Lengkap
Lengkap
PENDAHULUAN
dikeluhkan dan tidak dikeluhkan , prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah yang
.
paling tinggi meliputi 60% penduduk Maloklusi adalah kelainan gigi yang
tinggi, yaitu sekitar 80% dari jumlah penduduk.2 Prevalensi maloklusi pada remaja
mulai dari tahun 1983 adalah 90% sampai tahun 2006 adalah 89%. 1
orthodontik, mulai dari yang sedikit membuuhkan perawatan hingga yang mendesak
perawatan. (3)
1
Menurut Andra Liepa, kebutuhan perawatan orthodontik diestimasikan 27,5
hingga 76,7 persen.(4) Perawatan ortodonti paling sering dilakukan dengan alasan
untuk mengambalikan estetika sebab estetika hingga saat ini masih dianggaap
penting dan utama dalam pergaulan di masayarakat khususnya pada remaja dan
orang dewasa. Maloklusi merupakan salah satu penyakit yang perlu ditanggulangi
juga akan menimbulkan gangguan terhadap keserasian dan estetika muka. Maloklusi
tidak dapat diberantas, jadi akan senantiasa ada, karena penyebab kelainan tersebut
tidak hanya karena faktor lingkungan, tetapi juga faktor keturunan yang tidak dapat
dihindari. Namun demikian maloklusi dapat dicegah agar tidak bertambah parah.
perawatan sejak dini sebagai upaya mencegah terjadinya maloklusi yang lebih parah.
Anak adalah mereka yang berusia 1-12 tahun. Anak adalah generasi yang akan
menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak
dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani dan
rohani. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak yang
berada pada masa ini berkisar antara 6 – 12 tahun, masa pada periode ini sudah
menampakkan kepekaan untuk belajar sesuai dengan sifat ingin tahu anak.
Peranannya cukup besar dalam mempersiapkan zat makanan sebelum absorbsi nutrisi
pada saluran pencernaan di samping fungsi psikis dan sosial. Banyak masalah yang
timbul dalam rongga mulut dan membutuhkan perhatian lebih dari para tenaga
2
kesehatan khususnya terjadi pada anak usia 6, 9 dan 12 tahun. Oleh karena itulah,
peneliti mengambil sampel yang berusia 6, 9 dan 12 tahun sebab di usia 6 tahun
diestimasikan gigi molar pertama permanen telah erupsi sehingga dapat ditentukan
relasi molar pertama berdasarkan klasifikasi angel, pada usia 9 tahun merupakan
periode gigi bercampur dimana jumlah gigi permanen dan gigi sulung dalam rongga
mulut hampir sama. Sedangkan usia 12 tahun, menurut WHO, adalah usia penting
karena selain anak akan meninggalkan bangku sekolah dasar, juga merupakan usia
dimana gigi permanen telah erupsi, kecuali molar ketiga. Selain itu, menurut
penelitian Hedman dkk di Swedia, umur 12 tahun adalah periode umur yang sudah
bahwa cakupan dan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih
3
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kondisi maloklusi
Aesthetic Index.
Berdasarkan tujuan penelitian umum, maka tujuan penelitian khusus yang ingin
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah
4
1.4.2 Bidang Ortodonsia
tinggi insidensi terjadinya maloklusi pada anak sekolah dasar usia 6, 9 dan 12 tahun
di Kecamatan Tamalanrea.
kesehatan gigi dan mulut dan pentingnya kontrol rutin ke dokter gigi guna mencegah
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bawah yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang
Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa
dalam suatu lengkung rahang maupun hubungan antara lengkung gigi atas dan
lengkung gigi bawah. Gambaran klinis yang ditemukan pada maloklusi dapat berupa
gigi berjejal (crowding), protrusi, gigitan silang baik pada regio anterior maupun
regio posterior.
gigi atas dan bawah. Oklusi merupakan suatu proses yang kompleks karena
6
Andrew (1977) menyebutkan enam kunci oklusi normal yang berasal dari
hasil penelitian yang dilakukannya terhadap 120 subyek yang oklusi idealnya
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama permanen pada bidang
oklusal
oklusi statik. Selain itu, terdapat kriteria mengenai oklusi fungisional yaang ideal
sudah diperkenalkan oleh Roth (1976) yang bertujuan untuk mendapatkan efesiensi
menegnai gigi-gigi dan jaringan pendukung serta otot dan aparatus pengunyahan
skeletal.
harus berada pada posisi paling superior dan paling retrusi dalam fossa
7
2. Pada saat menutup ke oklusi sentrik , stres yang mengenai gigi-gigi
3. Gigi-gigi posterior harus berkontak setara dan merata, tanpa kontak pada
gigi anterior.
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Secara garis besar etiologi atau penyebab
terjadnya maloklusi dapat digolongkan dalam faktor herediter dan faktor lokal.
1. Faktor Herediter
berupa gigi yang berdesakan atau maloklusi yang berupa diastema multipel
meskipun yang terakhir ini jarang dijumpai. 2) disproporsi ukuran, posisi dan
bentuk rahang atas dan bawah yang tidak menghasilkan relasi rahang yang
8
Menurut Mossey (1999) berbagai komponen ikut menentukan
korpus dan ramus 2) faktor yang ikut mempengaruhi relasi maksila dan
morfologi gigi 4) morfologi dan sifat jaringan lunak (bibir, lidah dan pipi).
atau kelas III ringan. Pola jaringan lunak pada maloklusi kelas I
ukuran gigi dan lengkung gigi geligi. Faktor yang dapat menyebabkan
kelas III.
9
Selain faktor genetik maloklusi kelas II devisi 1 juga
bersifat poligenik.
prognati mandibula. Selain itu, maloklusi kelas III juga dapat terjadi
2. Faktor Lokal
1) Trauma
Bila terjadi trauma pada saat mahkota gigi permanen sedang terbentuk
10
dapat terjadi gangguan pembentukan enamel, sedangkan bila mahkota
gigi permanen telah terbentuk maka dapat terjadi dilaserasi, yaitu akar
2) Persistensi gigi
3) Faktor Iatrogenik
distal.
Terdapat beberapa cara untuk yang dapat mengukur maloklusi, salah satunya
Menurut Edward Angel dimana klasifikasi maloklusi dapat dibagi menjadi 3 kelas
hubungan molar pertama tanpa melibatkan hubungan lateral serta vertikal gigi geligi
gigi molar pertama tetap rahang atas berada pada buccal groove dari
11
dengan satu atau lebih gigi anterior malposisi. Crowding atau spacing
rahang bawah anterior, erupsi bukal dari kaninus atas, rotasi insisif dan
Tipe 1 : Klas I dengan gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau
gigi C ektostem
Tipe 5 : Klas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial
atas terletak lebih ke mesial daripada molar pertama tetap rahang bawah
atau puncak bonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang atas
12
letaknya lebih ke anterior daripada buccal groove gigi molar pertama
bukal.
13
3. Maloklusi kelas III Angle ( Mesioclusion) : Gigi molar pertama tetap
rahang atas terletak lebih ke distal dari gigi molar pertama tetap rahang
bawah atau puncak bonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang
atas letaknya lebih ke posterior dari buccal groove gigi molar pertama
Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak
normal.
Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila
14
2.4 MACAM-MACAM PIRANTI ORTODONTI
orthos yang berarti betul dan dentos yang berarti gigi, sehingga orthodonti
dapat diterjemahkan menjadi letak gigi yang betul atau disebut ilmu yang
dentofasial yang sedang tumbuh atau dewasa. Dalam usaha ini termasuk
dentokraniofacial, serta mengatur hubungan gigi yang satu terhadap gigi yang
15
2.4.1 Alat Ortodonti Lepasan (Removable Appliance Orthodontic)9
suatu alat yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri.
Gambar 2.1 'U' loop labial bow (0.7 mm) dengan klamer pastif pada gigi caninus.
1. Komponen Aktif
2. Komponen Retentif
a. Klamer Adam
b. Klamer Southend
16
d. Plat Dasar / Baseplate
fungisional dapat berupa piranti lepasan atau piranti cekat yang menggunakan
kekuatan berasal dari regangan otot, fasia dan atau jaringan yang lain untuk
berikut :
1. Mandibula yang retrusi pada kelainan skeletal kelas II ringan disertai insisivi
17
2.4.3 Alat Ortodonti Cekat (Fix Appliance Orthodontic)
Piranti cekat atau Fix Appliance Orthodontic adalah suatu alat ortodonti yang
melekat pada gigi pasien sehingga tidak bisa dilepas oleh pasien dengan
2. Archwires
3. Auxiliaries
18
1. Bila diperlukan gerakan gigi secara translasi (bodily) , instrusi, ekstrusi dan
3. Penutupan diastema
Keuntungan :
Keterbatasan :
dengan benar
19
2.5 PENILAIAN EPIDEMIOLOGI MALOKLUSI BERDASARKAN DENTAL
AESTHETIC INDEX
kesehatan masyarakat. Dokter gigi yang bekerja di klinik membutuhkan tolak ukur
objektif yang dapat memberikan batas adanya penyimpangan dari oklusi ideal,
masyarakat.
dapat diketahui meskipun terletak dalam satu kelas, ataupun seandainya digunakan
untuk menilai keparahan maloklusi sifatnya subjektif. Suatu upaya yang dilakukan
maloklusi. Indeks adalah sebuah angka atau bilangan yang digunakan sebagai
indikator untuk menerangkan suatu keadaan tertentu atau sebuah rasio proporsional
20
yang dapat disimpulkan dari sederetan pengamatan yang terus menerus. Dengan
atau numerik sehingga penilaian suatu maloklusi bisa objektif. Adapun syarat suatu
1. Sahih (valid) artinya indeks harus dapat mengukur apa yang akan
diukur.
mengukur secara konsisten pada saat yang berbeda dan dalam kondisi
3. Mudah digunakan.
(Summers), Dental Aesthetic Index (DAI, Cons dkk), Peer ssessment Rating
Index (PAR Index, Richmond dkk), dan Index of Complexity, Outcome and
21
Ada 10 parameter dari Dental Aesthetic Index yaitu :
1. Missing tooth
4. Midline diastemma
22
Grade III : 31 – 35, membutuhkan perawatan
BAB III
KERANGKA KONSEP
DI KECAMATAN TAMALANREA
MALOKLUSI USIA
ANAK
FONETIK ESTETIK MASTIKASI
GRADE I
GRADE II
GRADE III
GRADE IV
23
KETERANGAN
: Variabel diteliti
: Variabel Kendali
BAB IV
METODE PENELITIAN
3. Substansi : Dasar
24
Populasi penelitian adalah siswa-siswi sekolah dasar di Kecamatan
Tamalanrea Makassar dan sampel penelitian ini adalah siswa-siswi sekolah dasari di
Kriteria Sampel :
1. Kriteria Inklusi
orthodontik sebelumnya.
2. Kriteria Ekslusi
Metode sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Quota Sampling
25
Jumlah sampel sebesar 534 orang.
2. Probe
3. Tampon
4. Betadine
5. ATK
6. Tissue
dan 12 tahun dengan menggunakan alat ukur Dental Aesthetic Index dengan langkah
26
3. Dilakukan pengukuran pada tiap gigi yang meliputi :
3) Jarak diastema
6) Overjet
7) Overbite
8) Hubungan Antero-Posterior.
berikut :
27
4.9 ALUR PENELITIAN
Penentuan Tempat
Penentuan Sampel
Pengukuran Maloklusi
Pengelolaan Data
Analis Data
Penyajian Data
28
4.10 DATA PENELITIAN
1. Jenis Data
2. Pengelolahan Data
3. Penyajian Data
29
BAB V
HASIL PENELITIAN
yaitu SD. Negeri 1 Tamalanrea, SD. Negeri 4 Tamalanrea, SD. Negeri Inpres
Tamalanrea, SD. Plus Al Ashri yang berlangsung mulai 28 Mei sampai dengan 17
Juni 2012 mengenai penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada siswa
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara primer dimana peneliti
hasil sebanyak 534 sampel yang memenuhi kriteria. Adapun variabel dari penelitian
ini yaitu : Jumlah kehilangan gigi, crowded segmen anterior, jarak diastema (mm),
jarak pergeseran rahang atas (mm), jarak pergeseran rahang bawah (mm), jarak
overjet (mm), jarak overbite (mm), dan relasi antero-posterior yang akan ditunjukkan
30
1. Jumlah Kehilangan Gigi
kehilangan gigi pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jumlah gigi yang hilang pada siswa sekolah dasar usia
6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea tahun 2012
Jumlah Gigi yang Frekuensi
Hilang N %
0 289 54.1
1 137 25.7
2 63 11.8
3 19 3.6
4 16 3.0
5 4 0.7
6 2 0.4
7 2 0.4
8 2 0.4
Total 534 100.0
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari total 534 sampel yang diteliti terdapat
paling banyak ditemukan 289 orang atau sebesar 54,1% yang tidak mengalami
kehilangan gigi sedangkan paling sedikit ditemukan 6, 7 dan 8 kehilangan gigi yaitu
31
2. Crowded Segmen Anterior
segmen yang crowded pada regio anterior pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan 12
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi segmen crowded anterior padasiswa sekolah dasar
usia 6, 9 dan 12 tahundi Kecamatan Tamalanrea tahun 2012
Jumlah Segmen Frekuensi
Crowded Anterior N %
0 295 55.2
1 135 25.3
2 104 19.5
Total 534 100.0
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari total 534 sampel yang diteliti terdapat
paling banyak ditemukan 295 orang atau sebesar 55,2% yang tidak mengalami
crowded pada segmen regio anterior sedangkan paling sedikit ditemukan 104 orang
atau 19,5% yang mengalami crowded sebanyak 2 segmen pada regio anterior.
2. Jarak Diastema
32
Distribusi responden yang menjadi objek penelitian berdasarkan jarak
diastema sentralis pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan
Tabel. 5.3 Distribusi frekuensi jarak diastem pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan
12 tahundi Kecamatan Tamalanrea tahun 2012
Jarak Diastem (mm) Frekuensi
N %
0 328 61.4
1 64 12.0
2 82 15.4
3 46 8.6
4 11 2.1
5 2 0.4
6 1 0.2
Total 534 100.0
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 534 sampel yang diteliti terdapat
paling banyak ditemukan 328 orang atau sebesar 61,4% yang tidak memiliki diastem
sentralis sedangkan paling sedikit ditemukan 1 orang atau 0,2% yang memiliki
33
3. Jarak Pergeseran Rahang Atas
pergeseran rahang atas pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi jarak pergeseran rahang atas pada siswa sekolah dasar
usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea tahun 2012
Jarak Pergeseran Frekuensi
Rahang Atas (mm) N %
0 410 76.8
1 69 12.9
2 37 6.9
3 1 0.2
4 13 2.4
5 1 0.2
6 1 0.2
7 1 0.2
8 1 0.2
Total 534 100.0
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari total 534 sampel yang diteliti terdapat
paling banyak ditemukan 410 orang atau sebesar 76,8% yang tidak mengalami
pergeseran gigi pada regio anterior rahang atas sedangkan paling sedikit ditemukan 1
34
orang atau 0,2% yang mengalami pergeseran gigi anterior rahang atas sebesar 3 mm,
gigi rahang bawah pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi jarak pergeseran rahang bawah pada siswa sekolah
dasar usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea tahun 2012
Jarak Pergeseran Frekuensi
Rahang Bawah (mm) N %
0 331 62.0
1 75 14.0
2 71 13.3
3 43 8.1
4 11 2.1
5 1 0.2
6 1 0.2
11 1 0.2
Total 534 100.0
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari total 534 sampel yang diteliti terdapat
paling banyak ditemukan 331 orang atau sebesar 62,0% yang tidak mengalami
pergeseran gigi pada regio anterior rahang bawah sedangkan paling sedikit
35
ditemukan 1 orang atau 0,2% yang mengalami pergeseran gigi anterior rahang bawah
5. Jarak Overjet
pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea dapat
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi jarak overjet pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan 12
tahun di Kecamatan Tamalanrea tahun 2012
Jarak Overjet (mm) Frekuensi
N %
0 118 22.1
1 81 15.2
2 104 19.5
3 126 23.6
4 60 11.2
5 32 6.0
6 7 1.3
7 3 0.6
8 1 0.2
10 1 0.2
11 1 0.2
Total 534 100.0
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
36
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari total 534 sampel yang diteliti terdapat
paling banyak ditemukan 126 orang atau sebesar 23,6% yang memiliki jarak overjet
sebesar 3 mm sedangkan paling sedikit ditemukan 1 orang atau 0,2% yang memiliki
6. Jarak Overbite
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi jarak overbite pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan
12 tahun di Kecamatan Tamalanrea tahun 2012
Jarak Overbite (mm) Frekuensi
N %
0 123 23.0
1 96 18.0
2 93 17.4
2.5 1 0.2
3 129 24.2
4 54 10.1
5 20 3.7
6 9 1.7
7 7 1.3
9 1 0.2
10 1 0.2
Total 534 100.0
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
37
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari total 534 sampel yang diteliti terdapat
paling banyak ditemukan 129 orang atau sebesar 24,2% yang memiliki jarak overbite
sebesar 3 mm sedangkan paling sedikit ditemukan 1 orang atau 0,2% yang memiliki
7. Hubungan Antero-Posterior
relasi antero-poterior pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi hubungan anteo-posterior pada siswa sekolah dasar
usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea tahun 2012
Hubungan Anteo – Frekuensi
Posterior N %
0 176 33.0
1 242 45.3
2 116 21.7
Total 534 100.0
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari total 534 sampel yang diteliti terdapat
paling banyak ditemukan 242 orang atau sebesar 45,3% yang memiliki skala 1 pada
paling sedikit ditemukan 116 orang atau 21,7% yang memiliki skala 2 pada
38
hubungan antero-posterior yaitu relasi molar melebihi 1 cups dari ketentuan normal
1. Usia
siswa sekolah dasar di Kecamatan Tamalanrea dapat dilihat pada tabel 5.9
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 534 responden, paling banyak ditemukan
responden pada usia 9 tahun yakni 221 orang (41,4%) sedangkan usia yang paling
39
2. Jenis Kelamin
kelamin pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea
ditemukan pada laki-laki yaitu 277 responden atau sebesar 51,9% sementara
3. Kategori Maloklusi
maloklusi pada siswa sekolah dasar usia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea
40
N %
I 67 12.5
II 56 10.5
III 55 10.3
IV 356 66.7
Total 534 100.0
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 534 sample paling banyak sampel
mengalami kelainan maloklusi pada grade / kategori 4 yaitu sebanyak 356 orang atau
sebesar 66,7% sementara yang mengalami kelainan maloklusi paling sedikit terdapat
sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea dapat dilihat
41
Laki – laki 34 12.3 24 8.7 35 12.6 18 66.4 227 100.0
4
Perempua 33 12.8 32 12. 20 7.8 17 66.9 257 100.0
n 5 2
Total 67 12.5 56 10. 55 10.3 35 66.7 534 100.0
5 6
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 227 sampel berjenis kelamin laki-laki
terdapat paling banyak sampel yang mengalami maloklusi di grade 4 yaitu sebanyak
184 orang atau sebesar 66,4% dan paling sedikit terdapat pada grade 2 yaitu
sebanyak 24 orang atau 8,7% sedangkan dari 257 total sampel berjenis kelamin
yaitu sebanyak 172 orang atau sebesar 66,9% dan paling sedikit terdapat pada grade
kebutuhan perawatan ortodonti dengan usia responden pada siswa sekolah dasar
Tabel 5.13 Tabulasi silang tingkat kebutuhan perawatan ortodonti dengan usia
responden di Kecamatan Tamalanrea tahun 2012
Grade Total
Usia
(Tahu I II III IV
n) n % N % N % n % N %
42
6 2 13. 1 10. 1 12. 95 63. 14 100.
0 4 6 7 8 1 8 9 0
9 3 13. 2 12. 1 8.1 14 65. 22 100.
0 6 8 7 8 5 6 1 0
12 1 10. 1 7.3 1 11. 11 70. 16 100.
7 4 2 9 6 6 7 4 0
Total 6 12. 5 10. 5 10. 35 66. 53 100.
7 5 6 5 5 3 6 7 4 0
Sumber: Dahsyamar A, Penilaian maloklusi dengan Dental Aesthetic Index pada
siswa sekolah dasar yang berusia 6, 9 dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea. Data
Primer 2012.
Tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari total 149 sampel yang berusia 6 tahun
terdapat paling banyak sampel yang mengalami maloklusi pada grade 4 yaitu
sebanyak 95 orang atau sebesar 63,8% dan paling sedikit terdapat pada grade 2 yaitu
sebanyak 16 orang atau sebesar 10,7%. Dari total 221 sampel yang berusia 9 tahun
terdapat paling banyak sampel yang mengalami maloklusi pada grade 4 yaitu
sebanyak 145 orang atau 65,6% da paing sedikit terdapat pada grade 3 yaitu
sebanyak 18 orang atau 8,1%. Dari total 164 sampel yang berusia 12 tahun terdapat
paling banyak sampel yang mengalami maloklusi pada grade 4 yaitu sebanyak 116
oranga tau sebesar 70,7% dan paling sedikit terdapat pada grade 2 yaitu sebanyak 12
orang atau sebesar 7,3%. Sementara dari 534 total keseluruhan sampel, terdapat
paling banyak keparahan maloklusi pada grade 4 untuk usia 9 tahun yaitu sebanyak
145 sampel atau sebesar 65,6% sedangkan yang paling sedikit terdapat pada grade 2
43
Distribusi responden yang menjadi objek penelitian berdasarkan tingkat
kebutuhan perawatan ortodonti dan jenis kelamin pada responden yang berusia 6
tahun untuk siswa sekolah dasar di Kecamatan Tamalanrea dapat dilihat pada tabel
5.14
Tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari total 87 sample yang berusia 6 tahun berjenis
kelamin laki-laki terdapat paling banyak mengalami maloklusi pada grade 4 yaitu
sebanyak 57 sampel atau sebesar 65,5% dan paling sedikit terdapat pada grade 2
yaitu sebanyak 6 orang atau 6,9% sedangkan dari total 62 sampel yang berusia 6
tahun berjenis kelamin perempuan terdapat paling banyak mengalami maloklusi pada
grade 4 yaitu sebanyak 38 orang atau sebesar 61,3% dan paling sedikit terdapat pada
44
7. Tingkat kebutuhan perawatan dengan jenis kelamin pada responden
usia 9 tahun.
kebutuhan perawatan ortodonti dan jenis kelamin pada responden yang berusia 9
tahun untuk siswa sekolah dasar di Kecamatan Tamalanrea dapat dilihat pada tabel
5.15
Tabel 5.15 menunjukkan bahwa total 110 sampel yang berusia 9 tahun berjenis
kelamin laki-laki terdapat paling banyak mengalami maloklusi pada grade 4 yaitu
sebanyak 69 sampel atau sebesar 62,7% dan terdapat 2 kategori yang paling sedikit
yaitu pada grade 2 dan grade 3 sebanyak 12 orang atau 10,9% sedangkan dari total
111 sampel yang berusia 9 tahun berjenis kelamin perempuan terdapat paling banyak
45
mengalami maloklusi pada grade 4 yaitu sebanyak 76 orang atau sebesar 68,5% dan
paling sedikit terdapat pada grade 3 yaitu sebanyak 6 orang atau sebesar 5,4%.
usia 12 tahun.
kebutuhan perawatan ortodonti dan jenis kelamin pada responden yang berusia 12
tahun untuk siswa sekolah dasar di Kecamatan Tamalanrea dapat dilihat pada tabel
5.16
berjenis kelamin laki-laki terdapat paling banyak mengalami maloklusi pada grade 4
yaitu sebanyak 58 sampel atau sebesar 72,5% dan terdapat 2 kategori yang paling
sedikit yaitu pada grade 1 dan grade 2 sebanyak 6 orang atau 7,5% sedangkan dari
46
total 84 sampel yang berusia 12 tahun berjenis kelamin perempuan terdapat paling
banyak mengalami maloklusi pada grade 4 yaitu sebanyak 58 orang atau sebesar
69,0% dan paling sedikit terdapat pada grade 2 yaitu sebanyak 6 orang atau sebesar
7,1%.
BAB VI
PEMBAHASAN
dan 12 tahun telah dilakukan di 4 sekolah dasar di Kecamatan Tamalanrea, yaitu SD.
Negeri 1 Tamalanrea, SD. Negeri 4 Tamalanrea, SD. Negeri Inpres Tamalanrea, dan
yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 534 sampel. Peneliti mengumpulkan
47
data nama pasien, jenis kelamin, usia, alamat, nomer telpon, dan tipe maloklusi
menggunakan program SPSS versi 16.0 untuk Windows. Data hasil penelitian yang
telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi (seperti yang
Tabel 5.9 pada penelitian ini dapat dilihat bahwa persentase pasien berusia 9
tahun memiliki presentase tertinggi dan memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel
penelitian lebih besar daripada pasien yang berusia 6 dan 12 tahun. Kriteria
pemilihan yaitu gigi pasien harus utuh dari M1 kanan sampai dengan M1 kiri dan
Pada tabel 5.10 dapat dilihat bahwa persentase pasien laki-laki yang
memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian lebih besar daripada pasien
perempuan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Onyeaso dkk (2005) yang memperlihatkan bahwa lebih banyak perempuan yang
merasa tidak nyaman dengan bentuk wajahnya, sedangkan laki-laki cenderung lebih
simpel dan tidak memperhatikan estetika. Perbedaan populasi sampel yang diambil
peneliti kemungkinan menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan hasil ini. Pada
48
penelitian ini jumlah sampel laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah sampel
perempuan.
Pada tabel 5.11 dapat dilihat bahwa presentase yang mengalami maloklusi
pada grade IV (skor > 36) merupakan presentase tertinggi yaitu sebesar 66,7% diikuti
maloklusi grade I (skor <25) sebesar 12,5%, maloklusi grade II (skor 25-30) sebesar
10,5% dan maloklusi grade III (skor 31-35) sebesar 10,3%. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Venkatesh dkk dari 120 sampel yang
diteliti hasilnya menunjukkan bahwa maloklusi grade IV paling banyak yaitu sebesar
36 orang, diikuti oleh maloklusi grade I sebanyak 34 orang, kemudian grade III
Pada tabel 5.12 presentasi maloklusi paling banyak ditemukan pada grade IV,
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Grewe, dkk yang memperlihatkan bahwa presentasi maloklusi
Begitupula penelitian yang dilakukan oleh Al-Hourani pada tahun 2008 di Hama,
Syiria yang melaporkan bahwa dari 58 pasien maloklusi yang diteliti, ditemukan 31
pasien perempuan yang mengalami maloklusi yaitu sebesar 53,5% sedangkan pasien
Presentase maloklusi pada sampel penelitian ini terdapat paling banyak pada
grade IV baik berusia 6, 9 dan 12 tahun. Hal ini disebabkan karena pada usia 6, 9 dan
49
12 tahun masih merupakan periode gigi bercampur dimana jumlah gigi permanen
dan gigi sulung dalam rongga mulut hampir sama sehingga memungkinkan
kurangnya ruang yang dimiliki gigi permanen erupsi dengan posisi yang benar.
BAB VII
PENUTUP
7.1 SIMPULAN
50
- Rata-rata dari seluruh jumlah sampel tidak yang tidak memiliki kehilangan
- Segmen crowded pada sampel paling banyak ditemukan tidak ada segmen/ 0
- Jarak overjet paling banyak ditemukan 3 mm yaitu sebanyak 126 orang atau
sebesar 23.6 %.
3. Pasien yang mengalami maloklusi paling banyak pada usia 9 tahun dengan
51
4. Pasien yang mengalami maloklusi berdasarkan Dental Aesthetic Index lebih
banyak ditemukan pada grade IV dengan persentase 66.7% atau sebanyak 356
sampel.
5. Pasien laki-laki maupun perempuan lebih banyak ditemukan pada grade IV.
6. Pasien berusia 6, 9 dan 12 tahun lebih banyak ditemukan pada grade IV. Usia 6
tahun sebesar 63.8% atau sebanyak 95 orang, usia 9 tahun sebesar 65.6 atau
sebanyak 145 orang sedangkan usia 12 tahun sebesar 70.7% atau sebanyak 116
orang.
7.2 SARAN
kecamatan lainnya agar diperoleh jumlah sampel yang lebih besar dan hasil
52
3. Perlu dilakukan penelitian perbandingan maloklusi dengan menggunakan dua
jenis indeks yang berbeda agar didapatkan hasil yang lebih akurat.
53