Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT :
HIPOVOLEMIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Profesi
Dengan dosen ibu Florentina Dian Maharina, S.Kep.,Ners, M.Kep

LUKISA WIJAYANTI
NIM : 30190121131

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2022
A. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolismetubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologidan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2016)
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir
90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat
dari tubuh. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme, seperti
karbondioksida, yang semuanya disebut dengan ion (Hidayat, 2016).

2. Anatomi Fisiologi cairan elektrolit

Komponen utama cairan tubuh adalah air. Jumlah total air dalam tubuh
adalah 60% berat tubuh. Cairan tubuh terdistribusi didalam tiga
kompartemen yang dipisahkan satu sama lainya oleh membran sel, yaitu:
a. Kompartemen cairan intrasel
b. Kompartemen cairan ekstrasel, terdiri dari:
- Kompartemen interstitial
- Kompartemen ekstravaskuler
Fungsi dari kompartemen cairan adalah untuk menjaga volume dan
konsentrasi zat-zat agar tetap konstan yang memungkinkan dapat
melakukan metabolisme di dalam sel.
Kompartemen Cairan Tubuh
Volume Cairan Cairan Tubuh {%} dari
Kompartemen
(Liter) (%) berat badan
Cairan tubuh total 42 100 60
Cairan intrasel (CIS) 28 67 40
Cairan ekstrasel
14 33 20
(CES)
- Intravaskuler
2,8 6,6 (20% CES) 4
(plasma)
- Cairan interstitial 11,2 26,4 (80% CES) 16

Air tubuh total dalam persentase berat badan


a. Bayi (baru lahir) 75 %
b. Dewasa

- Pria (20-40 tahun) 60 %


- Wanita (20-40 tahun) 50 %
c. Usia lanjut (> 60 tahun) 45-50 %
Mekanisme pergerakan cairan dan elektrolit tubuh ada 4 macam yaitu:
a. Difusi
Difusi adalah perpindahan larutan dari konsentrasi tinggi menuju
konsentrasiyang rendah dengan melintasi membrane semipermeable.
b. Osmosis
Perpindahan pelarut murni melalui membran semipermeable
berpindah darikonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
c. Filtrasi
Perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersama
sebagai responkarena tekanan cairan. Jumlah cairan yang keluar
sebanding dengan besar perbedaan tekanan luas permukaan membran
dan permeabilitas membran.Tekanan yang dihasilkan likuid dalam
sebuah ruangannya disebut hidrostatik
d. Transpor aktif
Transpor aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi rendah ke
tinggi karenaadanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
Membutuhkan energi dalam proses transpor. Contohnya pompa Na
untuk keluar dari sel dan kalium masuk kesel.
Pada keseimbangan asam dan basa, berkiatan dengan Pengaturan
pernafasan untukmembuang CO2 melalui proses ekspirasi di paru-paru akan
mengimbangi pembentukan Co2 metabolik. Peningkatan ventilasi alveolus
akan menurunkankonsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan
meningkatkan pH. Sedangkankontrol keseimbangan asam basa oleh ginjal
yang berperan penting dalamkeseimbangan. Ginjal merupakan pengatur
keseimbangan asam basa yang palingkuat dan dapat bekerja dalam waktu
lama setelah upaya pengaturan oleh sistem penyangga dalam cairan tubuh
dan pernafasan. Sekresi ion hidrogen dan reabsorbsiion bikarbonat terjadi di
tubulus ginjal. Ion ion hidrogen disekresikan oleh transporaktif sekunder di
segmen tubulus
Dalam tubuh air menempati posisi yang besar dalam tubuh dimana
terbagi menjadi dua :
a. Cairan Intraseluler (CIS) adalah cairan yang terdapat di dalam sel tubuh
dan menyusun sekitar 70% total cairan tubuh (TBW) CIS merupakan
tempat terjadinya aktivitas sel kimia.
b. Cairan Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang terdapat diluar sel
dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan
intravaskuler, cairan interstitial (terdapat dalam ruang antar sel, plasma
darah dan cairan serebrospinal, limfe serta cairan rongga serosa serta
sendi), dan cairan transeluler

3. Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan
berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal
dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon
dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi
oleh tractus gastrointestinal.
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar
30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun
sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses
respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh
susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).

4. Masalah-Masalah Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1) Hipovolemik
Hipovolemik adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanismenya adalah peningkatan rangsangan saraf
simpatis (peningkatan frekuensi jantunng, kontraksi jantung dan
tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR
meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering
dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan
dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan
anak adanya penurunan jumlah air mata. Pada pasien syok tampak
pucat, HR cepat dan halus. Hipotensi dan oliguri.
2) Hipervolemi
Hipervolemi adalah penambahan atau kelebihan volume CES dapat
terjadi pada saat :
 Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
 Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan eksresi natrium dan air
 Kelebihan pemberian cairan
 Perpindahan cairan interstitial ke plasma
Gejala : sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi
kuat, asites, edema, adanya ronchi, kulit lembap, distensi vena leher,
dan irama gallop.
3) Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya
terjadi perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari
extrasel ke intrasel mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan
hypernatremia yaitu kelebihan sodium pada cairan extrasel sehingga
tekanan osmotic extrasel meningkat mengakibatkan cairan intrasel
keluar maka sel mengalami dehidrasi.
4) Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel
sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium
ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma.
Sedangkan hyperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan
ektrasel, hal ini jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat
membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi impuls
jantung dan menyebabkan serangan jantung.
5) Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab
tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan
mengambilnya dari tulang. Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar
calcium pada cairan extrasel, kondisi ini menyebabkan penurunan
eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas.
6) Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi
ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum,
kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat
terdapat dehidrasi dan masalah ginjal.
7) Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi
ini dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan
ekskresi fosfat dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang.
Hiperfosfatemia yaitu peningkatan kadar ion fosfat dalam serum,
kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar
hormon paratiroid menurun.

B. Konsep Dasar Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan
- Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
- Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit.
- Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
- Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
- Faktor psikologis (perilaku emosional).
b. Pengukuran Klinik
1) Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan
atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah
keseimbangan cairan yang berhubungan dengan berat badan :
a) Ringan : ± 2%
b) Sedang : ± 5%
c) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter
4) Pengukuran keluaran cairan
a) Urin: volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses : jumlah dan konsistensi
c) Muntah
d) Tube drainage & IWL
5) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200 cc.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan
pada :
 Integumen : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, tetani, dan sensasi rasa.
 Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin, dan bunyi jantung.
 Mata: Cekung, air mata kering.
 Neurologi : Refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
 Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah, dan bising usus.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, klorida, ion bikarbonat.
2) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin
(Hb), hematrokit (Ht).
 Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
 Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik.
 Hb naik : adanya hemokonsentrasi
 Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
3) PH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
4) Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi
O2. Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO 2 : 80 – 100 mmHg;
HCO3- : 25 – 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O 2 adalah
perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang
dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena
(60 – 85 %).

2. Diagnosa Keperawatan yang dapat muncul


a. Diagnosa keperawatan 1 : Hipovolemia (D.0023)
 Definisi : Penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dan/
atau intraselular
 Batasan Karakteristik :
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Nadi teraba lemah
3) Tekanan darah menurun
4) Tekanan nadi menyempit
5) Turgol kulit menurun
6) Membaran mukosa kering
7) Volume urin menurun
8) Hematorit meningkat
Gejala dan tanda minor :
Subjektif
1) Merasa lemah
2) Mengeluh haus
Objektif
1) Pengisian vena menurun
2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh meningkat
4) Konsentrasi urin meningkat
5) Berat badan turun tiba-tiba
 Faktor yang berhubungan :
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
b. Diagnosa keperawatan 2 : Hipervolemia (D.0022)
 Definisi : Peningkatan volume cairan intravascular, interstitial, dan/
atau intraselural
 Batasan karakteristik
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :
1) Ortopnea
2) Dispnea
3) Paroxismalnocturnal dipsnea (PND)
Objektif :
1) Edema anasarca atau edema perifer
2) Berat badan meningkat dalam waktu singkat
3) Jugular venous pressure
4) Refleks hepatojugular positif
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1) Distensi vena jugularis
2) Terdengar suara nafas tambahan
3) Hepatomegali
4) Kadar Hb/Ht turun
5) Oliguria
6) Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
7) Kongesti paru
 Faktor yang berhubungan
1) Gangguan mekanisme regulasi
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) Gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmakologis (missal kortekosteroid, chlorpropsmide,
tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbazepine).
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
c. Diagnosa keperawatan 3 : Risiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036)
 Definisi : Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau
percepat perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial,
intraselural.
 Batasan karakteristik
 Faktor yang berhubungan :
1) Prosedur pembedahan mayor
2) Trauma/pendarahan
3) Luka bakar
4) Aferesis
5) Asites
6) Obstruksi internal
7) Peradangan pancreas
8) Penyakit ginjal dan kelenjar
9) Disfungsi intestisinal
 Kondisi Klinis Terkait :
1) Prosedur pembedahan mayor
2) Penyakit ginjal dan kelenjar
3) Perdarahan
4) Luka bakar. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
d. Diagnosa keperawatan 4 : Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
(D.0037)
 Definisi : Beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
 Batasan Karakteristik
 Faktor yang berhubungan :
1) Ketidakseimbangan cairan ( missal dehidrasi, intoksikasi air )
2) Kelebihan cairan elektrolit
3) Gangguan mekanisme regulasi (missal DM)
4) Efek samping prosedur (missal pembedahan)
5) Diare
6) Muntah
7) Disfungsi ginjal
8) Disfungsi regulasi endokrin
 Kondisi Klinis Terkait :
1) Gagal ginjal
2) Anoreksia nervosa
3) Diabetes melitus
4) Penyakit Chron
5) Gastroenteritis
6) Pankreatitis
7) Cedera kepala
8) Kanker
9) Trauma multipel
10) Luka bakar
11) Anemia sel sabit. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
DX KEPERAWATAN HASIL

1 Hipovolemia (D.0023) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia (I.0023) 1


keperawatan selama 2x24jam Observasi :
maka diharapkan status cairan - Periksa tanda dan gejala - Untuk mengetahui adanya tanda-
membaik dengan kriteria hasil : hypovolemia (mis. frekuensi tanda dehidrasi dan mencegah syok
Status cairan membaik (L.03028) nadi meningkat, nadi teraba hipovolemik.
- Kekuatan nadi meningkat lemah, tekanan darah menurun,
- Turgor kulit meningkat tekanan nadi menyempit, turgor
- Ortopnea menurun kulit menurun, membran
- Dyspnea menurun mukosa, kering, volume urin
- Frekuensi nadi membaik menurun, hematokrit meningkat,
- Tekanan darah membaik haus, lemah)
- Tekanan nadi membaik - Monitor intake dan output cairan - Untuk mengumpulkan dan
- Membrane mukosa membaik Terapeutik : menganalisis data pasien untuk
- Kadar hb membaik - Hitung kebutuhan cairan mengatur keseimbangan cairan.
- Kadar ht membaik - Untuk mencukupi kebutuhan
- Berikan posisi modified
- Intake cairan membaik trendelenburg cairan tubuh yang telah hilang.
- Berikan asupan cairan oral - Untuk meningkatkan status
Edukasi : hemodinamik.
- Anjurkan memperbanyak asupan - Untuk mempertahankan cairan.
cairan oral
- Anjurkan menghindari - Untuk mempertahankan cairan.
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi : - Untuk meminimalisisir kelebihan

- Kolaborasi pemberian cairan IV aktivitas yang dapat menimbulkan

isotons (mis. Nacl, RL) kelelahaan.


- Meningkatkan jumlah cairan tubuh

- Kolaborasi pemberian cairan IV dan mencegah terjadinya syok

hipotonis (mis. glukosa 2,5%, hipovelemik.

Nacl 0,4%) - Mengganti cairan hipotonis yang

- Kolaborasi pemberian cairan hilang.

koloid (mis. albumin,


plasmanate) - Untuk mengganti cairan keloid

- Kolaborasi pemberian produk yang hilang.

darah
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, - Mengidentifikasi defisiensi dan
2018) kebutuhan pengobatan atau respon
terhadap terapi yang diberikan.

2 Hipervolemia (D.0022) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipervolemia (I.03114)


keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
maka diharapkan keseimbangan - Periksa tanda dan gejala
cairan meningkat dengan kriteria hypervolemia - Merupakan dasar dan data dasar
hasil : berkelanjutan untuk memantau
Keseimbangan cairan (L.03020) perubahan dan mengevaluasi
- Asupan cairan meningkat - Identifikasi penyebab intervensi
- Pemgeluaran urine meningkat hipervolemia - Merupakan dasar dan data dasar
- Kelembaban membrane berkelanjutan untuk memantau
mukosa meningkat perubahan dan mengevaluasi
- Edema menurun - Monitor status hemodinamik intervensi
- Dehidrasi menurun - Monitor intake dan output cairan - Mengetahui status hemodinamik
- Tekanan darah membaik - Untuk mengetahui jumlah cairan
- Denyut nadi membaik yang masuk dan keluar dimana
- Membrane mukosa membaik jumlah aliran harus sama atau lebih
- Berat badan membaik dari jumlah yang dimasukkan,
- Monitor tanda hemokonsentrasi keseimbangan positif menunjukkan
- Monitor tanda peningkatan kebutuhan evaluasi lebih lanjut.
tekanan osmotik plasma - Mengetahui status hemodinamik
- Monitor kecepatan infus secara - Mengetahui tanda peningkatan
ketat osmotic plasma
- Monitor efek samping diuretic - Untuk membatasi cairan output
Terapeutik : - Monitoring cairan output lewat urin
- Timbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam - Untuk mengetahui keseimbangan
cairan pada tubuh klien
- Pembatasan cairan akan
- Tinggikan kepala tempat tidur menentukan berat tubuh ideal,
30-40 haluaran urin, dan proses
Edukasi - Untuk meningkatkan status
- Anjurkan melapor jika haluaran hemodinamik
urine 1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara mengukur dan - Memonitor output lewat urin
mencatat asupan dan haluaran
cairan - Agar kelurga mampu mengukur

- Ajarkan cara membatasi cairan dan mencatat asupan dan haluan

Kolaborasi : cairan

- Kolaborasi pemberian diuretic - Agar keluarga dan klien tau cara


membatasi cairan

- Kolaborasi penggantian - Untuk mengurangi oedema dan


kehilangan kalium akibat diuretic kelebihan cairan

- Kolaborasi pemberian CRRT, - : untuk mengangti kalium yang


bila perlu hilang

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,


2018) - Mengatur kesimbangan cairan
pasien dan membantu kerja ginjal.

3 Risiko Setelah dilakukan intervensi Manajemen cairan (I.03098)


Ketidakseimbangan keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
Cairan (D.0036) maka diharapkan keseimbangan - Monitor status hidrasi (missal - Mengatahui adanya tanda- tanda
cairan meningkat dengan kriteria frekuensi nadi, akral, pengisian dehidrasi
hasil : kapiler, kelembaban mukosa,
Keseimbangan cairan (L.03020) turgor kulit, tekanan darah )
- Asupan cairan meningkat - Monitor berat badan harian - Untuk menilai keadaan dehidrasi.
- Output urin meningkat - Monitor hasil pemeriksaan - Mengetahui perubahan yang terjadi
- Membran mukosa lembab laboratorium ( hematokrit, Na,
- Asupan makanan meningkat K, CL, berat jenis urin, BUN)
- Edema menurun - Monitor status hemodinamik - Mengetahui status hemodinamik
- Dehidrasi menurun (MAP, CVP, PAP, PCWP yang
- Tekanan darah membaik tersedia)
- Frekuensi dan kekuatan nadi Terapeutik :
membaik - Catat intake-output dan hitung - Untuk mengumpulkan dan
- Turgor kulit membaik balance cairan 24 jam menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan cairan
- Berikan asupan cairan sesuai - Memenuhi kebutuhan cairan yang
kebutuhan kurang
- Berikan cairan intravena jika - Memenuhi kebutuhan cairan yang
perlu kurang
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretic - Untuk mengurangi oedema dan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, kelebihan cairan
2018)

4 Risiko Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Elektrolit (I.03122)


Ketidakseimbangan keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
Elektrolit (D.0037) maka diharapkan keseimbangan - Identifikasi kemungkinan - Merupakan dasar dan data dasar
cairan meningkat dengan kriteria penyebab ketidakseimbangangan berkelanjutan untuk memantau
hasil : elektrolit perubahan dan mengevaluasi
Keseimbangan Elektrolit membaik - intervensi
(L.03021) - Monitor kadar elektrolit serum - Mengetahui perubahan yang terjadi
- Serum Kalium membaik - Monitor mual,muntah, diare - menunjukkan kehilangan cairan
- Serum Natrium membaik, berlebihan atau dehidrasi.
- Serum klorida, - Monitor kehilangan cairan - Mengetahui adanya tanda tanda
- Serum kasium membaik dehidrasi
- Serum magnesium membaik - Monitor tanda gejala hipokalemi, - Untuk mengetahui gejala
- Serum fospor membaik hiperkalemi, hiponatremi, hipokalemia, hyponatremia,
hypernatremia, hiperkalsemia, hypernatremia, hiperkalsemia dan
dan hipokalsemia hipokalsemia
Terapetik :
- Atur interval waktu pemantaun - Untuk mengetahui perkembangan
sesuai dengan kondisi pasien klien secara berkala
- Dokumentasi hasil pemantauan - Untuk mngetahui perkembangan
Edukasi pasien
- Jelaskan tujuan prosedur - Mengetahui prosedur pemantauan
pemantauan
- Informasi hasil pemantauan - Menginformasikan pada keluarga
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, hasil pemantauan berkala
2018)
C. Daftar pustaka

Hidayat, C.W. Suhartono. Dharminto. 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat


(eJurnal), Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346).
Tersedia dalam http://ejurnal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm.
Tarwoto dan Wartonah.,2016. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan . Edisi :4 .Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai