Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, Vol. 8 No.

1, 1 - 9
ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KEGIATAN


REHAB RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KOTA TANGERANG

Imron Maulana 1), S Sunarti 2)


1)
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2)
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
1)
Email: imronmaulana@students.undip.ac.id
2)
Email: sunarti@pwk.undip.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel : Kota Tangerang mencoba mengatasi masalah permukiman
Diterima : 29 April 2020 melalui program “Tangerang Berbenah” guna mempersiapkan
Disetujui : 26 September 2020 kawasan hunian layak huni dengan lingkungan yang ramah dan
sehat. Salah satu kegiatan dari program ini adalah rehab rumah
Kata Kunci : tidak layak huni (RTLH) dengan menggunakan pendekatan
Partisipasi Masyarakat,
Keterlibatan Masyarakat, Tingkat
partisipasi masyarakat, namun permasalahan partisipasi pada
Partisipasi, Rumah Tidak Layak setiap daerah memiliki kecenderungan yang berbeda beda.
Huni. Kegiatan rehab RTLH ini dilakukan di beberapa tempat yaitu
Kelurahan Kedaung Baru dan Kelurahan Batu Ceper. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat partisipasi
masyarakat pada kegiatan rehab RTLH. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis
kuantitatif deskriptif dan tabulasi silang. Terdapat 40 responden
yang kesemuanya adalah penerima manfaat bantuan rehab RTLH
di Kota Tangerang pada tahun 2018. Hasil penelitian
menunjukkan jika tingkat partisipasi masyarakat pada keseluruhan
tahapan di Kota Tangerang tergolong tinggi atau rebellious
dimana masyarakat mau bekerjasama secara kooperatif dengan
stakeholder lainnya serta mereka mampu mengambil keputusan
sendiri dalam menentukan kemauannya.

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article History : Tangerang is trying to overcome the problem of settlements
Received : April 29, 2020 through the "Tangerang Improving" program in order to prepare
Accepted : September 26, 2020 a habitable residential area with a friendly and healty. One of the
activities of this program is the rehabilitation of Non Eligible
Keywords : houses (RTLH) using a community participation approach, but
Community Participation, Citizen
Involvement, Ladder of
the problem of participation in each region has a different
Participation, Non Eligible House tendency. This activity was carried out in several places such as
Kedaung Baru and Batu Ceper. The purpose of this study was to
analyze the ladder of community participation in RTLH rehab
activities. The research method used is a quantitative method with
descriptive quantitative analysis techniques and cross tabulation.
There were 40 respondents who were all beneficiaries of RTLH
rehabilitation assistance in Tangerang City in 2018. The results
showed that the ladder of community participation in Tangerang
was high or "rebellious" where the community would cooperate
with other stakeholders and they were able to make their own
decisions in determining their wishes

1
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, Vol. 8 No. 1, 1 - 9
ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

1. PENDAHULUAN Perencanaan partisipatif masyarakat sangat


Konsep partisipasi sekarang ini telah penting untuk proses pembangunan
banyak digunakan dalam praktek berkelanjutan (Roseland and Spiliotopoulou,
pembangunan, terutama dalam proses 2017) karena partisipasi yang paling dasar
pengembangan masyarakat dimana dia dimulai adalah intervensi untuk melakukan perubahan
dari proses pendekatan bottom-up. Pendekatan sosial yang humanis dan berkontribusi sebagai
ini harus diciptakan sebagai partisipasi yang warga negara.
sebenarnya karena fakta bahwa itu melibatkan Menurut organisasi Cities Alliance,
keputusan berbasis masyarakat dan perbaikan atau peningkatan permukiman kumuh
menyalurkan cara mereka dalam pembangunan. adalah sebuah pendekatan terintegrasi yang
(Flint, 2013) menyatakan bahwa orang yang menekankan pada perbaikan perumahan,
terlibat dalam pembangunan sangat bergantung penyediaan air minum, sanitasi dan
pada pendekatan partisipatif untuk pengurangan / pencegahan kejahatan, kekerasan
memungkinkan anggota masyarakat terlibat dan kemiskinan di daerah kumuh (Alliance,
aktif bergerak dalam proses pembangunan 2014). Telah diketahui bahwa dengan
keberlanjutan. meningkatnya permukiman kumuh sangat
Partisipasi sejati harus mempromosikan signifikan dan berhubungan erat dengan
kesadaran terhadap penerima manfaat proyek meningkatnya kehidupan perekonomian
dan mitra utama kepada yang dianggap sebagai penduduk termasuk seperti mempromosikan
kelompok terpinggirkan (Melkote and Steeves, pembangunan ekonomi, meningkatkan kualitas
2001). Dengan melakukan itu, orang - orang ini hidup melalui peningkatan keselamatan dan
akan dapat mengidentifikasi kebutuhan dan keamanan, dan memberi kondisi kehidupan
tantangan mereka untuk menanggapi masalah yang lebih baik dan menyediakan tempat
yang ada, dan membuat rencana untuk tinggal bagi orang miskin.
menyelesaikan masalah. Dengan pendekatan Di negara Uganda Afrika, meskipun
ini, kelompok penerima dapat mengidentifikasi pemerintah pusat sudah memiliki kerangka
potensi dan kapasitas mereka untuk hukum dan kebijakan namun dalam
menemukan bagaimana cara pembangunan pengelolaan daerah kumuh terhambat oleh
terhadap diri mereka sendiri yang mungkin juga belum adanya kerangka hukum dan kebijakan
membawa dampak saling memiliki di tingkat di daerah (Muchadenyika and Waiswa, 2018).
masyarakat. Sedangkan menurut (Groenendijk, 2003)
Salah satu tantangan kritis untuk keberhasilan sebuah kegiatan sangat tergantung
menggunakan pendekatan partisipatif, menurut pada keterlibatan stakeholder utama dalam
(Burton, 2004) adalah karakter. Dia desain dan perencanaan kegiatan. Berkaca dari
menjelaskan bahwa para profesional pelaku hal tersebut maka sinkronisasi dan hubungan
pembangunan paling sering memandang diri antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah
mereka lebih superior daripada peran orang harus juga tersampaikan, harus disikapi oleh
masyarakat lokal, oleh karena itu praktek ini pemerintah daerah dengan mengeluarkan
akan menghambat masyarakat lokal untuk turunan kebijakan atas apa yang pemerintah
mengungkapkan masalah dan kebutuhan pusat lakukan dalam mengatasi permasalahan
mereka. Jelas bahwa proses partisipatif ada di permukiman kumuh.
tangan pengguna yang mungkin memanipulasi Kondisi rumah mempengaruhi tingkat
mereka melalui pengalaman dan sosialisasi kepuasan, dan kepuasan sangat mempengaruhi
mereka sendiri. Hal ini memberikan kita kesejahteraan hidup (Dittmann and Goebel,
pandangan pribadi bahwa banyak orang yang 2010). Hal ini berarti seseorang semakin tinggal
selama ini berkecimpung atau bekerja di sebuah di tempat yang baik maka kesejahteraannya
NGOs tampaknya lebih banyak yang juga akan semakin baik. Pada tingkat rumah
menggunakan pendekatan ini untuk tangga akan mempengaruhi kepribadian,
mendapatkan kontribusi masyarakat, daripada kesehatan, pendapatan, pendidikan dan status
melakukan partisipasi secara sukarela. pernikahan, sedangkan pada tingkat lingkungan
akan menunjukkan pentingnya lingkungan

2
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, Vol. 8 No. 1, 1 - 9
ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

sebagai sebuah perbandingan sosial dan mengambil sampel 2 lokasi yaitu Kelurahan
penentu kepuasan dan kebahagiaan masyarakat. Kedaung Baru dan Kelurahan Batu Ceper.
UN-Habitat mendefinisikan rumah tidak Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian
layak huni sebagai kondisi tempat tinggal tidak ini adalah untuk menganalisis tingkat partisipasi
permanen, akses air dan sanitasi tidak layak, masyarakat pada kegiatan rehab rumah tidak
lingkungan dan kepemilikan tidak terjamin. layak huni dalam program Pengembangan
Sedangkan menurut Permensos No. 20 tahun Perumahan di Kelurahan Kedaung Baru dan
2017 menyebutkan bahwa rumah tidak layak Kelurahan Batu Ceper Kota Tangerang.
huni adalah sebuah tempat tinggal yang tidak
memenuhi persyaratan secara kesehatan, 2. METODE
keamanan dan sosial. Didalamnya juga telah Pada penelitian ini menggunakan metode
diatur untuk kriteria dan persyaratan agar dapat kuantitatif. Menurut (Creswell, 2009) terdapat
dilakukan rehab rumah tidak layak huni. beberapa faktor yang menunjukkan bahwa
Pemerintah Kota Tangerang sudah penelitian kuantitatif cenderung tidak subyektif
berupaya mengatur kebutuhan permukiman karena memanfaatkan teori yang sebelumnya
yang sehat dan layak huni dengan berbagai sudah ada dan lebih dibatasi oleh data serta
macam jenis pendekatan dan kebijakan salah peluang untuk menggali lebih dalam pada
satunya adalah dengan menggunakan program respondennya. Namun penelitian kuantitatif
Tangerang Berbenah. Tujuan utamanya adalah dapat merumuskan konsep teori secara tepat
untuk percepatan pengentasan kawasan kumuh serta dapat menjelaskan fenomena sosial dalam
dengan mengedepankan partisipasi masyarakat narasi yang lebih rinci dan bermanfaat tentang
karena untuk mencapai pembangunan sebuah proses kegiatan tertentu dari sebuah
masyarakat yang berkelanjutan, diperlukan pengalaman manusia sebagai masyarakat yang
peran masyarakat dan pemerintah untuk saling menjadi pelakunya
memperkuat. Responden pada penelitian ini adalah
Tangga partisipasi telah berkembang setiap semua keluarga penerima manfaat kegiatan
dekadenya dimulai dari tangga partisipasi bantuan rehab rumah tidak layak huni di
arnstein di tahun 1969 dari tingkat Non- Kelurahan Kedaung Baru dan Kelurahan Batu
participation, Tokenisme dan Citizen Control. Ceper pada tahun 2018. Pada wilayah penelitian
Namun pada akhir dekade ini (Kotus and Kelurahan Kedaung Baru, warga yang
Sowada, 2017) mengungkapkan bahwa menerima bantuan rehab rumah tidak layak
keberadaan mitra utama dalam tangga partispasi huni sebanyak 30 KK sedangkan di Kelurahan
adalah pemerintah, masyarakat lokal dan Batu Ceper yang menerima bantuan sebanyak
masyarakat kota, mereka harus bekerja bersama 10 KK sehingga total penerima bantuan
membentuk ‘Participatory Urban Triad’. berjumlah 40 KK yang kesemuanya adalah
Kemudian dia membagi tiga tipe perilaku dasar masyarakat penerima bantuan rehab rumah
pada setiap aktor dalam berpartisipasi tidak layak huni. Karena objek penelitian
berdasarkan tingkat aktivitasnya yaitu : kurang dari 100 maka menurut (Sugiyono,
 Pemerintah : Directive – Deliberative- 2018) lebih baik dilakukan penelitian populasi
Directive – Deliberative. yang berarti bahwa ke 40 KK tersebut
 Masyarakat lokal : Withdrawn – semuanya akan dijadikan sebagai objek
Collaborating – Rebellious. penelitian.
 Masyarakat kota : Feigned – Collaborative Untuk mengetahui tingkat partisipasi
– Radical masyarakat dalam kegiatan rehab RTLH ini
Berdasarkan latar belakang dan menggunakan analisis skoring. Analisis
permasalahan diatas maka rumusan masalah pembobotan atau skoring ini menggunakan 5
dari penelitian ini adalah “Bagaimana pertanyaan dan 40 responden yang kesemuanya
partisipasi masyarakat pada kegiatan rehab adalah penerima manfaat bantuan rehab rumah
rumah tidak layak huni dalam pengentasan tidak layak huni, sehingga pengkategorian
kawasan kumuh di Kota Tangerang” dengan untuk tingkat partisipasinya adalah seperti tabel
1 dibawah ini.

3
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, Vol. 8 No. 1, 1 - 9
ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

Tabel 1. Kategori Tingkat Partisipasi

No Tingkat Bobot
1 Rebellious 334 – 400
2 Collaborating 267 – 333
3 Withdrawn 200 – 266
Sumber : Analisis Peneliti (2020)

Penjelasan dari masing – masing tingkat


partisipasi tersebut dapat dijabarkan sebagai Sumber : Analisis Peneliti (2020)
berikut :
Tipe rebellious, masyarakat berupaya untuk Gambar 1. Alur Kegiatan Rehab Rumah
melakukan semua sendiri dengan kemampuan Tidak Layak Huni di Kota Tangerang
mereka sendiri ataupun mengambil tindakan
yang mempengaruhi pemerintah untuk Pada tahap perencanaan rehab RTLH
mengubah sudut pandangnya sesuai yang masyarakat melakukan partisipasi dalam bentuk
masyarakat inginkan. Kegiatan masyarakat usulan atau proposal melalui BKM setempat
dapat melampaui bentuk yang dianggap yang isinya antara lain berupa rencana kegiatan,
demokratis dan lebih condong ke arah jadwal pelaksanan, KAK. RAB serta foto
kebebasan berpendapat. kerusakan rumah yang diusulkan.
Tipe collaborating, masyarakat tertarik dan Masyarakat beserta stakeholder lain yaitu
terlibat dalam setiap masalah perkotaan yang pemerintah daerah dan BKM sering melakukan
ada, mereka siap bekerjasama dan dialog ataupun diskusi baik yang sifatnya
melakukannya lebih sering. Masyarakat formal melalui rapat dan sosialisasi ataupun
bersikap terbuka dengan pemerintah dalam yang bersifat tidak formal melalui diskusi door
menyelesaikan masalah to door ataupun saat peninjauan lokasi kegiatan
Tipe withdrawn, masyarakat tidak tertarik rehab RTLH seperti yang terdokumentasi di
terlibat dalam masalah yang berkaitan dengan gambar 2 dibawah ini
kota atau sekitarnya, mereka tidak mau bekerja
sama karena mereka tidak tahu bahwa
kerjasama dalam pembangunan itu hal yang
dimungkinan, atau karena ketidakberdayaan
mereka dan mendelegasikan tanggung jawab
untuk bertindak hanya kepada pemerintah
Sumber : Hasil Survey (2020)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan rehab rumah tidak layak huni di Gambar 2. Kegiatan Partisipasi Masyarakat
Kota Tangerang pada tahun 2018 ini termasuk Pada Tahap Perencanaan Rehab RTLH
dalam program pengembangan perumahan
dengan nama kegiatannya adalah pembangunan Pada tahap pelaksanaan rehab RTLH
sarana dan prasarana rumah sederhana sehat. masyarakat melakukan partisipasi dalam bentuk
Dimana pelaksanaannya dilakukan secara penambahan biaya, material dan tenaga seperti
swakelola oleh kelompok masyarakat dan yang terlihat di gambar 3. Disemua tahapan
sesuai dengan ketentuan perundang – undangan baik perencanaan ataupun pelaksanaan
di bidang barang dan jasa pemerintah. keberadaan BKM selalu memberi peran besar
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sebagai pendamping masyarakat, sehingga
rehab rumah tidak layak huni ini ada pada tahap peran dari BKM memang dapat dikatakan
perencanaan dan pelaksanaan, sedangkan pada cukup krusial dalam melaksanakan, mengawasi
tahap monitoring dan evaluasi ada di ranah dan memberi arahan kepada setiap masyarakat
kewenangan pemerintah seperti yang dapat penerima bantuan rehab RTLH ini
dilihat dari gambar 1 berikut ini

4
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, Vol. 8 No. 1, 1 - 9
ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

sangat tertarik untuk berpartisipasi dalam


merencanakan pembangunan di wilayahnya,
merekapun bersikap terbuka dan kooperatif
kepada stakeholder lain seperti BKM dan
pemerintah daerah Kota Tangerang.
Sumber : Hasil Survey (2020) Menurut pendapat (Kotus and Sowada,
2017) pada tingkat collaborative masyarakat
Gambar 3. Kegiatan Partisipasi Masyarakat akan tertarik dan terlibat pada setiap masalah
Pada Tahap Pelaksanaan Rehab RTLH perkotaan, mereka siap untuk bekerjasama dan
melakukannya dengan frekuensi lebih sering
3.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam bersama pemilik otoritas kekuasaan. Mereka
Tahap Perencanaan juga telah menunjuk perwakilan dari mereka
Kami mengidentifikasi tingkat partisipasi untuk ikut menginisiasi pada setiap kegiatan
masyarakat tahap perencanaan pada kegiatan mereka yang berhubungan dengan masalah
rehab rumah tidak layak huni di kedua lokasi perkotaan. Hal ini menunjukkan jika
menggunakan pertanyaan - pertanyaan kepada masyarakat Kota Tangerang juga telah
responden yang kemudian kami beri bobot mencapai tahapan tersebut berdasarkan dari
untuk setiap pertanyaannya. Hasil dari hasil analisis diatas.
pembobotannya adalah seperti dalam tabel 2 di Dalam tahap perencanaan ini persentase
bawah ini. masyarakat dilokasi penelitian yang tertarik
untuk terlibat dan melakukan dialog dengan
Tabel 2. Bobot Partisipasi Tahap pemerintah atau BKM cukup tinggi, hal ini
Perencanaan mengindikasikan bahwa masyarakat kota
tangerang sangat bersikap kooperatif dan sering
Indikator Bobot N Bobot melakukan dialog baik dalam forum pertemuan
xN resmi ataupun langsung secara personal kepada
Tertarik Membuat Rencana tim dari BKM guna memdapatkan informasi
Ya 2 40 80 mengenai bagaimana rumah yang sehat dan
Tidak 1 0 0 layak huni.
Terlibat Dalam Perencanaan
Masyarakat dalam tahap ini juga
Ya 2 6 12
Tidak 1 34 34 merencanakan besaran biaya dan waktu yang
Bekerjasama Dengan Stakeholder akan dibutuhkan dalam merehab rumah mereka.
Ya 2 6 12 Bersama dengan tim persiapan dari kelompok
Tidak 1 34 34 masyarakat mereka menyusun produk akhir
Dialog Dengan Stakeholder berupa proposal yang didalamnya terdiri dari
Ya 2 40 80
Tidak 1 0 0
rencana kegiatan, jadwal peaksanaan,
Memberi Masukan Rencana spesifikasi teknis, dan anggaran biaya. Karena
Ya 2 6 12 latar belakang masyarakat yang bukan seorang
Tidak 1 34 34 yang paham segala bentuk hal teknis namun
Total bobot 298 dengan bantuan tim persiapan dari kelompok
Sumber : Analisis Peneliti (2020) masyarakat disana mereka menjadi lebih
mengerti untuk apa – apa yang harus mereka
persiapkan sebelumnya untuk menjadikan
Dari hasil analisis pembobotan yang
rumah mereka menjadi layak huni
dilakukan pada tabel diatas maka menghasilkan
Indikator untuk masing – masing kelurahan
total bobot sebesar 298, sehingga apabila
pada tahap perencanaan dapat dilihat dalam
mengacu pada tingkat partisipasi Kotus &
gambar 4 dibawah ini, meskipun berada pada
Sowada partisipasi yang dilakukan oleh
tingkat kedua namun berdasarkan hasil dari
masyarakat Kota Tangerang di tahap
kuesioner masih terlihat timpang antara
perencanaan berada pada posisi kedua yaitu
indikator – indikator nya, masyarakat pada
collaborative dengan skor antara 267 – 333. Hal
tahap perencanaan hanya tertarik untuk terlibat
ini berarti dalam tahap perencanaan masyarakat

5
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, Vol. 8 No. 1, 1 - 9
ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

dan berdialog saja dengan stakeholder lain Tabel 3. Bobot Partisipasi Tahap
(100%) namun untuk terlibat, bekerjasama dan Pelaksanaan
membuat masukan perencanaan masyarakat
masih sangat sedikit keterlibatannya (15%) Indikator Bobot N Bobot
xN
Tertarik Untuk Berpartisipasi
Ya 2 40 80
Tidak 1 0 0
Terlibat Dalam Pelaksanaan
Ya 2 35 70
Tidak 1 5 5
Bekerjasama Dengan Stakeholder
Ya 2 40 80
Tidak 1 0 0
Dialog Dengan Stakeholder
Ya 2 40 80
Sumber : Analisis Peneliti (2020) Tidak 1 0 0
Melakukan Perubahan Pekerjaan
Gambar 4. Tingkat Partisipasi Tiap Ya 2 9 18
Tidak 1 31 31
Kelurahan Pada Tahap Perencanaan Total bobot 364
Sumber : Analisis Peneliti (2020)
Partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan di kegiatan rehab RTLH ini masih Dari hasil analisis pembobotan yang
menggantungkan pada peran dari BKM dilakukan pada tabel diatas maka menghasilkan
setempat, namun BKM memaksa masyarakat total bobot sebesar 364, sehingga apabila
agar mengambil peran sebagai lebih besar guna mengacu pada tingkat partisipasi Kotus &
mensukseskan kegiatan rehab rumah mereka di Sowada partisipasi yang dilakukan oleh
tahap perencanaan ini melalui seringnya mereka masyarakat Kota Tangerang di tahap
melakukan dialog atau sosialisasi bahkan pelaksanaan berada pada posisi pertama yaitu
sampai mendatangi rumah calon penerima rebellious dengan skor antara 334 – 400. Hal ini
manfaat. berarti dalam tahap pelaksanaan masyarakat
Adanya perasaan khawatir dari masyarakat telah ada pada tingkat dimana mereka mampu
apabila tidak mengikuti arahan dari BKM akan bertindak atas kemauan mereka sendiri dalam
membuat nama mereka dicoret dari daftar melaksanakan pekerjaan rehab rumah mereka
penerima bantuan rehab RTLH membuat meskipun mereka juga tetap melakukan
masyarakat menjadi sedikit berhati hati dan kerjasama dengan stakeholder lain dalam
cenderung menyerahkan tahapan perencanaan melaksanakan pekerjaan rehab RTLH ini
ini kepada BKM untuk menyelesaikannya seperti dengan BKM ataupun pemerintah
sehingga keterlibatan masyarakat ditahap ini daerah Kota Tangerang.
lebih banyak dalam hal berkomunikasi dan Menurut (Kotus and Sowada, 2017) pada
ketertarikan saja namun tidak berani untuk tingkat collaborative masyarakat akan
melangkah lebih jauh mengambil tindakan yang menurut mereka
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari sudut
3.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam pandang mereka. Aktivitas seperti ini apabila
Tahap Pelakanaan tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup
Sedangkan pada tahap pelaksanaan hasil akan cenderung berbahaya oleh sebab itu
dari pembobotannya adalah seperti dalam tabel diperlukan kehadiran pemerintah dalam
3 dibawah ini. membantu dan mengarahkan masyarakat agar
tetap dalam koridor yang sesuai aturan.
Sejalan dengan hasil penelitian ini
responden dalam melakukan perbaikan rumah
mereka sesuai dengan tujuan dari kegiatan
rehab RTLH yang didampingi oleh BKM dan

6
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, Vol. 8 No. 1, 1 - 9
ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

pemerintah daerah sehingga terwujudnya rumah bahwa pekerjaan merupakan salah satu faktor
sehat bagi masyarakat terpenuhi dengan baik yang mempengaruhi partisipasi, semakin sibuk
serta sesuai dengan peraturan yang berlaku. orang bekerja maka akan semakin sedikit yang
Indikator untuk masing – masing kelurahan berpartisipasi. Dalam penelitian ini
pada tahap pelaksanaan dapat dilihat dalam menunjukkan hasil yang berbeda, meskipun
gambar 5 dibawah ini, pada tahap pelaksanaan responden banyak yang bekerja namun justru
hampir sebagian besar melakukan partisipasi partisipasinya mejadi tinggi, mereka dominan
dan terlibat dalam pekerjaan rehab RTLH di berpartisipasi dalam hal penambahan biaya baik
lingkungannya, hanya 22,5% masyarakat yang untuk bahan baku tambahan ataupun tambahan
melakukan perubahan pekerjaan yang biaya untuk tenaga kerja
sebelumnya telah direncanakan hal ini Partisipasi masyarakat pada tahap
dikarenakan pada awal perencanaan yang pelaksanaan di kegiatan rehab RTLH ini cukup
diprioritaskan adalah pekerjaan mengganti atap, tinggi, salah satu faktor yang mempengaruhi
namun karena atapnya masih bagus sehingga adalah adanya perasaan memiliki bahwa yang
pekerjaan atap diganti menjadi pekerjaan sedang diselesaikan permasalahannya adalah
perbaikan yang lain. rumah pribadi tempat tinggal mereka sendiri
sehingga masyarakat baik secara individu
ataupun kelompok akan memberikan segala
bentuk partisipasi apapun yang mereka sanggup
lakukan demi terpenuhinya tujuan dari kegiatan
rehab RTLH ini yaitu rumah sehat dan layak
huni

3.3 Perbedaan Tingkat Partisipasi Pada


Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan
Sumber : Analisis Peneliti (2020) Berdasarkan hasil analisis tahapan dalam
kegiatan rehab rumah tidak layak huni di Kota
Gambar 5. Tingkat Partisipasi Tiap tangerang, secara garis besar memiliki 4 alur
Kelurahan Pada Tahap Pelaksanaan tahapan seperti dalam gambar 6 dibawah ini
yaitu identifikasi, perencanaan, pelaksanaan dan
Dalam tahap pelaksanaan ini masyarakat evaluasi. Masyarakat terlibat berpartisipasi pada
menentukan sendiri bagaimana mereka akan tahap perencanaan dan pelaksanaan, untuk
melakukan partisipasi. Sebagian besar dari kelompok masyarakat atau BKM terlibat pada
mereka mengeluarkan uang sebagai bentuk tahap identifikasi, perencanaan dan
partisipasi selain ada juga yang dalam bentuk pelaksanaan, sedangkan pemerintah terlibat
tenaga, beberapa dari mereka bahkan sampai pada kesemua tahapan yang ada
berhutang atau menggadaikan barang yang
mereka miliki demi terwujudnya rumah layak
- Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah -
huni untuk mereka tinggali. Masyarakat tidak BKM -
Evaluasi Identifikasi
merasa menyesal mengeluarkan banyak
nominal untuk perbaikan rumah, mereka
berpendapat bahwa pemerintah telah peduli
terhadap tempat tinggal mereka sehingga Pelaksanaan Perencanaan
- Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah -
mereka juga harus mengimbangi dengan - BKM BKM -
membantu karena hasil dari kegiatan rehab - Masyarakat Masyarakat -

RTLH ini masyarakat juga yang akan Sumber : Analisis Peneliti (2020)
merasakannya
Sebagian besar responden memiliki Gambar 6. Tahapan Dan Aktor Yang
pekerjaan sebagai buruh sebanyak 87,5% Terlibat Dalam Kegiatan Rehab RTLH
sisanya adalah responden yang tidak bekerja.
Dalam penelitian (Plummer, 2000) dikatakan

7
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, Vol. 8 No. 1, 1 - 9
ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

Menurut (Kotus and Sowada, 2017) meskipun hal itu terjadi pada saat pelaksanaan
partisipasi yang baik adalah adanya kerjasama pekerjaan rehab rumahnya.
dan pembagian peran yang tepat untuk masing
– masing aktor yaitu pemerintah daerah, 4.2. Saran
masyarakat dan komunitas (participatory urban Kepada setiap stakeholder yang terlibat
triad) dalam melakukan aktivitas pembangunan dalam kegiatan rehab RTLH ini, pada tahap
kota, namun dalam penelitian kali ini terdapat perencanaan masyarakat sebaiknya diberikan
perbedaan tingkat partisipasi pada tahap peran lebih aktif lagi untuk menyuarakan apa
perencanaan yaitu di tingkat collaborative dan yang menjadi keinginannya karena selama ini
pelaksanaan yaitu di tingkat rebellious, hal ini masih bergantung pada keputusan dari BKM
terjadi karena peran stakeholder lain lebih besar setempat.
daripada masyarakatnya sendiri Untuk mengembangkan penelitian lanjutan
Menurut (Sunarti, 2003) faktor eksternal yang berkaitan dengan hasil penelitian ini
mempengaruhi keberhasilan kegiatan partisipasi adalah kami memandang perlunya penelitian
masyarakat, pada kegiatan rehab RTLH ini terhadap faktor eksternal yang juga
peran dari BKM cukup signifikan karena BKM mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
cukup intens keterlibatannya baik dari tahap kegiatan rehab rumah tidak layak huni di Kota
identifikasi, perencanaan dan pelaksanaan Tangerang sehingga diperoleh gambaran lebih
dengan membentuk 3 kelompok tim yaitu tim jauh bagaimana peran stakeholder seperti BKM
persiapan, tim pelaksana dan tim pengawas dan pemerintah daerah dalam mendorong
Kegiatan rehab RTLH di Kota Tangerang keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi
pada tahap perencanaan peran masyarakat disetiap kegiatan pembangunan daerahnya.
belum dominan meskipun sudah terlibat apabila
dibandingkan pada saat tahap pelaksanaan, 5. UCAPAN TERIMAKASIH
kerjasama masyarakat dengan stakeholder lain Terimakasih kepada masyarakat Kelurahan
pada tahap perencanaan masih rendah mereka Kedaung Baru, Kelurahan Batu Ceper, Dinas
masih lebih menggantungkan penyelesaiaan Perumahan dan Permukiman Kota Tangerang,
perencanaan pada pemerintah dan BKM BKM Kota Tangerang, serta Bappenas dengan
setempat, hal inilah yang membuat perbedaan nomor SK 417/P.01/04/2018 atas pemberian
hasil tingkat partisipasi di tahap perencanaan bantuan penelitian sehingga penelitian ini dapat
dan pelaksanaan menjadi berbeda terlaksana dengan baik.

4. PENUTUP 6. DAFTAR PUSTAKA


4.1. Kesimpulan Alliance, C. (2014) for City Without Slums.
Salah satu cara dalam mengatasi kawasan Available at:
kumuh dapat dilakukan melalui kegiatan rehab https://www.citiesalliance.org/slum-
rumah tidak layak huni dengan melibatkan upgrading#What_is_slum_upgrading_.
masyarakat itu sendiri untuk melakukan Burton, P. (2004) ‘Power to the People? How to
partisipasi baik pada tahap perencanaan ataupun Judge Public Participation’, Local
pelaksanaan di kegiatan tersebut Economy, 19(3), pp. 193–198. doi:
Secara garis besar tingkat partisipasi 10.1080/0269094042000253608.
masyarakat dalam kegiatan rehab rumah tidak Creswell, J. W. (2009) Research Design:
layak huni di Kota Tangerang menurut teori Qualitative, Quantitative, and Mixed
partisipasi Kotus & Sowada berada di tingkat Methods Approaches. 3rd edn. London,
tertinggi atau rebellious dimana masyarakat England: Sage Publications Ltd.
sudah mau berkoordinasi dan kooperatif bekerja Dittmann, J. and Goebel, J. (2010) ‘Your
sama dengan stakeholder lain dalam hal ini House, Your Car, Your Education: The
pemerintah daerah dan BKM serta masyarakat Socioeconomic Situation of the
juga sudah mampu untuk memutuskan sendiri Neighborhood and its Impact on Life
kebutuhan pekerjaan yang akan diambil Satisfaction in Germany’, Social Indicators
Research, 96(3), pp. 497–513. doi:

8
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, Vol. 8 No. 1, 1 - 9
ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

10.1007/s11205-009-9489-7.
Flint, R. W. (2013) Practice of Sustainable
Community Development. New York:
Heidelberg Dordrecht. doi: 10.1007/978-1-
4614-5100-6.
Groenendijk, L. (2003) Planning and
Management Tools. Enschende, The
Netherlands: The International Institute for
Geo-Information Science and Earth
Observation.
Kotus, J. and Sowada, T. (2017) ‘Behavioural
model of collaborative urban management:
extending the concept of Arnstein’ s
ladder’, Cities. Elsevier Ltd, 65, pp. 78–86.
doi: 10.1016/j.cities.2017.02.009.
Melkote, S. R. and Steeves, H. L. (2001)
Communication for Development in the
Third World: Theory and Practice for
Empowerment. California: Sage
Publications Ltd.
Muchadenyika, D. and Waiswa, J. (2018)
‘Policy , politics and leadership in slum
upgrading : A comparative analysis of
Harare and Kampala’, Cities. Elsevier,
(December 2017), pp. 0–1. doi:
10.1016/j.cities.2018.05.005.
Plummer, J. (2000) Municipalities and
Community Participation : a Sourcebook
for Capacity Development. United
Kingdom: Earthscan Publications Ltd.
Roseland, M. and Spiliotopoulou, M. (2017)
Sustainable Community Planning and
Development, Encyclopedia of Sustainable
Technologies. Elsevier. doi: 10.1016/B978-
0-12-409548-9.10185-X.
Sugiyono (2018) Metode Penelitian Kuantitatif.
1st edn. Edited by Setiyawami. Bandung:
Alfabeta.
Sunarti, S. (2003) ‘Partisipasi Masyarakat
dalam Pembangunan Perumahan Secara
Berkelompok’, Jurnal Tata Loka, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai