Anda di halaman 1dari 112

PENGARUH DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DAN SELF-

EFFICACY TERHADAP PENYESUAIAN AKADEMIK


(pada Mahasiswa Tahun Pertama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu


Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Laily Inayah

1110070000014

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H / 2015 M
PENGARUH DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DAN SELF-
EFFICACY TERHADAP PENYESUAIAN AKADEMIK
(Studi pada Mahasiswa Tahun Pertama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun oleh :

Laily Inayah

1110070000014

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015M

i
MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada


kemudahan”
(Q.S. Al-Insyirah; 6)

“ Nobody’s Perfect, So dont try to be a


perfect person. Just be a better person
everyday!”

v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk setiap

perjuangan, senyuman, air mata, do’a, dukungan,

cinta dan kasih sayang dari keluarga besar, kedua

orang tua dan kakak-kakak, serta untuk pengalaman

dan semangat dari sahabat-sahabat tercinta.

Semoga Allah senantiasa meridhoi jalan kita! Amin

vi
ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi
B) Maret 2015
C) Laily Inayah
D) Pengaruh Dukungan Teman Sebaya dan Self-Efficacy terhadap Penyesuaian
Akademik
E) xvii + 80 halaman + lampiran
F) Perguruan tinggi merupakan salah satu jalur penting menuju kedewasaan,
Transisi dari sekolah menengah ke perguruan tinggi menjadi fase yang penting
dan relevan dengan ketahanan siswa. Tugas-tugas dan tuntutan-tuntutan
akademik berbeda dengan sekolah menengah, karena ketika di perguruan tinggi,
mahasiswa harus lebih mandiri dan dituntut untuk lebih mampu menyesuaikan
diri secara akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
dukungan sosial teman sebaya dan self-efficacy terhadap penyesuaian akademik
mahasiswa tahun pertama.
Sampel pada penelitian ini sebanyak 357 orang. Skala yang digunakan
untuk mengukur penyesuaian akademik dan self-efficacy disusun secara
mandiri, sedangkan untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya peneliti
memodifikasi The Social Provisions Scale yang dikembangkan oleh Cutrona
dan Russel (1987). Teknik sampling yang digunakan yaitu non-probability
sampling. Uji alat ukur menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial teman sebaya dan
self-efficacy secara signifikan mempengaruhi penyesuaian akademik (R2=
0.270, sig= 0.000), tetapi hanya satu dimensi dukungan sosial teman sebaya,
yaitu attachment (R2= 0.127 , sig= 0.009) dan self-efficacy mempengaruhi
penyesuaian akademik dengan R2= 0.120 dan sig= 0.000. Peneliti berharap
implikasi dari penelitian ini dapat dikaji kembali dan dapat dikembangkan pada
penelitian selanjutnya.
G) Bahan bacaan: 17 jurnal, 14 buku, dan 1 Bahan Ajar

vii
ABSTRACT

A) Faculty of Psychology
B) March 2015
C) Laily Inayah
D) Effect of Peer Support and Self-Efficacy on Academic Adjustment
E) xvii + 80 pages + appendix
F) College is one of the most important pathways to adulthood. It is the reason
why the transition from high school to college becomes an important phase and
relevant with students' resistance. The tasks and the academic demands are way
different from secondary school because in college students are required to be
more independent and have an ability to adjust academically. This study aims to
determine the effect of peer social support and self-efficacy to the academic
adjustment of the first-year students.
The sample was 357 students. The scales used to measure the academic
adjustment and self-efficacy are arranged independently. Meanwhile, the scale
used to measure the peer social support is modified from the Social Provisions
Scale, which was developed by Cutrona and Russell (1987). The sampling
technique used in this study was the non-probability sampling. The test
measurement tool used in this research is the Confirmatory Factor Analysis
(CFA).
The results show that the peer social support and self-efficacy influence
students' academic adjustment significantly (R2 = 0.270, sig = 0.000), but only
one dimension of peer social support which are attachment (R2 = 0127, sig =
0.009) and self-efficacy influence academic adjustment with R2 = 0.120 and sig
= 0.000. Researcher hopes that the this research can be reviewed and developed
in future studies.
G) Reading Materials/Sources: 17 journals, 14 books, and 1 teaching materials

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

izin-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh

Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Self-Efficacy terhadap Penyesuaian

Akademik”. Tak lupa shalawat serta salam peneliti selalu curahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabat.

Penelitian skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajarannya serta seluruh civitas akademika

Fakultas Psikologi. Terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, dan

arahannya selama ini.

2. Natris Idriyani, M.Si selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas waktu,

tenaga, pikiran, ilmu, serta segala kesabaran dan pengertiannya selama ini.

Semoga Allah memberikan pahala yang berlipat ganda.

3. Kedua orang tua peneliti, A. Cholil Nafis dan Sa’idah Yazid atas segala kasih

sayang, cinta, perjuangan dan do’a yang telah di berikan kepada peneliti

sampai hari ini. Terima kasih untuk kakak-kakak tercinta, Fachri Ali Saputra,

ix
Arief Hananny S.H, dan Nurmala Sari, telah memberi motivasi, semangat,

dan do’a untuk terus menyelesaikan skripsi ini.

4. Keluarga besar M. Nafis Hamid dan keluarga besar M. Yazid Zainuddin

(alm) atas do’a dan dukungannya, baik moril maupun materil, bersyukur

rasanya memiliki keluarga besar yang luar biasa besar dan betawi tulen ini.

5. Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi selaku dosen pembimbing akademik. Terima

kasih atas semangat dan nasehat ibu di dalam ataupun luar perkuliahan.

6. Dewi Mayangsari S.Psi, Amelia Paramitha S.Psi, Nurani Ruhendi Putri S.Psi,

Azka Firdausa S.Psi, Sarah Eka Chairunnisa S.Psi, Palupi Bimantari S.Psi

dan Nur Hikmarani Andestiarilis S.Psi, Rhea Margareth Magdalena S.Hum,

Rika Amelina S.Hum, Felisitas Marlina, terima kasih atas suka duka, tawa

canda dan segala pengalaman luar biasa selama ini. Love u all till the end of

world!

7. Sahabat-sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, khususnya

Komisariat Fakultas Psikologi yang telah menjadi sekolah dan rumah kedua

bagi peneliti, terima kasih atas pengalaman, ilmu dan kesempatan yang

diberikan. Semoga jaya selalu PMII-ku, Tangan terkepal dan maju ke muka!

8. Sahabat tercinta, Denny, Dick, Khafid, Mario, Shafhan, Arya, Ricky ‘kibo’,

Rahman, Ajeng Namyra, Ranggo, Baidui, Intan ‘alay’, Meitha, Nita Listiani,

Aul, Ola Aldeva, Ayep, Badruz, Abay, Baskoro, dll yang tidak bisa saya

sebutkan satu-persatu tapi tidak mengurangi rasa sayang dan cinta ini pada

kalian, juga untuk kakak-kakak sahabat kosan “anaconda” terima kasih untuk

x
ilmu, tawa-canda dan segala lelucon yang luar biasa membantu ketika stres

melanda.

9. Sahabat-sahabat BEMF Psikologi UIN periode 2012-2013 dan periode 2013-

2014, Sungguh luar biasa pengabdian kalian. Selamat berjuang DEMA-F

Psikologi periode 2015. Semoga selalu membanggakan 

10. Teman-teman Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI),

khususnya wilayah II (DKI Jakarta, jabar dan Banten) kalian para pejuang

hebat! Teruslah membuat Indonesia tersenyum dengan Psikologi.

11. Teman-teman psikologi UIN angkatan 2008-2014 dan kakak kakak alumni,

terima kasih atas semangat dan pengalamannya.

12. Dan seluruh pihak yang telah memberikan do’a, dukungan dan semangatnya

hingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Akhirul kalam, tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, segala kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan

penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pada penelitian

selanjutnya.

Jakarta, Maret 2015

Peneliti

xi
DAFTAR ISI

HALAM JUDUL ......................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii
LEMBAR ORISINALITAS ....................................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1-9
1.1 Latar Belakang Masalah............................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................... 5
1.2.1 Pembatasan masalah ...................................... 5
1.2.2 Perumusan masalah........................................ 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................... 7
1.3.1 Tujuan penelitian ........................................... 7
1.3.2 Manfaat penelitian ......................................... 7
1.4 Sistematika Penulisan .................................................. 8

BAB 2 LANDASAN TEORI ........................................................... 10-29


2.1 Penyesuaian Akademik ................................................ 10
2.1.1 Pengertian penyesuaian akademik ................. 11
2.1.2 Kriteria penyesuaian akademik ...................... 12
2.1.3 Prinsip dan praktik penyesuaian akademik .... 14
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyesuaian akademik ................................... 15
2.1.5 Pengukuran penyesuaian akademik ............... 16
2.2 Dukungan Teman Sebaya ............................................ 16
2.2.1 Pengertian dukungan teman sebaya ............... 16
2.2.2 Komponen dukungan teman sebaya .............. 17
2.2.3 Pengukuran dukuungan teman sebaya ........... 20
2.3 Self-Efficacy ................................................................. 21
2.3.1 Pengertian self-efficacy .................................. 21
2.3.2 Aspek-aspek self-efficacy............................... 22
2.3.3 Sumber-sumber self-efficacy.......................... 23
2.3.4 Pengukuran self-efficacy ................................ 25
2.4 Kerangka Berpikir ........................................................ 25
2.5 Hipotesis....................................................................... 29

xii
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................... 30-57
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .... 30
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel ........................................................................ 31
3.2.1 Variabel penelitian ......................................... 31
3.2.2 Definisi operasional variabel ......................... 32
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ...................................... 34
3.4 Prosedur Penelitian ...................................................... 39
3.5 Uji Validitas Konstruk ................................................. 39
3.5.1 Uji validitas konstruk skala penyesuaian
akademik ........................................................ 41
3.5.2 Uji validitas konstruk skala attachment ......... 44
3.5.3 Uji validitas konstruk skala social integration 45
3.5.4 Uji validitas konstruk skala reassurance
of worth ......................................................... 46
3.5.5 Uji validitas konstruk skala reliable alliance 47
3.5.6 Uji validitas konstruk skala guidance ............ 49
3.5.7 Uji validitas konstruk skala opportunity
for nurturance ................................................ 50
3.5.8 Uji validitas konstruk skala self-efficacy ....... 51
3.6 Teknik Analisis Data .................................................... 53

BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................... 58-72


4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................ 58
4.1.1 Deskripsi statistik variabel penelitian ............ 58
4.1.2 Kategorisasi skor variabel penelitian ............. 60
4.1.2.1 Kategorisasi tingkat penyesuaian
akademik .......................................... 61
4.1.2.2 Kategorisasi tingkat attachment ...... 61
4.1.2.3 Kategorisasi tingkat social
integration........................................ 62
4.1.2.4 Kategorisasi tingkat reassurance
of worth ........................................... 62
4.1.2.5 Kategorisasi tingkat reliable
alliance ............................................ 63
4.1.2.6 Kategorisasi tingkat guidance.......... 63
4.1.2.7 Kategorisasi tingkat opportunity
for nurturance .................................. 64
4.1.2.8 Kategorisasi tingkat self-efficacy ..... 64
4.2 Uji Hipotesis Penelitian ............................................... 65
4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian ................ 65
4.2.2 Pengujian proporsi varian pada setiap
variabel independen ....................................... 69

xiii
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ......................... 73-80
5.1 Kesimpulan .................................................................. 73
5.2 Diskusi ......................................................................... 73
5.3 Saran............................................................................. 78
5.3.1 Saran metodologis .......................................... 78
5.3.2 Saran praktis .................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 80

LAMPIRAN ................................................................................................. 84

xiv
DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Daftar populasi penelitian ...................................................... 31


TABEL 3.2 Skor skala likert ..................................................................... 35
TABEL 3.3 Blue print skala penyesuaian akademik ................................. 36
TABEL 3.4 Blue print skala dukungan teman sebaya ............................... 37
TABEL 3.5 Blue print skala self-efficacy ................................................. 38
TABEL 3.6 Muatan faktor item skala penyesuaian akademik .................. 43
TABEL 3.7 Muatan faktor item skala attachment..................................... 45
TABEL 3.8 Muatan faktor item skala social integration .......................... 46
TABEL 3.9 Muatan faktor item skala reassurance of worth .................... 47
TABEL 3.10 Muatan faktor item skala reliable alliance ............................ 48
TABEL 3.11 Muatan faktor item skala guidance........................................ 49
TABEL 3.12 Muatan faktor item skala opportunity for nurturance ........... 51
TABEL 3.13 Muatan faktor item skala self-efficacy ................................... 52
TABEL 4.1 Gambaran subjek penelitian................................................... 58
TABEL 4.2 Deskripsi statistik variabel penelitian .................................... 60
TABEL 4.3 Norma skor ............................................................................ 60
TABEL 4.4 Kategorisasi penyesuaian akademik ...................................... 61
TABEL 4.5 Kategorisasi tingkat attachment............................................. 61
TABEL 4.6 Kategorisasi tingkat social integration .................................. 62
TABEL 4.7 Kategorisasi tingkat reassurance of worth ............................ 63
TABEL 4.8 Kategorisasi tingkat reliable alliance .................................... 63
TABEL 4.9 Kategorisasi tingkat guidance ................................................ 64
TABEL 4.10 Kategorisasi tingkat opportunity for nurturance ................... 64
TABEL 4.11 Kategorisasi tingkat self-efficacy ........................................... 65
TABEL 4.12 Varian penyesuaian akademik yang dijelaskan
oleh seluruh IV....................................................................... 66
TABEL 4.13 Anova pengaruh IV terhadap penyesuaian akademik............ 66
TABEL 4.14 Koefisien regresi .................................................................... 67
TABEL 4.15 Proporsi varian penyesuaian akademik pada setiap IV ......... 70

xv
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Bagan kerangka berpikir ........................................................... 28

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian


LAMPIRAN 2 Syntax lisrel
LAMPIRAN 3 Hasil analisis faktor konfirmatorik

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan latar belakang, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Memasuki masa remaja akhir, seseorang memiliki banyak minat, seperti minat

rekreasi, sosial, pribadi, pendidikan maupun pekerjaan. Bagi sebagian remaja

yang baru saja selesai menuntut ilmu di sekolah menengah, minat yang

sebelumnya dibawa dari masa kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh

minat yang lebih matang. Tanggung jawab yang lebih besar dan berkurangnya

waktu luang menyebabkan banyak remaja akhir yang membatasi minatnya,

terutama di bidang rekreasi. Tanggung jawab sebagai remaja akhir yang mulai

memasuki perguruan tinggi menyadarkan mereka untuk lebih berperilaku matang

(Hurlock, 1980). Perguruan tinggi merupakan salah satu jalur penting menuju

kedewasaan, walaupun hanya salah satu jalur dan baru belakangan ini menjadi

pilihan yang paling umum.

Transisi dari sekolah menengah ke perguruan tinggi menjadi fase yang

penting dan relevan dengan ketahanan siswa. Transisi ini melibatkan hal-hal

positif, seperti merasa lebih dewasa, mendapatkan lebih banyak pelajaran yang

bisa dipilih, memiliki lebih banyak waktu untuk bersama teman sebaya,

memperoleh lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi gaya hidup dan nilai

yang berbeda-beda, menikmati kebebasan dari pengawasan orang tua, dan

1
2

menjadi lebih tertantang secara intelektual dengan adanya tugas-tugas akademik

(Santrock, 2005).

Masa transisi ini juga melibatkan suatu perpindahan menuju struktur

sekolah yang lebih besar, tidak individual, yang interaksinya adalah interaksi

dengan teman sebaya yang lebih beragam latar belakang geografisnya dan juga

kadang beragam latar belakang etnisnya, serta bertambahnya tekanan untuk

mencapai prestasi, kinerja, dan nilai-nilai ujian yang baik (Santrock, 2005).

Remaja akhir yang baru masuk perguruan tinggi akan menemukan banyak

tantangan, seperti paket belajar dan metode belajar yang berbeda dengan sekolah

menengah (Schnuck & Handal, 2011). Tugas-tugas dan tuntutan-tuntutan

akademik pun berbeda dengan sekolah menengah, karena ketika di perguruan

tinggi, mahasiswa harus lebih mandiri dan dituntut untuk lebih mampu

menyesuaikan diri secara akademik. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Pascarella dan Terenzini (1991) dimana bagi sebagian besar

siswa, transisi ke universitas membutuhkan penyesuaian terhadap kebiasaan

akademik.

Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 Tentang Pedoman Penyusunan

Kurikulum Pendidikan Tinggi Dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, beban

studi program sarjana sekurang-kurangnya 144 (seratus empat puluh empat) SKS

dan sebanyak-banyaknya 160 (seratus enam puluh) SKS yang dijadwalkan untuk

8 (delapan) semester dan selama-lamanya 14 (empat belas) semester setelah

pendidikan menengah. SKS sendiri adalah kepanjangan dari Satuan Kredit


3

Semester yang merupakan takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar yang

diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal perminggu sebanyak 1

jam perkuliahan atau 2 jam praktikum, atau 4 jam kerja lapangan, yang masing-

masing diiringi oleh sekitar 1 - 2 jam kegiatan terstruktur dan sekitar 1 – 2 jam

kegiatan mandiri. Beban studi mahasiswa pun akan semakin bertambah dengan

dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 49 tahun

2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi dimana mahasiswa harus

menyelesaikan masa studinya dalam kurun waktu 5 tahun (pasal 17 ayat 3).

Selain itu, Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia

dalam Kolokium tahun 2014 menghasilkan keputusan tentang kurikulum inti

program studi psikologi (S1) dimana dalam pasal 3 ayat 4 menjelaskan bahwa

kompetensi utama lulusan program studi psikologi (S1) salah satunya adalah

menguasai konsep dasar teori psikologi untuk menggambarkan beragam gejala

psikologi serta menganalisa gejala psikologi sindividu, kelompok, organisasi dan

komunitas. Selain itu, lulusan program studi psikologi (S1) juga diharapkan

mampu melakukan riset tingkat dasar yang mempergunakan prinsip-prinsip

psikologi untuk memberikan alternatif penyelesaian masalah. Oleh karena itu,

mahasiswa harus mampu menyesuaikan dirinya secara akademik agar dapat

memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut, khususnya bagi mahasiswa baru yang

belum terbiasa dengan sistem perkuliahan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian akademik, diantaranya

self-esteem, fear of success, perbedaan metode belajar (Mudhovozi, 2012),

dukungan teman sebaya (Vallone et al), self-efficacy (Azar dan Reshadatjoo,


4

2014), dll. Dalam penelitian ini, peneliti akan fokus mengukur pengaruh

dukungan teman sebaya dan self-efficacy terhadap penyesuaian akademik. Hal ini

dilakukan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 6

november 2014 dan identifikasi dari beberapa penelitian sebelumnya.

Dalam studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 21 orang mahasiswa

semester 1 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayattullah Jakarta, 100%

menyatakan bahwa penyesuaian diri akademik penting untuk dilakukan. Hal ini

diperlukan agar mahasiswa baru lebih siap dalam menghadapi masalah dan

tantangan dalam perkuliahan, dapat menyesuaikan diri dengan baik sehingga

mampu menyerap materi yang diberikan secara maksimal, serta berpengaruh

terhadap kondisi mahasiswa dikemudian hari. Selain itu, 62% menyatakan bahwa

mereka memiliki masalah dengan penyesuaian akademik, seperti sulit mengatur

waktu antara kegiatan akademik dengan kegiatan lain, perbedaan cara mengajar di

sekolah menengah dan di perkuliahan, tuntutan akademik yang lebih banyak,

beban tugas yang lebih berat, dll. Dari hasil studi pendahuluan ini pula, diketahui

bahwa dukungan dari teman sebaya dan self-efficacy memiliki pengaruh yang kuat

terhadap penyesuaian akademik mereka.

Dukungan teman sebaya sangat penting bagi mahasiswa pada tahun pertama.

Vallone, Reid, Umali, dan Pohlert (2004) menemukan bahwa dukungan teman

sebaya tampaknya lebih penting untuk penyesuaian perguruan tinggi dari pada

dukungan orangtua. Secara khusus, Dennis, Phinney, dan Chuateco (2005)

menyatakan bahwa ketika mahasiswa pada tahun pertama menyadari keluarga

mereka tidak mampu untuk memberikan dukungan material yang diperlukan,


5

mereka lebih cenderung beralih ke teman sebaya ketika berhadapan dengan

masalah-masalah akademis. Kualitas hubungan teman sebaya merupakan

indikator yang menarik pada penyesuaian di sekolah menengah pertama maupun

sekolah menengah atas. Meskipun anak-anak tertarik dan melekat secara

emosional dengan teman sebaya pada segala usia, mereka menunjukan

peningkatan dan ketergantungan emosional untuk dukungan dan bimbingan

(Steinberg dalam Wentzel, 2012).

Selain dukungan teman sebaya, Chemers, Hu, dan Garcia (2001)

menemukan bahwa self-efficacy berhubungan kuat dengan penyesuaian

mahasiswa. Mahasiswa dengan efikasi yang tinggi masuk ke perguruan tinggi

dengan percaya pada kemampuannya dalam prestasi akademik. Bandura (1995)

menjelaskan bahwa self-efficacy berhubungan dengan motivasi dalam hal

menentukan tujuan, berapa banyak usaha yang digunakan untuk mencapai tujuan,

serta jumlah waktu dan ketahanan dalam mengahadapi kesulitan dan kegagalan.

Mahasiswa yang mampu beradaptasi memiliki bakat yang tinggi dan

keterampilan memecahkan masalah yang baik, terlibat secara aktif dalam studi

lingkungan akademiknya, mandiri tetapi menikmati hubungan dekat dengan orang

tua, serta mendapatkan banyak keuntungan dari kehidupan perkuliahannya.

Mahasiswa yang mandiri dan berorientasi pada prestasi cenderung menunjukan

kinerja terbaik dikelas dengan menekankan pada pembelajaran self-directed

(Papalia et al., 2009). Penyesuaian akademik yang memadai, kemampuan serta

kemauan untuk belajar untuk memenuhi sekolah sangat penting dan mendasar

bagi keberhasilan akademik (Schneider, 1960).


6

Mengingat pentingnya penyesuaian akademik pada mahasiswa tahun pertama

yang akan berdampak pada prestasi dan keberhasilan akademik mahasiswa

tersebut nantinya, peneliti merasa perlu adanya penelitian tentang faktor yang

mempengaruhi penyesuaian akademik agar dapat diperhatikan oleh mahasiswa

serta dosen pengampunya. Oleh karena itu, untuk merealisasikan hal tersebut

peneliti melakukan penelitian dengan judul : “pengaruh dukungan teman sebaya

dan self-efficacy terhadap penyesuaian akademik“

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

penyesuaian akademik. Faktor yang diteliti yaitu self-efficacy dan

dukungan dari teman sebaya. Adapun batasan konsep yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi:

a. Penyesuaian akademik. Penyesuaian akademik yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kemampuan dimana tuntutan dan kebutuhan

akademik terpenuhi secara memadai, berguna dan memuaskan.

(Schneiders, 1960)

b. Dukungan teman sebaya. Dukungan teman sebaya yang dimaksud

dalam penelitian ini dukungan social yang bersumber dari teman

sebaya, dimana dukungan social diartikan sebagai suatu informasi dari

orang lain bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihormati dan

dihargai, dan merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan

kewajiban bersama (Taylor, 2009). Adapun komponen dukungan


7

teman sebaya yang akan diteliti yaitu attachment, social integration,

reassurance of worth, reliable alliance, guidance, dan opportunity for

nurturance (Weiss, 1974)

c. Self-efficacy. Self-efficacy yang dimaksud pada penelitian ini

mengacu pada keyakinan dalam kemampuan individu untuk mengatur

dan mengimplementasi tindakan untuk mengatasi situasi tertentu

(Bandura, 1995).

1.2.2 Perumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh dukungan teman sebaya dan self-efficacy

terhadap penyesuaian akademik?

2. Apakah ada pengaruh attachment terhadap penyesuaian akademik?

3. Apakah ada pengaruh social integration terhadap penyesuaian

akademik?

4. Apakah ada pengaruh reassurance of worth terhadap penyesuaian

akademik?

5. Apakah ada pengaruh reliable alliance terhadap penyesuaian

akademik?

6. Apakah ada pengaruh guidance terhadap penyesuaian akademik?

7. Apakah ada pengaruh opportunity for nurturance terhadap

penyesuaian akademik?

8. Apakah ada pengaruh self-efficacy terhadap penyesuaian akademik?


8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan teman

sebaya dan self-efficacy terhadap penyesuaian akademik mahasiswa tahun

pertama.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terbagi menjadi manfaat

teoritis dan manfaat praktis seperti berikut:

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan bahan

perbandingan bagi pengembangan teori-teori psikologi, khususnya

psikologi pendidikan yang berkaitan dengan penyesuaian akademik

pada mahasiswa tahun pertama.

b. Manfaat praktis

Bagi mahasiswa tahun pertama, diharapkan dapat meningkatkan self-

efficacy serta mencari dukungan dari teman sebaya agar

mengoptimalkan penyesuaian akademik, sehingga dapat secara

maksimal menerima materi yang diberikan dan menghadapi segala

tuntutan akademik yang ada di perguruan tinggi.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, batasan dan rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan


9

BAB 2 : KAJIAN TEORI

Menjelaskan tentang penyesuaian akademik, dukungan teman sebaya, self-

efficacy, kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, variabel

penelitian, definisi operasional dari variabel, instrumen penelitian, prosedur

pengumpulan data, uji validitas konstruk dan teknik analisis data.

BAB 4 : HASIL PENELITIAN

Menjelaskan tentang responden penelitian, presentasi data penelitian, analisis dan

interpretasi data, serta pengujian hipotesis penelitian.

BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
10

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang penyesuaian akademik, dukungan

teman sebaya, self-efficacy, kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.

2.1 Penyesuaian Akademik

Penyesuaian akademik merupakan salah satu jenis penyesuaian dalam bidang

akademik, oleh karena itu sebelum memahami penyesuaian akademik, kita perlu

memahami penyesuaian terlebih dahulu. Pemahaman mengenai penyesuaian

sesungguhnya merupakan hal yang relatif. Dalam hal tertentu, kita dapat

mengatakan dengan sederhana bahwa penyesuaian ditentukan dengan seberapa

baik kita mampu bergaul dengan diri kita sendiri dan orang lain. Konsep

penyesuaian dapat digunakan selama respon berfungsi untuk mengurangi atau

meredakan tuntutan yang dibuat oleh seseorang (Schneiders, 1960).

Penyesuaian sering dikaitkan sengan berbagai istilah, seperti adaptasi.

Berbagai pendapat telah dikemukakan, seperti penyesuaian sebagai kepuasan

hubungan organisme terhadap lingkungannya, atau penyesuaian sebagai adaptasi

terhadap tuntutan realitas. Pernyataan-pernyataan tersebut dianggap ambigu,

karena kepuasan hubungan terhadap lingkungan seseorang merupakan bagian dari

penyesuaian, tetapi sulit menentukan apa yang dimaksud dengan kepuasan dalam

hubungan ini (Schneiders, 1960).


11

Banyaknya pemahaman mengenai penyesuaian, penyesuaian memang

berarti banyak hal. Tetapi selama penyesuaian dalam diri itu baik, kita dapat

mendefinisikan penyesuaian dengan sederhana, yaitu penyesuaian merupakan

proses, termasuk respon mental dan perilaku, dimana individu berusaha untuk

mengatasi dengan sukses kebutuhan, tekanan, frustasi, dan konflik, serta untuk

mempengaruhi tingkat keselarasan atara tuntutan dalam diri dan yang dikenakan

pada seseorang secara objektif ditempat dia tinggal. Penyesuaian yang baik tidak

dapat didefinisikan sekali dan digunakan dalam seluruh situasi. Hal tersebut harus

didefinisikan dalam situasi mengadapi masalah yang sesuai dengan level

perkembangannya. Menyesuaikan diri dengan baik dalam level usia tertentu

mungkin menjadi buruk dalam level usia lain.

Setelah memahami pengertian penyesuaian, berikut ini akan dipaparkan

mengenai pengertian, kriteria serta prinsip dan praktik untuk penyesuaian

akademik.

2.1.1 Pengertian penyesuaian akademik

Konsep penyesuaian akademik pada dasarnya seperti yang ditetapkan untuk

bagian lain dari penyesuaian, kecuali yang berkaitan dengan tanggung jawab yang

melekat dalam situasi akademik. Schneider (1960) mendefinisikan penyesuaian

akademik sebagai kemampuan dimana tuntutan dan kebutuhan akademik

terpenuhi secara memadai, berguna dan memuaskan.

Baker dan Siryk (1989) mendefinisikan penyesuaian akademik sebagai

sikap positif mahasiswa terhadap pekerjaan akademik dan tujuan mereka, serta

evaluasi positif dari upaya dan kualitas lingkungan akademiknya.


12

Sedangkan Quan, Zhen dan Yao (2014) mendefinisikan penyesuaian

akademik merujuk pada proses yang melibatkan perubahan psikologis dan

perilaku dimana individu berusaha keras untuk mengatur dirinya sendiri untuk

mencapai keseimbangan dalam lingkungan akademik baru dan untuk memenuhi

persyaratan pembelajaran yang baru di Universitas.

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menggunakan pengertian

penyesuaian akademik dari Schneider (1960) dimana penyesuaian akademik yang

dijelaskan sesuai dengan kebutuhan penelitian ini dibidang psikologi pendidikan.

2.1.2 Kriteria penyesuaian akademik

Schneider (1960) dalam bukunya Personal Adjustment and Mental Health

menyebutkan kriteria penyesuaian akademik, yaitu:

a. Kinerja yang sukses. Tanpa kebutuhan primer ini, sulit melihat bagaimana

seseorang memenuhi tuntutan akademik dengan cara yang memadai dan

memuaskan. Kita harus catat bahwa pendapat tentang kesuksesan prestasi

seseorang berbeda-beda.

b. Usaha yang memadai. Setiap guru tahu dengan sangat baik bahwa banyak

siswa menganggap bahwa dirinya dapat menunjukan kemampuan “ideal”

seperti kebanyakan orang dan menganggap hal tersebut sebagai kinerja

sukses mereka. Jika siswa melakukan sesuatu sebaik yang mereka bisa,

tanpa memperhatikan nilai yang mereka capai, kinerja mereka, dari sudut

penilaian, harus dievaluasi kemampuannya. Namun, meskipun dia sudah

memberikan usaha yang "tulus" (yang sebaik-baiknya), tapi gagal dalam


13

nilai, yang bisa disimpulkan adalah usahanya harus diarahkan ke pencapaian

yang lain.

c. Menerima pengetahuan yang bermanfaat. Untuk mendapatkan kesuksesan

akademik, pastinya sangat butuh menerima pengetahuan dimana semua

usaha akademik diarahkan untuk hal tersebut.

d. Perkembangan intelektual. Ada hal yang lebih penting daripada menerima

pengetahuan,yaitu pengembangan intelektual. Dimana mahasiswa belajar

untuk menggunakan dan memanfaatkan fakta, prinsip dan teori-teori dengan

efisien dan menguntungkan. Menguntungkan dalam hal ini bukan secara

ekonomi saja, tetapi lebih kepada bagaimana kita sukses menggunakan

intelegensi dalam menyelesaikan masalah personal.

e. Pencapaian tujuan akademik. Biasanya, tujuan dari usaha akademik yaitu

penguasaan materi pelajaran, integrasi dari beberapa bidang pengetahuan

yang berbeda, peningkatan kekuatan intelektual dan penghormatan,

persiapan yang memadai untuk karir atau mata pencaharian dan kelulusan.

Untuk memperluas berbagai tujuan yang akan dicapai, seseorang akan

berusaha mendapatkan kesuksesan akademik dan penyesuaian, serta

pemenuhan kriteria keenam.

f. Kepuasan terhadap kebutuhan, keinginan, dan minat. Kesuksesan akademik

dapat berdampak panjang bagi upaya pemenuhan kebutuhan akan status,

pengakuan, prestasi, persetujuan sosial, dan hasrat untuk keamanan

personal, serta identifikasi ego. Demikian pula keinginan alami untuk

pengetahuan, informasi, perkembangan dan stimulasi pengetahuan, dan


14

kekuatan ekspresi yang dapat diwujudkan melalui upaya akademis yang

serius dan sukses. Dalam membuat usaha ini siswa yang baik dimotivasi

sampai tingkat tertentu oleh kepentingan intelektual dan minat; dan oleh

karena itu, upaya akademik dan prestasi dapat menyediakan sarana yang

efektif untuk kepentingan tersebut

2.1.3 Prinsip dan praktik penyesuaian akademik

Kepuasan terhadap kebutuhan, keinginan, dan minat. Kesuksesan akademik dapat

berdampak panjang bagi upaya pemenuhan kebutuhan akan status, pengakuan,

prestasi, persetujuan sosial, dan hasrat untuk keamanan personal, serta identifikasi

ego. Demikian pula hasrat alami untuk perkembangan pengetahuan Schneider

(1960) dalam bukunya Personal Adjustment and Mental Health menyebutkan

prinsip dan praktik untuk penyesuaian akademik, yaitu:

a. Memahami tujuan dan maksud dari pendidikan

b. Tujuan dasar pendidikan harus dibawa ke dalam hubungan dan sepenuhnya

terintegrasi dengan tujuan personal mahasiswa

c. Mahasiswa harus belajar lebih awal dalam karir akademiknya, untuk

memahami dan menghargai karakter integratif dari pendidikan

d. Perkembangan minat dan sikap akademik yang bermanfaat

e. Perkembangan kebiasaan akademik yang banyak akal

f. Perkembangan kebiasaan dan kemampuan belajar yang efisien

g. Teknik belajar seharusnya di tambah dengan tiga bantuan penting, yaitu

persiapan yang teliti untuk setiap kelas, review kumulatif dari materi yang

telah dipelajari, dan secara periodik mengatur peningkatan dalam belajar


15

h. Faktor-faktor dari konsentrasi, berpikir kritis dan secara langsung

berpartisipasi aktif mempengaruhi peningkatan

i. Mahasiswa harus belajar mengatur waktu secara efisien

j. Kondisi pekerjaan yang memadai

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian akademik

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian akademik menurut Mudhovozi

(2012), yaitu:

a. Self-esteem. Sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya

sebagai suatu totalitas mempengaruhi penyesuaian akademik. Mahasiswa

yang memiliki kepercayaan diri yang rendah dalam proses akademik

cenderung tidak berani bertanya pada dosen, sehingga ia akan kesulitan

dalam menyesuaikan diri secara akademik.

b. Takut akan kegagalan. Mahasiswa khawatir tentang kegagalan dalam

semseter pertamanya. Hal ini mungkin dikarenakan orang tua dan

penyelenggara beasiswa menuntut mahasiswa untuk mendapatkan hasil

yang baik. Kegagalan dalam akademik dapat menyebabkan mahasiswa

kehilangkan beasiswa.

c. Perbedaan metode mengajar. Akibat dari perbedaan gaya mengajar antara di

sekolah menengah dengan perguruan tinggi menjadi penyebab stres

akademik.

d. Menurut Vallone et al. (2003) dukungan sosial mempengaruhi penyesuaian

akademik, tetapi hanya dukungan dari teman sebaya yang paling memiliki

pengaruh terhadap penyesuaian akademik. Hubungan yang dibangun


16

mahasiswa dengan teman sebayanya di perguruan tinggi lebih penting dari

dukungan orang tua, karena teman sebaya menyediakan jenis dukungan

sosial yang lebih penting, yaitu dukungan emosional.

e. Azar dan Reshadatjoo (2014) menemukan bahwa self-efficacy

mempengaruhi penyesuaian akademik. Self-efficacy memainkan peran yang

besar dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan bagaimana mereka

memenuhinya.

2.1.5 Pengukuran penyesuaian akademik

Alat ukur penyesuaian akademik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah alat ukur yang disusun secara mandiri berdasarkan keenam kriteria

penyesuaian akademik yang diungkapkan oleh Schneider (1960), yaitu kinerja

yang sukses, usaha yang memadai, menerima pengetahuan yang bermanfaat,

perkembangan intelektual, pencapaian tujuan akademik, dan kepuasan terhadap

kebutuhan, keinginan, dan minat. Peneliti menyusun skala secara mandiri agar

peneliti dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi subjek penelitian.

2.2 Dukungan Teman Sebaya

2.2.1 Pengertian dukungan teman sebaya

Menurut Taylor (2009) dukungan sosial adalah suatu informasi dari orang

lain bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihormati dan dihargai, dan

merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.

Sarafino dan Smith (2011) menjelaskan bahwa dukungan sosial mengacu

pada kenyamanan, peduli, harga diri, atau bantuan yang tersedia untuk orang dari
17

orang-orang atau kelompok lainnya. Hal ini juga mengacu pada rasa atau persepsi

seseorang bahwa kenyamanan, peduli, dan bantuan tersedia jika diperlukan yaitu,

persepsi dukungan.

Dari beberapa definisi di atas dapat peneliti menggunakan pengertian

dukungan sosial dari Taylor (2009) dimana dukungan sosial yang dijelaskan

sesuai dengan kebutuhan penelitian ini dibidang psikologi pendidikan.

2.2.2 Komponen dukungan sosial

Sarafino dan Smith (2011) membagi bentuk dukungan sosial menjadi empat

bentuk, antara lain:

1. Dukungan emosional (emotional or esteem support), mengacu pada bantuan

berbentuk empati, kepedulian dan perhatian terhadap individu. Dukungan

ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia

mendengarkan keluh kesah orang lain.

2. Dukungan instrumental/material (tangible or instrumental support),

mengacu pada penyediaan barang dan jasa yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah-masalah secara praktis. Seperti pinjaman atau

sumbangan uang dari orag lain.

3. Dukungan informasi (informational support), diberikan dengan cara

memberikan informasi baik berupa nasihat, saran atau cara-cara yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah.


18

4. Dukungan kelompok sosial atau persahabatan (companionship support),

membuat individu merasa memiliki teman senasib sebagai anggota dari

kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengannya.

Menurut Taylor (2009), bentuk dukungan sosial dapat dibagi menjadi; (a)

tangible assistance, yaitu memberikan dukungan materi, berupa jasa, dan bantuan

keuangan. (b) information support, yaitu informasi dari keluarga dan teman dapat

lebih menolong individu untuk mengerti kejadian yang dapat menimbulkan stres

dan dapat membantu individu untuk menentukan dan mengarahkannya dalam

mengatasi stres tersebut. (c) emotional support, yaitu dukungan keluarga dan

teman dengan meyakinkan bahwa individu tersebut berharga khususnya ketika

menghadapi situasi stres yang mengakibatkan individu tersebut depresi, sedih,

cemas, dan kehilangan percaya diri.

Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987) menjelaskan enam fungsi sosial yang

berbeda atau ketentuan yang mungkin diperoleh dari hubungan dengan yang lain.

Fungsi sosial ini dapat dibagi secara konseptual menjadi dua kategori besar:

assistance-related and non-assistance-related. Kategori assistance-related

termasuk fungsi yang secara langsung relevan dengan pemecahan masalah dalam

konteks stres. Sedangkan non-assistance-related tidak memberikan kontribusi

langsung untuk memecahkan masalah, dan tampaknya memiliki efek

menguntungkan pada kondisi subjek, baik dalam keadaan stres yang tinggi

maupun rendah.
19

1. Attachment (Kelekatan)

Attachment didefinisikan sebagai kedekatan emosional yang dapat

memberikan rasa aman untuk individu.

2. Social Integration (Integrasi Sosial)

Social Integration merupakan sebuah rasa tergabung ke grup yang sesuai

dengan minat, kepedulian dan kegiatan rekreasi yang sama.

3. Reassurance of Worth (Adanya Pengakuan)

Reassurance of Worth dapat didefinisikan sebagai pengakuan kompetensi,

keterampilan dan nilai oleh orang lain.

4. Reliable Alliance (Ketergantungan untuk dapat diandalkan)

Reliable alliance yaitu keyakinan bahwa orang lain dapat diandalkan untuk

dapat membantu secara nyata.

5. Guidance (Bimbingan)

Guidance atau petunjuk ini dapat berupa masukan atau arahan dan

informasi.

6. Opportunity for Nurturance (Kesempatan untuk merasa dibutuhkan)

Opportunity for Nurturance ialah perasaan bahwa ia bisa diandalkan untuk

kesejahteraan orang lain.

Dari beberapa tokoh yang menjelaskan tentang dimensi-dimensi dukungan

sosial, peneliti menggunakan keenam fungsi sosial dukungan sosial yang

dijelaskan oleh Weiss (1974) dimana dukungan sosial dijabarkan secara lebih

rinci dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini dibidang psikologi

pendidikan.
20

2.2.3 Pengukuran dukungan teman sebaya

Pengukuran dukungan teman sebaya didasarkan pada teori dukungan sosial,

dimana dukungan sosial tersebut memiliki banyak sumber. Dukungan bisa datang

dari pasangan atau kekasih, keluarga, teman sebaya, dokter, atau organisasi

masyarakat. Individu yang mendapatkan dukungan sosial percaya bahwa mereka

dicintai, dihargai, dan bagian dari jaringan sosial, seperti keluarga atau organisasi

masyarakat, yang dapat membantu pada saat dibutuhkan. Tetapi dalam penelitian

ini, peneliti akan mengukur dukungan sosial yang bersumber dari teman sebaya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur dukungan teman sebaya dengan

menggunakan alat ukur “The Social Provision Scale” yang dikembangkan oleh

Cutrona dan Russell (1987) berdasarkan 6 (enam) fungsi sosial yang dijelaskan

oleh Waiss. Adapun enam fungsi sosial tersebut adalah: Attachment (Kelekatan),

Social Integration (Integrasi Sosial), Reassurance of Worth (Adanya pengakuan),

Reliable Alliance (Ketergantungan untuk dapat diandalkan), Guidance

(Bimbingan), dan Opportunity for Nurturance (Kesempatan untuk merasa

dibutuhkan).

Peneliti menggunakan alat ukur ini karena dimensi yang diukur oleh alat

ukur ini merupakan dimensi yang cocok dengan teori dukungan sosial yang

digunakan pada penelitian ini. Alat ukur ini berjumlah 24 item dimana masing-

masing aspek dari dukungan sosial ini diukur oleh empat item. Tetapi dalam

penelitian ini, peneliti menambahkan 6 item sehingga secara keseluruhan jumlah

item menjadi 30 dan setiap aspek diukur oleh 5 item. Hal ini dilakukan untuk

mengantisipasi kemungkinan jika item akan berkurang jumlahnya akibat tidak


21

valid, sehingga jumlah item masih tetap mencukupi. Selain itu, peneliti juga

memodifikasi item pernyataan pada alat ukur tersebut, karena menyesuaikan

dengan kebutuhan penelitian yang hanya mengukur dukungan dari teman sebaya.

Berdasarkan penelitian dari Cutrona dan Russell (1987) didapat nilai

reliabilitas dari alat ukur ini berkisar dari 0.370 sampai 0.660 dengan

menggunakan metode test-retest. Lalu berdasarkan hasil penelitian yang sama,

mengenai validitas dari alat ukur ini, didapat nilai intercorrelation pada item dari

enam dimensi berkisar pada 0.100 sampai 0.510 dengan mean intercorrelation

sebesar 0.270.

2.3 Self-Efficacy

2.3.1 Pengertian self-efficacy

Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep

self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy mengacu pada

keyakinan dalam kemampuan individu untuk mengatur dan mengimplementasi

tindakan untuk mengatasi situasi tertentu (Bandura, 1995). Keyakinan tersebut

mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, serta memotivasi

dirinya dan berperilaku.

Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan

penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan

suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Self-efficacy juga

diartikan sebagai keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan

menciptakan hasil yang positif (Santrock, 2009). Di samping itu, Schultz dan

Schultz (2010) mendefinisikan self-efficacy sebagai perasaan kita terhadap


22

kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi kehidupan. Self-

efficacy juga merujuk pada keyakinan individu bahwa ia dapat menunjukan tugas-

tugas yang baik secara sukses pada level-level tertentu (Schunk, 1991).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori self-efficacy yang

dijelaskan oleh Bandura (1995) karena Bandura merupakan arsitek utama dari

teori sosial kognitif yang merupakan teori induk dari self-efficacy.

2.3.2 Aspek-aspek self-efficacy

Bandura (1977) mengemukakan bahwa self-efficacy individu dapat dilihat dari

tiga aspek, yaitu :

a. Tingkat (magnitude)

Self-efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat

kesulitan tugas. Individu memiliki self-efficacy yang tinggi pada tugas yang

mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit dan

membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki self-efficacy

yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai

dengan kemampuannya.

b. Keluasan (generality)

Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap bidang atau

tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya memiliki self-efficacy

pada aktivitas yang luas, atau terbatas pada fungsi domain tertentu saja.

Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu menguasai beberapa

bidang sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas. Individu yang memiliki


23

self-efficacy yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan

dalam menyelesaikan suatu tugas.

c. Kekuatan (strength)

Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau

kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy menunjukkan

bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai

dengan yang diharapkan individu. Self-efficacy menjadi dasar dirinya

melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.

2.3.3 Sumber-sumber self-efficacy

Bandura (1995) menjelaskan bahwa self-efficacy individu didasarkan pada empat

hal, yaitu:

a. Pengalaman akan kesuksesan

Pengalaman akan kesuksesan adalah sumber yang paling besar pengaruhnya

terhadap self-efficacy individu karena didasarkan pada pengalaman otentik.

Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan self-efficacy individu

meningkat, sementara kegagalan yang berulang mengakibatkan menurunnya

self-efficacy, khususnya jika kegagalan terjadi ketika self-efficacy individu

belum benar-benar terbentuk secara kuat. Kegagalan juga dapat menurunkan

self-efficacy individu jika kegagalan tersebut tidak merefleksikan kurangnya

usaha atau pengaruh dari keadaan luar.

b. Pengalaman individu lain

Individu tidak hanya bergantung pada pengalamannya sendiri tentang

kegagalan dan kesuksesan sebagai sumber self-efficacynya. Self-efficacy


24

juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Pengamatan individu akan

keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan self-

efficacy individu tersebut pada bidang yang sama. Individu melakukan

persuasi terhadap dirinya dengan mengatakan jika individu lain dapat

melakukannya dengan sukses, maka individu tersebut juga memiliki

kemampuan untuk melakukanya dengan baik. Pengamatan individu

terhadap kegagalan yang dialami individu lain meskipun telah

melakukanbanyak usaha menurunkan penilaian individu terhadap

kemampuannya sendiri dan mengurangi usaha individu untuk mencapai

kesuksesan. Ada dua keadaan yang memungkinkan self-efficacy individu

mudah dipengaruhi oleh pengalaman individu lain, yaitu kurangnya

pemahaman individu tentang kemampuan orang lain dan kurangnya

pemahaman individu akan kemampuannya sendiri.

c. Persuasi verbal

Persuasi verbal dipergunakan untuk meyakinkan individu bahwa individu

memiliki kemampuan yang memungkinkan individu untuk meraih apa yang

diinginkan.

d. Kondisi fisik dan emosional

Kondisi emosi yang kuat biasanya akan mengurangi penampilan, seperti

ketika sesorang mengalami ketajutan yang kuat, kecemasan yang akut

ataupun tingkat stres yang tinggi. Hal tersebut akan berdampak pada

penurunan self efficacy pada seseorang. Dalam menilai kemampuannya,


25

seseorang dipengaruhi oleh informasi tentang keadaan fisiknya untuk

menghadapi situasi tertentu dengan memperhatikan keadaan fisiologisnya.

2.3.4 Pengukuran self-efficacy

Alat ukur self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang

disusun secara mandiri berdasarkan ketiga aspek self-efficacy yang diungkapkan

oleh Bandura (1977), yaitu magnitude, generality, dan strength. Hal ini dilakukan

agar peneliti dapat menyesuaiakan dengan situasi dan kondisi subjek penelitian.

2.4 Kerangka Berpikir

Memasuki lingkungan baru, yaitu lingkungan kampus, mahasiswa akan

menemukan banyak tantangan serta tuntutan yang berbeda dengan sekolah

menengah atas, seperti paket dan metode belajar (Schnuck & Handal, 2011).

Untuk itu, mahasiswa dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara akademik

agar nantinya dapat berprestasi di dunia perkuliahan.

Untuk dapat menyesuaikan diri secara akademik dengan baik, seseorang

dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti teman sebaya dan self-efficacy.

Vallone et al. (2004) menemukan bahwa dukungan sebaya tampaknya lebih

penting untuk penyesuaian perguruan tinggi daripada dukungan orangtua. Waiss

(1974) mendeskripsikan enam fungsi/ketentuan sosial (social provisions) yang

mungkin didapatkan dari hubungan dengan orang lain. Ia berpendapat bahwa

enam ketentuan tersebut diperlukan bagi individu untuk merasa cukup didukung

dan untuk menghindari kesepian, meskipun ketentuan yang berbeda mungkin

yang paling penting dalam keadaan tertentu atau pada berbagai tahap siklus hidup.
26

Dalam kaitannya dengan penyesuaian akademik, enam fungsi sosial

dukungan teman sebaya dapat membantu mahasiswa untuk dapat menyesuaikan

dirinya dengan tuntutan-tuntutan yang baru ia temui di perguruan tinggi. Untuk

dapat menyesuaikan diri secara akademik, mahasiswa membutuhkan attachment

dengan teman-temannya agar merasa aman dalam menjalani hari-harinya di

perguruan tinggi. Seseorang yang memiliki attachment yang kuat dengan teman-

temannya akan lebih nyaman menceritakan tentang hambatan-hambatan yang

dialami dalam ketika belajar, sehingga teman sebaya akan memberikan masukan

atau feedback yang dapat membantunya menyesuaiakan diri secara akademik.

Mahasiswa yang memiliki attachment yang tinggi dengan teman sebaya akan

memiliki penyesuaian akademik yang tinggi pula.

Selain attachment, social integration juga diperlukan dimana ia merasa

tergabung dan memiliki sebuh kelompok yang akan menunjang dirinya dalam

menyesuaikan diri secara akademik, dengan merasa tergabung dalam kelompok,

mislanya kelas ataupun kelompok belajar kecil, mahasiswa akan lebih terbuka

dalam menyampaikan pertanyaan ataupun pendapat, begitu pula sebaliknya, ia

akan menerima masukan dengan baik. Semakin seseorang merasa tergabung

dengan sebuah kelompok, maka semakin tinggi pula penyesuaian akademiknya.

Reassurance of worth juga dapat mempengaruhi penyesuaian akademik

mahasiswa, karena ketika keterampilan, kemampuan, ataupun nilainya diakui oleh

teman-temannya, ia akan lebih termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik

lagi. Mahasiswa yang memiliki pengakuan yang tinggi, maka semakin tinggi pula

penyesuaian akademiknya. Mahasiswa yang baru memasuki dunia perkuliahan,


27

sangat membutuhkan bantuan secara nyata (reliable alliance) terutama untuk

dapat membantu mahasiswa dalam menghadapi tugas-tugas akademik yang tidak

dapat ia pahami, dengan bantuan ini, seseorang akan lebih cepat dalam

menyesuaiakan diri secara akademik. Jika bantuan secaranyata diterima

mahasiswa dengan baik, maka semakin baik pula penyesuaian akademiknya.

Selain itu, mahasiswa pastinya membutuhankan guidance berupa informasi

ataupun arahan mengenai perguruan tinggi, perangkat pendidikan yang

dibutuhkan (fasilitas yang disediakan di perguruan tinggi), serta informasi

pendidikan (mata kuliah, sistem SKS, sistem penilaian, dll). Mahasiswa dengan

guidance yang tinggi akan melakukan penyesuaian yang tinggi pula. Fungsi sosial

berikutnya dari dukungan teman sebaya yang dapat mempengaruhi penyesuaian

akademik mahasiswa yaitu Opportunity for Nurturance dimana seseorang merasa

dibutuhkan dalam lingkungan akademik. Dengan merasakan hal tersebut,

seseorang akan lebih peduli terhadap orang lain yang pada akhirnya akan

bersama-sama, secara memadai, menyesuaiakan diri secara akademik. Mahasiswa

yang memiliki kesempatan yang tinggi untuk merasa dibutuhkan dalam

linggkungan akademiknya, akan membuat penyesuaian akademiknya tinggi pula.

Selain dukungan teman sebaya, hal lain yang dapat mempengaruhi

penyesuaian akademik yaitu self-efficacy. Mahasiswa dengan efikasi yang tinggi

masuk ke perguruan tinggi dengan percaya diri dengan kemampuannya dalam

prestasi akademik. Hal tersebut memotivasi mahasiswa untuk dapat

penyesuaiakan diri secara akademik. Selain itu, keyakinan yang tinggi dalam

menghadapi tugas-tugas yang sulit maupun mudah, penguasaan terhadap berbagai


28

bidang, serta usaha dan kerja keras yang tinggi akan membuat seseorang lebih

mampu dan cepat dalam menyesuaikan diri secara akademik. Semakin tinggi

keyakinan mahasiswa dalam menghadapi berbagai situasi akademik, maka

semakin tinggi pula penyesuaian akademiknya.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti berasumsi bahwa dengan

terpenuhinya berbagai aspek dalam dukungan teman sebaya dan self-efficacy, hal

tersebut dapat berpengaruh secara signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiwa.

Dukungan Teman Sebaya

Attachment

Social Integration

Reassurance of Worth

Reliable Alliance

Guidance

Opportunity for
Nurturance
Penyesuaian

Akademik

Self-Efficacy

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh Dukungan Teman Sebaya

dan Self-Efficacy Terhadap Penyesuaian Akademik Mahasiswa


29

2.5 Hipotesis

H1 : Ada pengaruh variabel dukungan teman sebaya dan self-efficacy

terhadap penyesuaian akademik

H2 : Ada pengaruh attachment terhadap penyesuaian akademik

mahasiswa baru

H3 : Ada pengaruh social integration terhadap penyesuaian akademik

mahasiswa baru

H4 : Ada pengaruh reassurance of worth terhadap penyesuaian

akademik mahasiswa baru

H5 : Ada pengaruh reliable alliance terhadap penyesuaian akademik

mahasiswa baru

H6 : Ada pengaruh guidance terhadap penyesuaian akademik mahasiswa

baru

H7 : Ada pengaruh opportunity for nurturance terhadap penyesuaian

akademik mahasiswa baru

H8 : Ada pengaruh self-efficacy terhadap penyesuaian akademik


mahasiswa baru
30

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis memaparkan tentang populasi, sampel, teknik pengambilan

sampel, variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, instrumen

penelitian, prosedur pengumpulan data, uji validitas konstruk dan teknik analisis

data.

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah seluruh himpunan individu yang menarik bagi peneliti (Gravetter

& Forzano, 2012). Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan yaitu

mahasiswa/i tahun pertama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan data

yang didapatkan oleh peneliti dari PUSTIPANDA UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada November 2014, populasi mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta sebanyak 4881 mahasiswa.

Sampel adalah suatu himpunan individu yang dipilih dari suatu populasi

dan biasanya dimaksudkan untuk mewakili populasi dalam penelitian (Gravetter

& Forzano, 2012). Berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi

tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael (1983) dengan tingkat

kesalahan 5%, jumlah minimum sampel dalam penelitian ini berjumlah 326 orang.

Tetapi peneliti berhasil medapatkan sampel sebanyak 357 orang dan dianggap

cukup untuk uji validitas konstruk dengan menggunakan CFA (Confirmatory


31

Factor Analysis) dan teknik analisis regresi linier. Adapun karakteristik sampel

sebagai berikut :

1. Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Mahasiswa/i tahun pertama (mahasiswa/i semester 2)

Tabel 3.1
Daftar Populasi Penelitian

No. Fakultas Jumlah Mahasiswa


1 Fakultas Adab dan Humaniora 512
2 Fakultas Dirasat Islamiyah 116
3 Fakultas Dakwah dan Komunikasi 474
4 Fakultas Ekonomi dan Bisnis 477
5 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 221
6 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 849
7 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 335
8 Fakultas Psikologi 171
9 Fakultas Syariah dan Hukum 634
10 Fakutas Sains dan Teknologi 643
11 Fakultas Ushuludin dan Filsafat 449
TOTAL POPULASI 4881

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara non probability sampling

yang menggunakan convenience sampling, yaitu orang yang dipilih sebagai

subjek penelitian berdasarkan ketersediaan dan kemauannya untuk menjadi

responden (Gravetter & Forzano, 2012).

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Variabel penelitian

Variabel adalah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang

berbeda untuk individu yang berbeda (Gravetter & Forzano, 2012). Adapun

variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:


32

DV : Penyesuaian akademik

IV 1 : Dukungan teman sebaya

IV 2 : Self-efficacy

3.2.1 Definisi operasional variabel

Definisi operasional pada penelitian ini ditentukan berdasarkan definisi

konseptual yang telah dijelaskan pada bab kajian teori. Adapun definisi

operasional dari variabel penelitian ini adalah :

1. Penyesuaian akademik adalah adanya kemampuan dimana tuntutan dan

kebutuhan akademik terpenuhi secara memadai, berguna dan memuaskan,

dimana skor penyesuaian akademik diperoleh dari skala penyesuaian

akademik yang disusun secara mandiri berdasarkan krtiteria penyesuaian

akademik yang diungkapkan oleh Schneider (1960)

2. Attachment didefinisikan sebagai adanya kedekatan emosional yang dapat

memberikan rasa aman untuk individu. Skor attachment diperoleh dengan

memodifikasi The Social Provisions Scale yang dikembangkan oleh

Cutrona dan Russell (1987) berdasarkan keenam fungsi sosial yang

dijelaskan oleh Weiss (1974).

3. Social Integration yaitu sebuah adanya rasa tergabung ke grup yang sesuai

dengan minat, kepedulian dan kegiatan rekreasi yang sama. Skor social

integration diperoleh dengan memodifikasi The Social Provisions Scale

yang dikembangkan oleh Cutrona dan Russell (1987) berdasarkan keenam

fungsi sosial yang dijelaskan oleh Weiss (1974).


33

4. Reassurance of Worth dapat didefinisikan sebagai adanya pengakuan

kompetensi, keterampilan dan nilai oleh orang lain. Skor reassurance of

worth diperoleh dengan memodifikasi The Social Provisions Scale yang

dikembangkan oleh Cutrona dan Russell (1987) berdasarkan keenam fungsi

sosial yang dijelaskan oleh Weiss (1974).

5. Reliable Alliance yaitu adanya keyakinan bahwa orang lain dapat

diandalkan untuk dapat membantu secara nyata. Skor reliable alliance

diperoleh dengan memodifikasi The Social Provisions Scale yang

dikembangkan oleh Cutrona dan Russell (1987) berdasarkan keenam fungsi

sosial yang dijelaskan oleh Weiss (1974).

6. Guidance atau adanya petunjuk berupa masukan atau arahan dan informasi.

Skor guidance diperoleh dengan memodifikasi The Social Provisions Scale

yang dikembangkan oleh Cutrona dan Russell (1987) berdasarkan keenam

fungsi sosial yang dijelaskan oleh Weiss (1974).

7. Opportunity for nurturance ialah adanya perasaan bahwa ia bisa diandalkan

untuk kesejahteraan orang lain. Skor opportunity for nurturance diperoleh

dengan memodifikasi The Social Provisions Scale yang dikembangkan oleh

Cutrona dan Russell (1987) berdasarkan keenam fungsi sosial yang

dijelaskan oleh Weiss (1974).

8. Self-efficacy yaitu adanya keyakinan dalam kemampuan individu untuk

mengatur dan mengimplementasi tindakan untuk mengatasi situasi tertentu.

Skor self-efficacy diperoleh dari skala self-efficacy yang disusun secara


34

mandiri berdasarkan ketiga aspek self-efficacy yang diungkapkan oleh

Bandura (1977) yaitu, magnitude, generality, dan strength.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan skala sebagai alat

pengumpul data. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan

sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat

ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan

menghasilkan data kuantitatif (Sugiono, 2009). Skala yang digunakan adalah

model skala Likert, yaitu pernyataan pendapat yang disajikan kepada responden

yang memberikan indikasi pernyataan setuju atau tidak setuju. Jawaban dari setiap

item instrument ini memiliki rentang dari tertinggi (sangat positif) sampai

terendah (sangat negatif). Tiap item diukur melalui empat kategori jawaban yaitu

“Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS), dan “Sangat Tidak

Setuju” (STS). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan

(central tendency) atau menghindari jumlah respon yang bersifat netral 4.

Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negatif (unfavorable). Skor tertinggi diberikan pada pilihan

jawaban sangat setuju dan skor terendah diberikan pada pilihan jawaban sangat

tidak setuju untuk pernyataan favorable. Selanjutnya skor tertinggi untuk

pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan

skor terendah diberikan pada pilihan jawaban sangat setuju. Adapun cara subjek
35

memberikan jawaban terhadap skala model likert ini adalah dengan memberikan

tanda silang (X) atau ceklist (√) pada salah satu alternatif jawaban.

Bobot skor nilai untuk skala penyesuaian akademik, skala dukungan teman

sebaya dan skala self-efficacy adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2
Skor Skala Likert
Pilihan SS S TS STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4

Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari empat bagian 4:
a. Bagian pengantar, berisikan tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,

kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden dan ucapan terima

kasih peneliti.

b. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti inisial, jenis

kelamin dan usia.

c. Bagian inti, berisi petunjuk dan cara pengisian kuesioner.

d. Bagian keempat, berisi alat ukur penelitian, yaitu skala penyesuaian

akademik, skala dukungan teman sebaya dan skala self-efficacy

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alat ukur.

Adapaun tiga alat ukur tersebut adalah :

1. Penyesuaian Akademik

Untuk pengukuran terhadap penyesuaian akademik, peneliti menggunakan

skala penyesuaian akademik yang disusun secara mandiri berdasarkan

krtiteria penyesuaian akademik yang diungkapkan oleh Schneider (1960).

Adapun blue print skala penyesuaian akademik dijelaskan pada tabel 3.3.
36

Tabel 3.3
Blue print skala penyesuaian akademik
Item
No. Kriteria Indikator Jumlah
Favorable Unfavor
able
1. Kinerja yang Adanya hasil yang 1, 9, 24 26, 29 5
sukses memuaskan secara
akademis
2. Usaha yang Adanya usaha yang 10, 18, 25, 2 5
memadai maksimal 28
3. Menerima Adanya pengarahan 3, 22, 20, 23 32 5
pengetahuan semua usaha akademik
yang untuk menambah
bermanfaat pengetahuan

4. Perkembangan Menggunakan dan 4, 12, 19 22, 31 5


intelektual memanfaatkan fakta,
prinsip dan teori dengan
cara efisien dan
menguntungkan
5. Pencapaian Menguasai materi kuliah 5 5
tujuan Menguasai integrasi dari 13
akademik beberapa bidang ilmu
yang berbeda
Adanya peningkatkan 6
kemampuan intelektual
diri
Mempersiapkan karir 7
setelah kuliah
Adanya rencana untuk 14
kelulusan
6. Puas terhadap Puas terhadap 8, 15, 21 8
kebutuhan, kebutuhan akan status,
keinginan dan pengakuan, prestasi,
minat persetujuan sosial, dan
hasrat untuk keamanan
personal, serta
identifikasi ego 16, 17, 30
Puas terhadap
pengetahuan, informasi,
perkembangan dan
stimulasi pengetahuan 27, 33
Puas terhadap motivasi
akademik
JUMLAH 26 7 33
37

2. Dukungan Teman Sebaya

Dalam penelitian ini, pengukuran dukungan teman sebaya memodifikasii

the social provisios scale yang dikembangkan oleh Cutrona dan Russell

(1987) berdasarkan keenam fungsi sosial yang diungkapkan Weiss (1974).

Skala ini terdiri dari 30 item pernyataan. Adapun blue print skala dukungan

teman sebaya dijelaskan pada tabel 3.4.

Tabel 3.4
Blue print skala dukungan teman sebaya
Item
No. Komponen Indikator Favorable Unfavora Jumlah
ble
1. Attachment Adanya kedekatan 11, 17, 25 2, 21 5
emosional dan rasa
aman dengan teman
sebaya
2. Social Adanya kesempatan 5,8, 22 14, 26 5
Integration untuk berbagi minat dan
kesenangan untuk
melakukan aktivitas
bersama teman sebaya
3. Reassurance Adanya pengakuan dari 13, 20, 27 6, 9 5
of Worth teman sebaya terhadap
keterampilan dan
kemampuan
4. Reliable Adanya kesempatan 1, 23, 28 10, 18 5
Alliance untuk berbagi cerita
suka dan duka dengan
teman sebaya
5. Guidance Adanya masukan atau 12, 16, 29 3, 19 5
saran dari teman sebaya
6. Opportunity Adanya tanggung jawab 4, 7, 30 15, 24 5
for terhadap kesejahteraan
Nurturance orang lain
JUMLAH 18 12 30
38

3. Self-efficacy

Dalam penelitian ini, pengukuran self-efficacy menggunakan skala self-

efficacy yang disusun secara mandiri berdasarkan ketiga aspek self-efficacy

yang diungkapkan oleh Bandura (1997). Adapun blue print skala self-

efficacy dijelaskan pada tabel 3.5.

Tabel 3.5
Blue print skala self-efficacy
Item
No. Aspek Indikator Favorable Unfavo Jumlah
rable
1. Level 1. Mampu 1, 10 6
menyelesaikan
tugas yang
mudah/sederhana
2. Mampu
menyelesaikan 11 2
tugas yang rumit
3. Memilih tugas
yang sesuai 3 12
dengan
kemampuan
2. Generality 1. Mampu mengatasi 4,5,6, 6
situasi tertentu
yang spesifik
2. Mampu
melakukan 17 14, 16
kegiatan yang
beragam
3. Strength 1. Optimis pada diri 7,8,9 18 6
sendiri
2. Mampu bertahan
dalam menghadapi 13 15
tantangan
JUMLAH 11 7 18
39

3.4 Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu:

1. Tahap pertama penelitian ini dimulai dengan perumusan masalah yang akan

diteliti. Peneliti kemudian melakukan studi pendahuluan untuk menentukan

variabel yang akan diteliti dan melakukan studi pustaka untuk mendapatkan

landasan teori yang sesuai dengan variabel dalam penelitian.

2. Tahap kedua, peneliti menentukan subjek penelitian dan mempersiapkan alat

pengumpulan data dengan menentukan dan menyusun alat ukur atau

instrumen penelitian yang akan digunakan. Dalam hal ini instrumen yang

digunakan terbagi dalam 4 bagian, yaitu data diri subjek, skala penyesuaian

akademik, skala dukungan teman sebaya dan skala self-efficacy.

3. Tahap yang ketiga yaitu tahap pelaksanaan. Peneliti melaksanakan

pengambilan data penelitian, pengambilan data dilakukan secara online dan

menemui responden secara langsung.

4. Dari data yang telah terkumpul, peneliti kemudian melakukan skoring

terhadap hasil jawaban responden. Kemudian pada hasil jawaban responden

dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil data tersebut dilanjutkan dengan

analisis Statistic Multiple Regression untuk menguji hipotesis. Selanjutnya

peneliti membuat kesimpulan dan laporan akhir.

3.5 Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Dalam CFA (Confirmatory


40

Factor Analysis), peneliti harus memiliki gambaran yang spesifik mengenai (a)

jumlah faktor, (b) variabel yang mencerminkan suatu faktor dan (c) faktor-faktor

yang saling berkorelasi. Adapun logika dari CFA (Umar, 2011), yaitu :

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran

terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-

itemnya.

2. Teori setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap subtes

hanya mengukur satu faktor juga. Artinya, baik item maupun subtes bersifat

unidimensional.

3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks

korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.

Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan

matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar

(unidimensional), maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ -

matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis penelitian yang kemudian diuji dengan

chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0,05, maka hipotesis

tersebut “tidak ditolak”. Artinya, teori unidimensionalitas tersebut dapat

diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu faktor

saja.
41

5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau

tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika

hasil t-test tidak signifikan, maka item tersebut tidak signifikan dalam

mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan

sebaliknya.

6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan

faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab, hal ini tidak sesuai

dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).

Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software

LISREL 8.70.

3.5.1 Uji validitas konstruk skala penyesuaian akademik

Peneliti menguji apakah 33 item dari skala penyesuaian akademik bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur penyesuaian akademik saja. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak

fit, dengan Chi-Square=4130.34, df=495, P-value=0.00000, RMSEA=0.144.

Akan tetapi, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi-Square=316.92, df=279, P-value=0.05872,

RMSEA=0.020.

Hasil analisis faktor konfirmatorik nilai Chi-Square menghasilkan P-value

> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu penyesuaian akademik.


42

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran sikap

terhadap perubahan organisasi disajikan pada tabel 3.6.

Pada tabel 3.6, ditemukan nilai t pada item nomor 32 tidak signifikan,

karena nilai t<1,96. Dengan demikian, item nomor 32 tidak diikutkan pada

analisis berikutnya.

Langkah terakhir yaitu dari seluruh item penyesuaian akademik dihitung

faktor skornya. Faktor skor ini dihitung untuk menghindari estimasi bias dari

kesalahan pengukuran. Jadi penghitungan faktor skor ini tidak menjumlahkan

item-item variabel pada umumnya, tetapi justru dihitung true score pada tiap item.

Setelah didapatkan faktor skor, peneliti mentransformasikan faktor skor menjadi T

skor. T skor ini diharapkan dapat meniadakan skor negatif sehingga lebih mudah

dipahami dan ditafsirkan. Jika pada Z score memiliki mean= 0 dan standar

deviasi= 1, maka T skor memiliki mean= 50 dan standar deviasi= 10. Kemudian

yang kedua, untuk menghindari nilai minus pada faktor skor agar pembaca mudah

memahami interpretasi hasil penelitian. Adapun rumus T skor yaitu (Umar, 2011):

Tskor = (faktor skor x 10) + 50.

Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi T skor, nilai baku

inilah yang akan dijadikan data dalam uji hipotesis regresi. Perlu dicatat, bahwa
43

hal yang sama dilakukan pada semua variabel independen dan gambar model fit

pada variabel independen attachment, social integration, reasurance of worth,

relliable aliance, guidance, opportunity for nurturance, dan self-efficacy.

Tabel 3.6
Muatan faktor item skala penyesuaian akademik
No.
Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0,56 0,05 10,29 √
2 0,51 0,05 10,09 √
3 0,29 0,05 5,51 √
4 0,26 0,05 4,98 √
5 0,37 0,05 6,87 √
6 0,4 0,05 7,55 √
7 0,5 0,05 9,65 √
8 0,41 0,06 7,37 √
9 0,68 0,05 13,58 √
10 0,33 0,05 6,09 √
11 0,36 0,05 6,6 √
12 0,43 0,05 8,14 √
13 0,33 0,05 6,07 √
14 0,35 0,05 6,43 √
15 0,41 0,05 7,98 √
16 0,46 0,05 9,16 √
17 0,3 0,05 5,72 √
18 0,43 0,05 8,18 √
19 0,34 0,05 6,59 √
20 0,41 0,05 7,76 √
21 0,37 0,05 6,86 √
22 0,18 0,06 3,14 √
23 0,22 0,05 4,27 √
24 0,56 0,05 11,16 √
25 0,55 0,05 10,58 √
26 0,45 0,05 8,46 √
27 0,53 0,05 9,93 √
28 0,39 0,05 7,34 √
29 0,39 0,05 7,33 √
30 0,43 0,05 8,07 √
31 0,29 0,05 5,41 √
32 0,01 0,06 0,22 X
44

33 0,38 0,05 7,1 √


Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
3.5.2 Uji validitas konstruk skala attachment

Peneliti menguji apakah 5 item dari skala attachment bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur attachment saja. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=77.91,

df=5, P-value=0.00000, RMSEA=0.202. Akan tetapi, setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square=0.81, df=2, P-value=0.66799, RMSEA=0.000.

Hasil analisis faktor konfirmatorik nilai Chi-Square menghasilkan P-value

> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu attachment.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran sikap

terhadap perubahan organisasi disajikan pada tabel 3.7 berikut :


45

Tabel 3.7
Muatan faktor item skala attachment
No. Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0,86 0,04 19,44 √
2 0,82 0,05 18,12 √
3 0,56 0,05 10,92 √
4 0,88 0,04 20,27 √
5 0,59 0,05 11,59 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item bermuatan

positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Adapun

muatan faktor pada setiap item memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.

3.5.3 Uji validitas konstruk skala social integration

Peneliti menguji apakah 5 item dari skala social integration bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur social integration saja. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,

dengan Chi-Square=12.92, df=5, P-value=0.02418, RMSEA=0.067. Akan tetapi,

setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi-Square=0.51, df=2, P-value=0.77531, RMSEA=0.000.

Hasil analisis faktor konfirmatorik nilai Chi-Square menghasilkan P-value

> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu social integration.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di

drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien
46

muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran sikap terhadap

perubahan organisasi disajikan pada tabel 3.8 berikut :

Tabel 3.8
Muatan faktor item skala social integration
No. Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0,74 0,09 8,44 √
2 0,52 0,07 7,29 √
3 0,44 0,1 4,66 √
4 0,42 0,07 6,13 √
5 0,29 0,06 4,51 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item bermuatan

positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Adapun

muatan faktor pada setiap item memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.

3.5.4 Uji validitas konstruk skala reassurance of worth

Peneliti menguji apakah 5 item dari skala reassurance of worth bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur reassurance of worth saja. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak

fit, dengan Chi-Square=44.96, df=5, P-value=0.00000, RMSEA=0.150. Akan

tetapi, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi-Square=9.36, df=4, P-value=0.05263,

RMSEA=0.061.

Hasil analisis faktor konfirmatorik nilai Chi-Square menghasilkan P-value

> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
47

dapat diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu reassurance of worth.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran sikap

terhadap perubahan organisasi disajikan pada tabel 3.9 berikut :

Tabel 3.9
Muatan faktor item skala reassurance of worth
No. Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0,38 0,06 6,37 √
2 0,33 0,06 5,6 √
3 0,85 0,07 11,86 √
4 0,52 0,06 8,12 √
5 0,64 0,06 9,86 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item bermuatan

positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Adapun

muatan faktor pada setiap item memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.

3.5.5 Uji validitas konstruk skala reliable alliance

Peneliti menguji apakah 5 item dari skala reliable alliance bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur reliable alliance saja. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,

dengan Chi-Square=20.24, df=5, P-value=0.00112, RMSEA=0.093. Akan tetapi,

setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada


48

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi-Square=0.63, df=2, P-value=0.72806, RMSEA=0.000.

Hasil analisis faktor konfirmatorik nilai Chi-Square menghasilkan P-value

> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu reliable alliance.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran sikap

terhadap perubahan organisasi disajikan pada tabel 3.10 berikut :

Tabel 3.10
Muatan faktor item skala reliable alliance
No. Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0,55 0,05 10,37 √
2 0,78 0,05 15,69 √
3 0,87 0,05 18,02 √
4 0,66 0,05 12,95 √
5 0,48 0,06 8,61 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item bermuatan

positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Adapun

muatan faktor pada setiap item memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.
49

3.5.6 Uji validitas konstruk skala guidance

Peneliti menguji apakah 5 item dari skala guidance bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur guidance saja. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square=9.98, df=5, P-value=0.07588, RMSEA=0.053.

Hasil analisis faktor konfirmatorik nilai Chi-Square menghasilkan P-value

> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu guidance.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran sikap

terhadap perubahan organisasi disajikan pada tabel 3.11 berikut :

Tabel 3.11
Muatan faktor item skala guidance
No.
Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0,55 0,05 10,42 √
2 0,81 0,05 17,26 √
3 0,79 0,05 16,73 √
4 -0,82 0,05 -17,55 X
5 0,59 0,05 11,49 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
50

Pada tabel di atas, ditemukan nilai t bagi koefisien muatan faktor item nomor 4

bermuatan negatif dan tidak signifikan karena nilai t<1,96. Dengan demikian item

nomor 4 di drop dan tidak diikutkan pada analisis berikutnya.

3.5.7 Uji validitas konstruk skala opportunity for nurturance

Peneliti menguji apakah 4 item dari skala opportunity for nurturance bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur opportunity for nurturance saja.

Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata

tidak fit, dengan Chi-Square=38.96, df=2, P-value=0.00000, RMSEA=0.228.

Akan tetapi, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000,

RMSEA=0.000.

Hasil analisis faktor konfirmatorik nilai Chi-Square menghasilkan P-value

> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu opportunity for nurturance.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
51

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran sikap

terhadap perubahan organisasi disajikan pada tabel 3.12 berikut :

Tabel 3.12
Muatan faktor item skala opportunity for nurturance
No. Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0.78 0,25 3,1 √
2 0.18 0,08 2,31 √
3 0.17 0,08 2,09 √
4 0.45 0,15 2,97 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item bermuatan

positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Adapun

muatan faktor pada setiap item memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.

3.5.8 Uji validitas konstruk skala self-efficacy

Peneliti menguji apakah 18 item dari skala self-efficacy bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur self-efficacy saja. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

Square=1823.94, df=135, P-value=0.00000, RMSEA=0.187. Akan tetapi, setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi-Square=86.35, df=67, P-value=0.05593, RMSEA=0.028.

Hasil analisis faktor konfirmatorik nilai Chi-Square menghasilkan P-value

> 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu self-efficacy.
52

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran sikap

terhadap perubahan organisasi disajikan pada tabel 3.13 berikut :

Tabel 3.13
Muatan faktor item skala self-efficacy
No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0,64 0,05 13,43 √
2 0,31 0,05 5,83 √
3 0,63 0,05 12,93 √
4 0,66 0,05 13,01 √
5 0,63 0,05 13,33 √
6 0,56 0,05 11,59 √
7 0,73 0,05 15,62 √
8 0,64 0,05 12,3 √
9 0,7 0,05 13,55 √
10 0,55 0,05 11,14 √
11 0,75 0,05 16,22 √
12 0,32 0,05 6,11 √
13 -0,88 0,04 -20,24 X
14 0,11 0,05 2,16 √
15 0,34 0,05 6,51 √
16 0,21 0,05 4,03 √
17 0,55 0,05 11,41 √
18 0,48 0,05 9,45 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, ditemukan nilai t bagi koefisien muatan faktor item nomor 13

bermuatan negatif dan tidak signifikan karena nilai t<1,96. Dengan demikian item

nomor 13 di drop dan tidak diikutkan pada analisis berikutnya.


53

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan analisis regresi

berganda. Dalam hal ini yang dijadikan DV (variabel yang dianalisis variannya)

adalah penyesuaian akademik, sedangkan yang dijadikan IV (prediktor) adalah

attachment, social integration, reasurance of worth, reliable alliance, guidance,

oportunity for nurturance, dan self-efficacy.

Setelah melakukan analisis faktor dengan metode CFA (Confirmatory

Factor Analysis), maka akan didapatkan data variabel yang berupa true-score

yang selanjutnya dijadikan input untuk dianalisis dengan regresi berganda.

Karena dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan

analisis statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis

nihil. Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada

penelitian ini digunakan analisis regresi berganda dimana terdapat lebih dari satu

variabel bebas untuk memprediksi variabel terikat. Pada penelitian ini terdapat

tujuh independent variable (variabel bebas) dan satu dependent variable (variabel

terikat).

Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai

berikut:

y’ = a + b1X1 + b2x2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 +e


54

jika dituliskan variabelnya maka :

y’ = Nilai prediksi Y (penyesuaian akademik)

a = intercept (konstan)

b = koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = attachment

X2 = social integration

X3 = reasurance of worth

X4 = reliable alliance

X5 = guidance

X6 = opportunity for nurturance

X7 = self-efficacy

e = residu

Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu

koefisien determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians

dari DV yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya IV secara keseluruhan.

Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut :

𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑅2 =
𝑆𝑆𝑦

Yaitu :

R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV

SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi

telah diperoleh.

SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)


55

Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus

untuk uji F terhadap R2 adalah :

𝑅 2 ⁄𝑘
𝐹= (1−𝑅 2 )⁄(𝑁−𝑘−1)
dengan df= K dan (N-K-1)

Dimana K adalah banyaknya IV dan N adalah besarnya sampel. Apabila

nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh IV secara bersama-sama

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV.

Adapun langkah berikutnya menguji signifikansi pengaruh masing-masing

IV terhadap DV. Hal ini dilakukan melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien

regresi. Jika nilai t > 1,96 maka berarti IV yang bersangkutan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap DV, dan sebaliknya.

Adapun rumus t-test yang digunakan adalah :

𝑏𝑖
𝑡𝑖 =
𝑆𝑏𝑖

Dimana bi adalah koefisien regresi untuk IV(i) dan Sbi adalah standar

deviasi sampling dari 𝑏𝑖 .

Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varian

yang disumbangkan oleh masing-masing IV dalam mempengaruhi DV. Dalam hal

ini penulis melakukannya melalui analisis regresi berganda yang bersifat

berjenjang atau stepwise. Artinya dilakukan analisis regresi berulang-ulang

dimulai dengan hanya satu IV kemudian dengan dua IV, dilanjutkan dengan tiga

IV, dan seterusnya sampai IV ke tujuh. Setiap kali dilakukan analisis regresi akan

diperoleh nilai R2. Setiap kali ditambahkan IV baru diharapkan terjadi

peningkatan R2 secara signifikan.


56

Jika pertambahan R2 (R2 change) signifikan secara statistik maka berarti

IV baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara statistik maupun dalam

upaya memprediksi DV serta untuk menguji hipotesis apakah IV bersangkutan

signifikan pengaruhnya. Setiap pertambahan R2 ketika satu IV baru ditambahkan

adalah menunjukan besarnya sumbangan unik IV tersebut terhadap bervariasinya

DV setelah pengaruh dari beberapa IV terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh

sebab itulah analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan

stepwise regression.

Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan tidaknya

pertambahan proporsi varian (R2 change) adalah sebagai berikut :

(R2T −R2S )⁄(𝑇−𝑆)


𝐹= dengan 𝑑𝑓 = (𝑇 − 𝑆) dan (𝑁 − 𝑇 − 1)
(1−𝑅𝑇2 )⁄(𝑁−𝑇−1)

Disini, R2T adalah nilai R2 yang dihasilkan setelah IV baru ditambahkan

kedalam persamaan, dan R2S adalah nilai R2 yang diperoleh sebelum IV baru

ditambahkan. Sedangkan T adalah banyaknya IV pada R2T , dan S adalah

banyaknya IV pada R2S . N adalah besarnya sampel penelitian.

Rumus ini bersifat generik, artinya bisa digunakan untuk menguji

signifikan tidaknya pertambahan R2 baik untuk pertambahan satu IV maupun

untuk pertambahan beberapa IV.

Jika nilai F yang dihasilkan signifikan berarti proporsi varian yang dapat

dijelaskan dan merupakan sumbangan dari IV yang ditambahkan adalah

signifikan secara statistik. Jadi rumus ini bisa diuji signifikan tidaknya

pertambahan IV baik hanya dengan menambahkan satu IV maupun dengan


57

menambahkan beberapa IV sekaligus. Misalnya untuk menguji hipotesis mayor

dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus diatas untuk mengetahui apakah

sumbangan proporsi varian sekelompok IV yang mengukur dukungan teman

sebaya (attachment, social integration, reasurance of worth, reliable alliance,

guidance, dan oportunity for nurturance) signifikan atau tidaknya secara

keseluruhan (dukungan teman sebaya secara keseluruhan). Begitu juga halnya

dengan variabel self-efficacy.


58

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dalam bab hasil penelitian ini akan dibahas mengenai gambaran umum subjek

dan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 357 orang. Subjek dipilih berdasarkan

kriteria : (1) mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan (2) mahasiswa/i

tahun pertama atau mahasiswa/i semester 2. Untuk mempermudah perhitungan,

maka peneliti mengkategorikan responden berdasarkan jenis kelamin. Gambaran

subjek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Gambaran subjek penelitian
Jenis Kelamin Jumlah Mahasiswa Presentase
Laki-laki 101 28%
Perempuan 256 72%
Jumlah 357

Dalam tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden laki-laki berjumlah 101

orang dengan presentase 28%, sedangkan responden perempuan berjumlah 256

orang dengan prsentase 72%. Maka dapat disimpulkan subjek penelitian

terbanyak adalah subjek yang berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 256

orang, yaitu dengan presentase 72%.

4.1.1 Deskripsi statistik variabel penelitian

Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni

(t-score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini
59

dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil

penelitian variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw score pada

setiap variabel harus diletakkan pada skala yang sama. Untuk memperoleh

deskripsi statistik, dihitung item-item yang valid dan positif sehingga didapatkan

skor faktor. Skor faktor tersebut dihitung untuk menghindari bias dari kesalahan

pengukuran. Jadi, penghitungan skor faktor ini tidak menjumlahkan item-item

variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true score pada tiap skala. Skor

faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan.

Tscore = (10 x skor faktor) + 50

Setelah didapatkan skor faktor yang telah dirubah menjadi T score, nilai

baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Yang

perlu diingat bahwa hal yang sama berlaku juga untuk semua variabel pada

penelitian ini. Skor tersebut disajikan dalam tabel 4.2.

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui deskripsi statistik pada setiap variabel.

Kolom N menjelaskan bahwa sampel pada setiap variabel berjumlah 357. Kolom

minimum dan maximum menjelaskan nilai minimum dan maksimum pada setiap

variabel. Dilihat dari kolom minimum diketahui variabel guidance memilki nilai

terendah dengan nilai 1,41. Sementara itu, berdasarkan kolom maksimum

diketahui variabel penyesuaian akademik memiliki nilai tertinggi dengan nilai

86,40. Adapun nilai mean masing-masing variabel adalah 50 dengan standar

deviasi 10.
60

Tabel 4.2
Deskripsi statistik variabel penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PA 357 18.67 86.40 50.0000 10.00000

ATT 357 8.04 66.81 50.0000 10.00000

SOSIN 357 14.03 80.35 50.0000 10.00000

ROW 357 12.48 78.71 50.0000 10.00000

RA 357 2.48 70.40 50.0000 10.00000

GUIDANCE 357 1.41 71.64 50.0000 10.00000

OFN 357 25.23 83.04 50.0000 10.00000

SE 357 20.66 78.20 50.0000 10.00000

Valid N 357
(listwise)

4.1.2 Kategorisasi skor variabel penelitian

Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian,

maka hal yang perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian

dengan menggunakan mean dari t-score. Dalam hal ini, ditetapkan norma pada

tabel 4.3.

Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentase

kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan

dikategorikan sebagai rendah dan tinggi.

Tabel 4.3
Norma skor
Norma Intepretasi
X < Mean Rendah
X ≥ Mean Tinggi
61

4.1.2.1 Kategorisasi tingkat penyesuaian akademik

Pada tabel 4.4 menunjukkan sebaran variabel penyesuaian akademik yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.4
Kategorisasi penyesuaian akademik
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 170 47,6

Tinggi 187 52,4

Total 357 100,0

Berdasarkan tabel 4.4, ditemukan bahwa 47,6% dari total responden

memiliki penyesuaian akademik rendah, dan 52,4% responden memiliki

penyesuaian tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang

diteliti, tingkat penyesuaian akademik yang paling dominan berada pada kategori

tinggi.

4.1.2.2 Kategorisasi tingkat attachment

Pada tabel 4.5 menunjukkan sebaran variabel attachment yang dibagi menjadi dua

kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.5
Kategorisasi tingkat attachment
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 185 51,8

Tinggi 172 48,2

Total 357 100,0

Berdasarkan tabel 4.5, ditemukan bahwa 51,8% dari total responden

memiliki tingkat attachment rendah, dan 48,2% responden memiliki tingkat


62

attachment tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang

diteliti, tingkat attachment yang paling dominan berada pada kategori rendah.

4.1.2.3 Kategorisasi tingkat social integration

Pada tabel 4.6 menunjukkan sebaran variabel social integration yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Berdasarkan tabel 4.6, ditemukan bahwa 45,4% dari total responden

memiliki tingkat social integration rendah, dan 54,6% responden memiliki tingkat

social integration tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden

yang diteliti, tingkat social integration yang paling dominan berada pada kategori

tinggi.

Tabel 4.6
Kategorisasi tingkat social integration
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 162 45,4

Tinggi 195 54,6

Total 357 100,0

4.1.2.4 Kategorisasi tingkat reassurance of worth

Pada tabel 4.7 menunjukkan sebaran variabel reassurance of worth yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.7
Kategorisasi tingkat reassurance of worth
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 158 44,3

Tinggi 199 55,7

Total 357 100,0


63

Berdasarkan tabel 4.7, ditemukan bahwa 44,3% dari total responden

memiliki tingkat reassurance of worth rendah, dan 55,7% responden memiliki

tingkat reassurance of worth tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

responden yang diteliti, tingkat reassurance of worth yang paling dominan berada

pada kategori tinggi.

4.1.2.5 Kategorisasi tingkat reliable alliance

Pada tabel 4.8 menunjukkan sebaran variabel reliable alliance yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.8
Kategorisasi tingkat relliable alliance
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 196 54,9

Tinggi 161 45,1

Total 357 100,0


Berdasarkan tabel 4.8, ditemukan bahwa 54,9% dari total responden

memiliki tingkat reliable alliance rendah, dan 45,1% responden memiliki tingkat

reliable alliance tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden

yang diteliti, tingkat reliable alliance yang paling dominan berada pada kategori

rendah.

4.1.2.6 Kategorisasi tingkat guidance

Pada tabel 4.9 menunjukkan sebaran variabel guidance yang dibagi menjadi dua

kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.

Berdasarkan tabel 4.9, ditemukan bahwa 58,3% dari total responden

memiliki tingkat guidance rendah, dan 41,7% responden memiliki tingkat


64

guidance tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang

diteliti, tingkat guidance yang paling dominan berada pada kategori rendah.

Tabel 4.9
Kategorisasi tingkat guidance
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 208 58,3

Tinggi 149 41,7

Total 357 100,0

4.1.2.7 Kategorisasi opportunity for nurturance

Pada tabel 4.10 menunjukkan sebaran variabel opportunity for nurturance yang

dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu

rendah dan tinggi.

Tabel 4.10
Kategorisasi tingkat opportunity for nurturance
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 182 51,0

Tinggi 175 49,0

Total 357 100,0

Berdasarkan tabel 4.10, ditemukan bahwa 51% dari total responden

memiliki tingkat opportunity for nurturance rendah, dan 49% responden memiliki

tingkat opportunity for nurturance tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari

keseluruhan responden yang diteliti, tingkat opportunity for nurturance yang

paling dominan berada pada kategori rendah.

4.1.2.8 Kategorisasi self-efficacy

Pada tabel 4.11 menunjukkan sebaran variabel self-efficacy yang dibagi menjadi

dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.
65

Tabel 4.11
Kategorisasi self-efficacy
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 193 54,1

Tinggi 164 45,9

Total 357 100,0

Berdasarkan tabel 4.11, ditemukan bahwa 54,1% dari total responden

memiliki tingkat self-efficacy rendah, dan 45,9% responden memiliki tingkat self-

efficacy tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang

diteliti, tingkat self-efficacy yang paling dominan berada pada kategori rendah.

4.2 Uji Hipotesis Penelitian

4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian

Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi

dengan software SPSS 17 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam regresi

ada tiga hal yang dilihat, yaitu pertama melihat R square untuk mengetahui berapa

persen (%) varian DV yang dijelaskan oleh IV, yang kedua apakah keseluruhan

IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat

signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.

Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui

berapa persen (%) varian DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R

square, dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.


66

Tabel 4.12
Varian penyesuaian akademik yang dijelaskan oleh seluruh IV

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .519a .270 .255 8.63026

a. Predictors: (Constant), SE, SOSIN, OFN, ROW, GUIDANCE, ATT, RA

Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa diperoleh R Square sebesar 0,270 atau

27%. Artinya, proporsi varian dari penyesuaian akademik yang dijelaskan oleh

semua variabel independen, yaitu attachment, social integration, reassurance of

worth, reliable alliance, guidance, opportunity for nurturance dan self-efficacy

adalah sebesar 27%, sedangkan 73% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar

penelitian ini. Langkah kedua peneliti menguji apakah seluruh independen

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian akademik. Adapun hasil

uji F dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13
Anova pengaruh seluruh IV terhadap penyesuaian akademik

Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 9606.018 7 1372.288 18.425 .000a

Residual 25993.982 349 74.481

Total 35600.000 356

a. Predictors: (Constant), SE, SOSIN, OFN, ROW, GUIDANCE, ATT, RA


b. Dependent Variable: PA

Berdasarkan uji F pada tabel 4.13, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada

kolom paling kanan adalah p=0.000 dengan nilai p<0.05. Jadi hipotesis nihil yang

berbunyi “tidak ada pengaruh variabel dukungan teman sebaya dan self-efficacy
67

terhadap penyesuaian akademik” ditolak. Artinya, ada pengaruh dukungan teman

sebaya dan self-efficacy terhadap penyesuaian akademik.

Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-

masing IV. Jika sig <0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti

variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

penyesuaian akademik. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing

variabel independen terhadap penyesuaian akademik dapat dilihat pada tabel 4.14.

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.14, maka persamaan regresinya

sebagai berikut : (*signifikan)

Penyesuaian akademik = 13.910 + 0.199*attachment + 0.027social

integration + 0.112reassurance of worth - 0.079reliable alliance +

0.056guidance + 0.034opportunity for nurturance + 0,373*selfefficacy

Dari persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat dua

variabel yang nilai koefisien regresinya signifikan, yaitu attachment, dan self-

efficacy. Sementara lima variabel lain tidak signifikan.

Tabel 4.14
Koefisien regresi
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 13.910 6.193 2.246 .025
ATT .199 .076 .199 2.634 .009
SOSIN .027 .056 .027 .482 .630
ROW .112 .060 .112 1.869 .062
RA -.079 .078 -.079 -1.007 .315
GUIDANCE .056 .071 .056 .784 .433
OFN .034 .058 .034 .578 .563
SE .373 .049 .373 7.577 .000
a. Dependent variable: PA
68

Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing independen

variabel adalah sebagai berikut:

1. Variabel attachment

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .199 dengan taraf signifikansi .009

(sig < 0.05), artinya variabel attachment secara positif signifikan

mempengaruhi penyesuaian akademik. Hal ini menjelaskan bahwa semakin

tinggi variabel attachment, maka semakin tinggi pula penyesuaian akademik.

2. Variabel social integration

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .027 dengan taraf signifikansi .630

(sig > 0.05), artinya variabel social integration secara positif tidak signifikan

mempengaruhi penyesuaian akademik.

3. Variabel reassurance of worth

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .112 dengan taraf signifikansi .062

(sig > 0.05), artinya variabel reassurance of worth secara positif tidak

signifikan mempengaruhi penyesuaian akademik.

4. Variabel realiable alliance

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -.079 dengan taraf signifikansi .315

(sig > 0.05), artinya variabel realiable alliance secara negatif tidak signifikan

mempengaruhi penyesuaian akademik.

5. Variabel guidance

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .056 dengan taraf signifikansi .433

(sig > 0.05), artinya variabel guidance secara positif tidak signifikan

mempengaruhi penyesuaian akademik.


69

6. Variabel opportunity for nurturance

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .034 dengan taraf signifikansi .563

(sig > 0.05), artinya variabel opportunity for nurturance secara positif tidak

signifikan mempengaruhi penyesuaian akademik.

7. Variabel self-efficacy

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .373 dengan taraf signifikansi .000

(sig < 0.05), artinya variabel self-efficacy secara positif signifikan

mempengaruhi penyesuaian akademik. Hal ini menjelaskan bahwa semakin

tinggi variabel self-efficacy, maka semakin tinggi pula penyesuaian akademik.

Berdasarkan tabel 4.14, dapat diketahui koefisien regresi mana yang lebih

kuat. Dalam hal ini, peneliti menggunakan koefisien regresi yang terstandarisasi

(standardized coefficient) atau beta (β) untuk melihat angka koefisien regresi

mana yang menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap variabel dependen.

Variabel self-efficacy memiliki pengaruh yang paling kuat dengan nilai β=.373.

4.2.2 Pengujian proporsi varian pada setiap variabel independen

Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana pernambahan proporsi varian

dari tiap variabel independen terhadap penyesuaian akademik. Adapun proporsi

varian masing-masing variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.15.


70

Tabel 4.15

Proporsi varian penyesuaian akademik pada setiap variabel independen


Change Statistics
R Square Sig. F
Model R R Square Change F Change df1 df2 Change
X1 .356a .127 .127 51.674 1 355 .000

X12 .360b .130 .002 1.010 1 354 .316

X123 .381c .145 .016 6.414 1 353 .012

X1234 .387d .149 .004 1.795 1 352 .181

X12345 .387e .149 .000 .033 1 351 .857

X123456 .387f .150 .000 .087 1 350 .768

X1234567 .519g .270 .120 57.414 1 349 .000

a. Predictors: (Constant), ATT


b. Predictors: (Constant), ATT, SOSIN
c. Predictors: (Constant), ATT, SOSIN, ROW
d. Predictors: (Constant), ATT, SOSIN, ROW, RA
e. Predictors: (Constant), ATT, SOSIN, ROW, RA, GUIDANCE
f. Predictors: (Constant), ATT, SOSIN, ROW, RA, GUIDANCE, OFN
g. Predictors: (Constant), ATT, SOSIN, ROW, RA, GUIDANCE, OFN, SE

Pada tabel 4.15 kolom pertama adalah penambahan varian variabel

dependen dari tiap variabel independen yang dianalisis satu per satu tersebut,

kolom kedua merupakan nilai murni varian variabel dependen dari tiap variabel

independen yang dimasukkan secara satu per satu, kolom ketiga adalah nilai F

hitung bagi variabel independen yang bersangkutan, kolom df adalah derajat

bebas bagi variabel independen yang bersangkutan pula, yang terdiri dari

numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai nilai variabel

independen pada tabel F dengan df yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom

inilah yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F
71

hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya yaitu kolom

signifikansi yang akan dituliskan signifikan dan sebaliknya. Berdasarkan tabel

4.15, dapat disampaikan informasi sebagai berikut :

1. Variabel attachment memberikan sumbangan sebesar 12,7% dalam varian

pengambilan penyesuaian akademik. Sumbangan tersebut signifikan secara

statistik dengan F= 51.674 dan df2= 355.

2. Variabel social integration memberikan sumbangan sebesar 0,2% dalam

varian pengambilan penyesuaian akademik. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F= 1.010 dan df2= 354.

3. Variabel reassurance of worth memberikan sumbangan sebesar 1,6% dalam

varian pengambilan penyesuaian akademik. Sumbangan tersebut signifikan

secara statistik dengan F= 6.414 dan df2= 353.

4. Variabel reliable alliance memberikan sumbangan sebesar 0,4% dalam varian

pengambilan penyesuaian akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan

secara statistik dengan F= 1.795 dan df2= 352.

5. Variabel guidance memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varian

pengambilan penyesuaian akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan

secara statistik dengan F= 0.033 dan df2= 351.

6. Variabel opportunity for nurturance memberikan sumbangan sebesar 0%

dalam varian pengambilan penyesuaian akademik. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F= 0.087 dan df2= 350.


72

7. Variabel self-efficacy memberikan sumbangan sebesar 12% dalam varian

pengambilan penyesuaian akademik. Sumbangan tersebut signifikan secara

statistik dengan F= 57.414 dan df2= 349.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga variabel

independen, yaitu attachment, reassurance of worth, dan self-efficacy yang

signifikan sumbangannya terhadap penyesuaian akademik, jika dilihat dari

besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan

variabel independen (sumbangan proporsi varian yang diberikan).


73

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi

tentang hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian

selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini

adalah terdapat pengaruh yang signifikan variabel dukungan teman sebaya dan

self-efficacy terhadap penyesuaian akademik mahasiswa/i tahun pertama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kemudian, berdasarkan hasil uji hipotesis yang menguji signifikansi

masing-masing koefisien regresi terhadap variabel dependen, hanya diperoleh dua

koefisien regresi yang signifikan memiliki pengaruh terhadap penyesuaian

akademik, yaitu attachment, dan self-efficacy. Peneliti menyimpulkan bahwa

penyesuaian akademik hanya dipengaruhi oleh satu komponen variabel dukungan

teman sebaya, yaitu attachment dan variabel self-efficacy. Untuk variabel lainnya,

seperti social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance, dan

opportunity for nurturance tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

5.2 Diskusi

Pada awal memasuki perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk mampu

menyesuaikan diri dalam berbagai aspek, terutama secara akademik, karena hal

ini akan membantu mahasiswa untuk mewujudkan tujuan akademiknya. Oleh


74

karena itu, mahasiswa perlu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan

akademiknya secara memadai, berguna dan memuaskan. Mahasiswa yang

memiliki kinerja sukses, melakukan usaha yang memadai, menerima pengetahuan

yang bermanfaat, mengembangkan intelektualnya, mencapai tujuan akademik

serta puas terhadap kebutuhan, keinginan dan minatnya merupakan mahasiswa

yang dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik. Dalam penelitian ini

ditemukan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi penyesuaian akademiik

mahasiswa. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa/i tahun

pertama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuktikan bahwa ada pengaruh yang

signifikan variabel dukungan teman sebaya dan self-efficacy terhadap penyesuaian

akademik.

Secara umum variabel dukungan teman sebaya mempengaruhi

penyesuaian akademik mahasiswa/i tahun pertama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Vallone,

Reid, Umali, dan Pohlert (2004) mengenai pengaruh dukungan teman sebaya

terhadap penyesuaian akademik. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa

semakin tinggi dukungan teman sebaya pada individu, maka semakin tinggi pula

penyesuaian akademik mereka.

Dukungan sosial yang memiliki enam fungsi sosial yang berbeda, yaitu

attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance

dan opportunity for nurturance. Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada

dukungan sosial yang bersumber dari teman teman sebaya. Namun, ditemukan

hanya fungsi sosial attachment yang memiliki pengaruh yang positif dan
75

signifikan terhadap penyesuaian akademik mahasiswa tingkat pertama di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Tetapi, sesuai dengan analisis kategorisasi yang

dilakukan, ditemukan bahwa sampel penelitian dengan tingkat attachment yang

rendah berjumlah 185 orang, sedangkan yang memiliki tingkat attachment yang

tinggi berjumlah 172 orang, artinya sebagian besar sampel penelitian ini memiliki

tingkat attchment yang rendah.

Attachment merupakan kedekatan emosional yang dapat memberikan rasa

aman untuk individu. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa attachment secara

positif dan signifikan mempengaruhi penyesuaian akademik, hal ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan Swenson, Nordstorm, dan Hiester (2008)

yang menemukan bahwa attachment merupakan salah satu prediktor dari

penyesuaian akademik. Hal ini karena seseorang yang merasa nyaman dan aman

bersama temannya akan lebih nyaman menyampaikan perasaannya serta

kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama proses belajar ataupun dalam

mengerjakan tugas, sehingga mahasiswa akan lebih tangguh dalam menghadapi

situasi stres ketika berusaha menyesuaikan diri secara akademik.

Selanjutnya, fungi sosial teman sebaya yang lain, yaitu social integration,

dalam penelitian ini tidak signifikan mempengaruhi penyesuaian akademik. Hal

ini mungkin dikarenakan subjek dalam penelitian ini cenderung bersikap

individualis dalam tugas-tugas akademik, karena di perguruan tinggi mahasiswa

banyak mendapatkan nilai-nilai secara individual, meskipun dikerjakan secara

berkelompok, sehingga tidak mempengaruhi seseorang untuk merasa tergabung

dalam sebuah kelompok demi memenuhi tuntutan dan kebutuhan akademiknya.


76

Dalam fungsi sosial lain, yaitu reassurance of worth, dimana kompetensi,

keterampilan dan nilai mahasiswa diakui oleh teman sebaya, tidak terbukti

memiliki pengaruh terhadap penyesuaian akademik. Mahasiswa cenderung

membandingkan diri mereka dengan teman sebaya untuk mengetahui di mana

posisi mereka secara akademik (Santrock, 2009), tetapi pada mahasiswa yang

baru masuk perguruan tinggi hal ini belum terjadi, karena mereka belum memiliki

hasil belajar yang dapat dibandingkan dengan orang lain.

Pada fungsi sosial reliable alliance, yang merupakan keyakinan bahwa

teman sebaya dapat membantu secara nyata, dalam penelitian ini tidak terbukti

berpengaruh terhadap penyesuaian akademik. Begitu pula dengan dimensi

guidance yang tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi penyesuaian

akademik. Hal ini karena mahasiswa lebih membutuhkan bimbingan dan bantuan

dari pihak kampus maupun mentor-mentor akademik terkait proses belajar-

mengajar, tugas-tugas maupun informasi-informasi terkait jurusan atau fakultas

atau universitas selama perkuliahan ketika masa orientasi ataupun setelahnya,

sehingga tidak lagi dibutuhkan bimbingan ataupun bantuan dari teman sebaya.

Pada saat ini, teman sebaya memiliki posisi yang sama sebagai mahasiswa tahun

pertama, dimana pengetahuannya terhadap materi yang akan dipelajari maupun

lingkungan akademik cenderung sama, sehingga tidak cukup mempengaruhi

penyesuaian akademik.

Fungsi sosial keenam dari teman sebaya yaitu opportunity for nurturance,

tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap penyesuaian akademik. Hal

ini karena perasaan bahwa ia dapat diandalkan untuk kesejahteraan orang lain
77

tidak membuat seseorang mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan

akademiknya. Bagi mahasiswa baru, ia lebih membutuhkan bantuan orang lain

yang lebih berpengalaman untuk menggantungkan kesejahteraannya, karena

pengalaman dirinya sendiri sebagai mahasiswa baru masih sangat minim.

Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa self-efficacy secara positif dan

signifikan mempengaruhi penyesuaian akademik. Tetapi, sesuai dengan analisis

kategorisasi yang dilakukan, ditemukan bahwa sampel penelitian dengan tingkat

self-efficacy yang rendah berjumlah 193 orang, sedangkan yang memiliki tingkat

self-efficacy yang tinggi berjumlah 164 orang, artinya sebagian besar sampel

penelitian ini memiliki tingkat self-efficacy yang rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Warsito (2009) yang menemukan bahwa self-efficacy secara postitif dan

signifikan mempengaruhi penyesuaian akademik, atinya semakin tinggi self-

efficacy mahasiswa, maka semakin tinggi pula penyesuaian akademiknya.

Temuan ini menunjukkan hubungan yang bersifat positif apabila seseorang

memiliki self-efficacy yang tinggi akan memiliki penyesuaian akademik yang

tinggi pula, sedangkan seseorang yang memiliki self-efficacy yang rendah akan

memiliki penyesuaian akademik yang rendah pula.

Mahasiswa dengan self-efficacy tinggi akan berusaha mengerjakan tugas

yang sulit atau mudah, maupun rumit atau sederhana dengan menyesuaikan pada

kemampuannya. Selain itu, mahasiswa yang yakin pada kemampuannya dapat

mengatur waktu belajar yang dibutuhkan untuk dapat memahami materi kuliah

dengan baik. Memahami materi kuliah merupakan salah satu tujuan yang akan
78

dicapai dari penyesuaian akademik, artinya semakin tinggi self-efficacy

mahasiswa, maka semakin besar kesempatannya untuk berhasil menyesuaikan diri

secara akademik. Ketika mengalami kegagalan, mahasiswa dengan self-efficacy

tinggi akan menganggap bahwa kegagalan tersebut akibat dari kurangnya usaha

yang dilakukan, bukan sebagai ketidakmampuan. Hal-hal tersebut dibutuhkan

mahasiswa untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan akademik yang merupakan

kriteria penyesuaian akademik.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa

kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa

saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya,

baik berupa saran metodologis dan saran praktis.

5.3.1 Saran metodologis

1. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan faktor-faktor lain yang

menarik yang dapat dijadikan variabel independen untuk melihat

pengaruhnya terhadap penyesuaian akademik, seperti gaya belajar

mahasiswa, gaya mengajar dosen, motivasi, coping style, institutional

support, dan variabel demografi.

2. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu mahasiswa/i UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan teknik non probability sampling. Untuk

penelitian selanjutnya, pemilihan sampel sebaiknya dilakukan dengan

teknik probability sampling, sehingga setiap anggota populasi memiliki


79

kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel dan sampel tersebut

akan representatif dari setiap fakultas yang diteliti.

3. Untuk penelitian selanjutnya, pengambilan data sebaiknya dilakukan

secara langsung, agar peneliti dapat menekankan keseriusan subjek

penelitian ketika mengisi skala.

5.3.2 Saran praktis

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada mahasiswa/i

yang baru memasuki dunia perkuliahan untuk lebih memperhatikan aspek-

aspek yang dapat membantunya dalam menyesuaikan diri secara

akademik, seperti mengikuti seluruh rangkaian masa orientasi, mencari

tahu klub belajar atau diskusi, seminar dan workshop, baik di dalam

maupun di luar kampus.

2. Terkait dengan dukungan teman sebaya, dalam penelitian ini ditemukan

bahawa attachment memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

penyesuaiam akademik. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada

mahasiswa untuk meningkatkan kedekatan dan kualitas hubungan dengan

teman sebaya, khususnya untuk menunjang kegiatan akademik, seperti

membentuk kelompok belajar ataupun problem sharing.

3. Terkait dengan self-efficacy, dalam penelitian ini ditemukan bahawa self-

efficacy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian

akademik. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada mahasiswa/i

untuk melatih kemampuannya agar mampu mengerjakan tugas-tugas

mudah/sederhana maupun sulit/rumit, selain itu menambah wawasan


80

dalam bidang lain yang terkait dengan bidang studinya saat ini ataupun

dengan bidang studi lain yang terkait. Hal itu dapat dilakukan dengan cara

membaca buku, mengikuti seminar dan workshop ataupun masuk klub

belajar atau diskusi yang ada. Selain itu, mahasiswa juga dapat melakukan

konsultasi ataupun konseling dengan dosen pembimbing akademiknya

ataupun mentor akademik jika menemui hambatan dalam perkulihan.


DAFTAR PUSTAKA

Azar, N. N., & Reshadatjoo, H. (2014). Adjustment amongst first year students in
an Iranian University. Journal of Education Reaserch and Behavioral
Sciences , 3 (5), 102-205.
Baker, R. W., & Siryk, B. (1989). Measuring adjustment to college. Journal of
College Student Personnel, 21, 437-442.
Bandura, A. (1977). Self-efficacy : Toward a unifaying theory of behavioral
change. Psychological Review , 84 (2), 191-215.
Bandura, A., Baer, J. S., Elder Jr, G. H., Flammer, A., Fuchs, R., Hackett, G., et
al. (1995). Exercise of personal and collective efficacy in changing
societies. In A. Bandura, self-efficacy in changing society (pp. 1-45). New
York: Cambridge University.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2000). Social psychology. Boston: Allyn & Bacon.
Chemers, M. M., Hu, L., & Garcia, B. F. (2001). Acaemic self-efficacy and first-
year college student performance and adjustment. Journal of Educational
Psychology, 93, 55-64.
Cohorn, C. A., & Giuliano, T. A. (1999). Predictors of adjustment and
institutional attachment in 1st-year college students. Psi Chi Journal of
Undergraduate Research , 47-56.
Cutrona, C., & Russell, D. W. (1987). The provisions of social relationships and
adaptation to stress. Personal Relationship, 1, 37-67.
Dennis, J. M., Phinney, J. S., & Chuateco, L. I. (2005). The role of motivation,
parental support, and peer support in the academic success of ethnic
minority first-generation college student. Journal of College Student
Development, 46 (3), 223-236.
Gravetter, F. J., & Forzano, L.-A. B. (2012). Research methods for the behavioral
sciences. California: Wadsworth.

Hurlock, E. B. (1980). Human development. New York: McGraw-Hill.


Isaac, Stephen & Michael, W. B. (1981). Hanbook in Research and Evaluation.
San Diego : EdITS Publishers.
Keputusan Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia
(AP2TPI) Nomor 2/Kep/AP2TPI/2013
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000

80
81

Mudhovozi, P. (2012). Social and academic adjustment of first-year university


students. Journal Social Science , 33 (2), 251-259.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development.
Jakarta: Salemba Humanika.
Pascarella, E. T., & Terenzini, P. T. (1991). How college affects students. San
Francisco: Jossey-Bass.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2014
Quan, L., Zhen, R., & Yao, B. (2014). The effect of loneliness and coping style on
academic adjustment among college freshmen. Journal of Social Behavior
and Personality , 42 (6), 969-978.
Santrock, J. W. (2005). Adoolescence. New York: McGraw-Hill.
Santrock, J. W. (2009). Educational psychology. New York: McGraw-Hill.

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health psychology biopsychosocial


interaction 7th edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Schneiders, A. A. (1960). Personal adjustment and mental health. New York:
Holt, Rinehart and Winston.
Schnuck, j., & Handal, P. J. (2011). Adjustment to college freshmen as predicted
by both perceived parenting style and the big five factor model of
personality. Scientific Research, 2 (4), 275-282.
Schultz, D. P., & Schultz, S. E. (2010). Psychology and work today. Upper Saddle
River: Pearson.
Schunk, D. H. (1991). Self-efficacy and academic motivation. Education
Psychologist, 26 (3), 207-231.
Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Swenson, L., Nordstorm, A., & Hiester, M. (2008). The role of peer relationship
in adjustment to college. Journal of College Student Development, 49 (6),
551-567.
Taylor, E. S. (2009). Health psychology. New York: Mc Graw Hill.
Umar, J. (2011). Analisis faktor konfirmatori, bahan ajar peminatan psikometri.
Tidak dipublikasikan. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
82

Vallone, E. G., Reid, K., Umali, C., & Pohlert, E. (2004). An analysis of the
effects of self-esteem, social support, and participation in atudent support
services on students' adjustment and commitment to college. Journal
College Student Retention, 5 (3), 255-274.
Warsito, H. (2009). Hubungan antara self-efficacy dengan penyesuaian akademik
dan prestasi akademik. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 9 (1), 29-47.
Weiner, I. B., Reynold, W. M., & Miller, G. E. (2012). Handbook of Psychology.
In K. R. Wentzel, School adjustment (p. 241). New Jersey: John Wiley &
Sons Inc.
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kepada responden yang terhormat,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini sedang melakukan penelitian dalam
rangka penyusunan skripsi. Saya mohon bantuannya untuk berpartisipasi dalam
penelitian mengenai penyesuaian akademik. Kuesioner ini dirancang untuk
mencari informasi dari mahasiswa tahun pertama tentang penyesuaian
akademiknya. Hasil dari penelitian ini akan digunakan sebagai bahan dasar
penelitian mengenai penyesuaian akademik dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Saya mengharapkan kesediaan anda untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Bentuk kerja sama yang saya harapkan adalah kesedian anda untuk
mengisi beberapa pernyataan. Adapun informasi atau data yang anda berikan akan
sangat bermanfaat bagi penelitian dan akan saya jamin kerahasiannya.
Sebelum dan sesudahnya, saya mengucapkan terima kasih banyak atas
kesediaan anda meluangkan waktu untuk mengisi kuesinoer ini dan mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan.
Wassalmu’alaikum Wr. Wb.
Hormat saya,
Laily Inayah

83
84

Identitas Responden

Nama/ Inisial : ...............................................................


Jenis Kelamin* :L/P
Usia : ...............................................................
Pendidikan Terakhir : ...............................................................
Fakultas : ...............................................................
Jurusan : ...............................................................
Semua identitas yang saya tulis diatas adalah benar, dan saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini

Jakarta, Februari 2015

( ttd )
*coret yang tidak perlu
85

SKALA 1
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya mendapat nilai yang amat baik di setiap mata kuliah
2 Saya merasa kurang bekerja keras dalam mengerjakan
tugas
3 Saya membaca berbagai buku untuk menambah
pengetahuan tentang materi kuliah
4 Saya selalu mendiskusikan materi kuliah yang telah
diajarkan di luar jam perkuliahan
5 Saya kurang menguasai materi yang diajarkan didalam
kelas
6 Saya mengikuti seminar-seminar yang terkait dengan
bidang studi saya
7 Penting bagi saya mempersiapkan karir untuk masa depan
8 Saya puas dengan nilai yang saya peroleh di setiap mata
kuliah
9 Saya selalu mendapat hasil yang maksimal disetiap tugas
10 Saya mempelajari materi kuliah sebelum masuk kelas
11 Saya selalu menghadiri kelas disetiap mata kuliah
12 Saya mempraktekan ilmu yang di terima di perkuliahan
13 Saya memahami bidang ilmu lain yang terkait dengan
ilmu yang saya pelajari di perkuliahan
14 Saya akan bekerja pada pekerjaan yang saya minati sesuai
bidang studi yang saya tekuni
15 Saya puas diakui sebagai mahasiswa berprestasi dikelas
16 Saya puas dengan kualitas mata kuliah yang diberikan
17 Saya puas dengan pengetahuan yang saya miliki saat ini
18 Saya selalu bertanya pada dosen atau teman jika tidak
memahami materi kuliah
19 Saya memanfaatkan ilmu yang saya miliki untuk
menyelesaikan permasalahan yang saya hadapi
20 Saya selalu mencari berita-berita terbaru terkait bidang
studi yang saya pelajari agar pengetahuan saya selalu up
to date
21 Saya puas dengan prestasi yang saya capai saat ini
22 Saya merasa tidak perlu membagi pengetahuan saya
dengan orang lain
23 Saya sering membaca artikel ataupun jurnal ilmiah untuk
menambah wawasan saya
24 Saya mendapat indeks prestasi maksimal di semester ini
25 Saya selalu memperhatikan dosen ketika menyampaikan
materi kuliah
26 Nilai-nilai saya sangat buruk
27 Saya puas dengan motivasi yang diberikan orang lain
86

kepada saya
28 Saya selalu menyelesaikan tugas sebelum deadline yang
ditentukan
29 Saya tidak mendapatkan nilai yang maksimal di setiap
mata kuliah
30 Saya puas dengan materi yang disampaikan dosen
didalam kelas
31 Saya merasa pengetahuan saya tidak dapat dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari
32 Saya tidak perlu mencari informasi atau pengetahuan
tambahan diluar jam perkuliahan
33 Saya puas cara saya memotivasi diri sendiri

SKALA 2
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Teman saya dapat diandalkan bantuannya ketika saya
membutuhkannya
2 Saya merasa tidak memiliki hubungan yang dekat dengan
teman saya
3 Saya tidak memiliki teman yang dapat memberi saya
arahan ketika saya tertekan
4 Teman saya selalu bergantung kepada bantuan saya
5 Teman saya memiliki minat yang sama dengan saya
6 Teman saya tidak menilai saya sebagai orang yang
kompeten
7 Secara pribadi, saya merasa bertanggung jawab atas
kebahagiaan teman saya
8 Saya merasa menjadi bagian dari teman-teman yang
memiliki minat dan keyakinan yang sama dengan saya
9 Saya tidak berpikir teman saya menghargai kemampuan
dan keahlian saya
10 Jika terjadi kesalahan, tidak ada yang membantu saya
11 Saya memiliki hubungan yang dekat dengan teman saya
12 Teman saya dapat diajak bicara tentang keputusan penting
dalam hidup saya
13 Saya berada pada lingkungan dimana kemampuan dan
keahlian saya diakui/ dihargai
14 Tidak ada teman yang berbagi minat dan perhatian dengan
saya
15 Tidak ada teman yang benar-benar menggantungkan
kesejahteraan mereka kepada saya
16 Teman saya dapat dimintai nasihat saat saya memiliki
masalah
17 Saya merasa memiliki ikatan emosional yang kuat dengan
setidaknya satu teman saya
87

18 Tidak ada teman yang bisa dimintai bantuan disaat saya


membutuhkannya
19 Teman saya dapat membuat saya nyaman untuk berbicara
masalah yang saya hadapi
20 Teman saya mengagumi talenta dan kemampuann saya
21 Saya tidak begitu akrab dengan teman saya
22 Teman saya suka melakukan suatu hal seperti saya
23 Teman saya dapat diharapkan dalam keadaan darurat
24 Tidak ada yang membutuhkan saya untuk membantu
mereka
25 Saya merasa aman dan nyaman ketika bersama dengan
teman saya
26 Tidak penting berteman dengan seseorang yang memiliki
kesamaan minat dengan saya
27 Teman saya menghargai keterampilan yang saya miliki
28 Teman saya selalu berbagi keceriaan bersama saya
29 Bimbingan dari teman akan mengasah keterampilan saya
30 Tanggung jawab merupakan hal yang penting dalam
sebuah hubungan pertemanan

SKALA 3
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya yakin dapat menyelesaikan tugas-tugas yang mudah
2 Saya tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang sulit
3 Saya selalu dapat mengandalkan kemampuan saya
4 Jika saya dalam kesulitan, saya dapat memikirkan solusi
yang baik
5 Saya percaya dapat menangani situasi yang tidak terduga
secara efisien
6 Ketika saya dihadapkan dengan masalah, saya dapat
menemukan beberapa solusi
7 Apapun yang terjadi, saya dapt menangani kesulitan yang
dialami
8 Jika seseorang menghambat tujuan saya, saya akan tetap
mencari jalan untuk mencapainya
9 Saya yakin bahwa saya bisa mencapai tujuan saya
10 Saya selalu bisa mengerjakan tugas yang sederhana
11 Meskipun rumit, saya selalu bisa mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan
12 Saya tidak mampu mengatasi masalah yang muncul ketika
mengerjakan tugas
13 Saya memiliki kemampuan yang baik untuk
menyelesaikan tugas kuliah
14 Karena aktivitas non akademis saya yang banyak, saya
sering kesulitan mengerjakan tugas
88

15 Saya tidak menyukai tugas yang memiliki tantangan


tinggi
16 Saya tidak mengikuti kegiatan apapun selain kuliah,
karena saya tidak yakin dapat menyelaraskan keduanya
17 Saya yakin dapat mengerjakan tugas dengan baik,
meskipun memiliki kegiatan ekstrakulikuler
18 Saya ragu dengan hasil tugas kuliah yang saya kerjakan
LAMPIRAN 2

Contoh syntax skala penyesuaian akademik

UJI ANALISA FAKTOR


DA NI=33 NO=357 MA=KM
LA
IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12
IT13 IT14 IT15 IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26
IT27 IT28 IT29 IT30 IT31 IT32 IT33
KM SY FI=AA.cor
MO NX=33 NK=1 TD=SY LX=FR ph=st
LK
PA
FR TD 8 1 TD 21 17 TD 23 20 TD 30 16 TD 29 26 TD 13 12 TD 32 22 TD 11 7
FR TD 24 21 TD 10 3 TD 33 27 TD 29 24 TD 24 22 TD 20 19 TD 31 19 TD 16 3
FR TD 28 11 TD 5 4 TD 10 6 TD 23 3 TD 22 10 TD 23 12 TD 13 6 TD 14 2
FR TD 20 3TD 12 9 TD 9 1 TD 31 22 TD 32 31 TD 22 7 TD 25 11 TD 10 1
FR TD 20 1 TD 20 16TD 24 8 TD 21 8 TD 21 9 TD 24 1 TD 21 1 TD 32 7
FR TD 19 18 TD 20 18 TD 15 13 TD 13 4 TD 13 8 TD 18 4 FR TD 4 2 TD 14 4
FR TD 13 11 TD 12 4 TD 28 10 TD 23 2 TD 33 17 TD 30 26 TD 24 16 TD 26 22
FR TD 32 1 TD 29 22 TD 29 5 TD 26 5 TD 24 11 TD 16 5 TD 5 2 TD 27 9
FR TD 17 16 TD 22 17 TD 30 7 TD 7 2 TD 24 2 TD 24 7 TD 22 1 TD 31 24
FR TD 26 15 TD 22 16 TD 27 26 TD 30 27 TD 27 25 TD 25 1 TD 33 18
FR TD 22 21 TD 28 3 TD 22 8 TD 31 26 TD 27 3 TD 29 15 TD 25 9 TD 31 21
FR TD 17 2 TD 17 15 TD 21 15 TD 16 15 TD 18 1 TD 32 19 TD 32 8 TD 32 17
FR TD 18 8 TD 17 10 TD 21 3 TD 21 16 TD 15 3 TD 21 13 TD 27 22 TD 31 27
FR TD 27 1 TD 33 8 TD 31 20 TD 13 2 TD 6 2 TD 30 2 TD 31 12 TD 19 12
FR TD 17 12 TD 27 17 TD 16 2 TD 25 12 TD 7 3 TD 23 7 TD 26 1 TD 18 5
FR TD 31 28 TD 12 10 TD 12 6 TD 19 16 TD 26 8 TD 23 6 TD 20 6 TD 19 4
FR TD 20 13TD 9 8 TD 33 13 TD 23 19 TD 19 3 TD 3 2 TD 23 13 TD 23 10
FR TD 17 8 TD 24 17 FR TD 29 8 TD 29 1 TD 17 11 TD 17 14 TD 25 14
FR TD 32 11 TD 25 8 TD 28 2 TD 17 7 TD 29 13 TD 28 24 TD 28 7 TD 32 15
FR TD 23 22 TD 23 17 TD 30 21 TD 27 21 TD 4 3 TD 10 4 TD 23 4 TD 13 3
FR TD 27 6 TD 19 10 TD 22 20 TD 30 9 TD 23 16 TD 16 8 TD 30 8 FR TD 30 17
FR TD 8 2 TD 27 13 TD 27 12 TD 30 13TD 28 13 TD 28 15 TD 24 4 TD 20 4
FR TD 18 9 TD 30 18 TD 32 12 TD 26 7 TD 29 7 TD 29 28 TD 31 9 TD 33 6
FR TD 10 2 TD 22 2 TD 19 15 TD 14 1 TD 14 11 TD 15 10 TD 8 5 TD 11 8
FR TD 28 1 TD 19 13 TD 7 1 FR TD 26 20 TD 26 23 TD 26 6 TD 26 10 TD 27 10
FR TD 22 4 TD 16 4 TD 6 5 TD 18 7 TD 22 14 TD 14 7 TD 16 14 TD 24 14
FR TD 14 5 FR TD 32 14 TD 31 14 TD 26 17 TD 32 26 TD 32 3 TD 32 13
FR TD 32 25 TD 33 16 TD 33 30
PD
OU IT=1000 TV MI SS

89
LAMPIRAN 3

HASIL ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK

1. Skala Penyesuaian Akademik

90
91

2. Skala Attachment

3. Skala Social Integration

4. Skala Reassurance of Worth


92

5. Skala Reliable Alliance

6. Skala Guidance

7. Skala Opportunity for Nurturance


93

8. Skala Self-Efficacy

Anda mungkin juga menyukai