Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

ANALISIS KASUS PANDEMI COVID-19 DILIHAT


DARI TEORI HL. BLUM

NAMA : MUKMINAH
NIM : 2202400

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


BINA CIPTA HUSADA PURWOKERTO
2022/2023
Analisis kasus pandemi covid-19 dilihat dari teori HL Blum :
1. Aspek Lingkungan
Analisis kasus pandemi Covid-19 pada aspek lingkungan dibagi
menjadi beberapa point. Yang pertama dilihat dari lingkungan fisik,
adanya pandemi covid-19 menjadikan dampak penurunan polusi udara
pada beberapa kota besar di Indonesia dan bahkan di beberapa kota
internasional terutama kota dengan populasi padat, terjadi perubahan
kondisi udara yang di alami. Alam pariwisata juga berdampak dari
menurunnya kegiatan perjalanan pada pariwisata di manapun berada,
terhentinya kegiatan tersebut membuat ekosistem alam dapat memulihkan
diri kembali dan terhindar dari eksploitasi manusia dalam kegiatan
aktifitas dan pariwisata. Parameter lingkungan yang cenderung membaik
saat pandemi antara lain penurunan emisi CO2 dan NO2.
Kemudian yang kedua lingkungan biologis, wabah pandemi
covid-19 diidentifikasi pada hewan seperti unta, ular, hewan ternak, kucing
dan kelelawar. Penyakit ini menjadi sorotan karena kemunculannya di
akhir tahun 2019 pertama kali di Wuhan, China. Lokasi kemunculannya
pertama kali ini, membuat corona virus juga disebut dengan sebutan
Wuhan Virus. Namun, virus corona dari Wuhan ini merupakan virus baru
yang belum pernah teridentifikasi pada manusia sebelumnya. Manusia
dapat tertular virus apabila terdapat riwayat kontak dengan hewan tersebut,
misalnya pada peternak atau pedagang di di pasar hewan. Adanya ledakan
jumlah kasus di Wuhan, China menunjukkan bahwa corona virus dapat
ditularkan dari manusia ke manusia. Virus bisa ditularkan lewat droplet,
yaitu partikel air yang berukuran sangat kecil dan biasanya keluar saat
batuk atau bersin.
Yang ketiga lingkungan sosial budaya fenomena pandemi seperti
ini tentu saja mengubah nilai-nilai sosial dan budaya yang berdampak pada
perubahan pola pikir serta sikap masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
untuk menjalankan protokol kesehatan seperti menggunakan masker,
selalu mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer, tidak
berkerumunan, menjaga jarak, dan menghindari sentuhan fisik secara
langsung seperti kebiasan berjabat tangan juga dihimbau untuk tidak
melakukannya serta munculnya prasangka terhadap orang lain yang bisa
mengarah pada diskriminasi. Kegiatan ibadah bersama, acara pernikahan,
kegiatan di pusat perbelanjaan, dan kegiatan berlibur yang dibatasi untuk
dilakukan. Bahkan hari besar seperti hari raya yang sebelumnya disambut
dengan meriah, suka cita dan suasana ramai tidak bisa dilakukan seperti
sebelumnya.
Dan yang terakhir lingkungan ekonomi, pandemi covid-19,
mengakibatkan krisis ekonomi global sepanajang tahun 2020 hingga kini
karena berbagai kebijakan guna mengurangi rantai penyebaran pandemi
salah satu contohnya yaitu pengurangan karyawan karena kegiatan
perusahaan yang terhambat oleh kebijakan yang di tetapkan. Menurut
analisis Departemen urusan ekonomi dan sosial Persatuan Bangsa-Bangsa
(UN-DESA) ekonomi global dapat menyusut hingga 1% pada 2020 karena
pandemi covid-19 dan dapat berkontraksi lebih jauh jika pembatasan
kegiatan ekonomi diperpanjang tanpa respon fiskal memadai. Penurunan
perekonomian disebabkan oleh beberapa negara yang mengambil
kebijakan karantina wilayah (lockdown) sehingga perekonomian
mengalami penurunan.

2. Aspek Perilaku
Salah satu tantangan berat yang di hadapi saat pandemi covid-19
adalah aspek perubahan perilaku. Karena pada dasarnya pandemi ini
sangat erat hubungannya dengan perilaku masyarakat. Berdasarkan
temuan yang didapat, kebanyakan masyarakat percaya bahwa covid-19
digunakan untuk kepentingan politik dan ekonomi. Hal ini didasarkan
pada kejanggalan yang mereka temukan sehingga memunculkan prasangka
dan menuduh kepada kelompok tertentu. Misalnya beranggapan bahwa
pandemi ini dimanfaatkan oleh pemerintah dan rumah sakit. Oleh karena
itu, mereka tidak percaya hasil pemeriksaan tes covid-19 di rumah sakit,
dan tidak mematuhi protokol kesehatan ketika berada di tempat umum.
Terbukti banyak ketidak patuhan yang ditunjukan sebagian masyarakat
seperti tidak menggunakan masker saat berada di tempat umum, dan tidak
memperhatikan jaga jarak. Sebagian masyarakat hanya patuh
menggunakan masker saat berada di jalan raya, itupun hanya untuk
menghindari pihak berwajib. Artinya pengetahuan yang cukup serta
kehadiran otoritsas yang mengikat menjadi bagian penting untuk
mengontrol sikap dan perilaku masyarakat untuk patuh terhadap protokol
kesehatan dan kebijakan pemerintah.

3. Aspek Pelayanan Kesehatan


Kondisi pelayanan kesehatan saat pandemi covid-19 ini menjadi
perhatian bagi pemerintah, stakeholders dan masyarakat. Sejak awal tahun
2020, pandemi covid-19 telah menyebabkan banyak gangguan dengan
dampak yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Tentu dalam konteks
kesehatan publik, salah satu aspek yang menerima dampak paling besar
adalah ketersediaan pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan
yang mulai kewalahan dalam mengakomodasi kebutuhan pelayanan
kesehatan masyarakat. Kondisi ini mewajibkan fasilitas pelayanan
kesehatan dan tenaga kesehatan harus bekerja ekstra demi memberikan
penanganan pada pasien covid-19 yang menjadi prioritas utama. Menurut
survei yang dilakukan oleh WHO di 155 negara, pandemi ini
menyebabkan disrupsi dalam upaya pencegahan dan skrining program
publik untuk penyakit tidak menular, termasuk hipertensi pada 53%
negara, kegawatan kardiovaskuler 31% negara, dan diabetes pada 49%
negara. Gangguan ini mungkin memperparah kesehatan masyarakat
dengan kondisi medis. Apalagi masyarakat rendah dan tinggal di daerah
yang kurang terjangkau oleh fasilitas kesehatan akan semakin sulit dalam
mengakses pelayanan kesehatan. Pastinya hal ini dapat secara langsung
mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. Banyak langkah yang telah
diambil demi mengatasi masalah ini terutama dengan mengeluarkan
protokol dan regulasi – regulasi yang bertujuan untuk memastikan bahwa
pelayanan kesehatan berkualitas tetap tersedia dan dapat diakses oleh
semua. Kebijakan ini beragam, mulai dari yang berdampak langsung
seperti penguatan pelayanan kesehatan berbasis komunitas, pemberian
obat ARV secara gratis bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS),
himbauan penggunaan telemedicine, hingga yang tidak langsung dengan
memberlakukan PSBB.
4. Aspek Faktor Keturunan
Genetika yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi
kemampuan dalam bertahan menghadapi covid-19. Teridentifigasi adanya
gen bernama LZTFL1 yang dapat meningkatkan risiko gagal pernapasan
dan kematian akibat covid-19. Gen ini ternyata banyak dimiliki oleh
orang-orang dari keturunan Asia Selatan dan Eropa. Peneliti juga
memperkirakan bahwa gen yang berisiko itu ada sekitar 2% orang Afrika-
Karibia dan 1,8% orang keturunan Asia Timur. Mereka mempercayai
bahwa gen yang berisiko ini membuat paru-paru seseorang menjadi lebih
rentan terhadap virus covid-19. Secara khusus temuan ini menggambarkan
gen yang mampu menyebabkan peningkatan kerentanan pada virus covid-
19 dan gen yang berpotensi memberikan resistensi. Gen LZTFL1
menyebabkan mekanisme pertahanan paru-paru berkurang. Namun, gen
tersebut tidak mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang membuat
antibodi melawan infeksi. Menurut penelitian orang dengan gen tersebut
akan dapat mendapatkan manfaat dari vaksinasi, yang tetap menjadi
perlindungan terbaik. Kepala penelitian Profesor James Davis menegaskan
bahwa, temuan ini tidak serta berdampak pada seluruh populasi secara
merata. Ada beragam faktor, termasuk usia dan keadaan sosial ekonomi
yang turut berkontribusi pada risiko kematian akibat covid-19 di setiap
individu. Temuan ini diharapkan akan meningkatkan penelitian
pengobatan khusus untuk pasien dengan gen LZTFL1, meskipun saat ini
belum ada obat yang tersedia. Sebagai informasi, penelitian ini
menggunakan kecerdasan buatan dan teknologi molekuler untuk
menganalisis data genetik dari ratusan jenis set di seluruh tubuh.

Anda mungkin juga menyukai