Anda di halaman 1dari 36

Tugas Mata Kuliah Current issue Stikes Wira Husada Lintas Jalur Kesmas Smt 7

Review Jurnal
Isu Terkini
Epidemiologi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEPATUHAN VAKSIN MENINGITIS
PADA JEMAAH UMRAH DI KKP SEMARANG,
KKP PONTIANAK DAN KKP BENGKULU

MULAI SKIP

OLEH :
DITA AMANDA SAKTI
KMP 2200773

01
Tugas Mata Kuliah Current issue Stikes Wira Husada Lintas Jalur Kesmas Dita Amanda

JURNAL 1 : BEBERAPA FAKTOR YANG JURNAL 2 : ANALISIS FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN PENERIMAAN BERHUBUNGAN DENGAN KETEPATAN
JAMAAH UMRAH TERHADAP VAKSIN WAKTU VAKSINASI MENINGITIS
MENINGITIS DI KANTOR MENINGOKOKUS CALON JAMAAH
KESEHATAN PELABUHAN KELAS II UMROH DI KKP PONTIANAK
SEMARANG

Penulis Penulis
Syara Octaviana Hafshoh, Syamsulhuda Rhezka Imaniar Fitranto (KKP Kelas II
Budi Musthofa, Besar Tirto Husodo Pontianak)
Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Andri Dwi Hernawan, Mardjan (Program
Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Universitas Diponegoro Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pontianak)
Nama Jurnal
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)
Nama Jurnal
Journal Of Health Epidemiology and
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-
Comunicable Diseases JHECDs, 5 (2), 2019 hal.
3346)
69-78
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Penerbit Penerbit
Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Universitas Diponegoro Muhammadiyah Pontianak

02
Tugas Mata Kuliah Current issue Stikes Wira Husada Lintas Jalur Kesmas Dita Amanda

JURNAL 3 : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETEPATAN


WAKTU VAKSINASI MENINGITIS PADA JAMAAH UMRAH (STUDI DI KOTA
BENGKULU)

Penulis
Ernawati (KKP Bengkulu) Ari Udiyono, Martini Martini, Lintang Dian Saraswati
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Nama Jurnal
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas Vol 5 (2). 2020. 119-126

Penerbit
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
PONTIANAK
BENGKULU

SEMARANG

03
Tugas Mata Kuliah Current issue Stikes Wira Husada Lintas Jalur Kesmas Dita Amanda

LATAR
BELAKANG
JURNAL 1 JURNAL 2 JURNAL 3
Indonesia peringkat 2 Infeksi meningitis tahun insidens MM tertinggi
terbanyak jumlah 1987 pada 99 jemaah terjadi di daerah Sub Sahara
jemaah umrah dunia Indonesia. Tahun 2000 Afrika (Meningitis Belt).
Nota diplomatik KSA pandemi global dimana Epidemi terjadi selama
pendatang wajib vaksin 14 terinfeksi, 6 meninggal musim panas dengan
MM dibuktikan dengan asal Indonesia insidens tahunan sebanyak
ICV Vaksin yang tidak tepat 1.000-1.200 kasus, dan
PMK 12/2017 : vaksin waktu potensi tertular berkaitan dengan kunjungan
MM paling lambat 14 MM, efektifitas
KEMAMPUAN vaksin
BERADAPTASI haji atau umrah tahunan
hari sebelum DENGAN
hanya PERUBAHAN
65%-83,7%CEPAT Data SIMKESPEL KKP
keberangkatan guna Belum ada penelitian Bengkulu tahun 2018, 924
Bisnis yang mengadopsi transformasi
membentuk antibodi, efektifitas
digital pemberian
lebih mampu beradaptasi orang(26,69%) jamaah
faktanya banyak yang profilaksis
dengan perubahan pasar dan melakukan vaksinasi kurang
terlambat vaksin. teknologi yang cepat
CFR MM >50% dari 30 hari
Selama maret-juni 2018 Penyedia jasa travel
--> 176 jemaah seharusnya memberikan
terlambat vaksin informasi pentingnya
vaksin MM tepat waktu 04
Tugas Mata Kuliah Current issue Stikes Wira Husada Lintas Jalur Kesmas Dita Amanda

HASIL TEMUAN
JURNAL 1
Dari 100 responden 77% jemaah umrah tepat waktu dalam vaksin meningitis. Alasan dominan
adalah mengikuti saran biro perjalanan (54,5%)
23% jamaah terlambat dalam vaksin meningitis, alasan informasi tidak jelas 30,4%, mendadak
saat mendaftar umrah 26,1%, lupa jadwal vaksin dan tidak punya waktu 17,4%, tidak tahu
kewajiban vaksin sebelum umrah 8,7%

Berdasarkan pendekatan teori Health Believe Model (HBM) : 69% responden memiliki persepsi
kerentanan yang baik, 52% memiliki persepsi keparahan yang baik, 60% memiliki persepsi
manfaat yang baik, 83% memiliki persepsi hambatan yang rendah, 65% memiliki dukungan
keluarga yang baik, 56% memiliki dukungan lingkungan yang baik.

Hasil uji chi-square variabel yang berhubungan : pengetahuan (p=0.04), persepsi kerentanan
(0.025), persepsi manfaat (0.01), dukungan lingkungan (p=0.035)

05
Tugas Mata Kuliah Current issue Stikes Wira Husada Lintas Jalur Kesmas Dita Amanda

HASIL TEMUAN
JURNAL 2
Responden adalah jemaah yang vaksin MM kurang dari 30 hari sejumlah 84 orang dengan 51%
berjenis kelamin perempuan, rentang usa terbanyak 25-44 tahun, lulusan terbanyak perguruan
tinggi 46%, pekerjaan terbanyak sebagai wiraswasta 37%, asal daerah terbanyak dari Kota
Pontianak (51%).

Hasil uji statistik, faktor yang memiliki hubungan dengan ketepatan waktu vaksin MM adalah
tingkat pengetahuan (p=0,028), sikap (p=0,002) dan keterpaparan informasi (p=0,043).
Sedangkan konfidisi kesehatan (p=0,427) dan dukungantravel 0,283) tidak memiliki hubungan
bermakna dengan ketepatan waktu vaksin MM

06
Tugas Mata Kuliah Current issue Stikes Wira Husada Lintas Jalur Kesmas Dita Amanda

HASIL TEMUAN
JURNAL 3
Responden sejumlah 122 orang dengan karakteristik usia terbanyak 30-60 tahun (71%), jenis
kelamin perempuan (59,8%), pendidikan tinggi (49,2%), mayoritas bekerja (67,2%), vaksinasi
yidak tepat waktu (54,1%).

Responden yang memiliki pengetahuan tentang penyakit MM cukup 50,8%, pengetahuan


tentang vaksin MM (53,3%), tingkat pengetahuan tentang waktuvaksin yang kurang 70,5%,
dukungan keluarga yang cukup 54,9%, memiliki akses ke faskes 90,2%, waktu tempuh yang
dekat 60,7%, ersepsi peran PPIU yang baik 67,2%

Tidak terdapat hubungan siknifikan antara umur (p=0,328), jenis kelamin (p=0,998), tingkat
pendidikan (p=0,868) dan jenis pekerjaan (p=1,000) dengan ketepatan waktu vaksinasi.
Terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan tentang waktu vaksinasi (p=0,000),
tidak terdapat hubungan signifikan pengetahuan tentang penyakit meningitis (p=0,477) dan
tingkat pengetahuan tentang vaksinasi meningitis (p=0,903) dengan ketepatan waktu vaksinasi
meningitis pada jamaah umrah.

07
Tugas Mata Kuliah Current issue Stikes Wira Husada Lintas Jalur Kesmas Dita Amanda

PEMBAHASAN

PENGETAHUAN

PERSEPSI KERENTANAN
KETERPAPARAN INFORMASI
Kepatuhan
vaksin MM
jemaah
SIKAP PERSEPSI MANFAAT
umrah

DUKUNGAN LINGKUNGAN

JURNAL 1,2,3 Dari ketiga analisis statistik pada ketiga jurnal, terdapat
kesamaan yaitu 1 variabel yang mempunyai hubungan
JURNAL 1
signifikan dengan kepatuhan vaksin MM jemaah umrah yaitu
JURNAL 2 pengetahuan. Pengetahuan secara umum tentang vaksinasi
meningitis meliputi : manfaat, waktu pelaksanaan, akibat dari
terlambat vaksin MM.

08
Tugas Mata Kuliah Current issue Stikes Wira Husada Lintas Jalur Kesmas Dita Amanda

PENGETAHUAN JEMAAH
TENTANG VAKSIN MM
Pengetahuan merupakan salah satu domain terpenting dalam
terbentuknya perilaku. Pengetahuan bisa didapatkan baik secara formal
melalui jenjang pendidikan maupun secara informal melalui internet,
media massa, konsultasi dengan tenaga kesehatan serta pengalaman
orang lain.
Pengetahuan berpengaruh signifikan pada keinginan untuk melakukan
vaksinasi MM. Sebaliknya bahwa kurangnya pengetahuan serta
pemahaman jemaah terkait manfaat dan risiko dari vaksin menjadi salah
satu alasan penolakan atau keterlambatan dalam vaksin MM.
Dari ketiga jurnal tersebut, pemberian KIE untuk meningkatkan
pengetahuan jemaah merupakan hal penting untuk meningkatkan
cakupan vaksin MM pada traveler khususnya jemaah umrah baik di
wilayah KKP Semarang, KKP Pontianak dan KKP Bengkulu. Edukasi
efektif dapat melalui sosial media, sosialisasi pada biro travel umrah
maupun media strategis lainnya.
09
Tugas Mata Kuliah Current issue Stikes Wira Husada Lintas Jalur Kesmas Dita Amanda

Terima Kasih

10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERIMAAN


JAMAAH UMRAH TERHADAP VAKSIN MENINGITIS DI KANTOR
KESEHATAN PELABUHAN KELAS II SEMARANG

Syara Octaviana Hafshoh, Syamsulhuda Budi Musthofa, Besar Tirto Husodo


Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: syara.hafshoh@gmail.com

Abstract : Meningococcal vaccine is a vaccine that must be given to everyone who


will to Saudi Arabia. This vaccine began to be required in 2006 because of an
outbreak of meningococcal disease in Saudi Arabia from the span of 1987-2003 and
the disease infected hajj pilgrims. 44 out of 747 umrah pilgrims are late to get
vaccine eventhough this vaccine must be given no later than 14 days before the
departure of hajj or umrah. Because this vaccine will work 14 days after the pilgrims
got vaccinated. This study aims to analyze the factors associated with the
acceptance of umrah pilgrims to meningitis vaccine. This research is a mix methods
study with descriptive-analytics method and uses accidental sampling technique.
The data is collected using questionnaire with interview method.The results shows
that 23% of the umrah pilgrims were late of getting meningococcal vaccine. The chi-
square test shows that the knowledge about meningococcal vaccine (p=0.04,
perceived susceptibility (p=0.025), perceived benefit (p=0.01) and environmental
support (p=0.035) are significantly associated with the acceptance of meningococcal
vaccine. While gender (p=0.827), age (p=0.188), education (p=0.827), perceived
severity (p=0.797), perceived barrier (p=0.101), and family support (p=0.440) are not
significantly associated with the acceptance of meningococcal vaccine.

Keywords: meningococcal vaccine, umrah pilgrims, perception


PENDAHULUAN akut yang disebabkan oleh bakteri
Haji dan umrah merupakan Neisseria meningitides, penyakit ini
kegiatan ibadah yang dilakukan oleh dapat menyebabkan kerusakan pada
seluruh umat islam di dunia termasuk otak dengan case fatality sebesar
di Indonesia. sebanyak 875.958 50% apabila tidak ditangani dengan
masyarakat Indonesia melakukan cepat. Di benua Afrika dalam waktu
ibadah umrah pada tahun 2017, dan rentang 15 tahun dari tahun 1996-
membuat Indonesia menduduki 2010 terdapat 800.000 kasus yang
peringkat ke 2 dalam daftar jamaah dilaporkan dan menyebabkan 10%
umrah paling banyak di dunia. kematian serta gejala neurologis
Berkumpulnya berbagai orang dari lainnya sebesar 10%-20%.2
seluruh dunia pada kegiatan umrah Terdapat 12 serogrup
meningkatkan resiko penyakit, slah Neisseria meningitides dan 6
satunya meningitis meningokokus. 1 diantaranya yaitu serogrup A,B,C,
Meningitis meningokokus W135, X dan Y dapat menyebabkan
merupakan infeksi radang selaput wabah besar. 3 4
otak dan sumsum tulang belakang

527
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pada tahun 1987 terjadi wabah METODE PENELITIAN


meningitis meningokokus di Arab Penelitian ini merupakan
Saudi dan ditemukan kejadian penelitian deskriptif analitik dengan
meningitis meningokokus pertama kali pendekatan kuantitatif dan dilakukan
pada jamaah haji dari Indonesia dan pendekatan kualitatif untuk hal-hal
menyebabkan 99 orang terinfeksi. tertentu, dengan rancangan penelitian
Dan pada tahun 2000 terjadi wabah cross sectional.
meningitis meningokokus di beberapa Data dikumpulkan melalui
negara termasuk di Indonesia, dan di wawancara dengan kuisioner dan
Indonesia dilaporkan terdapat 14 wanwancara mendalam. Sampel
kasus 6 diantaranya meninggal dunia. penelitian berjumlah 100 orang dan 2
5
informan untuk memperdalam hasil
Karena alasan tersebut kuantitatif. Analisis data menggunakan
akhirnya kedutaan besar Arab Saudi analisis univariat dan bivariat dengan
mengeluarkan nota diplomatik dengan menggunakan chi-square.
no 211/94/71/577 pada 1 juni 2006 Penelitian ini menggunakan
yang menyatakan bahwa setiap teori Health Belief Model dengan
pendatang yang akan masuk ke Arab variabel yang diteliti antara lain
Saudi harus mendapatkan vaksin variabel penerimaan vaksin
meningitis dan dibuktikan dengan meningitis, karakteristik responden
International Certificate of Vaccination (jenis kelamin, umur, dan tingkat
atau ICV. 6 pendidikan), pengetahuan, persepsi
Berdasarkan Peraturan kerentanan, persepsi keparahan,
Menteri Kesehatan No 12 Tahun 2017 persepsi manfaat, persepsi hambatan,
vaksin meningitis harus diberikan dukungan keluarga dan dukungan
paling lambat 14 hari sebelum jamaah lingkungan.
melakukan haji maupun umrah. 7
tetapi pada faktanya masih terdapat HASIL PENELITIAN
jamaah umrah yang telat Hasil penelitian menunjukkan
mendapatkan vaksin meningitis. 77% jamaah umrah tepat waktu dalam
Sebanyak 176 jamaah umrah telat penerimaan vaksin meningitis, dengan
mendapatkan vaksin dalam rentang alasan dominan yang
waktu maret 2018 – juni 2018. melatarbelakanginya adalah mengikuti
Padahal vaksin meningitis baru akan saran biro perjalanan (54.5%).
membentuk antiboi dengan sempurna Sedangkan 23% jamaah umrah telat
setelah 14 hari vaksin tersebut mendapatkan vaksin meningitis.
diberikan. Jamaah umrah yang telat
Berdasarkan masalah diatas mendapatkan vaksin sebesar 30.4%
maka peneliti tertarik untuk meneliti beralasan informasi yang didapatkan
Beberapa faktor yang berhubungan tidak jelas, 26.1% beralasan karena
dengan penerimaan jamaah umrah mendadak saat mendaftar umrah,
terhadap vaksin meningitis di Kantor masing-masing sebesar 17.4%
Kesehatan Pelabuhan Kelas II mempunyai alasan lupa jadwal untuk
Semarang. mendapatkan vaksin serta tidak punya
waktu, dan 8.7% beralasan bahwa

528
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

mereka tidak tahu harus mendapatkan ketidaktahuan jamaah umrah,


vaksin sebelum berangkat umrah. kesibukan, serta mendadak saat
Berdasarkan hasil wawancara mendaftar.
mendalam informan menyatakan Distribusi frekuensi variabel dalam
bahwa jamaah umrah yang telat penelitian ini dapat dilihat pada tabel
mendapatkan vaksin biasanya karena berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Bebas


Variabel Bebas Jumlah
N %
Umur
Dewasa awal (≤ 39 tahun) 49 49
Dewasa akhir (>39 tahun) 51 51
Jenis Kelamin
perempuan 52 52
Laki-laki 48 48
Pendidikan
Tinggi 52 52
Dasar-menengah 48 48
Pengetahuan
Baik 53 53
Kurang Baik 47 47
Persepsi kerentanan
Baik 69 69
Kurang Baik 31 31
Persepsi keparahan
Baik 52 52
Kurang Baik 48 48
Persepsi Manfaat
Baik 60 60
Kurang Baik 40 40
Persepsi Hambatan
Rendah 83 83
Tinggi 17 17
Dukungan Keluarga
Baik 65 65
Kurang Baik 35 35
Dukungan Lingkungan
Baik 57 57
Kurang Baik 43 43

Tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik, 69%


51% responden berusia dewasa akhir, responden memiliki persepsi
52% berjenis kelamin perempuan, kerentanan yang baik, 52% memiliki
52% memiliki tingkat pendidikan persepsi keparahan yang baik, 60%
tinggi, 53% responden memiliki responden memiliki persepsi manfaat

529
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang baik, 83% responden memiliki keluarga yang baik, dan 57%
persepsi hambatan yang rendah, 65% responden memiliki dukungan
responden memiliki dukungan lingkungan yang baik.
Tabel 2. Analisis bivariat
Variabel Penerimaan Vaksin Meningitis
Patuh Tidak Patuh P value
f % f %
Umur Responden
Dewasa Awal (≤39) 41 83.7 8 16.3 0.188
Dewasa Akhir (>39) 36 70.6 15 29.4
Jenis Kelamin
Perempuan 41 78.8 11 21.2 0.827
Laki-laki 36 75 12 25
Tingkat Pendidikan
Das-Men 36 75 12 25 0.827
Tinggi 41 78.8 11 21.2
Pengetahuan
Baik 36 67.9 17 32.1 0.04
Kurang Baik 41 87.2 6 12.8
Persepsi Kerentanan
Baik 58 84.1 11 15.9 0.025
Kurang Baik 19 61.3 12 38.7
Persepsi Keparahan
Baik 39 75 13 25 0.797
Kurang Baik 38 79.2 10 20.8
Persepsi Manfaat
Baik 52 86.7 8 13.3 0.01
Kurang Baik 25 62.5 15 37.5
Persepsi Hambatan
Rendah 67 80.7 16 41.2 0.101
Tinggi 10 58.8 7 19.3
Dukungan Keluarga
Baik 48 73.8 17 26.2 0.440
Kurang Baik 29 82.9 6 17.1
Dukungan Lingkungan
Baik 39 68.4 18 31.6 0.035
Kurang Baik 38 88.4 5 11.6

Tabel 3 menunjukkan hasil uji chi- PEMBAHASAN


square antara variabel bebas dengan 1. Umur
variabel terikat, variabel yang 51% responden ada pada
berhubungan antara lain pengetahuan kategori umur dewasa akhir (>39
(p=0.04), persepsi kerentanan (0.025), tahun). Dan hasil menunjukkan
persepsi manfaat (0.01), dan bahwa responden dengan kategori
dukungan lingkungan (p=0.035). dewasa akhir lebih tidak tepat
waktu (29.4%) dalam hal

530
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

mendapatkan vaksin meningitis. ketepatan jadwal mengikuti


Hasil uji chi-square (p=0.188) yang imunisasi. 10
berarti tidak ada hubungan antara 4. Pengetahuan
umur dengan penerimaan vaksin Hasil uji bivariat dengan
meningitis meningokokus. menggunakan chi-square
Hal ini sejalan dengan menghasilkan p=0.04, yang berarti
penelitian Nugroho (2012), yang ada hubungan yang signifikan
menyatakan bahwa tidak ada antara pengetahuan dengan
hubungan antara usia ibu dengan penerimaan vaksin meningitis.
status imunisasi dasar bayi. 8 Responden yang telat
2. Jenis Kelamin mendapatkan vaksin (32.1%)
Hasil uji bivariat dengan berpengetahuan baik dan (12.8%)
menggunakan chi-square berpengetahuan kurang baik.
menghasilkan p=0.827 yang berarti Sejalan dengan penelitian
tidak ada hubungan yang signifikan Senewe yang menyatakan bahwa
antara jenis kelamin dengan ada hubungan antara pengetahuan
penerimaan vaksin meningitis. ibu dengan tingkat kepatuhan
Responden perempuan lebih tepat imunisasi dasar yang baik. 11
waktu (78.8%) dibanding responden 5. Persepsi Kerentanan
laki-laki (75%). Walaupun begitu Hasil uji bivariat dengan
persentase responden perempuan menggunakan chi-square
dan laki-laki lebih banyak yang menghasilkan p=0.025 yang berarti
mendapatkan vaksin meningitis tepat ada hubungan yang signifikan antar
waktu dibanding yang tidak persepsi kerentanan dengan
Sejalan dengan penelitian apriluana penerimaan vaksin meningitis.
(2016) yang menyatakan bahwa baik Responden yang tidak tepat waktu
responden perempuan maupun laki- cenderung memiliki persepsi
laki sama-sama patuh dalam kerentanan yang kurang baik
penggunaan APD. 9 (38.7%) dibanding yang baik
3. Tingkat Pendidikan (15.9%).
Hasil uji bivariat dengan Sejalan dengan penelitian
menggunakan chi-square Santhi (2012) yang menyatakan
menghasilkan p=0.827 yang berarti bahwa ada keterkaitan antara
tidak ada hubungan yang signifikan persepsi kerentanan dengan
antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan minum obat filariasis. 12
penerimaan vaksin meningitis. 6. Persepsi Keparahan
Responden dengan kategori Hasil uji bivariat dengan
pendidikan dasar menengah lebih menggunakan chi-square
banyak yang tidak patuh (25%) menghasilkan p=0.797 yang berarti
dibanding dengan responden tidak ada hubungan antara
dengan pendidikan tinggi (21.2%) persepsi keparahan dengan
Sejalan dengan penelitian penerimaan vaksin meningitis.
Destyanta (2015), yang Responden yang
menyatakan bahwa tidak ada mendapatkan vaksin meningitis
hubungan yang signifikan antara tidak tepat waktu cenderung
tingkat pendidikan dengan

531
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

memiliki persepsi keparahan yang perilaku pencegahan ISPA


baik 25%. Pneumonia. 15
Hal ini sesuai dengan 9. Dukungan Keluarga
penelitian Trisnawan (2015) yang Hasil uji bivariat dengan
menyatakan bahwa tidak ada menggunakan chi-square
hubungan antara persepsi menghasilkan p=0.440 yang berarti
keseriusan dengan perilaku tidak ada hubungan yang signifikan
pencarian pengobatan pada antara dukungan keluarga dengan
mahasiswa. 13 penerimaan vaksin meningitis.
7. Persepsi Manfaat Responden yang
Hasil uji bivariat dengan mendapatkan vaksin meningitis
menggunakan chi-square tidak tepat waktu sudah memiliki
menghasilkan p=0.01 yang berarti dukungan keluarga yang baik
ada hubungan antara persepsi (26.2%).
manfaat dengan penerimaan vaksin Hal ini sesuai dengan
meningitis. penelitian Ilham (2017) yang
Responden yang menyatakan bahwa tidak ada
mendapatkan vaksin meningitis hubungan antara dukungan
tidak tepat waktu cenderung keluarga dengan kepatuhan ibu
memiliki persepsi manfaat kurang dalam melaksanakan imunisasi
baik (37.5%) dibanding dengan dasar lengkap. 16
yang baik (13.3%) 10. Dukungan Lingkungan
Hal ini sesuai dengan Hasil uji bivariat dengan
penelitian Rahmawati (2016) yang menggunakan chi-square
menyatakan bahwa ada hubungan menghasilkan p=0.035 yang berarti
antara persepsi manfaat dengan ada hubungan antara dukungan
kepatuhan ibu dalam pemberian lingkungan dengan penerimaan
imunisasi dasar. 14 vaksin meningitis.
8. Persepsi Hambatan Responden yang
Hasil uji bivariat dengan mendapatkan vaksin meningitis
menggunakan chi-square tidak tepat waktu sudah memiliki
menghasilkan p=0.101 yang berarti dukungan lingkungan yang baik
tidak ada hubungan antara (31.6%)
hambatan dnegan penerimaan Hal ini sesuai dengan
vaksin meningitis. penelitian muliani yang menyatakan
Responden yang bahwa penyuluhan imunisasi, sikap
mendapatkan vaksin meningitis petugas pelayanan kesehatan
tidak tepat waktu sudah memiliki berhubungan dengan pemberian
persepsi hambatan yang tinggi imunisasi HB0. 17
(41.2%) dibanding yang rendah
(19.3%). SARAN
Hal ini sesuai dengan 1. Bagi kantor kesehatan pelabuhan
penelitian Haryati (2017) yang Bekerjasama dengan stakeholder
menyatakan bahwa tidak hubungan terkait mengenai batas waktu
antara persepsi hambatan dengan pendaftaran umrah, menciptakan
koordinasi yang lebih baik dengan

532
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

biro perjalanan dalam hal 6. Kementrian Kesehatan RI.


sosialisasi serta penyuluhan Prosedur Tetap Umrah
tentang vaksin meningitis.
2. Bagi biro perjalanan 7. Menteri Kesehatan RI.
Biro perjalanan diharapkan dapat PERMENKES No 12 Tahun
memberikan informasi lebih 2017
lengkap lagi kepada jamaah umrah
tidak hanya sebatas memberi tahu 8. Nugroho PJ. Hubungan Tingkat
jamaah umrah bahwa mereka wajib Pengetahuan, Usia dan
vaksin meningitis. Pekerjaan Ibu dengan Status
Imunisasi Dasar Bayi di Desa
DAFTAR PUSTAKA Japanan Kecamatan Cawas
1. Tempo. Jemaah Umrah Kabupaten Klaten Tahun 2012.
Ramadhan 2017 Naik 2012.
Indonesia Terbanyak Kedua.
2017 9. Apriluana G. Hubungan Antara
(https://dunia.tempo.co/read/88 Usia, Jenis Kelamin, Lama
7362/jemaah-umrah-ramadan- Kerja, Pengetahuan, Sikap dan
2017-naik-indonesia-terbanyak- Ketersediaan Alat Pelindung
kedua diakses pada 13 April Diri (APD) dengan Perilaku
2018 Penggunaan APD Pada Tenaga
Kesehatan. Jurnal Publikasi
2. WHO. Meningococcal Kesehatan Masyarakat
Meningitis. 2011 Indonesia. 2016.
(http://www.who.int/immunizatio
n/topics/meningitis/en/, diakses 10. Destyanta AP. Hubungan
pada 2 Agustus 2017) Tingkat Pendidikan, Pekerjaan,
dan Pengetahuan Ibu dengan
3. Prijanto M, dkk. Carrier Ketepatan Jadwal Mengikuti
Meningitis Meningokok Pada Imunisasi Campak di Wilayah
Jamaah Haji Dari Embarkasi Kerja Puskesmas Weru
Jakarta Tahun 1994. Buletin Sukoharjo. 2015
Penelitian Kesehatan. 1996
11. Senewe MS. Analisis Faktor –
4. Prijanto M. Sensitivitas Kuman Faktor yang Berhubungan
Neisseria Meningitidis yang dengan Kepatuhan Ibu dalam
Diisolasi dari Jamaah Haji Pemberian Imunisasi Dasar di
Indonesia Terhadap Beberapa Puskesmas Tongkaina
Antibiotik. Buletin Penelitian Kecamatan Bunaken Kota
Kesehatan. 2000 Madya Manado.

5. Handayani S. Karier Meningitis 12. Rahmawati AP. Faktor – Faktor


Meningokok Pada Jamaah Haji yang Berhubungan Dengan
Indonesia Tahun 1993 – 2003. Perilaku Pencegahan
Litbang Kesehatan. 2004 Penularan HIV/AIDS pada

533
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Mahasiswa Gay di Kota


Semarang. 2016.

13. Trisnawan PD. Determinan


Pencarian Pengobatan pada
Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan Tahun 2013. 2015.

14. Sukarno, R. Faktor – Faktor


yang Mempengaruhi Ibu dalam
Pemberian Imunisasi Dasar
pada Balita di Dukuh
Pilangbangau Desa Sepat
Masaran Sragen. 2016

15. Haryati A.D. Hubungan


Persepsi Ibu dengan Perilaku
Pencegahan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA)
Pneumonia pada Balita di
Puskesmas Kenten Kota
Palembang Tahun 2017.

16. Ilham. Hubungan Dukungan


Keluarga dengan Kepatuhan
Ibu Melaksanakan Imunisasi
Dasar Lengkap pada Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas
Pemangkat Kabupaten
Sambas. 2017.

17. Muliani. Hubungan Pelayanan


Imunisasi dengan Pemberian
Imunisasi HB0 di Wilayah
Puskesmas Ponre Kabupaten
Bulukumba.

534
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas
5 (2), 2020, 119-126

JEKK
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketepatan Waktu Vaksinasi
Meningitis pada Jamaah Umrah (Studi di Kota Bengkulu)
Ernawati*, Ari Udiyono**, Martini Martini***, Lintang Dian Saraswati****
*
Kantor Kesehatan Pelabuhan Bengkulu,**Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Background: Meningococcal meningitis is a disease with high morbidity and mortality which, if
left untreated, 100% will end in death. Meningitis vaccination is a way to prevent transmission of
meningitis in high-risk groups such as Umrah pilgrims. As many as 26.69% of Umrah pilgrims in
Bengkulu were late in conducting the meningitis vaccination.
Methods: Used is analytic observational research with cross sectional approach. The research
sample of 122 people with purposive sampling. Data processing was performed by chi square test
by looking at the value of continuity correction and pearson chi-square with α=0.05.
Result: There is a significant relationship between the level of knowledge about the time of
meningitis vaccination, (p=0,000) and the perseption of role of umrah travel agency (p=0,023)
with the timeliness of vaccination. There was no relationship between age (p= 0,328), sex
(p=0,998), level of education (p=0,868), type of work (p=1,000), level of knowledge about
meningitis (p=0,477), level of knowledge about vaccination meningitis (p=0,903), family support
(p=0,083) and distance access to health services (p=0,996) with timely meningitis vaccination in
Umrah pilgrims.
Conclusion : Knowledge about the timing of vaccination and the perseption of role of umrah
travel agency are the main determining factors of the accuracy of meningitis vaccination in Umrah
pilgrims.

Keywords: Meningitis vaccination; umrah pilgrims; timeliness vaccination.

*Penulis korespondensi, ernawatiheriansyah@gmail.com


Ernawati., et al., JEKK. 5 (2) 2020 120

Pendahuluan Metode

Meningitis meningokokus merupakan Penelitian ini merupakan penelitian


penyakit dengan morbiditas dan mortalitas observasional analitik dengan pendekatan
tinggi. Meningitis meningokokus merupakan desain Cross Sectional. Teknik pengambilan
salah satu kasus gawat darurat yang ditandai sampel dengan Purposive sampling dengan
dengan proses inflamasi pada lapisan meningen jumlah sampel sebesar 122 responden yang
sebagai reaksi infeksi bakteri. Bila tidak telah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi yang
ditangani, 100% akan berakhir dengan telah ditetapkan. Instrumen yang digunakan
kematian; meskipun telah diterapi dengan adalah kuisioner. Analisis data univariat
antibiotik dan penanganan intensif, 5-10% dengan tabel distribusi frekuensi pada masing-
kasus dapat berakhir dengan kematian. N. masing variabel dan analisa data bivariat untuk
meningiditis merupakan penyebab utama menganalisis hubungan antara variabel bebas
meningitis di negara berkembang, diperkirakan dengan variabel terikat menggunakan uji chi
terdapat 500.000 kasus setiap tahunnya, 50.000 square dengan melihat nilai signifikansi pada
diantaranya menyebabkan kematian; insidens kolom continuity correction dan pearson chi-
tertinggi terjadi di daerah Sub Sahara Afrika square dengan α=0,05.
yang disebut sebagai sabuk meningitis.
Epidemi terjadi selama musim panas dengan
insidens tahunan sebanyak 1.000-1.200 kasus, Hasil
dan berkaitan dengan kunjungan haji atau
umrah tahunan.1 Analisis univariat
Pemberian imunisasi meningitis pada Responden sebagian besar berada pada
jamaah haji dan umrah merupakan metode kelompok usia 30-60 tahun sebanyak (71,3%),
yang efektif dalam mengurangi angka jenis kelamin sebagian besar responden adalah
kesakitan serta kematian akibat penyakit perempuan (59,8%), berpendidikan terakhir
meningitis. 2,3 untuk membentuk kekebalan mayoritas pendidikan tinggi (49,2%),
yang optimal,4 vaksinas meningitis sebaiknya mayoritas responden bekerja (67,2%),
diberikan minimal 30 (tiga puluh) hari sebelum melakukan vaksinasi tidak tepat waktu
keberangkatan.5 Dari data SIMKESPEL KKP (54,1%), memiliki pengetahuan tentang
Bengkulu tahun 2018, didapatkan sebanyak penyakit meningitis yang cukup (50,8%),
924 orang(26,69%) jamaah melakukan memiliki pengetahuan tentang vaksinasi
vaksinasi kurang dari 30 hari. meningitis yang cukup (53,3%), memilik
Berbagai faktor mempengaruhi perilaku tingkat pengetahuan tentang waktu vaksinasi
seseorang dalam mendapatkan penyuntikan yang kurang (70,5%), memiliki dukungan
vaksinasi seperti faktor demografi (usia, jenis keluarga yang cukup (54,9%), memiliki akses
kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan), jarajk tempuh yang jauh ke pelayanan
rekomendasi agen pemerintahan, kepercayaan/ kesehatan (90,2%), memiliki waktu tempuh ke
keyakinan,6 tingkat pengetahuan, sikap, tempat pelayanan kesehatan yang dekat
persepsi kerentanan, persepsi manfaat, (60,7%), memiliki persepsi terhadap peran
dukungan lingkungan dan keterjangkaun PPIU yang baik (67,2%).
pelayanan kesehatan.6–9
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
Dengan diketahuinya faktor yang
berhubungan dengan ketepatan waktu vaksinasi No Variabel f %
meningitis pada jamaah umrah maka intervensi 1. Usia
oleh pihak terkaitpun akan lebih tepat sasaran, <30 Th & > 60 Th 35 28,7
hal ini merupakan tujuan dari penelitian ini. 30-60 Th 87 71,3
2. Jenis Kelamin
Laki-lakixx 49 40,2
Perempuanxx 73 59,8

©2020, JEKK, All Right Reserved


Ernawati., et al., JEKK. 5 (2) 2020 121

Tabel 3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Ketepatan


No Variabel f % Waktu Vaksinasi Meningitis
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar 30 24,6 Jenis Ketepatan waktu P
Pendidikan Menengah 32 26,2 vaksinasi
Kelamin Total
Pendidikan Tinggi 60 49,2
Tidak tepat Tepat
4. Jenis pekerjaan
waktu waktu
Bekerja 82 67,2
f % f % f %
Tidak bekerja 40 32,8
Laki-laki 26 53,1 23 46,9 49 100,0 0,998
5. Ketepatan waktu vaksinasi
Tidak tepat waktu(<30 hari) 66 54,1
Perempuan 40 54,8 33 45,2 73 100,0
Tepat waktu(≥30 hari) 56 45,9
6. Pengetahuan tentang penyakit
meningitis
Kurang 60 49,2 Tabel 4. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan
Cukup 62 50,8 Ketepatan Waktu Vaksinasi Meningitis
7. Pengetahuan tentang vaksinasi
meningitis Tingkat Ketepatan waktu P
Cukup 57 46,7 Pendidikan vaksinasi
Kurang 65 53,3 Tidak Total
Tepat
8. Pengetahuan tentang waktu tepat
waktu
vaksinasi meningitis waktu
Tidak tahu 84 70,0 f % f % f %
Tahu 36 30,0 Dasar 17 56,7 13 43,3 30 100,0 0,868
9. Dukungan Keluarga
Cukup 53 44,2 Menengah 18 56,3 14 43,8 32 100,0
Kurang 67 55,8
10. Akses ke Yankes Tinggi 31 51,7 29 48,3 60 100,0
- Jarak tempuh
Jauh 110 90,2
Dekat 12 9,8 Tabel 5. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Ketepatan
- Waktu tempuh Waktu Vaksinasi Meningitis
Sangat Dekat 48 39,3
Dekat 74 60,7 Jenis Ketepatan waktu P
11. Persepsi terhadap peran PPIU pekerjaan vaksinasi
Total
Kurang baik 40 32,8 Tidak tepat Tepat
Baik 82 67,2 waktu waktu
f % f % f %
Analisis bivariat Bekerja 44 53,7 38 46,3 82 100,0 1,000

Tabel 2. Hubungan Usia dengan Ketepatan Waktu Tidak 22 55,0 18 45,0 40 100,0
Vaksinasi Meningitis Bekerja

Usia Ketepatan waktu P


vaksinasi Tidak terdapat hubungan yang signifikan
Total
Tidak tepat Tepat
waktu waktu
antara umur (p=0,328), jenis kelamin
f % f % f % (p=0,998), Tingkat pendidkan (p=0,868) dan
<30&>60 16 45,7 19 54,3 35 100,0 0,328 jenis pekerjaan (p=1,000) dengan ketepatan
30-60 50 57,5 37 42,5 87 100,0 waktu vaksinasi (tabel 2,3,4,5).

©2020, JEKK, All Right Reserved


Ernawati., et al., JEKK. 5 (2) 2020 122

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa Tabel 8. Hubungan Akses Jarak dengan Ketepatan
Waktu Vaksinasi Meningitis
terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan tentang waktu vaksinasi Akses Ketepatan waktu P
meningitis (p=0,000) dengan ketepatan wakitu jarak vaksinasi
Total
vaksinasi meningitis sementara tidak terdapat tempuh Tidak tepat Tepat
waktu waktu
hubungan yang signifikan antara tingkat f % f % f %
pengetahuan tentang penyakit meningitis Jauh 59 53,6 51 46,4 110 100,0 0,996
(p=0,477) dan tingkat pengetahuan tentang Dekat 7 58,3 5 41,7 12 100,0
vaksinasi meningitis (p=0,903) dengan
ketepatan waktu vaksinasi meningitis pada
Tabel 9. Hubungan Persepsi terhadap Peran
jamaah umrah. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah
(PPIU) dengan Ketepatan Waktu
Tabel 6. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Vaksinasi Meningitis
Ketepatan Waktu Vaksinasi Meningitis
Peran Ketepatan waktu P
Tingkat Ketepatan waktu P PPIU vaksinasi
Total
pengetahu vaksinasi Tidak tepat Tepat
Total waktu waktu
an Tidak tepat Tepat
waktu waktu f % f % f %
f % f % f % Kurang 0,023
28 70,0 12 30,0 40 100,0
Penyakit baik
Meningitis
Baik 38 46,3 44 53,7 82 100,0
Kurang 30 50,0 30 50,0 60 100,0 0,477

Cukup 36 58,1 26 41,9 62 100,0 Tidak terdapat hubungan yang signifikan


antara dukungan keluarga (p=0,083), akses
Vaksinasi
jarak tempuh ke pelayanan kesehatan
Meningitis
(p=0,996) dengan ketepatan waktu vaksinasi
Kurang 30 52,6 27 47,4 57 100,0 0,903 (tabel 7,8) sementara terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi terhadap peran PPIU
Cukup 36 55,4 29 44,6 65 100,0 (p=0,023) dengan ketepatan waktu vaksinasi
meningitis pada jamaah umrah. (tabel 9).
Waktu
vaksinasi Pembahasan
meningitis
Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
Tidak tahu 61 70,9 25 29,1 86 100,0 0,000 dan jenis pekerjaan tidak berhubungan
dengan ketepatan waktu vaksinasi
Tahu 5 13,9 31 86,1 36 100,0 Usia memberikan informasi mengenai
status perkembangan individu.10 Usia juga
merupakan karakteristik yang dimiliki jamaah
Tabel 7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Ketepatan Waktu Vaksinasi Meningitis
umrah yang membedakan tingkat kedewasaan
jamaah umrah. Makin tua usia seseorang maka
Dukungan Ketepatan waktu P proses perkembangan mentalnya bertambah
Keluarga vaksinasi
Total
baik, akan tetapi pada usia tertentu,
Tidak tepat Tepat bertambahnya proses perkembangan mental ini
waktu waktu
tidak secepat seperti saat berusia belasan tahun.
f % f % f %
Kurang 35 63,6 20 36,4 55 100,0 0,083
Selain itu, usia juga akan mempengaruhi daya
ingat seseorang.11 Hasil penelitian
Cukup 31 46,3 36 53,7 67 100,0 menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan
dengan ketepatan waktu vaksinasi. Hal ini

©2020, JEKK, All Right Reserved


Ernawati., et al., JEKK. 5 (2) 2020 123

sejalan dengan penelitian Hafsoh SO yang Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada
menunjukkan bahwa bahwa usia tidak hubungan status pekerjaan responden dengan
berhubungan dengan penerimaan vaksin ketepatan waktu vaksinasi jamaah umrah
meningitis pada jamaah umrah (p=0,188).7 sejalan dengan penelitian Hafsoh SO 7 Tetapi
Tidak adanya hubungan ini dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Abbas KM di
Menurut Rosenstock et al (1998), usia Amerika Serikat menunjukkan hasil yang
merupakan salah satu faktor demografi yang berbeda dimana orang yang tidak bekerja
tidak berhubungan langsung dengan kepatuhan mempunyai proporsi yang lebih besar untuk
melainkan berhubungan langsung dengan mendapatkan vaksinasi influenza dibandingkan
persepsi seseorang terhadap suatu tindakan dengan orang yang tidak bekerja.13 Perbedaan
pencegahan penyakit dan persepsi itulah yang hasil penelitian ini disebabkan karena sebagian
berhubungan langsung dengan perilaku besar responden yang tidak bekerja adalah ibu
kepatuhan seseorang.12 rumah tangga, dimana pada saat wawancara
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada mereka adalah jamaah umrah yang berangkat
hubungan jenis kelamin dengan ketepatan umrah bersama-sama dengan suami atau
waktu vaksinasi jamaah. Hal ini sejalan dengan anaknya yang bekerja, sehingga pada saat
penelitian di Amerika Serikat. 13 Tidak adanya melakukan vaksinasi meningitis mereka
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin memilih untuk melakukan vaksinasi
dengan ketepatan waktu vaksinasi meningitis berbarengan dengan suami atau anaknya.
disebabkan karena jenis kelamin bukan
merupakan faktor yang berhubungan langsung Hubungan tingkat pengetahuan dengan
dengan kepatuhan melainkan berhubungan ketepatan waktu vaksinasi
langsung dengan persepsi dan persepsi itulah Tidak adanya hubungan antara
yang berhubungan langsung dengan kepatuhan, pengetahuan tentang vaksinasi meningitis dan
dengan kata lain jenis kelamin akan pengetahuan tentang waktu vaksinasi
mempengaruhi perubahan mental penderita meningitis berbeda dengan penelitian yang
untuk memutuskan melakukan tindakan dilakukan oleh Hafsoh SO dimana pengetahuan
pencegahan penyakit seperti vaksinasi.14 mempunyai hubungan yang signifikan dengan
Pendidikan dapat memperluas wawasan penerimaan vaksinasi meningitis pada jamaah
atau pengetahuan seseorang. Secara umum umrah di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 2
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan Semarang.7 Hasil berbeda juga ditemukan pada
mempunyai pengetahuan yang lebih luas penelitian Poerwanti S dimana pengetahuan
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat jamaah berhubungan dengan tingkat kepatuhan
pendidikannya lebih rendah.11 Tingkat vaksinasi meningitis.8 Perbedaan hasil
pendidikan dari individu mempengaruhi penelitian ini disebabkan karena penelitian
penerimaan individu terhadap informasi sebelumnya menggabungkan pengetahuan
kesehatan.10 Hasil penelitian menunjukkan tentang penyakit meningitis, vaksinasi
tidak ada hubungan yang signifikan antara meningitis dan waktu vaksinasi meningitis
tingkat pendidikan jamaah dengan ketepatan dalam satu variabel pengetahuan. Sementara
waktu vaksinasi meningitis pada jamaah umrah pada penelitian ini variabel pengetahuan dibagi
sejalan dengan penelitian Egici MT yang menjadi tiga variabel pengetahuan yang
menyebutkan bahwa status pendidikan mencakup pengetahuan tentang penyakit
seseorang tidak berhubungan dengan status meningitis, pengetahuan tentang vaksinasi
vaksinasi pada orang dewasa dengan hasil meningitis dan pengetahuan tentang waktu
p>0,05.15 Pendidikan responden adalah vaksinasi meningitis.
pendidikan yang didapat dari jalur formal. Variabel pengetahuan tentang waktu
Akan tetapi tingkat pendidikan formal tidak vaksinasi meningitis menunjukkan adanya
berhubungan langsung dengan perilaku hubungan yang signifikan dengan ketepatan
kesehatan, yang lebih berpengaruh adalah waktu vaksinasi meningitis pada jamaah. Hal
informasi untuk menambah pengetahuan.8 ini membuktikan bahwa pengetahuan yang
spesifik akan lebih memberikan dampak

©2020, JEKK, All Right Reserved


Ernawati., et al., JEKK. 5 (2) 2020 124

terhadap perilaku seseorang dibandingkan tetapi dari pengamatan langsung yang


dengan pengetahuan yang kurang spesifik.16 dilakukan peneliti, akses jalan menuju ke
Informasi yang didapat juga Kantor Kesehatan Pelabuhan Bengkulu (tempat
mempengaruhi pengetahuan jamaah tentang vaksinasi meningitis pada jamaah umrah)
waktu vaksinasi meningitis dimana hanya 40,2 merupakan jalan dengan status jalan provinsi
% PPIU yang memberikan informasi tentang dimana jalan ini juga merupakan jalan utama
waktu vaksinasi yang benar. Sedangkan dari dari pusat kota menuju ke bandara Fatmawati
wawancara dengan PPIU didapatkan bahwa Soekarno Bengkulu, sehingga jalan berada
PPIU tidak menyampaikan informasi tentang dalam kondisi yang sangat baik. Sarana
penyakit meningitis dan vaksinasi meningitis. transportasi menuju ke tempat vaksinasi pun
terbilang banyak. Terdapat transportasi umum
Dukungan keluarga tidak berhubungan yang melewati KKP berupa angkutan kota dan
dengan ketepatan waktu vaksinasi bus trans bengkulu. Di kota Bengkulu sendiri
Salah satu faktor yang mempengaruhi sudah tersedia ojek online maupun taksi online
tingkat kepatuhan seseorang terhadap anjuran yang juga memudahkan jamaah dalam
kesehatan adalah dukungan dari pihak transportasi, selain itu kesediaan PPIU
keluarga. Individu merupakan unit terkecil dari menyediakan transportasi bagi jamaah yang
keluarga, sehingga keluarga memegang membutuhkan juga sangat memudahkan akses
peranan penting dalam membantu individu ke KKP.
mematuhi suatu program kesehatan yang harus
dijalani.10 Persepsi terhadap peran PPIU berhubungan
Namun hasil penelitian menunjukkan tidak dengan ketepatan waktu vaksinasi
ada hubungan antara dukungan keluarga Penelitian ini menunjukkan ada hubungan
dengan ketepatan waktu vaksinasi pada jamaah yang signifikan antara persepsi terhadap peran
umrah serupa dengan penelitian yang PPIU dengan ketepatan waktu vaksinasi pada
dilakukan oleh Hafsoh SO di Kantor Kesehatan jamaah umrah. Hal ini dikarenakan besarnya
Peabuhan Kelas 2 Semarang pada tahun 2018.7 peran yang diberikan oleh PPIU dalam
Tidak adanya hubungan antara dukungan pelaksanaan vaksinasi jamaah umrah.
keluarga dengan ketepatan waktu vaksinasi Berdasarkan hasil wawancara dengan PPIU
meningitis pada jamaah umrah ini disebabkan didapatkan bahwa 70% PPIU memberitahukan
karena waktu vaksinasi responden sebagian bahwa jamaah wajib vaksinasi pada saat
besar (59,0%) ditetapkan oleh PPIU sehingga jamaah mendaftar sehingga dari awal
responden dan keluarga cenderung melakukan pendaftaran, jamaah sudah
menyerahkan semua pengurusan umrah kepada mengetahui tentang kewajiban melakukan
pihak penyelenggara perjalanan ibadah umrah. vaksinasi meningitis. 70% PPIU
menyampaikan informasi tentang waktu
Tidak ada hubungan akses jarak dengan pelaksanaan vaksinasi pada jamaah umrah,
ketepatan waktu vaksinasi sehingga dari awal jamaah sudah memiliki
Akses jarak ke pelayanan kesehatan pengetahuan tentang kapan sebaiknya vaksinasi
menunjukkan hubungan yang tidak signifikan meningitis dilakukan. Tanggal pelaksanaan
dengan ketepatan waktu vaksinasi pada jamaah vaksinasi pun ditentukan oleh PPIU dengan
umrah hal ini berbeda dengan hasil penelitian berkoordinasi dengan jamaah jika ada jamaah
yang dilakukan oleh Supyan A di Kantor yang tidak bisa melakukan vaksinasi pada
Kesehatan Pelabuhan Keals II Semarang.9 tanggal yang telah ditentukan sehingga
Salah satu faktor yang dianggap bisa menjadi ketepatan waktu vaksinasi jamaah lebih bisa
barrier aksesibilitas pelayanan kesehatan terpantau oleh PPIU. Kemudahan pelayanan
berupa masalah geografis, cakupan luas juga diberikan PPIU dalam bentuk pemberian
wilayah, ketersediaan moda transportasi, layanan pendaftaran online (100%), sehingga
persebaran dan kepadatan penduduk, sampai jamaah tidak kesulitan dalam menyiapkan
dengan ketersediaan pembiayaan kesehatan persyaratan yang dibutuhkan untuk vaksinasi
atau kepemilikan asuransi oleh masyarakat.17 karena sudah di siapkan oleh PPIU. PPIU juga

©2020, JEKK, All Right Reserved


Ernawati., et al., JEKK. 5 (2) 2020 125

menyediakan layanan pendampingan jamaah 5. Kementerian Kesehatan Republik


(80% PPIU selalu mendampingi, 20% PPIU Indonesia. PMK No 12 Tahun 2017
kadang-kadang mendampingi) pada saat Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
vaksinasi, sehingga jamaah pun tidak kesulitan Kementerian Kesehatan Republik
dalam mengikuti prosedur vaksinasi di Kantor Indonesia; 2017.
Kesehatan Pelabuhan Bengkulu mulai dari
pendaftaran, pemeriksaan maupun pembayaran 6. Sevin AM, Romeo C, Gagne B, Brown N
dimana pembayaran tidak boleh dilakukan V, Rodis JL. Factors influencing adults’
secara tunai. Keberadaan tenaga pendamping immunization practices: a pilot survey
dari PPIU sangatlah membantu jamaah dalam study of a diverse, urban community in
pelaksanaan vaksinasi meningitis. walaupun central Ohio. BMC Public Health.
secara resmi pihak PPIU tidak menyediakan 2016;16(424):2–8.
layanan transportasi bagi jamaah pada saat
vaksinasi (100% PPIU tidak menyediakan 7. Hafshoh SO, Musthofa SB, Husodo BT.
transportasi) tetapi kemudahan tetap diberikan Beberapa Faktor Yang Berhubungan
PPIU terutama bagi jamaah yang memang Dengan Penerimaan Jamaah Umrah
membutuhkan transportasi. Terhadap Vaksin Meningitis Di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang. J
Kesimpulan Kesehat Masy [Internet]. 2019;7(1):527–
34. Available from:
Faktor yang sangat mempengaruhi jamaah http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
dalam melakukan vaksinasi tepat waktu adalah %25
pengetahuan tentang waktu vaksinasi yang
cukup dan persepsi terhadap peran PPIU yang 8. Poerwanti S, Sulisetyawati D, Priambodo
baik. G. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Jemaah Umroh dengan Kepatuhan
Daftar Pustaka
Vaksinasi Meningitis di Kantor Kesehatan
1. Ibrahim AM, Katiandagho TR. Pelabuhan Semarang Wilayah Kerja
Tatalaksana dan Pencegahan Meningitis Bandara Adisumarno. 2015.
Meningokokus. Ikat Dr Indones [Internet].
2018 [cited 2019 Jan 9];45:30–4. 9. Supyan A. Faktor-faktor Yang
Available from: Berhubungan Dengan Praktik Vaksinasi
http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_E Meningitis Oleh Jamaah Umrah di Kantor
disi suplemen-1 18_Tatalaksana dan Kesehtan Pelabuhan Kelas II Semarang
Pencegahan Meningitis Meningokokus.pdf Tahun 2016. Universitas Dian
Nuswantoro; 2016.
2. Memish ZA. Meningococcal Disease and
Travel. 2002;34. Available from: 10. Niman S. Promosi dan Pendidikan
https://www.ncbi.nlm.nih.gov Kesehatan. 1st ed. Taufik Ismail, editor.
Jakarta: Trans Info Media; 2017. 141 p.
3. Ghany MA El, Sharaf H, Hill-cawthorne
GA. International Journal of Infectious 11. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan
Diseases Hajj vaccinations : facts , Perilaku Kesehatan. Revisi 201. Jakarta:
challenges , and hope. Int J Infect Dis PT. Rineka Cipta; 2012. p. 250.
[Internet]. 2016;47:29–37. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijid.2016.05.02 12. Yulia S. Faktor-faktor yang mempengaruhi
4 kepatuhan dalam menjalankan diet pada
penderita diabetes mellitus tipe 2. Kesehat
4. Siegrist C. Vaccine Immunology. In: Masy. 2015;2(dm):1–187.
Vaccine Immunology. 2008. p. p.1-26.

©2020, JEKK, All Right Reserved


Ernawati., et al., JEKK. 5 (2) 2020 126

13. Abbas KM, Kang GJ, Chen D, Werre SR, 16. Subaris H. Promosi Kesehatan,
Marathe A. Demographics, perceptions, Pemberdayaan Masyarakat Dan Modal
and socioeconomic factors affecting Sosial. Pertama. Yogyakarta: Nuha
influenza vaccination among adults in the Medika; 2016. 150 p.
United States. Peer J [Internet]. 2018 [cited
2019 Aug 29];15. Available from: 17. Laksono AD, Sukoco NE. Studi Kasus
https://peerj.com/articles/5171/ Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat. In:
14. Yulia S. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di
kepatuhan dalam menjalankan diet pada Indonesia [Internet]. 2009. p. 85–107.
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 (Studi Available from:
kasus di Puskesmas Kedungmundu Tahun https://www.academia.edu/37061121/Studi
2015). Universitas Negeri Semarang; _Kasus_Aksesibilitas_Yankes_di_MTB
2015.

15. Egici MT, Tas BG, Ozkarafakılı MA,


Ozturk GZ. Evaluation of Factors
Affecting Adult Immunization.
Haydarpasa Numune Med J [Internet].
2018 [cited 2019 Aug 26];58(3):128–32.
Available from:
https://www.journalagent.com/hnhjournal/
pdfs/HNHJ_58_3_128_132.pdf#targetText
=Adult vaccination is grouped by,- migrant
vaccination %5B13%5D.

©2020, JEKK, All Right Reserved


JHECDs, 5 (2), 2019 hal. 69-78

Penelitian

Analisis faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu vaksinasi


Meningitis Meningokokus calon jamaah umroh di KKP Pontianak

Analysis of factors related to timeliness of Meningococcal Meningitis


vaccination among umrah pilgrims at The Port Health Office of
Pontianak
Rhezka Imaniar Fitranto*¹, Andri Dwi Hernawan², Mardjan²

1. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak


Jl. Arteri Supadio Km. 18 Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
2. Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 111 Pontianak, Kalimantan Barat
* Korespondensi: rhezka@gmail.com
DOI : https://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v5i2.2165

Tanggal diterima 28 Agustus 2019, Revisi pertama 5 September 2019, Revisi terakhir 20 Desember 2019, Disetujui 23
Desember 2019, Terbit daring 3 Januari 2020

Abstract. Based on the Indonesian government regulation, Meningococcal Meningitis vaccination for umrah pilgrims must be
done at least 30 days before departure to ensure that the antibodies of the pilgrims can be formed perfectly. However, in practice,
the proportion of Umrah pilgrims at the Port Health Office of Pontianak who do not vaccinate on time is increasing every year. This
study aimed at investigating the factors related to the time of Meningococcal Meningitis vaccination among Umrah pilgrims at the
Port Health Office of Pontianak. Using a cross-sectional research design and accidental sampling technique, 84 respondents
participated in this study, the data were collected using interview and were analyzed using the chi-square test. This study also
describes the characteristics of Umrah pilgrims who did not vaccinate on time in 2016-2018, based on sex, age, and where the
pilgrims came from. The study revealed a correlation of knowledge (p-value=0,028), attitude (p-value=0,002), and information
exposure (p-value=0,043). The unrelated variathe propobles were health condition (p-value=0,427), travel agent support (p-
value=0,283), and the time of Meningococcal Meningitis vaccination among Umrah pilgrims at the Port Health Office of Pontianak.
Dissemination of information on the importance of on-time vaccination through a variety of print and electronic media should be
effectively improved, inconsequence umrah pilgrims can know and realize the importance of timeliness in the administration of
Meningococcal Meningitis vaccination.
Keywords: knowledge, attitude, information, timeliness of Meningococcal Meningitis vaccination

Abstrak. Berdasarkan peraturan dari Pemerintah Indonesia, pemberian vaksinasi Meningitis Meningokokus bagi calon
jamaah umroh wajib dilakukan minimal 30 hari sebelum keberangkatan, hal ini dilakukan agar antibody para jamaah dapat
terbentuk dengan sempurna pada saat keberangkatan umroh. Namun dalam praktiknya, proporsi jamaah umroh yang
melakukan vaksinasi tidak tepat waktu di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak cukup tinggi dan semakin
meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan
waktu vaksinasi pada calon jamaah umroh di KKP Kelas II Pontianak, penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional dan
teknik Accidental Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap 84 responden, yang selanjutnya
dianalisa dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna
antara pengetahuan (p-value=0,028), sikap (p-value=0,002) dan keterpaparan informasi (p-value=0,043), serta tidak
terdapat hubungan antara kondisi kesehatan (p-value=0,427) dan dukungan travel (p-value=0,283) dengan ketepatan waktu
vaksinasi Meningitis Meningokokus pada calon jamaah umroh di KKP Kelas II Pontianak. Diseminasi informasi tentang
pentingnya pelaksanaan vaksinasi yang tepat waktu melalui berbagai media cetak dan elektronik hendaknya dapat lebih
ditingkatkan, sehingga calon jamaah umroh dapat mengetahui dan menyadari pentingnya ketepatan waktu dalam pemberian
vaksinasi Meningitis Meningokokus.
Kata kunci : pengetahuan, sikap, informasi, ketepatan waktu vaksinasi Meningitis Meningokokus

DOI : https://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v5i2.2165
Cara sitasi : Fitranto RI, Hernawan AD, Mardjan. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketepatan
(How to cite) Waktu Vaksinasi Meningitis Meningokokus Calon Jamaah Umroh di KKP Pontianak.
J.Health.Epidemiol.Commun.Dis. 2019;5(2): 69-78.

69
Fitranto RI, Hernawan AD, Mardjan. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan...

Pendahuluan fungsi yang salah satunya adalah menyelenggarakan


pelayanan vaksinasi internasional. 7
Meningitis meningokokus merupakan infeksi
radang akut yang terjadi pada selaput otak dan Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang
sumsum tulang belakang, penyebabnya adalah memberikan pelayanan vaksinasi Meningitis
Neisseria meningitides apabila tidak ditangani Meningokokus satu-satunya di Kalimantan Barat,
dengan cepat memiliki case fatality 50%. Umrah KKP Kelas II Pontianak mencatat sepanjang tahun
merupakan aktivitas kegiatan ibadah umat islam 2016-2018 terjadi kenaikan proporsi calon jamaah
dari berbagai belahan dunia yang dilakukan di umroh yang melakukan vaksinasi tidak tepat
Mekkah dan Madinah Arab Saudi. Tahun 1987 waktu, yakni pada tahun 2016 sebesar 35% (2.641
ditemukan infeksi pertama meningitis orang) kemudian meningkat menjadi sebesar 41%
meningokokus pada jamaah haji indonesi dan telah (3.732 orang) pada tahun 2017 dan kembali
menyebabkan infeksi terhadap 99 jamaah lainnya. meningkat pada tahun 2018 menjadi sebesar 53%
Bahkan di tahun 2000 terjadi pandemik global (5.400 orang) jamaah. 8
dimana 14 kasus terinfeksi dan 6 meninggal berasal
dari Indonesia.1 Pemberian vaksinasi yang tidak tepat waktu
menjadikan para jamaah umroh tetap berisiko
Pemberian vaksin Meningitis Meningokokus untuk tertular penyakit Meningitis Meningokokus.
merupakan syarat mutlak bagi semua calon jemaah Selain karena kekebalan tubuh yang dikhawatirkan
haji dan umrah yang akan memasuki kawasan belum terbentuk dengan baik, tingkat efektifitas
Kerajaan Arab Saudi. Ketentuan ini dibahas dalam pemberian vaksinasi berjenis polisakarida untuk
Nota Diplomatik Kedutaan Besar Kerajaan Arab penyakit ini sendiri baru mencapai 65%-83,7%,9
Saudi di Jakarta Nomor 211/94/71/577 tanggal 1 dan ditambah lagi dengan belum pernah
Juni 2006. Karena pihak Kedutaan Arab Saudi dilakukannya pengujian dalam penelitian
hanya akan mengeluarkan visa perjalanan setelah eksperimental untuk mengukur tingkat efektifitas
vaksinasi dilakukan.2 dalam pemberian kemoprofilaksis.10 Hal ini tentu
sangat mengkhawatirkan mengingat sampai dengan
Selain itu, pemerintah Indonesia melalui saat ini Meningitis masih merupakan salah satu
Kementerian Agama juga mengeluarkan peraturan penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh
yang mewajibkan seluruh calon jamaah umroh dunia dengan tingkat case fatality rate lebih dari
untuk dilakukan pemberian vaksinasi Meningitis 50%.5
sebelum keberangkatan umroh sebagaimana yang
tercantum dalam Permenag RI No. 8 Tahun 2018.3 Penelitian tentang penerimaan vaksinasi meningitis
termasuk ketepatan waktu pemberiannya yang
Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan pernah dilakukan mendapatkan informasi bahwa
Permenkes No. 23 Tahun 2018 yang mengatur ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
setiap warga negara yang melakukan perjalanan tentang manfaat vaksinasi, persepsi terhadap
internasional dari dan ke negara terjangkit kerentanan dan dukungan lingkungan terhadap
dan/atau endemis untuk penyakit tertular tertentu penerimaan vaksinasi meningitis. Hal ini membawa
dan/atau atas permintaan negara tujuan wajib pada dugaan bahwa perilaku pemberian vaksinasi
diberikan vaksinasi, pemberian vaksinasi ini hanya meningitis meningokokus pada jamaah umrah
dapat dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan, dikarenakan keterpaparan informasi tentang
Klinik atau Rumah Sakit yang telah memenuhi manfaat vaksinasi yang masih kurang, ini akan
persyaratan.4 berdampak terhadap kurangnya pengetahuan
tentang manfaat vaksinasi dan waktu pemberian
Berdasarkan Permenkes No. 12 Tahun 2017,
yang benar. Ketidaktahuan ini akan menjadikan
disebutkan bahwa pemberian imunisasi Meningitis
sikap jamaah umrah menjadi acuh terhadap waktu
Meningokokus diberikan minimal 30 hari sebelum
pemberian vaksin yang tepat waktu.11
keberangkatan umroh.5 Hal ini dimaksudkan agar
antibodi setelah pemberian vaksin dapat terbentuk Penyedia jasa pelayanan travel seharusnya
dengan sempurna dan aktif dalam melindungi para memberikan informasi tidak hanya proses dan
jamaah dari penyakit Meningitis Meningokokus.6 mekanisme pelaksanaan ibadah umrah tapi juga
berkenaan dengan pentingnya vaksinasi meningitis
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak
meningokokus pada jamaah sebelum waktu
sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari
keberangkatan. Penelitian yang dilakukan Yuliasari
Kementerian Kesehatan RI yang berada di bawah
diperoleh hasil wawancara para jamaah yang
dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
mendapat vaksinasi menyatakan bahwa mereka
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
tidak mengerti tentang standar minimum untuk
(Dirjen PP dan PL) mempunyai tugas pokok dan
vaksinasi, dan mereka menyerahkan semua
persyaratan kepada agen perjalanan. Jamaah

70
JHECDs Vol. 5, No. 2, Desember 2019

divaksinasi berdasarkan arahan dari agen Perhitungan sampel dilakukan dengan


perjalanan, sehingga masih ada jamaah yang mempertimbangkan jumlah proporsi jamaah
mendapat vaksinasi dalam waktu kurang dari umroh yang melakukan vaksinasi tidak tepat waktu
semestinya.12 di bulan Februari 2018, yakni sebanyak 860 orang
(64,32%) dari 1.337 jamaah, sehingga berdasarkan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk estimasi tersebut diperoleh jumlah sampel
mendapatkan gambaran tentang karakteristik sebanyak 84 orang dari populasi kunjungan saat
jamaah umroh yang melakukan vaksinasi tidak penelitian dilakukan yang diambil dengan
tepat waktu berdasarkan distribusi frekuensi jenis menggunakan teknik accidental sampling pada
kelamin, umur dan asal daerah dari tahun 2016 jamaah umrah yang akan melakukan vaksinasi di
sampai dengan 2018, serta untuk menganalisis kantor KKP Kelas II Pontianak pada waktu
faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu penelitian berlangsung.
penyuntikan vaksinasi Meningitis Meningokokus
pada calon jamaah umroh di Kantor Kesehatan Variabel bebas penelitian tingkat pengetahuan,
Pelabuhan Kelas II Pontianak. sikap, keterpaparan informasi, kondisi kesehatan,
dan dukungan travel dilakukan pengambilan data
Metode menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan
wawancara. Hasil ukur dikategorikan untuk tiap
Penelitian ini merupakan jenis penelitian variable menjadi dua kategori dengan cut of point
epidemiologi observasional. Informasi menggunakan nilai rerata skor tiap variable yang
epidemiologi secara deksriptif dilakukan dengan diperoleh dengan membuat skoring tiap butir
memotret data sekunder yang diperoleh dari data pertanyaan yang ada dimasing-masing variable.
vaksinasi Meningitis Meningokokus pada Kantor Kategori di atas sama dengan nilai rerata
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak dalam tiga merupakan kategori baik/positif sedangkan
tahun terakhir, untuk memberikan gambaran kategori di bawah nilai rerata merupakan kategori
distribusi frekuensi karakteristik jamaah umroh tidak baik/negative. Variabel terikat ketepatan
yang melakukan vaksinasi tidak tepat waktu di waktu vaksinasi dilakukan pengambilan data
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak dengan wawancara yang dihitung dari waktu
berdasarkan jenis kelamin, umur dan asal daerah keberangkatan dikurangi dengan waktu
dari tahun 2016 sampai dengan 2018. pelaksanaan vaksinasi saat wawancara dilakukan.
Penentuan kategori pada variabel ketepatan waktu
Sedangkan untuk informasi epidemiologi analitik,
dilakukan dengan menggunakan cut of point waktu
dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross
vaksinasi 30 hari. Kategori tepat waktu diberikan
sectional, yang kemudian dianalisa dengan
jika vaksinasi dilakukan lebih dari 30 hari sebelum
menggunakan uji statistik chi-square untuk
keberangkatan, dan kategori tidak tepat waktu
membuktikan adanya hubungan antara faktor
diberikan jika vaksinasi dilakukan dalam 30 hari
determinan, yakni tingkat pengetahuan, sikap,
sebelum keberangkatan.
kondisi kesehatan, keterpaparan informasi dan
dukungan travel dengan waktu penyuntikan
vaksinasi Meningitis Meningokokus pada calon Hasil
jamaah umroh di Kantor Kesehatan Pelabuhan Gambaran Karakteristik Jamaah Umroh
Kelas II Pontianak, yang diperoleh dari data primer yang Melakukan Vaksinasi Tidak Tepat
melalui wawancara pada responden dengan Waktu di KKP Kelas II Pontianak Tahun
menggunakan kuesioner, yang dilakukan pada 2016-2018
bulan Februari sampai dengan Maret 2019.
Pada tahun 2016 sampai dengan 2018 jumlah
Khusus pada variabel kondisi kesehatan, karena keseluruhan jamaah umroh yang melakukan
dalam pelaksanaan uji statistiknya terdapat 2 buah vaksinasi Meningitis Meningokokus di Kantor
sel yang mempunyai nilai ekspektasi kurang dari 5, Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak semakin
maka harus menggunakan uji Fisher’s Exact.13 meningkat setiap tahunnya. Namun proporsi
Populasi dalam penelitian ini adalah calon jamaah jamaah yang melakukan vaksinasi dengan tepat
umroh yang melakukan vaksinasi Meningitis waktu semakin menurun, sedangkan jamaah yang
Meningokokus di Kantor Kesehatan Pelabuhan melakukan vaksinasi kurang dari 30 hari semakin
Kelas II Pontianak pada bulan Februari 2019 meningkat setiap tahunnya.
dengan jumlah yang disesuaikan pada data Adapun karakteristik jamaah umroh yang
kunjungan di bulan Februari 2018, yaitu sebanyak melakukan vaksinasi Meningitis Meningokokus
1.337 orang. kurang dari 30 hari sebelum keberangkatan umroh
berdasarkan jenis kelamin, umur dan asal daerah
dapat digambarkan sebagai berikut.

71
Fitranto RI, Hernawan AD, Mardjan. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan...

Jenis Kelamin adalah pada rentang 45-64 tahun. Pada tahun 2016
didapatkan sebanyak 1.393 orang dari total 2.641
Gambar 1 menunjukkan bahwa proporsi jamaah jamaah atau sekitar 53%, kemudian pada tahun
umroh yang melakukan vaksinasi Meningitis 2017 sebanyak 2.015 orang dari 3.732 jamaah atau
Meningokokus dengan tidak tepat waktu di Kantor sebesar 54%, dan pada tahun 2018 sebanyak 2.866
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak dari tahun orang dari 5.400 jamaah atau sekitar 53%. Dengan
2016 sampai dengan 2018, hampir berimbang rata-rata di setiap tahunnya adalah sebesar 53%.
antara laki-laki dan perempuan dengan jenis
kelamin perempuan sedikit lebih banyak Sedangkan untuk rentang usia 1-4 tahun adalah
dibandingkan dengan laki-laki. golongan umur dengan proporsi paling kecil, yakni
pada tahun 2016 sebesar 0,3%, kemudian
meningkat pada tahun 2017 menjadi sebesar 0,6%,
dan pada tahun 2018 turun menjadi sebesar 0,4%,
dengan rata-rata sebesar 0,4% setiap tahunnya.
Asal Daerah
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jamaah Umroh yang
Melakukan Vaksinasi Tidak Tepat Waktu
Berdasarkan Asal Daerah

2016 2017 2018


Asal Daerah
F % F % F %
Pontianak 1.271 48 1.694 45 2.095 39
Singkawang 203 8 252 7 329 6
Bengkayang 16 1 23 1 48 1
Kapuas Hulu 32 1 122 3 177 3
Kayong Utara 13 1 13 0,3 15 0,3
Ketapang 27 1 21 1 80 2
Kubu Raya 285 11 369 10 1.229 23
Landak 32 1 18 1 37 1
Gambar 1. Karakteristik Jamaah Umroh yang Melawi 18 1 206 6 214 4
Melakukan Vaksinasi Tidak Tepat Waktu Mempawah 202 8 142 4 164 3
Berdasarkan Jenis Kelamin Sambas 315 12 476 13 459 9
Sanggau 66 3 111 3 108 2
Sekadau 20 1 33 1 29 1
Pada tahun 2016 dan 2017 perbandingan proporsi Sintang 89 3 177 5 316 6
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan Luar Kalbar 52 2 75 2 100 2
masing-masing sebesar 46% berbanding 54%, Total 2.641 100 3.732 100 5.400 100
kemudian pada tahun 2018 sebesar 47%
berbanding 53%. Dengan rata-rata per tahunnya Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2016
dari tahun 2016 sampai dengan 2018, sampai dengan 2018, jumlah jamaah umroh yang
perbandingan proporsi antara laki-laki dan melakukan vaksinasi kurang dari 30 hari sebelum
perempuan adalah sebesar 47% berbanding 53%. keberangkatan umroh jika dilihat berdasarkan asal
daerah yang paling banyak adalah jamaah yang
Umur berasal dari Kota Pontianak. Pada tahun 2016
terdapat 1.271 jamaah yang berasal dari Kota
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jamaah Umroh yang Pontianak dari sebanyak 2.641 orang atau sekitar
Melakukan Vaksinasi Tidak Tepat Waktu 48%, kemudian pada tahun 2017 sebanyak 1.694
Berdasarkan Umur
orang dari 3.732 jamaah atau turun menjadi
2016 2017 2018 sebesar 45%, dan pada tahun 2018 terdapat
Umur sebanyak 2.095 orang dari 5.400 jamaah atau
F % F % F %
1-4 8 0,3 22 0,6 21 0,4 kembali turun menjadi sekitar 39%. Dengan rata-
5-14 64 2 106 3 128 2 rata per tahunnya adalah sebesar 43%.
15-24 109 4 122 3 258 5
25-44 651 25 922 25 1.378 26
45-64 1.393 53 2.015 54 2.866 53 Analisa Data pada Calon Jamaah Umroh
> 65 416 16 545 15 749 14 yang Melakukan Vaksinasi di KKP Kelas II
Total 2.641 100 3.732 100 5.400 100 Pontianak Tahun 2019

Tabel I menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Analisis Univariat


sampai dengan 2018 jumlah jamaah umroh yang
melakukan vaksinasi tidak tepat waktu Pada saat penelitian ini dilaksanakan, responden
berdasarkan kelompok umur yang paling banyak yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
calon jamaah umroh yang melakukan vaksinasi

72
JHECDs Vol. 5, No. 2, Desember 2019

Meningitis Meningokokus di Kantor Kesehatan Pada saat penelitian ini dilakukan, jumlah
Pelabuhan Kelas II Pontianak dengan jumlah responden jika dilihat berdasarkan jenis pekerjaan,
responden sebanyak 84 orang. yang terbanyak adalah yang bekerja sebagai
Wiraswasta/ Wirausaha yakni sebanyak 31 orang
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (37%) dan yang paling sedikit ditemukan adalah
responden yang bekerja sebagai Tani/ Buruh
Waktu Vaksinasi Jumlah dengan jumlah sebanyak 3 orang (4%) saja. Dan
Karakteristik
< 30 ≥ 30
Responden
hari
%
hari
% F % dari sebanyak 84 orang yang menjadi responden,
Jenis Kelamin Kota Pontianak merupakan asal daerah responden
Laki-laki 23 57 20 47 43 51 yang paling besar proporsinya dengan jumlah 43
Perempuan 18 43 23 53 41 49 orang (51%) sedangkan yang paling sedikit berasal
Total 41 100 43 100 84 100 dari Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Ketapang
Umur
15-24 3 9 5 12 8 10 dan Kabupaten Sambas dengan jumlah masing-
25-44 20 49 19 44 39 46 masing sebanyak 2 orang (2%). Serta terdapat pula
45-64 16 40 17 40 33 39 sebanyak 4 orang responden (5%) yang berasal dari
≥ 65 2 3 2 5 4 5 luar Provinsi Kalimantan Barat.
Total 41 100 43 100 84 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 2 3 0 0 2 2 Analisis Bivariat
SD/ Sederajat 5 11 2 5 7 8
SMP/ Sederajat 2 6 2 5 4 5 Tabel 4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
SMA/ Sederajat 14 34 18 42 32 38 Waktu Penyuntikan Vaksinasi Meningitis Meningokokus
Perguruan Tinggi 18 46 21 49 39 46
Total 41 100 43 100 84 100 OR
Pekerjaan P
Waktu Vaksinasi 95%
Tidak Bekerja 5 11 8 19 13 15 Value
Variabel CI
Pelajar/ 3 9 4 9 7 8 < 30 ≥ 30
Mahasiswa % %
hari hari
Tani/ Buruh 3 6 0 0 3 4 Tingkat
PNS/ BUMN 12 29 10 23 22 26 Pengetahuan
Wiraswasta/ 13 31 18 40 31 37 0,028 3,055
Kurang Baik 21 65,6 11 34,4
Wirausaha Baik 20 38,5 32 61,5
Pensiunan PNS/ 5 14 3 7 8 10 Sikap
TNI/ POLRI Kurang 23 71,9 9 28,1 0,002 4,827
Total 41 100 43 100 84 100 Mendukung 18 34,6 34 65,4
Asal Daerah Kondisi Kesehatan
Pontianak 15 40 28 65 43 51 Sakit 4 66,7 2 33,3 0,427 2,216
Singkawang 3 9 2 5 5 6 Sehat 37 47,4 41 52,6
Kapuas Hulu 2 6 0 0 2 2
Keterpaparan
Ketapang 1 3 1 2 2 2 Informasi
Kubu Raya 12 26 4 9 16 19 Kurang 18 66,7 9 33,3 0,043 2,957
Mempawah 0 0 4 9 4 5 Baik 23 40,4 34 59,6
Sambas 2 6 0 0 2 2
Dukungan Travel
Sintang 4 6 2 5 6 7
Kurang 20 42,6 27 57,4 0,283 0,564
Luar Kalbar 2 6 2 5 4 5
Mendukung 21 56,8 16 43,2
Total 41 100 43 100 84 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil dari


Perbandingan jumlah proporsi responden jika
dilihat berdasarkan jenis kelamin pada saat uji statistik, diperoleh beberapa faktor yang
memiliki hubungan bermakna dengan waktu
penelitian ini dilakukan adalah hampir berimbang
penyuntikan vaksinasi Meningitis Meningokokus,
antara laki-laki dan perempuan, dengan jumlah laki-
laki sedikit lebih besar yakni sebanyak 43 orang faktor tersebut yaitu tingkat pengetahuan
responden (p=0,028), sikap (p=0,002) dan
(51%), sedangkan sisanya yakni sebanyak 41 orang
keterpaparan informasi (p=0,043). Sedangkan
(49%) berjenis kelamin perempuan. Jika dilihat
berdasarkan usia, maka rentang usia 25-44 tahun untuk faktor kondisi kesehatan responden
(p=0,427) dan dukungan travel (p=0,283) tidak
adalah yang paling banyak ditemukan yakni
memiliki hubungan yang bermakna dengan waktu
sebanyak 39 orang (46%) dan yang paling sedikit
adalah pada umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penyuntikan vaksinasi Meningitis Meningokokus.
sebanyak 4 orang (5%). Sedangkan jika dilihat
berdasarkan tingkat pendidikan, maka yang Pembahasan
terbanyak adalah responden dengan lulusan Pada penelitian ini ada dua sumber data yang
Perguruan Tinggi yakni 39 orang (46%) dan yang digunakan yaitu data sekunder dan data primer.
paling sedikit ditemukan adalah responden yang Sumber data sekunder bertujuan untuk
tidak tamat sekolah, yakni hanya 2 orang (2%) saja. memberikan gambaran distribusi frekuensi

73
Fitranto RI, Hernawan AD, Mardjan. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan...

karakteristik jamaah umroh yang melakukan pertahun). Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada
vaksinasi tidak tepat waktu di Kantor Kesehatan golongan umur tersebut, biasanya seseorang akan
Pelabuhan Kelas II Pontianak berdasarkan jenis lebih sulit untuk menerima serta mengaplikasikan
kelamin, umur dan asal daerah dari tahun 2016 informasi yang berasal dari luar dan menganggap
sampai dengan 2018. Sedangkan data primer nilai-nilai yang diperolehnya ketika remaja masih
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor berlaku sampai dengan sekarang.17 Selain dari pada
determinan yang berhubungan dengan waktu itu, dapat pula dipengaruhi oleh semakin
penyuntikan vaksinasi Meningitis Meningokokus panjangnya antrian keberangkatan untuk
pada calon jamaah umroh di Kantor Kesehatan melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci. Karena
Pelabuhan Kelas II Pontianak. dikhawatirkan kondisi fisik yang sudah tidak
memungkinkan bila harus menunggu antrian haji,
Karakteristik Jamaah Umroh yang yang mana di Kalimantan Barat sendiri pada tahun
Melakukan Vaksinasi Tidak Tepat Waktu di 2019 telah mencapai antrian hingga 9-17 tahun.
KKP Kelas II Pontianak Tahun 2016-2018 Faktor ini menyebabkan jamaah di usia tersebut
memilih untuk melaksanakan ibadah umrah
Jenis Kelamin terlebih dahulu sebelum melaksanakan ibadah haji.
Usia dewasa akhir dan lansia menjadi salah satu
Berdasarkan hasil dari data yang telah diperoleh, faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
bahwa perbandingan jenis kelamin jamaah umroh penerimaan informasi dikarenakan menurunnya
yang melakukan vaksinasi tidak tepat waktu antara kemampuan berfikir sehingga masukan informasi
laki-laki dan perempuan hampir berimbang, dengan tidak banyak merubah pengetahuan yang dimiliki. 17
jenis kelamin perempuan sedikit lebih banyak Kondisi ini relevan dengan hasil analisis secara
dibandingkan dengan laki-laki, yakni dengan rata- analitik bahwa variable pengetahuan berhubungan
rata perbandingan dalam 3 tahun terakhir adalah dengan perilaku vaksinasi tidak tepat waktu,
perempuan sebesar 53% berbanding laki-laki dimana dalam penelitian ini banyak dijumpai
sebesar 47%. Hal ini bisa saja terjadi karena responden berada dalam kelompok usia di atas 45
menurut data yang dikeluarkan oleh BPS (2011), tahun.
bahwa perbandingan secara keseluruhan antara
jumlah laki-laki dan perempuan di Indonesia Asal Daerah
hampir sama besar yaitu 50% berbanding 50%.15
Selain itu, faktor lainnya yang juga dapat Jika dilihat berdasarkan asal daerah, maka pada
mempengaruhi perilaku jamaah dalam pelaksanaan tahun 2016 sampai dengan 2018, jumlah calon
vaksinasi adalah, diketahui bahwa perempuan jamaah umroh yang melakukan vaksinasi tidak
seringkali berperilaku berdasarkan pertimbangan tepat waktu sebagian besar berasal dari Kota
emosional atau perasaan dibandingkan dengan laki- Pontianak (rata-rata 43% pertahun). Hal ini dapat
laki yang lebih berdasarkan pertimbangan rasional terjadi karena berdasarkan jumlah penduduk di
atau akal.16 Wanita beranggapan bahwa melakukan Kalimantan Barat, Kota Pontianak merupakan
vaksinasi ke pelayanan vaksinasi sulit untuk wilayah dengan jumlah penduduk paling banyak
dilakukan secara mandiri perlu mendapat diantara 14 Kabupaten dan Kota lainnya, yaitu
pendampingan dari pasangannya ataupun sekitar 13%.15 Pada tahun 2014, Kota Pontianak
muhrimnya sehingga ketika mereka harus pergi ke juga merupakan daerah tertinggi untuk jumlah
pelayanan vaksinasi mesti menunggu pihak atau penduduk yang memiliki pendapatan di atas
muhrim yang akan mengantar ke kantor KKP kelas pendapatan perkapita dibandingkan dengan
II Pontianak. Namun pada laki-laki mereka lebih Kabupaten/ Kota lainnya di Kalimantan Barat yaitu
berfikir bahwa pergi menuju pelayanan vaksinasi sebesar 21%.18 Dimana biaya yang dikeluarkan
dapat dilakukan kapan saja dengan atau tanpa untuk menjalankan serangkaian proses ibadah
didampingi pasangannya. Sehingga hal ini bisa saja umroh di Tanah Suci memang cukup besar,
menyebabkan jumlah jamaah yang melakukan sehingga jika dilihat dari segi biaya tidak semua
vaksinasi tidak tepat waktu lebih banyak ditemukan orang mampu untuk melaksanakannya. Selain itu
pada jamaah berjenis kelamin perempuan daftar tunggu untuk antrian pelaksanaan ibadah haji
dibandingkan laki-laki. juga dapat menjadikan minat sebagian masyarakat
Kota Pontianak memilih alternatif lain untuk
Umur mengunjungi Baitullah, yaitu dengan menjalankan
ibadah umroh.
Pada tahun 2016 sampai dengan 2018 jumlah calon
jamaah umroh yang melakukan vaksinasi tidak Berdasarkan waiting list yang dirilis Kemenag RI
tepat waktu jika dilihat berdasarkan kelompok tahun 2019, Kota Pontianak menjadi salah satu
umur, maka yang paling banyak ditemukan adalah daerah dengan antrian tertinggi di Kalimantan
pada rentang usia 45-64 tahun (rata-rata 53% Barat bersama dengan Kota Singkawang dan

74
JHECDs Vol. 5, No. 2, Desember 2019

Kabupaten Kapuas Hulu yakni masing-masing Sikap


mencapai 17 tahun.19 Kota Pontianak memiliki
akses terdekat terhadap KKP kelas II Pontianak Hasil dari perhitungan uji statistik Chi-Square
sebagai penyelenggara pelayanan vaksinasi didapatkan nilai p-value= 0,002 (p < 0,05), sehingga
meningitis untuk Jemaah umrah hal ini yang dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
menyebabkan jamaah umrah cenderung dating bermakna antara sikap dengan waktu penyuntikan
terlambat untuk dilakukan vaksinasi karena jamaah vaksinasi Meningitis Meningokokus pada calon
beranggapan jarak yang dekat ini sebagai alas an jamaah umroh di Kantor Kesehatan Pelabuhan
untuk melakukan vaksinasi bila telah dekat hari Kelas II Pontianak. Penelitian yang sama juga telah
keberangkatan sebagaimana pengakuan beberapa dilakukan oleh Poerwanti, dengan hasil terdapat
jamaah umrah yang berasal dari Kota Pontianak. hubungan antara sikap calon jamaah umroh dengan
Hal ini juga relevan dengan hasil penelitian secara tingkat kepatuhan vaksinasi Meningitis
analitik yang didapat bahwa variable pengetahuan Meningokokus dengan nilai p-value= 0,000.20 Sikap
berhubungan dengan ketepatan waktu vaksinasi adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu
meningitis, ini menunjukan bahwa jamaah umrah stimulus atau objek, baik yang bersifat intern
masih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak
terhadap pentingnya vaksinasi tepat waktu mereka dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
hanya memahami bahwa vaksinasi yang penting ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
dilakukan tidak mempertimbangkan tepat atau tertutup tersebut.21 Selain dari unsur pengetahuan
tidak waktu pemeberiannya. yang telah dijabarkan sebelumnya, L. Green juga
menyebutkan dalam teorinya bahwa sikap dapat
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan pula menjadi salah satu unsur dalam faktor
Waktu Vaksinasi pada Calon Jamah Umroh predisposisi yang dapat mempengaruhi tindakan
di KKP Kelas II Pontianak Tahun 2019 atau perilaku seseorang.22 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sikap merupakan salah satu
Tingkat Pengetahuan faktor yang dapat mempengaruhi waktu
penyuntikan vaksinasi.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik Chi-
Square didapatkan nilai p-value= 0,028 (p < 0,05), Kondisi Kesehatan
sehingga dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Berdasarkan hasil perhitungan dengan
tingkat pengetahuan dengan waktu penyuntikan menggunakan uji statistik Fisher’s Exact, didapatkan
vaksinasi Meningitis Meningokokus pada calon nilai p-value= 0,427 (p > 0,05), sehingga dapat
jamaah umroh di Kantor Kesehatan Pelabuhan disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
Kelas II Pontianak. Hasil penelitian ini juga sejalan bermakna antara kondisi kesehatan dengan waktu
dengan yang dilakukan oleh Poerwanti, disebutkan penyuntikan vaksinasi Meningitis Meningokokus
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan pada calon jamaah umroh di Kantor Kesehatan
calon jamaah umroh dengan tingkat kepatuhan Pelabuhan Kelas II Pontianak. Seperti halnya dalam
vaksinasi Meningitis Meningokokus dengan nilai p- pemberian jenis vaksinasi lainnya, jika seseorang
value = 0,000.20 Pengetahuan adalah hasil dari tahu, sedang mengalami sakit hendaknya pemberian
dan ini terjadi setelah seseorang melakukan vaksin dapat ditunda, begitu pula dengan vaksinasi
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Meningitis Meningokokus, menurut CDC jika
Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai seseorang sedang mengalami sakit dengan kategori
dasar untuk mengambil keputusan dan sedang hingga berat, maka disarankan untuk
menentukan tindakan terhadap masalah yang menunda vaksinasi hingga kondisi orang tersebut
dihadapi. Pengetahuan tentang perjalanan penyakit kembali sehat.23 Namun berdasarkan dari hasil
dan faktor-faktor yang mempengaruhi, berguna penelitian yang dilakukan, asumsi bahwa adanya
untuk menemukan strategi pencegahan penyakit hubungan antara kondisi kesehatan dengan waktu
yang efektif.21 Dalam teori yang dikemukakan oleh penyuntikan vaksinasi tidak terbukti.
L. Green, terdapat beberapa faktor yang dapat Hasil uji statistik tidak menunjukan ada hubungan
mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang yang signifikan antara kondisi kesehatan dengan
yang dalam hal ini adalah pelaksanaan vaksinasi ketepatan waktu vaksinasi meningitis, dari hasil
Meningitis Meningokokus, salah satunya adalah wawancara yang dilakukan diperoleh bahwa hanya
faktor predisposisi, dimana terdapat unsur sebanyak 7% (6 orang) responden yang mengaku
pengetahuan di dalamnya.22 Sehingga dapat mengalami sakit saat akan dilakukan vaksinasi pada
disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan periode waktu sebelum 30 hari. Jumlah ini terlalu
merupakan salah satu faktor yang dapat sedikit jika dibandingkan dengan jamaah yang dalam
mempengaruhi waktu penyuntikan vaksinasi. kondisi sehat pada periode vaksinasi yang tepat
waktu yaitu sebanyak 93% (78 orang), perbedaan

75
Fitranto RI, Hernawan AD, Mardjan. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan...

yang terlalu besar antara kelompok terpapar tidak terpapar berdampak negative kecil yaitu
dengan kelompok tidak terpapar ini akan sebesar 14,2% hal ini menyebabkan perbedaan
berpengaruh terhadap hasil statistik yang proporsi yang dibandingkan menjadi tidak
dihasilkan dimana perbandingan paling ideal bermakna secara statistik. Selain itu jumlah jamaah
dilakukan jika kelompok terpapar dan tidak yang berada dalam kategori terpapar sebanyak 47
terpapar minimal sebanding jumlahnya. Namun jamaah sebanyak 20 tidak melakukan vaksinasi
demikian dalam tabulasi silang dapat dilihat tepat waktu dan sebanyak 27 melakukan vaksinasi
kecendrungan yang positif mengikuti kondisi yang tepatwaktu angka ini berjumlah relative sebanding
selazimnya paparan berdampak efek negative, yaitu sehingga secara statistik probabilitas paparan
proporsi responden yang sakit dan melakukan berdampak efek negative jika dibandingkan dengan
vaksinasi meningitis tidak tepat waktu sebesar probabilitas paparan berdampak positif menjadi
66,7% lebih banyak proporsinya jika dibandingkan sebanding juga sehingga tidak bermakna secara
dengan responden pada kelompok sehat yang statistik. Namun demikian data tabulasi silang
melakukan vaksinasi tidak tepat waktu yaitu terlihat adanya kecendrungan bahwa jamaah yang
sebanyak 47,4%. tidak melakukan vaksinasi tepat waktu proporsinya
lebih sedikit karena kurangnya dukungan travel
Keterpaparan Informasi dibandingkan dengan yang cukup mendapat
dukungan travel hal ini menunjukan bahwa ada
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik Chi faktor lain yang lebih dominan mempengaruhi
Square didapatkan nilai p-value= 0,043 (p < 0,05), ketepatan waktu vaksinasi meningitis pada jamaah
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat umrah yaitu faktor internal pengetahuan dan sikap
hubungan yang bermakna antara keterpaparan jamaah dan faktor ekternal yaitu keterpaparan
informasi dengan waktu penyuntikan vaksinasi informasi yang bisa saja diperoleh dari sumber lain
Meningitis Meningokokus pada calon jamaah yang berasal dari selain agen travel seperti media
umroh di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II massa elektronik dan media sosial.
Pontianak. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
dilakukan oleh Hidayah, disebutkan bahwa Penyebab lain yang juga dapat menjelaskan hasil
terdapat hubungan antara informasi dengan penelitian ini bahwa tidak adanya hubungan yang
pemberian imunisasi dasar lengkap dengan nilai p- bermakna antara dukungan travel dengan
value= 0,001.25 Dalam teori etiologi perilaku sakit ketepatan waktu vaksinasi pada calon jamaah
yang dalam hal ini adalah pelaksanaan vaksinasi umroh yaitu, terlihat dari sebanyak 84 responden
yang tidak tepat waktu, kemungkinan individu yang diwawancara, terdapat 34 jenis travel yang
untuk diserang penyakit dapat disebabkan oleh digunakan. Dari ke 34 travel tersebut, hampir
beberapa faktor yaitu informasi, pengetahuan dan setengahnya yaitu sebanyak 16 travel atau sebesar
asumsi budaya tentang penyakit serta perbedaan 47% diantaranya, hanya memiliki perwakilan
interpretasi terhadap gejala yang dikenalnya.21 masing-masing 1 orang saja sebagai responden
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterpaparan pada penelitian ini, sehingga jawaban yang
informasi merupakan salah satu faktor yang dapat diberikan oleh responden belum tentu dapat
mempengaruhi waktu penyuntikan vaksinasi. mewakili gambaran terkait dengan dukungan yang
diberikan travel tersebut.
Dukungan Travel
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik Chi Kesimpulan dan Saran
Square didapatkan nilai p-value= 0,283 (p > 0,05),
sehingga dengan demikian dapat disimpulkan Kesimpulan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
Dari hasil penelitian di atas, beberapa faktor yang
antara dukungan travel dengan waktu penyuntikan
diketahui memiliki hubungan bermakna dengan
vaksinasi Meningitis Meningokokus pada calon
waktu penyuntikan vaksinasi Meningitis
jamaah umroh di Kantor Kesehatan Pelabuhan
Meningokokus di Kantor Kesehatan pelabuhan
Kelas II Pontianak.
Kelas II Pontianak adalah tingkat pengetahuan
Selain itu hasil uji statistik tidak menunjukan ada responden, sikap dan keterpaparan informasi.
hubungan yang signifikan, studi yang dilakukan Sedangkan untuk faktor kondisi kesehatan dan
secara belah lintang mendapatkan informasi bahwa dukungan travel tidak memiliki hubungan yang
proporsi jamaah umrah yang melakukan vaksinasi bermakna dengan waktu penyuntikan vaksinasi
meningitis tidak tepat waktu sebanyak 42,6% Meningitis Meningokokus di Kantor Kesehatan
mengaku kurang adanya dukungan dari pengelola Pelabuhan Kelas II Pontianak.
travel sedangkan yang mengaku cukup mendapat
dukungan sebanyak 56,8%. Selisih proporsi antara
keterpaparan berdampak negative berbanding

76
JHECDs Vol. 5, No. 2, Desember 2019

Saran 6. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banjarmasin.


Pelayanan Vaksinasi Meningitis di Kantor Kesehatan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak Pelabuhan Kelas II Banjarmasin. 2015. Diakses 22
dapat memberikan sosialisasi secara rutin dan Januari 2019. Tersedia pada:
proaktif bekerja sama dengan dinas kesehatan, http://www.kkpbanjarmasin.or.id/index.php/semua
puskesmas dan agen travel kepada masyarakat -berita/133-pelayanan-vaksinasi-meningitis-di-
yang akan melaksanakan ibadah umroh, serta agar kantor-kesehatan-pelabuhan-kelas-ii-banjarmasin
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
lebih bervariasi dengan menggunakan media sosial
Nomor 2348/Menkes/Per/XI/2011 tentang
maupun elektronik. Selain itu, diseminasi informasi Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
dapat dilakukan dengan lintas sektor dalam Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 tentang
pertemuan koordinasi rutin dengan Kementerian Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan
Agama Provinsi Kalbar maupun kepada pihak Pelabuhan
travel, tentang aturan yang telah dibuat oleh 8. Laporan Tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan
pemerintah mengenai pelaksanaan vaksinasi Kelas II Pontianak Tahun 2018
Meningitis Meningokokus yang tepat waktu 9. De Oliveira, L. H., Jauregui B., Carvalho, A. F., and
beserta risiko yang dapat ditimbulkan apabila Giglio, N. 2017. Impact and Effectiveness of
Meningococcal Vaccines: A Review. Journal. Rev
pelaksanaan vaksinasi tersebut tidak sesuai dengan Panam Salud Publica. 2017; 41: e158. doi:
aturan yang telah ditetapkan. 10.26633/RPSP.2017.158
10. Purcell, B., Samuelsson, S., Hahne, S. J. M., Ehrhard,
Ucapan Terima Kasih I., Heuberger, S., Camaroni, I., Charlett, A., dan
Stuart, J., M. Effectiveness of Antibiotics In
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Preventing Meningococcal Disease After A Case:
responden penelitian yaitu calon Jemaah umrah Systematic Review. Journal. BMJ 328 (7452): 1339.
yang melakukan vaksinasi Meningitis 2004. Diakses tanggal 23 Januari 2019. Tersedia
Meningokokus di KKP Kelas II Pontianak, serta pada:
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC42
0283/
Pontianak yang telah memberikan izin untuk
11. Hafsoh, O,S. Huda S, Husodo B,T. Beberapa Faktor
melakukan proses penelitian di lingkungan yang Berhubungan dengan Penerimaan Jamaah
kerjanya. Umrah terhadap Vaksin Meningitis di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang. Jurnal
Kontribusi Penulis Kesehatan Masyrakat 1 (7). 2019 tersedia pada
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
RIF mengumpulkan, mengolah dan menganalisis 12. Yuliasari, P. Suwanto, P. Implementation
data, serta menyusun draft naskah artikel dan Promptness Analysis in Meningococcal Meningitis
literatur. ADH dan M sebagai pembimbing dalam Vaccination in Umrah Pilgrims in Surabaya. Jurnal
penulisan naskah artikel dan pemberi arahan Berkala Epidemiologi 2 (7). 2019. 147-154 DOI:
10.20473/jbe.v7i22019.147-154 tersedia pada
selama proses penelitian.
http://journal.unair.ac.id/index.php/JBE/
13. Hastono, Sutanto Priyo. Analisis Data. Jakarta:
Daftar Pustaka Universitas Indonesia. 2006.
14. Lemeshow, S., Hosmer Jr, D. W., Klar, J., and
1. Handayani S, Karier Meningokokus pada Lwanga, S. K. Adequacy of Sample Size in Health
Jamaah Haji Indonesia Tahun 1993-2003. Studies. New York: World Health Organization.
Litbang Kesehatan 2004 1990.
2. Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal 15. Badan Pusat Statistik. Kewarganegaraan, Suku
Kementerian Kesehatan RI. Selamatkan Jemaah Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk
Haji dan Umroh dari Bahaya Meningitis Indonesia - Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta:
Meningokokus. 2013. Diakses tanggal 12 Desember Subdirektorat Statistik Demografi. 2011
2018. Tersedia pada: 16. Hartono, Dudi. Modul Bahan Ajar Cetak
http://www.depkes.go.id/article/view/2277/selamat Keperawatan: Psikologi. Cetakan I. Jakarta: Pusdik
kan-jemaah-haji-dan-umroh-dari-bahaya- SDM Kesehatan. 2016
meningitis-meningokokus.html 17. Alwisol. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi).
3. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 2018
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan 18. Dina, F., dan Adwiya, R. Analisis Kemiskinan
Perjalanan Ibadah Umrah terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pontianak Tahun 2010-2014. Simposium Nasional
Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pelayanan dan Ilmu pengetahuan dan Teknologi 2016. Pontianak:
Penerbitan Sertifikat Vaksinasi Internasional Program Studi Manajemen Informatika BSI
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pontianak. 2016
Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan 19. Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah
Imunisasi Kementerian Agama RI. Waiting List. 2019. Diakses

77
Fitranto RI, Hernawan AD, Mardjan. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan...

tanggal 1 April 2019. Tersedia pada:


https://haji.kemenag.go.id/v3/basisdata/waiting-list
20. Poerwanti, Sri. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Jamaah Umroh dengan Kepatuhan Vaksinasi
Meningitis di Kantor Kesehatan Pelabuhan
Semarang Wilayah Kerja Bandara Adisumarmo.
Skripsi. Surakarta: Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Kusuma Husada. 2016
21. Irwan. Etika dan Perilaku Kesehatan. Cetakan I.
Yogyakarta: CV. Absolute Media. 2017
22. Noorkasiani, Heryati, dan Ismail, R. Sosiologi
Keperawatan, Cetakan I. Jakarta: EGC. 2009
23. Centers for Disease Control and Prevention
(CDC). Meningococcal Vaccine
Recommendations. 2017. Diakses tanggal 14
Desember 2018. Tersedia pada:
https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/mening/hcp/rec
ommendations.html
24. Siswanto. Mudahnya Membuat Proposal Skripsi
Bidang Epidemiologi. Cetakan II. Samarinda: MT
Publishing Samarinda. 2013
25. Hidayah, Nurul. Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
Tahun 2017. Jurnal Endurance 3 (1) Februari 2018
(153-161). Kopertis Wilayah X. Riau: Akademi
Kebidanan Sempena Negeri. 2017

78

Anda mungkin juga menyukai