etnik yang kemudian meluas menjadi gerakan politik. Ini diperparah dengan sikap dari
pemerintah Sudan sendiri yang cenderung mendiskriminasikan masyarakat Sudan terutama
yang hidup di Sudan Selatan yang menimbulkan kesenjanagan antara Sudan Utara dan
Selatan. Sehingga kemudian muncullah dua kelompok yang menamakan diri sebagai sebagai
Gerakan Keadilan dan Kesetaraan (Justice and Equality Movement - JEM), serta Gerakan
PembebasanSudan (Sudaneese Liberation Movement/Army– SLM/A) melawan pemerintahSudan.
Konflik bersenjata tersebut meletus pada Februari 2003, dimana kedua kelompok tersebut memulai aksinya
untuk melawan pemerintah Sudan.

Konflik antara pemberontak dan pemerintah tersebut mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang
jtuh dimana kurang lebih sekitar 300.000 jiwa orang meninggal dunia serta 2.500.000 orang mengungsi ke
tempat-tempat pengungsian9. Penduduk yang bermigrasi akibat konflik tersebut kemudian hidup di kamp-
kamp pengungsi, terutama di Chad timur serta Sudan yang berbatasan dengan Darfur. Hampir
setengah penduduk darfur yang terpaksa mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Sudan
dan Chad. Migrasi dari penduduk Darfur sendiri ke negara tetangga yang tergolong miskin
seperti Sudan dan Chad tentu akan menimbulkan masalah sendiri. Sehingga adanya migrasi
tersebut membuat beban pemerintah Chad serta Sudan semakin bertambah, disamping itu
antara pengungsi dan penduduk Chad dan Sudan sendiri harus saling berbagi sumberdaya
seperti air yang sangat langka dengan pengungsi Darfur. Sedangkan menurut Organisasi
Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Danau Chad yang dulu luas kini telah menyusut 90%
selama empat dasawarsa terakhir, mengancam kehidupan hingga 30 juta orang dengan
kelaparan, konflik, dan migrasi10. Jika perubahan iklim terus berlanjut maka danau yang
menjadi tumpuan dari negara Chad dan negara tetangganya lama kelamaan akan mengalami

8
Looking to water to find peace in Darfur". Reuters AlertNet. 2007-07-30,
http://www.alertnet.org/db/blogs/1265/2007/06/30-100806-1.htm
9
Diakses di http://www.antaranews.com/berita/376352/300000-orang-mengungsi-di-darfur-dalam-lima-
bulan, 3 November 2013
10
Ancaman Kemanusian meningkat di Afrika akibat perubahan iklim, Diakses di
http://suprememastertv.com/ina/bbs/board.php?bo_table=sos_ina&wr_id=1705&url=link1_0&goto_url=m, 3
November 2013
7

kekeringan. Dan jika kekeringan tersebut berlangsung maka tidak menutup kemungkinan
akan terjadi konflik penduduk Chad asli dengan para imigran dari Darfur.

Merujuk pada pernyataan Barneet dan Adger, kekeringan yang melanda Benua Afrika
memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat Afrika seperti halnya
yang terjadi di Darfur. Kekeringan tersebut memaksa penduduk lokal seperti Baggara untuk
mendapatkan sumberdaya seperti air yang menjadi kebutuhan utama. Penduduk lokal
Baggara di Darfur terpaksa memindahkan pertenakannya ke arah selatan yang dikuasai oleh
komunitas peternak kulit hitam Afrika, interaksi kedua suku berbeda ini kemudian
memunculkan terjadinya gesekan yang meluas menjadi konflik etnis dan politik. Konflik
yang awalnya bisa diselesaikan dengancara damai kemudian berujung pada terjadinya konflik
senjata, ini membuktikan bahwa penguasaan sumberdaya terutama air serta lahan yang subur
menjadi faktor utama dari pertikaian tersebut. Dimana sebagaian masyarakat Sudan terutama
komunitas peternak kulit hitam Afrika enggan berbagi sumberdayanya dengan suku Baqqara.

Adanya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara menguasai


sumberdaya alam yang ada menjadi salah satu faktor dari terjadinya konflik. Selain itu
kondisi negara Sudan sendiri yang tergolong miskin semakin memperparah keadaan konflik,
dimana tidak adanya kekuatan negara untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan cara
menyediakan fasilitas yang memadai serta usaha untuk menyelesaikan masalah kekeringan
tersebut. Bahkan negara yang semestinya menjadi penengah mengenai penyelesaian konflik
justru terlibat dalam konflik yang terjadi. Konflik Darfur menyebabkan jatuhnya banyak
korban serta mendorong terjadinya imigrasi besar-besaran dari masyarakat Darfur ke negara-
negara tetangga seperti Sudan dan Chad. Disini bisa kita lihat imigrasi yang dilakukan oleh
penduduk Darfur secara tidak langsung berakar dari adanya kekeringan yang diakibatkan
oleh climate change. Kekeringan yang melanda selama berpuluh-puluh tahun menyebabkan
matinya sumber-sumber air serta rusaknya lahan-lahan pertanian yang berdampak pada
matinya produksi pangan. Adanya keinginan untuk survive menjadikan penduduk melakukan
perjalanan untuk mencari sumber-sumber air serta lahan baru yang berujung pada terjadinya
konflik. Konflik yang berkepanjangan serta kurangnya sumber-sumber daya kehidupan akibat
perubahan iklim memaksa penduduk yang ada untuk meninggalakan tempat tinggalnya untuk
mencari perlindungan dan makanan untuk memenuhi kehidupan.
8

Kesimpulan

Masalah perubahan iklim tentu tidak bisa dianggap sepele, karena dampak yang
ditimbulkan dengan tidak menetunya iklim akan menyebabkan berbagai produksi pangan
akan terganggu. Disamping itu tidak menetunya cuaca menyebabkan degradasi lingkungan
serta bencana alam yang tidak dapat di prediksi oleh manusia, tentu ini menjadi masalah yang
sangat mendesak untuk dicari solusinya. Sehingga partisipasi dari semua masyarakat dunia
untuk sadar akan lingkungan tentu akan mampu mengurangi dampak berkelnajutan dari
cimate change tersebut. Karena adanya climate change tidak hanya negara miskin saja yang
akan merasakan dampak dari perubahan iklim, akan tetapi semua negara yang ada didunia
tentu tidak akan lepas dari dampak climate change. Bayang-bayang akan terjadinya
kelangkaan pangan akibat tidak menetunya iklim akan berujung pada terjadinya perlombaan
penguasaan sumberdaya oleh negara-negara yang ada dengan menggunakan cara kekerasan
seperti perang dan lainnya. Konflik Darfur hanyalah sebagian kecil dari contoh konflik
kekerasan yang menyebabkan penduduk melakukan migrasi, dimana akar dari permasalahan
tersebut berawal dari adanya perebutan sumberdaya alam berupa air dan lahan. Kekeringan
yang melanda kawasan Afrika selama kurang lebih tiga puluh tahun menjadikan sumberdaya
seperti air serta lahan mengalami kekeringan dan kematian yang kemudian mendorong
masyarakat yang ada untuk berkonflik. Oleh karena itu untuk mengurangi dampak serta
bahaya dari climate change kita sebagai masayarakat dunia harus sadar akan pentingnya
lingkungan. Karena dengan menjaga lingkungan, kita telah berkontribusi dalam upaya
mengurangi perubahan iklim.

Referensi

• Ancaman Kemanusian meningkat di Afrika akibat perubahan iklim, Diakses di


http://suprememastertv.com/ina/bbs/board.php?bo_table=sos_ina&wr_id=1705&url=l
ink1_0&goto_url=m,
• Barnett, J. and Adger, W. N., 2007, 'Climate Change, Human Security and Violent
Conflict', Political Geography, vol. 26, no. 6, pp. 639-655
• Barnett, Jon. 2003. “Security and Climate Change”, Global Enviromental Change 13,
9

• Diakses di http://www.antaranews.com/berita/376352/300000-orang-mengungsi-di-
darfur-dalam-lima-bulan,\
• Diakses di http://www.ipcc-indonesia.org/,
• Harapan Semu’ Konfrensi Iklim Doha Diakses di
http://www.tempo.co/read/news/2012/12/21/206449567/Harapan-Semu-Konferensi-
Iklim-Doha,
• Ismail Fanri, Konflik darfur, Diakses di
http://www.scribd.com/doc/51904307/Konflik-Darfur,
• Looking to water to find peace in Darfur". Reuters AlertNet. 2007-07-30,
http://www.alertnet.org/db/blogs/1265/2007/06/30-100806-1.html
• Perubahan Iklim Global Kini Manjadi Masalah Kemanan,Diakses di
http://www.antaranews.com/print/286961/perubahan-iklim-kini-dipandang-sebagai-
masalah-keamanan-global, 2November 2013

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai