Anda di halaman 1dari 13

Makalah

NOMENKLATUR DALAM BOTANI SISTEMATIKA

TAKSONOMI SPERMATOPHYTA

Dosen Pengampu:

Wina Dyah Puspita Sari, S.Si, M.Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. Mukhaira Sofia (4211220016)


2. Pasu Maria Br Sinurat (4213520002)
3. Lisna P.J. Tamba (4212520008)
4. Pebry Asarona Sianipar (4213220040)
5. Aprinia Hutagaol (4212620004)
6. Nadya Imannia Syafirna (4213220044)
7. Novi Ramayana Sihotang (4212520010)
8. Atika Aulya Hasibuan (4213520005)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
penyertaanya, kami dapat menyelesaikan makalah kami ini. Makalah ini disusun sebagai bentuk
laporan pemenuhan tugas dari mata kuliah Taksonomi Spermatophyta. Tema yang diangkat dalam
makalah ini adalah Nomenklatur dalam Botani Sistematika. Kami juga berterimakasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Taksonomi Spermatophyta ibu Wina Dyah Puspita Sari, S.Si, M.Si.
Karena bimbingan beliau kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata, nama, dan istilah dalam
makalah ini yang luput dari perhatian kami. Kami menyadari isi dari makalah kami ini masih
belum sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan komentar dan saran yang membangun dari
pembaca makalah ini yang akan membantu kami untuk terus berinovasi dan berkembang. Akhir
kata kami mengucapkan terimakasih.

Medan, 1 Maret 2023

Penulis

(Kelompok 1)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
1.3. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5
2.1. Definisi Nomenklatur dalam Botani Sistematika ............................................................ 5
2.2. Aturan-Aturan Nomenklatur dalam Botani Sistematika ............................................... 5
2.3. Pembagian Nomenklatur dalam Botani Sistematika ...................................................... 6
2.4. Contoh-Contoh Nomenklatur dalam Botani Sistematika .............................................. 7
2.5. Peranan Nomenklatur dalam Botani Sistematika........................................................... 9
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tata nama binomial atau binomial nomenklatur merupakan aturan penamaan baku bagi
semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata (binomial berarti 'dua nama') dari
sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus (marga) dan nama spesies
(jenis).Tata nama biologi adalah kegiatan pemberian nama pada makhluk hidup di dalam
taksonomi. Metode penamaan menggunakan Binomial Nomenklatur yang diciptakan oleh
Carolus Linnaeus. Pemberian nama harus ditentukan dengan benar bagi takson yang telah atau
harus diketahui. Tata nama biologi telah mengalami perubahan berkali-kali semenjak manusia
mencatat berbagai jenis organisme.Nomenklatur atau Tata Nama adalah sebutan atau penamaan
bagi suatu unit organisasi yang lazim digunakan instansi pemerintah. Nomenklatur mempunyai
arti sangat penting dalam penataan atau penyempurnaan organisasi, karena nomenklatur dapat
menggambarkan secara singkat dan tepat mengenai kedudukan, tugas pokok dan fungsi unit
atau jabatan dalam suatu unit organisasi. Sistem penamaan organisme selanjutnya selalu
menggunakan bahasa Latin dalam tradisi pencatatan Eropa. Hingga sekarang sukar dijumpai
sistem penulisan nama organisme yang dipakai dalam tradisi Arab atau Tiongkok.
Kemungkinan dalam tradisi ini penulisan nama menggunakan nama setempat (nama lokal).
Keadaan berubah setelah cara penamaan yang lebih sistematik diperkenalkan oleh Carolus
Linnaeus atau Carl von Linne yang disebut "Bapak Taksonomi" dalam buku yang ditulisnya,
Systema Naturae (Sistematika Alamiah).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini yaitu :
a. Apa definisi dan fungsi dari nomenklatur dalam sistematika botani ?
b. Apa aturan-aturan nomenklatur dalam sistematika botani ?
c. Bagaimana pembagian nomenklatur dalam sistematika botani ?
d. Apa contoh dari nomenklatur dalam sistematika botani ?
e. Apa-apa saja tipe nomenklatur dalam sistematika botani ?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
a. Untuk mengetahui definisi dan fungsi nomenklatur dalam sistematika botani
b. Untuk mengetahui aturan-aturan nomenklatur dalam sistematika botani
c. Untuk mengetahui pembagian nomenklatur dalam sistematika botani
d. Untuk mengetahui contoh-contoh nomenklatur dalam sistematika botani
e. Untuk mengetahui tipe-tipe nomenklatur dalam sistematika botani
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Nomenklatur dalam Botani Sistematika


Pemberian nama pada tumbuhan disebut nomenklatur atau tatanama. Cara pemberian nama
itu melibatkan asas-asas yang diatur oleh peraturan-peraturan yang dibuat dan disahkan Kongres
Botani sedunia. Tatanama (Nomenklatur) adalah penerapan teknik penamaan tumbuhan sesuai
dengan peraturan-peraturan yang tertera dalam Kode International Tatanama Tumbuhan (KITT)
(Rendah & Hasnunidah, n.d.). Tujuan utama sistem ini adalah menciptakan satu nama untuk setiap
takson. Kode tatanama ini bertujuan untuk menyediakan cara yang mantap dalam pemberian nama
bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi atau menolak pemakaian nama-nama yang mungkin
menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran
dalam ilmu pengetahuan. Tatanama ini juga bertujuan menghindarkan terciptanya nama-nama
yang tidak perlu.
Dalam botani, pemberian nama yang dimaksud bukanlah nama daerah atau nama umum
yang biasa sehari-hari diberikan orang yang hidup di sekitar tempat tumbuhan itu tumbuh. Hal ini
disebabkan karena untuk keperluan komunikasi ilmiah nama-nama daerah tersebut sama sekali
tidak memenuhi syarat. Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa yang diperlakukan sebagai
bahasa Latin, tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya kata yang digunakan untuk nama.
Salah satu keuntungan nama ilmiah ialah bahwa penentuan, pemberian atau cara pemakaiannya
untuk setiap golongan tumbuhan dapat dilakukan berdasarkan suatu aturan atau sistim tatanama.

2.2. Aturan-Aturan Nomenklatur dalam Botani Sistematika


Banyak makhluk hidup mempunyai nama local. Nama ini bisa berbeda antara satu daerah dan
daerah lainnya. Untuk memudahkan komunikasi, makhluk hidup harus diberikan nama yang unik
dan dikenal di seluruh dunia. Berdasarkan kesepakatan internasional, digunakanlah metode
binomial nomenclature. Metode binominal nomenclature (tata nama ganda), merupakan metode
yang sangat penting dalam pemberian nama dan klasifikasi makhluk hidup. Disebut tata nama
ganda karena pemberian nama jenis makhluk hidup selalu menggunakan dua kata (nama genus
dan species) Aturan pemberian nama adalah sebagai berikut :
a. Tatanama botani tidak berhubungan dengan tatanama zoologi. Nama yang sama yang
diberikan pada tumbuhan bisa juga digunakan ahli zoologi pada hewan
b. Pelaksanaan penamaan di dalam kelompok taksonomi ditentukan dengan menggunakan
tipe tatanama. Tipe untuk famili adalah genus, tipe untuk genus adalah jenis, tipe untuk
jenis adalah spesimen dan seterusnya.
c. Tatanama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas publikasi, dan nama
yang benar adalah nama yang telah dipublikasi terlebih dahulu dan mengacu pada aturan-
aturan. Tatanama yang telah dipublikasikan lebih dulu harus dipakai sebagai dasar pada
publikasi berikutnya.
d. Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya dan urutannya bisa membuat satu nama
yang benar.
e. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa Latin tanpa menghiraukan
asalnya. Aturan untuk penamaan genus dan penunjuk jenis sama juga dengan yang lain
harus dalam bahasa Latin
f. Aturan tatanama adalah berlaku surut kecuali hal-hal yang kecil.
g. Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alas an tidak disukai atau karena
kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis, aslinya bukan di Cina. Perubahan
nama hanya boleh dilakukan biala sudah betul-betul diteliti taksonominya.

2.3. Pembagian Nomenklatur dalam Botani Sistematika


• Kingdom
Kerajaan adalah urutan taksonomi paling atas dan paling besar. Kingdom membagi
organisme menjadi lima kingdom:
Animalia: hewan
Plantae: tumbuhan
Fungi: jamur
Monera: organisme uniseluler tanpa inti sel
Protista: eukariot dengan jaringan sederhana.

• Phylum/Divisi
Dunia tumbuhan memiliki tingkat takson tertinggi layaknya dunia hewan. Tingkat takson
tertinggi dunia tumbuhan biasa disebut kingdom Plantae. Urutan takson pada tumbuhan
sama seperti urutan takson pada umumnya. Hanya saja, tingkat takson di bawah kingdom
diisi oleh divisi. Kingdom Plantae diklasifikasikan dalam tiga divisi seperti berikut.
1. Divisi Pteridophyta
Divisi Pteridophyta terdiri dari tumbuhan paku. Tumbuhan paku memiliki organ
pembuluh sejati, namun tidak memiliki biji. Tumbuhan ini berkembangbiak dengan
spora.
2. Divisi Bryophyta
Bryophyta merupakan divisi tumbuhan lumut. Ciri khas lumut adalah tidak adanya
organ pembuluh sejati. Proses perkembangbiakannya menggunakan spora seperti
tumbuhan paku.
3. Divisi Spermatophyta
Spermatophyta merupakan divisi tumbuhan berbiji, baik berbiji terbuka maupun berbiji
tertutup.
• Kelas
Pada tingkatan kelas, makhluk hidup diklasifikasikan pula berdasarkan kemiripan. Hanya
saja, proses klasifikasinya dilakukan dengan lebih mendetail dibandingkan Phylum dan
Divisio.

• Ordo/Bangsa
Ordo adalah tingkatan di bawah kelas yang yang memiliki ciri yang lebih spesifik.
Contohnya adalah kelas Dicotylesoneae dibagi menjadi beberapa ordo seperti Solanales,
Cucurbitales, Malvales, Rosales, Asterales, dan Poales.

• Famili
Takson famili berada di bawah takson bangsa yang berarti anggota takson bangsa akan
dikelompokkan lagi menjadi beberapa famili. Penggunaan akhiran –aceae biasanya
digunakan pada takson famili. Contoh akhiran aceae, cucurbitaceae, asteraceae, malvaceae,
solanaceae, dan poaceae.

• Genus/Marga
Genus atau marga (bentuk jamak: genera) adalah salah satu bentuk pengelompokan dalam
klasifikasi makhluk hidup yang secara hierarki tingkatnya di atas spesies, tetapi lebih
rendah daripada famili. Dalam sistem tata nama binomial nama suatu spesies makhluk
hidup terdiri atas dua kata, yaitu nama genusnya (diawali dengan huruf kapital) dan nama
penunjuk spesiesnya dengan ditulis atau cetak miring.

• Spesies
Dari setiap takson tumbuhan yang ada, spesies merupakan takson yang anggotanya
memiliki persamaan ciri-ciri paling banyak dibandingkan dengan takson-takson tumbuhan.
Takson ini mempunyai organisme yang jika melakukan perkawinan secara alamiah akan
memperoleh keturunan yang subur.

Nama spesies memiliki dua kata, yang dimana kata pertama menunjukkan nama genus dan
nama kedua menandakan nama spesifiknya. Contoh nama spesies pada genus rosa, yaitu
Rosa canina, Rosa multiflora, Rosa gigantea, Rosa alba, Rosa dumalis, dan Rosa rugosa.

2.4. Contoh-Contoh Nomenklatur dalam Botani Sistematika


Selain nama author, pemberian nama ilmiah/latin pada tumbuhan dan hewan juga berdasarkan hal
berikut.
1. Berdasarkan Nama Negara
Contoh:
Burung jenjang kanada (Grus canadensis)
Itik kepala merah amerika (Aythya americana)
Itik mata putih australia (Aythya australis)
2. Berdasarkan Warna
Contoh:
Burung puyuh hutan hitam (Melanoperdix nigra), nigra = niger = hitam
Burung ibis putih (Eudocimus albus), albus = alba = putih
Burung ibis merah (Eudocimus ruber), ruber = rubrum = merah
3. Berdasarkan Daerah
Contoh:
Burung belibis jawa (Dendrocygna javanica), java = jawa
Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), sumatrae = sumatra
Rafflesia kalimantan (Rafflesia borneensis), borneensis = kalimantan
4. Berdasarkan Ukuran Tubuh
Contoh:
Burung ibis raksasa (Thaumatibis gigantea)
Penguin kecil/katai (Eudyptula minor)
Burung jelanak besar (Podiceps major)
5. Berdasarkan Habitat/Benda
Contoh:
Burung madar air (Rallus aquaticus)
Kangkung air (Ipomoea aquatica)
Burung ibis zaitun (Lampribis olivacea)
6. Berdasarkan Sifat Akar
Contoh:
Bengkuang (Pachyrrihizus), pachy = mengembung, rhizus = akar
Kunyit (Curcuma domestica), curcumin = zat warna kuning, domesticus = rumah tangga
7. Berdasarkan Sifat Batang
Contoh:
Cabai rawit (Capsicum frutescens), frutex = batang mirip perdu
8. Berdasarkan Sifat Buahnya
Contoh:
Delima (Punica granatum), puniceus = merah delima, membulat dan isi berbutir-butir (granum)
Kacang tanah (Arachis hypogea), hypo- bawah, geo = tanah,
9. Berdasarkan Kandungan Zatnya (Biokimia)
Contoh:
Kafein (Coffea), morfin (Papaver), sacharosa (Saccharum/tebu), capsein (Capsicum/cabai),
menthos (Mentha arvensis), nikotin (Nicotiana tabaccum), salanin (Solanum melongena), pappain
(Carica papaya), theobromin (Theobroma cacao), canabinin (Canabis sativa).
10. Berdasarkan Kegunaannya
Contoh:
Rumah tangga (domesticus) = Lansium domesticum, Curcuma domestica
Kantor (office) = Saccharum officinarum, Zingiber officinale
Kebutuhan sehari-hari (vulgaris) = Foeniculum vulgare, phaseolus vulgaris
Untuk di makan (sativa/edulis/esculentum) = Oryza sativa, Canna edulis, Manihot esculenta

2.5. Peranan Nomenklatur dalam Botani Sistematika


Untuk menghindari kekacauan dalam pemakaian nama ilmiah maka Kode Internasional
Tatanama Tumbuhan (KITT) menetapkan bahwa penerapan nama-nama takson dari tingkat suku
ke bawah ditentukan berdasarkan tipe tatanama. Suatu tipe tatanama adalah salah satu unsur
penyusun takson yang selalu dikaitkan dengan nama takson yang bersangkutan untuk
selamalamanya. Tipe nomenklatur tidak perlu merupakan unsur atau spesimen atau contoh yang
paling khas daripada takson; tipe hanyalah suatu unsur yang selamanya dikaitkan dengan nama.
Tipe yang digunakan dalam tatanama secara umum adalah :

1. Holotipe (= holotypus), ialah suatu spesimen atau unsur lain yang dipakai oleh seorang
pengarang atau ditunjuk olehnya sebagai dasar waktu pertama kali mengusulkan nama
jenis baru. Selama holotipe masih ada, penerapan nama yang bersangkutan dengannya
dapat dipastikan secara otomatis. Kalau pengarang yang mempertelakan suatu takson tidak
menentukan holotipe, atau kalau holotipe hilang maka tipe pengganti atau tipe baru dapat
ditunjuk untuk menggantikannya.
2. Tipe pengganti (= Lectotype), ialah suatu spesimen atau unsur lain dari spesimen-spesimen
asli (isotope atau sintipe) yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe tidak
ditentukan atau holotipe hilang atau hancur.
3. Isotipe (= Isotype), ialah duplikat (bagian dari suatu nomor koleksi yang dikumpulkan
dalam waktu yang sama) dari holotipe.
4. Sintipe (= Syntypus), ialah salah satu daripada beberapa spesimen atau contoh yang
disebutkan pengarang kalau holotipe tidak ditentukan, atau sslah satu daripada beberapa
spesimen yang bersama-sama ditunjuk sebagai tipe.
5. Tipe baru (= Neotypus), ialah spesimen yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau
holotipe hilang atau rusak dan tidak mungkin untuk menunjuk tipe pengganti karena tidak
adanya isotope atau sintipe. Nama-nama baru yang diusulkan untuk mengganti nama-nama
lain, ataupun nama-nama kombinasi baru yang berasal dari nama-nama sebelumnya,
haruslah memakai tipe-tipe tatanama dari nama-nama yang lebih tua atau yang digantinya.

Satu Takson Satu Nama


Salah satu asas penting dalam kode nomenklatur yaitu kesatuan taksonomi hanya boleh
mempunyai satu nama ilmiah yang tepat, yaitu nama tertua yang sesuai dengan peraturan-
peraturan. Hal ini diadakan untuk mengatasi kemungkinan dipakainya beberapa nama ilmiah yang
berlainan untuk suatu takson yang sama (sinonim). Sebaliknya peraturan yang sama juga perlu
untuk menghindari pemakaian satu nama ilmiah yang sama untuk beberapa taksa yang berbeda
(homonim).
Untuk menghindari penggonta-gantian nama marga dan suku yang timbul sebagai akibat
penerapan peraturan-peraturan (terutama asas prioritas) secara konsekuen, maka beberapa nama
diawetkan untuk terus dipertahankan pemakaiannya, misalnya:
Palmae = Arecacea, Graminae = Poaceae, Cruciferae = Brassicaceae, Leguminosae = Fabaceae,
Guttiferae = Clusiaceae, Umbelliferae = Apiaceae, Labiatae = Lamiaceae, Compositae =
Asteraceae
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pemberian nama pada tumbuhan disebut nomenklatur atau tata nama. Cara pemberian
nama itu melibatkan asas-asas yang diatur oleh peraturan-peraturan yang dibuat dan disahkan
Kongres Botani Sedunia. Penamaan (nomenklatur) merupakan terjemahan dari kata nomenclature
yang berasal dari bahasa latin yaitu : nomen (nama) dan clature (menyebut). Jadi penamaan berarti
menyebut nama dan berbagai takson (tingkatan). Nama ini bisa berbeda antara satu daerah dan
daerah lainnya. Oleh karena itu, berdasarkan kesepakatan internasional, digunakan metode
binominal nomenclature.
Metode binominal nomenclature (ata nama ganda), merupakan metode yang sangat penting
dalam pemberian nama dan klasifikasi makhluk hidup. Pembagian Nomenklatur dalam Botani
Sistematika dapat diurutkan dari kingdom, divisi, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., L.G. Mitchell & J.B. Reece. (1999). Biology concept and connection. Third

edition. Benyamin Cummings, an Impril of Addison Wisley Longman Inc.

Davis, P.H. & V.H. Heywood. (1963). Principles of Angiosperm Taxonomy. Edinburg &

London: Oliver & Boyd.

Hasnunidah, N. (2019). Botani Tumbuhan Rendah.


Lawrence, G.H.M. (1951). Taxonomy of vascular plants. New York: Macmillan.

Marina Silalahi(2015).Bahan Ajar Taksonomi Tumbuhan Tinggi.PRODI PENDIDIKAN


BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
KRISTEN INDONESIA
Pujoarinto, A. (2001). Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas

Terbuka.

Setiyanto, A. E. R., Maulana, M. F., Nuriansyah, R. B., Zulfatim, H. S., Kusumawardhani, R. A.,
Sathyaputra, I. M. A. K., ... & Mahfudlo, W. K. (2022). Klasifikasi 7 Kingdom dan
Klasifikasi Virus. Deepublish.

Wulansari, T. Y. I., Agustiani, E. L., & Tihurua, E. F. (2020). Struktur anatomi daun sebagai bukti
dalam pembatasan takson tumbuhan berbunga: studi kasus 12 suku tumbuhan berbunga
Indonesia. Buletin Kebun Raya, 23(2), 146-161.

Anda mungkin juga menyukai