Anda di halaman 1dari 13

OUTING CLASS DAN MEETING CLASS

Oleh : Kelompok 9

Louisa Adelia Siahaan (1223311062)


Jesita Dear Maria Belen Damanik (1223311145)
Bernedetta Vitta Uli Tamba (1223311050)

Dosen Pengampu : Khairul Usman,S.Si.,M.Pd.

Mata Kuliah : Keolahragaan SD

Kelas : J PGSD 2022

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu dosen yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga
saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung
saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Kami
menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah
wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Penulis

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Outing Class.................................................................................................................................3
1. Pengertian Outing Class..........................................................................................................3
2. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Outing Class................................................................4
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Outing Class.....................................................................4
B. Meeting class................................................................................................................................5
1. Pengertian Meeting class.........................................................................................................5
2. Langkah-langkah Meeting class..............................................................................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................................................8
A. Kesimpulan.................................................................................................................................8
B. Saran............................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan harus dipelajari dari mulai buaian hingga akhir
hayat. Hal tersebut biasa disebut pendidikan seumur hidup atau long life education.
Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan
merupakan suatu proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga
meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara
informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, sekolah, dalam
pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Karena dengan pendidikan manusia
akan dapat mengetahui mana yang benar dan yang salah, mana yang haq dan yang
bathil, mana yang membawa manfaat dan yang akan membawa mudharat. Sehingga
pada konteks tersebut kita akan dapat mengamalkan apa yang telah kita dapatkan
dari pendidikan. Melalui proses pendidikan yang benar dan baik maka tujuan
pendidikan nasional akan tercapai. Pendidikan sebagai wahana transformasi nilai
dan ilmu pengetahuan merupakan proses yang dilakukan berdasarkan suatu
keyakinan tertentu, yaitu teoritis, dan praktis. Oleh karena itu, orang tua sebagai
pendidik dan khusunya guru sebagai pendidikan harus mempelajari, memahami dan
mengembangkan ilmu pendidikan agar mampu melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik dengan maksimal.
Dalam pencapaian ilmu pengetahuan maka tidak luput dari proses
pembelajaran. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan
tersebut terdapat guru dan siswa. Guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta
didik sehingga dalam proses pembelajaran haruslah ada interaksi positif dengan
menggunakan berbagai vasilitas dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Proses pembelajaran yang efektif dan efisien dapat
diciptakan dengan membentuk perangkat pendukung pembelajaran yaitu program
pembelajaran. Dengan adanya program pembelajaran dalam suatu lembaga
pendidikan dapat membantu menyusun perangkat kegiatan belajar mengajar
sehingga proses pembelajaran dapat tersusun dan terencana dengan baik dan tidak
keluar dari tujuan pembelajaran. Sebagaimana menurut Hamzah dan Nurdin
Mohammad dalam buku Belajar Dengan Pendekatan Pailkem mengatakan

1
“pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi
berbagai kondisi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yaitu tujuan
pembelajaran”.
Program pembelajaran yang terdapat dalam suatu lembaga sekolah diantaranya
yaitu: program Outing Class learning. Dalam program Outing Class learning ini
terdapat kegiatan yang telah direncanakan dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran sehingga menjadi lebih aktif, efektif dan inovatif serta menarik bagi
siswa. Kegiatan tersebut mencakup kegiatan yaitu: field trip.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari pembelajaran Outing Class?
2. Bagaimana konsep dari pembelajaran meeting class?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui:

1. Bagaimana konsep dari pembelajaran Outing Class


2. Bagaimana konsep dari pembelajaran meeting class

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi murid meningkatkan keterlibatan murid dalam proses pembelajaran mata
pelajaran
2. Bagi guru diharapkan model pembelajaran classroom meeting dan Outing Class
menjadi salah satu alternative terhadap pembelajaran
3. Bagi sekolah sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Bagi peneliti merupakan salah satu usaha untuk memperdalam dan memperluas ilmu
pengetahuan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Outing Class
1. Pengertian Outing Class
Menurut Suherman (2016:20) pembelajaran Outing Class atau
dikenal dengan istilah kegiatan lapang merupakan metode pembelajaran
dimana guru membawa nya ke luar kelas untuk menerapkan konsep yang
telah dipelajari di dalam kelas, dengan memanfaatkan halaman sekolah
sebagai sumber pembelajaran. Disamping itu pembelajaran di luar kelas
bisa diartikan juga sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diartikan
sebagai kegiatan tambahan diluar yang berkaitan dengan kurikulum. Salah
satu metode pembelajaran yang lebih memberdayakan dan sesuai dengan
kompetensi dan karakter adalah metode pembelajaran dengan
memanfaatkan halaman sekolah sebagai media pembelajaran.
Metode ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu mendorong
untuk belajar lebih aktif dan ikut berperan dalam kegiatan belajar mengajar,
menerapkan konsep belajar sambil berekreasi (learning by doing and
refreshing), dapat menghilangkan rasa jenuh selama belajar di dalam kelas
dan dapat mengembangkan kehidupan demokrasi dalam dunia pendidikan.
Menurut Adelia Vera (2012:17) Outing Class merupakan sebuah
pembelajaran yang dilakukan di luar sekolah salah satu program
pembelajaran yang bertujuan memberikan keterampilan dan keahlian dasar
tertentu sebagai sarana menumbuhkan kreatifitas siswa. Karena outing
sendiri bertujuan untuk meningkatkan semangat belajar kepada siswa dan
juga untuk memperluas pengetahuan mereka, selain itu Outing Class
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan alam secara langsung untuk di
jadikan sebagai sumber belajar.
Selain hal tersebut, metode Outing Class penting untuk diterapkan
dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan tiga komponen
pendidikan yakni afektif, kognitif, dan psikomotor. Karena ketiga aspek

3
tersebut digunakan secara integral dan berkesinambungan. Melalui
pembelajaran kontekstual berbasis Outing Class, guru dapat memanfaatkan
materi dan media pembelajaran konkret di luar kelas atau di alam yang
dapatmembantu dalam pemahaman kosa kata bahasa Indonesia yang
abstrak dan teoritis menjadi lebih konkret. Pemanfaatan materi dan media
konkret yang dipilih guru dalam proses pembelajaran tersebut diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman terhadap kosa kata bahasa Indonesia.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa
metode Outing Class adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan
diluar kelas dengan menerapakan konsep pembelajaran didalam kelas agar
proses pembelajaran menjadi menyenangkan.
2. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Outing Class
Penerapan dan pelaksanaan pembelajaran di luar kelas mempunyai
beberapa keuntungan. Keuntungan pelaksanaan pembelajaran tersebut
yaitu:

a) Kegiatan lebih menarik dan tidak membosankan daripada duduk di kelas berjam-jam,
sehingga motivasi belajar akan lebih tinggi.
b) Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab dihadapkan dengan situasi dan keadaan
yang sebenarnya atau bersifat alami.
c) Bahan yang dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehinggakebenarannya lebih
akurat.
d) Kegiatan belajar lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau
mendemonstrasikan, menguji fakta dan lain-lain.

Junaidi (2016 : 22) menyatakan bahwa dapat memahami dan


mengahayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, sehingga
dapat membentukpribadi yang tidak asing dengan kehidupan disekitarnya,
serta dapat memupuk cinta lingkungan.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Outing Class


a) Perencanaan Outing Class
Perencanaan adalah proses merumuskan langkah-langkah usaha untuk mencapai
tujuan. Perencanaan Outing Class di dalam sekolah dilakukan guru kelas dalam

4
sebuah lesson plan. Sedangkan perencanaan Outing Class di luar sekolah dilakukan
oleh panitia yang dibentuk melalui rapat.
b) Pelaksanaan Outing Class
Tahap pelaksanaan adalah tahap merealisasikan konsep pembelajaran dalam bentuk
perbuatan.Pelaksanaan Outing Class di dalam sekolah dilaksanakan di sekitar
sekolah.Sedangkan Outing Class di luar sekolah dilaksanakan pada semester ganjil
dengan mengunjungi tempat-tempat yang tidak hanya sebagai tempat rekreasi
melainkan juga memberikan pembelajaran bagi peserta didik 1) Guru
menginstruksikan kepada siswa untuk berjalan dengan rapi dan tertib untuk belajar di
luar kelas 2) Guru berdiri berhadapan dengan siswa berjarak kira-kira 1 meter
Melaksanakan percakapan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa 3) Guru
menjelaskan materi 4) Siswa memperhatikan penjelasan guru di luar kelas 5) Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
c) Evaluasi Outing Class
Sedangkan evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan
telah dapat dicapai. Outing Class di dalam sekolah dievaluasi oleh guru, sedangkan
Outing Class di luar sekolah dievaluasi dengan pelaporan dari panitia.

B. Meeting class
1. Pengertian Meeting class
Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Glaser. Dia mengembangkan
teknik pengobatan yang dikenal dengan pengobatan nyata (reality Trerapy). Dia menduga
bahwa manusia gagal mencapai tujuan yang diinginkan tidak hanya disebabkan oleh dirinya
tetapi pada tingkat hubungan antara pribadi atau pada tingkat masyarakat. Lingkungan sosial
adalah salah satu penyebab kegagalan itu. Untuk itulah maka untuk meningkatkan
berhasilnya individu harus disalurkan melalui medium masyarakat. Menurut Wiliam Glasser
(Rusman) menjelaskan pengertian classroom meeting yaitu murid yang mampu membentuk
hubungan yang harmonis serta mampu memproses imformasi secara efektif. (Rusman,2010)
Dalam melaksanakan model ini guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang
kondusif, agar murid merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik
emosional maupun intelektual.

Menurut Robert Glasser (Abdul Aziz Wahab) menjelaskan


pengertian classroom meeting yaitu suatu model pembelajaran yang dapat

5
menciptakan aktivitas murid dalam memprakarsai masalah dan
mendiskusikannya secara bersama-sama dan mencari pemecahannya.
Dalam melaksanakan model pembelajaran di kelas, prilaku guru hendaknya
dipandu oleh tiga dasar yaitu: pertama adalah prinsip keterlibatan secara
aktif yang berarti bahwa guru harus menampilkan kehangatan,
menunjukkan perhatian dan hubungan dengan muridnya. Prinsip kedua
guru harus mendorong muridnya untuk menerima tanggung jawab untuk
mendianogsis prilakunya sendiri dan teman kelasnya. Guru sendiri tetap
tidak memberikan penilaiannya. Murid sendiri membuat pertimbangannya
dan sesudah itu mulai bekerja kearah pemecahan yang positif. Prinsip yang
ketiga upaya kerja sama guru dan murid untuk mengenali, memilih dan
mengikuti dengan prilaku yang berorientasi pada alternatif. Dari teori di
atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa classroom meeting adalah suatu
model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana keterbukaan, menang
sendiri untuk memahami prilaku, menumbuhkan tanggung jawab untuk
pengembangannya sendiri dan mengarahkan diri sendiri bagi
perkembangan yang seimbang.

Proses pelaksanaan model pembelajaran classroom meeting peran


guru sangat penting antara lain: (1) Menekankan tanggung jawab (2)
Membuat aturan-aturan yang menentukan pada kesuksesan (3) Tidak
menghakimi (4) Menghargai solusi dan pendapat siswa (5) Menawarkan-
alternatif-aternatif yang sesuai (6) Menawarkan review yang berkelanjutan

Model pembelajaran classroom meeting adalah model pembelajaran


personal perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan
hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan
pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta
mampu memproses informasi secara selektif. Menurut teori ini, guru harus
berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, baik emosional
maupun intelektual. Model pembelajaran personal ini meliputi strategi
pembelajaran sebagai berikut:

a) Pembelajaran non-direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan


perkembangan pribadi (kedasaran diri, pemahaman, dan konsep diri)

6
b) Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau
kepedulian.
c) Sintetik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah
masalah secara kreatif.
d) Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes

2. Langkah-langkah Meeting class


Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran classroom meeting antara lain:

a) Tahap 1: desain ruangan


1) Guru meminta siswa duduk melingkar. Ini dilakukan untuk mendorong partisipasi
dan memungkinkan kelompok bisa melihat kelompok yang lain.
2) Guru bisa mencari variasi lain dalam merancang posisi duduk siswanya. Intinya
siswa harus ditempatkan dalam pola yang benarbenar produktif
b) Tahap 2: Alokasi waktu
1) Guru mengalokasikan waktu sekitar 10 hingga 20 menit untuk siswa muda, dan 30
hingga 45 menit untuk siswa-siswi yang lebih dewasa.
2) Pada tahap ini diskusi antar siswa tidak boleh melebihi waktu yang ditentukan.
Aturan soal waktu ini bisa mencegah mereka untuk melangkahi tanggung
jawabnya sendiri dan hak orang lain untuk berbicara.
c) Tahap 3: Implementasi
1) Guru membuka meeting dengan meminta siswa mendiskusikan topik seputar
perilaku, emosi, atau masalah-masalah yang terkait. Aturan-aturan yang berkaitan
dengan bahasa kasar, komentarkomentar yang keras, atau hal-hal lain seharusnya
sudah di sepakati bersama. Serta aturan mengenai kesempatan berbicara juga
penting.
2) Jika ada seseorang yang memonopoli percakapan guru sebaiknya segera
memanggil siswa lain untuk berbicara atau bertanya pada siswa lain apakah
mereka melihat bahwa siswa tadi sudah memonopolisasi pembicaraan. Guru
membimbing siswa menuju resolusi permasalahan yang diangkat.
d) Tahap 4: Rekognisi
1) Guru memberi penghargaan atas partisipasi siswa yang luar biasa dalam
pelaksanaan classroom meeting.

7
Lebih lanjut Abdul Aziz mengemukakan langkah-langkah model
pembelajaran Classroom meeting sebagai berikut:

1) Guru menciptakan suasana belajar untuk melibatkan murid secara langsung dalam
pembelajaran.
2) Guru memberikan materi kepada murid untuk didiskusikan.
3) Guru mengawasi murid dalam pembelajaran.
4) Guru dan murid memecahkan masalah dari materi yang dipelajari.
5) Guru meminta murid untuk mempersentasekan hasil pemecahan masalah yang
dilakukan.
6) Guru menindak lanjuti hasil persentase murid atau follow up.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran classroom meeting adalah model pembelajaran
personal perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan
hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan
pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta
mampu memproses informasi secara selektif. Menurut teori ini, guru harus
berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, baik emosional
maupun intelektual.

Model pembelajaran classroom meeting adalah model pembelajaran


personal perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan
hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan
pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta
mampu memproses informasi secara selektif. Menurut teori ini, guru harus
berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, baik emosional
maupun intelektual.

B. Saran
1. Bagi Guru
Hendaknya memiliki rencana belajar yang baik dalam pelaksanaan outing class dan
meeting class ini untuk siswa, sehingga adanya keterkaitan antara kegiatan dengan
materi yang sudah diberikan di kelas dengan jelas.
2. Bagi Siswa
Dengan adanya program outing class dan meeting class ini, hendaknya para siswa
lebih tekun belajar dan memanfaatkan waktu kegiatan untuk belajar dengan baik dan
mencari wawasan atau pengalaman yang banyak yang tidak bisa siswa dapatkan saat
di kelas. Sehingga siswa mampu mendapatkan hal-hal baru di lingkungan yang baru
pula.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adelia, Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Outdoor Study). Jogjakarta:DIVA


Pres,2012

Chalufour, Ingrid dan Karen Worth.Mengenal Alam Bersama Anak-Anak.(Jakarta :


PT. Gading Inti Prima, 2009)

Junaidi, Herman, Strategi Pembelajaran PAI dengan Metode Outing Class untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Plalangan 01 Kalisat
Tahun Pelajaran 2015-2016, Skripsi,Jember: IAIN Jember, 2016.

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,


(Jakarta : Raja Wali Pers, 2010)

Suherman, Stategi pembelajaran PAI dengan metode Outing Class untuk


meningkatkan motivasi Belajar siswa kelas IV SDN Plalangan 01 Kalisat
Tahun pelajaran 2015-2016, Skripsi,Jember: IAIN Jember,2016.

10

Anda mungkin juga menyukai